P R O S P E K T U S R I N G K A S Jadual Perkiraan Tanggal Efektif Perkiraan Masa Penawaran Perkiraan Tanggal Penentuan Daftar Pemegang Saham yang berhak didahulukan dalam Penjatahan Perkiraan Tanggal Penjatahan Perkiraan Tanggal Pendistribusian Formulir Konfirmasi Penjatahan Perkiraan Tanggal Pengembalian Uang Pemesanan Perkiraan Tanggal Distribusi Saham Secara Elektronik oleh KSEI Perkiraan Tanggal Perdagangan di BEJ dan BES : : : : : : 1 Agustus 2007 6-8 Agustus 2007 6 Agustus 2007 10 Agustus 2007 13 Agustus 2007 13 Agustus 2007 13 Agustus 2007 13 Agustus 2007 INFORMASI DALAM DOKUMEN INI MASIH DAPAT DILENGKAPI DAN/ATAU DIUBAH. PERNYATAAN PENDAFTARAN EFEK INI TELAH DISAMPAIKAN KEPADA BAPEPAM DAN LK, NAMUN BELUM MEMPEROLEH PERNYATAAN EFEKTIF DARI BAPEPAM DAN LK. DOKUMEN INI HANYA DIGUNAKAN DALAM RANGKA PENAWARAN AWAL TERHADAP EFEK INI. EFEK INI TIDAK DAPAT DIJUAL SEBELUM PERNYATAAN PENDAFTARAN YANG TELAH DISAMPAIKAN KEPADA BAPEPAM DAN LK MENJADI EFEKTIF. PEMESANAN UNTUK MEMBELI EFEK INI DILAKSANAKAN SETELAH CALON PEMBELI/PEMESAN MENERIMA ATAU MEMPUNYAI KESEMPATAN UNTUK MEMBACA PROSPEKTUS. BAPEPAM DAN LK TIDAK MEMBERIKAN PERNYATAAN MENYETUJUI ATAU TIDAK MENYETUJUI EFEK INI, TIDAK JUGA MENYATAKAN KEBENARAN ATAU KECUKUPAN ISI PROSPEKTUS INI. SETIAP PERNYATAAN YANG BERTENTANGAN DENGAN HAL-HAL TERSEBUT ADALAH PERBUATAN MELANGGAR HUKUM. NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERTANGGUNG JAWAB SEPENUHNYA BAHWA SELURUH INFORMASI MENGENAI PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK ADALAH AKURAT DAN SEPENUHNYA BERASAL DARI INFORMASI PUBLIK ATAU YANG TELAH TERSEDIA DI PUBLIK SAHAM DIVESTASI YANG DITAWARKAN DALAM PENAWARAN UMUM INI SELURUHNYA TELAH DICATATKAN PADA BURSA EFEK JAKARTA DAN BURSA EFEK SURABAYA, SEDANGKAN SAHAM HASIL PELAKSANAAN HMETD YANG DITAWARKAN DALAM PENAWARAN INI AKAN DICATATKAN PADA BURSA EFEK JAKARTA DAN BURSA EFEK SURABAYA PADA TANGGAL 13 AGUSTUS 2007 PENAWARAN UMUM ATAS KEPEMILIKAN SAHAM NEGARA REPUBLIK INDONESIA DI PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Bidang Usaha : Bergerak Dalam Bidang Usaha Perbankan Berkedudukan di Jakarta, Indonesia Alamat Kementerian Badan Usaha Milik Negara (Sebagai Kuasa Pemegang Saham): Gedung 16 Lantai, Departemen Keuangan Republik Indonesia, Lt.2,3,9-13 Jl. Dr Wahidin No.2 Jakarta Pusat 10710 Indonesia Telepon: 62 (021) 348 31751, Faksimili: 62 (021) 386 4441 Homepage: http://www.bumn-ri.com PENAWARAN UMUM Sebanyak-banyaknya 3.475.231.980 (tiga miliar empat ratus tujuh puluh lima juta dua ratus tiga puluh satu ribu sembilan ratus delapan puluh) Saham Biasa Atas Nama Seri C, yang terdiri dari sebanyak-banyaknya 1.500.668.355 (satu miliar lima ratus juta enam ratus enam puluh delapan ribu tiga ratus lima puluh lima) Saham Biasa Atas Nama Seri C lama milik Negara Republik Indonesia dalam rangka program divestasi lanjutan (“Saham Divestasi”) dan sebanyak-banyaknya 1.974.563.625 (satu miliar sembilan ratus tujuh puluh empat juta lima ratus enam puluh tiga ribu enam ratus dua puluh lima) Saham Biasa Atas Nama Seri C baru milik Negara Republik Indonesia hasil pelaksanaan atas seluruh HMETD yang dimilikinya dalam Penawaran Umum Terbatas II BNI (“Saham Hasil Pelaksanaan HMETD”), dengan nilai nominal Rp375,00 (tiga ratus tujuh puluh lima Rupiah) setiap saham, yang ditawarkan kepada masyarakat dengan harga penawaran Rp• (• Rupiah) setiap saham yang harus dibayar penuh pada saat mengajukan Formulir Pemesanan dan Pembelian Saham. Saham Hasil Pelaksanaan HMETD merupakan saham yang diperoleh oleh Negara Republik Indonesia sebagai pemegang saham BNI setelah melaksanakan seluruh HMETD yang dimilikinya dalam Penawaran Umum Terbatas II, yaitu sebanyak-banyaknya 1.974.563.625 (satu miliar sembilan ratus tujuh puluh empat juta lima ratus enam puluh tiga ribu enam ratus dua puluh lima) Saham Biasa Atas Nama Seri C. PT Bahana Securities atas nama Negara Republik Indonesia akan menyetorkan dana pelaksanaan HMETD yang berasal dari hasil Penawaran Umum oleh Negara Republik Indonesia yang dilakukan secara paralel dengan Penawaran Umum Terbatas II. Saham Hasil Pelaksanaan HMETD tersebut akan langsung dijual oleh Negara Republik Indonesia kepada investor dan langsung didistribusikan secara elektronik ke dalam rekening efek para investor, dan PT Bahana Securities atas nama Negara Republik Indonesia akan menyetorkan dana pelaksanaan HMETD yang berasal dari hasil Penawaran Umum oleh Negara Republik Indonesia yang dilakukan secara paralel dengan Penawaran Umum Terbatas II. NEGARA REPUBLIK INDONESIA MEMBERIKAN OPSI KEPADA PENJAMIN PELAKSANA EMISI EFEK YANG DAPAT DILAKSANAKAN, SEBAGIAN ATAU SELURUHNYA, PADA SETIAP SAAT DALAM JANGKA WAKTU SAMPAI DENGAN 30 HARI KALENDER SEJAK TANGGAL PEMBAYARAN, UNTUK MENINGKATKAN JUMLAH SAHAM YANG DITAWARKAN SAMPAI DENGAN JUMLAH SEBANYAK-BANYAKNYA 473.895.270 (EMPAT RATUS TUJUH PULUH TIGA JUTA DELAPAN RATUS SEMBILAN PULUH LIMA RIBU DUA RATUS TUJUH PULUH) SAHAM BIASA ATAS NAMA SERI C MILIK PEMERINTAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA (SAHAM DIVESTASI) PADA HARGA PENAWARAN UMUM (“OPSI PENJATAHAN LEBIH”). Penjamin Emisi Efek menyetujui untuk sepenuhnya menjamin dengan kesanggupan penuh (full commitment) penjualan saham Negara Republik Indonesia di PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. PENJAMIN PELAKSANA EMISI EFEK PT Bahana Securities (Terafiliasi) PENJAMIN EMISI EFEK [Akan ditentukan kemudian] ALASAN DAN PERTIMBANGAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA UNTUK MENGADAKAN PENJUALAN ATAS KEPEMILIKAN SAHAMNYA DI PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK ADALAH DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM PRIVATISASI BUMN INFORMASI YANG DIUNGKAPKAN DALAM PROSPEKTUS INI SEPENUHNYA BERASAL DARI INFORMASI PUBLIK ATAU YANG TELAH DIUNGKAPKAN OLEH BNI DALAM PROSPEKTUS PENAWARAN UMUM TERBATAS II TANGGAL 28 JUNI 2007. NEGARA REPUBLIK INDONESIA TIDAK MEMILIKI INFORMASI ORANG DALAM ATAU INFORMASI YANG BELUM TERSEDIA UNTUK PUBLIK SEHINGGA SELURUH INFORMASI YANG DIMILIKINYA SAMA DENGAN INFORMASI YANG DISAJIKAN DALAM PROSPEKTUS NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN INI MENYATAKAN BAHWA SAHAM YANG DITAWARKAN DALAM PENAWARAN UMUM INI DIMILIKI SECARA SAH DAN DALAM KEADAAN BEBAS, TIDAK SEDANG DALAM SENGKETA DAN ATAU DIJAMINKAN KEPADA PIHAK MANAPUN SERTA TIDAK SEDANG DITAWARKAN KEPADA PIHAK LAIN SAHAM NEGARA REPUBLIK INDONESIA DI PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK AKAN DIDISTRIBUSIKAN SECARA ELEKTRONIK YANG DIADMINISTRASIKAN DALAM PENITIPAN KOLEKTIF PT KUSTODIAN SENTRAL EFEK INDONESIA (”KSEI”). PENYELESAIAN TRANSAKSI BURSA UNTUK SAHAM INI DILAKUKAN SECARA PEMINDAHBUKUAN Prospektus ini diterbitkan di Jakarta pada tanggal 2 Juli 2007 PENAWARAN UMUM Negara Republik Indonesia (“Negara Republik Indonesia”) sebagai pemegang saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (“BNI”) telah menyampaikan Pernyataan Pendaftaran sehubungan dengan penjualan saham Negara Republik Indonesia di BNI melalui Penawaran Umum kepada Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (“BAPEPAM dan LK”) pada tanggal 29 Juni 2007 di Jakarta dengan surat No.S-448/MBU/2007 tertanggal 29 Juni 2007 sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tanggal 10 November 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara No.64 Tahun 1995 Tambahan Nomor 3608) beserta peraturan pelaksanaannya (“Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995”). Penjamin Pelaksana Emi si Efek dan [Para Penjamin Emisi Efek] atas nama Negara Republik Indonesia dengan ini melakukan Penawaran Umum Sebanyak-banyaknya 3.475.231.980 (tiga miliar empat ratus tujuh puluh lima juta dua ratus tiga puluh satu ribu sembilan ratus delapan puluh) Saham Biasa Atas Nama Seri C, yang terdiri dari sebanyak-banyaknya 1.500.668.355 (satu miliar lima ratus juta enam ratus enam puluh delapan ribu tiga ratus lima puluh lima) Saham Biasa Atas Nama Seri C lama milik Negara Republik Indonesia dalam rangka program divestasi lanjutan (“Saham Divestasi”) dan sebanyakbanyaknya 1.974.563.625 (satu miliar sembilan ratus tujuh puluh empat juta lima ratus enam puluh tiga ribu enam ratus dua puluh lima) Saham Biasa Atas Nama Seri C baru milik Negara Republik Indonesia hasil pelaksanaan seluruh hak dalam Penawaran Umum Terbatas II (“Saham Hasil Pelaksanaan HMETD”), dengan nilai nominal Rp375,00 (tiga ratus tujuh puluh lima Rupiah) setiap saham, yang ditawarkan kepada masyarakat dengan harga penawaran Rp ( Rupiah) setiap saham yang harus dibayar penuh pada saat mengajukan Formulir Pemesanan dan Pembelian Saham. Saham Hasil Pelaksanaan HMETD merupakan saham yang diperoleh oleh Negara Republik Indonesia sebagai pemegang saham BNI setelah melaksanakan seluruh HMETD yang dimilikinya dalam Penawaran Umum Terbatas II, yaitu sebanyak-banyaknya 1.974.563.625 (satu miliar sembilan ratus tujuh puluh empat juta lima ratus enam puluh tiga ribu enam ratus dua puluh lima) Saham Biasa Atas Nama Seri C. PT Bahana Securities atas nama Negara Republik Indonesia akan menyetorkan dana pelaksanaan HMETD yang berasal dari hasil Penawaran Umum oleh Negara Republik Indonesia yang dilakukan secara paralel dengan Penawaran Umum Terbatas II. Saham Hasil Pelaksanaan HMETD tersebut akan langsung dijual oleh Negara Republik Indonesia kepada investor dan langsung didistribusikan secara elektronik ke dalam rekening efek para investor, dan PT Bahana Securities atas nama Negara Republik Indonesia akan menyetorkan dana pelaksanaan HMETD yang berasal dari hasil Penawaran Umum oleh Negara Republik Indonesia yang dilakukan secara paralel dengan Penawaran Umum Terbatas II. Negara Republik Indonesia memberikan opsi kepada penjamin pelaksana emisi efek yang dapat dilaksanakan, sebagian atau seluruhnya, pada setiap saat dalam jangka waktu sampai dengan 30 hari kalender Sejak Tanggal Pembayaran, untuk meningkatkan jumlah saham yang ditawarkan sampai dengan jumlah sebanyak-banyaknya 473.895.270 (empat ratus tujuh puluh tiga juta delapan ratus sembilan puluh lima ribu dua ratus tujuh puluh) Saham Biasa Atas Nama Seri C milik Pemerintah Negara Republik Indonesia (Saham Divestasi) pada harga penawaran umum (“Opsi Penjatahan Lebih”). 1 Komposisi Modal Saham BNI pada saat Prospektus ini diterbitkan adalah sebagai berikut: Modal Saham Terdiri Dari Saham Seri A Dwiwarna dan Saham Biasa Atas Nama Seri B Dengan Nilai Nominal Rp7.500,00 (tujuh ribu lima ratus Rupiah) Setiap Saham dan Saham Biasa Atas Nama Seri C Dengan Nilai Nominal Rp375,00 (tiga ratus tujuh puluh lima Rupiah) Setiap Saham Keterangan Jumlah Saham Jumlah Nilai Nominal (Rp) Persentase (%) A. Modal Dasar - Saham Seri A Dwiwarna - Saham Seri B - Saham Seri C Jumlah Modal Dasar B. Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh - Saham Seri A Dwiwarna Negara Republik Indonesia - Saham Seri B Negara Republik Indonesia Masyarakat - Saham Seri C Negara Republik Indonesia Masyarakat Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh C. Jumlah Saham Dalam Portepel 1 289.341.866 34.213.162.660 34.502.504.527 7.500 2.170.063.995.000 12.829.935.997.500 15.000.000.000.000 0,00 0,84 99,16 100,00 1 7.500 0,00 217.006.399 72.335.467 1.627.547.992.500 542.516.002.500 1,63 0,55 12.946.751.100 45.594.433 4.855.031.662.500 17.097.912.375 97,48 0,34 13.281.687.400 7.042.193.577.375 100,00 21.220.817.127 7.957.806.422.625 Secara paralel dengan pelaksanaan transaksi ini, BNI juga sedang melakukan Penawaran Umum Terbatas II kepada para Pemegang Saham Perseroan dalam rangka penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sampai dengan sebanyak-banyaknya 1.992.253.110 (satu miliar sembilan ratus sembilan puluh dua juta dua ratus lima puluh tiga ribu seratus sepuluh) Saham Biasa Atas Nama Seri C baru dengan nilai nominal Rp375,00 (tiga ratus tujuh puluh lima Rupiah) setiap saham. Setiap pemegang 20 (dua puluh) Saham lama yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham BNI pada tanggal 9 Agustus 2007 pukul 16.00 WIB mempunyai 3 (tiga) Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dengan harga pelaksanaan Rp2.025 (dua ribu dua puluh lima Rupiah) setiap saham yang harus dibayar penuh pada saat mengajukan Formulir Pemesanan dan Pembelian Saham. Jumlah saham yang ditawarkan dalam Penawaran Umum Terbatas II dengan cara penerbitan HMETD ini adalah jumlah maksimum saham yang seluruhnya akan dikeluarkan dari portepel serta akan dicatatkan di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya dengan memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku. Negara Republik Indonesia sebagai pemegang saham utama BNI akan melaksanakan seluruh haknya dalam Penawaran Umum Terbatas II dan seluruh saham baru hasil pelaksanaan tersebut, yaitu sebanyak-banyaknya 1.974.563.625 (satu miliar sembilan ratus tujuh puluh empat juta lima ratus enam puluh tiga ribu enam ratus dua puluh lima) Saham Biasa Atas Nama Seri C akan langsung dijual kepada investor. 2 Apabila seluruh HMETD yang ditawarkan dilaksanakan seluruhnya, susunan modal saham dan pemegang saham BNI sebelum dan sesudah Penawaran Umum Terbatas II, secara proforma menjadi sebagai berikut: Modal Saham Terdiri Dari Saham Seri A Dwiwarna dan Saham Biasa Atas Nama Seri B Dengan Nilai Nominal Rp7.500,00 (tujuh ribu lima ratus Rupiah) Setiap Saham dan Saham Biasa Atas Nama Seri C Dengan Nilai Nominal Rp375,00 (tiga ratus tujuh puluh lima Rupiah) Setiap Saham Keterangan A. Modal Dasar - Saham Seri A Dwiwarna - Saham Seri B - Saham Seri C Jumlah Modal Dasar B. Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh - Saham Seri A Dwiwarna Negara Republik Indonesia - Saham Seri B Negara Republik Indonesia Masyarakat - Saham Seri C Negara Republik Indonesia Masyarakat Sebelum Penawaran Umum Terbatas II Setelah Penawaran Umum Terbatas II Jumlah Saham Jumlah Nilai Nominal (Rp) Persentase (%) Jumlah Saham Jumlah Nilai Persentase Nominal (Rp) (%) 1 289.341.866 34.213.162.660 7.500 2.170.063.995.000 12.829.935.997.500 0,00 0,84 99,16 1 289.341.866 34.213.162.660 7.500 2.170.063.995.000 12.829.935.997.500 0,00 0,84 99,16 34.502.504.527 15.000.000.000.000 100,00 34.502.504.527 15.000.000.000.000 100,00 1 7.500 0,00 1 7.500 0,00 217.006.399 72.335.467 1.627.547.992.500 542.516.002.500 1,63 0,55 217.006.399 72.335.467 1.627.547.992.500 542.516.002.500 1,42 0,47 12.946.751.100 45.594.433 4.855.031.662.500 17.097.912.375 97,48 0,34 12.946.751.100 2.037.847.543 4.855.031.662.500 764.192.828.625 84,76 13,34 100,00 15.273.940.510 7.789.288.493.625 100,00 19.228.564.017 7.210.711.506.375 Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh 13.281.687.400 7.042.193.577.375 C. Jumlah Saham Dalam Portepel 21.220.817.127 7.957.806.422.625 Negara Republik Indonesia sebagai pemegang saham utama BNI akan melaksanakan haknya dan seluruh saham baru hasil pelaksanaan akan langsung dijual kepada investor. Dengan terjualnya seluruh saham yang ditawarkan Negara Republik Indonesia melalui Penawaran Umum Oleh Pemegang Saham, maka susunan modal saham dan pemegang saham BNI secara proforma menjadi sebagai berikut: Keterangan A. Modal Dasar - Saham Seri A Dwiwarna - Saham Seri B - Saham Seri C Jumlah Modal Dasar B. Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh - Saham Seri A Dwiwarna Negara Republik Indonesia - Saham Seri B Negara Republik Indonesia Masyarakat - Saham Seri C Negara Republik Indonesia Masyarakat Setelah PUT II, Sebelum Penawaran Umum Oleh Negara RI Setelah PUT II, Setelah Penawaran Umum Oleh Negara RI Jumlah Saham Jumlah Nilai Nominal (Rp) Persentase (%) Jumlah Saham Jumlah Nilai Nominal (Rp) Persentase (%) 1 289.341.866 34.213.162.660 34.502.504.527 7.500 2.170.063.995.000 12.829.935.997.500 15.000.000.000.000 0,00 0,84 99,16 100,00 1 289.341.866 34.213.162.660 34.502.504.527 7.500 2.170.063.995.000 12.829.935.997.500 15.000.000.000.000 0,00 0,84 99,16 100,00 1 7.500 0,00 1 7.500 0,00 217.006.399 72.335.467 1.627.547.992.500 542.516.002.500 1,42 0,47 217.006.399 72.335.467 1.627.547.992.500 542.516.002.500 1,42 0,47 12.946.751.100 2.037.847.543 4.855.031.662.500 764.192.828.625 84,76 13,34 11.446.082.745 3.538.515.898 4.292.281.029.375 1.326.943.461.750 74,94 23,17 Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh 15.273.940.510 7.789.288.493.625 100,00 15.273.940.510 7.789.288.493.625 100,00 C. Jumlah Saham Dalam Portepel 19.228.564.017 7.210.711.506.375 19.228.564.017 7.210.711.506.375 Negara Republik Indonesia memberikan opsi kepada penjamin pelaksana emisi efek yang dapat dilaksanakan, sebagian atau seluruhnya, pada setiap saat dalam jangka waktu sampai dengan 30 hari kalender sejak tanggal pembayaran, untuk meningkatkan jumlah saham yang ditawarkan sampai dengan jumlah sebanyak-banyaknya 473.895.270 (empat ratus tujuh puluh tiga juta delapan ratus sembilan puluh lima ribu dua ratus tujuh puluh) Saham Biasa Atas Nama Seri C milik Pemerintah Negara Republik Indonesia (divestasi) pada harga penawaran umum (“Opsi Penjatahan Lebih”). 3 Apabila Penjamin Pelaksana Emisi Efek mempergunakan seluruh opsinya untuk meningkatkan jumlah saham yang ditawarkan dalam Penawaran Umum dengan Opsi Penjatahan Lebih, maka susunan modal saham dan pemegang saham BNI sesudah Penawaran Umum Oleh Pemegang Saham dengan kondisi apabila seluruh opsi tidak dilaksanakan dan seluruh opsi dilaksanakan secara proforma adalah sebagai berikut: Terdiri Dari Saham Seri A Dwiwarna dan Saham Biasa Atas Nama Seri B Dengan Nilai Nominal Rp7.500,00 (tujuh ribu lima ratus Rupiah) Setiap Saham dan Saham Biasa Atas Nama Seri C Dengan Nilai Nominal Rp375,00 (tiga ratus tujuh puluh lima Rupiah) Setiap Saham Keterangan Modal Dasar - Saham Seri A Dwiwarna - Saham Seri B - Saham Seri C Jumlah Modal Dasar B. Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh - Saham Seri A Dwiwarna Negara Republik Indonesia - Saham Seri B Negara Republik Indonesia Masyarakat - Saham Seri C Negara Republik Indonesia Masyarakat Setelah PUT II, Sebelum Penawaran Umum Oleh Negara RI Seluruh Opsi Tidak Dilaksanakan Setelah PUT II, Setelah Penawaran Umum Oleh Negara RI Seluruh Opsi Dilaksanakan Jumlah Saham Jumlah Nilai Nominal (Rp) Persentase (%) Jumlah Saham 1 289.341.866 34.213.162.660 34.502.504.527 7.500 2.170.063.995.000 12.829.935.997.500 15.000.000.000.000 0,00 0,84 99,16 100,00 1 289.341.866 34.213.162.660 34.502.504.527 Jumlah Nilai Persentase Nominal (Rp) (%) A. 7.500 2.170.063.995.000 12.829.935.997.500 15.000.000.000.000 0,00 0,84 99,16 100,00 1 7.500 0,00 1 7.500 0,00 217.006.399 72.335.467 1.627.547.992.500 542.516.002.500 1,42 0,47 217.006.399 72.335.467 1.627.547.992.500 542.516.002.500 1,42 0,47 11.446.082.745 3.538.515.898 4.292.281.029.375 1.326.943.461.750 74,94 23,17 10.972.187.475 4.012.411.168 4.114.570.303.125 1.504.654.188.000 71,84 26,27 Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh 15.273.940.510 7.789.288.493.625 100,00 15.273.940.510 7.789.288.493.625 100,00 C. Jumlah Saham Dalam Portepel 19.228.564.017 7.210.711.506.375 19.228.564.017 7.210.711.506.375 4 KETERANGAN SINGKAT MENGENAI NEGARA REPUBLIK INDONESIA Sesuai dengan amanat TAP MPR Nomor IV/MPR/1999 tahun 1999, TAP MPR Nomor X/MPR/2001 tahun 2001 dan TAP MPR Nomor VI/MPR/2002 tahun 2002, antara lain menugaskan Pemerintah untuk melakukan privatisasi atas BUMN, mensosialisasikan dan berkonsultasi terlebih dahulu dengan DPR dalam melakukan Program Privatisasi BUMN. Sesuai dengan kebijakan Pemerintah untuk memperbaiki kinerja BUMN, salah satu kebijakan yang telah dilaksanakan sejak tahun 1994 adalah dengan melakukan privatisasi terhadap BUMN. Privatisasi dilakukan dengan maksud untuk memperluas kepemilikan masyarakat atas saham Perseroan. Hal tersebut ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (”UUBMN”). Sebagai implementasi dari UUBMN, Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 33 tanggal 5 September 2005 tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero) (”PP Divestasi”). PP Divestasi menetapkan tentang cara-cara privatisasi yaitu dilakukan melalui penjualan saham berdasarkan ketentuan pasar modal, penjualan saham secara langsung kepada investor dan penjualan saham kepada manajemen dan/atau karyawan Persero yang bersangkutan. Pemerintah dapat melakukan privatisasi setelah DPR-RI memberikan persetujuan atas RAPBN yang di dalamnya terdapat target penerimaan negara dari hasil Privatisasi. Rencana privatisasi tersebut akan dituangkan dalam program tahunan privatisasi yang pelaksanaannya dikonsultasikan kepada DPR-RI. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 tanggal 14 Juli 2003, yang mewakili Pemerintah selaku pemegang saham Negara Republik Indonesia adalah Menteri Negara BUMN, yang mewakili Pemerintah Republik Indonesia selaku: 1. Pemegang Saham atau di dalam RUPS dari Perseroan Terbatas yang sebagian sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia; 2. Wakil Pemerintah pada Perusahaan Umum (PERUM); dan 3. Pembinaan Keuangan pada Perusahaan Jawatan (PERJAN). Dalam rangka pelaksanaan privatisasi, Pemerintah melalui Keputusan Presiden Nomor 122 tahun 2001 dan telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 7 tanggal 11 Januari 2002 tentang Tim Kebijakan Privatisasi BUMN, telah membentuk Tim Kebijakan Privatisasi BUMN dengan susunan keanggotaan sebagai berikut: Ketua merangkap Anggota: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Wakil Ketua merangkap Anggota / Ketua Harian: Menteri Negara BUMN Anggota: - Menteri Keuangan - Sekretaris Negara - Menteri Teknis sebagai regulator di sektor dimana BUMN melakukan kegiatan usaha Sekretaris: Sekretaris Menteri Negara BUMN 5 Menteri Negara BUMN dalam melaksanakan program privatisasi BUMN, melaksanakan tugas-tugas sebagai berikut: 1. Menetapkan BUMN yang akan menjalani program privatisasi; 2. Menetapkan metode privatisasi yang digunakan; 3. Menetapkan jenis serta rentangan jumlah saham yang dilepas; 4. Menetapkan rentangan harga jual saham; 5. Menyajikan perkiraan nilai yang dapat diperoleh dari program privatisasi suatu BUMN. Sebagai Ketua Harian pelaksanaan privatisasi BUMN, maka Menteri Negara BUMN melalui Surat Keputusan Nomor Kep-35/M.BUMN/2001 tanggal 27 November 2001 telah menetapkan cara-cara pelaksanaan privatisasi BUMN. Pemerintah dan BNI telah memperoleh izin Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang tertuang dalam Surat No.PW.00/2997/DPR RI/2007 tanggal 29 Maret 2007 mengenai Persetujuan Rencana Privatisasi PT BNI Tbk serta melalui Peraturan Pemerintah Nomor Tahun (PP Nomor) Tentang Penjualan Saham Milik Negara Republik Indonesia Pada Perusahaan Perseroan (Persero) PT Bank Negara Indonesia. Sesuai dengan keputusan DPR dan PP di atas, maka Negara Republik Indonesia akan melakukan divestasi lanjutan dengan cara Penawaran Umum (Saham Divestasi). Dalam waktu yang bersamaan, BNI juga melakukan Penawaran Umum Terbatas II dengan HMETD. Negara Republik Indonesia sebagai pemegang saham utama BNI akan melaksanakan seluruh haknya dalam Penawaran Umum Terbatas II dan seluruh saham baru hasil pelaksanaan tersebut akan langsung dijual kepada investor dalam Penawaran Umum (Saham Hasil Pelaksanaan HMETD).Dengan demikian Pemerintah melakukan Penawaran Umum kedua jenis saham BNI tersebut. Sesuai dengan tujuan pelaksanaannya, seluruh dana hasil Penawaran Umum setelah dikurangi dengan dana yang disetorkan ke rekening BNI sehubungan dengan Saham Hasil Pelaksanaan HMETD dan biaya-biaya privatisasi akan disetorkan langsung ke Kas Negara 6 PERNYATAAN HUTANG BNI Pada tanggal 31 Maret 2007, BNI mempunyai kewajiban sebesar Rp160.397 miliar dan Kewajiban Komitmen dan Kontinjensi sebesar Rp18.623 miliar dengan perincian sebagai berikut: 1. Kewajiban (dalam miliar Rupiah) Keterangan 31 Maret 2007 Kewajiban segera Simpanan nasabah: - Pihak yang mempunyai hubungan istimewa - Pihak ketiga Simpanan dari bank lain - Pihak yang mempunyai hubungan istimewa - Pihak ketiga Surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali Kewajiban derivatif Kewajiban akseptasi Surat berharga yang diterbitkan Pinjaman yang diterima Hutang pajak Kewajiban pajak tangguhan Estimasi kerugian atas komitmen dan kontinjensi Biaya yang masih harus dibayar dan kewajiban lain-lain Pinjaman subordinasi Jumlah kewajiban 1.315 36 141.692 2.588 13 2.687 992 4.702 311 138 3.652 2.271 160.397 2. Kewajiban Komitmen dan Kontinjensi (dalam miliar Rupiah) Keterangan 31 Maret 2007 Kewajiban komitmen - Fasilitas kredit kepada debitur yang belum digunakan - Irrevocable letters of credit yang masih berjalan Kewajiban kontinjensi - Garansi yang diterbitkan dalam bentuk: - Performance bonds - Bid bonds - Advance payment bonds - Standby letters of credit - Garansi bank lainnya 9.846 4.236 14.082 1.372 1.193 603 313 1.060 4.541 18.623 Jumlah kewajiban komitmen dan kontinjensi 7 ANALISIS DAN PEMBAHASAN OLEH MANAJEMEN BNI 1. Umum Kegiatan Usaha BNI merupakan salah satu perusahaan jasa keuangan dan bank terkemuka di Indonesia. BNI merupakan bank kedua terbesar dalam jumlah cabang dan ketiga terbesar dalam jumlah aktiva, kredit dan simpanan nasabah (berdasarkan informasi keuangan publikasi per tanggal 31 Maret 2007). Per 31 Maret 2007, BNI memiliki total aktiva sebesar Rp174.972 miliar, jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp69.133 miliar, dan simpanan nasabah sebesar Rp141.727 miliar. Kegiatan operasional dan perbandingan hasil keuangan bank dari tahun ke tahun sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal antara lain kondisi perekonomian di Indonesia, adanya perubahan kebijakan Pemerintah serta peraturan Perbankan, fluktuasi tingkat suku bunga dan nilai tukar. Perekonomian Indonesia Kondisi perekonomian dan moneter di Indonesia sangat berpengaruh dan akan terus memberikan dampak yang besar terhadap kondisi keuangan dan operasional BNI. Krisis ekonomi regional tahun 1997 berdampak buruk pada ketidakmampuan debitur dalam memenuhi kewajibannya, hal ini menyebabkan terjadinya penurunan kualitas aktiva produktif dan kualitas kredit yang diberikan, naiknya kredit bermasalah, penurunan nilai agunan, terbatasnya likuiditas dan permasalahan perbankan lainnya. Akibat krisis ekonomi tersebut Pemerintah melakukan tindakan dengan merestrukturisasi sektor perbankan di Indonesia. Untuk mendukung program ini Pemerintah didukung oleh IMF, World Bank dan Asian Development Bank, melalui program rekapitalisasi untuk bank komersial swasta dan bank Pemerintah dengan membentuk BPPN yang berperan sebagai koordinator restrukturisasi sektor perbankan nasional. Kebijakan Pemerintah Sektor perbankan Indonesia diatur secara ketat oleh undang-undang Perbankan untuk mengatur kegiatan operasional dan keuangan bank melalui kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia berdasarkan hukum dan undang-undang Indonesia. Sebagai contoh, di tahun 2005, Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan “one debtor policy” yang merupakan syarat kepada bank untuk mengklasifikasikan kredit yang diberikan kepada kelompok 20 debitur terbesar ke dalam klasifikasi yang terendah untuk setiap kredit yang diberikan kepada masing-masing debitur (atau debitur dalam kelompok tersebut) dapat diklasifikasikan dan ditentukan oleh bank-bank di Indonesia. Sehingga, apabila salah satu debitur dalam kelompok 20 debitur besar (atau debitur dalam kelompok tersebut) saat ini memiliki pinjaman kepada BNI atau memiliki pinjaman dengan bank-bank lain kemudian pinjaman tersebut bermasalah, BNI harus memenuhi persyaratan tersebut dengan mengklasifikasikan debitur tersebut (atau debitur kelompok tersebut) ke dalam kredit yang bermasalah meskipun seluruh persyaratan pembayaran telah terpenuhi. Akibat kebijakan tersebut di tahun 2005, BNI mereklasifikasi kredit yang diberikan sebesar Rp3,24 triliun yang sebelumnya tidak bermasalah menjadi bermasalah, sehingga BNI harus mencadangkan penyisihan yang besar atas kredit tersebut. Rekapitalisasi Krisis ekonomi di Indonesia tahun 1997 berdampak besar pada bank-bank Pemerintah termasuk BNI, sebagian besar kredit korporasi BNI menjadi kredit bermasalah dan CAR menurun tajam dibawah tingkat minimum 8,0% yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Menghadapi situasi tersebut, Pemerintah memutuskan untuk merekapitalisasi sejumlah bank milik Pemerintah, termasuk BNI, di bawah program rekapitalisasi. Program ini bertujuan untuk menghapuskan sebagian dari akumulasi kerugian bankbank yang berada dalam program ini sehingga dapat memenuhi CAR 4,0%. Pada 30 Juni 1999, BNI menerbitkan saham baru melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) sebesar 151.904.480.000 lembar Saham Seri C. Setiap pemegang saham dari satu lembar saham lama memperoleh hak untuk membeli 35 lembar saham baru dengan harga Rp347,58 per lembar saham. 8 Sebagai akibat dari HMETD ini BNI menerbitkan 683.916.500 lembar Saham Seri C kepada publik pada tanggal 21 Juli 1999 dan 151.220.563.500 lembar Saham Seri C kepada Pemerintah pada tanggal 7 April 2000 dan 30 Juni 2000 sebagai bagian dari program rekapitalisasi Pemerintah di bawah Peraturan Pemerintah No.52 tahun 1999. Pada tanggal 26 Juni 2000, BNI menerbitkan 44.946.404.500 lembar tambahan Saham Seri C baru kepada Pemerintah atas persetujuan Menteri Keuangan dengan nilai rekapitalisasi sebesar Rp61,8 triliun, lebih tinggi Rp9 triliun dari angka yang dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah No. 52 tahun 1999. Pada tanggal 20 Juli 2001, modal BNI berkurang sebanyak 1.965.701.500 lembar Saham Seri C sebagai bentuk pembayaran kembali kepada Pemerintah atas kelebihan pembayaran dana rekapitalisasi. Pemegang saham publik mengalami dilusi kepemilikan dari sekitar 25% sebelum rekapitalisasi menjadi kurang dari 1% setelah rekapitalisasi. Perpajakan Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2004, BNI tidak melakukan pembayaran pajak karena BNI memperoleh fasilitas ”tax loss carry forward” yang dapat dikompensasikan dengan pendapatan pada tahun tertentu. Namun untuk pembayaran pajak pada periode yang berakhir tanggal 31 Desember 2005 dan 2006 fasilitas”tax loss carry forward” tersebut telah berakhir, sehingga tidak dapat dipergunakan lagi untuk mengurangi pajak pendapatan pada akhir 31 Desember 2007 dan dimasa yang akan datang. Perubahan pada Nilai Surat berharga, Nilai Tukar Mata Uang Asing dan Tingkat Suku Bunga Nilai tukar mata uang asing, tingkat suku bunga dan harga surat berharga mengalami fluktuasi secara signifikan di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Fluktuasi ini berdampak diantaranya terhadap permintaan atas produk dan jasa, nilai dan tingkat pengembalian (rate of return) aktiva, ketersediaan pendanaan dan cost of fund serta kondisi keuangan nasabah BNI. Tingkat suku bunga SBI juga mengalami fluktuasi pada periode yang sama, seperti pada tabel berikut: Tahun 2004 2005 2006 2007 31 Maret 30 Juni 30 September 31 Desember 7,4% 7,4% 12,8% 9,0% 7,3% 8,3% 12,5% - 7,4% 10,0% 11,3% - 7,4% 12,8% 9,8% - Sumber : Bank Indonesia 2. Kebijakan Akuntansi Penting Catatan atas laporan keuangan konsolidasi BNI dan Anak Perusahaan berisi ikhtisar kebijakan akuntansi penting. Beberapa dari kebijakan ini sangat penting bagi penyajian kondisi keuangan BNI, karena kebijakan-kebijakan tersebut mengharuskan manajemen untuk membuat pertimbangan dalam kondisi sulit, kompleks dan subyektif, beberapa diantaranya dimungkinkan memiliki keterkaitan dengan hal-hal tidak pasti. Klasifikasi Aktiva Produktif Bermasalah dan Penyisihan Kerugian Aktiva Produktif Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia, BNI telah mencadangkan penyisihan untuk kerugian ke dalam ”pencadangan umum” dimana portofolio kredit BNI dikategorikan (1)”lancar”, (2) ”dalam perhatian khusus”, (3)”kurang lancar”, (4)”diragukan”, dan (5)”macet”. Dalam mengklasifikasikan kredit, manajemen BNI mempertimbangkan berbagai faktor termasuk prospek dari debitur. Apabila terdapat perbedaan pengklasifikasian kredit antara yang ditetapkan oleh BNI dan Bank Indonesia, maka manajemen wajib mengikuti rekomendasi dari Bank Indonesia. 9 Penilaian Obligasi Pemerintah dan Surat Berharga BNI memiliki jumlah Obligasi Pemerintah yang cukup signifikan, BNI melakukan investasi pada berbagai jenis instrumen keuangan, termasuk SBI dan surat hutang. Surat berharga tersebut terbagi dalam surat berharga yang “diperdagangkan”, “tersedia untuk dijual” atau “dimiliki hingga jatuh tempo”. 3. Perpajakan Semua perbedaan temporer antara jumlah tercatat aktiva dan kewajiban dengan dasar pengenaan pajaknya diakui sebagai pajak tangguhan dengan metode kewajiban (liability method). Tarif pajak yang berlaku saat ini dipakai untuk menentukan pajak tangguhan. Aktiva pajak tangguhan diakui apabila besar kemungkinan bahwa jumlah laba fiskal pada masa mendatang akan memadai untuk dapat dikompensasi. Koreksi terhadap kewajiban perpajakan diakui saat surat ketetapan pajak diterima atau jika mengajukan keberatan, pada saat keputusan atas keberatan tersebut telah ditetapkan. 4. Pendapatan dan Beban Pos-pos penting pada laporan laba rugi konsolidasi BNI adalah pendapatan bunga, pendapatan fee dan komisi, beban bunga, beban fee dan komisi, pendapatan operasional lainnya, beban operasional lainnya, pendapatan non-operasional bersih dan manfaat (beban) pajak. Penjelasan singkat dari pos-pos ini adalah sebagai berikut: • Pendapatan Bunga. Pos ini terdiri dari pendapatan bunga yang terutama diperoleh dari portofolio Obligasi Pemerintah, kredit, dan surat-surat berharga. BNI juga menerima pendapatan dari penempatan pada bank-bank lainnya, termasuk Bank Indonesia, serta produk-produk perbankan Syariah. Pendapatan bunga lain-lain termasuk bunga non-kredit. • Pendapatan Provisi dan Komisi atas pinjaman yang diberikan. Pendapatan provisi dan komisi atas pinjaman yang diberikan termasuk fee administrasi, komitmen fee, dan fee lainnya dan komisi lainnya yang ditagihkan kepada nasabah BNI pada saat pemberian kredit atau fasilitas baru atau kontrak baru. • Beban Bunga. Pos ini terutama terdiri atas bunga yang dibayarkan atau dicatat atas simpanan dari nasabah, pinjaman yang diterima, dan instrumen hutang lain yang diterbitkan BNI, seperti penerbitan obligasi. Beban bunga dari penerbitan obligasi subordinasi BNI sebesar 250 juta Dollar AS termasuk beban bunga atas pinjaman. BNI juga membayar bunga atas simpanan dari bank lain. • Biaya lain-lain. Beban fee dan komisi termasuk komitmen fee dan fee lainnya dan biaya komisi dari bank atau pasar uang lainnya pada saat dikeluarkannya pinjaman. • Pendapatan Operasional Lain. Pos ini terdiri atas fee dan komisi lain-lain, keuntungan selisih kurs valuta asing, fee dan komisi ekspor impor, keuntungan dari penjualan surat berharga (dikurangi oleh kerugian penjualan surat berharga), dan Obligasi Pemerintah dan pendapatan lain-lain. Fee dan komisi yang berhubungan dengan pengelolaan rekening nasabah (fee layanan bulanan dan pengenaan biaya pada rekening dibawah minimum), biaya transfer, fee bisnis kartu, fee bank garansi, fee investment banking, fee dan jasa layanan lainnya (terutama yang terkait dengan biaya 1% yang dikenakan untuk penarikan dana dalam Dolar AS dari rekening Dolar AS) serta pendapatan lainnya. Keuntungan dan kerugian selisih kurs termasuk keuntungan dan kerugian yang direalisasi dan yang belum direalisasi untuk transaksi spot dan forward dan nilai tukar mata uang asing (seperti keuntungan atau kerugian dari penjabaran neraca keuangan BNI per tanggal neraca). Keuntungan surat berharga termasuk keuntungan (setelah dikurangi kerugian) dari perdagangan surat berharga dan surat berharga yang disesuaikan dengan harga pasar dan portofolio perdagangan obligasi pemerintah BNI. Pendapatan lain-lain termasuk biaya fee pada penggunaan layanan tambahan kartu kredit antara lain asuransi, penerimaan dari pinjaman yang telah dihapusbukukan sebelumnya, beban biaya reimbursement pada nasabah dan pendapatan yang diperoleh dari anak perusahaan yang dialokasikan pada pendapatan operasional lain-lain. 10 • Penyisihan untuk kerugian aktiva produktif. BNI telah melakukan penyisihan atas kerugian kualitas aktiva produktif termasuk penempatan pada bank-bank lain, surat berharga, biaya dan tagihan lain-lain, kredit yang diberikan dan investasi. • Beban Operasional Lain. Pos ini terutama terdiri atas beban gaji dan kesejahteraan karyawan, beban umum dan administrasi, dan biaya lain-lain. Beban gaji dan kesejahteraan karyawan termasuk beban biaya gaji dan upah, tunjangan karyawan, dan pendidikan dan pelatihan. Beban biaya umum dan administrasi termasuk biaya sewa, persediaan kantor, biaya komunikasi, teknologi informasi, beban perbaikan dan pemeliharaan, listrik dan air, beban transportasi, penelitian dan pengembangan, dan beban lainnya. Pos lain-lain ini termasuk biaya promosi umum, asuransi, biaya administrasi non-kredit, biaya operasional lainnya (terutama overhead, pajak, dan beban lainnya dari kantor cabang luar negeri), fee sesuai dengan Program Penjaminan Pemerintah dikenakan biaya sebesar 0,1% per tahun yang dihitung berdasarkan nilai rata-rata simpanan dan biaya lain-lain. • Pendapatan Non-Operasional dikurangi beban non-operasional. Pos ini terdiri dari keuntungan dari pelepasan aktiva, beban dari penghapusbukuan kewajiban dan pendapatan lain-lain. • Manfaat (Beban) Pajak. Pos ini terdiri atas pajak penghasilan badan kini dan pendapatan pajak tangguhan. • Hak minoritas dalam laba bersih anak perusahaan. Terdiri dari minoritas atas porsi saham yang dimiliki BNI terhadap laba bersih dan ekuitas dikurangi oleh pemegang saham mayoritas anak perusahaan. 