BUKU SAKU BNI-07

advertisement
P R O S P E K T U S
R I N G K A S
Jadual
Perkiraan Tanggal Efektif
Perkiraan Masa Penawaran
Perkiraan Tanggal Penentuan Daftar Pemegang Saham yang berhak didahulukan dalam Penjatahan
Perkiraan Tanggal Penjatahan
Perkiraan Tanggal Pendistribusian Formulir Konfirmasi Penjatahan
Perkiraan Tanggal Pengembalian Uang Pemesanan
Perkiraan Tanggal Distribusi Saham Secara Elektronik oleh KSEI
Perkiraan Tanggal Perdagangan di BEJ dan BES
:
:
:
:
:
:
1 Agustus 2007
6-8 Agustus 2007
6 Agustus 2007
10 Agustus 2007
13 Agustus 2007
13 Agustus 2007
13 Agustus 2007
13 Agustus 2007
INFORMASI DALAM DOKUMEN INI MASIH DAPAT DILENGKAPI DAN/ATAU DIUBAH. PERNYATAAN PENDAFTARAN EFEK INI TELAH DISAMPAIKAN KEPADA BAPEPAM DAN LK,
NAMUN BELUM MEMPEROLEH PERNYATAAN EFEKTIF DARI BAPEPAM DAN LK. DOKUMEN INI HANYA DIGUNAKAN DALAM RANGKA PENAWARAN AWAL TERHADAP EFEK
INI. EFEK INI TIDAK DAPAT DIJUAL SEBELUM PERNYATAAN PENDAFTARAN YANG TELAH DISAMPAIKAN KEPADA BAPEPAM DAN LK MENJADI EFEKTIF. PEMESANAN UNTUK
MEMBELI EFEK INI DILAKSANAKAN SETELAH CALON PEMBELI/PEMESAN MENERIMA ATAU MEMPUNYAI KESEMPATAN UNTUK MEMBACA PROSPEKTUS.
BAPEPAM DAN LK TIDAK MEMBERIKAN PERNYATAAN MENYETUJUI ATAU TIDAK MENYETUJUI EFEK INI, TIDAK JUGA MENYATAKAN KEBENARAN ATAU KECUKUPAN ISI
PROSPEKTUS INI. SETIAP PERNYATAAN YANG BERTENTANGAN DENGAN HAL-HAL TERSEBUT ADALAH PERBUATAN MELANGGAR HUKUM.
NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERTANGGUNG JAWAB SEPENUHNYA BAHWA SELURUH INFORMASI MENGENAI PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK ADALAH
AKURAT DAN SEPENUHNYA BERASAL DARI INFORMASI PUBLIK ATAU YANG TELAH TERSEDIA DI PUBLIK
SAHAM DIVESTASI YANG DITAWARKAN DALAM PENAWARAN UMUM INI SELURUHNYA TELAH DICATATKAN PADA BURSA EFEK JAKARTA DAN BURSA EFEK SURABAYA,
SEDANGKAN SAHAM HASIL PELAKSANAAN HMETD YANG DITAWARKAN DALAM PENAWARAN INI AKAN DICATATKAN PADA BURSA EFEK JAKARTA DAN BURSA EFEK
SURABAYA PADA TANGGAL 13 AGUSTUS 2007
PENAWARAN UMUM
ATAS KEPEMILIKAN SAHAM NEGARA REPUBLIK INDONESIA DI
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
Bidang Usaha :
Bergerak Dalam Bidang Usaha Perbankan
Berkedudukan di Jakarta, Indonesia
Alamat Kementerian Badan Usaha Milik Negara (Sebagai Kuasa Pemegang Saham):
Gedung 16 Lantai, Departemen Keuangan Republik Indonesia, Lt.2,3,9-13
Jl. Dr Wahidin No.2 Jakarta Pusat 10710 Indonesia
Telepon: 62 (021) 348 31751, Faksimili: 62 (021) 386 4441
Homepage: http://www.bumn-ri.com
PENAWARAN UMUM
Sebanyak-banyaknya 3.475.231.980 (tiga miliar empat ratus tujuh puluh lima juta dua ratus tiga puluh satu ribu sembilan ratus delapan puluh) Saham Biasa Atas Nama Seri C, yang terdiri dari
sebanyak-banyaknya 1.500.668.355 (satu miliar lima ratus juta enam ratus enam puluh delapan ribu tiga ratus lima puluh lima) Saham Biasa Atas Nama Seri C lama milik Negara Republik Indonesia
dalam rangka program divestasi lanjutan (“Saham Divestasi”) dan sebanyak-banyaknya 1.974.563.625 (satu miliar sembilan ratus tujuh puluh empat juta lima ratus enam puluh tiga ribu enam ratus
dua puluh lima) Saham Biasa Atas Nama Seri C baru milik Negara Republik Indonesia hasil pelaksanaan atas seluruh HMETD yang dimilikinya dalam Penawaran Umum Terbatas II BNI (“Saham
Hasil Pelaksanaan HMETD”), dengan nilai nominal Rp375,00 (tiga ratus tujuh puluh lima Rupiah) setiap saham, yang ditawarkan kepada masyarakat dengan harga penawaran Rp• (• Rupiah) setiap
saham yang harus dibayar penuh pada saat mengajukan Formulir Pemesanan dan Pembelian Saham.
Saham Hasil Pelaksanaan HMETD merupakan saham yang diperoleh oleh Negara Republik Indonesia sebagai pemegang saham BNI setelah melaksanakan seluruh HMETD yang dimilikinya
dalam Penawaran Umum Terbatas II, yaitu sebanyak-banyaknya 1.974.563.625 (satu miliar sembilan ratus tujuh puluh empat juta lima ratus enam puluh tiga ribu enam ratus dua puluh lima)
Saham Biasa Atas Nama Seri C. PT Bahana Securities atas nama Negara Republik Indonesia akan menyetorkan dana pelaksanaan HMETD yang berasal dari hasil Penawaran Umum oleh
Negara Republik Indonesia yang dilakukan secara paralel dengan Penawaran Umum Terbatas II. Saham Hasil Pelaksanaan HMETD tersebut akan langsung dijual oleh Negara Republik Indonesia
kepada investor dan langsung didistribusikan secara elektronik ke dalam rekening efek para investor, dan PT Bahana Securities atas nama Negara Republik Indonesia akan menyetorkan dana
pelaksanaan HMETD yang berasal dari hasil Penawaran Umum oleh Negara Republik Indonesia yang dilakukan secara paralel dengan Penawaran Umum Terbatas II.
NEGARA REPUBLIK INDONESIA MEMBERIKAN OPSI KEPADA PENJAMIN PELAKSANA EMISI EFEK YANG DAPAT DILAKSANAKAN, SEBAGIAN ATAU SELURUHNYA, PADA
SETIAP SAAT DALAM JANGKA WAKTU SAMPAI DENGAN 30 HARI KALENDER SEJAK TANGGAL PEMBAYARAN, UNTUK MENINGKATKAN JUMLAH SAHAM YANG DITAWARKAN
SAMPAI DENGAN JUMLAH SEBANYAK-BANYAKNYA 473.895.270 (EMPAT RATUS TUJUH PULUH TIGA JUTA DELAPAN RATUS SEMBILAN PULUH LIMA RIBU DUA RATUS
TUJUH PULUH) SAHAM BIASA ATAS NAMA SERI C MILIK PEMERINTAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA (SAHAM DIVESTASI) PADA HARGA PENAWARAN UMUM (“OPSI
PENJATAHAN LEBIH”).
Penjamin Emisi Efek menyetujui untuk sepenuhnya menjamin dengan kesanggupan penuh (full commitment) penjualan saham Negara Republik Indonesia
di PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
PENJAMIN PELAKSANA EMISI EFEK
PT Bahana Securities (Terafiliasi)
PENJAMIN EMISI EFEK
[Akan ditentukan kemudian]
ALASAN DAN PERTIMBANGAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA UNTUK MENGADAKAN PENJUALAN ATAS KEPEMILIKAN SAHAMNYA DI PT BANK NEGARA INDONESIA
(PERSERO) TBK ADALAH DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM PRIVATISASI BUMN
INFORMASI YANG DIUNGKAPKAN DALAM PROSPEKTUS INI SEPENUHNYA BERASAL DARI INFORMASI PUBLIK ATAU YANG TELAH DIUNGKAPKAN OLEH BNI DALAM
PROSPEKTUS PENAWARAN UMUM TERBATAS II TANGGAL 28 JUNI 2007. NEGARA REPUBLIK INDONESIA TIDAK MEMILIKI INFORMASI ORANG DALAM ATAU INFORMASI YANG
BELUM TERSEDIA UNTUK PUBLIK SEHINGGA SELURUH INFORMASI YANG DIMILIKINYA SAMA DENGAN INFORMASI YANG DISAJIKAN DALAM PROSPEKTUS
NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN INI MENYATAKAN BAHWA SAHAM YANG DITAWARKAN DALAM PENAWARAN UMUM INI DIMILIKI SECARA SAH DAN DALAM KEADAAN
BEBAS, TIDAK SEDANG DALAM SENGKETA DAN ATAU DIJAMINKAN KEPADA PIHAK MANAPUN SERTA TIDAK SEDANG DITAWARKAN KEPADA PIHAK LAIN
SAHAM NEGARA REPUBLIK INDONESIA DI PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK AKAN DIDISTRIBUSIKAN SECARA ELEKTRONIK YANG DIADMINISTRASIKAN
DALAM PENITIPAN KOLEKTIF PT KUSTODIAN SENTRAL EFEK INDONESIA (”KSEI”). PENYELESAIAN TRANSAKSI BURSA UNTUK SAHAM INI DILAKUKAN SECARA
PEMINDAHBUKUAN
Prospektus ini diterbitkan di Jakarta pada tanggal 2 Juli 2007
PENAWARAN UMUM
Negara Republik Indonesia (“Negara Republik Indonesia”) sebagai pemegang saham PT Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk (“BNI”) telah menyampaikan Pernyataan Pendaftaran sehubungan dengan
penjualan saham Negara Republik Indonesia di BNI melalui Penawaran Umum kepada Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (“BAPEPAM dan LK”) pada tanggal 29 Juni 2007
di Jakarta dengan surat No.S-448/MBU/2007 tertanggal 29 Juni 2007 sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan dalam Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tanggal 10 November 1995 tentang Pasar
Modal (Lembaran Negara No.64 Tahun 1995 Tambahan Nomor 3608) beserta peraturan
pelaksanaannya (“Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995”).
Penjamin Pelaksana Emi si Efek dan [Para Penjamin Emisi Efek] atas nama Negara Republik Indonesia
dengan ini melakukan Penawaran Umum Sebanyak-banyaknya 3.475.231.980 (tiga miliar empat ratus
tujuh puluh lima juta dua ratus tiga puluh satu ribu sembilan ratus delapan puluh) Saham Biasa Atas
Nama Seri C, yang terdiri dari sebanyak-banyaknya 1.500.668.355 (satu miliar lima ratus juta enam
ratus enam puluh delapan ribu tiga ratus lima puluh lima) Saham Biasa Atas Nama Seri C lama milik
Negara Republik Indonesia dalam rangka program divestasi lanjutan (“Saham Divestasi”) dan sebanyakbanyaknya 1.974.563.625 (satu miliar sembilan ratus tujuh puluh empat juta lima ratus enam puluh
tiga ribu enam ratus dua puluh lima) Saham Biasa Atas Nama Seri C baru milik Negara Republik
Indonesia hasil pelaksanaan seluruh hak dalam Penawaran Umum Terbatas II (“Saham Hasil
Pelaksanaan HMETD”), dengan nilai nominal Rp375,00 (tiga ratus tujuh puluh lima Rupiah) setiap
saham, yang ditawarkan kepada masyarakat dengan harga penawaran Rp ( Rupiah) setiap saham
yang harus dibayar penuh pada saat mengajukan Formulir Pemesanan dan Pembelian Saham.
Saham Hasil Pelaksanaan HMETD merupakan saham yang diperoleh oleh Negara Republik Indonesia
sebagai pemegang saham BNI setelah melaksanakan seluruh HMETD yang dimilikinya dalam
Penawaran Umum Terbatas II, yaitu sebanyak-banyaknya 1.974.563.625 (satu miliar sembilan ratus
tujuh puluh empat juta lima ratus enam puluh tiga ribu enam ratus dua puluh lima) Saham Biasa Atas
Nama Seri C. PT Bahana Securities atas nama Negara Republik Indonesia akan menyetorkan dana
pelaksanaan HMETD yang berasal dari hasil Penawaran Umum oleh Negara Republik Indonesia
yang dilakukan secara paralel dengan Penawaran Umum Terbatas II. Saham Hasil Pelaksanaan
HMETD tersebut akan langsung dijual oleh Negara Republik Indonesia kepada investor dan langsung
didistribusikan secara elektronik ke dalam rekening efek para investor, dan PT Bahana Securities
atas nama Negara Republik Indonesia akan menyetorkan dana pelaksanaan HMETD yang berasal
dari hasil Penawaran Umum oleh Negara Republik Indonesia yang dilakukan secara paralel dengan
Penawaran Umum Terbatas II.
Negara Republik Indonesia memberikan opsi kepada penjamin pelaksana emisi efek yang dapat
dilaksanakan, sebagian atau seluruhnya, pada setiap saat dalam jangka waktu sampai dengan 30
hari kalender Sejak Tanggal Pembayaran, untuk meningkatkan jumlah saham yang ditawarkan sampai
dengan jumlah sebanyak-banyaknya 473.895.270 (empat ratus tujuh puluh tiga juta delapan ratus
sembilan puluh lima ribu dua ratus tujuh puluh) Saham Biasa Atas Nama Seri C milik Pemerintah
Negara Republik Indonesia (Saham Divestasi) pada harga penawaran umum (“Opsi Penjatahan
Lebih”).
1
Komposisi Modal Saham BNI pada saat Prospektus ini diterbitkan adalah sebagai berikut:
Modal Saham
Terdiri Dari Saham Seri A Dwiwarna dan Saham Biasa Atas Nama Seri B
Dengan Nilai Nominal Rp7.500,00 (tujuh ribu lima ratus Rupiah) Setiap Saham dan
Saham Biasa Atas Nama Seri C Dengan Nilai Nominal Rp375,00 (tiga ratus tujuh puluh lima Rupiah) Setiap Saham
Keterangan
Jumlah
Saham
Jumlah Nilai
Nominal (Rp)
Persentase
(%)
A. Modal Dasar
- Saham Seri A Dwiwarna
- Saham Seri B
- Saham Seri C
Jumlah Modal Dasar
B. Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
- Saham Seri A Dwiwarna
Negara Republik Indonesia
- Saham Seri B
Negara Republik Indonesia
Masyarakat
- Saham Seri C
Negara Republik Indonesia
Masyarakat
Jumlah Modal Ditempatkan dan
Disetor Penuh
C. Jumlah Saham Dalam Portepel
1
289.341.866
34.213.162.660
34.502.504.527
7.500
2.170.063.995.000
12.829.935.997.500
15.000.000.000.000
0,00
0,84
99,16
100,00
1
7.500
0,00
217.006.399
72.335.467
1.627.547.992.500
542.516.002.500
1,63
0,55
12.946.751.100
45.594.433
4.855.031.662.500
17.097.912.375
97,48
0,34
13.281.687.400
7.042.193.577.375
100,00
21.220.817.127
7.957.806.422.625
Secara paralel dengan pelaksanaan transaksi ini, BNI juga sedang melakukan Penawaran Umum
Terbatas II kepada para Pemegang Saham Perseroan dalam rangka penerbitan Hak Memesan Efek
Terlebih Dahulu sampai dengan sebanyak-banyaknya 1.992.253.110 (satu miliar sembilan ratus
sembilan puluh dua juta dua ratus lima puluh tiga ribu seratus sepuluh) Saham Biasa Atas Nama
Seri C baru dengan nilai nominal Rp375,00 (tiga ratus tujuh puluh lima Rupiah) setiap saham. Setiap
pemegang 20 (dua puluh) Saham lama yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham BNI
pada tanggal 9 Agustus 2007 pukul 16.00 WIB mempunyai 3 (tiga) Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu (HMETD) dengan harga pelaksanaan Rp2.025 (dua ribu dua puluh lima Rupiah) setiap saham
yang harus dibayar penuh pada saat mengajukan Formulir Pemesanan dan Pembelian Saham.
Jumlah saham yang ditawarkan dalam Penawaran Umum Terbatas II dengan cara penerbitan HMETD
ini adalah jumlah maksimum saham yang seluruhnya akan dikeluarkan dari portepel serta akan
dicatatkan di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya dengan memperhatikan peraturan
perundangan yang berlaku.
Negara Republik Indonesia sebagai pemegang saham utama BNI akan melaksanakan seluruh haknya
dalam Penawaran Umum Terbatas II dan seluruh saham baru hasil pelaksanaan tersebut, yaitu
sebanyak-banyaknya 1.974.563.625 (satu miliar sembilan ratus tujuh puluh empat juta lima ratus
enam puluh tiga ribu enam ratus dua puluh lima) Saham Biasa Atas Nama Seri C akan langsung
dijual kepada investor.
2
Apabila seluruh HMETD yang ditawarkan dilaksanakan seluruhnya, susunan modal saham dan
pemegang saham BNI sebelum dan sesudah Penawaran Umum Terbatas II, secara proforma menjadi
sebagai berikut:
Modal Saham
Terdiri Dari Saham Seri A Dwiwarna dan Saham Biasa Atas Nama Seri B
Dengan Nilai Nominal Rp7.500,00 (tujuh ribu lima ratus Rupiah) Setiap Saham dan
Saham Biasa Atas Nama Seri C Dengan Nilai Nominal Rp375,00 (tiga ratus tujuh puluh lima Rupiah) Setiap Saham
Keterangan
A. Modal Dasar
- Saham Seri A Dwiwarna
- Saham Seri B
- Saham Seri C
Jumlah Modal Dasar
B. Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
- Saham Seri A Dwiwarna
Negara Republik Indonesia
- Saham Seri B
Negara Republik Indonesia
Masyarakat
- Saham Seri C
Negara Republik Indonesia
Masyarakat
Sebelum Penawaran Umum Terbatas II
Setelah Penawaran Umum Terbatas II
Jumlah
Saham
Jumlah Nilai
Nominal (Rp)
Persentase
(%)
Jumlah
Saham
Jumlah Nilai Persentase
Nominal (Rp)
(%)
1
289.341.866
34.213.162.660
7.500
2.170.063.995.000
12.829.935.997.500
0,00
0,84
99,16
1
289.341.866
34.213.162.660
7.500
2.170.063.995.000
12.829.935.997.500
0,00
0,84
99,16
34.502.504.527
15.000.000.000.000
100,00
34.502.504.527
15.000.000.000.000
100,00
1
7.500
0,00
1
7.500
0,00
217.006.399
72.335.467
1.627.547.992.500
542.516.002.500
1,63
0,55
217.006.399
72.335.467
1.627.547.992.500
542.516.002.500
1,42
0,47
12.946.751.100
45.594.433
4.855.031.662.500
17.097.912.375
97,48
0,34
12.946.751.100
2.037.847.543
4.855.031.662.500
764.192.828.625
84,76
13,34
100,00
15.273.940.510
7.789.288.493.625
100,00
19.228.564.017
7.210.711.506.375
Jumlah Modal Ditempatkan dan
Disetor Penuh
13.281.687.400
7.042.193.577.375
C. Jumlah Saham Dalam Portepel
21.220.817.127
7.957.806.422.625
Negara Republik Indonesia sebagai pemegang saham utama BNI akan melaksanakan haknya dan
seluruh saham baru hasil pelaksanaan akan langsung dijual kepada investor.
Dengan terjualnya seluruh saham yang ditawarkan Negara Republik Indonesia melalui Penawaran
Umum Oleh Pemegang Saham, maka susunan modal saham dan pemegang saham BNI secara
proforma menjadi sebagai berikut:
Keterangan
A. Modal Dasar
- Saham Seri A Dwiwarna
- Saham Seri B
- Saham Seri C
Jumlah Modal Dasar
B. Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
- Saham Seri A Dwiwarna
Negara Republik Indonesia
- Saham Seri B
Negara Republik Indonesia
Masyarakat
- Saham Seri C
Negara Republik Indonesia
Masyarakat
Setelah PUT II,
Sebelum Penawaran Umum Oleh Negara RI
Setelah PUT II,
Setelah Penawaran Umum Oleh Negara RI
Jumlah
Saham
Jumlah Nilai
Nominal (Rp)
Persentase
(%)
Jumlah
Saham
Jumlah Nilai
Nominal (Rp)
Persentase
(%)
1
289.341.866
34.213.162.660
34.502.504.527
7.500
2.170.063.995.000
12.829.935.997.500
15.000.000.000.000
0,00
0,84
99,16
100,00
1
289.341.866
34.213.162.660
34.502.504.527
7.500
2.170.063.995.000
12.829.935.997.500
15.000.000.000.000
0,00
0,84
99,16
100,00
1
7.500
0,00
1
7.500
0,00
217.006.399
72.335.467
1.627.547.992.500
542.516.002.500
1,42
0,47
217.006.399
72.335.467
1.627.547.992.500
542.516.002.500
1,42
0,47
12.946.751.100
2.037.847.543
4.855.031.662.500
764.192.828.625
84,76
13,34
11.446.082.745
3.538.515.898
4.292.281.029.375
1.326.943.461.750
74,94
23,17
Jumlah Modal Ditempatkan dan
Disetor Penuh
15.273.940.510
7.789.288.493.625
100,00
15.273.940.510
7.789.288.493.625
100,00
C. Jumlah Saham Dalam Portepel
19.228.564.017
7.210.711.506.375
19.228.564.017
7.210.711.506.375
Negara Republik Indonesia memberikan opsi kepada penjamin pelaksana emisi efek yang dapat
dilaksanakan, sebagian atau seluruhnya, pada setiap saat dalam jangka waktu sampai dengan 30
hari kalender sejak tanggal pembayaran, untuk meningkatkan jumlah saham yang ditawarkan sampai
dengan jumlah sebanyak-banyaknya 473.895.270 (empat ratus tujuh puluh tiga juta delapan ratus
sembilan puluh lima ribu dua ratus tujuh puluh) Saham Biasa Atas Nama Seri C milik Pemerintah
Negara Republik Indonesia (divestasi) pada harga penawaran umum (“Opsi Penjatahan Lebih”).
3
Apabila Penjamin Pelaksana Emisi Efek mempergunakan seluruh opsinya untuk meningkatkan jumlah
saham yang ditawarkan dalam Penawaran Umum dengan Opsi Penjatahan Lebih, maka susunan
modal saham dan pemegang saham BNI sesudah Penawaran Umum Oleh Pemegang Saham dengan
kondisi apabila seluruh opsi tidak dilaksanakan dan seluruh opsi dilaksanakan secara proforma
adalah sebagai berikut:
Terdiri Dari Saham Seri A Dwiwarna dan Saham Biasa Atas Nama Seri B
Dengan Nilai Nominal Rp7.500,00 (tujuh ribu lima ratus Rupiah) Setiap Saham dan
Saham Biasa Atas Nama Seri C Dengan Nilai Nominal Rp375,00 (tiga ratus tujuh puluh lima Rupiah) Setiap Saham
Keterangan
Modal Dasar
- Saham Seri A Dwiwarna
- Saham Seri B
- Saham Seri C
Jumlah Modal Dasar
B. Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
- Saham Seri A Dwiwarna
Negara Republik Indonesia
- Saham Seri B
Negara Republik Indonesia
Masyarakat
- Saham Seri C
Negara Republik Indonesia
Masyarakat
Setelah PUT II,
Sebelum Penawaran Umum Oleh Negara RI
Seluruh Opsi Tidak Dilaksanakan
Setelah PUT II,
Setelah Penawaran Umum Oleh Negara RI
Seluruh Opsi Dilaksanakan
Jumlah
Saham
Jumlah Nilai
Nominal (Rp)
Persentase
(%)
Jumlah
Saham
1
289.341.866
34.213.162.660
34.502.504.527
7.500
2.170.063.995.000
12.829.935.997.500
15.000.000.000.000
0,00
0,84
99,16
100,00
1
289.341.866
34.213.162.660
34.502.504.527
Jumlah Nilai Persentase
Nominal (Rp)
(%)
A.
7.500
2.170.063.995.000
12.829.935.997.500
15.000.000.000.000
0,00
0,84
99,16
100,00
1
7.500
0,00
1
7.500
0,00
217.006.399
72.335.467
1.627.547.992.500
542.516.002.500
1,42
0,47
217.006.399
72.335.467
1.627.547.992.500
542.516.002.500
1,42
0,47
11.446.082.745
3.538.515.898
4.292.281.029.375
1.326.943.461.750
74,94
23,17
10.972.187.475
4.012.411.168
4.114.570.303.125
1.504.654.188.000
71,84
26,27
Jumlah Modal Ditempatkan dan
Disetor Penuh
15.273.940.510
7.789.288.493.625
100,00
15.273.940.510
7.789.288.493.625
100,00
C. Jumlah Saham Dalam Portepel
19.228.564.017
7.210.711.506.375
19.228.564.017
7.210.711.506.375
4
KETERANGAN SINGKAT MENGENAI NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Sesuai dengan amanat TAP MPR Nomor IV/MPR/1999 tahun 1999, TAP MPR Nomor X/MPR/2001
tahun 2001 dan TAP MPR Nomor VI/MPR/2002 tahun 2002, antara lain menugaskan Pemerintah
untuk melakukan privatisasi atas BUMN, mensosialisasikan dan berkonsultasi terlebih dahulu dengan
DPR dalam melakukan Program Privatisasi BUMN.
Sesuai dengan kebijakan Pemerintah untuk memperbaiki kinerja BUMN, salah satu kebijakan yang
telah dilaksanakan sejak tahun 1994 adalah dengan melakukan privatisasi terhadap BUMN. Privatisasi
dilakukan dengan maksud untuk memperluas kepemilikan masyarakat atas saham Perseroan. Hal
tersebut ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara (”UUBMN”).
Sebagai implementasi dari UUBMN, Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 33
tanggal 5 September 2005 tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero) (”PP
Divestasi”). PP Divestasi menetapkan tentang cara-cara privatisasi yaitu dilakukan melalui penjualan
saham berdasarkan ketentuan pasar modal, penjualan saham secara langsung kepada investor
dan penjualan saham kepada manajemen dan/atau karyawan Persero yang bersangkutan.
