BAB I Latar Belakang 1.1 Latar Belakang Proyek adalah sebuah kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan barang atau jasa dengan karakterisitik adanya start & finish (PMBOK, 2008). Perusahaan menjalankan sebuah proyek atas dasar investasi sebagai jaminan untuk selalu growth dan meningkatkan value kepada customer. Perusahan melakukan manajemen proyek yang terstruktur untuk menjamin fase start sampai kepada fase finish sesuai value yang diinginkan. Fase atau tahapan proyek dibagi menjadi empat yaitu perumusan masalah, perencanaan, eksekusi, dan penyelesaian (PMBOK 2008). Masing masing tahapan memiliki value dan risiko yang berbeda tergantung dari jumlah investasi, teknologi, sumber daya, lingkungan dan kondisi sosial budaya. Sumber: Wideman. R, (1992), Project and Program Risk Management, a Guide to managing Project Risk and Opportunities, Pennsylvania, PMI Gambar 1.1 Project Life Cycle 1 Gambar 1 menjelaskan life cycle sebuah proyek dilihat dari tahapan tahapan proyek. Dua tahapan proyek terlihat bahwa risiko proyek tinggi proyek namun value nya kecil. Dua tahapan akhir memiliki impact risiko yang terbesar karena risiko dan value bernilai sama, disinilah fase kritis sebuah proyek. Proyek dikatakan sukses jika mampu memberikan value maksimal dengan cara mengatasi risiko. Pimpinan proyek melakukan kendali dan beberapa sub-manajemen proyek untuk memastikan proyek tetap memberikan value yang diinginkan. Salah satu sub-manajemen proyek itu adalah manajemen risiko, yang berfungsi sebagai balancing tools untuk kendala kendala dalam proyek (PMBOK, 2008). Apakah itu risiko? Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia menjelaskan risiko sebagai segala sesuatu akibat yang kurang menyenangkan atau merugikan, membahayakan dari suatu perbuatan atau tindakan (KBBI,1988). Risiko muncul sebagai akibat dari kegiatan dalam kehidupan sehari hari, baik itu secara sadar maupun tidak sadar setiap orang melakukan manajemen risikonya sendiri. Buku The Black Swan: The Highly Impact of the improbable menjelaskan teori orang yang menduga seluruh angsa (swan) di dunia berwarna putih, disangkal dengan penemuan angsa hitam di Australia. Lebih lanjut dijelaskan bahwa seluruh kejadian yang dinamis di bumi semakin meningkat seiring revolusi industri. Kejadian rumit dan tidak beraturan ikut berperan pada bertambahnya permasalahan. Akibatnya banyak kemungkinan yang tidak di prediksi sebelumnya, sesuatu yang tidak disadari mungkin terjadi atau impredictable (Taleb, 2007). 2 Why do we keep focusing on the minutiae, not the possible significant large events, in spite of the obvious evidence of their huge influence? It is easy to see that life is the cumulative effect of a handful of significant shocks. It is not so hard to identify the role of Black Swans, from your armchair (or bar stool). (Taleb, 2007, halaman xix) Ilustrasi sebuah risiko sebagai hal yang impredictable adalah iceberg theory, atau dikenal dengan teori gunung es. Fenomena gunung es di laut yang mengakibatkan kapal Titanic tenggelam mencerminkan bahwa risiko tidak sesederhana yang terlihat, bagian es yang tampak tidak menggambarkan ukuran sebenarnya. Selayaknya risiko, ketika kapal berlayar ke dan melihat ada gunung es yang mengapung dilaut, maka kapten kapal dan awak kapal harus bisa memperkirakan ukuran yang sebenarnya. Kapten kapal menentukan apakah kapal terus melaju, menghindari atau memasang pemecah es di lambung kapal. Benang merah penjelasan diatas bahwa risiko adalah sesuatu yang impredictable akibat kegiatan yang dilakukan setiap individu dan memiliki impact terhadap individu tersebut, orang lain dan