5. Hasil Operasi Laporan keuangan periode tiga bulan yang berakhir 31 Maret 2007 Pendapatan Bunga Pendapatan bunga untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2007 adalah sebesar Rp3.594 miliar. Tabel berikut menggambarkan komponen-komponen dari Pendapatan Bunga: (dalam miliar Rupiah) Periode tiga Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Maret 2007 Pendapatan Bunga dari pinjaman/pembiayaan(1) Pendapatan Bunga dari Obligasi Pemerintah Pendapatan Bunga dari Penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia Pendapatan Bunga dari Surat Berharga(2) Lain-lain(3) 1.850 1.035 409 287 13 Total Pendapatan bunga 3.594 (1) Termasuk pendapatan dari produk Syariah. (2) Termasuk pendapatan bunga dari wesel ekspor dan tagihan lainnya. (3) Termasuk pendapatan bunga dari non-kredit Pendapatan provisi dan komisi atas kredit yang diberikan Pendapatan provisi dan komisi atas kredit yang diberikan sebesar Rp57 miliar untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2007. Beban Bunga Beban bunga adalah sebesar Rp2.161 miliar untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2007. 11 Tabel berikut menggambarkan komponen-komponen dari beban bunga: (dalam miliar Rupiah) Periode tiga Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Maret 2007 Beban Bunga atas Simpanan Pihak Ketiga dan Bank-bank lain Beban Bunga atas Pinjaman yang Diterima(1) Beban Bunga atas Surat Berharga yang Diterbitkan(2) Lain-lain(3) 1.855 123 116 67 Total Beban Bunga 2.161 (1) Termasuk beban bunga obligasi subordinasi yang diterbitkan BNI senilai 150 juta Dollar AS (2) Termasuk beban bunga obligasi subordinasi yang diterbitkan BNI senilai 100 juta Dollar AS (3) Termasuk saldo penyesuaian antar kantor cabang yang mencerminkan perbedaan waktu (temporer) pencatatan antara akun di kantor pusat dan akun di kantor cabang. Pendapatan Bunga - Bersih Pendapatan bunga bersih untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2007 adalah sebesar Rp1.479 miliar . Tabel berikut menggambarkan komponen-komponen dari Pendapatan Bunga - Bersih: (dalam miliar Rupiah) Periode tiga Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Maret 2007 3.594 57 (2.161) (11) Pendapatan Bunga Pendapatan Provisi dan Komisi Beban Bunga Beban pendanaan lainnya Pendapatan Bunga – Bersih 1.479 Pendapatan Operasional Lainnya Pendapatan operasional lainnya adalah sebesar Rp1.210 miliar untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2007. Tabel berikut menggambarkan komponen-komponen dari pendapatan operasional lainnya: (dalam miliar Rupiah) Periode tiga Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Maret 2007 Pendapatan premi asuransi 258 Pendapatan provisi dan komisi lain-lain 353 Laba Selisih Kurs-bersih 70 Keuntungan dari Kenaikan Nilai dan Penjualan Surat Berharga dan Obligasi Pemerintah-bersih 457 Lain-lain 73 Total pendapatan operasional lainnya 1.210 Penyisihan Kerugian Atas Aktiva Produktif Penyisihan kerugian atas aktiva produktif untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2007 adalah sebesar Rp623 miliar. 12 Beban Operasional Lainnya Beban operasional lainnya untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2007 adalah sebesar Rp1.620 miliar. Tabel berikut menggambarkan komponen-komponen dari beban operasional lainnya: (dalam miliar Rupiah) Periode tiga Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Maret 2007 Gaji dan Tunjangan Karyawan 661 Beban Umum dan Administrasi 505 Beban Asuransi Anak Perusahaan(1) 251 Biaya Promosi 45 Lain-lain 158 Total Beban operasional lain-lain 1.620 (1) Termasuk beban promosi umum, asuransi, biaya administrasi non-kredit, dan biaya operasional lainnya (termasuk overhead, pajak dan beban lainnya pada kantor cabang luar negeri) dan lainlain. Laba Operasional Bersih Laba operasional bersih BNI pada periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2007 sebesar Rp446 miliar. Tabel berikut menggambarkan komponen-komponen dari Laba Operasional Bersih: (dalam miliar Rupiah) Periode tiga Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Maret 2007 Pendapatan Bunga(1) Beban Bunga(2) Pendapatan Bunga – Bersih Pendapatan Operasional lainnya Penyisihan kerugian aktiva produktif Beban Operasional lainnya Laba Operasional Bersih (1) Termasuk pendapatan provisi dan komisi atas kredit yang diberikan. (2) Termasuk biaya pendanaan lainnya 3.651 (2.172) 1.479 1.210 (623) (1.620) 446 Pendapatan Non-Operasional bersih Pendapatan non-operasional bersih untuk periode tiga bulan yang berakhir pada 31 Maret 2007 adalah sebesar Rp160 miliar. Laba Sebelum Pajak Penghasilan dan Hak Minoritas Laba sebelum pajak penghasilan dan hak minoritas untuk periode tiga bulan yang berakhir pada 31 Maret 2007 adalah sebesar Rp606 miliar. Pajak Penghasilan Pajak penghasilan untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2007 adalah sebesar Rp205 miliar. 13 Laba Sebelum Hak Minoritas Laba sebelum hak minoritas untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2007 adalah sebesar Rp401 miliar. Hak Minoritas Hak minoritas dalam bentuk rugi bersih dari anak perusahaan untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2007 adalah sebesar Rp828 juta. Laba Bersih Laba bersih untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2007 adalah sebesar Rp400 miliar. Perbandingan Laporan Keuangan 31 Desember 2006 dengan 31 Desember 2005 Pendapatan Bunga Pendapatan bunga meningkat sebesar Rp2.347 miliar, atau 19,0% dari Rp12.357 miliar pada tahun 2005 menjadi Rp14.704 miliar di tahun 2006. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan bunga Obligasi Pemerintah sebesar Rp3.723 miliar pada tahun 2005 menjadi Rp4.629 miliar pada tahun 2006 dan peningkatan yield atas Obligasi Pemerintah dari 9,9% tahun 2005 menjadi 12,3% tahun 2006, serta kenaikan pendapatan bunga dari surat berharga dan penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia, sebagai akibat dari peningkatan saldo rata-rata. Pendapatan bunga atas pinjaman/pembiayaan (termasuk pendapatan dari produk Syariah) meningkat dari Rp6.797 miliar tahun 2005 menjadi Rp7.302 miliar di tahun 2006, sebagai akibat ekspansi kredit pada semester dua tahun 2006. Tabel berikut menggambarkan komponen-komponen dari Pendapatan Bunga dari setiap periode: (dalam miliar Rupiah) Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2005 2006 6.797 7.302 Pendapatan Bunga dari Pinjaman/Pembiayaan (1) Pendapatan Bunga dari Obligasi Pemerintah 3.723 4.629 Pendapatan Bunga dari Surat berharga(2) 917 1.329 Pendapatan Bunga dari Penempatan pada bank lain & Bank Indonesia 812 1.349 Lain-lain(3) 108 95 Total Pendapatan bunga 12.357 14.704 (1) Termasuk pendapatan dari produk Syariah (2) Termasuk pendapatan bunga dari wesel ekspor dan tagihan lainnya (3) Termasuk pendapatan dari pendapatan bunga dari non-kredit. Pada tahun 2005 dan 2006, pendapatan bunga lainnya memasukkan pendapatan bunga dari anak perusahaan yang tidak direalokasikan ke pendapatan bunga lainnya. Pendapatan Provisi dan Komisi atas pinjaman/pembiayaan yang diberikan Pendapatan provisi dan komisi atas pinjaman/pembiayaan yang diberikan menurun sebesar Rp12 miliar atau 3,4% dari Rp351 miliar pada tahun 2005, menjadi Rp339 miliar pada tahun 2006. Beban Bunga Beban bunga meningkat Rp2.173 miliar, atau 39,7% dari Rp5.467 miliar pada tahun 2005, menjadi Rp7.640 miliar pada tahun 2006. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan beban bunga simpanan nasabah dan bank lain (termasuk beban atas produk syariah) sebesar Rp2.254 miliar. 14 Tabel berikut menggambarkan komponen-komponen dari Beban Bunga dari setiap periode: (dalam miliar Rupiah) Beban Bunga atas Simpanan Nasabah dan Bank Lain(1) Beban Bunga atas Pinjaman yang Diterima(2) Beban Bunga atas Surat Berharga yang Diterbitkan Total Beban Bunga Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2005 2006 4.395 6.649 681 575 391 416 5.467 7.640 (1) Termasuk beban “Bagi Hasil Mudharabah dan Bonus Wadiah”yang dikategorikan sebagai lain-lain dalam laporan keuangan (2) Termasuk beban bunga obligasi subordinasi yang diterbitkan BNI senilai 250 juta Dollar AS Beban Pendanaan lainnya Beban pendanaan lainya menurun sebesar Rp43 miliar atau 62,3% dari Rp69 miliar di tahun 2005 menjadi Rp26 miliar di tahun 2006. Penurunan ini terutama disebabkan oleh turunnya aktivitas pinjaman yang diterima BNI, sejalan dengan meningkatnya likuiditas dari Dana Pihak Ketiga. Pendapatan Bunga - Bersih Pendapatan bunga bersih meningkat sebesar Rp205 miliar, atau 2,9% dari Rp7.172 miliar pada tahun 2005 menjadi Rp7.377 miliar di tahun 2006. Kenaikan ini umumnya disebabkan oleh kenaikan pendapatan bunga sebesar Rp2.347 miliar, yang dikompensasikan oleh kenaikan beban bunga sebesar Rp2.173 miliar. Tabel berikut menggambarkan komponen-komponen dari Pendapatan Bunga - Bersih dari setiap periode: (dalam miliar Rupiah) Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2005 12.357 351 (5.467) (69) 7.172 Pendapatan Bunga Pendapatan Provisi dan Komisi Beban Bunga Beban pendanaan lainnya Pendapatan Bunga – Bersih 2006 14.704 339 (7.640) (26) 7.377 Pendapatan Operasional Lainnya Pendapatan operasional lainnya meningkat sebesar Rp760 miliar, atau 36,2% dari Rp2.101 miliar pada tahun 2005 menjadi Rp2.861 miliar di tahun 2006. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh kenaikan keuntungan bersih atas surat berharga dan Obligasi Pemerintah sebesar Rp564 miliar dan kenaikan pendapatan provisi dan komisi atas jasa layanan perbankan lainnya sebesar Rp196 miliar pada tahun 2006 dibandingkan tahun 2005. 15 Tabel berikut memberikan rincian komponen pendapatan operasional lainnya untuk masing-masing periode: (dalam miliar Rupiah) Provisi dan Komisi Jasa Perbankan Lainnya Laba Selisih Kurs-bersih Keuntungan dari Kenaikan Nilai dan Penjualan Surat Berharga & Obligasi Pemerintah-Bersih Pendapatan premi asuransi Lain-lain Total pendapatan operasional lainnya Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2005 2006 1.172 1.368 110 184 67 264 488 2.101 631 278 400 2.861 Penyisihan Kerugian Aktiva Produktif Biaya penyisihan kerugian aktiva produktif meningkat sebesar Rp63 miliar, atau 5,0% dari Rp1.256 miliar pada tahun 2005 menjadi Rp1.319 miliar di tahun 2006. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh adanya tambahan pembentukan biaya penyisihan kerugian dari Penyertaan Sementara Bank (PSB). Beban Operasional Lainnya Beban operasional lainnya meningkat sebesar Rp506 miliar, atau 8,8% dari Rp5.752 miliar pada tahun 2005 menjadi Rp6.258 miliar di tahun 2006. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh kenaikan gaji dan tunjangan karyawan, dan beban umum dan administrasi, di tahun 2006. Tabel berikut memberikan rincian komponen beban operasional lainnya untuk masing-masing periode: (dalam miliar Rupiah) Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2005 2006 2.637 2.909 2.108 2.273 236 281 215 251 556 544 5.752 6.258 Gaji dan Tunjangan Karyawan Beban Umum dan Administrasi Beban asuransi Biaya promosi Lain-lain(1) Total Beban operasional lainnya (1) Termasuk beban program penjaminan, beban administrasi non-kredit, beban operasional lainnya (termasuk overhead, pajak dan beban lainnya dari kantor cabang luar negeri) dan lain-lain. Laba Operasional Bersih Laba operasional bersih BNI meningkat sebesar Rp396 miliar atau 17,5% dari Rp2.265 miliar pada tahun 2005 menjadi Rp2.661 miliar di tahun 2006. 16 Tabel berikut menjabarkan komponen-komponen laba operasional bersih untuk tiap-tiap periode: (dalam miliar Rupiah) Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2005 2006 12.708 15.043 (5.536) (7.666) 7.172 7.377 2.101 2.861 (1.256) (1.319) (5.752) (6.258) 2.265 2.661 Pendapatan Bunga(1) Beban Bunga(2) Pendapatan Bunga – Bersih Pendapatan Operasional lainnya Penyisihan atas kerugian aktiva produktif Beban Operasional lainnya Laba Operasional Bersih (1) Termasuk pendapatan provisi dan komisi atas pinjaman/pembiayaan yang diberikan (2) Termasuk beban pendanaan lainnya Pendapatan Non Operasional – Bersih Laba Non Operasional – Bersih BNI meningkat sebesar Rp189 miliar dari beban sebesar Rp10 miliar di tahun 2005 menjadi pendapatan sebesar Rp179 miliar pada tahun 2006. Laba Sebelum Pajak Penghasilan dan Hak Minoritas Laba sebelum pajak penghasilan dan hak minoritas meningkat sebesar Rp585 miliar atau 25,9% dari Rp2.255 miliar pada tahun 2005 menjadi Rp2.840 miliar pada tahun 2006. Pajak Penghasilan Pajak penghasilan meningkat sebesar Rp72 miliar dari Rp839 miliar pada tahun 2005 menjadi Rp911 miliar pada tahun 2006. Peningkatan dalam pajak penghasilan terutama disebabkan oleh berakhirnya fasilitas “tax loss carry forward”. Laba Sebelum Hak Minoritas Laba sebelum hak minoritas meningkat sebesar Rp512 miliar, atau 36,1% dari Rp1.417 miliar pada tahun 2005 menjadi Rp1.929 miliar di tahun 2006. Disebabkan adanya keuntungan dari hasil penjualan Obligasi Pemerintah sebesar Rp564 miliar. Hak Minoritas Atas Laba Bersih Anak Perusahaan Hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan pada laba bersih anak-anak perusahaan meningkat dari Rp2 miliar pada tahun 2005 menjadi Rp3 miliar pada tahun 2006. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan laba bersih anak perusahaan yang dikonsolidasikan. Laba Bersih Laba bersih BNI meningkat sebesar sebesar Rp511 miliar atau 36,1% dari Rp1.415 miliar pada tahun 2005 menjadi Rp1.926 miliar di tahun 2006. Perbandingan Laporan Keuangan 31 Desember 2005 dengan 31 Desember 2004 Pendapatan Bunga Pendapatan bunga meningkat sebesar Rp887 miliar, atau 7,7% dari Rp11.470 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp12.357 miliar di tahun 2005. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan bunga atas pinjaman yang diberikan sebesar Rp605 miliar, peningkatan bunga sebesar Rp220 miliar dalam penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia, serta kenaikan sebesar Rp220 miliar atas pendapatan bunga dari surat berharga, yang dikompensasikan dengan penurunan sebesar Rp203 miliar atas pendapatan bunga dari Obligasi Pemerintah dalam periode yang sama. 17 Tabel berikut menggambarkan komponen-komponen dari Pendapatan Bunga dari setiap periode: (dalam miliar Rupiah) Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2005 2006 Pendapatan Bunga dari Pinjaman/Pembiayaan yang Diberikan(1) 6.192 6.797 Pendapatan Bunga dari Obligasi Pemerintah 3.926 3.723 Pendapatan Bunga dari Surat berharga(2) 697 917 Pendapatan Bunga dari Penempatan di Bank Lain dan Bank Indenesia 592 812 Lain-lain(3) 63 108 Total Pendapatan bunga 11.470 12.357 (1) Termasuk pendapatan dari produk Syariah (2) Termasuk pendapatan bunga wesel dan tagihan lainnya (3) Termasuk pendapatan dari pendapatan bunga dari non-kredit. Pendapatan Provisi dan Komisi atas pinjaman/pembiayaan yang diberikan Pendapatan provisi dan komisi atas pinjaman/pembiayaan yang diberikan meningkat sebesar Rp33 miliar atau 10,3% dari Rp318 miliar pada tahun 2004, menjadi Rp351 miliar pada tahun 2005. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh penambahan kredit baru di tahun 2005, sehingga mengakibatkan peningkatan pendapatan provisi dan komisi. Beban Bunga Beban bunga meningkat Rp904 miliar, atau 19,8% dari Rp4.563 miliar pada tahun 2004, menjadi Rp5.467 miliar pada tahun 2005. Peningkatan beban bunga sebesar Rp230 miliar merupakan kenaikan atas pendapatan bunga pinjaman dan kenaikan beban bunga sebesar Rp99 miliar atas surat berharga yang diterbitkan. Tabel berikut menggambarkan komponen-komponen dari Beban Bunga dari setiap periode: (dalam miliar Rupiah) Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember Beban Bunga atas Simpanan nasabah dan bank lain(1) Beban Bunga atas Pinjaman yang Diterima(2) Beban Bunga atas Surat Berharga yang Diterbitkan Total Beban Bunga 2005 3.820 451 292 4.563 2006 4.395 681 391 5.467 (1) Termasuk beban “Bagi Hasil Mudharabah dan Bonus Wadiah”yang dikategorikan sebagai lain-lain dalam laporan keuangan (2) Termasuk beban bunga pinjaman subordinasi yang diterbitkan BNI senilai 250 juta Dollar AS Beban Pendanaan lainnya Beban pendanaan lainnya menurun sebesar Rp15 miliar atau 17,9% dari Rp84 miliar di tahun 2004 menjadi Rp69 miliar di tahun 2005. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan beban provisi dan komisi dari pinjaman yang diterima dan pinjaman pasar uang, sejalan dengan penurunan ratarata saldo pinjaman BNI. 18 Pendapatan Bunga - Bersih Pendapatan bunga bersih meningkat sebesar Rp31 miliar, atau 0,4% dari Rp7.141 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp7.172 miliar di tahun 2005. Kenaikan ini umumnya disebabkan oleh peningkatan sebesar Rp920 miliar dari pendapatan bunga di tahun 2005 dibandingkan dengan tahun 2004, yang dikompensasi dengan meningkatnya beban bunga sebesar Rp889 miliar pada periode yang sama. Tabel berikut menggambarkan komponen-komponen dari Pendapatan Bunga - Bersih dari setiap periode: (dalam miliar Rupiah) Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2005 2006 11.470 12.357 318 351 (4.563) (5.467) (84) (69) 7.141 7.172 Pendapatan Bunga Pendapatan Provisi dan Komisi Beban Bunga Beban Pendanaan lainnya Pendapatan Bunga – Bersih Pendapatan Operasional Lainnya Pendapatan operasional lainnya turun sebesar Rp662 miliar, atau 24,0% dari Rp2.763 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp2.101 miliar di tahun 2005. Penurunan ini terutama disebabkan oleh turunnya laba selisih kurs sebesar Rp112 miliar dan penurunan laba dari surat berharga sebesar Rp579 miliar di tahun 2005 dibandingkan dengan tahun 2004, yang dikompensasi dengan kenaikan pendapatan dari premi asuransi sebesar Rp122 miliar pada periode yang sama. Tabel berikut memberikan rincian komponen pendapatan operasional lainnya untuk masing-masing periode: (dalam miliar Rupiah) Provisi dan Komisi Jasa Perbankan Lainnya Keuntungan Selisih Kurs-bersih Keuntungan dari Kenaikan Nilai dan Penjualan Surat Berharga dan Obligasi Pemerintah Pendapatan premi asuransi Lain-lain Total pendapatan operasional lainnya Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2005 2006 1.261 1.172 222 110 646 142 492 2.763 67 264 488 2.101 Penyisihan Kerugian Aktiva Produktif Penyisihan kerugian aktiva produktif turun sebesar Rp872 miliar atau 41,0% dari Rp 2.128 miliar di tahun 2004, menjadi Rp1.256 miliar ditahun 2005. Disebabkan oleh meningkatnya kualitas aktiva produktif selama tahun 2005 dan disamping itu BNI melakukan perbaikan-perbaikan dalam administrasi dan penilaian terhadap agunan-agunan sehingga dapat dipergunakan sebagai pengurang dalam perhitungan penyisihan kerugian aktiva produktif. 19 Beban Operasional Lainnya Beban operasional lainnya meningkat sebesar Rp1.066 miliar, atau 22,7% dari Rp4.686 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp5.752 miliar di tahun 2005. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh kenaikan gaji dan tunjangan karyawan sebesar Rp376 miliar, peningkatan beban umum dan administrasi sebesar Rp526 miliar. Tabel berikut memberikan rincian komponen beban operasional lainnya untuk masing-masing periode: (dalam miliar Rupiah) Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2005 2006 2.261 2.637 1.582 2.108 141 236 186 215 516 556 4.686 5.752 Gaji dan Tunjangan Karyawan Beban Umum dan Administrasi Beban asuransi Biaya promosi Lain-lain(1) Total Beban operasional lainnya (1) Termasuk beban promosi umum, asuransi, beban program penjaminan, beban asuransi, beban administrasi non-kredit, beban operasional lainnya (termasuk overhead, pajak dan beban lainnya dari kantor cabang luar negeri) dan lain-lain. Laba Operasional Bersih Laba operasional bersih BNI menurun sebesar Rp825 miliar atau 26,7% dari Rp3.090 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp2.265 miliar di tahun 2005. Hal ini disebabkan terutama dampak faktor eksternal yaitu kenaikan harga BBM dan penyeragaman kualitas aktiva produktif (“one debtor concept”). Tabel berikut menjabarkan komponen-komponen laba operasional bersih untuk tiap-tiap periode: ((dalam miliar Rupiah) Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2005 2006 11.788 12.708 (4.647) (5.536) 7.141 7.172 2.763 2.101 (2.128) (1.256) (4.686) (5.752) 3.090 2.265 Pendapatan Bunga(1) Beban Bunga(2) Pendapatan Bunga – Bersih Pendapatan Operasional lainnya Penyisihan atas kerugian aktiva produktif Beban Operasional lainnya Laba Operasional Bersih (1) Termasuk pendapatan provisi dan komisi atas pinjaman/pembiayaan yang diberikan (2) Termasuk beban pendanaan lainnya Laba Non Operasional – Bersih Laba non operasional – bersih BNI naik sebesar Rp6 miliar atau 37,5% dari rugi non operasional sebesar Rp16 miliar di tahun 2004 menjadi rugi non-operasional Rp10 miliar pada tahun 2005. Penurunan ini terutama disebabkan oleh adanya penghapusbukuan aktiva tetap. Laba Sebelum Pajak Penghasilan Laba sebelum pajak penghasilan turun sebesar Rp819 miliar atau 26,6% dari Rp3.074 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp2.255 miliar pada tahun 2005. 20 Pajak Penghasilan Pajak penghasilan meningkat dari manfaat pajak sebesar Rp19 miliar di tahun 2004 menjadi biaya pajak penghasilan sebesar Rp839 miliar pada tahun 2005. Pada tahun 2004 BNI memiliki fasilitas “tax loss carry forward” sehingga beban pajak Rp19 miliar merupakan pajak penghasilan untuk anak perusahaan. Laba Setelah Pajak Penghasilan Laba setelah pajak penghasilan turun sebesar Rp1.675 miliar, atau 54,2% dari Rp3.093 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp1.417 miliar pada tahun 2005. Hak Minoritas Hak minoritas pada rugi bersih anak perusahaan turun sebesar Rp1 miliar dari Rp3 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp2 miliar pada tahun 2005. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan rugi bersih anak perusahaan yang dikonsolidasikan. Laba Bersih Laba bersih BNI turun sebesar Rp1.675 miliar atau 54,2% dari Rp3.090 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp1.415 miliar di tahun 2005. 6. Likuiditas dan Sumber Permodalan Kegiatan usaha BNI selama tahun 2004, 2005 dan 2006 serta periode tiga bulan pertama tahun 2007, sebagian besar dibiayai oleh kombinasi antara penerimaan dari pendapatan bunga portofolio kredit, pendapatan bunga dan penjualan Obligasi Pemerintah serta meningkatnya jumlah simpanan. BNI juga memelihara cadangan likuiditas (giro wajib minimum) yang melebihi persyaratan minimum Bank Indonesia untuk mengantisipasi penarikan simpanan dalam jumlah besar oleh nasabah. BNI telah menggunakan sebagian besar dananya untuk pembayaran beban bunga atas simpanan dan pinjaman yang diterima, pemberian kredit, pembayaran kembali pinjaman yang diterima, dan pembayaran beban operasi (termasuk beban gaji dan tunjangan serta beban umum dan administrasi). Tabel di bawah ini menunjukkan informasi mengenai posisi likuiditas BNI: (dalam miliar Rupiah, kecuali persentase) Aktiva Likuid (1) LDR(2) Aktiva Likuid sebagai Persentase dari Total Aktiva 2004 30.929 55,1% 22,6% Per 31 Desember 2005 37.952 54,3% 25,7% 2006 53.212 50,0% 31,4% Aktiva Likuid sebagai Persentase dari Simpanan(2) 29,4% 32,9% 39,1% Per 31 Maret 2007 58.819 48,7% 33,8% 41,6% (1) Aktiva likuid terdiri dari Kas, Giro pada Bank Indonesia dan bank lain, Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain, dan surat berharga (termasuk Obligasi Pemerintah untuk diperdagangkan). (2) Tidak termasuk simpanan dari bank lain. 7. Arus Kas Tabel berikut ini memuat ikhtisar Laporan Arus Kas BNI: (dalam miliar Rupiah) Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember Arus kas bersih dari Aktivitas Operasi Arus kas bersih dari Aktivitas Investasi Arus kas bersih dari Aktivitas Pendanaan 2004 (2.048) 6.472 (1.073) 2005 2.022 (51) (1.156) 2006 7.958 (2.188) (2.118) Untuk Periode Tiga Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Maret 2007 (2.314) 2.449 150 3.351 815 3.652 285 (Penurunan)/ Kenaikan bersih kas dan setara kas 21 Arus Kas dari Aktivitas Operasi Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasional untuk periode tiga bulan yang berakhir pada 31 Maret 2007 adalah sebesar Rp2.314 miliar yang terutama disebabkan oleh penerimaan bunga, fee, dan komisi sebesar Rp4.106 miliar, pendapatan operasional lainnya sebesar Rp1.193 miliar dan peningkatan jumlah simpanan dari nasabah sebesar Rp5.930 miliar, yang dikompensasi dengan pembayaran bunga dan pembiayaan lainnya sebesar Rp2.205 miliar, pembayaran beban operasional lainnya sebesar Rp1.257 miliar, peningkatan surat berharga sebesar Rp3.507 miliar, peningkatan pinjaman yang diberikan kepada nasabah sebesar Rp3.123 miliar, peningkatan penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia sebesar Rp2.514 miliar, dan penurunan surat berharga yang dijual dengan janji untuk dibeli kembali sebesar Rp500 miliar serta peningkatan biaya dibayar dimuka dan aktiva lain-lain sebesar Rp445 miliar. Arus Kas dari Aktivitas Investasi Arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas investasi untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2007 sebesar Rp2.449 miliar yang berasal dari penjualan bersih Obligasi Pemerintah sebesar Rp2.517 miliar, yang dikompensasi oleh penambahan dan penjualan aktiva tetap. Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan Arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas pendanaan pada periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2007, sebesar Rp150 miliar karena terdapat kenaikan pinjaman yang diterima sebesar Rp693 miliar dan penurunan surat berharga yang diterbitkan sebesar Rp543 miliar. Arus kas bersih yang dipergunakan untuk aktivitas pendanaan pada tahun 2006, sebesar Rp2.118 miliar dikarenakan terdapat penurunan pinjaman yang diterima sebesar Rp786 miliar, pembayaran dividen sebesar Rp750 miliar, dan penurunan surat berharga yang diterbitkan sebesar Rp582 miliar. Arus kas bersih yang dipergunakan untuk aktivitas pendanaan pada tahun 2005, sebesar Rp1.156 miliar berasal dari peningkatan pinjaman yang diterima sebesar Rp413 miliar, yang dikompensasi oleh pembayaran dividen sebesar Rp1.568 miliar. Arus kas bersih yang dipergunakan untuk aktivitas pendanaan pada tahun 2004, sebesar Rp1.073 miliar dikarenakan oleh penurunan pinjaman yang diterima sebesar Rp643 miliar dan pembayaran dividen sebesar Rp315 miliar. 8. Belanja Modal Belanja modal BNI untuk 3 (tiga) tahun terakhir dan untuk periode tiga bulan tahun 2007 adalah sebagai berikut: (dalam miliar Rupiah) Per 31 Desember 2004 2005 2006 74 16 16 61 106 206 486 810 320 621 932 542 Tanah Bangunan Lain-lain Total Belanja Modal Per 31 Maret 2007 nm* 9 17 26 * not mentioned BNI berencana untuk melakukan belanja modal sebesar Rp933 miliar pada tahun 2007. Pada tahun 2007, terdiri dari Rp465 miliar untuk pengembangan kantor-kantor cabang dan renovasi, Rp328 miliar untuk teknologi informasi dan Rp140 miliar untuk belanja modal lainnya seperti perlengkapan kantor. 22 9. Kondisi Keuangan Aktiva Tabel berikut ini menerangkan komponen-komponen utama dari aktiva BNI untuk tanggal-tanggal berikut: (dalam miliar Rupiah) Per 31 Desember Per 31 Maret 2004 2005 2006 2007 Kas 2.354 2.844 2.695 2.331 Giro Pada Bank Indonesia 10.958 11.281 15.160 15.733 Giro Pada Bank Lain 503 505 426 502 Penempatan Pada Bank Indonesia, dan Bank Lain 19.720 19.696 30.531 33.044 Efek-Efek 6.519 3.816 4.985 6.834 Repo Surat Berharga 51 125 Wesel Ekspor dan Tagihan lainnya 911 1.413 681 388 Tagihan Derivatif 383 52 51 12 Kredit Yang Diberikan 57.868 62.659 66.460 69.133 Tagihan Akseptasi 1.705 3.565 3.097 3.306 Obligasi Pemerintah 39.391 37.842 40.516 39.108 Penyertaan 2.320 1.549 1.366 1.379 Aktiva Tetap 4.812 4.519 4.112 4.022 Aktiva Pajak Tangguhan 101 156 22 53 Uang Muka dan Aktiva Lain-lain 3.124 3.691 3.791 3.752 Total Aktiva 136.582 147.812 169.416 174.972 Catatan: (1) Total aktiva disajikan secara neto setelah penyisihan , sedangkan masing-masing aktiva produktif disajikan bruto. Perbandingan antara 31 Maret 2007 dengan 31 Desember 2006 Total aktiva BNI meningkat sebesar Rp5.556 miliar atau 3,3% dari Rp169.416 miliar per 31 Desember 2006 menjadi Rp174.972 miliar per 31 Maret 2007, terutama disebabkan peningkatan aktiva likuid dan kredit yang diberikan, dimana hal ini dikompensasi oleh penurunan pada Obligasi Pemerintah. Aktiva likuid meningkat sebanyak Rp4.941 miliar atau 9,2% dari Rp53.878 miliar per 31 Desember 2006 menjadi Rp58.819 miliar per 31 Maret 2007. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh peningkatan dana simpanan pada tahun 2006, dimana sebagian dikompensasi oleh penggunaan dana untuk ekspansi portofolio kredit dan pembayaran pinjaman yang diterima. BNI juga menjual sebagian kecil Obligasi Pemerintah untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2007. Obligasi Pemerintah menurun sebesar Rp1.498 miliar atau 3,7% dari Rp40.516 miliar per 31 Desember 2006 menjadi Rp39.108 miliar per 31 Maret 2007. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penjualan obligasi pemerintah. Kredit yang diberikan meningkat sebesar Rp2.672 miliar atau 4,0% dari Rp66.460 miliar per 31 Desember 2006 menjadi Rp69.132 miliar per 31 Maret 2007. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan kemampuan BNI untuk menyalurkan kredit untuk periode tiga bulan yang berakhir pada 31 Maret 2007. Perbandingan antara 31 Desember 2006 dengan 31 Desember 2005 Total aktiva BNI meningkat Rp21.604 miliar, atau 14,6% dari Rp147.812 miliar per tanggal 31 Desember 2005, menjadi Rp169.416 miliar per tanggal 31 Desember 2006, terutama disebabkan oleh peningkatan saldo kredit dan Obligasi Pemerintah. 23 Aktiva likuid meningkat sebesar Rp15.926 miliar atau 42,0% dari Rp37.952 miliar per 31 Desember 2005 menjadi Rp53.878 miliar per 31 Desember 2006. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan giro pada Bank Indonesia dan penempatan dana pada bank lain dan Bank Indonesia sehubungan dengan kebutuhan meningkatkan cadangan primer dan sekunder sesuai peningkatan simpanan yang diterima tahun 2006. Perbandingan antara 31 Desember 2005 dengan 31 Desember 2004 Total aktiva BNI meningkat Rp11.230 miliar, atau 8,2% dari Rp136.582 miliar per 31 Desember 2004, menjadi Rp147.812 miliar per 31 Desember 2005. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia, dan peningkatan jumlah pinjaman. Aktiva likuid meningkat sebesar Rp7.023 miliar atau 22,7% dari Rp30.929 miliar per 31 Desember 2004 menjadi Rp37.952 miliar per 31 Desember 2005. Peningkatan ini terutama disebabkan peningkatan penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia, sehubungan dengan kebutuhan peningkatan cadangan primer dan sekunder akibat peningkatan dana simpanan yang diterima (dan penurunan jumlah surat berharga terkait reklasifikasi Obligasi Pemerintah). Obligasi Pemerintah menurun Rp1.549 miliar, atau 3,9% dari Rp39.391 miliar per 31 Desember 2004 menjadi Rp37.842 miliar per 31 Desember 2005. Penurunan ini terutama disebabkan oleh pembelian Obligasi Pemerintah di pasar sekunder sebesar Rp9.962 miliar dan yang dikompensasi dengan penjualan sebesar Rp8.768 miliar dan yang jatuh tempo sebesar Rp1.317 miliar. Ditambah dengan transaksi jual beli surat utang pemerintah luar negeri selama tahun berjalan. 10. Kewajiban dan Ekuitas Kewajiban Tabel berikut ini menjabarkan komponen utama dari kewajiban BNI untuk tanggal-tanggal berikut: (dalam miliar Rupiah) Per 31 Desember 2004 2005 2006 Kewajiban Segera 1.151 1.436 1.263 Simpanan Nasabah 105.097 115.372 135.797 Simpanan Dari Bank Lain 3.783 2.378 2.344 Repo Surat Berharga 50 500 Kewajiban Derivatif 125 139 12 Kewajiban Akseptasi 1.704 3.545 2.983 Surat Berharga Yang Diterbitkan 2.113 2.117 1.535 Pinjaman Yang Diterima 4.383 4.796 4.009 Hutang Pajak 53 281 405 Kewajiban Pajak Tangguhan 313 Estimasi kerugian atas komitmen dan kontinjensi 220 126 132 Kewajiban dibayar dimuka dan kewajiban lain-lain 3.016 3.218 3.065 Pinjaman Subordinasi 2.285 2.433 2.239 Total Kewajiban 123.930 135.891 154.597 Per 31 Maret 2007 1.315 141.728 2.588 13 2.687 992 4.702 311 138 3.652 2.271 160.397 Perbandingan antara 31 Maret 2007 dengan 31 Desember 2006 Total kewajiban meningkat sebesar Rp5.800 miliar atau 3,8% dari Rp154.599 miliar per 31 Desember 2006 menjadi Rp160.397 miliar per 31 Maret 2007 yang terutama disebabkan oleh peningkatan simpanan nasabah dan peningkatan pinjaman yang diterima yang sebagian diimbangi oleh penurunan kewajiban akseptasi dan pelunasan surat berharga yang diterbitkan. 24 Simpanan dari nasabah mengalami peningkatan sebesar Rp5.931 miliar atau 4,4% dari Rp135.797 miliar per 31 Desember 2006 menjadi Rp141.728 miliar per 31 Maret 2007. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan pada simpanan dalam mata uang Rupiah sebesar Rp7.057 miliar yang dikompensasi dengan penurunan simpanan mata uang asing sebesar Rp1.127 miliar. Umumnya BNI mengalami peningkatan tahunan simpanan dana haji sekitar 200 - 300 ribu Dollar AS oleh Pemerintah antara bulan September hingga Februari. Perbandingan antara 31 Desember 2006 dengan 31 Desember 2005 Total kewajiban BNI meningkat Rp18.706 miliar, atau 13,8% dari Rp135.891 miliar per 31 Desember 2005, menjadi Rp154.599 miliar per 31 Desember 2006. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan simpanan nasabah yang sebagian diimbangi oleh penurunan pinjaman yang diterima. Simpanan nasabah dan bank lain meningkat Rp20.391 miliar, atau 17,3% dari Rp117.750 miliar per 31 Desember 2005, menjadi Rp138.141 miliar per 31 Desember 2006. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan tingkat bunga. Saldo rata-rata rekening giro sebesar Rp2.358 miliar, atau 9,78%, dari Rp24.059 miliar di tahun 2005 menjadi Rp26.477 miliar pada tahun 2006. Saldo rata-rata tabungan Rupiah menurun Rp822 miliar atau 2,3% dari Rp36.433 miliar pada tahun 2005 menjadi Rp35.060 miliar pada tahun 2006. Saldo rata-rata deposito berjangka Rupiah meningkat Rp13.201 miliar atau 47% dari Rp30.124 miliar di tahun 2005 menjadi Rp41.183 miliar di tahun 2006, sejalan dengan peningkatan tingkat suku bunga deposito berjangka BNI dari rata-rata 7,5% per 31 Desember 2005 menjadi rata-rata 9,4% per 31 Desember 2006. Pinjaman yang diterima menurun Rp787 miliar, atau 16,4% dari Rp4.796 miliar per tanggal 31 Desember 2005 menjadi Rp4.009 miliar per tanggal 31 Desember 2006. Penurunan ini terutama disebabkan oleh adanya pembayaran pokok hutang dari kredit likuiditas untuk kredit koperasi primer kepada anggotanya dan pinjaman penerusan sebesar Rp562 miliar dan adanya penurunan dari pinjaman yang diterima dalam mata uang asing sebesar Rp254 miliar. Perbandingan antara 31 Desember 2005 dengan 31 Desember 2004 Total kewajiban BNI meningkat Rp11.961 miliar, atau 9,7% dari Rp123.930 miliar per 31 Desember 2004, menjadi Rp135.891 miliar per 31 Desember 2005. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan simpanan nasabah dan peningkatan kewajiban akseptasi. Simpanan nasabah dan bank lain meningkat Rp8.870 miliar, atau 8,1% dari Rp108.880 miliar pada tahun 2004, menjadi Rp117.750 miliar di tahun 2005. Hal ini terutama disebabkan oleh kenaikan pada deposito berjangka dalam Rupiah dan mata uang asing. Deposito berjangka dalam Rupiah meningkat Rp4.592 miliar, atau 15,9% dari Rp28.904 miliar per 31 Desember 2004 menjadi Rp33.496 miliar per 31 Desember 2005 terkait dengan peningkatan deposito berjangka Rupiah yang diimbangi oleh penurunan tabungan Rupiah sehubungan dengan peningkatan suku bunga deposito berjangka BNI. Deposito berjangka dalam mata uang asing meningkat sebesar Rp6.179 miliar atau 71,9% dari Rp8.598 miliar pada tahun 2004 menjadi sebesar Rp14.777 miliar pada tahun 2005, dimana terjadi penguatan Rupiah per 31 Desember 2005 dibanding tahun 2004. Ekuitas Perbandingan antara 31 Maret 2007 dengan 31 Desember 2006 Jumlah ekuitas menurun sebesar Rp245 miliar atau 1,7% dari Rp14.794 miliar per 31 Desember 2006 menjadi Rp14.549 miliar per 31 Maret 2007, terutama disebabkan oleh penurunan pada keuntungan yang belum direalisasi atas penjualan surat berharga sebesar Rp649 miliar untuk periode tiga bulan yang berakhir tanggal 31 Maret 2007, yang dikompensasi dengan diperolehnya laba bersih BNI sebesar Rp400 miliar untuk periode tiga bulan yang berakhir 31 Maret 2007. 25 Perbandingan antara 31 Desember 2006 dengan 31 Desember 2005 Jumlah ekuitas meningkat sebanyak Rp2.899 miliar atau 24,4% dari Rp11.895 miliar per 31 Desember 2005 menjadi Rp14.794 miliar per 31 Desember 2006, yang terutama disebabkan oleh peningkatan pada keuntungan yang belum direalisasi atas penjualan surat berharga sebesar Rp1.732 miliar dan laba bersih pada tahun 2006 sebesar Rp1.925 miliar, yang sebagian diimbangi oleh pembayaran dividen untuk tahun 2005 sebesar Rp707 miliar. Perbandingan antara 31 Desember 2005 dengan 31 Desember 2004 Jumlah ekuitas menurun sebanyak Rp729 miliar atau 5,8% dari Rp12.624 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp11.895 miliar di tahun 2005, yang terutama disebabkan oleh kerugian yang belum direalisasikan dari penjualan surat berharga sebesar Rp461 miliar dan pembayaran dividen sebesar Rp1.568 miliar, yang dikompensasi oleh laba bersih yang diperoleh sebesar Rp1.415 miliar. 11. Komitmen dan Kontinjensi Kurs dan kontrak transaksi derivatif Kebijakan BNI mengenai risiko kurs telah disesuaikan dengan ketentuan Bank Indonesia mengenai posisi devisa netto (PDN), yang mensyaratkan PDN untuk semua mata uang asing tidak melebihi 20% dari modal BNI sesuai peraturan yang berlaku. Per 31 Maret 2007, PDN BNI sebesar 6,3%. Kebijakan BNI antara lain melakukan transaksi untuk mengalihkan risiko kurs transaksi derivatif nasabah BNI kepada pihak lain, serta jual-beli mata uang asing yang diperlukan untuk PDN BNI. BNI juga melakukan transaksi forward swap dengan nasabahnya. Transaksi forward swap ini memungkinkan nasabah untuk melakukan mengalihkan, mengubah atau mengurangi risiko kurs mata uang asing. Sebagai bagian dari kebijakan manajemen risiko, BNI melaksanakan kontrak transaksi derivatif nasabah ini, dengan melakukan forward agreement dengan institusi keuangan lainnya. Forward agreements pada dasarnya dirancang untuk mendapatkan jumlah dan jatuh tempo yang sama sebagaimana tertera dalam kontrak derivatif tersebut. L/C dan Garansi Sebagai bagian dari aktifitas perbankan pada umumnya, BNI menerbitkan bank garansi dan L/C. BNI mengenakan fee berdasarkan nilai dari bank garansi atau L/C tersebut. Tabel berikut ini menunjukkan saldo L/C dan Garansi untuk tanggal-tanggal tertera sebagai berikut: (dalam miliar Rupiah) Per 31 Desember 2004 2005 2006 5.352 4.122 3.871 L/C Irrevocable Garansi Standby L/C Bank Garansi Performance bond Advance payment bond Bid bond Total Per 31 Maret 2007 4.236 1.369 1.977 800 782 146 567 1.811 1.070 767 305 1.329 1.948 1.428 693 312 313 1.060 1.372 603 1.194 10.426 8.642 9.581 8.778 12. Prinsip-Prinsip Perbankan Yang Sehat Kecukupan Modal BNI harus memenuhi ketentuan kecukupan modal dari Bank Indonesia, terutama persyaratan kecukupan modal sesuai dengan Basel Committee of the Bank of International Settlements pada tahun 1988. 26 Sebelum terjadinya krisis ekonomi yang dimulai pada tahun 1997, jumlah minimum modal terhadap ATMR untuk bank-bank di Indonesia sebesar 8,0%. Akibat dari krisis keuangan tersebut pada bulan November 1998, Bank Indonesia mengeluarkan peraturan yang mensyaratkan perbankan Indonesia untuk menjaga jumlah minimum modal terhadap ATMR sebesar 4,0% dari modal keseluruhannya selambat-lambatnya pada (i) tanggal 31 Desember 1998 untuk bank-bank yang bukan peserta Program Rekapitalisasi Perbankan atau (ii) tanggal penyelesaian Program Rekapitalisasi Perbankan untuk bank-bank peserta program tersebut. Pada bulan Februari 1999, Bank Indonesia mengeluarkan peraturan yang mensyaratkan perbankan Indonesia untuk meningkatkan jumlah minimum CAR sebesar 8,0% pada akhir tahun 2001. Peraturan Bank Indonesia mensyaratkan CAR disajikan tanpa memperhitungkan pajak penghasilan yang ditangguhkan. Tabel berikut menunjukkan perhitungan permodalan dan CAR BNI sesuai dengan peraturan Bank Indonesia berdasarkan laporan keuangan yang tidak dikonsolidasikan: (dalam miliar Rupiah) 2004 11.177 3.410 683 13.904 77.771 Modal Inti (Tier I) Modal pelengkap (Tier II) Penyertaan Saham Jumlah modal Jumlah ATMR CAR CAR – Tier I(1) CAR 14,4% 17,9% Per 31 Desember 2005 2006 7.398 8.817 7.300 5.364 698 659 14.000 13.521 83.988 84.791 8,8% 16,7% 10,4% 15,9% Per 31 Maret 2007 9.765 4.989 677 14.077 83.726 11,7% 16,8% (1) Rasio pada tabel diatas dan cara perhitungannya didasarkan pada ketentuan Bank Indonesia. 27 RISIKO USAHA BNI 1. Risiko Yang Berkaitan Dengan BNI - Risiko Sistem Manajemen Risiko dan Pengawasan Risiko Sistem Informasi dan Pelaporan Risiko Kredit Bermasalah Risiko Kredit yang Direstrukturisasi Risiko Tingginya Kredit Bermasalah dan Rendahnya Penyisihan Kerugian Risiko Kebijakan Bank Indonesia atas Klasifikasi dan Penyisihan Kredit Bermasalah Dibandingkan dengan Negara Lainnya Risiko Tingginya Penilaian Agunan atau Risiko Penurunan Nilai Agunan Risiko Dalam Mengeksekusi Agunan Risiko Kerugian Atas Aktiva Produktif Risiko Operasi Risiko Obligasi Pemerintah dan Surat Utang Pemerintah Lainnya Risiko Ketergantungan Kepada Pemerintah Risiko Konsentrasi Kredit Terhadap Nasabah dan Sektor Tertentu Risiko Kegagalan Strategi Peningkatan Portofolio Kredit Untuk Sektor dan Segmen Tertentu Risiko keterbatasan untuk mendapatkan tambahan modal Risiko Nilai Tukar Risiko Tingkat Suku Bunga Risiko Likuiditas 2. Risiko Terkait Perbankan Indonesia - Risiko Pemulihan Krisis sektor Perbankan Risiko Kebijakan Pemerintah Risiko Kredit dan Volatilitas Pasar Risiko Terkait Obligasi Pemerintah Risiko Penerapan Program Penjaminan Pemerintah Risiko Persaingan Bisnis 3. Risiko yang Berkaitan Dengan Kondisi di Indonesia - Risiko Perekonomian Risiko Penurunan Peringkat Kredit Indonesia dan Perusahaan-Perusahaan di Indonesia Aktivitas Buruh dan Pekerja dapat memberikan dampak negatif terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan dan kinerja BNI. Indonesia terletak di daerah rawan gempa bumi dan dipengaruhi oleh risiko geologi dan meteorologi yang dapat memberikan dampak negatif terhadap kondisi sosial dan ekonomi. Risiko Fluktuasi Nilai Tukar Mata Uang Asing Penyebaran kembali flu burung atau epidemik yang lain yang dapat mempengaruhi kinerja BNI 4. Risiko yang Berkaitan Dengan Kepemilikan Saham BNI - Kondisi pasar modal Indonesia dapat mempengaruhi harga atau likuiditas saham BNI Penerapan peraturan BAPEPAM-LK mengenai benturan kepentingan dapat menyebabkan BNI untuk membatalkan transaksi yang menguntungkan. Penjualan saham BNI di masa yang akan datang dapat mempengaruhi harga pasar dari saham BNI. 28 KEJADIAN PENTING SETELAH TANGGAL LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN Tidak ada kejadian penting yang terjadi setelah tanggal laporan auditor independen atas laporan keuangan konsolidasian BNI per 31 Maret 2007, yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Purwantono, Sarwoko & Sandjaja – Ernst & Young, dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian yang diterbitkan pada tanggal 22 Juni 2007 yang mempunyai dampak cukup signifikan terhadap posisi keuangan dan hasil usaha BNI. 29 KETERANGAN TENTANG BNI DAN ANAK PERUSAHAAN 1. Riwayat Singkat BNI BNI didirikan di Jakarta pada tanggal 5 Juli 1946 berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.2 Tahun 1946, tanggal 5 Juli 1946 tentang Bank Negara Indonesia yang merupakan kelanjutan dari suatu yayasan dengan nama Badan Umum “Poesat Bank Indonesia” yang didirikan berdasarkan Akta No.14, tanggal 9 Oktober 1945, dibuat di hadapan Raden Mas Soerojo, Notaris di Jakarta, yang berfungsi sebagai bank sentral. Pada tahun 1955, dengan dikeluarkannya Undang-Undang Darurat No.2 Tahun 1955, tanggal 4 Februari 1955, yang mencabut Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.2 Tahun 1946 fungsi Perseroan beralih menjadi bank umum dengan tugas utama yang diarahkan kepada pembangunan ekonomi nasional khususnya dalam lapangan perdagangan impor dan ekspor. Sejak saat itu, Perseroan kemudian terus mengembangkan aktivitas pemberian pinjaman kepada berbagai sektor ekonomi. Anggaran Dasar BNI telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir diubah berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat No.2, tanggal 1 Maret 2007, dibuat oleh Fathiah Helmi, SH, Notaris di Jakarta (“Akta No.2/2007”), berdasarkan keputusan RUPSLB tanggal 1 Maret 2007, antara lain mengenai perubahan pasal 12,14 dan 17. Perubahan ini telah dilaporkan kepada Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Penerimaan Laporan No.W7-HT.01.04-3319, tanggal 16 Maret 2007, dan didaftarkan dalam Daftar Perusahaan di Kantor Pendaftaran Perusahaan Kodya Jakarta Pusat dibawah No.1034/RUB.09.05/ IV/2007, tanggal 30 April 2007, dan sedang dalam proses pengumuman di Berita Negara Republik Indonesia. 2. Perkembangan Kepemilikan Saham BNI Tahun 2001 Pada tanggal 20 Juli 2001, modal saham BNI berkurang sebanyak 1.965.701.500 (satu miliar sembilan ratus enam puluh lima juta tujuh ratus satu ribu lima ratus) Saham Seri C sehubungan dengan pengembalian kelebihan dana rekapitalisasi kepada Pemerintah Indonesia. Pengembalian obligasi tersebut telah disetujui oleh pemegang saham dalam RUPSLB pada tanggal 25 Juni 2001. 30 Susunan modal saham BNI berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan RUPSLB BNI No.43/1999, jo. Akta Pernyataan Keputusan RUPSLB BNI No.38, tanggal 23 Agustus 2001, dibuat di hadapan Fathiah Helmi, SH, Notaris di Jakarta adalah sebagai berikut: Keterangan A. - Modal Dasar Saham Seri A Dwiwarna Saham Seri B Saham Seri C Jumlah Modal Dasar B. Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh - Saham Seri A Dwiwarna Negara Republik Indonesia - Saham Seri B Negara Republik Indonesia Karyawan dan Direksi Masyarakat - Saham Seri C Negara Republik Indonesia Karyawan dan Direksi Masyarakat Jumlah Saham Nilai Nominal (Rp) Jumlah Nilai Nominal (Rp) Persentase (%) 1 4.340.127.999 253.197.440.000 500 500 25 500 2.170.063.999.500 6.329.936.000.000 0,00 1,69 98,31 8.500.000.000.000 100,00 257.537.568.000 1 500 500 0,00 3.255.095.999 102.217.500 982.814.500 500 500 500 1.627.547.999.500 51.108.750.000 491.407.250.000 1,64 0,05 0,49 194.201.266.500 3.423.500 680.493.000 25 25 25 4.855.031.662.500 85.587.500 17.012.325.000 97,48 0,00 0,34 100,00 Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh 199.225.311.000 7.042.193.575.000 C. Jumlah Saham Dalam Portepel 58.312.257.000 1.457.806.425.000 Tahun 2003 – Sekarang Anggaran Dasar BNI mengalami perubahan dengan Akta No.27/ 2003, berdasarkan keputusan RUPSLB tanggal 15 Desember 2003, antara lain mengenai perubahan pasal 4: 1. Perubahan 14 saham Seri B dengan nilai nominal Rp500 yang dimiliki Republik Indonesia menjadi 14 saham seri A Dwiwarna dengan nilai nominal sebesar Rp500. 2. Peningkatan nilai nominal saham dengan cara menggabungkan 15 saham menjadi 1 saham (Reverse Stock Split), dengan perincian: a. Saham Seri A Dwiwarna dengan nilai nominal Rp500 menjadi Rp7.500 b. Saham Seri B dengan nilai nominal Rp500 menjadi Rp7.500 c. Saham Seri C dengan nilai nominal Rp25 menjadi Rp375 d. Peningkatan modal dasar BNI dari sebesar Rp8.500.000.000.000 menjadi Rp15.000.0000.000.000 31 Susunan modal saham BNI menjadi sebagai berikut: Keterangan A. - Modal Dasar Saham Seri A Dwiwarna Saham Seri B Saham Seri C Jumlah Modal Dasar B. Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh - Saham Seri A Dwiwarna Negara Republik Indonesia - Saham Seri B Negara Republik Indonesia Masyarakat - Saham Seri C Negara Republik Indonesia Masyarakat Jumlah Saham Nilai Nominal (Rp) Jumlah Nilai Nominal (Rp) Persentase (%) 1 289.341.866 34.213.162.660 7.500 7.500 375 7.500 2.170.063.995.000 12.829.935.997.500 0,00 14,47 85,53 15.000.000.000.000 100,00 34.502.504.527 1 7.500 7.500 0,00 217.006.399 72.335.467 7.500 7.500 1.627.547.992.500 542.516.002.500 1,64 0,55 12.946.751.100 45.594.433 375 375 4.855.031.662.500 17.097.912.375 97,48 0,34 100,00 Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh 13.281.687.400 7.042.193.577.375 C. Jumlah Saham Dalam Portepel 21.220.817.127 7.957.806.422.625 3. Pengurusan dan Pengawasan Komisaris Komisaris Utama Wakil Komisaris Utama / Komisaris Independen Komisaris Komisaris Komisaris Komisaris Independen Komisaris Independen : : : : : : : Zaki Baridwan Suwarsono Effendi Parikesit Suprapto H.M.S. Latiff Achjar Ilyas Felia Salim Direksi Direktur Utama Wakil Direktur Utama Direktur Manajemen Risiko Direktur Korporasi Direktur UKM & Syariah Direktur Konsumer Direktur Operasional Direktur Kepatuhan & SDM Direktur Tresuri & Private Banking Direktur Konsumer : : : : : : : : : : Sigit Pramono Gatot Mudiantoro Suwondo Ignatius Supomo Achmad Baiquni Bien Subiantoro Kemal Ranadireksa Suroto Moehadji Achil Ridwan Djayadiningrat Fero Poerbonegoro Tjahjana Tjakrawinata* *Telah mengundurkan diri efektif per 1 Juli 2007 4. Sumber Daya Manusia Profil karyawan Pada tanggal 31 Maret 2007, BNI memiliki 18.443 karyawan tidak termasuk Direktur dan Komisaris, yang terdiri dari 17.971 karyawan domestik dengan status permanen, 310 karyawan sementara, dan 162 staf luar negeri dengan status permanen. 32 5. Keterangan Mengenai Anak Perusahaan yang Signifikan dan Penyertaan BNI Per 31 Maret 2007, BNI mempunyai 11 Anak Perusahaan dan perusahaan afiliasi, yang terdiri dari 3 Bank Komersial dan 8 perusahaan Jasa Keuangan. Diantaranya, terdapat 4 Anak Perusahaan yang dimiliki secara langsung dengan kepemilikan di atas 50%, namun hanya 3 Anak Perusahaan yang dikonsolidasikan dalam laporan keuangan BNI, sedangkan 1 Anak Perusahaan mayoritas lainnya (BNI Nakertrans) tidak dikonsolidasikan karena dinilai tidak material. Perusahaan yang dimiliki sahamnya oleh BNI, jenis usahanya serta kepemilikan BNI per tanggal 31 Maret 2007 adalah sebagaimana dijelaskan di bawah ini: Nama Perusahaan Jenis Usaha Persentase Kepemilikan BNI Nakertrans Ltd. Remittance antara Hong Kong dan Indonesia PT BNI Multi Finance Pembiayaan PT BNI Securities Fund Management dan Sekuritas PT BNI Life Insurance Asuransi Jiwa PT Bank Finconesia Perbankan PT Sarana Bersama Pembiayaan Indonesia Pembiayaan/Penyertaan PT Pembiayaan Artha Negara Pembiayaan PT Pemeringkat Efek Indonesia Pemeringkat Efek PT Kustodian Sentral Efek Indonesia Kustodian PT Bank Mizuho Indonesia Perbankan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia Perbankan 99,99% 99,98% 99,85% 59,78% 48,51% 8,00% 3,90% 1,46% 1,00% 1,00% 1,00% Ikatan dan Perjanjian Penting dengan Pihak Ketiga Perjanjian Kerjasama tentang Pemberian Kredit Kendaraan Bermotor kepada Pegawai PT Pos Indonesia (Persero) (“PTPI”) No. KSN/3/1281/R-PKS 91/DIRKUG/1006 tanggal 12 Oktober 2006, dimana BNI akan memberikan fasilitas kredit untuk membeli kendaraan bermotor roda dua kepada pegawai PTPI. Perjanjian ini berjangka waktu 3 tahun sejak ditandatangani. Perjanjian Kerjasama Penerimaan Pembayaran atas Penjualan Produk Pertamina No. 461/C00000/ 2006-SO-DIR/067, tanggal 12 Mei 2006 antara Perseroan dengan PT Pertamina (Persero) Tbk (“Pertamina”) dimana BNI akan melakukan penerimaan pembayaran atas hasil penjualan produk Pertamina dan mengadministrasikan hasil pembayaran tersebut untuk dilanjutkan ke rekening Pertamina pusat. Perjanjian ini berjangka waktu 3 tahun sejak ditandatangani. Kewajiban Kontinjensi Dalam melakukan usahanya, BNI adalah sebagai tergugat dari berbagai perkara hukum dan tuntutan terutama sehubungan dengan bisnis perbankan. Kebijakan umum BNI adalah membentuk penyisihan sebesar 70% dari nilai tuntutan apabila keputusan pengadilan negeri dan pengadilan tinggi memberatkan BNI dan 100% dari nilai tuntutan apabila keputusan Mahkamah Agung memberatkan BNI. Penyisihan ini dianggap sesuai dan dapat terjadi deviasi tergantung fakta dan kondisi kasuskasus istimewa. Pada tanggal 31 Maret 2007, BNI telah membentuk penyisihan dalam neraca sebesar Rp62,7 miliar yang dibentuk atas kemungkinan timbulnya kerugian akibat tuntutan hukum 33 6. Perkara-perkara Yang Sedang Dihadapi dan Yang Berhubungan Dengan BNI Perkara di Wilayah Hukum Negara Republik Indonesia Kasus pencemaran nama baik, oleh penggugat korporasi yang telah dipublikasikan dalam penyelidikan untuk kasus penipuan L/C tahun 2003, dengan total gugatan sebesar Rp101 miliar untuk kerugian usaha, dan Rp2.000 miliar untuk pencemaran nama baik. Pada tingkat Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi, BNI memenangkan kasus ini dan penggugat naik banding ke Mahkamah Agung. Kasus pencemaran nama baik dan kerugian usaha oleh penggugat individual yang telah dipublikasikan dalam penyelidikan untuk kasus penipuan L/C tahun 2003, dengan total gugatan sebesar Rp220 miliar dan 111,5 juta Dollar AS untuk kerugian usaha dan Rp2.000 miliar untuk pencemaran nama baik. Pada tingkat Pengadilan Negeri BNI dimenangkan dan penggugat naik banding ke Pengadilan Tinggi. 34 KEGIATAN DAN PROSPEK USAHA BNI DAN ANAK PERUSAHAAN 1. Pendahuluan BNI merupakan salah satu bank dan penyedia jasa keuangan terkemuka di Indonesia. Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia per 31 Maret 2007, BNI menempati posisi kedua dalam jumlah cabang dan jaringan ATM dan bank terbesar ketiga di Indonesia dalam hal total aktiva, total kredit dan simpanan nasabah. Tanpa mengikutsertakan cabang-cabang mikro atau unit pedesaan dari bank-bank di Indonesia lainnya, BNI memiliki jaringan kantor cabang terbanyak di Indonesia. Per tanggal 31 Maret 2007 BNI memiliki 918 kantor cabang dan kantor cabang pembantu, 53 kantor cabang dan kantor cabang pembantu Syariah, 12 Sentra Kredit Konsumen, 47 Sentra Kredit Kecil, 17 Sentra Kredit Menengah, dan 2.325 mesin ATM yang tersebar di seluruh Indonesia. BNI juga telah meluncurkan layanan SMS Banking dan Internet Banking. Per tanggal 31 Maret 2007, BNI mencatat total aktiva sebesar Rp174.972 miliar (termasuk didalamnya Rp69.133 miliar portofolio kredit dan Rp39.718 miliar Obligasi Pemerintah), Rp141.727 miliar total simpanan nasabah, dan sekitar 9,5 juta jumlah rekening nasabah (0,23 juta rekening kredit dan 9,2 juta rekening simpanan). 2. Sejarah, Rekapitalisasi dan Restrukturisasi Program Transformasi BNI Pada tahun 2004, BNI telah mengadopsi visi dan misi baru yang menitikberatkan pada layanan jasa dan kinerja. Untuk mencapai hal ini, BNI telah melakukan transformasi secara menyeluruh yang dirancang untuk meningkatkan etika kerja. Program transformasi tersebut mencakup transformasi pada level organisasi dan operasional. 3. Keunggulan BNI memiliki keunggulan-keunggulan utama sebagai berikut: - Jaringan distribusi yang luas dan skala usaha yang besar Penerbit kartu kredit utama di Indonesia yang terus berkembang Perbaikan komposisi kredit yang diberikan dengan fokus kepada segmen UKM dan kredit konsumer Memiliki nama (brand) yang sangat dikenal Penerapan Manajemen Risiko yang hati-hati (prudent) dan penguatan implementasi Good Corporate Governance Tim manajemen yang berpengalaman 4. Strategi Usaha - Lebih fokus kepada segmen nasabah tertentu Meningkatkan penjualan produk dan jasa tambahan kepada nasabah berpenghasilan tinggi Meningkatkan upaya cross-selling pada nasabah yang sudah ada Menurunkan biaya dana Menciptakan budaya layanan yang fokus kepada nasabah dan meningkatkan produktivitas karyawan Terus melakukan peningkatan atas manajemen risiko dan secara efektif mengelola kualitas aktiva Meningkatkan produktivitas kantor cabang dan utilisasi jaringan distribusi 5. Kegiatan Usaha Utama Kegiatan usaha BNI dapat dikelompokkan menjadi Bisnis Perbankan Korporasi, Bisnis Perbankan Komersial atau UKM (”Usaha Kecil dan Menengah”), Bisnis Perbankan Konsumer, Bisnis Perbankan Internasional dan Tresuri, Bisnis Syariah, dan Anak-anak perusahaan BNI. 35 Nasabah BNI menggolongkan perusahaan (baik Swasta maupun BUMN) yang dilayani oleh kegiatan usaha dalam negeri BNI sebagai nasabah korporasi yang ditangani oleh Bisnis Perbankan Korporasi, atau nasabah komersial yang ditangani oleh Bisnis Perbankan Komersial. Klasifikasi nasabah perusahaan BNI, baik korporasi maupun komersial, sebagian besar didasarkan pada omzet penjualan tahunan dan nilai kredit. Pada umumnya, BNI melakukan kategorisasi perusahaan dengan omzet penjualan tahunan lebih dari Rp200 miliar per tahun untuk perusahaan individu, (atau lebih dari Rp400 miliar per tahun untuk grup perusahaan), dan nilai pinjaman lebih dari Rp100 miliar untuk perusahaan individu, (atau lebih dari Rp150 miliar untuk grup perusahaan) sebagai nasabah korporasi. Portofolio Kredit Tabel berikut menunjukkan total portofolio kredit yang diberikan oleh BNI yang dibagi berdasarkan Grup Bisnis: (dalam miliar Rupiah, kecuali persentase) Per Tanggal 31 Desember 2004 Per Tanggal 31 Maret 2005 2006 2007 Kredit yang diberikan % dari Total Kredit yang diberikan % dari Total Kredit yang diberikan % dari Total Kredit yang diberikan % dari Total Portofolio Kredit Korporasi Komersial / UKM Konsumer Internasional Divisi Usaha Syariah 23.195 23.766 9.896 340 671 40,1 41,1 17,1 0,6 1,2 21.640 25.056 11.369 3.767 827 34,5 40,0 18,1 6,0 1,3 23.227 28.058 10.120 3.922 1.133 35,0 42,2 15,2 5,9 1,7 24.833 28.747 10.262 4.087 1.204 35,9 41,7 14,8 5,9 1,7 Total 57.868 100,0 62.659 100,0 66.460 100,0 69.133 100,0 Portofolio Simpanan Tabel berikut menunjukkan total portofolio simpanan berdasarkan jenis produk: (dalam miliar Rupiah, kecuali persentase) Per Tanggal 31 Desember 2004 Giro Tabungan Deposito berjangka Sertifikat deposito Total Per Tanggal 31 Maret 2005 2006 Total Simpanan % dari Total Total Simpanan % dari Total 28.545 39.048 37.503 2 27,2 37,1 35,7 0,0 30.636 36.464 48.273 - 26,6 31,6 41,8 - 105.097 100,0 115.372 100,0 Total Simpanan 2007 % dari Total Total Simpanan % dari Total 35.766 38.616 61.415 - 26,3 28,4 45,3 - 32.727 38.351 70.649 - 23,1 27,1 49,8 - 135.797 100,0 141.727 100,0 Pendapatan BNI mendapatkan pendapatan bunga dari Obligasi Pemerintah, kredit, surat berharga, serta penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia, serta pendapatan Syariah dari marjin dan bagi hasil laba (profit sharing). BNI membukukan pendapatan bunga sebesar Rp14.704 miliar serta pendapatan fee dan komisi yang berkaitan langsung dengan kegiatan pinjaman sebesar Rp339 miliar di tahun 2006. Untuk periode tiga bulan yang berakhir pada 31 Maret 2007, BNI membukukan pendapatan bunga sebesar Rp3.594 miliar dan pendapatan fee dan komisi sebesar Rp57 miliar. 36 6. Perbankan Korporasi (Corporate Banking) Perbankan Korporasi BNI menawarkan berbagai produk pembiayaan dan pendanaan, dan juga berbagai layanan jasa yang memberikan nilai tambah (value-added services), seperti jasa trade finance, pasar uang dan jasa cash management untuk nasabah korporasi seperti perusahaan swasta nasional, BUMN, dan instansi Pemerintah. Produk pembiayaan BNI meliputi fasilitas kredit modal kerja, kredit investasi, kredit sindikasi dan fasilitas kredit non-kas seperti bank garansi dan L/C. Produk pendanaan BNI meliputi giro, deposito berjangka dan sertifikat deposito. Jumlah minimum yang dapat dipinjamkan kepada nasabah korporasi adalah Rp100 miliar untuk peminjam korporasi individu dan Rp150 miliar kepada peminjam korporasi grup. Per 31 Maret 2007, BNI memiliki 592 rekening kredit korporasi dari 260 nasabah peminjam korporasi atau sekitar 35% dari total eksposur kredit yang diberikan (tidak termasuk kredit luar negeri). Per 31 Maret 2007, BNI memiliki 141.771 rekening simpanan korporasi dari 37.676 nasabah korporasi. Produk-produk Pembiayaan Produk-produk pembiayaan utama yang ditawarkan BNI kepada nasabah korporasi adalah sebagai berikut: - Kredit Modal Kerja (Working Capital Loan) Kredit Investasi Kredit Sindikasi (Syndicated Loan) Layanan jasa lainnya BNI melakukan diversifikasi usaha perbankan korporasi dengan meningkatkan layanan yang bersifat fee-based seperti investment banking, cash management, trade finance dan kredit sindikasi, yang diyakini dapat memberikan tingkat pengembalian (rate of return) yang lebih tinggi setelah disesuaikan dengan tingkat risiko yang ada, melalui penawaran produk dalam bentuk paket dan melalui peningkatan kegiatan cross-selling. Perbankan Korporasi bekerjasama dengan Divisi Internasional untuk meningkatkan transaksi jasa trade finance dan cash management. Jasa & Layanan Dana Institusi Perbankan Korporasi juga memiliki unit jasa dan layanan Dana Institusi yang bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola dana pihak ketiga dari nasabah institusi. Sejak tahun 2005, BNI telah melakukan kerjasama dengan beberapa institusi termasuk pengelolaan dana pemerintah (state funds) beberapa instansi pemerintah, pengelolaan pusat pembayaran uang kuliah di sembilan universitas pada tahun 2006, dan melakukan kerjasama host-to-host dengan Pertamina untuk kelancaran proses transaksi antara SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) dan depot BBM utama Pertamina. Dengan memberikan layanan tersebut diatas, BNI telah melakukan peningkatan kualitas layanan kepada nasabahnya sekaligus menambah pendapatan berbasis fee serta meningkatkan dana yang transit. Pada tahun 2006, BNI meluncurkan berbagai produk dan jasa institusi seperti BNI e-banking, sebuah jasa perbankan online yang memungkinkan nasabah korporasi atau institusi untuk melakukan akses atas rekening melalui kantor masing-masing dan Pertamina BizCard yang memungkinkan pemegang kartu untuk dapat melakukan pembayaran secara elektronik atas pembelian produk-produk Pertamina di depot-depot Pertamina. Nasabah dan Pemasaran BNI memberikan layanan kepada nasabah korporasi melalui relationship manager dan banking account manager yang berada di kantor pusat dan kantor cabang. Relationship manager BNI memiliki keahlian khusus untuk produk pembiayaan dan berfokus untuk membina hubungan serta menyediakan solusi keuangan yang dirancang khusus untuk memenuhi semua kebutuhan perbankan peminjam korporasi yang baru maupun yang telah ada. Banking account manager mengkhususkan diri pada produk-produk pembiayaan, memberikan solusi investasi yang dirancang khusus, dan melakukan 37 pengawasan atas portofolio pendanaan dan investasi untuk nasabah korporasi. BNI memiliki hubungan baik yang terjalin sejak lama dengan beberapa entitas yang berhubungan dengan Pemerintah termasuk didalamnya BUMN besar di Indonesia. 7. Perbankan Komersial dan UKM Produk-Produk Pembiayaan Per 31 Maret 2007, BNI memiliki 46.860 rekening pinjaman UKM yang terdiri dari 954 rekening usaha skala menengah dan 45.369 rekening nasabah usaha kecil serta 537 rekening pinjaman penerusan (two-step loan). Produk pembiayaan utama BNI untuk nasabah UKM adalah sebagai berikut: - Kredit Modal Kerja (Working Capital Loan) Kredit Investasi Pinjaman penerusan (Two-Step Loan) Nasabah dan Pemasaran Nasabah komersial mendapatkan pelayanan melalui kantor pusat, jaringan kantor cabang, Sentra Kredit Kecil dan Menengah yang tersebar di seluruh Indonesia. BNI memiliki 12, Sentra Kredit Konsumen, 17 Sentra Kredit Menengah dan 47 Sentra Kredit Kecil untuk memberikan layanan kepada nasabah Komersial. Nasabah BNI dilayani oleh relationship manager komersial yang terlatih dalam memberikan solusi terbaik dalam memenuhi kebutuhan nasabah usaha kecil dan menengah di tiaptiap sektor industri dan wilayah. 8. Perbankan Konsumer Umum BNI membangun dan menjaga hubungan dengan nasabah individual melalui Perbankan Konsumer. BNI menawarkan rangkaian produk dan jasa kepada nasabah konsumer, baik berupa produk pinjaman dan simpanan, produk-produk asuransi dan investasi, dana pensiun, kartu kredit dan kartu debit. BNI melayani nasabahnya melalui jaringan kantor cabang, tim penjualan cabang dan penjualan langsung, serta saluran elektronik dan telepon. Pada tahun 2006, BNI mendirikan Divisi Private Banking dengan menggabungkan unit Wealth Management dan Bancassurance untuk memberikan layanan yang lebih menyeluruh kepada para nasabah. Per 31 Maret 2007, BNI memiliki 161.030 nasabah kredit konsumer (tidak termasuk kredit yang diberikan kepada karyawan dan kredit beragun kas), 9,2 juta rekening simpanan, 1,2 juta rekening kartu kredit dan 21.300 rekening Private Banking dan Layanan Prima. Produk-Produk Pembiayaan - Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Kredit Multi Guna Kredit Kepemilikan Kendaraan Bermotor Kredit Tanpa Agunan Cash Collateral Credit Kartu Kredit Per 31 Maret 2007, BNI telah menerbitkan lebih dari 1,2 juta kartu kredit. Berdasarkan informasi yang diterbitkan Bank Indonesia, BNI adalah penerbit kartu kredit terbesar kedua di Indonesia berdasarkan jumlah kartu yang diterbitkan. Total pembelanjaan dari penggunaan kartu kredit BNI adalah sebesar Rp4.853 miliar untuk tahun 2006 dan Rp1.326 miliar untuk periode tiga bulan yang berakhir pada 31 Maret 2007. Menurut informasi yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, BNI merupakan bank penerbit kartu kredit terbesar kedua berdasarkan total pembelanjaan nasabah per 31 Maret 2007. 38 Per 31 Maret 2007, 157.941 kartu kredit VISA dan 99.243 kartu kredit Mastercard dalam keadaan tidak aktif atau tidak digunakan dalam tiga bulan terakhir. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) DPLK BNI terbuka untuk seluruh lapisan masyarakat Indonesia yang berumur 18 tahun ke atas atau telah menikah. Menurut data Asosiasi DPLK Indonesia per 31 Desember 2006, DPLK BNI merupakan DPLK terbesar di Indonesia berdasarkan jumlah peserta dan dana yang dihimpun. BNI mendapatkan pendapatan fee administratif dan manajemen untuk pengelolaan dana pensiun. Untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2006 dan periode tiga bulan yang berakhir tanggal 31 Maret 2007, BNI membukukan pendapatan fee masing-masing sejumlah Rp26,9 miliar dan Rp5,9 miliar untuk pengelolaan dana pensiun. Nasabah dan Pemasaran Dalam rangka membina hubungan jangka panjang kepada nasabah konsumen, BNI menyediakan berbagai jenis produk dan jasa-jasa perbankan yang berkualitas, serta saluran distribusi yang nyaman dan mudah dicapai. Dari sisi pengembangan produk konsumer, BNI fokus kepada empat hal, yaitu: (1) Produk dan jasa yang bersifat transaksional seperti giro, tabungan dan kartu debit; (2) Produk-produk pembiayaan seperti kredit konsumer dan kartu kredit; (3) Produk-produk investasi termasuk dana pensiun dan produk tabungan pendidikan; serta (4) Produk-produk wealth-protection seperti bancassurance. Rekening simpanan nasabah memberikan sumber pendanaan murah dan stabil kepada BNI dimana hal tersebut mewakili basis nasabah dimana BNI dapat melakukan upaya cross-selling produk dan jasa perbankan non-tradisionalnya, seperti produk reksadana dan asuransi. BNI juga telah mengimplementasikan brand management terutama dalam pengelolaan produk-produk unggulannya dan untuk meningkatkan pangsa pasarnya. Private Banking Divisi Private Banking dibentuk di tahun 2006, yang merupakan penggabungan antara unit wealth management dan Bancassurance. BNI menawarkan layanan jasa wealth management secara komprehensif kepada nasabah pilihan yang dapat dianggap sebagai nasabah elit. BNI menawarkan layanan konsultasi keuangan pribadi, perencanaan keuangan, investasi pribadi dan manajemen aset dan hutang untuk individual melalui 75 outlet Layanan Prima dan 7 outlet BNI Emerald (upgrade dari outlet Layanan Prima). Pada saat ini, BNI masih melakukan proses upgrade atas outlet Layanan Prima menjadi outlet BNI Emerald. BNI merencanakan untuk memiliki 20 outlet BNI Emerald di akhir tahun 2007. BNI juga menawarkan akses terhadap produk investasi pasar modal termasuk saham, obligasi dan reksadana. Per 31 Maret 2007, Divisi Private Banking melayani 5.546 nasabah, dengan aset kelolaan sebesar Rp10,8 triliun. Bancassurance Sebagai rencana strategis untuk mengembangkan produk dan jasa layanan yang lebih luas kepada nasabah konsumer dan untuk meningkatkan pendapatan berbasis fee, BNI menawarkan jasa bancassurance yang berfokus kepada kebutuhan investasi dan asuransi melalui jaringan distribusi yang dimiliki. Nasabah & Pemasaran BNI membedakan layanan yang diberikan kepada nasabah dengan jumlah saldo tabungan yang tinggi melalui segmen ”Layanan Prima”, sehingga nasabah pada segmen tersebut menerima layanan dari customer service yang sudah diberikan pelatihan-pelatihan khusus untuk melayani nasabah di segmen ini. 39 9. Bisnis Syariah Umum BNI mendirikan Bisnis Usaha Syariah pada bulan April 2000 untuk menawarkan produk pembiayaan dan pendanaan yang sejalan dengan prinsip Syariah. Saat ini, BNI merupakan salah satu dari 23 bank di Indonesia yang menawarkan produk dan jasa perbankan Syariah. Per 31 Maret 2007, BNI membukukan total aktiva sebesar Rp1.667 miliar, total pembiayaan syariah sebesar Rp1.204 miliar dan total pendanaan syariah adalah sebesar Rp1.237 miliar. Per 31 Maret 2007 BNI adalah bank yang memiliki pangsa pasar terbesar keempat dalam perbankan Syariah Indonesia berdasarkan total aktiva dan jumlah dana yang dikelola berdasarkan hasil keuangan bank-bank Syariah di Indonesia yang diterbitkan per 31 Maret 2007, yang mana sebagian tidak diaudit. Produk Pembiayaan Jasa Perbankan Syariah BNI berfokus pada produk-produk pembiayaan sektor-sektor pertanian, perdagangan,manufaktur, otomotif dan perumahan. Produk Syariah andalan BNI adalah BNI Griya Syariah. BNI menawarkan beberapa produk pembiayaan Syariah, terutama pembiayaan Murabahah, Mudharabah, Musyarakah dan Qard. Sebagian besar dari pembiayaan BNI disalurkan melalui pembiayaan Murabahah yang umumnya digunakan untuk pembelian aktiva. Pembiayaan Murabahah didasarkan pada jual beli produk, di mana BNI membiayai pembelian aktiva yang dimaksud, seperti mesin, lalu menjual kembali aktiva tersebut kepada nasabah dengan persyaratan pembayaran yang disetujui bersama. Pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah digunakan untuk pembiayaan proyek (project financing). Dalam pembiayaan Musyarakah, baik BNI maupun nasabah memberikan kontribusi dana yang diperlukan untuk proyek yang dibiayai, di mana laba atau pendapatan dari proyek tersebut akan dibagi. Sedangkan pada pembiayaan Mudharabah, BNI akan membiayai keseluruhan dari proyek, dan umumnya menerima proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan atau laba dari kerjasama yang dimaksud dibandingkan dengan pembiayaan Musyarakah. Pembiayaan Qard adalah pembiayaan Syariah yang ditujukan untuk pembiayaan program sosial. BNI memberikan kontribusi dana yang dibutuhkan dan hanya memperoleh sebagian pendapatan atau laba yang dianggap cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan. Nasabah dan Pemasaran Pada bulan Desember 2003, Dewan Syariah Nasional mengeluarkan fatwa yang memutuskan bahwa bunga bank, yang menurut prinsip hukum Islam merupakan riba, adalah haram. Hal ini diyakini akan meningkatkan jumlah nasabah Syariah secara signifikan di masa yang akan datang. Untuk melayani nasabah Syariah. BNI berencana untuk menambah 65 kantor cabang Syariah yang terdiri dari 36 kantor cabang Utama dan 29 kantor cabang pembantu sampai akhir tahun 2007. BNI juga berencana untuk memiliki layanan perbankan Syariah di kantor cabang dan kantor cabang pembantu konvensional. Sampai dengan saat prospektus ini diterbitkan, BNI memiliki 566 outlet channeling Syariah pada kantor-kantor cabang dan kantor cabang pembantu untuk meningkatkan akses atas jasa layanan perbankan Syariah serta berencana untuk menambah 43 kantor cabang dan kantor cabang pembantu tambahan pada akhir tahun 2007. 