Pemerintah dapat melakukan privatisasi setelah DPR-RI memberikan persetujuan atas RAPBN yang
di dalamnya terdapat target penerimaan negara dari hasil Privatisasi. Rencana privatisasi tersebut
akan dituangkan dalam program tahunan privatisasi yang pelaksanaannya dikonsultasikan kepada
DPR-RI.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 tanggal 14 Juli 2003, yang mewakili Pemerintah selaku
pemegang saham Negara Republik Indonesia adalah Menteri Negara BUMN, yang mewakili
Pemerintah Republik Indonesia selaku:
1. Pemegang Saham atau di dalam RUPS dari Perseroan Terbatas yang sebagian sahamnya dimiliki
oleh Negara Republik Indonesia;
2. Wakil Pemerintah pada Perusahaan Umum (PERUM); dan
3. Pembinaan Keuangan pada Perusahaan Jawatan (PERJAN).
Dalam rangka pelaksanaan privatisasi, Pemerintah melalui Keputusan Presiden Nomor 122 tahun
2001 dan telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 7 tanggal 11 Januari 2002 tentang Tim
Kebijakan Privatisasi BUMN, telah membentuk Tim Kebijakan Privatisasi BUMN dengan susunan
keanggotaan sebagai berikut:
Ketua merangkap Anggota:
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Wakil Ketua merangkap Anggota / Ketua Harian:
Menteri Negara BUMN
Anggota:
-
Menteri Keuangan
-
Sekretaris Negara
-
Menteri Teknis sebagai regulator di sektor dimana BUMN melakukan kegiatan usaha
Sekretaris:
Sekretaris Menteri Negara BUMN
5
Menteri Negara BUMN dalam melaksanakan program privatisasi BUMN, melaksanakan tugas-tugas
sebagai berikut:
1. Menetapkan BUMN yang akan menjalani program privatisasi;
2. Menetapkan metode privatisasi yang digunakan;
3. Menetapkan jenis serta rentangan jumlah saham yang dilepas;
4. Menetapkan rentangan harga jual saham;
5. Menyajikan perkiraan nilai yang dapat diperoleh dari program privatisasi suatu BUMN.
Sebagai Ketua Harian pelaksanaan privatisasi BUMN, maka Menteri Negara BUMN melalui Surat
Keputusan Nomor Kep-35/M.BUMN/2001 tanggal 27 November 2001 telah menetapkan cara-cara
pelaksanaan privatisasi BUMN.
Pemerintah dan BNI telah memperoleh izin Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang
tertuang dalam Surat No.PW.00/2997/DPR RI/2007 tanggal 29 Maret 2007 mengenai Persetujuan
Rencana Privatisasi PT BNI Tbk serta melalui Peraturan Pemerintah Nomor Tahun (PP Nomor)
Tentang Penjualan Saham Milik Negara Republik Indonesia Pada Perusahaan Perseroan (Persero)
PT Bank Negara Indonesia.
Sesuai dengan keputusan DPR dan PP di atas, maka Negara Republik Indonesia akan melakukan
divestasi lanjutan dengan cara Penawaran Umum (Saham Divestasi). Dalam waktu yang bersamaan,
BNI juga melakukan Penawaran Umum Terbatas II dengan HMETD. Negara Republik Indonesia
sebagai pemegang saham utama BNI akan melaksanakan seluruh haknya dalam Penawaran Umum
Terbatas II dan seluruh saham baru hasil pelaksanaan tersebut akan langsung dijual kepada investor
dalam Penawaran Umum (Saham Hasil Pelaksanaan HMETD).Dengan demikian Pemerintah
melakukan Penawaran Umum kedua jenis saham BNI tersebut.
Sesuai dengan tujuan pelaksanaannya, seluruh dana hasil Penawaran Umum setelah dikurangi
dengan dana yang disetorkan ke rekening BNI sehubungan dengan Saham Hasil Pelaksanaan
HMETD dan biaya-biaya privatisasi akan disetorkan langsung ke Kas Negara
6
PERNYATAAN HUTANG BNI
Pada tanggal 31 Maret 2007, BNI mempunyai kewajiban sebesar Rp160.397 miliar dan Kewajiban
Komitmen dan Kontinjensi sebesar Rp18.623 miliar dengan perincian sebagai berikut:
1. Kewajiban
(dalam miliar Rupiah)
Keterangan
31 Maret 2007
Kewajiban segera
Simpanan nasabah:
- Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
- Pihak ketiga
Simpanan dari bank lain
- Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
- Pihak ketiga
Surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali
Kewajiban derivatif
Kewajiban akseptasi
Surat berharga yang diterbitkan
Pinjaman yang diterima
Hutang pajak
Kewajiban pajak tangguhan
Estimasi kerugian atas komitmen dan kontinjensi
Biaya yang masih harus dibayar dan kewajiban lain-lain
Pinjaman subordinasi
Jumlah kewajiban
1.315
36
141.692
2.588
13
2.687
992
4.702
311
138
3.652
2.271
160.397
2. Kewajiban Komitmen dan Kontinjensi
(dalam miliar Rupiah)
Keterangan
31 Maret 2007
Kewajiban komitmen
- Fasilitas kredit kepada debitur yang belum digunakan
- Irrevocable letters of credit yang masih berjalan
Kewajiban kontinjensi
- Garansi yang diterbitkan dalam bentuk:
- Performance bonds
- Bid bonds
- Advance payment bonds
- Standby letters of credit
- Garansi bank lainnya
9.846
4.236
14.082
1.372
1.193
603
313
1.060
4.541
18.623
Jumlah kewajiban komitmen dan kontinjensi
7
ANALISIS DAN PEMBAHASAN OLEH MANAJEMEN BNI
1. Umum
Kegiatan Usaha
BNI merupakan salah satu perusahaan jasa keuangan dan bank terkemuka di Indonesia. BNI
merupakan bank kedua terbesar dalam jumlah cabang dan ketiga terbesar dalam jumlah aktiva,
kredit dan simpanan nasabah (berdasarkan informasi keuangan publikasi per tanggal 31 Maret 2007).
Per 31 Maret 2007, BNI memiliki total aktiva sebesar Rp174.972 miliar, jumlah kredit yang diberikan
sebesar Rp69.133 miliar, dan simpanan nasabah sebesar Rp141.727 miliar.
Kegiatan operasional dan perbandingan hasil keuangan bank dari tahun ke tahun sangat dipengaruhi
oleh berbagai faktor eksternal antara lain kondisi perekonomian di Indonesia, adanya perubahan
kebijakan Pemerintah serta peraturan Perbankan, fluktuasi tingkat suku bunga dan nilai tukar.
Perekonomian Indonesia
Kondisi perekonomian dan moneter di Indonesia sangat berpengaruh dan akan terus memberikan
dampak yang besar terhadap kondisi keuangan dan operasional BNI. Krisis ekonomi regional tahun
1997 berdampak buruk pada ketidakmampuan debitur dalam memenuhi kewajibannya, hal ini
menyebabkan terjadinya penurunan kualitas aktiva produktif dan kualitas kredit yang diberikan, naiknya
kredit bermasalah, penurunan nilai agunan, terbatasnya likuiditas dan permasalahan perbankan
lainnya. Akibat krisis ekonomi tersebut Pemerintah melakukan tindakan dengan merestrukturisasi
sektor perbankan di Indonesia. Untuk mendukung program ini Pemerintah didukung oleh IMF, World
Bank dan Asian Development Bank, melalui program rekapitalisasi untuk bank komersial swasta
dan bank Pemerintah dengan membentuk BPPN yang berperan sebagai koordinator restrukturisasi
sektor perbankan nasional.
Kebijakan Pemerintah
Sektor perbankan Indonesia diatur secara ketat oleh undang-undang Perbankan untuk mengatur
kegiatan operasional dan keuangan bank melalui kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia berdasarkan hukum dan undang-undang Indonesia. Sebagai contoh, di tahun 2005, Bank
Indonesia mengeluarkan kebijakan “one debtor policy” yang merupakan syarat kepada bank untuk
mengklasifikasikan kredit yang diberikan kepada kelompok 20 debitur terbesar ke dalam klasifikasi
yang terendah untuk setiap kredit yang diberikan kepada masing-masing debitur (atau debitur dalam
kelompok tersebut) dapat diklasifikasikan dan ditentukan oleh bank-bank di Indonesia. Sehingga,
apabila salah satu debitur dalam kelompok 20 debitur besar (atau debitur dalam kelompok tersebut)
saat ini memiliki pinjaman kepada BNI atau memiliki pinjaman dengan bank-bank lain kemudian
pinjaman tersebut bermasalah, BNI harus memenuhi persyaratan tersebut dengan mengklasifikasikan
debitur tersebut (atau debitur kelompok tersebut) ke dalam kredit yang bermasalah meskipun seluruh
persyaratan pembayaran telah terpenuhi. Akibat kebijakan tersebut di tahun 2005, BNI mereklasifikasi
kredit yang diberikan sebesar Rp3,24 triliun yang sebelumnya tidak bermasalah menjadi bermasalah,
sehingga BNI harus mencadangkan penyisihan yang besar atas kredit tersebut.
Rekapitalisasi
Krisis ekonomi di Indonesia tahun 1997 berdampak besar pada bank-bank Pemerintah termasuk
BNI, sebagian besar kredit korporasi BNI menjadi kredit bermasalah dan CAR menurun tajam dibawah
tingkat minimum 8,0% yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Menghadapi situasi tersebut, Pemerintah
memutuskan untuk merekapitalisasi sejumlah bank milik Pemerintah, termasuk BNI, di bawah program
rekapitalisasi. Program ini bertujuan untuk menghapuskan sebagian dari akumulasi kerugian bankbank yang berada dalam program ini sehingga dapat memenuhi CAR 4,0%. Pada 30 Juni 1999, BNI
menerbitkan saham baru melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) sebesar
151.904.480.000 lembar Saham Seri C. Setiap pemegang saham dari satu lembar saham lama
memperoleh hak untuk membeli 35 lembar saham baru dengan harga Rp347,58 per lembar saham.
8
Sebagai akibat dari HMETD ini BNI menerbitkan 683.916.500 lembar Saham Seri C kepada publik
pada tanggal 21 Juli 1999 dan 151.220.563.500 lembar Saham Seri C kepada Pemerintah pada
tanggal 7 April 2000 dan 30 Juni 2000 sebagai bagian dari program rekapitalisasi Pemerintah di
bawah Peraturan Pemerintah No.52 tahun 1999. Pada tanggal 26 Juni 2000, BNI menerbitkan
44.946.404.500 lembar tambahan Saham Seri C baru kepada Pemerintah atas persetujuan Menteri
Keuangan dengan nilai rekapitalisasi sebesar Rp61,8 triliun, lebih tinggi Rp9 triliun dari angka yang
dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah No. 52 tahun 1999. Pada tanggal 20 Juli 2001, modal BNI
berkurang sebanyak 1.965.701.500 lembar Saham Seri C sebagai bentuk pembayaran kembali
kepada Pemerintah atas kelebihan pembayaran dana rekapitalisasi. Pemegang saham publik
mengalami dilusi kepemilikan dari sekitar 25% sebelum rekapitalisasi menjadi kurang dari 1% setelah
rekapitalisasi.
Perpajakan
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2004, BNI tidak melakukan pembayaran
pajak karena BNI memperoleh fasilitas ”tax loss carry forward” yang dapat dikompensasikan dengan
pendapatan pada tahun tertentu. Namun untuk pembayaran pajak pada periode yang berakhir tanggal
31 Desember 2005 dan 2006 fasilitas”tax loss carry forward” tersebut telah berakhir, sehingga tidak
dapat dipergunakan lagi untuk mengurangi pajak pendapatan pada akhir 31 Desember 2007 dan
dimasa yang akan datang.
Perubahan pada Nilai Surat berharga, Nilai Tukar Mata Uang Asing dan Tingkat Suku Bunga
Nilai tukar mata uang asing, tingkat suku bunga dan harga surat berharga mengalami fluktuasi secara
signifikan di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Fluktuasi ini berdampak diantaranya terhadap
permintaan atas produk dan jasa, nilai dan tingkat pengembalian (rate of return) aktiva, ketersediaan
pendanaan dan cost of fund serta kondisi keuangan nasabah BNI.
Tingkat suku bunga SBI juga mengalami fluktuasi pada periode yang sama, seperti pada tabel berikut:
Tahun
2004
2005
2006
2007
31 Maret
30 Juni
30 September
31 Desember
7,4%
7,4%
12,8%
9,0%
7,3%
8,3%
12,5%
-
7,4%
10,0%
11,3%
-
7,4%
12,8%
9,8%
-
Sumber : Bank Indonesia
2. Kebijakan Akuntansi Penting
Catatan atas laporan keuangan konsolidasi BNI dan Anak Perusahaan berisi ikhtisar kebijakan
akuntansi penting. Beberapa dari kebijakan ini sangat penting bagi penyajian kondisi keuangan BNI,
karena kebijakan-kebijakan tersebut mengharuskan manajemen untuk membuat pertimbangan dalam
kondisi sulit, kompleks dan subyektif, beberapa diantaranya dimungkinkan memiliki keterkaitan dengan
hal-hal tidak pasti.
Klasifikasi Aktiva Produktif Bermasalah dan Penyisihan Kerugian Aktiva Produktif
Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia, BNI telah mencadangkan penyisihan untuk kerugian ke
dalam ”pencadangan umum” dimana portofolio kredit BNI dikategorikan (1)”lancar”, (2) ”dalam
perhatian khusus”, (3)”kurang lancar”, (4)”diragukan”, dan (5)”macet”. Dalam mengklasifikasikan
kredit, manajemen BNI mempertimbangkan berbagai faktor termasuk prospek dari debitur. Apabila
terdapat perbedaan pengklasifikasian kredit antara yang ditetapkan oleh BNI dan Bank Indonesia,
maka manajemen wajib mengikuti rekomendasi dari Bank Indonesia.
9
Penilaian Obligasi Pemerintah dan Surat Berharga
BNI memiliki jumlah Obligasi Pemerintah yang cukup signifikan, BNI melakukan investasi pada
berbagai jenis instrumen keuangan, termasuk SBI dan surat hutang. Surat berharga tersebut terbagi
dalam surat berharga yang “diperdagangkan”, “tersedia untuk dijual” atau “dimiliki hingga jatuh tempo”.
3. Perpajakan
Semua perbedaan temporer antara jumlah tercatat aktiva dan kewajiban dengan dasar pengenaan
pajaknya diakui sebagai pajak tangguhan dengan metode kewajiban (liability method). Tarif pajak
yang berlaku saat ini dipakai untuk menentukan pajak tangguhan. Aktiva pajak tangguhan diakui
apabila besar kemungkinan bahwa jumlah laba fiskal pada masa mendatang akan memadai untuk
dapat dikompensasi. Koreksi terhadap kewajiban perpajakan diakui saat surat ketetapan pajak diterima
atau jika mengajukan keberatan, pada saat keputusan atas keberatan tersebut telah ditetapkan.
4. Pendapatan dan Beban
Pos-pos penting pada laporan laba rugi konsolidasi BNI adalah pendapatan bunga, pendapatan fee
dan komisi, beban bunga, beban fee dan komisi, pendapatan operasional lainnya, beban operasional
lainnya, pendapatan non-operasional bersih dan manfaat (beban) pajak. Penjelasan singkat dari
pos-pos ini adalah sebagai berikut:
•
Pendapatan Bunga. Pos ini terdiri dari pendapatan bunga yang terutama diperoleh dari portofolio
Obligasi Pemerintah, kredit, dan surat-surat berharga. BNI juga menerima pendapatan dari
penempatan pada bank-bank lainnya, termasuk Bank Indonesia, serta produk-produk perbankan
Syariah. Pendapatan bunga lain-lain termasuk bunga non-kredit.
•
Pendapatan Provisi dan Komisi atas pinjaman yang diberikan. Pendapatan provisi dan komisi
atas pinjaman yang diberikan termasuk fee administrasi, komitmen fee, dan fee lainnya dan
komisi lainnya yang ditagihkan kepada nasabah BNI pada saat pemberian kredit atau fasilitas
baru atau kontrak baru.
•
Beban Bunga. Pos ini terutama terdiri atas bunga yang dibayarkan atau dicatat atas simpanan
dari nasabah, pinjaman yang diterima, dan instrumen hutang lain yang diterbitkan BNI, seperti
penerbitan obligasi. Beban bunga dari penerbitan obligasi subordinasi BNI sebesar 250 juta
Dollar AS termasuk beban bunga atas pinjaman. BNI juga membayar bunga atas simpanan dari
bank lain.
•
Biaya lain-lain. Beban fee dan komisi termasuk komitmen fee dan fee lainnya dan biaya komisi
dari bank atau pasar uang lainnya pada saat dikeluarkannya pinjaman.
•
Pendapatan Operasional Lain. Pos ini terdiri atas fee dan komisi lain-lain, keuntungan selisih
kurs valuta asing, fee dan komisi ekspor impor, keuntungan dari penjualan surat berharga
(dikurangi oleh kerugian penjualan surat berharga), dan Obligasi Pemerintah dan pendapatan
lain-lain. Fee dan komisi yang berhubungan dengan pengelolaan rekening nasabah (fee layanan
bulanan dan pengenaan biaya pada rekening dibawah minimum), biaya transfer, fee bisnis kartu,
fee bank garansi, fee investment banking, fee dan jasa layanan lainnya (terutama yang terkait
dengan biaya 1% yang dikenakan untuk penarikan dana dalam Dolar AS dari rekening Dolar AS)
serta pendapatan lainnya. Keuntungan dan kerugian selisih kurs termasuk keuntungan dan
kerugian yang direalisasi dan yang belum direalisasi untuk transaksi spot dan forward dan nilai
tukar mata uang asing (seperti keuntungan atau kerugian dari penjabaran neraca keuangan BNI
per tanggal neraca). Keuntungan surat berharga termasuk keuntungan (setelah dikurangi
kerugian) dari perdagangan surat berharga dan surat berharga yang disesuaikan dengan harga
pasar dan portofolio perdagangan obligasi pemerintah BNI. Pendapatan lain-lain termasuk biaya
fee pada penggunaan layanan tambahan kartu kredit antara lain asuransi, penerimaan dari
pinjaman yang telah dihapusbukukan sebelumnya, beban biaya reimbursement pada nasabah
dan pendapatan yang diperoleh dari anak perusahaan yang dialokasikan pada pendapatan
operasional lain-lain.
10
•
Penyisihan untuk kerugian aktiva produktif. BNI telah melakukan penyisihan atas kerugian
kualitas aktiva produktif termasuk penempatan pada bank-bank lain, surat berharga, biaya dan
tagihan lain-lain, kredit yang diberikan dan investasi.
•
Beban Operasional Lain. Pos ini terutama terdiri atas beban gaji dan kesejahteraan karyawan,
beban umum dan administrasi, dan biaya lain-lain. Beban gaji dan kesejahteraan karyawan
termasuk beban biaya gaji dan upah, tunjangan karyawan, dan pendidikan dan pelatihan. Beban
biaya umum dan administrasi termasuk biaya sewa, persediaan kantor, biaya komunikasi,
teknologi informasi, beban perbaikan dan pemeliharaan, listrik dan air, beban transportasi,
penelitian dan pengembangan, dan beban lainnya. Pos lain-lain ini termasuk biaya promosi
umum, asuransi, biaya administrasi non-kredit, biaya operasional lainnya (terutama overhead,
pajak, dan beban lainnya dari kantor cabang luar negeri), fee sesuai dengan Program Penjaminan
Pemerintah dikenakan biaya sebesar 0,1% per tahun yang dihitung berdasarkan nilai rata-rata
simpanan dan biaya lain-lain.
•
Pendapatan Non-Operasional dikurangi beban non-operasional. Pos ini terdiri dari
keuntungan dari pelepasan aktiva, beban dari penghapusbukuan kewajiban dan pendapatan
lain-lain.
•
Manfaat (Beban) Pajak. Pos ini terdiri atas pajak penghasilan badan kini dan pendapatan pajak
tangguhan.
•
Hak minoritas dalam laba bersih anak perusahaan. Terdiri dari minoritas atas porsi saham
yang dimiliki BNI terhadap laba bersih dan ekuitas dikurangi oleh pemegang saham mayoritas
anak perusahaan.
5. Hasil Operasi
Laporan keuangan periode tiga bulan yang berakhir 31 Maret 2007
Pendapatan Bunga
Pendapatan bunga untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2007 adalah
sebesar Rp3.594 miliar.
Tabel berikut menggambarkan komponen-komponen dari Pendapatan Bunga:
(dalam miliar Rupiah)
Periode tiga Bulan Yang Berakhir Pada
Tanggal 31 Maret 2007
Pendapatan Bunga dari pinjaman/pembiayaan(1)
Pendapatan Bunga dari Obligasi Pemerintah
Pendapatan Bunga dari Penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia
Pendapatan Bunga dari Surat Berharga(2)
Lain-lain(3)
1.850
1.035
409
287
13
Total Pendapatan bunga
3.594
(1) Termasuk pendapatan dari produk Syariah.
(2) Termasuk pendapatan bunga dari wesel ekspor dan tagihan lainnya.
(3) Termasuk pendapatan bunga dari non-kredit
Pendapatan provisi dan komisi atas kredit yang diberikan
Pendapatan provisi dan komisi atas kredit yang diberikan sebesar Rp57 miliar untuk periode tiga
bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2007.
Beban Bunga
Beban bunga adalah sebesar Rp2.161 miliar untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal
31 Maret 2007.
11
Tabel berikut menggambarkan komponen-komponen dari beban bunga:
(dalam miliar Rupiah)
Periode tiga Bulan Yang Berakhir Pada
Tanggal 31 Maret 2007
Beban Bunga atas Simpanan Pihak Ketiga dan Bank-bank lain
Beban Bunga atas Pinjaman yang Diterima(1)
Beban Bunga atas Surat Berharga yang Diterbitkan(2)
Lain-lain(3)
1.855
123
116
67
Total Beban Bunga
2.161
(1) Termasuk beban bunga obligasi subordinasi yang diterbitkan BNI senilai 150 juta Dollar AS
(2) Termasuk beban bunga obligasi subordinasi yang diterbitkan BNI senilai 100 juta Dollar AS
(3) Termasuk saldo penyesuaian antar kantor cabang yang mencerminkan perbedaan waktu
(temporer) pencatatan antara akun di kantor pusat dan akun di kantor cabang.
Pendapatan Bunga - Bersih
Pendapatan bunga bersih untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2007 adalah
sebesar Rp1.479 miliar .
Tabel berikut menggambarkan komponen-komponen dari Pendapatan Bunga - Bersih:
(dalam miliar Rupiah)
Periode tiga Bulan Yang Berakhir Pada
Tanggal 31 Maret 2007
3.594
57
(2.161)
(11)
Pendapatan Bunga
Pendapatan Provisi dan Komisi
Beban Bunga
Beban pendanaan lainnya
Pendapatan Bunga – Bersih
1.479
Pendapatan Operasional Lainnya
Pendapatan operasional lainnya adalah sebesar Rp1.210 miliar untuk periode tiga bulan yang berakhir
pada tanggal 31 Maret 2007.
Tabel berikut menggambarkan komponen-komponen dari pendapatan operasional lainnya:
(dalam miliar Rupiah)
Periode tiga Bulan Yang Berakhir Pada
Tanggal 31 Maret 2007
Pendapatan premi asuransi
258
Pendapatan provisi dan komisi lain-lain
353
Laba Selisih Kurs-bersih
70
Keuntungan dari Kenaikan Nilai dan Penjualan Surat Berharga dan Obligasi Pemerintah-bersih 457
Lain-lain
73
Total pendapatan operasional lainnya
1.210
Penyisihan Kerugian Atas Aktiva Produktif
Penyisihan kerugian atas aktiva produktif untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal
31 Maret 2007 adalah sebesar Rp623 miliar.
12
Beban Operasional Lainnya
Beban operasional lainnya untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2007
adalah sebesar Rp1.620 miliar.
Tabel berikut menggambarkan komponen-komponen dari beban operasional lainnya:
(dalam miliar Rupiah)
Periode tiga Bulan Yang Berakhir Pada
Tanggal 31 Maret 2007
Gaji dan Tunjangan Karyawan
661
Beban Umum dan Administrasi
505
Beban Asuransi Anak Perusahaan(1)
251
Biaya Promosi
45
Lain-lain
158
Total Beban operasional lain-lain
1.620
(1) Termasuk beban promosi umum, asuransi, biaya administrasi non-kredit, dan biaya operasional
lainnya (termasuk overhead, pajak dan beban lainnya pada kantor cabang luar negeri) dan lainlain.
Laba Operasional Bersih
Laba operasional bersih BNI pada periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2007
sebesar Rp446 miliar.
Tabel berikut menggambarkan komponen-komponen dari Laba Operasional Bersih:
(dalam miliar Rupiah)
Periode tiga Bulan Yang Berakhir Pada
Tanggal 31 Maret 2007
Pendapatan Bunga(1)
Beban Bunga(2)
Pendapatan Bunga – Bersih
Pendapatan Operasional lainnya
Penyisihan kerugian aktiva produktif
Beban Operasional lainnya
Laba Operasional Bersih
(1) Termasuk pendapatan provisi dan komisi atas kredit yang diberikan.
(2) Termasuk biaya pendanaan lainnya
3.651
(2.172)
1.479
1.210
(623)
(1.620)
446
Pendapatan Non-Operasional bersih
Pendapatan non-operasional bersih untuk periode tiga bulan yang berakhir pada 31 Maret 2007
adalah sebesar Rp160 miliar.
Laba Sebelum Pajak Penghasilan dan Hak Minoritas
Laba sebelum pajak penghasilan dan hak minoritas untuk periode tiga bulan yang berakhir pada
31 Maret 2007 adalah sebesar Rp606 miliar.
Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2007 adalah sebesar
Rp205 miliar.
13
Laba Sebelum Hak Minoritas
Laba sebelum hak minoritas untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2007
adalah sebesar Rp401 miliar.
Hak Minoritas
Hak minoritas dalam bentuk rugi bersih dari anak perusahaan untuk periode tiga bulan yang berakhir
pada tanggal 31 Maret 2007 adalah sebesar Rp828 juta.
Laba Bersih
Laba bersih untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2007 adalah sebesar
Rp400 miliar.
Perbandingan Laporan Keuangan 31 Desember 2006 dengan 31 Desember 2005
Pendapatan Bunga
Pendapatan bunga meningkat sebesar Rp2.347 miliar, atau 19,0% dari Rp12.357 miliar pada tahun
2005 menjadi Rp14.704 miliar di tahun 2006. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan
pendapatan bunga Obligasi Pemerintah sebesar Rp3.723 miliar pada tahun 2005 menjadi Rp4.629
miliar pada tahun 2006 dan peningkatan yield atas Obligasi Pemerintah dari 9,9% tahun 2005 menjadi
12,3% tahun 2006, serta kenaikan pendapatan bunga dari surat berharga dan penempatan pada
bank lain dan Bank Indonesia, sebagai akibat dari peningkatan saldo rata-rata. Pendapatan bunga
atas pinjaman/pembiayaan (termasuk pendapatan dari produk Syariah) meningkat dari Rp6.797
miliar tahun 2005 menjadi Rp7.302 miliar di tahun 2006, sebagai akibat ekspansi kredit pada semester
dua tahun 2006.
Tabel berikut menggambarkan komponen-komponen dari Pendapatan Bunga dari setiap periode:
(dalam miliar Rupiah)
Tahun Yang Berakhir Pada
Tanggal 31 Desember
2005
2006
6.797
7.302
Pendapatan Bunga dari Pinjaman/Pembiayaan (1)
Pendapatan Bunga dari Obligasi Pemerintah
3.723
4.629
Pendapatan Bunga dari Surat berharga(2)
917
1.329
Pendapatan Bunga dari Penempatan pada bank lain & Bank Indonesia
812
1.349
Lain-lain(3)
108
95
Total Pendapatan bunga
12.357
14.704
(1) Termasuk pendapatan dari produk Syariah
(2) Termasuk pendapatan bunga dari wesel ekspor dan tagihan lainnya
(3) Termasuk pendapatan dari pendapatan bunga dari non-kredit. Pada tahun 2005 dan 2006, pendapatan bunga lainnya
memasukkan pendapatan bunga dari anak perusahaan yang tidak direalokasikan ke pendapatan bunga lainnya.