lingkungan sekitarnya. Setiap individu harus menganalisis risiko untuk dapat mencapai tujuannya. Analisis risiko akan melandasi setiap tindakan, apakah menghadapi, menghidari atau meringankan risiko tersebut. Perusahaan sebagai individu majemuk memiliki paradigma risiko di tiga tempat yaitu: corporate creating value, investment timing dan cash flow (Froot et al., 1994). Perusahaan secara natural selalu berusaha “creating value” dimana value yang diberikan harus tepat guna dan waktu sesuai nilai investasi yang mana hasilnya adalah cash flow perusahaan yang baik. Manajemen risiko adalah jembatan bagi perusahaan meraih value dan membuat competitive advantage. 3 Ketidakpastian suatu keadaan (uncertainty condition) secara natural memiliki dua pilihan, yaitu risiko (risk) dan terkadang peluang (opportunity). Masing masing pilihan tersebut memiliki sifat allied and corollary, yang berarti memiliki sifat yang dekat dan memiliki sifat akibat wajar. Kedekatan itulah yang harus di jembatani menggunakan manajemen risiko, untuk memastikan bahwa peluang tidak menjadi risiko dan risiko berubah menjadi peluang (Wideman et al, 1992). Inti pokok manajemen risiko adalah bagaimana meningkatkan probabilitas risiko yang positif (opportunity) dan menurunkan probabilitas risiko yang negatif (threat) (PMBOK, 2008). Akhirnya muncul tiga pertanyaan mengenai risiko yaitu, apa yang mungkin terjadi, bagaimana bentuknya dan seberapa sering hal tersebut terjadi dan apakah akibat yang bisa ditimbulkan (Khalaf and Ela, 2008). Sumber: Wideman. R, (1992), Project and Program Risk Management, a Guide to managing Project Risk and Opportunities, Pennsylvania, PMI Gambar1.2 Paradigma Risiko, antara Project dan Outcome 4 Proyek konstruksi menghadapi tiga risiko penting dalam proses preconstruction phase dan settlement phase (Macomber, 1989). Risiko pertama berkaitan dengan masalah financial, kedua berkaitan dengan masalah waktu dan ketiga adalah masalah perancangan teknis. Masing masing risiko ini dapat berdiri sendiri atau saling berkaitan. Spesifik risiko yang menimpa setiap perusahaan berbeda-beda menurut lingkungan bisnis dan kegiatan yang dilakukan. Tidak ada risiko yang sama demikian pula cara menanganinya. Manajemen risiko membutuhkan pengorbanan dan bukan merupakan hal yang mudah dilakukan, karena secara natural manusia hanya melihat yang kasat mata (Kaplan and Mikes, 2012). Perusahaan diharuskan melakukan analisis sistematis mengenai risiko proyek yang dikerjakan terkait investasi atau value yang menjadi tujuan perusahaan atau secara singkat disebut manajemen risiko. Penelitian menunjukkan 86% dari 258 proyek yang diteliti mengalami kelebihan pengeluaran anggaran (Cretu et al., 2011). Hasil penelitian menunjukkan pokok permasalahan kegagalan adalah faktor kurangnya identifikasi dan analisis risiko ketika melakukan perencanaan proyek. Manajemen risiko pada proyek konstruksi dilakukan untuk dua hal utama yaitu masalah anggaran dan jadwal proyek (cost and schedule) (Westney, 2001). Masalah jadwal dan biaya adalah dua masalah klasik dalam proyek yang tidak bisa dipisahkan. Proyek secara konvensional direncanakan dengan asumsi kondisi ideal, manajer proyek selalu berharap bahwa proyek berjalan sesuai dengan rencana. Kenyataanya, manusia tidak pernah berpikir jernih untuk membuat 5 rencana yang terbaik (Matta and Ashkenas, 2003). Disinilah fungsi manajemen risiko, tim proyek tidak akan pernah tahu apa yang terjadi dalam celah-celah perencanaan. Manajer proyek dan tim harus “risk aware” dan jujur mengenai hal hal yang mungkin menimpa proyeknya. Pengambilan keputusan dan perencanaan juga harus melihat analisis