10. Perbankan Internasional (Bisnis Tresuri & Internasional) Umum Kegiatan perbankan internasional BNI dilakukan melalui kantor cabangnya di luar negeri yang berada di pusat-pusat perdagangan dan keuangan di beberapa negara, dan saat ini BNI memiliki kantorkantor cabang di Hong Kong, London, Singapura, Tokyo, dan sebuah Kantor Agency di New York. Kantor cabang BNI di Singapura, HongKong dan Tokyo menawarkan produk dan layanan perbankan yang cukup lengkap termasuk menawarkan produk pembiayaan dan penyimpanan dana. Sedangkan Kantor cabang BNI di London hanya dapat menerima penyimpanan dana ”wholesale” saja. Kantor 40 Agency BNI di New York menawarkan kegiatan perbankan terbatas dan tidak menerima simpanan dari warga negara dan penduduk negara AS. Dalam melakukan kegiatan usaha perbankan internasional, pada 31 Maret 2007 BNI menjalin kerjasama dengan 757 bank koresponden internasional, 93 bank koresponden dalam negeri dan sejumlah aliansi strategis internasional melalui keanggotaan asosiasi perbankan internasional. Produk Pembiayaan Sampai dengan 31 Maret 2007, kantor cabang luar negeri dan Kantor Agency di New York memiliki total kredit yang diberikan sebesar Rp4.087 miliar, atau 6,2% dari total kredit yang diberikan, yang terdiri dari 102 rekening kredit. Nasabah dan Pemasaran BNI berupaya untuk meningkatkan usaha perbankan internasional melalui ekspansi pembiayaan dan jasa trade finance pada kantor-kantor cabang luar negeri. Sejak bulan Mei 2004, penanganan aktivitas trade financing telah disentralisasi di kantor pusat. Selain itu, kantor-kantor cabang di luar negeri juga didukung oleh lebih dari 800 bank korespondensi di 85 negara. 11. Produk-Produk Simpanan Produk-produk simpanan utama BNI adalah deposito berjangka, tabungan dan giro. Per 31 Maret 2007, BNI memiliki total simpanan nasabah sebesar Rp141.727 miliar dari sekitar 9,4 juta rekening simpanan. Produk simpanan memberikan sumber dana yang murah dan stabil untuk BNI serta merepresentasikan potensi pertumbuhan yang dapat memperbaiki komposisi pendanaan (funding mix) BNI secara keseluruhan. Produk-produk simpanan BNI juga ditawarkan kepada para individu berpenghasilan menengah ke atas dan individu yang masuk ke dalam golongan nasabah berpenghasilan tinggi. Nasabah Institusi BNI menawarkan deposito berjangka dan giro kepada nasabah institusi (BUMN/Institusi Pemerintah dan perusahaan swasta) termasuk kepada nasabah perbankan internasional. Per 31 Maret 2007, total jumlah simpanan nasabah untuk Perbankan Korporasi dan komersial adalah sebesar Rp33.795 miliar. Simpanan dari nasabah BUMN/instansi Pemerintah mewakili 23,8% dari nilai simpanan nasabah per 31 Maret 2007. Simpanan dari nasabah perusahaan swasta dan komersial mencerminkan 27,9% dari nilai total simpanan nasabah per tanggal yang sama. Nasabah Individu BNI menawarkan produk deposito berjangka, tabungan dan giro untuk para nasabah individu. Per tanggal 31 Maret 2007, total jumlah simpanan dari nasabah individu adalah Rp65.464 miliar atau sekitar 46,7% dari total keseluruhan jumlah simpanan di BNI. Nasabah Syariah Per 31 Maret 2007, jumlah total simpanan nasabah Syariah adalah Rp1.237 miliar yang seluruhnya dalam mata uang Rupiah atau 0,87% dari total nilai simpanan BNI per tanggal yang sama. Nasabah dan Pemasaran BNI memasarkan produk simpanannya melalui para banking account manager, relationship manager, tim pemasaran di cabang maupun di lapangan, serta customer service di kantor-kantor cabang. BNI terus meningkatkan jumlah pendanaan dan meningkatkan basis nasabah, terutama dari Bisnis UKM, melalui penawaran tingkat suku bunga yang kompetitif, jaringan akses yang memadai, kemudahan pembayaran tagihan dan hadiah-hadiah yang diberikan secara periodik serta fasilitas pembelian voucher prabayar untuk telepon selular. BNI menawarkan berbagai kemudahan untuk melakukan transaksi penyetoran, penarikan, dan transfer dana, selain melalui kantor cabang secara langsung juga dapat melalui mesin ATM, menggunakan kartu debit, phone banking, mobile banking, SMS banking dan internet banking. 41 Jasa Trade Finance BNI menyediakan berbagai jasa trade finance kepada nasabah korporasi dan komersial, seperti pembiayaan ekspor-impor, pembiayaan L/C, bank garansi, dan fasilitas negosiasi wesel ekspor. Pendapatan yang didapat dari fee dan komisi trade finance adalah sebesar Rp101,2 miliar di tahun 2006 dan Rp24,6 miliar untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2007. Tresuri Divisi Tresuri melakukan kegiatan trading dan investasi dengan tujuan untuk mengoptimalkan laba serta pengelolaan posisi likuiditas dan posisi valuta asing. Divisi Tresuri BNI juga memberikan jasa layanan terhadap produk-produk tresuri seperti produk pasar uang, pasar modal, dan valuta asing (jasa advisory, jasa transaksi valuta asing dan sebagai perantara dalam produk-produk lindung-nilai) serta jasa kustodian dan wali amanat. Jasa lain dan aktivitas pendukung lainnya adalah Wali Amanat, Kustodian, Bank Notes, Banking Management, dan Unit Riset. Untuk meningkatkan layanan kepada nasabah, Divisi Tresuri meluncurkan layanan baru dalam bentuk Remote Area dan fasilitas BNI e-Forex trading. BNI juga menawarkan sistem aplikasi transaksi internetprotocol kepada para nasabahnya yang memungkinkan nasabah untuk mendapatkan tingkat nilai tukar valuta asing dan melakukan transaksi valuta asing online secara real-time. 12. Jaringan Distribusi Jaringan distribusi BNI tersebar luas di berbagai pusat ekonomi utama dan pusat bisnis di seluruh Indonesia. Per 31 Maret 2007 BNI memiliki 919 kantor cabang domestik termasuk kantor cabang pembantu, yang di dalamnya termasuk 29 kantor cabang, 183 kantor cabang pembantu dan 6 kantor kas di wilayah Jabotabek saja dan 187 kantor cabang dan 488 kantor cabang pembantu di luar wilayah Jabotabek. BNI juga memiliki 23 kantor cabang dan 30 kantor cabang pembantu Syariah, 12 Sentra Kredit Konsumen, 17 Sentra Kredit Menengah, 47 Sentra Kredit Kecil yang melayani segmen usaha kecil dan 2.325 mesin ATM. Jaringan luar negeri BNI berada di lokasi strategis pusat-pusat perdagangan dan keuangan internasional utama di dunia. BNI memiliki kantor cabang luar negeri di Hong Kong, London, Singapura, Tokyo dan sebuah kantor agency di New York. Jaringan Nasional Kantor Pusat Selain sebagai pusat kegiatan usaha dan organisasi, kantor pusat juga merupakan pusat pelayanan nasabah korporasi dan merupakan pusat dari relationship manager BNI. Kantor cabang dan kantor cabang pembantu BNI membagi jaringan kantor cabang dalam negeri menjadi kantor cabang dan kantor cabang pembantu berdasarkan nilai aktiva, jumlah karyawan, total nilai simpanan dan kredit, serta layanan dalam negeri dan internasional. Kantor Cabang dan Kantor Cabang Pembantu Syariah Kantor cabang Syariah BNI menyediakan produk dan layanan Syariah, yang diperkuat oleh relationship manager dan tenaga customer service yang terlatih dalam produk-produk dan layanan Syariah. Kantor cabang pembantu Syariah menyediakan layanan transaksi, produk non-kredit, dan jasa penasihat keuangan untuk produk-produk Syariah BNI. Sentra Kredit Kecil dan Sentra Kredit Menengah Per 31 Maret 2007, BNI memiliki 47 Sentra Kredit Kecil untuk melayani segmen nasabah usaha kecil dan 17 Sentra Kredit Menengah untuk melayani segmen nasabah usaha menengah. Sentra-sentra kredit ini memiliki relationship manager yang didedikasikan untuk melayani produk-produk pembiayaan. 42 Sentra Kredit Konsumen Per 31 Maret 2007, BNI memiliki 12 Sentra Kredit Konsumen untuk melayani nasabah individu. Sentra Kredit Konsumen memiliki tim sales yang berdedikasi untuk menawarkan produk-produk dan jasa layanan pembiayaan untuk nasabah individu. Jaringan ATM, Kartu ATM, dan Kartu Kredit BNI memiliki jaringan mesin ATM yang merupakan jaringan ATM terbesar ketiga di Indonesia per 31 Maret 2007 berdasarkan jumlah ATM. Per 31 Maret 2007, Jaringan ATM yang dimiliki meliputi 2.325 mesin ATM yang tersebar di seluruh Indonesia dan lebih dari 697 juta kartu ATM dalam sirkulasi. BNI memiliki rencana untuk menambah sekitar 157 mesin ATM pada akhir tahun 2007. Phone banking BNI menyediakan layanan telephone banking “BNI PhonePlus”, yang memungkinkan nasabah melakukan transfer dana, memeriksa saldo rekening, mengisi ulang pulsa telepon seluler pra-bayar, dan membayar tagihan seperti kartu kredit dan asuransi. Nasabah juga dapat mengakses informasi mengenai rangkaian produk dan layanan BNI melalui BNI PhonePlus. BNI Mobile & BNI SMS Banking BNI Mobile & BNI SMS Banking adalah fasilitas layanan transaksi perbankan melalui telepon selular. Dengan BNI Mobile yang menggunakan Sim Card khusus (Telkomsel Navigator Card), nasabah dapat bertransaksi menggunakan fasilitas menu dari telepon selular mereka. Jika nasabah tidak menginginkan penggantian nomer telepon selular (Sim Card), nasabah tetap dapat menggunakan BNI SMS Banking. Layanan yang diberikan melalui SMS Banking adalah transfer dana ke rekening BNI lain, pembayaran tagihan dan penggantian nomor PIN. Melalui BNI SMS Banking, nasabah melakukan transaksi dengan cara mengirimkan SMS ke BNI single access number ”3346”. Jumlah pengguna aktif BNI SMS Banking dan BNI Mobile telah lebih dari 150 ribu nasabah aktif. Internet Banking Fasilitas layanan Internet Banking diperkenalkan pada bulan Maret 2007. Dengan fasilitas layanan tersebut, nasabah dapat melakukan pengecekan saldo, mutasi rekening, penggantian pin, transfer dana ke rekening BNI dan transaksi lain seperti pembelian voucher telepon selular. Jaringan Internasional Kegiatan usaha internasional BNI berada di pusat-pusat perdagangan dan keuangan dunia, seperti Hong Kong, London, Singapura, Tokyo, dan New York. Kantor cabang luar negeri berfungsi secara independen dari Kantor pusat dalam hal pemenuhan kewajiban pendanaan dan pemberian kredit dalam mata uang asing kepada nasabah berdasarkan limit yang ditetapkan di masing-masing kantor cabang, serta pengoperasian unit tresuri terpisah. Kantor-kantor cabang BNI di luar negeri umumnya melayani nasabah nasional yang memiliki operasi di luar negeri, termasuk penyimpanan, transfer dana dan remittance, penerbitan L/C dan layanan perbankan untuk keperluan trade finance lainnya. Per 31 Maret 2007, Kegiatan usaha BNI di luar negeri didukung oleh jaringan 757 bank koresponden internasional, 93 bank koresponden dalam negeri dan sejumlah aliansi strategis internasional melalui keanggotaan asosiasi perbankan internasional. 13. Persaingan BNI menghadapi persaingan dalam menjalankan kegiatan usahanya, terutama dari bank-bank besar lainnya di Indonesia dan bank-bank asing yang melakukan kegiatan usaha di Indonesia. Selain itu, BNI juga menghadapi persaingan dari institusi keuangan lain seperti koperasi dan perusahaan pembiayaan, serta dari perusahaan-perusahaan yang dimiliki atau terafiliasi dengan Pemerintah yang memberikan pendanaan pengembangan industri dan pembiayaan jasa ekspor/impor. Selain itu, Pemerintah telah mengizinkan bank asing untuk mendirikan kantor cabang di Indonesia. Persaingan dari bank asing yang telah dan akan beroperasi di Indonesia dapat mempengaruhi kegiatan usaha dan kondisi keuangan BNI. 43 14. Aktiva Tetap Kantor Pusat BNI terletak di Jalan Jenderal Sudirman Kav.1, Jakarta 10220. BNI menggunakan lebih dari 549.397 meter persegi ruangan kantor untuk kegiatan usahanya di Indonesia dan 6.722 meter persegi ruangan kantor untuk kegiatan usaha di luar negeri BNI. BNI memiliki lebih dari 333.990 meter persegi ruangan kantor, termasuk 294.744 meter persegi yang digunakan untuk kantor-kantor cabang dalam negeri BNI dan pusat perbankan lainnya, 39.246 meter persegi yang digunakan untuk fungsi Kantor Pusat, dan 1.601 meter persegi yang digunakan sebagai kantor cabang Hong Kong. Nilai buku bersih dari aktiva tetap yang dimiliki BNI per 31 Maret 2007 adalah Rp2.575 miliar. 15. Teknologi Informasi Proses up-grading dan perbaikan teknologi informasi secara berkesinambungan dipercaya sebagai kunci keberhasilan untuk memastikan kemampuan bersaing dalam industri perbankan Indonesia dan juga meningkatkan pengawasan internal serta sistem manajemen risiko. Sampai dengan saat ini, BNI telah melakukan upgrade dan modernisasi atas platform Teknologi Informasi. 16. Asuransi Kebijakan BNI adalah mengasuransikan dalam jumlah yang memadai untuk seluruh properti yang dimiliki terhadap risiko kebakaran dan risiko umum lainnya. Per 31 Maret 2007, BNI telah mengasuransikan bangunannya (tidak termasuk tanah), kendaraan bermotor dan peralatan terhadap kerugian fisik atau kerusakan dengan total penutupan asuransi sejumlah Rp1.293 miliar dan 52,8 juta Dollar US yang diyakini cukup untuk menutup kemungkinan kerugian yang timbul dalam kaitannya dengan bangunan dan peralatan. BNI juga menggunakan jasa asuransi untuk risiko usahanya seperti kehilangan uang tunai atau surat berharga akibat kehilangan atau pencurian. BNI juga memiliki kebijakan yang mewajibkan penutupan asuransi untuk seluruh agunan yang diberikan oleh nasabah. 17. Perpajakan Rugi pajak yang berasal dari tahun-tahun sebelumnya dapat dikurangkan terhadap laba kena pajak hingga lima tahun setelah tahun kerugian tersebut terjadi. Untuk tahun-tahun fiskal yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2004, 2005 dan 2006, BNI membukukan pajak penghasilan masingmasing sebesar nihil, Rp838,7 miliar, dan Rp911,1 miliar. Untuk tahun fiskal yang berakhir 31 Desember 2004 BNI telah mengkompensasikan akumulasi rugi pajak yang berasal dari tahun fiskal 1998 dan 1999 yang telah jatuh tempo pada tahun fiskal 2004 sebesar Rp10.844 miliar. Sampai tahun fiskal yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2006, BNI tidak membukukan rugi secara fiskal, sehingga saldo akumulasi rugi pajak pada tanggal 31 Desember 2005 dan 31 Desember 2006 adalah nihil. 44 PENGELOLAAN RISIKO DAN KEPATUHAN BNI 1. Pendahuluan BNI menghadapi beberapa risiko yang berkaitan dengan transaksi simpanan, kredit yang diberikan, trading, kegiatan usaha lainnya, serta risiko yang berhubungan dengan lingkungan tempat beroperasi. Tujuan BNI dalam manajemen risiko adalah memastikan agar BNI dapat memahami, mengukur dan mengawasi berbagai risiko yang timbul serta agar BNI dapat sebaik mungkin mematuhi kebijakan dan prosedur yang ditetapkan dalam mengatasi risiko yang dihadapi. Jenis risiko utama yang dihadapi BNI adalah risiko kredit (credit risk); risiko pasar (market risk)( termasuk didalamnya risiko likuiditas (liquidity risk), risiko tingkat suku bunga (interest rate risk), risiko trading (trading risk), risiko nilai tukar (foreign exchange risk), risiko operasional (operational risk), risiko kepatuhan, strategis dan hukum (compliance, strategic, and legal risk), dan juga risiko yang dapat mempengaruhi reputasi BNI. BNI membuat sistem manajemen risiko berdasarkan panduan dari Bank Indonesia tentang Implementasi Manajemen risiko untuk Bank Komersil dan dokumen pendukung lainnya dari Komite Basel tentang supervisi Bank, khususnya kesesuaiannya dengan Basel II. Sebagai bagian dari usaha yang dimulai di tahun 2000 untuk mencapai standar manajemen risiko yang best-in-class secara internasional, BNI secara berkelanjutan mengembangkan dan memperbaiki framework manajemen risiko untuk mengimplementasikan sebuah sistem manajemen risiko dan pengendalian internal yang terintegrasi dan menyeluruh. Framework manajemen risiko BNI di implementasikan dalam bentuk kebijakan, prosedur, penetapan limit, tujuan, dan alat - alat manajemen risiko lainnya. Dalam memastikan bahwa kebijakan BNI mengikuti keadaan terbaru, evaluasi dilakukan secara berkala dan parameter diganti agar mencerminkan situasi bisnis dan risiko yang terkini. BNI telah membuat perencanaan detil mengenai fase - fase dan langkah - langkah pengembangan manajemen risiko agar memenuhi persyaratan manajemen risiko dari Bank Indonesia (khususnya perencanaan Bank Indonesia dalam mengimplementasikan Basel II), prinsip - prinsip, dan petunjuk lain dari Komite Basel tentang Supervisi Bank. 2. Organisasi Sebagai bagian dari perbaikan sistem manajemen risiko, BNI telah membangun struktur tata kelola manajemen risiko yang bersifat multi-layered. (multi-layered risk management governance structure). Salah satu kunci utama dari struktur ini adalah pemisahan fungsi manajemen risiko kredit dan kepatuhan dari fungsi kegiatan operasi bisnis BNI. Fungsi manajemen risiko kredit dan kepatuhan dijalankan secara terpusat dan berdiri sebagai unit independen di kantor pusat. Petugas manajemen risiko kredit dan kepatuhan juga berfungsi secara independen dan terpisah dari unit bisnis. BNI juga memiliki petugas pengelola risiko kredit pada kantor cabang, Sentra Kredit Kecil, dan Sentra Kredit Menengah. Petugas pengelola risiko kredit bertanggung jawab kepada Divisi Risiko Kredit di kantor pusat. Selain itu disetiap unit juga ditempatkan petugas quality assurance, yang bertanggung jawab kepada Divisi Kepatuhan di kantor pusat. Sebagai hasil reorganisasi BNI, Divisi Kebijakan dan Manajemen Risiko, Divisi kepatuhan, dan Satuan Pengawas Internal bersifat independen dari unit bisnis strategis BNI. Badan tertinggi dalam struktur organisasi BNI adalah Dewan Komisaris, yang bertanggung jawab untuk mengawasi kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh Dewan Direksi. Pada tahun 2003, Dewan Komisaris membentuk Komite Risiko dan Kepatuhan untuk membantu Komisaris dalam melakukan pengkajian dan pengawasan kebijakan BNI serta manajemen risiko. Dewan Direksi bertanggung jawab untuk menetapkan kebijakan pada tingkat perusahaan (bank-wide) serta penerapannya pada bisnis dan operasi BNI. Pada tingkat operasional, BNI membentuk Divisi Manajemen Risiko, yang melapor kepada Komite Risiko dan Kapital dan bekerja sama dengan unit-unit bisnis, untuk merancang, mengimplementasikan dan mengawasi strategi, kebijakan dan prosedur manajemen risiko BNI. BNI juga membentuk Divisi Kepatuhan, yang melapor kepada Komite Risiko dan Kapital dan bekerja sama dengan unit-unit bisnis untuk memastikan kepatuhan terhadap framework, kebijakan, dan prosedur manajemen risiko. 