Pendapatan Provisi dan Komisi atas pinjaman/pembiayaan yang diberikan
Pendapatan provisi dan komisi atas pinjaman/pembiayaan yang diberikan menurun sebesar Rp12
miliar atau 3,4% dari Rp351 miliar pada tahun 2005, menjadi Rp339 miliar pada tahun 2006.
Beban Bunga
Beban bunga meningkat Rp2.173 miliar, atau 39,7% dari Rp5.467 miliar pada tahun 2005, menjadi
Rp7.640 miliar pada tahun 2006. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan beban
bunga simpanan nasabah dan bank lain (termasuk beban atas produk syariah) sebesar Rp2.254
miliar.
14
Tabel berikut menggambarkan komponen-komponen dari Beban Bunga dari setiap periode:
(dalam miliar Rupiah)
Beban Bunga atas Simpanan Nasabah dan Bank Lain(1)
Beban Bunga atas Pinjaman yang Diterima(2)
Beban Bunga atas Surat Berharga yang Diterbitkan
Total Beban Bunga
Tahun Yang Berakhir Pada
Tanggal 31 Desember
2005
2006
4.395
6.649
681
575
391
416
5.467
7.640
(1) Termasuk beban “Bagi Hasil Mudharabah dan Bonus Wadiah”yang dikategorikan sebagai lain-lain dalam laporan
keuangan
(2) Termasuk beban bunga obligasi subordinasi yang diterbitkan BNI senilai 250 juta Dollar AS
Beban Pendanaan lainnya
Beban pendanaan lainya menurun sebesar Rp43 miliar atau 62,3% dari Rp69 miliar di tahun 2005
menjadi Rp26 miliar di tahun 2006. Penurunan ini terutama disebabkan oleh turunnya aktivitas
pinjaman yang diterima BNI, sejalan dengan meningkatnya likuiditas dari Dana Pihak Ketiga.
Pendapatan Bunga - Bersih
Pendapatan bunga bersih meningkat sebesar Rp205 miliar, atau 2,9% dari Rp7.172 miliar pada tahun
2005 menjadi Rp7.377 miliar di tahun 2006. Kenaikan ini umumnya disebabkan oleh kenaikan
pendapatan bunga sebesar Rp2.347 miliar, yang dikompensasikan oleh kenaikan beban bunga sebesar
Rp2.173 miliar.
Tabel berikut menggambarkan komponen-komponen dari Pendapatan Bunga - Bersih dari setiap
periode:
(dalam miliar Rupiah)
Tahun Yang Berakhir Pada
Tanggal 31 Desember
2005
12.357
351
(5.467)
(69)
7.172
Pendapatan Bunga
Pendapatan Provisi dan Komisi
Beban Bunga
Beban pendanaan lainnya
Pendapatan Bunga – Bersih
2006
14.704
339
(7.640)
(26)
7.377
Pendapatan Operasional Lainnya
Pendapatan operasional lainnya meningkat sebesar Rp760 miliar, atau 36,2% dari Rp2.101 miliar
pada tahun 2005 menjadi Rp2.861 miliar di tahun 2006. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh
kenaikan keuntungan bersih atas surat berharga dan Obligasi Pemerintah sebesar Rp564 miliar dan
kenaikan pendapatan provisi dan komisi atas jasa layanan perbankan lainnya sebesar Rp196 miliar
pada tahun 2006 dibandingkan tahun 2005.
15
Tabel berikut memberikan rincian komponen pendapatan operasional lainnya untuk masing-masing
periode:
(dalam miliar Rupiah)
Provisi dan Komisi Jasa Perbankan Lainnya
Laba Selisih Kurs-bersih
Keuntungan dari Kenaikan Nilai dan Penjualan Surat Berharga &
Obligasi Pemerintah-Bersih
Pendapatan premi asuransi
Lain-lain
Total pendapatan operasional lainnya
Tahun Yang Berakhir Pada
Tanggal 31 Desember
2005
2006
1.172
1.368
110
184
67
264
488
2.101
631
278
400
2.861
Penyisihan Kerugian Aktiva Produktif
Biaya penyisihan kerugian aktiva produktif meningkat sebesar Rp63 miliar, atau 5,0% dari Rp1.256
miliar pada tahun 2005 menjadi Rp1.319 miliar di tahun 2006. Peningkatan ini terutama disebabkan
oleh adanya tambahan pembentukan biaya penyisihan kerugian dari Penyertaan Sementara Bank
(PSB).
Beban Operasional Lainnya
Beban operasional lainnya meningkat sebesar Rp506 miliar, atau 8,8% dari Rp5.752 miliar pada
tahun 2005 menjadi Rp6.258 miliar di tahun 2006. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh kenaikan
gaji dan tunjangan karyawan, dan beban umum dan administrasi, di tahun 2006.
Tabel berikut memberikan rincian komponen beban operasional lainnya untuk masing-masing periode:
(dalam miliar Rupiah)
Tahun Yang Berakhir Pada
Tanggal 31 Desember
2005
2006
2.637
2.909
2.108
2.273
236
281
215
251
556
544
5.752
6.258
Gaji dan Tunjangan Karyawan
Beban Umum dan Administrasi
Beban asuransi
Biaya promosi
Lain-lain(1)
Total Beban operasional lainnya
(1) Termasuk beban program penjaminan, beban administrasi non-kredit, beban operasional lainnya (termasuk
overhead, pajak dan beban lainnya dari kantor cabang luar negeri) dan lain-lain.
Laba Operasional Bersih
Laba operasional bersih BNI meningkat sebesar Rp396 miliar atau 17,5% dari Rp2.265 miliar pada
tahun 2005 menjadi Rp2.661 miliar di tahun 2006.
16
Tabel berikut menjabarkan komponen-komponen laba operasional bersih untuk tiap-tiap periode:
(dalam miliar Rupiah)
Tahun Yang Berakhir Pada
Tanggal 31 Desember
2005
2006
12.708
15.043
(5.536)
(7.666)
7.172
7.377
2.101
2.861
(1.256)
(1.319)
(5.752)
(6.258)
2.265
2.661
Pendapatan Bunga(1)
Beban Bunga(2)
Pendapatan Bunga – Bersih
Pendapatan Operasional lainnya
Penyisihan atas kerugian aktiva produktif
Beban Operasional lainnya
Laba Operasional Bersih
(1) Termasuk pendapatan provisi dan komisi atas pinjaman/pembiayaan yang diberikan
(2) Termasuk beban pendanaan lainnya
Pendapatan Non Operasional – Bersih
Laba Non Operasional – Bersih BNI meningkat sebesar Rp189 miliar dari beban sebesar Rp10
miliar di tahun 2005 menjadi pendapatan sebesar Rp179 miliar pada tahun 2006.
Laba Sebelum Pajak Penghasilan dan Hak Minoritas
Laba sebelum pajak penghasilan dan hak minoritas meningkat sebesar Rp585 miliar atau 25,9%
dari Rp2.255 miliar pada tahun 2005 menjadi Rp2.840 miliar pada tahun 2006.
Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan meningkat sebesar Rp72 miliar dari Rp839 miliar pada tahun 2005 menjadi Rp911
miliar pada tahun 2006. Peningkatan dalam pajak penghasilan terutama disebabkan oleh berakhirnya
fasilitas “tax loss carry forward”.
Laba Sebelum Hak Minoritas
Laba sebelum hak minoritas meningkat sebesar Rp512 miliar, atau 36,1% dari Rp1.417 miliar pada
tahun 2005 menjadi Rp1.929 miliar di tahun 2006. Disebabkan adanya keuntungan dari hasil penjualan
Obligasi Pemerintah sebesar Rp564 miliar.
Hak Minoritas Atas Laba Bersih Anak Perusahaan
Hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan pada laba bersih anak-anak perusahaan meningkat
dari Rp2 miliar pada tahun 2005 menjadi Rp3 miliar pada tahun 2006. Peningkatan ini terutama
disebabkan oleh peningkatan laba bersih anak perusahaan yang dikonsolidasikan.
Laba Bersih
Laba bersih BNI meningkat sebesar sebesar Rp511 miliar atau 36,1% dari Rp1.415 miliar pada
tahun 2005 menjadi Rp1.926 miliar di tahun 2006.
Perbandingan Laporan Keuangan 31 Desember 2005 dengan 31 Desember 2004
Pendapatan Bunga
Pendapatan bunga meningkat sebesar Rp887 miliar, atau 7,7% dari Rp11.470 miliar pada tahun
2004 menjadi Rp12.357 miliar di tahun 2005. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan
bunga atas pinjaman yang diberikan sebesar Rp605 miliar, peningkatan bunga sebesar Rp220 miliar
dalam penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia, serta kenaikan sebesar Rp220 miliar atas
pendapatan bunga dari surat berharga, yang dikompensasikan dengan penurunan sebesar Rp203
miliar atas pendapatan bunga dari Obligasi Pemerintah dalam periode yang sama.
17
Tabel berikut menggambarkan komponen-komponen dari Pendapatan Bunga dari setiap periode:
(dalam miliar Rupiah)
Tahun Yang Berakhir Pada
Tanggal 31 Desember
2005
2006
Pendapatan Bunga dari Pinjaman/Pembiayaan yang Diberikan(1)
6.192
6.797
Pendapatan Bunga dari Obligasi Pemerintah
3.926
3.723
Pendapatan Bunga dari Surat berharga(2)
697
917
Pendapatan Bunga dari Penempatan di Bank Lain dan Bank Indenesia
592
812
Lain-lain(3)
63
108
Total Pendapatan bunga
11.470
12.357
(1) Termasuk pendapatan dari produk Syariah
(2) Termasuk pendapatan bunga wesel dan tagihan lainnya
(3) Termasuk pendapatan dari pendapatan bunga dari non-kredit.
Pendapatan Provisi dan Komisi atas pinjaman/pembiayaan yang diberikan
Pendapatan provisi dan komisi atas pinjaman/pembiayaan yang diberikan meningkat sebesar Rp33
miliar atau 10,3% dari Rp318 miliar pada tahun 2004, menjadi Rp351 miliar pada tahun 2005.
Peningkatan ini terutama disebabkan oleh penambahan kredit baru di tahun 2005, sehingga
mengakibatkan peningkatan pendapatan provisi dan komisi.
Beban Bunga
Beban bunga meningkat Rp904 miliar, atau 19,8% dari Rp4.563 miliar pada tahun 2004, menjadi
Rp5.467 miliar pada tahun 2005. Peningkatan beban bunga sebesar Rp230 miliar merupakan
kenaikan atas pendapatan bunga pinjaman dan kenaikan beban bunga sebesar Rp99 miliar atas
surat berharga yang diterbitkan.
Tabel berikut menggambarkan komponen-komponen dari Beban Bunga dari setiap periode:
(dalam miliar Rupiah)
Tahun Yang Berakhir Pada
Tanggal 31 Desember
Beban Bunga atas Simpanan nasabah dan bank lain(1)
Beban Bunga atas Pinjaman yang Diterima(2)
Beban Bunga atas Surat Berharga yang Diterbitkan
Total Beban Bunga
2005
3.820
451
292
4.563
2006
4.395
681
391
5.467
(1) Termasuk beban “Bagi Hasil Mudharabah dan Bonus Wadiah”yang dikategorikan sebagai lain-lain dalam laporan
keuangan
(2) Termasuk beban bunga pinjaman subordinasi yang diterbitkan BNI senilai 250 juta Dollar AS
Beban Pendanaan lainnya
Beban pendanaan lainnya menurun sebesar Rp15 miliar atau 17,9% dari Rp84 miliar di tahun 2004
menjadi Rp69 miliar di tahun 2005. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan beban provisi
dan komisi dari pinjaman yang diterima dan pinjaman pasar uang, sejalan dengan penurunan ratarata saldo pinjaman BNI.
18
Pendapatan Bunga - Bersih
Pendapatan bunga bersih meningkat sebesar Rp31 miliar, atau 0,4% dari Rp7.141 miliar pada tahun
2004 menjadi Rp7.172 miliar di tahun 2005. Kenaikan ini umumnya disebabkan oleh peningkatan
sebesar Rp920 miliar dari pendapatan bunga di tahun 2005 dibandingkan dengan tahun 2004, yang
dikompensasi dengan meningkatnya beban bunga sebesar Rp889 miliar pada periode yang sama.
Tabel berikut menggambarkan komponen-komponen dari Pendapatan Bunga - Bersih dari setiap
periode:
(dalam miliar Rupiah)
Tahun Yang Berakhir Pada
Tanggal 31 Desember
2005
2006
11.470
12.357
318
351
(4.563)
(5.467)
(84)
(69)
7.141
7.172
Pendapatan Bunga
Pendapatan Provisi dan Komisi
Beban Bunga
Beban Pendanaan lainnya
Pendapatan Bunga – Bersih
Pendapatan Operasional Lainnya
Pendapatan operasional lainnya turun sebesar Rp662 miliar, atau 24,0% dari Rp2.763 miliar pada
tahun 2004 menjadi Rp2.101 miliar di tahun 2005. Penurunan ini terutama disebabkan oleh turunnya
laba selisih kurs sebesar Rp112 miliar dan penurunan laba dari surat berharga sebesar Rp579 miliar
di tahun 2005 dibandingkan dengan tahun 2004, yang dikompensasi dengan kenaikan pendapatan
dari premi asuransi sebesar Rp122 miliar pada periode yang sama.
Tabel berikut memberikan rincian komponen pendapatan operasional lainnya untuk masing-masing
periode:
(dalam miliar Rupiah)
Provisi dan Komisi Jasa Perbankan Lainnya
Keuntungan Selisih Kurs-bersih
Keuntungan dari Kenaikan Nilai dan
Penjualan Surat Berharga dan Obligasi Pemerintah
Pendapatan premi asuransi
Lain-lain
Total pendapatan operasional lainnya
Tahun Yang Berakhir Pada
Tanggal 31 Desember
2005
2006
1.261
1.172
222
110
646
142
492
2.763
67
264
488
2.101
Penyisihan Kerugian Aktiva Produktif
Penyisihan kerugian aktiva produktif turun sebesar Rp872 miliar atau 41,0% dari Rp 2.128 miliar di
tahun 2004, menjadi Rp1.256 miliar ditahun 2005. Disebabkan oleh meningkatnya kualitas aktiva
produktif selama tahun 2005 dan disamping itu BNI melakukan perbaikan-perbaikan dalam
administrasi dan penilaian terhadap agunan-agunan sehingga dapat dipergunakan sebagai pengurang
dalam perhitungan penyisihan kerugian aktiva produktif.
19
Beban Operasional Lainnya
Beban operasional lainnya meningkat sebesar Rp1.066 miliar, atau 22,7% dari Rp4.686 miliar pada
tahun 2004 menjadi Rp5.752 miliar di tahun 2005. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh kenaikan
gaji dan tunjangan karyawan sebesar Rp376 miliar, peningkatan beban umum dan administrasi
sebesar Rp526 miliar.
Tabel berikut memberikan rincian komponen beban operasional lainnya untuk masing-masing periode:
(dalam miliar Rupiah)
Tahun Yang Berakhir Pada
Tanggal 31 Desember
2005
2006
2.261
2.637
1.582
2.108
141
236
186
215
516
556
4.686
5.752
Gaji dan Tunjangan Karyawan
Beban Umum dan Administrasi
Beban asuransi
Biaya promosi
Lain-lain(1)
Total Beban operasional lainnya
(1) Termasuk beban promosi umum, asuransi, beban program penjaminan, beban asuransi, beban
administrasi non-kredit, beban operasional lainnya (termasuk overhead, pajak dan beban lainnya
dari kantor cabang luar negeri) dan lain-lain.
Laba Operasional Bersih
Laba operasional bersih BNI menurun sebesar Rp825 miliar atau 26,7% dari Rp3.090 miliar pada
tahun 2004 menjadi Rp2.265 miliar di tahun 2005. Hal ini disebabkan terutama dampak faktor eksternal
yaitu kenaikan harga BBM dan penyeragaman kualitas aktiva produktif (“one debtor concept”).
Tabel berikut menjabarkan komponen-komponen laba operasional bersih untuk tiap-tiap periode:
((dalam miliar Rupiah)
Tahun Yang Berakhir Pada
Tanggal 31 Desember
2005
2006
11.788
12.708
(4.647)
(5.536)
7.141
7.172
2.763
2.101
(2.128)
(1.256)
(4.686)
(5.752)
3.090
2.265
Pendapatan Bunga(1)
Beban Bunga(2)
Pendapatan Bunga – Bersih
Pendapatan Operasional lainnya
Penyisihan atas kerugian aktiva produktif
Beban Operasional lainnya
Laba Operasional Bersih
(1) Termasuk pendapatan provisi dan komisi atas pinjaman/pembiayaan yang diberikan
(2) Termasuk beban pendanaan lainnya
Laba Non Operasional – Bersih
Laba non operasional – bersih BNI naik sebesar Rp6 miliar atau 37,5% dari rugi non operasional
sebesar Rp16 miliar di tahun 2004 menjadi rugi non-operasional Rp10 miliar pada tahun 2005.
Penurunan ini terutama disebabkan oleh adanya penghapusbukuan aktiva tetap.
Laba Sebelum Pajak Penghasilan
Laba sebelum pajak penghasilan turun sebesar Rp819 miliar atau 26,6% dari Rp3.074 miliar pada
tahun 2004 menjadi Rp2.255 miliar pada tahun 2005.
20
Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan meningkat dari manfaat pajak sebesar Rp19 miliar di tahun 2004 menjadi biaya
pajak penghasilan sebesar Rp839 miliar pada tahun 2005. Pada tahun 2004 BNI memiliki fasilitas
“tax loss carry forward” sehingga beban pajak Rp19 miliar merupakan pajak penghasilan untuk anak
perusahaan.
Laba Setelah Pajak Penghasilan
Laba setelah pajak penghasilan turun sebesar Rp1.675 miliar, atau 54,2% dari Rp3.093 miliar pada
tahun 2004 menjadi Rp1.417 miliar pada tahun 2005.
Hak Minoritas
Hak minoritas pada rugi bersih anak perusahaan turun sebesar Rp1 miliar dari Rp3 miliar pada
tahun 2004 menjadi Rp2 miliar pada tahun 2005. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan
rugi bersih anak perusahaan yang dikonsolidasikan.
Laba Bersih
Laba bersih BNI turun sebesar Rp1.675 miliar atau 54,2% dari Rp3.090 miliar pada tahun 2004
menjadi Rp1.415 miliar di tahun 2005.
6. Likuiditas dan Sumber Permodalan
Kegiatan usaha BNI selama tahun 2004, 2005 dan 2006 serta periode tiga bulan pertama tahun
2007, sebagian besar dibiayai oleh kombinasi antara penerimaan dari pendapatan bunga portofolio
kredit, pendapatan bunga dan penjualan Obligasi Pemerintah serta meningkatnya jumlah simpanan.
BNI juga memelihara cadangan likuiditas (giro wajib minimum) yang melebihi persyaratan minimum
Bank Indonesia untuk mengantisipasi penarikan simpanan dalam jumlah besar oleh nasabah. BNI
telah menggunakan sebagian besar dananya untuk pembayaran beban bunga atas simpanan dan
pinjaman yang diterima, pemberian kredit, pembayaran kembali pinjaman yang diterima, dan
pembayaran beban operasi (termasuk beban gaji dan tunjangan serta beban umum dan administrasi).
Tabel di bawah ini menunjukkan informasi mengenai posisi likuiditas BNI:
(dalam miliar Rupiah, kecuali persentase)
Aktiva Likuid (1)
LDR(2)
Aktiva Likuid sebagai Persentase dari Total Aktiva
2004
30.929
55,1%
22,6%
Per 31 Desember
2005
37.952
54,3%
25,7%
2006
53.212
50,0%
31,4%
Aktiva Likuid sebagai Persentase dari Simpanan(2)
29,4%
32,9%
39,1%
Per 31 Maret
2007
58.819
48,7%
33,8%
41,6%
(1) Aktiva likuid terdiri dari Kas, Giro pada Bank Indonesia dan bank lain, Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain,
dan surat berharga (termasuk Obligasi Pemerintah untuk diperdagangkan).
(2) Tidak termasuk simpanan dari bank lain.
7. Arus Kas
Tabel berikut ini memuat ikhtisar Laporan Arus Kas BNI:
(dalam miliar Rupiah)
Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal
31 Desember
Arus kas bersih dari Aktivitas Operasi
Arus kas bersih dari Aktivitas Investasi
Arus kas bersih dari Aktivitas Pendanaan
2004
(2.048)
6.472
(1.073)
2005
2.022
(51)
(1.156)
2006
7.958
(2.188)
(2.118)
Untuk Periode
Tiga Bulan
Yang Berakhir
Pada Tanggal
31 Maret 2007
(2.314)
2.449
150
3.351
815
3.652
285
(Penurunan)/ Kenaikan bersih kas dan setara kas
21
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasional untuk periode tiga bulan yang berakhir
pada 31 Maret 2007 adalah sebesar Rp2.314 miliar yang terutama disebabkan oleh penerimaan
bunga, fee, dan komisi sebesar Rp4.106 miliar, pendapatan operasional lainnya sebesar Rp1.193
miliar dan peningkatan jumlah simpanan dari nasabah sebesar Rp5.930 miliar, yang dikompensasi
dengan pembayaran bunga dan pembiayaan lainnya sebesar Rp2.205 miliar, pembayaran beban
operasional lainnya sebesar Rp1.257 miliar, peningkatan surat berharga sebesar Rp3.507 miliar,
peningkatan pinjaman yang diberikan kepada nasabah sebesar Rp3.123 miliar, peningkatan
penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia sebesar Rp2.514 miliar, dan penurunan surat
berharga yang dijual dengan janji untuk dibeli kembali sebesar Rp500 miliar serta peningkatan biaya
dibayar dimuka dan aktiva lain-lain sebesar Rp445 miliar.
Arus Kas dari Aktivitas Investasi
Arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas investasi untuk periode tiga bulan yang berakhir pada
tanggal 31 Maret 2007 sebesar Rp2.449 miliar yang berasal dari penjualan bersih Obligasi Pemerintah
sebesar Rp2.517 miliar, yang dikompensasi oleh penambahan dan penjualan aktiva tetap.
Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
Arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas pendanaan pada periode tiga bulan yang berakhir pada
tanggal 31 Maret 2007, sebesar Rp150 miliar karena terdapat kenaikan pinjaman yang diterima
sebesar Rp693 miliar dan penurunan surat berharga yang diterbitkan sebesar Rp543 miliar.
Arus kas bersih yang dipergunakan untuk aktivitas pendanaan pada tahun 2006, sebesar Rp2.118
miliar dikarenakan terdapat penurunan pinjaman yang diterima sebesar Rp786 miliar, pembayaran
dividen sebesar Rp750 miliar, dan penurunan surat berharga yang diterbitkan sebesar Rp582 miliar.
Arus kas bersih yang dipergunakan untuk aktivitas pendanaan pada tahun 2005, sebesar Rp1.156
miliar berasal dari peningkatan pinjaman yang diterima sebesar Rp413 miliar, yang dikompensasi
oleh pembayaran dividen sebesar Rp1.568 miliar.
Arus kas bersih yang dipergunakan untuk aktivitas pendanaan pada tahun 2004, sebesar Rp1.073
miliar dikarenakan oleh penurunan pinjaman yang diterima sebesar Rp643 miliar dan pembayaran
dividen sebesar Rp315 miliar.
8. Belanja Modal
Belanja modal BNI untuk 3 (tiga) tahun terakhir dan untuk periode tiga bulan tahun 2007 adalah
sebagai berikut:
(dalam miliar Rupiah)
Per 31 Desember
2004
2005
2006
74
16
16
61
106
206
486
810
320
621
932
542
Tanah
Bangunan
Lain-lain
Total Belanja Modal
Per 31 Maret
2007
nm*
9
17
26
* not mentioned
BNI berencana untuk melakukan belanja modal sebesar Rp933 miliar pada tahun 2007. Pada tahun
2007, terdiri dari Rp465 miliar untuk pengembangan kantor-kantor cabang dan renovasi, Rp328
miliar untuk teknologi informasi dan Rp140 miliar untuk belanja modal lainnya seperti perlengkapan
kantor.
22
9. Kondisi Keuangan
Aktiva
Tabel berikut ini menerangkan komponen-komponen utama dari aktiva BNI untuk tanggal-tanggal
berikut:
(dalam miliar Rupiah)
Per 31 Desember
Per 31 Maret
2004
2005
2006
2007
Kas
2.354
2.844
2.695
2.331
Giro Pada Bank Indonesia
10.958
11.281
15.160
15.733
Giro Pada Bank Lain
503
505
426
502
Penempatan Pada Bank Indonesia, dan Bank Lain 19.720
19.696
30.531
33.044
Efek-Efek
6.519
3.816
4.985
6.834
Repo Surat Berharga
51
125
Wesel Ekspor dan Tagihan lainnya
911
1.413
681
388
Tagihan Derivatif
383
52
51
12
Kredit Yang Diberikan
57.868
62.659
66.460
69.133
Tagihan Akseptasi
1.705
3.565
3.097
3.306
Obligasi Pemerintah
39.391
37.842
40.516
39.108
Penyertaan
2.320
1.549
1.366
1.379
Aktiva Tetap
4.812
4.519
4.112
4.022
Aktiva Pajak Tangguhan
101
156
22
53
Uang Muka dan Aktiva Lain-lain
3.124
3.691
3.791
3.752
Total Aktiva
136.582 147.812 169.416
174.972
Catatan:
(1) Total aktiva disajikan secara neto setelah penyisihan , sedangkan masing-masing aktiva produktif
disajikan bruto.
Perbandingan antara 31 Maret 2007 dengan 31 Desember 2006
Total aktiva BNI meningkat sebesar Rp5.556 miliar atau 3,3% dari Rp169.416 miliar per 31 Desember
2006 menjadi Rp174.972 miliar per 31 Maret 2007, terutama disebabkan peningkatan aktiva likuid
dan kredit yang diberikan, dimana hal ini dikompensasi oleh penurunan pada Obligasi Pemerintah.
Aktiva likuid meningkat sebanyak Rp4.941 miliar atau 9,2% dari Rp53.878 miliar per 31 Desember
2006 menjadi Rp58.819 miliar per 31 Maret 2007. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh peningkatan
dana simpanan pada tahun 2006, dimana sebagian dikompensasi oleh penggunaan dana untuk
ekspansi portofolio kredit dan pembayaran pinjaman yang diterima. BNI juga menjual sebagian kecil
Obligasi Pemerintah untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2007.
Obligasi Pemerintah menurun sebesar Rp1.498 miliar atau 3,7% dari Rp40.516 miliar per 31 Desember
2006 menjadi Rp39.108 miliar per 31 Maret 2007. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penjualan
obligasi pemerintah.
Kredit yang diberikan meningkat sebesar Rp2.672 miliar atau 4,0% dari Rp66.460 miliar per
31 Desember 2006 menjadi Rp69.132 miliar per 31 Maret 2007. Peningkatan ini terutama disebabkan
oleh peningkatan kemampuan BNI untuk menyalurkan kredit untuk periode tiga bulan yang berakhir
pada 31 Maret 2007.