risiko proyek secara terintegrasi (Hullet and Nosbisch, 2012). Kasus proyek joint venture antara Shell dan PetroChina pada proyek LNG di Australia memberikan pelajaran. Proyek in menghadapi overrun sampai 40% dari budget semula karena masalah keterlambatan jadwal (Zhu and Kebede,2012). Permasalahan pekerja dan peraturan yang berubah mengakibatkan proyek ini mengalami keterlambatan pada proses perancanan teknis. Meskipun hal ini sudah di prediksikan sebelumnya, kerugian yang terjadi lebih dari perkiraan. Kerugian yang mencapai US$ 36 milyar, membuat perusahan mengalami dilema dalam mengambil keputusan apakah melajutkan proyek atau menghentikannya. Proyek Pengembangan Lapangan Bangka berlokasi di lepas pantai Kalimantan Timur. Kegiatan pengembangan lapangan eksplorasi minyak dan gas bumi (migas) Bangka adalah sebuah proyek kompleks dan berskala besar yang betujuan memberikan tambahan ketersediaan energi dan devisa untuk Indonesia. Proyek Lapangan Bangka bertujuan untuk meningkatkan produksi gas alam sampai 200 juta kaki kubik perhari dan kondensat sebesar 10.000 barrel perhari. Peningkatan permintaaan gas alam dan kecenderungan energi murah dan ramah lingkungan menyebabkan proyek lapangan Bangka menjadi salah satu proyek unggulan perusahaan dan pemerintah pada khususnya. Proyek pengembangan 6 lapangan Bangka merupakan eksplorasi migas dengan teknologi sumur bawah laut terdepan di kawasan Asia. Kedalaman laut yang mencapai 2000 meter dan merupakan proyek laut terdalam di Indonesia menjadikan Lapangan Bangka memiliki karakteristik yang berbeda dari lapangan migas lainnya. Paparan risiko di bidang teknologi, sumber daya manusia, keuangan, politik dan sosial budaya akan akan mempengaruhi pelakasanaan proyek dari sisi positif maupun negatif Kondisi proyek saat ini adalah proses peralihan dari fase pengembangan alternatif menuju fase eksekusi. Fase pengembangan alternatif memberikan perencanaan teknis, dan perkiraaan (estimates) biaya dan perkiraan jadwal yang disebut Front End Engineering Design (FEED). Tantangan terbesar ketika masa peralihan fase, saat tersebut tim proyek akan berubah organisasi dan sudut pandang. Setiap ada perubahan fase proyek maka ada perubahan risiko yang dihadapi juga akan berubah karakteristik dan lingkungan fase proyek (Wideman et al.,1992). Tim proyek harus menganalisis risiko proyek sebelum mengimplementasikan perencanaan ke fase konstruksi untuk memastikan proyek akan menghasilkan value yang diharapkan. 1.2. Rumusan Masalah Peralihan dari fase desain menuju fase konstruksi merupakan periode kritis yang memiliki impact risiko terbesar. Penelitian menunjukkan 86% dari 258 proyek yang diteliti mengalami kelebihan pengeluaran anggaran (Cretu et al., 2011). Manajemen harus melakukan sub-manajemen proyek dalam bentuk analisis risiko untuk memastikan proyek memberikan value sesuai perencanaan. 7 Hal-hal yang mempengaruhi pencapaian tujuan proyek dalam setiap kegiatan didalamnya harus dianalisa. Identifikasi, analisis dan tanggapan terhadap risiko harus dilakukan sejak dini dan tidak berhenti sampai tujuan proyek tercapai. Kegagalan dalam menganalisa risiko bisa mengakibatkan kerugian proyek bahkan mengakibatkan kegagalan. 1.3. Pertanyaan Penelitian Penjelasan latar belakang penulisan dan perumusan masalah diatas memunculkan beberapa pernyataan sebagai berikut: 1. Risiko apa sajakah yang dihadapi oleh proyek pada fase konstruksi? 2. Apa pengaruh (impact) risiko itu terhadap pelaksanaan proyek terkait biaya dan jadwal? 3. Apakah Proyek berhasil dilakukan sesuai dengan perencanaan? 