Perbandingan antara 31 Desember 2006 dengan 31 Desember 2005
Total aktiva BNI meningkat Rp21.604 miliar, atau 14,6% dari Rp147.812 miliar per tanggal
31 Desember 2005, menjadi Rp169.416 miliar per tanggal 31 Desember 2006, terutama disebabkan
oleh peningkatan saldo kredit dan Obligasi Pemerintah.
23
Aktiva likuid meningkat sebesar Rp15.926 miliar atau 42,0% dari Rp37.952 miliar per 31 Desember
2005 menjadi Rp53.878 miliar per 31 Desember 2006. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh
peningkatan giro pada Bank Indonesia dan penempatan dana pada bank lain dan Bank Indonesia
sehubungan dengan kebutuhan meningkatkan cadangan primer dan sekunder sesuai peningkatan
simpanan yang diterima tahun 2006.
Perbandingan antara 31 Desember 2005 dengan 31 Desember 2004
Total aktiva BNI meningkat Rp11.230 miliar, atau 8,2% dari Rp136.582 miliar per 31 Desember
2004, menjadi Rp147.812 miliar per 31 Desember 2005. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh
peningkatan penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia, dan peningkatan jumlah pinjaman.
Aktiva likuid meningkat sebesar Rp7.023 miliar atau 22,7% dari Rp30.929 miliar per 31 Desember
2004 menjadi Rp37.952 miliar per 31 Desember 2005. Peningkatan ini terutama disebabkan
peningkatan penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia, sehubungan dengan kebutuhan
peningkatan cadangan primer dan sekunder akibat peningkatan dana simpanan yang diterima (dan
penurunan jumlah surat berharga terkait reklasifikasi Obligasi Pemerintah).
Obligasi Pemerintah menurun Rp1.549 miliar, atau 3,9% dari Rp39.391 miliar per 31 Desember
2004 menjadi Rp37.842 miliar per 31 Desember 2005. Penurunan ini terutama disebabkan oleh
pembelian Obligasi Pemerintah di pasar sekunder sebesar Rp9.962 miliar dan yang dikompensasi
dengan penjualan sebesar Rp8.768 miliar dan yang jatuh tempo sebesar Rp1.317 miliar. Ditambah
dengan transaksi jual beli surat utang pemerintah luar negeri selama tahun berjalan.
10. Kewajiban dan Ekuitas
Kewajiban
Tabel berikut ini menjabarkan komponen utama dari kewajiban BNI untuk tanggal-tanggal berikut:
(dalam miliar Rupiah)
Per 31 Desember
2004
2005
2006
Kewajiban Segera
1.151
1.436
1.263
Simpanan Nasabah
105.097 115.372 135.797
Simpanan Dari Bank Lain
3.783
2.378
2.344
Repo Surat Berharga
50
500
Kewajiban Derivatif
125
139
12
Kewajiban Akseptasi
1.704
3.545
2.983
Surat Berharga Yang Diterbitkan
2.113
2.117
1.535
Pinjaman Yang Diterima
4.383
4.796
4.009
Hutang Pajak
53
281
405
Kewajiban Pajak Tangguhan
313
Estimasi kerugian atas komitmen dan kontinjensi
220
126
132
Kewajiban dibayar dimuka dan kewajiban lain-lain
3.016
3.218
3.065
Pinjaman Subordinasi
2.285
2.433
2.239
Total Kewajiban
123.930 135.891 154.597
Per 31 Maret
2007
1.315
141.728
2.588
13
2.687
992
4.702
311
138
3.652
2.271
160.397
Perbandingan antara 31 Maret 2007 dengan 31 Desember 2006
Total kewajiban meningkat sebesar Rp5.800 miliar atau 3,8% dari Rp154.599 miliar per 31 Desember
2006 menjadi Rp160.397 miliar per 31 Maret 2007 yang terutama disebabkan oleh peningkatan
simpanan nasabah dan peningkatan pinjaman yang diterima yang sebagian diimbangi oleh penurunan
kewajiban akseptasi dan pelunasan surat berharga yang diterbitkan.
24
Simpanan dari nasabah mengalami peningkatan sebesar Rp5.931 miliar atau 4,4% dari Rp135.797
miliar per 31 Desember 2006 menjadi Rp141.728 miliar per 31 Maret 2007. Peningkatan ini terutama
disebabkan oleh peningkatan pada simpanan dalam mata uang Rupiah sebesar Rp7.057 miliar
yang dikompensasi dengan penurunan simpanan mata uang asing sebesar Rp1.127 miliar. Umumnya
BNI mengalami peningkatan tahunan simpanan dana haji sekitar 200 - 300 ribu Dollar AS oleh
Pemerintah antara bulan September hingga Februari.
Perbandingan antara 31 Desember 2006 dengan 31 Desember 2005
Total kewajiban BNI meningkat Rp18.706 miliar, atau 13,8% dari Rp135.891 miliar per 31 Desember
2005, menjadi Rp154.599 miliar per 31 Desember 2006. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh
peningkatan simpanan nasabah yang sebagian diimbangi oleh penurunan pinjaman yang diterima.
Simpanan nasabah dan bank lain meningkat Rp20.391 miliar, atau 17,3% dari Rp117.750 miliar per
31 Desember 2005, menjadi Rp138.141 miliar per 31 Desember 2006. Peningkatan ini terutama
disebabkan oleh peningkatan tingkat bunga. Saldo rata-rata rekening giro sebesar Rp2.358 miliar,
atau 9,78%, dari Rp24.059 miliar di tahun 2005 menjadi Rp26.477 miliar pada tahun 2006. Saldo
rata-rata tabungan Rupiah menurun Rp822 miliar atau 2,3% dari Rp36.433 miliar pada tahun 2005
menjadi Rp35.060 miliar pada tahun 2006. Saldo rata-rata deposito berjangka Rupiah meningkat
Rp13.201 miliar atau 47% dari Rp30.124 miliar di tahun 2005 menjadi Rp41.183 miliar di tahun
2006, sejalan dengan peningkatan tingkat suku bunga deposito berjangka BNI dari rata-rata 7,5%
per 31 Desember 2005 menjadi rata-rata 9,4% per 31 Desember 2006.
Pinjaman yang diterima menurun Rp787 miliar, atau 16,4% dari Rp4.796 miliar per tanggal
31 Desember 2005 menjadi Rp4.009 miliar per tanggal 31 Desember 2006. Penurunan ini terutama
disebabkan oleh adanya pembayaran pokok hutang dari kredit likuiditas untuk kredit koperasi primer
kepada anggotanya dan pinjaman penerusan sebesar Rp562 miliar dan adanya penurunan dari
pinjaman yang diterima dalam mata uang asing sebesar Rp254 miliar.
Perbandingan antara 31 Desember 2005 dengan 31 Desember 2004
Total kewajiban BNI meningkat Rp11.961 miliar, atau 9,7% dari Rp123.930 miliar per 31 Desember
2004, menjadi Rp135.891 miliar per 31 Desember 2005. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh
peningkatan simpanan nasabah dan peningkatan kewajiban akseptasi.
Simpanan nasabah dan bank lain meningkat Rp8.870 miliar, atau 8,1% dari Rp108.880 miliar pada
tahun 2004, menjadi Rp117.750 miliar di tahun 2005. Hal ini terutama disebabkan oleh kenaikan
pada deposito berjangka dalam Rupiah dan mata uang asing. Deposito berjangka dalam Rupiah
meningkat Rp4.592 miliar, atau 15,9% dari Rp28.904 miliar per 31 Desember 2004 menjadi Rp33.496
miliar per 31 Desember 2005 terkait dengan peningkatan deposito berjangka Rupiah yang diimbangi
oleh penurunan tabungan Rupiah sehubungan dengan peningkatan suku bunga deposito berjangka
BNI. Deposito berjangka dalam mata uang asing meningkat sebesar Rp6.179 miliar atau 71,9% dari
Rp8.598 miliar pada tahun 2004 menjadi sebesar Rp14.777 miliar pada tahun 2005, dimana terjadi
penguatan Rupiah per 31 Desember 2005 dibanding tahun 2004.
Ekuitas
Perbandingan antara 31 Maret 2007 dengan 31 Desember 2006
Jumlah ekuitas menurun sebesar Rp245 miliar atau 1,7% dari Rp14.794 miliar per 31 Desember
2006 menjadi Rp14.549 miliar per 31 Maret 2007, terutama disebabkan oleh penurunan pada
keuntungan yang belum direalisasi atas penjualan surat berharga sebesar Rp649 miliar untuk periode
tiga bulan yang berakhir tanggal 31 Maret 2007, yang dikompensasi dengan diperolehnya laba bersih
BNI sebesar Rp400 miliar untuk periode tiga bulan yang berakhir 31 Maret 2007.
25
Perbandingan antara 31 Desember 2006 dengan 31 Desember 2005
Jumlah ekuitas meningkat sebanyak Rp2.899 miliar atau 24,4% dari Rp11.895 miliar per 31 Desember
2005 menjadi Rp14.794 miliar per 31 Desember 2006, yang terutama disebabkan oleh peningkatan
pada keuntungan yang belum direalisasi atas penjualan surat berharga sebesar Rp1.732 miliar dan
laba bersih pada tahun 2006 sebesar Rp1.925 miliar, yang sebagian diimbangi oleh pembayaran
dividen untuk tahun 2005 sebesar Rp707 miliar.
Perbandingan antara 31 Desember 2005 dengan 31 Desember 2004
Jumlah ekuitas menurun sebanyak Rp729 miliar atau 5,8% dari Rp12.624 miliar pada tahun 2004
menjadi Rp11.895 miliar di tahun 2005, yang terutama disebabkan oleh kerugian yang belum
direalisasikan dari penjualan surat berharga sebesar Rp461 miliar dan pembayaran dividen sebesar
Rp1.568 miliar, yang dikompensasi oleh laba bersih yang diperoleh sebesar Rp1.415 miliar.
11. Komitmen dan Kontinjensi
Kurs dan kontrak transaksi derivatif
Kebijakan BNI mengenai risiko kurs telah disesuaikan dengan ketentuan Bank Indonesia mengenai
posisi devisa netto (PDN), yang mensyaratkan PDN untuk semua mata uang asing tidak melebihi
20% dari modal BNI sesuai peraturan yang berlaku. Per 31 Maret 2007, PDN BNI sebesar 6,3%.
Kebijakan BNI antara lain melakukan transaksi untuk mengalihkan risiko kurs transaksi derivatif
nasabah BNI kepada pihak lain, serta jual-beli mata uang asing yang diperlukan untuk PDN BNI.
BNI juga melakukan transaksi forward swap dengan nasabahnya. Transaksi forward swap ini
memungkinkan nasabah untuk melakukan mengalihkan, mengubah atau mengurangi risiko kurs
mata uang asing. Sebagai bagian dari kebijakan manajemen risiko, BNI melaksanakan kontrak
transaksi derivatif nasabah ini, dengan melakukan forward agreement dengan institusi keuangan
lainnya. Forward agreements pada dasarnya dirancang untuk mendapatkan jumlah dan jatuh tempo
yang sama sebagaimana tertera dalam kontrak derivatif tersebut.
L/C dan Garansi
Sebagai bagian dari aktifitas perbankan pada umumnya, BNI menerbitkan bank garansi dan L/C.
BNI mengenakan fee berdasarkan nilai dari bank garansi atau L/C tersebut.
Tabel berikut ini menunjukkan saldo L/C dan Garansi untuk tanggal-tanggal tertera sebagai berikut:
(dalam miliar Rupiah)
Per 31 Desember
2004
2005
2006
5.352
4.122
3.871
L/C Irrevocable
Garansi
Standby L/C
Bank Garansi
Performance bond
Advance payment bond
Bid bond
Total
Per 31 Maret
2007
4.236
1.369
1.977
800
782
146
567
1.811
1.070
767
305
1.329
1.948
1.428
693
312
313
1.060
1.372
603
1.194
10.426
8.642
9.581
8.778
12. Prinsip-Prinsip Perbankan Yang Sehat
Kecukupan Modal
BNI harus memenuhi ketentuan kecukupan modal dari Bank Indonesia, terutama persyaratan
kecukupan modal sesuai dengan Basel Committee of the Bank of International Settlements pada
tahun 1988.
26
Sebelum terjadinya krisis ekonomi yang dimulai pada tahun 1997, jumlah minimum modal terhadap
ATMR untuk bank-bank di Indonesia sebesar 8,0%. Akibat dari krisis keuangan tersebut pada bulan
November 1998, Bank Indonesia mengeluarkan peraturan yang mensyaratkan perbankan Indonesia
untuk menjaga jumlah minimum modal terhadap ATMR sebesar 4,0% dari modal keseluruhannya
selambat-lambatnya pada (i) tanggal 31 Desember 1998 untuk bank-bank yang bukan peserta
Program Rekapitalisasi Perbankan atau (ii) tanggal penyelesaian Program Rekapitalisasi Perbankan
untuk bank-bank peserta program tersebut. Pada bulan Februari 1999, Bank Indonesia mengeluarkan
peraturan yang mensyaratkan perbankan Indonesia untuk meningkatkan jumlah minimum CAR
sebesar 8,0% pada akhir tahun 2001. Peraturan Bank Indonesia mensyaratkan CAR disajikan tanpa
memperhitungkan pajak penghasilan yang ditangguhkan.
Tabel berikut menunjukkan perhitungan permodalan dan CAR BNI sesuai dengan peraturan Bank
Indonesia berdasarkan laporan keuangan yang tidak dikonsolidasikan:
(dalam miliar Rupiah)
2004
11.177
3.410
683
13.904
77.771
Modal Inti (Tier I)
Modal pelengkap (Tier II)
Penyertaan Saham
Jumlah modal
Jumlah ATMR
CAR
CAR – Tier I(1)
CAR
14,4%
17,9%
Per 31 Desember
2005
2006
7.398
8.817
7.300
5.364
698
659
14.000
13.521
83.988
84.791
8,8%
16,7%
10,4%
15,9%
Per 31 Maret
2007
9.765
4.989
677
14.077
83.726
11,7%
16,8%
(1) Rasio pada tabel diatas dan cara perhitungannya didasarkan pada ketentuan Bank Indonesia.
27
RISIKO USAHA BNI
1. Risiko Yang Berkaitan Dengan BNI
-
Risiko Sistem Manajemen Risiko dan Pengawasan
Risiko Sistem Informasi dan Pelaporan
Risiko Kredit Bermasalah
Risiko Kredit yang Direstrukturisasi
Risiko Tingginya Kredit Bermasalah dan Rendahnya Penyisihan Kerugian
Risiko Kebijakan Bank Indonesia atas Klasifikasi dan Penyisihan Kredit Bermasalah
Dibandingkan dengan Negara Lainnya
Risiko Tingginya Penilaian Agunan atau Risiko Penurunan Nilai Agunan
Risiko Dalam Mengeksekusi Agunan
Risiko Kerugian Atas Aktiva Produktif
Risiko Operasi
Risiko Obligasi Pemerintah dan Surat Utang Pemerintah Lainnya
Risiko Ketergantungan Kepada Pemerintah
Risiko Konsentrasi Kredit Terhadap Nasabah dan Sektor Tertentu
Risiko Kegagalan Strategi Peningkatan Portofolio Kredit Untuk Sektor dan Segmen Tertentu
Risiko keterbatasan untuk mendapatkan tambahan modal
Risiko Nilai Tukar
Risiko Tingkat Suku Bunga
Risiko Likuiditas
2. Risiko Terkait Perbankan Indonesia
-
Risiko Pemulihan Krisis sektor Perbankan
Risiko Kebijakan Pemerintah
Risiko Kredit dan Volatilitas Pasar
Risiko Terkait Obligasi Pemerintah
Risiko Penerapan Program Penjaminan Pemerintah
Risiko Persaingan Bisnis
3. Risiko yang Berkaitan Dengan Kondisi di Indonesia
-
Risiko Perekonomian
Risiko Penurunan Peringkat Kredit Indonesia dan Perusahaan-Perusahaan di Indonesia
Aktivitas Buruh dan Pekerja dapat memberikan dampak negatif terhadap kegiatan usaha,
kondisi keuangan dan kinerja BNI.
Indonesia terletak di daerah rawan gempa bumi dan dipengaruhi oleh risiko geologi dan
meteorologi yang dapat memberikan dampak negatif terhadap kondisi sosial dan ekonomi.
Risiko Fluktuasi Nilai Tukar Mata Uang Asing
Penyebaran kembali flu burung atau epidemik yang lain yang dapat mempengaruhi kinerja BNI
4. Risiko yang Berkaitan Dengan Kepemilikan Saham BNI
-
Kondisi pasar modal Indonesia dapat mempengaruhi harga atau likuiditas saham BNI
Penerapan peraturan BAPEPAM-LK mengenai benturan kepentingan dapat menyebabkan
BNI untuk membatalkan transaksi yang menguntungkan.
Penjualan saham BNI di masa yang akan datang dapat mempengaruhi harga pasar dari
saham BNI.
28
KEJADIAN PENTING SETELAH TANGGAL LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN
Tidak ada kejadian penting yang terjadi setelah tanggal laporan auditor independen atas laporan
keuangan konsolidasian BNI per 31 Maret 2007, yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik
Purwantono, Sarwoko & Sandjaja – Ernst & Young, dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian
yang diterbitkan pada tanggal 22 Juni 2007 yang mempunyai dampak cukup signifikan terhadap
posisi keuangan dan hasil usaha BNI.
29
KETERANGAN TENTANG BNI DAN ANAK PERUSAHAAN
1. Riwayat Singkat BNI
BNI didirikan di Jakarta pada tanggal 5 Juli 1946 berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang No.2 Tahun 1946, tanggal 5 Juli 1946 tentang Bank Negara Indonesia yang
merupakan kelanjutan dari suatu yayasan dengan nama Badan Umum “Poesat Bank Indonesia”
yang didirikan berdasarkan Akta No.14, tanggal 9 Oktober 1945, dibuat di hadapan Raden Mas
Soerojo, Notaris di Jakarta, yang berfungsi sebagai bank sentral. Pada tahun 1955, dengan
dikeluarkannya Undang-Undang Darurat No.2 Tahun 1955, tanggal 4 Februari 1955, yang mencabut
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.2 Tahun 1946 fungsi Perseroan beralih menjadi
bank umum dengan tugas utama yang diarahkan kepada pembangunan ekonomi nasional khususnya
dalam lapangan perdagangan impor dan ekspor. Sejak saat itu, Perseroan kemudian terus
mengembangkan aktivitas pemberian pinjaman kepada berbagai sektor ekonomi.
Anggaran Dasar BNI telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir diubah berdasarkan Akta
Pernyataan Keputusan Rapat No.2, tanggal 1 Maret 2007, dibuat oleh Fathiah Helmi, SH, Notaris di
Jakarta (“Akta No.2/2007”), berdasarkan keputusan RUPSLB tanggal 1 Maret 2007, antara lain
mengenai perubahan pasal 12,14 dan 17.
Perubahan ini telah dilaporkan kepada Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia berdasarkan
Penerimaan Laporan No.W7-HT.01.04-3319, tanggal 16 Maret 2007, dan didaftarkan dalam Daftar
Perusahaan di Kantor Pendaftaran Perusahaan Kodya Jakarta Pusat dibawah No.1034/RUB.09.05/
IV/2007, tanggal 30 April 2007, dan sedang dalam proses pengumuman di Berita Negara Republik
Indonesia.
2. Perkembangan Kepemilikan Saham BNI
Tahun 2001
Pada tanggal 20 Juli 2001, modal saham BNI berkurang sebanyak 1.965.701.500 (satu miliar sembilan
ratus enam puluh lima juta tujuh ratus satu ribu lima ratus) Saham Seri C sehubungan dengan
pengembalian kelebihan dana rekapitalisasi kepada Pemerintah Indonesia. Pengembalian obligasi
tersebut telah disetujui oleh pemegang saham dalam RUPSLB pada tanggal 25 Juni 2001.
30
Susunan modal saham BNI berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan RUPSLB BNI No.43/1999, jo.
Akta Pernyataan Keputusan RUPSLB BNI No.38, tanggal 23 Agustus 2001, dibuat di hadapan Fathiah
Helmi, SH, Notaris di Jakarta adalah sebagai berikut:
Keterangan
A.
-
Modal Dasar
Saham Seri A Dwiwarna
Saham Seri B
Saham Seri C
Jumlah Modal Dasar
B. Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
- Saham Seri A Dwiwarna
Negara Republik Indonesia
- Saham Seri B
Negara Republik Indonesia
Karyawan dan Direksi
Masyarakat
- Saham Seri C
Negara Republik Indonesia
Karyawan dan Direksi
Masyarakat
Jumlah
Saham
Nilai Nominal
(Rp)
Jumlah Nilai
Nominal (Rp)
Persentase
(%)
1
4.340.127.999
253.197.440.000
500
500
25
500
2.170.063.999.500
6.329.936.000.000
0,00
1,69
98,31
8.500.000.000.000
100,00
257.537.568.000
1
500
500
0,00
3.255.095.999
102.217.500
982.814.500
500
500
500
1.627.547.999.500
51.108.750.000
491.407.250.000
1,64
0,05
0,49
194.201.266.500
3.423.500
680.493.000
25
25
25
4.855.031.662.500
85.587.500
17.012.325.000
97,48
0,00
0,34
100,00
Jumlah Modal Ditempatkan dan
Disetor Penuh
199.225.311.000
7.042.193.575.000
C. Jumlah Saham Dalam Portepel
58.312.257.000
1.457.806.425.000
Tahun 2003 – Sekarang
Anggaran Dasar BNI mengalami perubahan dengan Akta No.27/ 2003, berdasarkan keputusan
RUPSLB tanggal 15 Desember 2003, antara lain mengenai perubahan pasal 4:
1. Perubahan 14 saham Seri B dengan nilai nominal Rp500 yang dimiliki Republik Indonesia menjadi
14 saham seri A Dwiwarna dengan nilai nominal sebesar Rp500.
2. Peningkatan nilai nominal saham dengan cara menggabungkan 15 saham menjadi 1 saham
(Reverse Stock Split), dengan perincian:
a. Saham Seri A Dwiwarna dengan nilai nominal Rp500 menjadi Rp7.500
b. Saham Seri B dengan nilai nominal Rp500 menjadi Rp7.500
c. Saham Seri C dengan nilai nominal Rp25 menjadi Rp375
d. Peningkatan modal dasar BNI dari sebesar Rp8.500.000.000.000 menjadi
Rp15.000.0000.000.000
31
Susunan modal saham BNI menjadi sebagai berikut:
Keterangan
A.
-
Modal Dasar
Saham Seri A Dwiwarna
Saham Seri B
Saham Seri C
Jumlah Modal Dasar
B. Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
- Saham Seri A Dwiwarna
Negara Republik Indonesia
- Saham Seri B
Negara Republik Indonesia
Masyarakat
- Saham Seri C
Negara Republik Indonesia
Masyarakat
Jumlah
Saham
Nilai Nominal
(Rp)
Jumlah Nilai
Nominal (Rp)
Persentase
(%)
1
289.341.866
34.213.162.660
7.500
7.500
375
7.500
2.170.063.995.000
12.829.935.997.500
0,00
14,47
85,53
15.000.000.000.000
100,00
34.502.504.527
1
7.500
7.500
0,00
217.006.399
72.335.467
7.500
7.500
1.627.547.992.500
542.516.002.500
1,64
0,55
12.946.751.100
45.594.433
375
375
4.855.031.662.500
17.097.912.375
97,48
0,34
100,00
Jumlah Modal Ditempatkan dan
Disetor Penuh
13.281.687.400
7.042.193.577.375
C. Jumlah Saham Dalam Portepel
21.220.817.127
7.957.806.422.625
3. Pengurusan dan Pengawasan
Komisaris
Komisaris Utama
Wakil Komisaris Utama / Komisaris Independen
Komisaris
Komisaris
Komisaris
Komisaris Independen
Komisaris Independen
:
:
:
:
:
:
:
Zaki Baridwan
Suwarsono
Effendi
Parikesit Suprapto
H.M.S. Latiff
Achjar Ilyas
Felia Salim
Direksi
Direktur Utama
Wakil Direktur Utama
Direktur Manajemen Risiko
Direktur Korporasi
Direktur UKM & Syariah
Direktur Konsumer
Direktur Operasional
Direktur Kepatuhan & SDM
Direktur Tresuri & Private Banking
Direktur Konsumer
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Sigit Pramono
Gatot Mudiantoro Suwondo
Ignatius Supomo
Achmad Baiquni
Bien Subiantoro
Kemal Ranadireksa
Suroto Moehadji
Achil Ridwan Djayadiningrat
Fero Poerbonegoro
Tjahjana Tjakrawinata*
*Telah mengundurkan diri efektif per 1 Juli 2007
4. Sumber Daya Manusia
Profil karyawan
Pada tanggal 31 Maret 2007, BNI memiliki 18.443 karyawan tidak termasuk Direktur dan Komisaris,
yang terdiri dari 17.971 karyawan domestik dengan status permanen, 310 karyawan sementara, dan
162 staf luar negeri dengan status permanen.
32
5. Keterangan Mengenai Anak Perusahaan yang Signifikan dan Penyertaan BNI
Per 31 Maret 2007, BNI mempunyai 11 Anak Perusahaan dan perusahaan afiliasi, yang terdiri dari 3
Bank Komersial dan 8 perusahaan Jasa Keuangan. Diantaranya, terdapat 4 Anak Perusahaan yang
dimiliki secara langsung dengan kepemilikan di atas 50%, namun hanya 3 Anak Perusahaan yang
dikonsolidasikan dalam laporan keuangan BNI, sedangkan 1 Anak Perusahaan mayoritas lainnya
(BNI Nakertrans) tidak dikonsolidasikan karena dinilai tidak material.
Perusahaan yang dimiliki sahamnya oleh BNI, jenis usahanya serta kepemilikan BNI per tanggal 31
Maret 2007 adalah sebagaimana dijelaskan di bawah ini:
Nama Perusahaan
Jenis Usaha
Persentase
Kepemilikan
BNI Nakertrans Ltd.
Remittance antara Hong Kong dan Indonesia
PT BNI Multi Finance
Pembiayaan
PT BNI Securities
Fund Management dan Sekuritas
PT BNI Life Insurance
Asuransi Jiwa
PT Bank Finconesia
Perbankan
PT Sarana Bersama Pembiayaan Indonesia
Pembiayaan/Penyertaan
PT Pembiayaan Artha Negara
Pembiayaan
PT Pemeringkat Efek Indonesia
Pemeringkat Efek
PT Kustodian Sentral Efek Indonesia
Kustodian
PT Bank Mizuho Indonesia
Perbankan
PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia
Perbankan
99,99%
99,98%
99,85%
59,78%
48,51%
8,00%
3,90%
1,46%
1,00%
1,00%
1,00%
Ikatan dan Perjanjian Penting dengan Pihak Ketiga
Perjanjian Kerjasama tentang Pemberian Kredit Kendaraan Bermotor kepada Pegawai PT Pos
Indonesia (Persero) (“PTPI”) No. KSN/3/1281/R-PKS 91/DIRKUG/1006 tanggal 12 Oktober 2006,
dimana BNI akan memberikan fasilitas kredit untuk membeli kendaraan bermotor roda dua kepada
pegawai PTPI. Perjanjian ini berjangka waktu 3 tahun sejak ditandatangani.
Perjanjian Kerjasama Penerimaan Pembayaran atas Penjualan Produk Pertamina No. 461/C00000/
2006-SO-DIR/067, tanggal 12 Mei 2006 antara Perseroan dengan PT Pertamina (Persero) Tbk
(“Pertamina”) dimana BNI akan melakukan penerimaan pembayaran atas hasil penjualan produk
Pertamina dan mengadministrasikan hasil pembayaran tersebut untuk dilanjutkan ke rekening
Pertamina pusat. Perjanjian ini berjangka waktu 3 tahun sejak ditandatangani.
Kewajiban Kontinjensi
Dalam melakukan usahanya, BNI adalah sebagai tergugat dari berbagai perkara hukum dan tuntutan
terutama sehubungan dengan bisnis perbankan. Kebijakan umum BNI adalah membentuk penyisihan
sebesar 70% dari nilai tuntutan apabila keputusan pengadilan negeri dan pengadilan tinggi
memberatkan BNI dan 100% dari nilai tuntutan apabila keputusan Mahkamah Agung memberatkan
BNI. Penyisihan ini dianggap sesuai dan dapat terjadi deviasi tergantung fakta dan kondisi kasuskasus istimewa. Pada tanggal 31 Maret 2007, BNI telah membentuk penyisihan dalam neraca sebesar
Rp62,7 miliar yang dibentuk atas kemungkinan timbulnya kerugian akibat tuntutan hukum
33
6. Perkara-perkara Yang Sedang Dihadapi dan Yang Berhubungan Dengan BNI
Perkara di Wilayah Hukum Negara Republik Indonesia
Kasus pencemaran nama baik, oleh penggugat korporasi yang telah dipublikasikan dalam
penyelidikan untuk kasus penipuan L/C tahun 2003, dengan total gugatan sebesar Rp101 miliar
untuk kerugian usaha, dan Rp2.000 miliar untuk pencemaran nama baik. Pada tingkat Pengadilan
Negeri dan Pengadilan Tinggi, BNI memenangkan kasus ini dan penggugat naik banding ke
Mahkamah Agung.
Kasus pencemaran nama baik dan kerugian usaha oleh penggugat individual yang telah
dipublikasikan dalam penyelidikan untuk kasus penipuan L/C tahun 2003, dengan total gugatan
sebesar Rp220 miliar dan 111,5 juta Dollar AS untuk kerugian usaha dan Rp2.000 miliar untuk
pencemaran nama baik. Pada tingkat Pengadilan Negeri BNI dimenangkan dan penggugat naik
banding ke Pengadilan Tinggi.
34
KEGIATAN DAN PROSPEK USAHA BNI DAN ANAK PERUSAHAAN
1. Pendahuluan
BNI merupakan salah satu bank dan penyedia jasa keuangan terkemuka di Indonesia. Berdasarkan
data statistik yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia per 31 Maret 2007, BNI menempati posisi kedua
dalam jumlah cabang dan jaringan ATM dan bank terbesar ketiga di Indonesia dalam hal total aktiva,
total kredit dan simpanan nasabah. Tanpa mengikutsertakan cabang-cabang mikro atau unit pedesaan
dari bank-bank di Indonesia lainnya, BNI memiliki jaringan kantor cabang terbanyak di Indonesia.
Per tanggal 31 Maret 2007 BNI memiliki 918 kantor cabang dan kantor cabang pembantu, 53 kantor
cabang dan kantor cabang pembantu Syariah, 12 Sentra Kredit Konsumen, 47 Sentra Kredit Kecil,
17 Sentra Kredit Menengah, dan 2.325 mesin ATM yang tersebar di seluruh Indonesia. BNI juga
telah meluncurkan layanan SMS Banking dan Internet Banking. Per tanggal 31 Maret 2007, BNI
mencatat total aktiva sebesar Rp174.972 miliar (termasuk didalamnya Rp69.133 miliar portofolio
kredit dan Rp39.718 miliar Obligasi Pemerintah), Rp141.727 miliar total simpanan nasabah, dan
sekitar 9,5 juta jumlah rekening nasabah (0,23 juta rekening kredit dan 9,2 juta rekening simpanan).
2. Sejarah, Rekapitalisasi dan Restrukturisasi
Program Transformasi BNI
Pada tahun 2004, BNI telah mengadopsi visi dan misi baru yang menitikberatkan pada layanan jasa
dan kinerja. Untuk mencapai hal ini, BNI telah melakukan transformasi secara menyeluruh yang
dirancang untuk meningkatkan etika kerja. Program transformasi tersebut mencakup transformasi
pada level organisasi dan operasional.
3. Keunggulan
BNI memiliki keunggulan-keunggulan utama sebagai berikut:
-
Jaringan distribusi yang luas dan skala usaha yang besar
Penerbit kartu kredit utama di Indonesia yang terus berkembang
Perbaikan komposisi kredit yang diberikan dengan fokus kepada segmen UKM dan kredit
konsumer
Memiliki nama (brand) yang sangat dikenal
Penerapan Manajemen Risiko yang hati-hati (prudent) dan penguatan implementasi Good
Corporate Governance
Tim manajemen yang berpengalaman
4. Strategi Usaha
-
Lebih fokus kepada segmen nasabah tertentu
Meningkatkan penjualan produk dan jasa tambahan kepada nasabah berpenghasilan tinggi
Meningkatkan upaya cross-selling pada nasabah yang sudah ada
Menurunkan biaya dana
Menciptakan budaya layanan yang fokus kepada nasabah dan meningkatkan produktivitas
karyawan
Terus melakukan peningkatan atas manajemen risiko dan secara efektif mengelola kualitas aktiva
Meningkatkan produktivitas kantor cabang dan utilisasi jaringan distribusi
5. Kegiatan Usaha Utama
Kegiatan usaha BNI dapat dikelompokkan menjadi Bisnis Perbankan Korporasi, Bisnis Perbankan
Komersial atau UKM (”Usaha Kecil dan Menengah”), Bisnis Perbankan Konsumer, Bisnis Perbankan
Internasional dan Tresuri, Bisnis Syariah, dan Anak-anak perusahaan BNI.
35
Nasabah
BNI menggolongkan perusahaan (baik Swasta maupun BUMN) yang dilayani oleh kegiatan usaha
dalam negeri BNI sebagai nasabah korporasi yang ditangani oleh Bisnis Perbankan Korporasi, atau
nasabah komersial yang ditangani oleh Bisnis Perbankan Komersial. Klasifikasi nasabah perusahaan
BNI, baik korporasi maupun komersial, sebagian besar didasarkan pada omzet penjualan tahunan
dan nilai kredit. Pada umumnya, BNI melakukan kategorisasi perusahaan dengan omzet penjualan
tahunan lebih dari Rp200 miliar per tahun untuk perusahaan individu, (atau lebih dari Rp400 miliar
per tahun untuk grup perusahaan), dan nilai pinjaman lebih dari Rp100 miliar untuk perusahaan
individu, (atau lebih dari Rp150 miliar untuk grup perusahaan) sebagai nasabah korporasi.
Portofolio Kredit
Tabel berikut menunjukkan total portofolio kredit yang diberikan oleh BNI yang dibagi berdasarkan
Grup Bisnis:
(dalam miliar Rupiah, kecuali persentase)
Per Tanggal 31 Desember
2004
Per Tanggal 31 Maret
2005
2006
2007
Kredit
yang
diberikan
%
dari
Total
Kredit
yang
diberikan
%
dari
Total
Kredit
yang
diberikan
%
dari
Total
Kredit
yang
diberikan
%
dari
Total
Portofolio Kredit
Korporasi
Komersial / UKM
Konsumer
Internasional
Divisi Usaha Syariah
23.195
23.766
9.896
340
671
40,1
41,1
17,1
0,6
1,2
21.640
25.056
11.369
3.767
827
34,5
40,0
18,1
6,0
1,3
23.227
28.058
10.120
3.922
1.133
35,0
42,2
15,2
5,9
1,7
24.833
28.747
10.262
4.087
1.204
35,9
41,7
14,8
5,9
1,7
Total
57.868
100,0
62.659
100,0
66.460
100,0
69.133
100,0
Portofolio Simpanan
Tabel berikut menunjukkan total portofolio simpanan berdasarkan jenis produk:
(dalam miliar Rupiah, kecuali persentase)
Per Tanggal 31 Desember
2004
Giro
Tabungan
Deposito berjangka
Sertifikat deposito
Total
Per Tanggal 31 Maret
2005
2006
Total
Simpanan
%
dari
Total
Total
Simpanan
%
dari
Total
28.545
39.048
37.503
2
27,2
37,1
35,7
0,0
30.636
36.464
48.273
-
26,6
31,6
41,8
-
105.097
100,0
115.372
100,0
Total
Simpanan
2007
%
dari
Total
Total
Simpanan
%
dari
Total
35.766
38.616
61.415
-
26,3
28,4
45,3
-
32.727
38.351
70.649
-
23,1
27,1
49,8
-
135.797
100,0
141.727
100,0
Pendapatan
BNI mendapatkan pendapatan bunga dari Obligasi Pemerintah, kredit, surat berharga, serta
penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia, serta pendapatan Syariah dari marjin dan bagi
hasil laba (profit sharing). BNI membukukan pendapatan bunga sebesar Rp14.704 miliar serta
pendapatan fee dan komisi yang berkaitan langsung dengan kegiatan pinjaman sebesar Rp339
miliar di tahun 2006. Untuk periode tiga bulan yang berakhir pada 31 Maret 2007, BNI membukukan
pendapatan bunga sebesar Rp3.594 miliar dan pendapatan fee dan komisi sebesar Rp57 miliar.
36
6. Perbankan Korporasi (Corporate Banking)
Perbankan Korporasi BNI menawarkan berbagai produk pembiayaan dan pendanaan, dan juga
berbagai layanan jasa yang memberikan nilai tambah (value-added services), seperti jasa trade
finance, pasar uang dan jasa cash management untuk nasabah korporasi seperti perusahaan swasta
nasional, BUMN, dan instansi Pemerintah. Produk pembiayaan BNI meliputi fasilitas kredit modal
kerja, kredit investasi, kredit sindikasi dan fasilitas kredit non-kas seperti bank garansi dan L/C.
Produk pendanaan BNI meliputi giro, deposito berjangka dan sertifikat deposito. Jumlah minimum
yang dapat dipinjamkan kepada nasabah korporasi adalah Rp100 miliar untuk peminjam korporasi
individu dan Rp150 miliar kepada peminjam korporasi grup. Per 31 Maret 2007, BNI memiliki 592
rekening kredit korporasi dari 260 nasabah peminjam korporasi atau sekitar 35% dari total eksposur
kredit yang diberikan (tidak termasuk kredit luar negeri). Per 31 Maret 2007, BNI memiliki 141.771
rekening simpanan korporasi dari 37.676 nasabah korporasi.
Produk-produk Pembiayaan
Produk-produk pembiayaan utama yang ditawarkan BNI kepada nasabah korporasi adalah sebagai
berikut:
-
Kredit Modal Kerja (Working Capital Loan)
Kredit Investasi
Kredit Sindikasi (Syndicated Loan)
Layanan jasa lainnya
BNI melakukan diversifikasi usaha perbankan korporasi dengan meningkatkan layanan yang bersifat
fee-based seperti investment banking, cash management, trade finance dan kredit sindikasi, yang
diyakini dapat memberikan tingkat pengembalian (rate of return) yang lebih tinggi setelah disesuaikan
dengan tingkat risiko yang ada, melalui penawaran produk dalam bentuk paket dan melalui
peningkatan kegiatan cross-selling. Perbankan Korporasi bekerjasama dengan Divisi Internasional
untuk meningkatkan transaksi jasa trade finance dan cash management.
Jasa & Layanan Dana Institusi
Perbankan Korporasi juga memiliki unit jasa dan layanan Dana Institusi yang bertanggung jawab
untuk mendapatkan dan mengelola dana pihak ketiga dari nasabah institusi. Sejak tahun 2005, BNI
telah melakukan kerjasama dengan beberapa institusi termasuk pengelolaan dana pemerintah (state
funds) beberapa instansi pemerintah, pengelolaan pusat pembayaran uang kuliah di sembilan
universitas pada tahun 2006, dan melakukan kerjasama host-to-host dengan Pertamina untuk
kelancaran proses transaksi antara SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) dan depot BBM
utama Pertamina. Dengan memberikan layanan tersebut diatas, BNI telah melakukan peningkatan
kualitas layanan kepada nasabahnya sekaligus menambah pendapatan berbasis fee serta
meningkatkan dana yang transit.
Pada tahun 2006, BNI meluncurkan berbagai produk dan jasa institusi seperti BNI e-banking, sebuah
jasa perbankan online yang memungkinkan nasabah korporasi atau institusi untuk melakukan akses
atas rekening melalui kantor masing-masing dan Pertamina BizCard yang memungkinkan pemegang
kartu untuk dapat melakukan pembayaran secara elektronik atas pembelian produk-produk Pertamina
di depot-depot Pertamina.
Nasabah dan Pemasaran
BNI memberikan layanan kepada nasabah korporasi melalui relationship manager dan banking
account manager yang berada di kantor pusat dan kantor cabang. Relationship manager BNI memiliki
keahlian khusus untuk produk pembiayaan dan berfokus untuk membina hubungan serta menyediakan
solusi keuangan yang dirancang khusus untuk memenuhi semua kebutuhan perbankan peminjam
korporasi yang baru maupun yang telah ada. Banking account manager mengkhususkan diri pada
produk-produk pembiayaan, memberikan solusi investasi yang dirancang khusus, dan melakukan
37
pengawasan atas portofolio pendanaan dan investasi untuk nasabah korporasi. BNI memiliki hubungan
baik yang terjalin sejak lama dengan beberapa entitas yang berhubungan dengan Pemerintah
termasuk didalamnya BUMN besar di Indonesia.
7. Perbankan Komersial dan UKM
Produk-Produk Pembiayaan
Per 31 Maret 2007, BNI memiliki 46.860 rekening pinjaman UKM yang terdiri dari 954 rekening
usaha skala menengah dan 45.369 rekening nasabah usaha kecil serta 537 rekening pinjaman
penerusan (two-step loan).
Produk pembiayaan utama BNI untuk nasabah UKM adalah sebagai berikut:
-
Kredit Modal Kerja (Working Capital Loan)
Kredit Investasi
Pinjaman penerusan (Two-Step Loan)
Nasabah dan Pemasaran
Nasabah komersial mendapatkan pelayanan melalui kantor pusat, jaringan kantor cabang, Sentra
Kredit Kecil dan Menengah yang tersebar di seluruh Indonesia. BNI memiliki 12, Sentra Kredit
Konsumen, 17 Sentra Kredit Menengah dan 47 Sentra Kredit Kecil untuk memberikan layanan kepada
nasabah Komersial. Nasabah BNI dilayani oleh relationship manager komersial yang terlatih dalam
memberikan solusi terbaik dalam memenuhi kebutuhan nasabah usaha kecil dan menengah di tiaptiap sektor industri dan wilayah.
8. Perbankan Konsumer
Umum
BNI membangun dan menjaga hubungan dengan nasabah individual melalui Perbankan Konsumer.
BNI menawarkan rangkaian produk dan jasa kepada nasabah konsumer, baik berupa produk pinjaman
dan simpanan, produk-produk asuransi dan investasi, dana pensiun, kartu kredit dan kartu debit.
BNI melayani nasabahnya melalui jaringan kantor cabang, tim penjualan cabang dan penjualan
langsung, serta saluran elektronik dan telepon. Pada tahun 2006, BNI mendirikan Divisi Private
Banking dengan menggabungkan unit Wealth Management dan Bancassurance untuk memberikan
layanan yang lebih menyeluruh kepada para nasabah. Per 31 Maret 2007, BNI memiliki 161.030
nasabah kredit konsumer (tidak termasuk kredit yang diberikan kepada karyawan dan kredit beragun
kas), 9,2 juta rekening simpanan, 1,2 juta rekening kartu kredit dan 21.300 rekening Private Banking
dan Layanan Prima.
Produk-Produk Pembiayaan
-
Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
Kredit Multi Guna
Kredit Kepemilikan Kendaraan Bermotor
Kredit Tanpa Agunan
Cash Collateral Credit
Kartu Kredit
Per 31 Maret 2007, BNI telah menerbitkan lebih dari 1,2 juta kartu kredit. Berdasarkan informasi
yang diterbitkan Bank Indonesia, BNI adalah penerbit kartu kredit terbesar kedua di Indonesia
berdasarkan jumlah kartu yang diterbitkan. Total pembelanjaan dari penggunaan kartu kredit BNI
adalah sebesar Rp4.853 miliar untuk tahun 2006 dan Rp1.326 miliar untuk periode tiga bulan yang
berakhir pada 31 Maret 2007. Menurut informasi yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, BNI merupakan
bank penerbit kartu kredit terbesar kedua berdasarkan total pembelanjaan nasabah per 31 Maret
2007.
38
Per 31 Maret 2007, 157.941 kartu kredit VISA dan 99.243 kartu kredit Mastercard dalam keadaan
tidak aktif atau tidak digunakan dalam tiga bulan terakhir.
Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)
DPLK BNI terbuka untuk seluruh lapisan masyarakat Indonesia yang berumur 18 tahun ke atas atau
telah menikah. Menurut data Asosiasi DPLK Indonesia per 31 Desember 2006, DPLK BNI merupakan
DPLK terbesar di Indonesia berdasarkan jumlah peserta dan dana yang dihimpun.
BNI mendapatkan pendapatan fee administratif dan manajemen untuk pengelolaan dana pensiun.
Untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2006 dan periode tiga bulan yang berakhir tanggal 31
Maret 2007, BNI membukukan pendapatan fee masing-masing sejumlah Rp26,9 miliar dan Rp5,9
miliar untuk pengelolaan dana pensiun.
Nasabah dan Pemasaran
Dalam rangka membina hubungan jangka panjang kepada nasabah konsumen, BNI menyediakan
berbagai jenis produk dan jasa-jasa perbankan yang berkualitas, serta saluran distribusi yang nyaman
dan mudah dicapai.
Dari sisi pengembangan produk konsumer, BNI fokus kepada empat hal, yaitu: (1) Produk dan jasa
yang bersifat transaksional seperti giro, tabungan dan kartu debit; (2) Produk-produk pembiayaan
seperti kredit konsumer dan kartu kredit; (3) Produk-produk investasi termasuk dana pensiun dan
produk tabungan pendidikan; serta (4) Produk-produk wealth-protection seperti bancassurance.
Rekening simpanan nasabah memberikan sumber pendanaan murah dan stabil kepada BNI dimana
hal tersebut mewakili basis nasabah dimana BNI dapat melakukan upaya cross-selling produk dan
jasa perbankan non-tradisionalnya, seperti produk reksadana dan asuransi. BNI juga telah
mengimplementasikan brand management terutama dalam pengelolaan produk-produk unggulannya
dan untuk meningkatkan pangsa pasarnya.
Private Banking
Divisi Private Banking dibentuk di tahun 2006, yang merupakan penggabungan antara unit wealth
management dan Bancassurance. BNI menawarkan layanan jasa wealth management secara
komprehensif kepada nasabah pilihan yang dapat dianggap sebagai nasabah elit. BNI menawarkan
layanan konsultasi keuangan pribadi, perencanaan keuangan, investasi pribadi dan manajemen
aset dan hutang untuk individual melalui 75 outlet Layanan Prima dan 7 outlet BNI Emerald (upgrade
dari outlet Layanan Prima). Pada saat ini, BNI masih melakukan proses upgrade atas outlet Layanan
Prima menjadi outlet BNI Emerald. BNI merencanakan untuk memiliki 20 outlet BNI Emerald di akhir
tahun 2007. BNI juga menawarkan akses terhadap produk investasi pasar modal termasuk saham,
obligasi dan reksadana. Per 31 Maret 2007, Divisi Private Banking melayani 5.546 nasabah, dengan
aset kelolaan sebesar Rp10,8 triliun.
Bancassurance
Sebagai rencana strategis untuk mengembangkan produk dan jasa layanan yang lebih luas kepada
nasabah konsumer dan untuk meningkatkan pendapatan berbasis fee, BNI menawarkan jasa
bancassurance yang berfokus kepada kebutuhan investasi dan asuransi melalui jaringan distribusi
yang dimiliki.
Nasabah & Pemasaran
BNI membedakan layanan yang diberikan kepada nasabah dengan jumlah saldo tabungan yang tinggi
melalui segmen ”Layanan Prima”, sehingga nasabah pada segmen tersebut menerima layanan dari
customer service yang sudah diberikan pelatihan-pelatihan khusus untuk melayani nasabah di segmen
ini.
39
9. Bisnis Syariah
Umum
BNI mendirikan Bisnis Usaha Syariah pada bulan April 2000 untuk menawarkan produk pembiayaan
dan pendanaan yang sejalan dengan prinsip Syariah. Saat ini, BNI merupakan salah satu dari 23
bank di Indonesia yang menawarkan produk dan jasa perbankan Syariah. Per 31 Maret 2007, BNI
membukukan total aktiva sebesar Rp1.667 miliar, total pembiayaan syariah sebesar Rp1.204 miliar
dan total pendanaan syariah adalah sebesar Rp1.237 miliar. Per 31 Maret 2007 BNI adalah bank
yang memiliki pangsa pasar terbesar keempat dalam perbankan Syariah Indonesia berdasarkan
total aktiva dan jumlah dana yang dikelola berdasarkan hasil keuangan bank-bank Syariah di Indonesia
yang diterbitkan per 31 Maret 2007, yang mana sebagian tidak diaudit.
Produk Pembiayaan
Jasa Perbankan Syariah BNI berfokus pada produk-produk pembiayaan sektor-sektor pertanian,
perdagangan,manufaktur, otomotif dan perumahan. Produk Syariah andalan BNI adalah BNI Griya
Syariah.
BNI menawarkan beberapa produk pembiayaan Syariah, terutama pembiayaan Murabahah,
Mudharabah, Musyarakah dan Qard. Sebagian besar dari pembiayaan BNI disalurkan melalui
pembiayaan Murabahah yang umumnya digunakan untuk pembelian aktiva. Pembiayaan Murabahah
didasarkan pada jual beli produk, di mana BNI membiayai pembelian aktiva yang dimaksud, seperti
mesin, lalu menjual kembali aktiva tersebut kepada nasabah dengan persyaratan pembayaran yang
disetujui bersama. Pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah digunakan untuk pembiayaan proyek
(project financing). Dalam pembiayaan Musyarakah, baik BNI maupun nasabah memberikan kontribusi
dana yang diperlukan untuk proyek yang dibiayai, di mana laba atau pendapatan dari proyek tersebut
akan dibagi. Sedangkan pada pembiayaan Mudharabah, BNI akan membiayai keseluruhan dari
proyek, dan umumnya menerima proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan atau laba dari kerjasama
yang dimaksud dibandingkan dengan pembiayaan Musyarakah. Pembiayaan Qard adalah
pembiayaan Syariah yang ditujukan untuk pembiayaan program sosial. BNI memberikan kontribusi
dana yang dibutuhkan dan hanya memperoleh sebagian pendapatan atau laba yang dianggap cukup
untuk menutupi biaya yang dikeluarkan.
Nasabah dan Pemasaran
Pada bulan Desember 2003, Dewan Syariah Nasional mengeluarkan fatwa yang memutuskan bahwa
bunga bank, yang menurut prinsip hukum Islam merupakan riba, adalah haram. Hal ini diyakini akan
meningkatkan jumlah nasabah Syariah secara signifikan di masa yang akan datang. Untuk melayani
nasabah Syariah. BNI berencana untuk menambah 65 kantor cabang Syariah yang terdiri dari 36
kantor cabang Utama dan 29 kantor cabang pembantu sampai akhir tahun 2007. BNI juga berencana
untuk memiliki layanan perbankan Syariah di kantor cabang dan kantor cabang pembantu
konvensional. Sampai dengan saat prospektus ini diterbitkan, BNI memiliki 566 outlet channeling
Syariah pada kantor-kantor cabang dan kantor cabang pembantu untuk meningkatkan akses atas
jasa layanan perbankan Syariah serta berencana untuk menambah 43 kantor cabang dan kantor
cabang pembantu tambahan pada akhir tahun 2007.
10. Perbankan Internasional (Bisnis Tresuri & Internasional)
Umum
Kegiatan perbankan internasional BNI dilakukan melalui kantor cabangnya di luar negeri yang berada
di pusat-pusat perdagangan dan keuangan di beberapa negara, dan saat ini BNI memiliki kantorkantor cabang di Hong Kong, London, Singapura, Tokyo, dan sebuah Kantor Agency di New York.
Kantor cabang BNI di Singapura, HongKong dan Tokyo menawarkan produk dan layanan perbankan
yang cukup lengkap termasuk menawarkan produk pembiayaan dan penyimpanan dana. Sedangkan
Kantor cabang BNI di London hanya dapat menerima penyimpanan dana ”wholesale” saja. Kantor
40
Agency BNI di New York menawarkan kegiatan perbankan terbatas dan tidak menerima simpanan
dari warga negara dan penduduk negara AS. Dalam melakukan kegiatan usaha perbankan
internasional, pada 31 Maret 2007 BNI menjalin kerjasama dengan 757 bank koresponden
internasional, 93 bank koresponden dalam negeri dan sejumlah aliansi strategis internasional melalui
keanggotaan asosiasi perbankan internasional.
Produk Pembiayaan
Sampai dengan 31 Maret 2007, kantor cabang luar negeri dan Kantor Agency di New York memiliki
total kredit yang diberikan sebesar Rp4.087 miliar, atau 6,2% dari total kredit yang diberikan, yang
terdiri dari 102 rekening kredit.
Nasabah dan Pemasaran
BNI berupaya untuk meningkatkan usaha perbankan internasional melalui ekspansi pembiayaan
dan jasa trade finance pada kantor-kantor cabang luar negeri. Sejak bulan Mei 2004, penanganan
aktivitas trade financing telah disentralisasi di kantor pusat. Selain itu, kantor-kantor cabang di luar
negeri juga didukung oleh lebih dari 800 bank korespondensi di 85 negara.
11. Produk-Produk Simpanan
Produk-produk simpanan utama BNI adalah deposito berjangka, tabungan dan giro. Per 31 Maret
2007, BNI memiliki total simpanan nasabah sebesar Rp141.727 miliar dari sekitar 9,4 juta rekening
simpanan. Produk simpanan memberikan sumber dana yang murah dan stabil untuk BNI serta
merepresentasikan potensi pertumbuhan yang dapat memperbaiki komposisi pendanaan (funding
mix) BNI secara keseluruhan. Produk-produk simpanan BNI juga ditawarkan kepada para individu
berpenghasilan menengah ke atas dan individu yang masuk ke dalam golongan nasabah
berpenghasilan tinggi.
Nasabah Institusi
BNI menawarkan deposito berjangka dan giro kepada nasabah institusi (BUMN/Institusi Pemerintah
dan perusahaan swasta) termasuk kepada nasabah perbankan internasional. Per 31 Maret 2007,
total jumlah simpanan nasabah untuk Perbankan Korporasi dan komersial adalah sebesar Rp33.795
miliar. Simpanan dari nasabah BUMN/instansi Pemerintah mewakili 23,8% dari nilai simpanan nasabah
per 31 Maret 2007. Simpanan dari nasabah perusahaan swasta dan komersial mencerminkan 27,9%
dari nilai total simpanan nasabah per tanggal yang sama.