1.4. Tujuan Penelitian Menanggapi rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi risiko pada fase konstruksi di proyek pengembangan lapangan Bangka yang mempengaruhi biaya dan jadwal proyek. 2. Mengetahui impact dari risiko yang dihadapi oleh proyek. 3. Mengetahui penyelesaian proyek berjalan sesuai perencanaan atau cenderung mengalami kerugian. 8 1.5. Manfaat Penelitan Penelitian ini dilakukan dengan harapan untuk memberikan manfaat bagi kalangan akademis dan industri Manfaat untuk kalangan industri: 1. Memberikan pengetahuan dan referensi mengenai aplikasi manajemen risiko di industri migas lebih spesifik operasi laut dalam. 2. Memberikan pengetahuan mengenai jenis risiko yang akan dihadapi oleh tim konstruksi proyek dan impact-nya terhadap proyek, 3. Memberikan masukan kepada perusahaan mengenai bagaimana proyek konstruksi dikerjakan berdasarkan risiko yang teridentifikasi. 4. Memberikan pelajaran (lesson learn) untuk dibawa ke proyek pengembangan laut dalam di proyek perusahaan selanjutnya. Manfaat untuk kalangan akademis: 1. Memberikan pengetahuan mengenai manajemen risiko di perusahaan, lebih spesifik proyek konstruksi di dunia industri minyak dan gas bumi. 2. Memberikan pengetahuan mengenai manajemen risiko sebagai perangkat untuk memastikan sebuah proyek dapat berjalan sesuai rencana. 1.6. Batasan Penelitian Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manajemen Risiko dilakukan pada Proyek Lapangan Bangka, dikhususkan pada fase konstruksi lepas pantai. 9 2. Prosedur penelitian menggunakan prosedur baku Project Management Institute (PMI) ditambah prosedur baku perusahaan dengan tetap melihat referensi dari lembaga standar internasional. 3. Manajemen Risiko melihat aspek biaya dan jadwal proyek (Cost and Schedule Risk Assessment) secara terintegrasi. 4. Earned Value Analysis (EVA) sebagai perangkat control untuk pelaksanaan proyek digambarkan pada kondisi awal proyek. 5. Permodelan risiko secara kuantitatif menggunakan perangkat lunak yaitu Primavera Risk Analysis. 1.7 Sistematika Penulisan Penulisan tesis ini menggunakan sistematika yang menjelaskan konsep sebuah penelitian yang dibahas dalam bab sebagai berikut: Bab 1. Pendahuluan Bab satu menjelaskan hal hal yang melandasi penulisan tesis termasuk latar belakang, pokok permasalahan yang ingin dibahas, pertanyaan dalam tesis, manfaat pertanyaan bagi dunia industri dan akademis, tujuan penelitian dan batasan penelitian. Bab 2. Tinjauan Pustaka Bab dua menjelaskan latar belakang teori dan tinjauan pustaka mengenai tema tesis yang diteliti. Tinjauan pustaka yang termasuk dalam tesis ini meliputi pengertian manajemen proyek, pengertian mengenai manajemen risiko beserta latar belakang kebutuhan manajemen risiko. 10 Tinjauan selanjutnya meliputi integrasi manajemen risiko terhadap fungsi fungsi dalam manajemen proyek dan terakhir adalah pengendalian manajemen risiko menggunakan metode Earned Value Analysis (EVA) Bab 3. Metode Penelitian Bab tiga membahas mengenai langkah-langkah yang dilakukan dalam manajemen risiko termasuk perangkat yang digunakan. Tahapan tersebut adalah proses identifikasi, penaksiran, tanggapan dan pengendalian. Bab 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab empat menjelaskan hasil penelitian dalam manajemen risiko tahap demi tahap. Setiap tahapan dilakukan analisis mendalam mengenai risiko yang dihadapi oleh proyek. Bab 5. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan penelitian ini memberikan gambaran mengenai pelaksanaan proyek dan tanggapan tanggapan risiko harus dilakukan oleh tim proyek. Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan maka penulis memberikan saran-saran yang diperlukan pada pelaksanaan proyek. 11