Nasabah Individu
BNI menawarkan produk deposito berjangka, tabungan dan giro untuk para nasabah individu. Per
tanggal 31 Maret 2007, total jumlah simpanan dari nasabah individu adalah Rp65.464 miliar atau
sekitar 46,7% dari total keseluruhan jumlah simpanan di BNI.
Nasabah Syariah
Per 31 Maret 2007, jumlah total simpanan nasabah Syariah adalah Rp1.237 miliar yang seluruhnya
dalam mata uang Rupiah atau 0,87% dari total nilai simpanan BNI per tanggal yang sama.
Nasabah dan Pemasaran
BNI memasarkan produk simpanannya melalui para banking account manager, relationship manager,
tim pemasaran di cabang maupun di lapangan, serta customer service di kantor-kantor cabang.
BNI terus meningkatkan jumlah pendanaan dan meningkatkan basis nasabah, terutama dari Bisnis
UKM, melalui penawaran tingkat suku bunga yang kompetitif, jaringan akses yang memadai,
kemudahan pembayaran tagihan dan hadiah-hadiah yang diberikan secara periodik serta fasilitas
pembelian voucher prabayar untuk telepon selular. BNI menawarkan berbagai kemudahan untuk
melakukan transaksi penyetoran, penarikan, dan transfer dana, selain melalui kantor cabang secara
langsung juga dapat melalui mesin ATM, menggunakan kartu debit, phone banking, mobile banking,
SMS banking dan internet banking.
41
Jasa Trade Finance
BNI menyediakan berbagai jasa trade finance kepada nasabah korporasi dan komersial, seperti
pembiayaan ekspor-impor, pembiayaan L/C, bank garansi, dan fasilitas negosiasi wesel ekspor.
Pendapatan yang didapat dari fee dan komisi trade finance adalah sebesar Rp101,2 miliar di tahun
2006 dan Rp24,6 miliar untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2007.
Tresuri
Divisi Tresuri melakukan kegiatan trading dan investasi dengan tujuan untuk mengoptimalkan laba
serta pengelolaan posisi likuiditas dan posisi valuta asing. Divisi Tresuri BNI juga memberikan jasa
layanan terhadap produk-produk tresuri seperti produk pasar uang, pasar modal, dan valuta asing
(jasa advisory, jasa transaksi valuta asing dan sebagai perantara dalam produk-produk lindung-nilai)
serta jasa kustodian dan wali amanat.
Jasa lain dan aktivitas pendukung lainnya adalah Wali Amanat, Kustodian, Bank Notes, Banking
Management, dan Unit Riset.
Untuk meningkatkan layanan kepada nasabah, Divisi Tresuri meluncurkan layanan baru dalam bentuk
Remote Area dan fasilitas BNI e-Forex trading. BNI juga menawarkan sistem aplikasi transaksi internetprotocol kepada para nasabahnya yang memungkinkan nasabah untuk mendapatkan tingkat nilai
tukar valuta asing dan melakukan transaksi valuta asing online secara real-time.
12. Jaringan Distribusi
Jaringan distribusi BNI tersebar luas di berbagai pusat ekonomi utama dan pusat bisnis di seluruh
Indonesia. Per 31 Maret 2007 BNI memiliki 919 kantor cabang domestik termasuk kantor cabang
pembantu, yang di dalamnya termasuk 29 kantor cabang, 183 kantor cabang pembantu dan 6 kantor
kas di wilayah Jabotabek saja dan 187 kantor cabang dan 488 kantor cabang pembantu di luar
wilayah Jabotabek. BNI juga memiliki 23 kantor cabang dan 30 kantor cabang pembantu Syariah, 12
Sentra Kredit Konsumen, 17 Sentra Kredit Menengah, 47 Sentra Kredit Kecil yang melayani segmen
usaha kecil dan 2.325 mesin ATM. Jaringan luar negeri BNI berada di lokasi strategis pusat-pusat
perdagangan dan keuangan internasional utama di dunia. BNI memiliki kantor cabang luar negeri di
Hong Kong, London, Singapura, Tokyo dan sebuah kantor agency di New York.
Jaringan Nasional
Kantor Pusat
Selain sebagai pusat kegiatan usaha dan organisasi, kantor pusat juga merupakan pusat pelayanan
nasabah korporasi dan merupakan pusat dari relationship manager BNI.
Kantor cabang dan kantor cabang pembantu
BNI membagi jaringan kantor cabang dalam negeri menjadi kantor cabang dan kantor cabang
pembantu berdasarkan nilai aktiva, jumlah karyawan, total nilai simpanan dan kredit, serta layanan
dalam negeri dan internasional.
Kantor Cabang dan Kantor Cabang Pembantu Syariah
Kantor cabang Syariah BNI menyediakan produk dan layanan Syariah, yang diperkuat oleh relationship
manager dan tenaga customer service yang terlatih dalam produk-produk dan layanan Syariah.
Kantor cabang pembantu Syariah menyediakan layanan transaksi, produk non-kredit, dan jasa
penasihat keuangan untuk produk-produk Syariah BNI.
Sentra Kredit Kecil dan Sentra Kredit Menengah
Per 31 Maret 2007, BNI memiliki 47 Sentra Kredit Kecil untuk melayani segmen nasabah usaha kecil
dan 17 Sentra Kredit Menengah untuk melayani segmen nasabah usaha menengah. Sentra-sentra
kredit ini memiliki relationship manager yang didedikasikan untuk melayani produk-produk
pembiayaan.
42
Sentra Kredit Konsumen
Per 31 Maret 2007, BNI memiliki 12 Sentra Kredit Konsumen untuk melayani nasabah individu.
Sentra Kredit Konsumen memiliki tim sales yang berdedikasi untuk menawarkan produk-produk dan
jasa layanan pembiayaan untuk nasabah individu.
Jaringan ATM, Kartu ATM, dan Kartu Kredit
BNI memiliki jaringan mesin ATM yang merupakan jaringan ATM terbesar ketiga di Indonesia per
31 Maret 2007 berdasarkan jumlah ATM. Per 31 Maret 2007, Jaringan ATM yang dimiliki meliputi
2.325 mesin ATM yang tersebar di seluruh Indonesia dan lebih dari 697 juta kartu ATM dalam sirkulasi.
BNI memiliki rencana untuk menambah sekitar 157 mesin ATM pada akhir tahun 2007.
Phone banking
BNI menyediakan layanan telephone banking “BNI PhonePlus”, yang memungkinkan nasabah
melakukan transfer dana, memeriksa saldo rekening, mengisi ulang pulsa telepon seluler pra-bayar,
dan membayar tagihan seperti kartu kredit dan asuransi. Nasabah juga dapat mengakses informasi
mengenai rangkaian produk dan layanan BNI melalui BNI PhonePlus.
BNI Mobile & BNI SMS Banking
BNI Mobile & BNI SMS Banking adalah fasilitas layanan transaksi perbankan melalui telepon selular.
Dengan BNI Mobile yang menggunakan Sim Card khusus (Telkomsel Navigator Card), nasabah
dapat bertransaksi menggunakan fasilitas menu dari telepon selular mereka. Jika nasabah tidak
menginginkan penggantian nomer telepon selular (Sim Card), nasabah tetap dapat menggunakan
BNI SMS Banking. Layanan yang diberikan melalui SMS Banking adalah transfer dana ke rekening
BNI lain, pembayaran tagihan dan penggantian nomor PIN. Melalui BNI SMS Banking, nasabah
melakukan transaksi dengan cara mengirimkan SMS ke BNI single access number ”3346”. Jumlah
pengguna aktif BNI SMS Banking dan BNI Mobile telah lebih dari 150 ribu nasabah aktif.
Internet Banking
Fasilitas layanan Internet Banking diperkenalkan pada bulan Maret 2007. Dengan fasilitas layanan
tersebut, nasabah dapat melakukan pengecekan saldo, mutasi rekening, penggantian pin, transfer
dana ke rekening BNI dan transaksi lain seperti pembelian voucher telepon selular.
Jaringan Internasional
Kegiatan usaha internasional BNI berada di pusat-pusat perdagangan dan keuangan dunia, seperti
Hong Kong, London, Singapura, Tokyo, dan New York. Kantor cabang luar negeri berfungsi secara
independen dari Kantor pusat dalam hal pemenuhan kewajiban pendanaan dan pemberian kredit
dalam mata uang asing kepada nasabah berdasarkan limit yang ditetapkan di masing-masing kantor
cabang, serta pengoperasian unit tresuri terpisah. Kantor-kantor cabang BNI di luar negeri umumnya
melayani nasabah nasional yang memiliki operasi di luar negeri, termasuk penyimpanan, transfer
dana dan remittance, penerbitan L/C dan layanan perbankan untuk keperluan trade finance lainnya.
Per 31 Maret 2007, Kegiatan usaha BNI di luar negeri didukung oleh jaringan 757 bank koresponden
internasional, 93 bank koresponden dalam negeri dan sejumlah aliansi strategis internasional melalui
keanggotaan asosiasi perbankan internasional.
13. Persaingan
BNI menghadapi persaingan dalam menjalankan kegiatan usahanya, terutama dari bank-bank besar
lainnya di Indonesia dan bank-bank asing yang melakukan kegiatan usaha di Indonesia. Selain itu,
BNI juga menghadapi persaingan dari institusi keuangan lain seperti koperasi dan perusahaan
pembiayaan, serta dari perusahaan-perusahaan yang dimiliki atau terafiliasi dengan Pemerintah
yang memberikan pendanaan pengembangan industri dan pembiayaan jasa ekspor/impor. Selain
itu, Pemerintah telah mengizinkan bank asing untuk mendirikan kantor cabang di Indonesia.
Persaingan dari bank asing yang telah dan akan beroperasi di Indonesia dapat mempengaruhi
kegiatan usaha dan kondisi keuangan BNI.
43
14. Aktiva Tetap
Kantor Pusat BNI terletak di Jalan Jenderal Sudirman Kav.1, Jakarta 10220. BNI menggunakan
lebih dari 549.397 meter persegi ruangan kantor untuk kegiatan usahanya di Indonesia dan 6.722
meter persegi ruangan kantor untuk kegiatan usaha di luar negeri BNI.
BNI memiliki lebih dari 333.990 meter persegi ruangan kantor, termasuk 294.744 meter persegi
yang digunakan untuk kantor-kantor cabang dalam negeri BNI dan pusat perbankan lainnya, 39.246
meter persegi yang digunakan untuk fungsi Kantor Pusat, dan 1.601 meter persegi yang digunakan
sebagai kantor cabang Hong Kong. Nilai buku bersih dari aktiva tetap yang dimiliki BNI per 31 Maret
2007 adalah Rp2.575 miliar.
15. Teknologi Informasi
Proses up-grading dan perbaikan teknologi informasi secara berkesinambungan dipercaya sebagai
kunci keberhasilan untuk memastikan kemampuan bersaing dalam industri perbankan Indonesia
dan juga meningkatkan pengawasan internal serta sistem manajemen risiko. Sampai dengan saat
ini, BNI telah melakukan upgrade dan modernisasi atas platform Teknologi Informasi.
16. Asuransi
Kebijakan BNI adalah mengasuransikan dalam jumlah yang memadai untuk seluruh properti yang
dimiliki terhadap risiko kebakaran dan risiko umum lainnya. Per 31 Maret 2007, BNI telah
mengasuransikan bangunannya (tidak termasuk tanah), kendaraan bermotor dan peralatan terhadap
kerugian fisik atau kerusakan dengan total penutupan asuransi sejumlah Rp1.293 miliar dan 52,8
juta Dollar US yang diyakini cukup untuk menutup kemungkinan kerugian yang timbul dalam kaitannya
dengan bangunan dan peralatan. BNI juga menggunakan jasa asuransi untuk risiko usahanya seperti
kehilangan uang tunai atau surat berharga akibat kehilangan atau pencurian. BNI juga memiliki
kebijakan yang mewajibkan penutupan asuransi untuk seluruh agunan yang diberikan oleh nasabah.
17. Perpajakan
Rugi pajak yang berasal dari tahun-tahun sebelumnya dapat dikurangkan terhadap laba kena pajak
hingga lima tahun setelah tahun kerugian tersebut terjadi. Untuk tahun-tahun fiskal yang berakhir
pada tanggal 31 Desember 2004, 2005 dan 2006, BNI membukukan pajak penghasilan masingmasing sebesar nihil, Rp838,7 miliar, dan Rp911,1 miliar. Untuk tahun fiskal yang berakhir
31 Desember 2004 BNI telah mengkompensasikan akumulasi rugi pajak yang berasal dari tahun
fiskal 1998 dan 1999 yang telah jatuh tempo pada tahun fiskal 2004 sebesar Rp10.844 miliar. Sampai
tahun fiskal yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2006, BNI tidak membukukan rugi secara
fiskal, sehingga saldo akumulasi rugi pajak pada tanggal 31 Desember 2005 dan 31 Desember 2006
adalah nihil.
44
PENGELOLAAN RISIKO DAN KEPATUHAN BNI
1. Pendahuluan
BNI menghadapi beberapa risiko yang berkaitan dengan transaksi simpanan, kredit yang diberikan,
trading, kegiatan usaha lainnya, serta risiko yang berhubungan dengan lingkungan tempat beroperasi.
Tujuan BNI dalam manajemen risiko adalah memastikan agar BNI dapat memahami, mengukur dan
mengawasi berbagai risiko yang timbul serta agar BNI dapat sebaik mungkin mematuhi kebijakan
dan prosedur yang ditetapkan dalam mengatasi risiko yang dihadapi. Jenis risiko utama yang dihadapi
BNI adalah risiko kredit (credit risk); risiko pasar (market risk)( termasuk didalamnya risiko likuiditas
(liquidity risk), risiko tingkat suku bunga (interest rate risk), risiko trading (trading risk), risiko nilai
tukar (foreign exchange risk), risiko operasional (operational risk), risiko kepatuhan, strategis dan
hukum (compliance, strategic, and legal risk), dan juga risiko yang dapat mempengaruhi reputasi
BNI.
BNI membuat sistem manajemen risiko berdasarkan panduan dari Bank Indonesia tentang
Implementasi Manajemen risiko untuk Bank Komersil dan dokumen pendukung lainnya dari Komite
Basel tentang supervisi Bank, khususnya kesesuaiannya dengan Basel II. Sebagai bagian dari usaha
yang dimulai di tahun 2000 untuk mencapai standar manajemen risiko yang best-in-class secara
internasional, BNI secara berkelanjutan mengembangkan dan memperbaiki framework manajemen
risiko untuk mengimplementasikan sebuah sistem manajemen risiko dan pengendalian internal yang
terintegrasi dan menyeluruh. Framework manajemen risiko BNI di implementasikan dalam bentuk
kebijakan, prosedur, penetapan limit, tujuan, dan alat - alat manajemen risiko lainnya. Dalam
memastikan bahwa kebijakan BNI mengikuti keadaan terbaru, evaluasi dilakukan secara berkala
dan parameter diganti agar mencerminkan situasi bisnis dan risiko yang terkini. BNI telah membuat
perencanaan detil mengenai fase - fase dan langkah - langkah pengembangan manajemen risiko
agar memenuhi persyaratan manajemen risiko dari Bank Indonesia (khususnya perencanaan Bank
Indonesia dalam mengimplementasikan Basel II), prinsip - prinsip, dan petunjuk lain dari Komite
Basel tentang Supervisi Bank.
2. Organisasi
Sebagai bagian dari perbaikan sistem manajemen risiko, BNI telah membangun struktur tata kelola
manajemen risiko yang bersifat multi-layered. (multi-layered risk management governance structure).
Salah satu kunci utama dari struktur ini adalah pemisahan fungsi manajemen risiko kredit dan
kepatuhan dari fungsi kegiatan operasi bisnis BNI. Fungsi manajemen risiko kredit dan kepatuhan
dijalankan secara terpusat dan berdiri sebagai unit independen di kantor pusat. Petugas manajemen
risiko kredit dan kepatuhan juga berfungsi secara independen dan terpisah dari unit bisnis. BNI juga
memiliki petugas pengelola risiko kredit pada kantor cabang, Sentra Kredit Kecil, dan Sentra Kredit
Menengah. Petugas pengelola risiko kredit bertanggung jawab kepada Divisi Risiko Kredit di kantor
pusat. Selain itu disetiap unit juga ditempatkan petugas quality assurance, yang bertanggung jawab
kepada Divisi Kepatuhan di kantor pusat. Sebagai hasil reorganisasi BNI, Divisi Kebijakan dan
Manajemen Risiko, Divisi kepatuhan, dan Satuan Pengawas Internal bersifat independen dari unit
bisnis strategis BNI.
Badan tertinggi dalam struktur organisasi BNI adalah Dewan Komisaris, yang bertanggung jawab
untuk mengawasi kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh Dewan Direksi. Pada tahun 2003, Dewan
Komisaris membentuk Komite Risiko dan Kepatuhan untuk membantu Komisaris dalam melakukan
pengkajian dan pengawasan kebijakan BNI serta manajemen risiko. Dewan Direksi bertanggung
jawab untuk menetapkan kebijakan pada tingkat perusahaan (bank-wide) serta penerapannya pada
bisnis dan operasi BNI. Pada tingkat operasional, BNI membentuk Divisi Manajemen Risiko, yang
melapor kepada Komite Risiko dan Kapital dan bekerja sama dengan unit-unit bisnis, untuk
merancang, mengimplementasikan dan mengawasi strategi, kebijakan dan prosedur manajemen
risiko BNI. BNI juga membentuk Divisi Kepatuhan, yang melapor kepada Komite Risiko dan Kapital
dan bekerja sama dengan unit-unit bisnis untuk memastikan kepatuhan terhadap framework,
kebijakan, dan prosedur manajemen risiko.
45
3. Risiko Kredit
Tinjauan
Risiko kredit adalah risiko atas kemungkinan terjadinya kerugian yang diakibatkan oleh kegagalan/
cedera janji debitur atau pihak kedua lainnya dalam memenuhi persyaratan dan kondisi yang telah
disepakati dan ditetapkan dalam perjanjian dengan pihak Bank. Risiko kredit yang dihadapi BNI
terutama terdapat dalam transaksi kredit yang diberikan, trade finance dan Tresuri. Tujuan utama
BNI adalah menjaga kualitas kredit yang diberikan, memaksimalkan tingkat pengembalian (return)
dan meningkatkan efisiensi operasi. BNI telah menata kembali struktur organisasi dalam proses
kredit yang diberikan berdasarkan pengawasan dan pengendalian yang ketat melalui pemisahan
fungsi proses kredit dan penilaian risiko kredit. Untuk meningkatkan mekanisme pengawasan yang
solid, BNI menerapkan kebijakan kredit yang diberikan yang jelas (meliputi penentuan dan pengukuran
tingkat risiko), analisis kredit, penilaian agunan, persetujuan kredit, dokumentasi pemberian dan
pencairan kredit, serta fungsi pemeriksaan, pengawasan, dan pelaporan yang berkesinambungan
setelah kredit tersebut dicairkan, dimana masing-masing tugas tersebut dilakukan oleh divisi atau
unit yang berbeda.
Kebijakan dan Prosedur Kredit
BNI telah mempunyai kebijakan dan prosedur kredit yang diberikan secara tertulis yang menjelaskan
secara rinci mengenai prosedur untuk analisis dan persetujuan kredit, review kredit (credit review),
pemantauan, dan restrukturisasi serta penanganan kredit bermasalah. Melalui kebijakan kredit yang
diberikan, BNI berupaya untuk menjaga kualitas aktivanya. Kebijakan tersebut meliputi analisis kredit
dan pemantauan kolektibilitas kredit secara periodik, diversifikasi portofolio, agunan yang
dipersyaratkan dan pengendalian internal.
BNI menyadari perlunya peningkatan kemampuan manajemen risiko kredit. Hingga saat ini BNI
telah melakukan perbaikan atas prosedur dan kebijakan pada Bisnis Korporasi, Bisnis Komersial/
UKM dan Bisnis Konsumer dalam usahanya untuk mensejajarkan dengan praktek perbankan
internasional (International Best Practice). BNI saat ini telah memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia dan mempunyai komitmen kuat untuk meningkatkan budaya kredit yang sehat BNI
agar sesuai dengan standar internasional.
Analisis dan Persetujuan Kredit
Proses persetujuan kredit BNI yang diberikan meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
permohonan kredit;
analisis dan evaluasi dilakukan oleh manajer bisnis dan manajer risiko kredit;
negosiasi kredit;
penentuan jumlah kredit, tingkat bunga, persyaratan dan struktur secara umum;
rekomendasi untuk mendapatkan keputusan kredit;
menyiapkan formulir keputusan;
penerimaan (atau penolakan) kredit;
mengkomunikasikan hasil keputusan kredit kepada nasabah;
penyelesaian dan pembuatan perjanjian kredit dan seluruh dokumentasi yang diperlukan; dan
pencairan kredit.
Tinjauan dan Pengawasan Kredit
Kinerja semua kredit dan fasilitas trade finance diawasi secara reguler oleh unit bisnis yang
bertanggung jawab terhadap kredit yang diberikan tersebut. Kredit usaha kecil dan konsumen diawasi
oleh kantor cabang, sentra kredit atau Sentra Kredit Konsumen yang terkait, tergantung dari tingkat
kewenangan persetujuan kredit dari kantor cabang atau Sentra Kredit Konsumen. Kredit korporasi
46
dan komersial serta fasilitas trade finance diawasi oleh kantor pusat. Dalam mengawasi kredit-kredit
dan fasilitas trade finance tersebut, kebijakan BNI difokuskan kepada faktor-faktor yang sama dengan
faktor-faktor yang digunakan dalam persetujuan kredit dan fasilitas trade finance. Hal ini mencakup
kegiatan usaha, kondisi keuangan dan riwayat pembayaran; peringkat risiko konsumen dan peringkat
risiko industri,kinerja keuangan, jenis dan nilai agunan, pengawasan, integritas dan kredibilitas
manajemen.
Restrukturisasi Kredit dan Pemulihan Kredit Bermasalah
Bank Indonesia telah menerapkan peraturan mengenai kualitas kredit yang mewajibkan bank-bank
untuk mengkategorikan semua kredit kedalam lima kategori dan menetapkan penyisihan kredit
minimum berdasarkan kategori tersebut. Per 31 Desember 2006, kredit bermasalah BNI (kredit yang
masuk dalam kategori ”kurang lancar”, ”diragukan”, dan ”macet”) berjumlah Rp6.976 miliar, dengan
rasio kredit bermasalah terhadap total kredit sebesar 10.5%. Per 31 Maret 2007, kredit bermasalah
BNI berjumlah Rp7.279 miliar, dan rasio kredit bermasalah terhadap total kredit sebesar 10,5%, dari
total nilai kredit bermasalah per 31 Desember 2006 yaitu sebesar Rp6.976 miliar.
Teknik-teknik lain. Pada kasus-kasus tertentu, BNI memberikan tambahan fasilitas kredit kepada
debitur yang meminta tambahan fasilitas kredit, dan BNI yakin nasabah tersebut hanya mengalami
masalah likuiditas temporer atau mengalami kesulitan-kesulitan temporer lain. BNI juga dapat meminta
tambahan agunan dalam hal restrukturisasi, dan pada kasus lain, dapat melakukan eksekusi atas
agunan tersebut.
4. Risiko Pasar
-
Risiko Likuiditas
-
Risiko Tingkat Suku Bunga
-
Trading Risk
-
Risiko Nilai Tukar Mata Uang Asing
Risiko pasar yang paling utama bagi BNI adalah risiko tingkat suku bunga dan risiko nilai tukar mata
uang asing walaupun dalam porsi risiko yang lebih kecil. Instrumen keuangan yang terekspos risikorisiko ini adalah kredit yang diberikan, simpanan, surat berharga dan derivatif keuangan. BNI tidak
terekspos pada risiko komoditas karena tidak memiliki posisi komoditas. Risiko pasar untuk aktivitas
trading dan banking dimonitor oleh Divisi Kebijakan dan Manajemen yang dipantau oleh Komite
Risiko dan Kapital.
5. Risiko Operasional
Seperti juga pada institusi keuangan lain, BNI juga terimbas berbagai jenis risiko operasional.
Penyebab utama dari risiko operasional adalah faktor manusia, proses internal, sistem, teknologi
dan faktor-faktor eksternal. Risiko operasional mencakup risiko yang terkait dengan kecurangan
yang dilakukan oleh karyawan atau orang-orang diluar BNI, dilakukannya transaksi diluar wewenang
karyawan, kesalahan manusia yang terkait dengan pemrosesan transaksi dan teknologi, pelanggaran
terhadap pengendalian internal dan kepatuhan, dan sebagainya. Jika terjadi penyimpangan terhadap
sistem pengendalian internal, sistem operasi atau tindakan karyawan yang tidak semestinya, BNI
dapat menderita kerugian keuangan, mendapatkan sanksi dari otoritas berwenang dan mengakibatkan
rusaknya reputasi.
6. Risiko Hukum
Ketidakpastian kekuatan hukum dalam pemenuhan kewajiban nasabah dan counterparty, termasuk
ketidakpastian dalam kekuatan untuk mengeksekusi agunan, dapat menciptakan risiko hukum.
Perubahan dalam hukum dan peraturan dapat berdampak buruk bagi BNI. BNI berupaya untuk
mengurangi risiko hukum ini dengan menggunakan dokumentasi legal yang tepat, melakukan prosedur
yang dirancang untuk memastikan kewenangan atas transaksi yang dilakukan, serta melakukan
konsultasi dengan penasehat hukum internal dan eksternal.
47
7. Basel II Accord
Selain patuh terhadap regulasi Bank Indonesia yang sesuai, perkembangan pelaksanaan manajemen
risiko BNI juga berdasarkan standar terbaik internasional. Perbaikan yang bersifat terus menerus
dilakukan berdasarkan kerangka kerja yang dibuat oleh Basel Committee on Banking Supervision,
atau yang lebih dikenal sebagai Basel II.
Bank Indonesia telah mengambil keputusan bahwa the new Capital Accord dari Basel Committee on
Banking Supervision akan di implementasikan di Indonesia secara bertahap, mulai tahun 2008.
Semua Bank Umum akan diwajibkan untuk memenuhi persyaratan permodalan sesuai dengan Basel
II, yang diawali dengan pendekatan yang paling sederhana. Selanjutnya, setiap bank yang mampu
membuat perubahan sistem yang diperlukan dan memenuhi semua persyaratan, akan diijinkan untuk
menerapkan pendekatan yang lebih maju setelah divalidasi oleh Bank Indonesia. Diharapkan pada
tahun 2011 seluruh framework Basel II telah diaplikasikan secara menyeluruh mencakup semua
pilar.
48
PENJELASAN MENGENAI AKTIVA DAN KEWAJIBAN BNI
Tabel berikut menyajikan saldo rata-rata untuk Aktiva Produktif berbunga (interest-earning asset)
dan kewajiban yang menanggung beban bunga (interest-bearing liabilities) berikut jumlah pendapatan
bunga dan beban bunga, yang menghasilkan rata-rata yield dan cost of fund, untuk masing-masing
periode:
(dalam miliar Rupiah, kecuali persentase)
Per 31 Maret 2007
Saldo
Pendapatan
Yield
Rata-rata(1)
Bunga
Rata-rata
(%)(2)
Aktiva
Aktiva Produktif Berbunga:
Giro pada Bank Lain
Penempatan pada Bank Lain dan Bank Indonesia:
Rupiah
Mata Uang Asing
Penyisihan
Total
Surat berharga:
Rupiah
Mata Uang Asing
Penyisihan
Total
Wesel ekspor dan Tagihan lainnya
Tagihan Derivatif
Kredit yang diberikan(3)
Rupiah
Mata Uang Asing
Penyisihan dan Pendapatan Yang Ditangguhkan
Total
Tagihan Akseptasi
Obligasi Pemerintah
Total Aktiva Produktif Berbunga
Total Aktiva Produktif Berbunga-bersih
Total Aktiva Tidak Produktif(4)
Total Aktiva
49
980
30.340
20.923
9.417
(168)
30.173
7.443
4.132
3.311
(15)
7.428
873
32
66.921
55.465
11.455
(3.844)
63.077
3.199
38.919
148.706
144.679
25.874
170.553
0
409
266
143
0,0%
5,4%
5,1%
6,1%
409
253
201
52
5,4%
13,6%
19,5%
6,3%
253
34
0
1.849
1.627
222
13,6%
15,6%
1.849
11,1%
11,7%
7,8%
0,0%
11,7%
1.035
3.580
10,6%
9,6%
3.580
8,4%
(dalam miliar Rupiah, kecuali persentase)
Per 31 Maret 2007
Saldo
Rata-rata(1)
Kewajiban
Kewajiban yang menanggung beban bunga
Simpanan dari Nasabah dan Bank Lain(9):
Rupiah:
Giro
Tabungan
Deposito Berjangka(7)
Mata Uang Asing:
Giro
Tabungan
Deposito Berjangka
Total
Kewajiban Derivatif
Kewajiban Akseptasi
Surat berharga Yang Diterbitkan
Pinjaman Yang Diterima:
Rupiah
Mata Uang Asing
Total
Pinjaman Subordinasi
Total Kewajiban yang menanggung beban bunga
Total Kewajiban tidak berbunga (8)
Total Kewajiban
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Beban
Bunga
Cost of Fund
Rata-rata (%)
28.198
38.361
53.036
180
302
1.196
2,6%
3,2%
9,0%
6.627
0
13.114
139.336
12
5.078
1.282
45
2,7%
149
1.872
0
0
116
4,5%
5,4%
0,0%
0,0%
31,6%
2
60
62
61
2.111
0,8%
7,2%
5,8%
10,7%
5,5%
0,0%
5,4%
921
3.337
4.257
2.278
152.255
4.101
156.356
2.111
Rata-rata saldo tidak diaudit posisi bank dan kecuali untuk Surat Berharga dihitung berdasarkan saldo awal dan saldo akhir bulan untuk periode yang
bersangkutan.
Yield rata-rata atas rata-rata Aktiva Produktif Berbunga. Tidak diaudit dan merupakan rasio antara Pendapatan Bunga dengan rata-rata Aktiva Produktif
Berbunga yang disetahunkan. Cost of Fund rata-rata atas rata-rata Kewajiban Yang Menanggung Beban Bunga adalah rasio antara beban bunga dengan
rata-rata Kewajiban Yang Menanggung Beban Bunga yang disetahunkan.
Termasuk surat berharga yang dibeli dengan perjanjian dapat dijual kembali untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2007.
Rata-rata saldo kredit termasuk kredit bermasalah.
Mencerminkan seluruh Obligasi Pemerintah “Diperdagangkan”, ”Tersedia untuk Dijual” atau “Dimiliki Hingga Jatuh Tempo”.
Termasuk tagihan pembayaran di muka dan aktiva lain-lain
Termasuk Sertifikat Deposito dan Deposito dari Bank Lain.
Termasuk hutang pajak, penyisihan kerugian atas transaksi pada rekening administratif, biaya yang masih harus dibayar dan kewajiban lain-lain dan
hutang dividen.
Termasuk profit-sharing dan bonus Wadiah.
50
(dalam miliar Rupiah, kecuali persentase)
Per 31 Desember
2004
Saldo
Ratarata(1)
2005
Pendapatan
Bunga(7)
Yield
Ratarata
(%)(2)
Saldo
Ratarata(1)
546
0
0,0%
495
10.702
3.608
7.094
(55)
10.647
8.307
6.507
1.800
(12)
8.295
592
490
102
5,5%
13,6%
1,4%
592
638
455
183
2.308
477
50.224
37.674
12.550
(2.645)
47.579
1.696
41.090
59
0
6.192
5.488
704
Total Aktiva Produktif Berbunga
115.350
11.407
Total Aktiva Produktif Berbunga-bersih
112.638
Aktiva
Aktiva Produktif Berbunga:
Giro pada Bank Lain
Penempatan pada Bank Lain
dan Bank Indonesia:
Rupiah
Mata Uang Asing
Penyisihan
Total
Surat berharga:
Rupiah
Mata Uang Asing
Penyisihan
Total
Wesel ekspor dan
Tagihan Lainnya
Tagihan Derivatif
Kredit yang diberikan(3)
Rupiah
Mata Uang Asing
Penyisihan
Total
Tagihan Akseptasi
Obligasi Pemerintah(4)
Total Aktiva Tidak Produktif(5)
Total Aktiva
638
6.192
0
3.926
Saldo
Ratarata(1)
0
0,0%
1.886
0
0,0%
812
539
273
6,2%
11,4%
3,2%
8,5%
12,1%
5,7%
812
654
477
177
6,2%
9,7%
9,1%
12,2%
1.349
1.251
1.063
188
8,5%
11,3%
13,0%
6,6%
654
9,8%
15.941
6.840
9.101
(118)
15.823
11.038
8.176
2.862
(18)
11.056
1.349
827
522
5,6%
7,7%
7,0%
10,2%
0,0%
7,7%
13.178
4.715
8.463
(82)
13.096
6.714
5.263
1.451
(11)
6.703
1.251
11,3%
2,6%
0,0%
12,3%
14,6%
5,6%
0,0%
13,0%
0,0%
9,6%
1.142
271
60.786
45.976
14.810
(3.836)
56.950
3.273
37.736
263
0
6.798
6.647
151
0
6.798
0
3.723
23,0%
0%
11,2%
14,5%
1,0%
883
81
61.190
50.487
10.702
(4.298)
56.892
3.443
37.677
78
0
7.302
6.404
898
8,9%
0%
11,9%
12,7%
8,4%
7.302
0
4.629
12,8%
0,0%
12,3%
9,9% 123.595
12.250
9,9% 132.140
14.609
11,1%
51
139,635
11,9%
0,0%
9,9%
Pendapatan
Bunga
127.741
19.969
11.407
2006
Yield
Ratarata
(%)(2)
119.666
15.798
128,436
Pendapatan
Bunga
24.363
12.250
152.104
14.609
Yield
Ratarata
(%)(2)
(dalam miliar Rupiah, kecuali persentase)
Per 31 Desember
2004
Saldo
Ratarata(1)
2005
Pendapatan
Bunga(8)
Yield
Ratarata
(%)(2)
Saldo
Ratarata(1)
Pendapatan
Bunga
2006
Yield
Ratarata
(%)(2)
Saldo
Ratarata(1)
Kewajiban
Kewajiban yang menanggung beban bunga
Simpanan dari Nasabah dan Bank Lainnya(9):
Rupiah:
Giro
20.594
465 2,3% 24.059
632 2,6% 26.293
Tabungan
35.706 2.028 5,7% 36.433 1.149 3,2% 35.163
Deposito Berjangka
30.301 1.243 4,1% 30.124 2.264 7,6% 40.667
Mata Uang Asing:
Giro
7.023
41 0,6% 7.194
107 1,5% 7.273
Tabungan
72
0 0,1%
105
0
0%
0
Deposito Berjangka
7.517
43 0,6% 9.850
243 2,5% 12.013
Total
101.213 3.820 3,8%107.765 4.395 4,1%121.408
Kewajiban Derivatif
89
0
0%
135
0
0%
56
Kewajiban Akseptasi
1.881
0
0% 4.011
0
0% 4.262
Surat berharga Yang
Diterbitkan
2.180
292 13,4% 2.200
391 17,8% 1.951
Pinjaman Yang Diterima:
Rupiah
1.927
105 5,4% 2.434
213 8,8% 1.935
Mata Uang Asing
3.276
125 3,8% 2.884
246 8,5% 2.397
Total
5.203
230 4,4% 5.318
459 8,6% 4.331
Pinjaman Subordinasi
2.236
221 9,9% 2.534
221 8,7% 2.294
Total kewajiban yang
menanggung beban bunga
112.802 4.563 4,0%121.963 5.466 4,5%134.302
Total Kewajiban Tidak Berbunga(6) 4.321
5.053
4.396
Total Kewajiban
117.121 4.563 3,9%127.016 5.466 4,3%138.698
Pendapatan
Bunga
Yield
Ratarata
(%)(2)
698 2,7%
1.080 3,1%
4.126 10,1%
188 2,6%
557
6.649
0
0
4,6%
5,5%
0,0%
0,0%
416 21,3%
121
250
371
204
12%
3%
7%
9%
7.640
6%
7.640
(1) Saldo rata-rata tidak diaudit posisi bank dan dihitung berdasarkan rata-rata bulanan saldo awal bulan dan akhir bulan selama periode yang
bersangkutan.
(2) Yield rata-rata atas rata-rata Aktiva Produktif Berbunga tidak diaudit dan merupakan rasio antara Pendapatan Bunga dengan rata-rata Aktiva
Produktif Berbunga. Cost of Fund rata-rata atas rata-rata Kewajiban Yang Menanggung Beban Bunga adalah rasio antara beban bunga dengan
rata-rata Kewajiban Yang Menanggung Beban Bunga.
(3) Rata-rata saldo kredit termasuk kredit bermasalah.
(4) Mencerminkan seluruh Obligasi Pemerintah “Diperdagangkan”, ”Tersedia untuk Dijual” atau “Dimiliki Hingga Jatuh Tempo”.
(5) Termasuk tagihan. pembayaran di muka dan aktiva lain-lain.
(6) Termasuk sertifikat deposito dan deposito dari bank lainnya
(7) Tidak termasuk pendapatan bunga lainnya seperti derivatif, non-kredit dan lain sebagainya
(8) Termasuk beban Syariah
(9) Termasuk profit-sharing dan bonus Wadiah
52
Tabel berikut menjelaskan saldo simpanan nasabah berdasarkan jenis simpanan, mata uang dan
sumber dana per tanggal-tanggal berikut:
(dalam miliar Rupiah, kecuali persentase)
Per Tanggal 31 Desember
Per Tanggal 31 Maret
2004
2005
2006
2007
Saldo % dari
Saldo % dari
Saldo % dari
Saldo % dari
Simpanan Total Simpanan Total Simpanan Total Simpanan Total
Rupiah
Giro
Tabungan
Deposito Berjangka
Total Simpanan Rupiah
Mata Uang Asing
Giro
Tabungan(1)
Deposito Berjangka
Total Simpanan Mata Uang Asing
Total
Yang Terdiri Dari Pihak Terkait
Pihak Ketiga
21.797
38.955
28.906
89.658
20,7
37,1
27,5
85,3
23.495
36.383
33.495
93.373
20,4
31,5
29,0
80,9
28.345
38.519
47.721
114.585
20,9
28,3
35,1
84,3
25.814
38.241
57.587
121.642
18,2
27,0
40,6
85,8
6.748
93
8.598
15.439
105.097
154
104.943
6,4
0,1
8,2
14,7
100,0
0,1
99,9
7.141
81
14.777
21.999
115.372
134
115.238
6,2
0,1
12,8
19,1
100,0
0,1
99,9
7.421
97
13.694
21.212
135.797
66
135.731
5,5
0,1
10,1
15,7
100,0
0,0
100,0
6.914
110
13.062
20.086
141.728
36
141.691
4,9
0,1
9,2
14,2
100,0
0,0
100,0
Total
105.097
100,0
115.372
100,0
135.797
100,0
141.727
100,0
(1) Seluruh tabungan dalam mata uang asing disimpan pada kantor cabang BNI di luar negeri.
Tabel berikut ini menyajikan klasifikasi pinjaman berdasarkan kategori klasifikasi pinjaman yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia.
(dalam miliar Rupiah, kecuali persentase)
Per Tanggal 31 Desember
Per Tanggal 31 Maret
2004
2005
2006
2007
Jumlah % dari
Jumlah % dari Jumlah % dari
Jumlah % dari
Outstanding Total Outstanding Total Outstanding Total Outstanding Total
Lancar(1)
Dalam Perhatian Khusus(2)
Subtotal (3)
Kurang Lancar(4)
Diragukan(5)
Macet(6)
Subtotal(7)
46.145
9.058
55.203
1.357
444
863
2.664
79,7
15,7
95,4
2,3
0,8
1,5
4,6
45.834
8.243
54.077
2.417
905
5.259
8.581
73,1
13,2
86,3
3,9
1,4
8,4
13,7
50.434
9.050
59.484
1.195
764
5.017
6.976
75,9
13,6
89,5
1,8
1,1
7,5
10,5
53.660
8.194
61.854
1.822
445
5.012
7.279
77,6
11,8
89,5
2,6
0,6
7,2
10,5
Total Pinjaman
57.868
100,0
62.658
100,0
66.460
100,0
69.133
100,0
(1) Per tanggal 31 Maret 2007, sejumlah Rp3.992 miliar dari portofolio pinjaman yang dikategorikan “Lancar” merupakan pinjaman yang
direstrukturisasi. mewakili 7,4% dari seluruh pinjaman “Lancar” BNI.
(2) Per tanggal 31 Maret 2007. sejumlah Rp4.719 miliar dari portofolio pinjaman yang dikategorikan “Dalam Perhatian Khusus” merupakan pinjaman
yang direstrukturisasi. mewakili 57,6% dari seluruh pinjaman “Dalam Perhatian Khusus” BNI.
(3) Termasuk pinjaman yang direstrukturisasi sejumlah Rp8.711 miliar per 31 Maret 2007.
(4) Per tanggal 31 Maret 2007 sejumlah Rp805 miliar dari portofolio pinjaman yang dikategorikan “Kurang Lancar” merupakan pinjaman yang
ddirestrukturisasi. mewakili 44,2% dari seluruh pinjaman “Kurang Lancar” BNI.
(5) Per tanggal 31 Maret 2007 sejumlah Rp257 miliar dari portofolio pinjaman yang dikategorikan “Diragukan” merupakan pinjaman yang
ddirestrukturisasi. mewakili 57,8% dari seluruh pinjaman “Diragukan” BNI
(6) Per tanggal 31 Maret 2007, sejumlah Rp1.527 miliar dari portofolio kredit yang dikategorikan ”macet” merupakan kredit yang direstrukturisasi,
yang mewakili 30,5% dari seluruh kredit ”macet” BNI.
(7) Termasuk pinjaman yang direstrukturisasi sejumlah Rp2.589 miliar per 31 Maret 2007. yang telah menjadi pinjaman bermasalah.
53
Tabel berikut menunjukkan informasi mengenai penyisihan pinjaman yang diberikan BNI yang
diklasifikasikan berdasarkan kategori pinjaman:
(dalam miliar Rupiah, kecuali persentase)
Lancar
Per 31 Desember 2004
Jumlah Outstanding
Dikurangi Penyisihan Kerugian(1)
Total Pinjaman – bersih
Penyisihan Kerugian /
Jumlah Outstanding (%)
Per 31 Desember 2005
Jumlah Outstanding
Dikurangi Penyisihan Kerugian(1)
Total Pinjaman – bersih
Penyisihan Kerugian /
Jumlah Outstanding (%)
Per 31 Desember 2006
Jumlah Outstanding
Dikurangi Penyisihan Kerugian(1)
Total Pinjaman – bersih
Penyisihan Kerugian /
Jumlah Outstanding (%)
Per 31 Maret 2007
Jumlah Outstanding
Dikurangi Penyisihan Kerugian(1)
Total Pinjaman – bersih
Penyisihan Kerugian /
Jumlah Outstanding (%)
Per tanggal 31 Maret 2007
Dalam
Kurang Diragukan
Macet
Perhatian
Lancar
Khusus
Total
46.146
461
45.685
9.058
853
8.205
1.357
552
805
444
401
43
863
863
0
57.868
3.130
54.738
1,0%
9,4%
40,7%
90,3%
100,0%
5,4%
45.834
578
45.256
8.243
406
7.837
2.417
350
2.067
905
290
615
5.259
2.703
2.556
62.658
4.327
58.331
1,3%
4,9%
14,5%
32,0%
51,4%
6,9%
50.434
719
49.715
9.050
519
8.531
1.195
519
676
764
596
168
5.017
1.493
3.524
66.460
3.846
62.614
1,4%
5,7%
43,4%
78,0%
29,8%
5,8%
53.660
649
53.011
8.194
489
7.705
1.822
245
1.577
445
127
318
5.012
2.321
2.691
69.133
3.831
65.302
1,2%
5,9%
13,5%
28,5%
46,3%
5,5%
1) Penyisihan BNI untuk pinjaman-pinjaman tertentu (kecuali untuk pinjaman lancar) memperhitungkan nilai agunan sesuai dengan
kebijakan BNI
54
IKHTISAR DATA KEUANGAN DAN OPERASIONAL PENTING BNI
Informasi yang disajikan berikut ini telah diambil atau bersumber dari laporan keuangan konsolidasian
BNI tanggal 31 Desember 2004, 2005, dan 2006, serta untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal
tersebut, serta tanggal 31 Maret 2007 dan untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal
tersebut, yang telah diaudit oleh auditor independen sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia, seperti yang tercantum dalam Prospektus ini (kecuali untuk rasio keuangan
yang tidak diaudit dan dimasukkan pada bab ini untuk tujuan pemberian informasi).
Laporan keuangan konsolidasian BNI tanggal 31 Desember 2006 dan untuk tahun yang berakhir
pada tanggal tersebut, serta tanggal 31 Maret 2007 dan untuk periode tiga bulan yang berakhir pada
tanggal tersebut, telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Purwantono, Sarwoko & Sandjaja (anggota
Ernst & Young Global), auditor independen.
Laporan keuangan konsolidasian BNI tanggal 31 Desember 2004 dan 2005, serta untuk tahun yang
berakhir tanggal-tanggal tersebut, telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Haryanto Sahari & Rekan
(a member firm of PricewaterhouseCoopers), auditor independen.
Laporan keuangan konsolidasian BNI tanggal 31 Maret 2006 dan untuk periode tiga bulan yang
berakhir pada tanggal tersebut tidak diaudit maupun di review oleh auditor/akuntan independen.
Ikhtisar data keuangan dibawah ini telah diambil, dan harus dibaca bersama-sama dengan laporan
keuangan konsolidasian yang telah diaudit tersebut di atas, beserta catatan atas laporan keuangan
konsolidasian dan laporan auditor independen terkait, dan dengan laporan keuangan konsolidasian
yang belum diaudit.
(dalam miliar Rupiah)
Uraian
Untuk Tahun-tahun
yang berakhir
31 Desember
2002
2003
Laporan Laba Rugi
14.576 13.131
Pendapatan bunga(1)
Beban bunga(2)
(10.451) (7.857)
Pendapatan/(beban) bunga bersih
4.125
5.274
Pendapatan operasional lainnya
1.654
2.108
Beban operasional lainnya (diluar
penyisihan kerugian atas aktiva produktif)
(2.786) (3.674)
Laba (Rugi) Operasi sebelum
penyisihan kerugian atas aktiva produktif
2.993
3.708
Beban penyisihan kerugian atas aktiva produktif
(518) (2.966)
Pendapatan/(beban) operasional bersih
2.475
742
Pendapatan/(beban) non operasional bersih
35
205
Taksiran pajak penghasilan
(3)
(135)
Laba/(rugi) bersih setelah pajak
2.508
812
Hak pemegang saham minoritas
1
Laba/(rugi) bersih
2.508
813
55
Untuk Periode Tiga
bulan yang berakhir
31 Maret
2004
2005
2006(1)
2007
11.788
(4.647)
7.141
2.763
12.708
(5.536)
7.172
2.101
15.043
(7.667)
7.376
2.861
3.651
(2.172)
1.479
1.210
(4.686)
(5.751)
(6.258)
(1.620)
5.218
(2.128)
3.090
(16)
19
3.093
(3)
3.090
3.522
(1.256)
2.266
(10)
(839)
1.417
(2)
1.415
3.980
(1.319)
2.661
179
(911)
1.929
(3)
1.926
1.069
(623)
446
160
(205)
401
(1)
400
(dalam miliar Rupiah)
Uraian
2002
Per 31 Desember
2003
2004
2005
2006(1)
Per 31 Maret
2007
2.035
5.765
409
2.156
7.840
463
2.354
10.958
498
2.844
11.281
500
2.695
15.160
422
2.331
15.733
497
12.458
-
12.913
7.196
10.640
6.479
19.554
3.773
Neraca
Kas
Giro pada Bank Indonesia
Giro pada bank lain – bersih
Penempatan pada bank lain dan
Bank Indonesia – bersih
Surat berharga – bersih
Surat berharga dengan perjanjian jual
kembali – bersih
Wesel Ekspor dan tagihan lainnya – bersih
Kredit Yang Diberikan
Kredit Yang Diberikan – bersih
Obligasi Rekapitalisasi Pemerintah(3)
Total Aktiva
30.327
4.956
32.850
6.805
50
836
2.152
747
1.392
662
37.792 46.408 57.868 62.659 66.460
36.199 43.987 54.738 58.331 62.614
- 44.290 38.943 37.444 41.227
125.623 131.568 136.582 147.812 169.416
125
375
69.133
65.302
39.718
174.972
Simpanan nasabah
Simpanan dari bank lain
Surat berharga yang diterbitkan
Pinjaman Yang Diterima
Hutang Subordinasi
Total Kewajiban
Hak Minoritas
Total Ekuitas
Total Kewajiban dan Ekuitas
96.990 105.258 105.097 115.372 135.797
2.422
1.685
3.783
2.378
2.344
2.876
2.228
2.113
2.117
1.535
8.068
5.026
4.383
4.796
4.009
1.300
2.066
2.285
2.433
2.239
117.385 121.465 123.930 135.891 154.597
7
6
28
26
25
8.231 10.016 12.624 11.895 14.794
125.623 131.487 136.582 147.812 169.416
141.727
2.588
992
4.703
2.271
160.397
26
14.549
174.972
Uraian
Rasio-rasio Penting
ROA(4)
ROE(5)
NIM(6)
BOPO(7)
Cost to Income Ratio (8)
LDR(9)
Ekuitas terhadap Total Aktiva
CAR(10)
Kualitas Kredit
Kredit bermasalah
Penyisihan kerugian
Kredit bermasalah – bersih(11)
Kredit bermasalah – bersih terhadap
total kredit
Kredit bermasalah terhadap total kredit
Kredit bermasalah terhadap total aktiva
Penyisihan kerugian terhadap total kredit
Penyisihan kerugian terhadap kredit
bermasalah
Penyisihan kerugian yang dibebankan
kepada laporan laba rugi terhadap
total kredit
Penyisihan kerugian yang dibebankan
terhadap laporan laba rugi terhadap
kredit bermasalah
Penyisihan kerugian terhadap provisi
minimum yang diwajibkan
Untuk Tahun-tahun
yang berakhir
31 Desember
Untuk Periode Tiga
bulan yang berakhir
31 Maret
2002
2003
2004
2005
2006(1)
2007
2,0%
41,9%
3,4%
84,8%
48,2%
39,0%
6,6%
15,9%
0,8%
11,8%
4,3%
95,0%
47,5%
44,1%
7,6%
18,2%
2,4%
27,3%
5,6%
78,8%
32,0%
55,1%
9,2%
17,9%
1,6%
11,2%
4,3%
84,7%
37,8%
54,3%
8,1%
16,7%
1,9%
22.6%
5,2%
84,8%
1,6%
16,1%
3,8%
88,0%
49,0%
48,7%
15,3%
15,7%
1.912
1.593
1.197
2.639
2.422
961
2.664
1.816
848
8.582
3.343
5.238
6.976
2.609
4.367
7.279
2.693
4.586
3,2%
5,1%
1,5%
4,2%
2,1%
5,7%
2,0%
5,2%
1,5%
4,6%
2,0%
3,1%
8,4%
13,7%
5,8%
5,3%
6,6%
10,5%
4,1%
3,9%
6,6%
10,5%
4,1%
3,9%
83,3%
91,8%
68,2%
39,0%
37,4%
36,9%
0,8%
3,8%
3,1%
2,1%
1,2%
0,6%
16,1%
66,1%
66,7%
15,6%
11,2%
6,0%
134,9% 131,3% 142,1%
62,3%
100%
100%
(1) Termasuk pendapatan fee dan komisi
(2) Termasuk beban fee dan komisi
(3) Obligasi Pemerintah yang dimiliki hingga jatuh tempo (yang berjumlah Rp38.943 miliar, Rp37.446 miliar, Rp41.226
miliar dan Rp39.717 miliar pada tanggal 31 Desember 2004, 2005, 2006 dan 31 Maret 2007, secara berurutan)
56
(4) ROA dihitung berdasarkan laba sebelum pajak dibagi rata-rata total aktiva, Rasio untuk periode tiga bulan yang berakhir
tahun 2006 dan 2007 disetahunkan
(5) Total Modal merupakan modal inti ditambah modal pelengkap dikurangi penyertaan pada saham, ROE dihitung
berdasarkan laba bersih dibagi rata-rata total modal, Rasio untuk periode tiga bulan yang berakhir tahun 2006 dan
2007 disetahunkan
(6) NIM dihitung berdasarkan pendapatan bunga bersih dibagi rata-rata total aktiva produktif berbunga (termasuk komitmen
dan kontinjensi), Rasio untuk periode tiga bulan yang berakhir tahun 2006 dan 2007 disetahunkan
(7) BOPO dihitung berdasarkan total beban bunga dan beban operasional lainnya (termasuk beban penyisihan kerugian
terhadap aktiva produktif) dibagi total pendapatan bunga dan pendapatan operasional lainnya
(8) Cost to Income Ratio dihitung berdasarkan beban operasional lainnya (tidak termasuk beban penyisihan kerugian
terhadap aktiva produktif) dibagi total pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya,
(9) LDR dihitung berdasarkan total kredit kotor dibagi dana pihak ketiga
(10) Dihitung berdasarkan ATMR
(11) Kredit bermasalah kotor dikurangi penyisihan kerugian yang telah dialokasikan
57
EKUITAS BNI
Seandainya perubahan ekuitas BNI karena adanya Penawaran Umum Terbatas II dengan Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu terjadi pada tanggal 31 Maret 2007, maka Proforma Ekuitas BNI
pada tanggal tersebut adalah sebagai berikut:
TABEL PROFORMA EKUITAS PADA TANGGAL 31 MARET 2007
(dalam jutaan Rupiah, kecuali disebutkan lain)
Uraian
Posisi ekuitas menurut
laporan keuangan
per tanggal 31 Maret 2007
Penawaran Umum Terbatas II
sebanyak-banyaknya
1.992.253.110 Saham
Biasa Atas Nama Seri C
baru dengan nilai nominal
Rp375,00 setiap
saham, dengan Harga
Pelaksanaan Rp2.025
setiap saham.
Proforma ekuitas pada
tanggal 31 Maret 2004
Modal
Ditempatkan
dan Disetor
Tambahan
Modal
Disetor
Penuh
Laba/ (rugi)
yang belum
direalisasi
atas suratsurat berharga
dalam kelompok
tersedia untuk
dijual setelah
pajak tangguhan
7.042.194
2.525.661
702.429
747.095
3.287.218
7.789.289
5.812.879
Cadangan
umum
dan wajib
Cadangan
khusus
(19.169)
678.847
479.132
3.140.324
14.549.418
-
-
-
-
-
4.034.313
702.429
(19.169)
678.847
479.132
3.140.324
18.583.731
58
Selisih
kurs
karena
penjabaran
laporan
keuangan
Saldo
laba
Jumlah
Ekuitas
KEBIJAKAN DIVIDEN BNI
Pemegang saham baru dalam rangka Penawaran Umum mempunyai hak yang sama dan sederajat
dalam segala hal dengan pemegang saham lama yang telah disetor penuh lainnya.
Sejak tahun 2004, BNI telah membagikan dividen tunai sebanyak tiga kali, termasuk pembayaran
sebesar Rp1.568,2 miliar di tahun 2005 berdasarkan laba tahun 2004, pembayaran sebesar Rp707,4
miliar di tahun 2006 berdasarkan laba tahun 2005, dan pembayaran sebesar Rp962,9 miliar di tahun
2007 berdasarkan laba tahun 2006. Untuk dividen yang dibayarkan pada tahun 2005, 2006 dan
2007 mencerminkan rasio pembayaran dividen sebesar 50,0% dari laba bersih tahun sebelumnya.
BNI merencanakan pembayaran dividen sebesar minimum 25% dari laba bersih setiap tahunnya
yang besarannya akan diputuskan melalui Rapat Umum Pemegang Saham.
Kemampuan BNI dalam pembayaran dividen akan ditentukan sesuai dengan kinerja keuangan BNI,
dengan tetap memperhitungkan kebutuhan dana untuk meningkatkan kinerja BNI. Saat ini BNI akan
terus memfokuskan diri dalam mengembangkan usaha jasa perbankan untuk menjadi salah satu bank
terkemuka dan terbaik di Indonesia yang pada akhirnya juga akan berdampak kepada peningkatan
nilai saham.
Namun demikian BNI akan tetap memperhatikan dan memperhitungkan return atau keuntungan
yang akan diberikan kepada Para Pemegang Saham BNI
Tidak terdapat kepastian yang dapat diberikan bahwa BNI akan dapat membayarkan dividen dalam
persentase yang sama di masa yang akan datang.
59
PERPAJAKAN
CALON PEMBELI SAHAM DALAM PENAWARAN UMUM INI DIHARAPKAN UNTUK
BERKONSULTASI DENGAN KONSULTAN PAJAK MASING-MASING MENGENAI AKIBAT
PERPAJAKAN YANG TIMBUL DARI PEMBELIAN, PEMILIKAN MAUPUN PENJUALAN SAHAM
YANG DIBELI MELALUI PENAWARAN UMUM INI.
60
PENJAMINAN EMISI EFEK
1. Keterangan Tentang Penjaminan Emisi Efek
Sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang dinyatakan dalam Akta Perjanjian Penjaminan Emisi
Efek Penawaran Umum atas kepemilikan saham Negara Republik Indonesia di BNI sebagaimana
termaktub dalam Akta No.70 tanggal 28 Juni 2007 yang dibuat dihadapan Fathiah Helmi, SH, Notaris
di Jakarta, para Penjamin Emisi Efek yang namanya tercantum di bawah ini secara sendiri-sendiri
menyetujui untuk menawarkan dan menjual saham milik Negara Republik Indonesia dalam BNI dan
masing-masing dengan kesanggupan penuh (full commitment) sebesar 100,0% (seratus persen)
dari jumlah saham yang ditawarkan dalam Penawaran Umum ini yaitu sebanyak-banyaknya
3.475.231.980 (tiga miliar empat ratus tujuh puluh lima juta dua ratus tiga puluh satu ribu sembilan
ratus delapan puluh) Saham Biasa Atas Nama Seri C dan Negara Republik Indonesia memberikan
Opsi Penjatahan Lebih sebanyak 473.895.270 (empat ratus tujuh puluh tiga juta delapan ratus
sembilan puluh lima ribu dua ratus tujuh puluh) Saham Biasa Atas Nama Seri C sehingga mengikat
diri untuk membeli sisa saham yang tidak habis terjual dengan harga penawaran pada tanggal
penutupan masa penawaran sesuai dengan proporsi penjaminan masing-masing.
Perjanjian tersebut merupakan perjanjian lengkap yang menggantikan semua persetujuan yang
mungkin telah dibuat sebelumnya mengenai perihal yang dimuat dalam Perjanjian yang dibuat oleh
para pihak yang isinya bertentangan dengan Perjanjian tersebut.
Selanjutnya para Penjamin Emisi Efek yang ikut serta dalam Penjaminan Emisi Saham Perseroan
telah sepakat untuk melaksanakan tugasnya masing-masing sesuai dengan Peraturan BAPEPAM
No.IX.A.7 tentang Tanggung Jawab Manajer Penjatahan Dalam Rangka Pemesanan dan Penjatahan
Efek Dalam Rangka Penawaran Umum, Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM No.KEP-45/PM/
2000 tanggal 27 Oktober 2000.
Adapun susunan dan jumlah porsi penjaminan serta persentase dari anggota sindikasi penjaminan
emisi dalam Penawaran Umum ini adalah sebagai berikut:
Nama Para Penjamin Emisi Efek
Porsi Penjaminan
Saham
%
Penjamin Pelaksana Emisi Efek:
PT Bahana Securities (Terafiliasi)
Para Penjamin Emisi Efek
PT PT Total
3.475.231.980
61
100,00%
PERSYARATAN PEMESANAN PEMBELIAN SAHAM
1. Pemesanan Pembelian Saham
Pemesanan pembelian saham harus dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan persyaratan
yang tercantum dalam Prospektus ini dan dalam Formulir Pemesanan dan Pembelian Saham
(selanjutnya disebut “FPPS”). Pemesanan pembelian saham dapat dilakukan dengan menggunakan
FPPS baik asli maupun fotokopi yang dikeluarkan oleh Penjamin Pelaksana Emisi Efek yang dapat
diperoleh pada para Penjamin Emisi Efek atau Agen Penjualan yang namanya tercantum dalam
Prospektus ini mengenai Penyebarluasan Prospektus dan Formulir Pemesanan dan Pembelian
Saham. FPPS dibuat dalam 5 (lima) rangkap. Pemesanan pembelian saham yang dilakukan
menyimpang dari ketentuan-ketentuan tersebut di atas tidak akan dilayani.
Setiap pemesan saham harus telah memiliki rekening efek pada perusahaan efek/bank kustodian
yang telah menjadi Pemegang Rekening di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
2. Pemesan Yang Berhak
Pemesan yang berhak melakukan pemesanan pembelian saham adalah perorangan dan atau
Lembaga/Badan Usaha sebagaimana diatur dalam Undang-undang No.8 Tahun 1995 tanggal 10
November 1995 tentang Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaannya, Peraturan No.IX.A.7 Tanggung
Jawab Manajer Penjatahan Dalam Rangka Pemesanan dan Penjatahan Efek Dalam Penawaran
Umum, lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM No.Kep-45/PM/2000 tanggal 27 Oktober 2000 dan
Peraturan No.IX.A.12 tentang Penawaran Umum Oleh Pemegang Saham dalam Penawaran Umum
Saham Emiten, lampiran Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal No.KEP-05/PM/2004
tanggal 9 Pebruari 2004.
3. Jumlah Pemesanan
Pemesanan pembelian saham harus diajukan dalam jumlah sekurang-kurangnya satu satuan
perdagangan yang berjumlah 500 (lima ratus) saham dan selanjutnya dalam kelipatan 500 (lima
ratus) saham.
4. Pendaftaran Efek ke Dalam Penitipan Kolektif
Saham Divestasi yang ditawarkan dalam rangka Penawaran Umum telah didaftarkan pada KSEI
dan Saham Hasil Pelaksanaan HMETD juga akan didaftarkan pada KSEI.
5. Pengajuan Pemesanan Pembelian Saham
Selama masa penawaran, para pemesan yang berhak dapat melakukan pemesanan pembelian
saham selama jam kerja umum yang berlaku pada kantor Penjamin Pelaksana Emisi Efek atau para
Penjamin Emisi Efek atau Agen Penjualan dimana FPPS diperoleh.
Setiap pihak hanya berhak mengajukan 1 (satu) FPPS dan wajib diajukan oleh pemesan yang
bersangkutan dengan melampirkan fotokopi jati diri (KTP/paspor bagi perorangan dan Anggaran
Dasar bagi badan hukum) dan melakukan pembayaran sebesar jumlah pemesanan. Bagi pemesan
asing disamping melampirkan fotokopi jati diri (paspor), pada FPPS wajib mencantumkan nama dan
alamat di luar negeri/domisili hukum yang sah dari pemesan secara lengkap dan jelas serta melakukan
pembayaran sebesar jumlah pemesanan.
Penjamin Pelaksana Emisi Efek, para Penjamin Emisi Efek dan Agen Penjualan berhak untuk menolak
pemesanan pembelian saham apabila FPPS tidak diisi dengan lengkap atau bila persyaratan
pemesanan saham tidak terpenuhi.
6. Masa Penawaran
Masa penawaran akan berlangsung selama tiga hari kerja, yaitu pada tanggal 6,7, dan 8 Agustus
2007. Jam penawaran akan dimulai pada pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB.
62
7. Tanggal Penjatahan
Tanggal akhir penjatahan dimana Manajer Penjatahan dan Negara Republik Indonesia menetapkan
penjatahan saham untuk setiap pemesanan yaitu tanggal 10 Agustus 2007.
8. Pemesanan Pembelian Saham Secara Khusus
a) Karyawan yang melakukan pemesanan saham dalam program ESA
Pemesanan pembelian saham secara khusus pada harga penawaran perdana oleh para karyawan
dan/atau pihak-pihak tertentu yang ditetapkan dalam Surat Keputusan BNI dapat diajukan
langsung kepada BNI tanpa melalui Penjamin Pelaksana Emisi Efek, para Penjamin Emisi Efek
atau para Agen Penjualan, selama Masa Penawaran sebanyak-banyaknya 5,0% (sepuluh persen)
dari jumlah saham yang ditawarkan.
b) Nasabah BNI yang memesan saham dalam Program Insentif untuk Nasabah Perorangan BNI
BNI hanya akan memberikan insentif untuk penjualan saham kepada Nasabah BNI yang
merupakan investor perorangan Warga Negara Indonesia yang bukan merupakan karyawan
BNI. Pelaksanaan pemesanan saham oleh Nasabah BNI melalui pendaftaran minat pemesanan
saham lebih awal (pra-registrasi) .
9. Pemesanan Oleh Pemegang Saham BNI
Pemesanan pembelian saham oleh Pemegang Saham BNI sebagaimana diatur dalam Peraturan
BAPEPAM No.IX.A.12 tentang Penawaran Umum Oleh Pemegang Saham, lampiran keputusan ketua
BAPEPAM No.05/PM/2004 tanggal 9 Pebruari 2004 akan didahulukan dalam penjatahan bilamana
pemesanan saham melebihi dari jumlah saham yang ditawarkan. Pemegang Saham yang melakukan
pemesanan saham dalam Penawaran Umum ini sekurang-kurangnya akan mendapat penjatahan
secara proporsional terhadap prosentase pemilikan saham di BNI pada penutupan perdagangan
saham di bursa efek di tanggal awal masa penawaran.
Untuk itu, pemegang saham yang melakukan pemesanan saham dalam Penawaran Umum ini wajib
menyampaikan Nomor Identitas Pemodal yang dapat diperoleh di perusahaan efek dan atau kustodian
bank dimana pemegang saham telah membuka rekening efeknya pada saat mengajukan pemesanan.
Bilamana pemegang saham tidak melampirkan Nomor Identitas Pemodal dan keterangan yang
dicantumkan dalam FPPS tidak sesuai dengan data yang terdapat dalam DPS BNI, maka pemesanan
yang disampaikan akan diproses sebagai pemesanan yang bukan diajukan oleh pemegang saham.
10. Syarat-syarat Pembayaran
Pembayaran dapat dilakukan dengan uang tunai, giro atau cek, pemindahbukuan atau wesel bank
dalam mata uang Rupiah serta dibayarkan kepada Penjamin Pelaksana Emisi Efek, para Penjamin
Emisi Efek atau Agen Penjualan pada waktu FPPS diajukan. Setoran dimasukan ke dalam rekening
Penjamin Pelaksana Emisi Efek:
PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk
Kantor Cabang Jakarta Pusat
atas nama: PT Bahana Securities – SPO BBNI
No. rekening: XXX
Pembayaran dapat menggunakan cek, bilyet giro dan alat pembayaran perbankan lainnya yang
harus dilampirkan pada saat melaksanakan pemesanan saham.
Semua biaya bank dan biaya transfer sehubungan dengan pembayaran tersebut menjadi tanggung
jawab Pemesan. Semua cek dan bilyet giro bank akan segera dicairkan pada saat diterima. Bilamana
pada saat pencairan, cek atau bilyet giro ditolak oleh bank tertarik, maka pemesanan pembelian
saham yang bersangkutan otomatis dianggap batal. Untuk pembayaran yang dilakukan melalui
transfer account dari bank lain, pemesan harus melampirkan fotokopi Lalu Lintas Giro (LLG) dari
bank yang bersangkutan dan menyebutkan nomor FPPS/DPPS-nya. Tanggal pembayaran dihitung
berdasarkan tanggal penerimaan cek/pemindahbukuan/giro yang telah diterima dengan baik pada
rekening Penjamin Pelaksana Emisi Efek (in good funds).
63
Untuk pemesanan pembelian saham secara khusus, pembayaran dilakukan langsung kepada BNI.
11. Bukti Tanda Terima
Penjamin Pelaksana Emisi Efek, para Penjamin Emisi atau Agen Penjualan yang menerima pengajuan
FPPS akan menyerahkan kembali kepada pemesan, tembusan atau fotokopi lembar ke-5 (kelima)
dari FPPS yang telah ditandatangani (tanda tangan asli), sebagai Bukti Tanda Terima Pemesanan
Pembelian Saham. Bukti Tanda Terima Pemesanan Pembelian Saham ini bukan merupakan jaminan
dipenuhinya pemesanan dan harus disimpan dengan baik agar dapat diserahkan kembali pada saat
pengembalian uang pemesanan dan/atau penerimaan Formulir Konfirmasi Penjatahan atas
pemesanan pembelian saham. Bagi pemesanan pembelian saham secara khusus, Bukti Tanda Terima
Pemesanan Pembelian Saham akan diberikan langsung oleh BNI.
12. Penjatahan Saham
Pelaksanaan penjatahan akan dilaksanakan oleh Penjamin Pelaksana Emisi Efek selaku Manajer
Penjatahan dengan sistem kombinasi yaitu Penjatahan Terpusat (“Pooling”) dan Penjatahan Pasti
(“Fixed Allotment”) sesuai dengan Peraturan BAPEPAM No.IX.A.7 tentang Tanggung Jawab Manajer
Penjatahan Dalam Rangka Pemesanan dan Penjatahan Efek Dalam Penawaran Umum yang
merupakan lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM No.KEP-45/PM/2000 tanggal 27 Oktober 2000
dan Peraturan BAPEPAM No.IX.A.12 tentang Penawaran Umum Oleh Pemegang Saham, lampiran
ketua BAPEPAM No.KEP-05/PM/2004 tanggal 9 Pebruari 2004.
A. Bilamana pemesanan melebihi jumlah saham yang ditawarkan maka sesuai dengan peraturan
BAPEPAM No.IX.A.12 tentang Penawaran Umum Oleh Pemegang Saham, lampiran Keputusan
Ketua BAPEPAM No.KEP.05/PM/2004 tanggal 9 Pebruari 2004, maka pemesanan saham yang
disampaikan oleh Pemegang Saham Perseroan yang terdaftar dalam DPS pada tanggal 6 Agustus
2007 akan diprioritaskan dalam penjatahan dengan ketentuan penjatahan terhadap para
pemegang saham akan diberikan proporsional dengan kepemilikan sahamnya.
B. Selanjutnya bilamana ada kelebihan saham setelah dilakukannya penjatahan sebagaimana
dijelaskan dalam butir A di atas, maka sistem penjatahan yang akan dilakukan adalah sistem
kombinasi yaitu penjatahan pasti (fixed allotment) dan penjatahan terpusat (pooling), dimana
penjatahan pasti dibatasi hingga jumlah maksimum 95% (sembilan puluh lima persen) dari jumlah
saham yang ditawarkan. Sisanya sebesar 5% (lima persen) akan dilakukan dengan penjatahan
terpusat.
(i) Penjatahan Pasti (“Fixed Allotment”)
Dalam hal penjatahan yang dilaksanakan dengan menggunakan Sistem Penjatahan Pasti,
maka penjatahan tersebut hanya dapat dilaksanakan dengan memenuhi persyaratanpersyaratan:
a. Manajer Penjatahan dapat menentukan besarnya persentase dan pihak-pihak yang akan
mendapatkan penjatahan pasti dalam Penawaran Umum
b. Dalam hal terjadi kelebihan permintaan dalam Penawaran Umum, para Penjamin Emisi
Efek, Agen Penjualan Efek atau pihak-pihak terafiliasi dengannya dilarang membeli atau
memiliki saham untuk mereka sendiri
c. Dalam hal terjadi kekurangan permintaan beli dalam Penawaran Umum, para Penjamin
Emisi Efek, Agen Penjualan Efek atau pihak-pihak terafiliasi dengannya dilarang menjual
saham yang telah dibeli atau akan dibelinya berdasarkan kontrak para Penjamin Emisi
Efek, kecuali melalui Bursa jika telah diungkapkan dalam Prospektus bahwa saham
tersebut akan dicatatkan di Bursa
d. Pemegang Saham Perseroan mendapatkan prioritas untuk melakukan pemesanan
saham Perseroan dalam Penawaran Umum ini.
64
(ii) Penjatahan Terpusat (“Pooling”)
Jika jumlah saham yang dipesan melebihi jumlah saham yang ditawarkan, maka Manajer
Penjatahan harus melaksanakan prosedur penjatahan sebagai berikut:
a. kelebihan pemesanan dari pemesan yang merupakan Pemegang Saham Perseroan
akan dijatahkan dalam penjatahan Terpusat bersama-sama dengan pemesan lainnya
yang bukan pemegang saham.
b. Jika setelah mengecualikan Pemesan Saham yang Mempunyai Hubungan Istimewa
dan terdapat sisa saham yang jumlahnya lebih kecil dari jumlah yang dipesan, maka
penjatahan bagi pemesan yang tidak dikecualikan itu akan dialokasikan dengan
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Prioritas dapat diberikan kepada pemesan yang menjadi karyawan dan/atau pihakpihak tertentu yang ditetapkan dalam Surat Keputusan BNI, sampai dengan jumlah
maksimum 10,0% (sepuluh persen) dari Emisi.
2. Para pemesan yang tidak dikecualikan memperoleh satu satuan perdagangan di
Bursa, jika terdapat satuan perdagangan yang tersedia. Dalam hal jumlahnya tidak
mencukupi, maka satuan perdagangan yang tersedia akan dibagi dengan diundi.
Jumlah saham yang termasuk dalam satuan perdagangan dimaksud adalah satuan
perdagangan penuh terbesar yang ditetapkan oleh Bursa dimana saham tersebut
akan dicatatkan.
3. Apabila masih terdapat sisa saham yang tersisa, maka setelah satu satuan
perdagangan dibagikan kepada pemesan, pengalokasian dilakukan secara
proporsional, dalam satuan perdagangan menurut jumlah yang dipesan oleh para
pemesan.
(iii). Penjatahan bagi Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa
Jika para pemesan karyawan perusahaan dan pemesan yang tidak mempunyai hubungan
istimewa telah menerima penjatahan sepenuhnya dan masih terdapat sisa saham, maka
sisa saham tersebut dibagikan secara proporsional kepada para pemesan yang mempunyai
hubungan istimewa.
(iv).Pelaksanaan Opsi Penjatahan Lebih
Negara Republik Indonesia memberikan opsi kepada Penjamin Pelaksana Emisi Efek yang
dapat dilaksanakan, sebagian atau seluruhnya, pada setiap saat dalam jangka waktu sampai
dengan 30 hari kalender Sejak Tanggal Pembayaran, untuk meningkatkan jumlah saham
yang ditawarkan sampai dengan jumlah sebanyak-banyaknya 473.895.270 (empat ratus
tujuh puluh tiga juta delapan ratus sembilan puluh lima ribu dua ratus tujuh puluh) Saham
Biasa Atas Nama Seri C milik Pemerintah Negara Republik Indonesia (Saham Divestasi)
pada harga penawaran umum (“Opsi Penjatahan Lebih”)
13. Pembatalan Penawaran Umum
Sebelum penutupan dan selama berlangsungnya Masa Penawaran, Negara Republik Indonesia
dan Penjamin Pelaksana Emisi Efek mempunyai hak untuk membatalkan Penawaran Umum ini
berdasarkan hal-hal yang tercantum dalam Perjanjian Penjaminan Emisi Efek.
14. Pengembalian Uang Pemesanan
Bagi pemesan yang pesanannya ditolak seluruhnya atau sebagian atau dalam hal terjadinya
pembatalan Penawaran Umum ini, pengembalian uang dalam mata uang Rupiah akan dilakukan
oleh para Penjamin Emisi Efek atau Agen Penjualan di tempat mana FPPS yang bersangkutan
diajukan. Pengembalian uang tersebut dilakukan selambat-lambatnya dalam waktu 2 (dua) hari kerja
setelah tanggal akhir penjatahan atau tanggal diumumkannya pembatalan Penawaran Umum.
65
Pengembalian uang pemesanan yang melampaui 2 (dua) hari kerja setelah tanggal akhir penjatahan
atau tanggal diumumkannya pembatalan Penawaran Umum akan disertai bunga untuk setiap hari
keterlambatan dengan tingkat bunga sebesar suku bunga jasa giro yang pada saat itu berlaku pada
BNI yang dihitung secara pro rata setiap hari keterlambatan.
Pembayaran dapat diberikan dengan surat perintah pembayaran yang ditujukan kepada pemesan
yang mengajukan FPPS, langsung oleh pemodal di kantor Penjamin Pelaksana Emisi Efek atau
kantor yang ditunjuk oleh Penjamin Pelaksana Emisi Efek, kantor Penjamin Emisi atau Kantor Agen
Penjualan dimana FPPS diajukan dengan menyerahkan Bukti Tanda Terima Pemesanan Pembelian
Saham.
15. Penyerahan Formulir Konfirmasi Penjatahan (”FKP”) Atas Pemesanan Pembelian Saham
Distribusi Formulir Konfirmasi Penjatahan Saham kepada masing-masing pemesan saham pada
para Penjamin Emisi Efek dan Agen Penjualan di mana FPPS yang bersangkutan diajukan akan
dilaksanakan selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) hari kerja setelah tanggal penjatahan. Formulir
Konfirmasi Penjatahan atas distribusi saham tersebut dapat diambil dengan menyerahkan Bukti
Tanda Terima Pemesanan Pembelian Saham.
16. Lain-lain
Penjamin Pelaksana Emisi Efek dan Negara Republik Indonesia berhak untuk menerima atau menolak
pemesanan pembelian saham secara keseluruhan atau sebagian. Pemesanan berganda yang
diajukan lebih dari satu formulir akan diperlakukan sebagai 1 (satu) pemesanan untuk keperluan
penjatahan.
Sejalan dengan ketentuan dalam keputusan ketua BAPEPAM No.45/PM/2000 tanggal 27 Oktober
2000 pasal 7 ayat b, setiap pihak dilarang baik langsung maupun tidak langsung untuk mengajukan
lebih dari 1 (satu) pemesanan untuk setiap Penawaran Umum. Dalam hal terbukti bahwa pihak
tertentu mengajukan lebih dari 1 (satu) pemesanan, baik secara langsung maupun tidak langsung,
maka Penjamin Pelaksana Emisi dapat membatalkan pemesanan tersebut.
Penjamin Emisi Efek, Agen Penjualan dan pihak terafiliasi dilarang untuk membeli atau memiliki
saham untuk rekening sendiri apabila terjadi kelebihan permintaan beli. Pihak-pihak terafililasi hanya
diperkenankan untuk membeli dan memiliki saham apabila terdapat sisa saham yang tidak dipesan
oleh pihak yang tidak terafiliasi baik asing maupun lokal. Tata cara pengalokasian dilakukan secara
proporsional.
Dalam hal terjadi kekurangan permintaan beli dalam Penawaran Umum, Penjamin Emisi Efek, Agen
Penjual atau pihak-pihak terafiliasi dengannya dilarang menjual efek yang telah dibeli atau akan
dibelinya berdasarkan Kontrak Penjaminan Emisi Efek.
66
PENYEBARLUASAN PROSPEKTUS DAN FORMULIR PEMESANAN
PEMBELIAN SAHAM
Prospektus dan Formulir Pemesanan Pembelian Saham dapat diperoleh pada kantor Penjamin Emisi
Efek dan para Agen Penjualan yang ditunjuk, yaitu Perantara Pedagang Efek yang menjadi anggota
bursa efek berikut ini:
Penjamin Pelaksana Emisi Efek
PT Bahana Securities (Terafiliasi)
Graha Niaga, Lantai 19
Jl. Jenderal Sudirman Kav. 58
Jakarta 12190
Telepon: (021) 250 5081
Fax: (021) 522 5869
67
REFERENSI
Seluruh Informasi mengenai BNI yang dimuat dalam prospektus ini, berasal dari informasi publik
atau informasi yang telah tersedia untuk publik yang telah dimuat dalam:
1. Informasi Publik dalam rangka Penawaran Umum Terbatas II yang tersedia untuk umum pada
tanggal 28 Juni 2007.
2. Laporan Tahunan BNI tahun 2006
3. Laporan Keuangan Konsolidasian BNI per 31 Desember 2006 yang telah diaudit oleh Kantor
Akuntan Publik Purwantono, Sarwoko & Sandjaja – Ernst & Young yang dimuat dalam Laporan
tahunan BNI Tahun 2006.
4. Homepage Perseroan (http://www.bni.co.id)
5. Berita-berita tentang BNI yang telah dipublikasikan di media-media nasional.
68
INFORMASI TAMBAHAN
Apabila terdapat hal-hal yang kurang jelas dari Prospektus ini atau apabila Pemegang Saham
menginginkan tambahan informasi sehubungan dengan Penawaran Umum Terbatas ini, para
Pemegang Saham dipersilahkan menghubungi:
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
Gedung BNI
Jl. Jenderal Sudirman Kav. 1, Jakarta 10220, Indonesia
Telepon: (021) 251 1946, 572 9278, 572 95950 dan 572 9633
Faksimili: (021) 572 8960
69
Halaman ini sengaja dikosongkan
70
Halaman ini sengaja dikosongkan
71
Halaman ini sengaja dikosongkan
72
Download