45 3. Risiko Kredit Tinjauan Risiko kredit adalah risiko atas kemungkinan terjadinya kerugian yang diakibatkan oleh kegagalan/ cedera janji debitur atau pihak kedua lainnya dalam memenuhi persyaratan dan kondisi yang telah disepakati dan ditetapkan dalam perjanjian dengan pihak Bank. Risiko kredit yang dihadapi BNI terutama terdapat dalam transaksi kredit yang diberikan, trade finance dan Tresuri. Tujuan utama BNI adalah menjaga kualitas kredit yang diberikan, memaksimalkan tingkat pengembalian (return) dan meningkatkan efisiensi operasi. BNI telah menata kembali struktur organisasi dalam proses kredit yang diberikan berdasarkan pengawasan dan pengendalian yang ketat melalui pemisahan fungsi proses kredit dan penilaian risiko kredit. Untuk meningkatkan mekanisme pengawasan yang solid, BNI menerapkan kebijakan kredit yang diberikan yang jelas (meliputi penentuan dan pengukuran tingkat risiko), analisis kredit, penilaian agunan, persetujuan kredit, dokumentasi pemberian dan pencairan kredit, serta fungsi pemeriksaan, pengawasan, dan pelaporan yang berkesinambungan setelah kredit tersebut dicairkan, dimana masing-masing tugas tersebut dilakukan oleh divisi atau unit yang berbeda. Kebijakan dan Prosedur Kredit BNI telah mempunyai kebijakan dan prosedur kredit yang diberikan secara tertulis yang menjelaskan secara rinci mengenai prosedur untuk analisis dan persetujuan kredit, review kredit (credit review), pemantauan, dan restrukturisasi serta penanganan kredit bermasalah. Melalui kebijakan kredit yang diberikan, BNI berupaya untuk menjaga kualitas aktivanya. Kebijakan tersebut meliputi analisis kredit dan pemantauan kolektibilitas kredit secara periodik, diversifikasi portofolio, agunan yang dipersyaratkan dan pengendalian internal. BNI menyadari perlunya peningkatan kemampuan manajemen risiko kredit. Hingga saat ini BNI telah melakukan perbaikan atas prosedur dan kebijakan pada Bisnis Korporasi, Bisnis Komersial/ UKM dan Bisnis Konsumer dalam usahanya untuk mensejajarkan dengan praktek perbankan internasional (International Best Practice). BNI saat ini telah memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan mempunyai komitmen kuat untuk meningkatkan budaya kredit yang sehat BNI agar sesuai dengan standar internasional. Analisis dan Persetujuan Kredit Proses persetujuan kredit BNI yang diberikan meliputi langkah-langkah sebagai berikut: permohonan kredit; analisis dan evaluasi dilakukan oleh manajer bisnis dan manajer risiko kredit; negosiasi kredit; penentuan jumlah kredit, tingkat bunga, persyaratan dan struktur secara umum; rekomendasi untuk mendapatkan keputusan kredit; menyiapkan formulir keputusan; penerimaan (atau penolakan) kredit; mengkomunikasikan hasil keputusan kredit kepada nasabah; penyelesaian dan pembuatan perjanjian kredit dan seluruh dokumentasi yang diperlukan; dan pencairan kredit. Tinjauan dan Pengawasan Kredit Kinerja semua kredit dan fasilitas trade finance diawasi secara reguler oleh unit bisnis yang bertanggung jawab terhadap kredit yang diberikan tersebut. Kredit usaha kecil dan konsumen diawasi oleh kantor cabang, sentra kredit atau Sentra Kredit Konsumen yang terkait, tergantung dari tingkat kewenangan persetujuan kredit dari kantor cabang atau Sentra Kredit Konsumen. Kredit korporasi 46 dan komersial serta fasilitas trade finance diawasi oleh kantor pusat. Dalam mengawasi kredit-kredit dan fasilitas trade finance tersebut, kebijakan BNI difokuskan kepada faktor-faktor yang sama dengan faktor-faktor yang digunakan dalam persetujuan kredit dan fasilitas trade finance. Hal ini mencakup kegiatan usaha, kondisi keuangan dan riwayat pembayaran; peringkat risiko konsumen dan peringkat risiko industri,kinerja keuangan, jenis dan nilai agunan, pengawasan, integritas dan kredibilitas manajemen. Restrukturisasi Kredit dan Pemulihan Kredit Bermasalah Bank Indonesia telah menerapkan peraturan mengenai kualitas kredit yang mewajibkan bank-bank untuk mengkategorikan semua kredit kedalam lima kategori dan menetapkan penyisihan kredit minimum berdasarkan kategori tersebut. Per 31 Desember 2006, kredit bermasalah BNI (kredit yang masuk dalam kategori ”kurang lancar”, ”diragukan”, dan ”macet”) berjumlah Rp6.976 miliar, dengan rasio kredit bermasalah terhadap total kredit sebesar 10.5%. Per 31 Maret 2007, kredit bermasalah BNI berjumlah Rp7.279 miliar, dan rasio kredit bermasalah terhadap total kredit sebesar 10,5%, dari total nilai kredit bermasalah per 31 Desember 2006 yaitu sebesar Rp6.976 miliar. Teknik-teknik lain. Pada kasus-kasus tertentu, BNI memberikan tambahan fasilitas kredit kepada debitur yang meminta tambahan fasilitas kredit, dan BNI yakin nasabah tersebut hanya mengalami masalah likuiditas temporer atau mengalami kesulitan-kesulitan temporer lain. BNI juga dapat meminta tambahan agunan dalam hal restrukturisasi, dan pada kasus lain, dapat melakukan eksekusi atas agunan tersebut. 4. Risiko Pasar - Risiko Likuiditas - Risiko Tingkat Suku Bunga - Trading Risk - Risiko Nilai Tukar Mata Uang Asing Risiko pasar yang paling utama bagi BNI adalah risiko tingkat suku bunga dan risiko nilai tukar mata uang asing walaupun dalam porsi risiko yang lebih kecil. Instrumen keuangan yang terekspos risikorisiko ini adalah kredit yang diberikan, simpanan, surat berharga dan derivatif keuangan. BNI tidak terekspos pada risiko komoditas karena tidak memiliki posisi komoditas. Risiko pasar untuk aktivitas trading dan banking dimonitor oleh Divisi Kebijakan dan Manajemen yang dipantau oleh Komite Risiko dan Kapital. 5. Risiko Operasional Seperti juga pada institusi keuangan lain, BNI juga terimbas berbagai jenis risiko operasional. Penyebab utama dari risiko operasional adalah faktor manusia, proses internal, sistem, teknologi dan faktor-faktor eksternal. Risiko operasional mencakup risiko yang terkait dengan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan atau orang-orang diluar BNI, dilakukannya transaksi diluar wewenang karyawan, kesalahan manusia yang terkait dengan pemrosesan transaksi dan teknologi, pelanggaran terhadap pengendalian internal dan kepatuhan, dan sebagainya. Jika terjadi penyimpangan terhadap sistem pengendalian internal, sistem operasi atau tindakan karyawan yang tidak semestinya, BNI dapat menderita kerugian keuangan, mendapatkan sanksi dari otoritas berwenang dan mengakibatkan rusaknya reputasi. 6. Risiko Hukum Ketidakpastian kekuatan hukum dalam pemenuhan kewajiban nasabah dan counterparty, termasuk ketidakpastian dalam kekuatan untuk mengeksekusi agunan, dapat menciptakan risiko hukum. Perubahan dalam hukum dan peraturan dapat berdampak buruk bagi BNI. BNI berupaya untuk mengurangi risiko hukum ini dengan menggunakan dokumentasi legal yang tepat, melakukan prosedur yang dirancang untuk memastikan kewenangan atas transaksi yang dilakukan, serta melakukan konsultasi dengan penasehat hukum internal dan eksternal. 47 7. Basel II Accord Selain patuh terhadap regulasi Bank Indonesia yang sesuai, perkembangan pelaksanaan manajemen risiko BNI juga berdasarkan standar terbaik internasional. Perbaikan yang bersifat terus menerus dilakukan berdasarkan kerangka kerja yang dibuat oleh Basel Committee on Banking Supervision, atau yang lebih dikenal sebagai Basel II. Bank Indonesia telah mengambil keputusan bahwa the new Capital Accord dari Basel Committee on Banking Supervision akan di implementasikan di Indonesia secara bertahap, mulai tahun 2008. Semua Bank Umum akan diwajibkan untuk memenuhi persyaratan permodalan sesuai dengan Basel II, yang diawali dengan pendekatan yang paling sederhana. Selanjutnya, setiap bank yang mampu membuat perubahan sistem yang diperlukan dan memenuhi semua persyaratan, akan diijinkan untuk menerapkan pendekatan yang lebih maju setelah divalidasi oleh Bank Indonesia. Diharapkan pada tahun 2011 seluruh framework Basel II telah diaplikasikan secara menyeluruh mencakup semua pilar. 48 PENJELASAN MENGENAI AKTIVA DAN KEWAJIBAN BNI Tabel berikut menyajikan saldo rata-rata untuk Aktiva Produktif berbunga (interest-earning asset) dan kewajiban yang menanggung beban bunga (interest-bearing liabilities) berikut jumlah pendapatan bunga dan beban bunga, yang menghasilkan rata-rata yield dan cost of fund, untuk masing-masing periode: (dalam miliar Rupiah, kecuali persentase) Per 31 Maret 2007 Saldo Pendapatan Yield Rata-rata(1) Bunga Rata-rata (%)(2) Aktiva Aktiva Produktif Berbunga: Giro pada Bank Lain Penempatan pada Bank Lain dan Bank Indonesia: Rupiah Mata Uang Asing Penyisihan Total Surat berharga: Rupiah Mata Uang Asing Penyisihan Total Wesel ekspor dan Tagihan lainnya Tagihan Derivatif Kredit yang diberikan(3) Rupiah Mata Uang Asing Penyisihan dan Pendapatan Yang Ditangguhkan Total Tagihan Akseptasi Obligasi Pemerintah Total Aktiva Produktif Berbunga Total Aktiva Produktif Berbunga-bersih Total Aktiva Tidak Produktif(4) Total Aktiva 49 980 30.340 20.923 9.417 (168) 30.173 7.443 4.132 3.311 (15) 7.428 873 32 66.921 55.465 11.455 (3.844) 63.077 3.199 38.919 148.706 144.679 25.874 170.553 0 409 266 143 0,0% 5,4% 5,1% 6,1% 409 253 201 52 5,4% 13,6% 19,5% 6,3% 253 34 0 1.849 1.627 222 13,6% 15,6% 1.849 11,1% 11,7% 7,8% 0,0% 11,7% 1.035 3.580 10,6% 9,6% 3.580 8,4% (dalam miliar Rupiah, kecuali persentase) Per 31 Maret 2007 Saldo Rata-rata(1) Kewajiban Kewajiban yang menanggung beban bunga Simpanan dari Nasabah dan Bank Lain(9): Rupiah: Giro Tabungan Deposito Berjangka(7) Mata Uang Asing: Giro Tabungan Deposito Berjangka Total Kewajiban Derivatif Kewajiban Akseptasi Surat berharga Yang Diterbitkan Pinjaman Yang Diterima: Rupiah Mata Uang Asing Total Pinjaman Subordinasi Total Kewajiban yang menanggung beban bunga Total Kewajiban tidak berbunga (8) Total Kewajiban (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Beban Bunga Cost of Fund Rata-rata (%) 28.198 38.361 53.036 180 302 1.196 2,6% 3,2% 9,0% 6.627 0 13.114 139.336 12 5.078 1.282 45 2,7% 149 1.872 0 0 116 4,5% 5,4% 0,0% 0,0% 31,6% 2 60 62 61 2.111 0,8% 7,2% 5,8% 10,7% 5,5% 0,0% 5,4% 921 3.337 4.257 2.278 152.255 4.101 156.356 2.111 Rata-rata saldo tidak diaudit posisi bank dan kecuali untuk Surat Berharga dihitung berdasarkan saldo awal dan saldo akhir bulan untuk periode yang bersangkutan. Yield rata-rata atas rata-rata Aktiva Produktif Berbunga. Tidak diaudit dan merupakan rasio antara Pendapatan Bunga dengan rata-rata Aktiva Produktif Berbunga yang disetahunkan. Cost of Fund rata-rata atas rata-rata Kewajiban Yang Menanggung Beban Bunga adalah rasio antara beban bunga dengan rata-rata Kewajiban Yang Menanggung Beban Bunga yang disetahunkan. Termasuk surat berharga yang dibeli dengan perjanjian dapat dijual kembali untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2007. Rata-rata saldo kredit termasuk kredit bermasalah. Mencerminkan seluruh Obligasi Pemerintah “Diperdagangkan”, ”Tersedia untuk Dijual” atau “Dimiliki Hingga Jatuh Tempo”. Termasuk tagihan pembayaran di muka dan aktiva lain-lain Termasuk Sertifikat Deposito dan Deposito dari Bank Lain. Termasuk hutang pajak, penyisihan kerugian atas transaksi pada rekening administratif, biaya yang masih harus dibayar dan kewajiban lain-lain dan hutang dividen. Termasuk profit-sharing dan bonus Wadiah. 50 (dalam miliar Rupiah, kecuali persentase) Per 31 Desember 2004 Saldo Ratarata(1) 2005 Pendapatan Bunga(7) Yield Ratarata (%)(2) Saldo Ratarata(1) 546 0 0,0% 495 10.702 3.608 7.094 (55) 10.647 8.307 6.507 1.800 (12) 8.295 592 490 102 5,5% 13,6% 1,4% 592 638 455 183 2.308 477 50.224 37.674 12.550 (2.645) 47.579 1.696 41.090 59 0 6.192 5.488 704 Total Aktiva Produktif Berbunga 115.350 11.407 Total Aktiva Produktif Berbunga-bersih 112.638 Aktiva Aktiva Produktif Berbunga: Giro pada Bank Lain Penempatan pada Bank Lain dan Bank Indonesia: Rupiah Mata Uang Asing Penyisihan Total Surat berharga: Rupiah Mata Uang Asing Penyisihan Total Wesel ekspor dan Tagihan Lainnya Tagihan Derivatif Kredit yang diberikan(3) Rupiah Mata Uang Asing Penyisihan Total Tagihan Akseptasi Obligasi Pemerintah(4) Total Aktiva Tidak Produktif(5) Total Aktiva 638 6.192 0 3.926 Saldo Ratarata(1) 0 0,0% 1.886 0 0,0% 812 539 273 6,2% 11,4% 3,2% 8,5% 12,1% 5,7% 812 654 477 177 6,2% 9,7% 9,1% 12,2% 1.349 1.251 1.063 188 8,5% 11,3% 13,0% 6,6% 654 9,8% 15.941 6.840 9.101 (118) 15.823 11.038 8.176 2.862 (18) 11.056 1.349 827 522 5,6% 7,7% 7,0% 10,2% 0,0% 7,7% 13.178 4.715 8.463 (82) 13.096 6.714 5.263 1.451 (11) 6.703 1.251 11,3% 2,6% 0,0% 12,3% 14,6% 5,6% 0,0% 13,0% 0,0% 9,6% 1.142 271 60.786 45.976 14.810 (3.836) 56.950 3.273 37.736 263 0 6.798 6.647 151 0 6.798 0 3.723 23,0% 0% 11,2% 14,5% 1,0% 883 81 61.190 50.487 10.702 (4.298) 56.892 3.443 37.677 78 0 7.302 6.404 898 8,9% 0% 11,9% 12,7% 8,4% 7.302 0 4.629 12,8% 0,0% 12,3% 9,9% 123.595 12.250 9,9% 132.140 14.609 11,1% 51 139,635 11,9% 0,0% 9,9% Pendapatan Bunga 127.741 19.969 11.407 2006 Yield Ratarata (%)(2) 119.666 15.798 128,436 Pendapatan Bunga 24.363 12.250 152.104 14.609 Yield Ratarata (%)(2) (dalam miliar Rupiah, kecuali persentase) Per 31 Desember 2004 Saldo Ratarata(1) 2005 Pendapatan Bunga(8) Yield Ratarata (%)(2) Saldo Ratarata(1) Pendapatan Bunga 2006 Yield Ratarata (%)(2) Saldo Ratarata(1) Kewajiban Kewajiban yang menanggung beban bunga Simpanan dari Nasabah dan Bank Lainnya(9): Rupiah: Giro 20.594 465 2,3% 24.059 632 2,6% 26.293 Tabungan 35.706 2.028 5,7% 36.433 1.149 3,2% 35.163 Deposito Berjangka 30.301 1.243 4,1% 30.124 2.264 7,6% 40.667 Mata Uang Asing: Giro 7.023 41 0,6% 7.194 107 1,5% 7.273 Tabungan 72 0 0,1% 105 0 0% 0 Deposito Berjangka 7.517 43 0,6% 9.850 243 2,5% 12.013 Total 101.213 3.820 3,8%107.765 4.395 4,1%121.408 Kewajiban Derivatif 89 0 0% 135 0 0% 56 Kewajiban Akseptasi 1.881 0 0% 4.011 0 0% 4.262 Surat berharga Yang Diterbitkan 2.180 292 13,4% 2.200 391 17,8% 1.951 Pinjaman Yang Diterima: Rupiah 1.927 105 5,4% 2.434 213 8,8% 1.935 Mata Uang Asing 3.276 125 3,8% 2.884 246 8,5% 2.397 Total 5.203 230 4,4% 5.318 459 8,6% 4.331 Pinjaman Subordinasi 2.236 221 9,9% 2.534 221 8,7% 2.294 Total kewajiban yang menanggung beban bunga 112.802 4.563 4,0%121.963 5.466 4,5%134.302 Total Kewajiban Tidak Berbunga(6) 4.321 5.053 4.396 Total Kewajiban 117.121 4.563 3,9%127.016 5.466 4,3%138.698 Pendapatan Bunga Yield Ratarata (%)(2) 698 2,7% 1.080 3,1% 4.126 10,1% 188 2,6% 557 6.649 0 0 4,6% 5,5% 0,0% 0,0% 416 21,3% 121 250 371 204 12% 3% 7% 9% 7.640 6% 7.640 (1) Saldo rata-rata tidak diaudit posisi bank dan dihitung berdasarkan rata-rata bulanan saldo awal bulan dan akhir bulan selama periode yang bersangkutan. (2) Yield rata-rata atas rata-rata Aktiva Produktif Berbunga tidak diaudit dan merupakan rasio antara Pendapatan Bunga dengan rata-rata Aktiva Produktif Berbunga. Cost of Fund rata-rata atas rata-rata Kewajiban Yang Menanggung Beban Bunga adalah rasio antara beban bunga dengan rata-rata Kewajiban Yang Menanggung Beban Bunga. (3) Rata-rata saldo kredit termasuk kredit bermasalah. (4) Mencerminkan seluruh Obligasi Pemerintah “Diperdagangkan”, ”Tersedia untuk Dijual” atau “Dimiliki Hingga Jatuh Tempo”. (5) Termasuk tagihan. pembayaran di muka dan aktiva lain-lain. (6) Termasuk sertifikat deposito dan deposito dari bank lainnya (7) Tidak termasuk pendapatan bunga lainnya seperti derivatif, non-kredit dan lain sebagainya (8) Termasuk beban Syariah (9) Termasuk profit-sharing dan bonus Wadiah 52 Tabel berikut menjelaskan saldo simpanan nasabah berdasarkan jenis simpanan, mata uang dan sumber dana per tanggal-tanggal berikut: (dalam miliar Rupiah, kecuali persentase) Per Tanggal 31 Desember Per Tanggal 31 Maret 2004 2005 2006 2007 Saldo % dari Saldo % dari Saldo % dari Saldo % dari Simpanan Total Simpanan Total Simpanan Total Simpanan Total Rupiah Giro Tabungan Deposito Berjangka Total Simpanan Rupiah Mata Uang Asing Giro Tabungan(1) Deposito Berjangka Total Simpanan Mata Uang Asing Total Yang Terdiri Dari Pihak Terkait Pihak Ketiga 21.797 38.955 28.906 89.658 20,7 37,1 27,5 85,3 23.495 36.383 33.495 93.373 20,4 31,5 29,0 80,9 28.345 38.519 47.721 114.585 20,9 28,3 35,1 84,3 25.814 38.241 57.587 121.642 18,2 27,0 40,6 85,8 6.748 93 8.598 15.439 105.097 154 104.943 6,4 0,1 8,2 14,7 100,0 0,1 99,9 7.141 81 14.777 21.999 115.372 134 115.238 6,2 0,1 12,8 19,1 100,0 0,1 99,9 7.421 97 13.694 21.212 135.797 66 135.731 5,5 0,1 10,1 15,7 100,0 0,0 100,0 6.914 110 13.062 20.086 141.728 36 141.691 4,9 0,1 9,2 14,2 100,0 0,0 100,0 Total 105.097 100,0 115.372 100,0 135.797 100,0 141.727 100,0 (1) Seluruh tabungan dalam mata uang asing disimpan pada kantor cabang BNI di luar negeri. Tabel berikut ini menyajikan klasifikasi pinjaman berdasarkan kategori klasifikasi pinjaman yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. (dalam miliar Rupiah, kecuali persentase) Per Tanggal 31 Desember Per Tanggal 31 Maret 2004 2005 2006 2007 Jumlah % dari Jumlah % dari Jumlah % dari Jumlah % dari Outstanding Total Outstanding Total Outstanding Total Outstanding Total Lancar(1) Dalam Perhatian Khusus(2) Subtotal (3) Kurang Lancar(4) Diragukan(5) Macet(6) Subtotal(7) 46.145 9.058 55.203 1.357 444 863 2.664 79,7 15,7 95,4 2,3 0,8 1,5 4,6 45.834 8.243 54.077 2.417 905 5.259 8.581 73,1 13,2 86,3 3,9 1,4 8,4 13,7 50.434 9.050 59.484 1.195 764 5.017 6.976 75,9 13,6 89,5 1,8 1,1 7,5 10,5 53.660 8.194 61.854 1.822 445 5.012 7.279 77,6 11,8 89,5 2,6 0,6 7,2 10,5 Total Pinjaman 57.868 100,0 62.658 100,0 66.460 100,0 69.133 100,0 (1) Per tanggal 31 Maret 2007, sejumlah Rp3.992 miliar dari portofolio pinjaman yang dikategorikan “Lancar” merupakan pinjaman yang direstrukturisasi. mewakili 7,4% dari seluruh pinjaman “Lancar” BNI. (2) Per tanggal 31 Maret 2007. sejumlah Rp4.719 miliar dari portofolio pinjaman yang dikategorikan “Dalam Perhatian Khusus” merupakan pinjaman yang direstrukturisasi. mewakili 57,6% dari seluruh pinjaman “Dalam Perhatian Khusus” BNI. (3) Termasuk pinjaman yang direstrukturisasi sejumlah Rp8.711 miliar per 31 Maret 2007. (4) Per tanggal 31 Maret 2007 sejumlah Rp805 miliar dari portofolio pinjaman yang dikategorikan “Kurang Lancar” merupakan pinjaman yang ddirestrukturisasi. mewakili 44,2% dari seluruh pinjaman “Kurang Lancar” BNI. (5) Per tanggal 31 Maret 2007 sejumlah Rp257 miliar dari portofolio pinjaman yang dikategorikan “Diragukan” merupakan pinjaman yang ddirestrukturisasi. mewakili 57,8% dari seluruh pinjaman “Diragukan” BNI (6) Per tanggal 31 Maret 2007, sejumlah Rp1.527 miliar dari portofolio kredit yang dikategorikan ”macet” merupakan kredit yang direstrukturisasi, yang mewakili 30,5% dari seluruh kredit ”macet” BNI. (7) Termasuk pinjaman yang direstrukturisasi sejumlah Rp2.589 miliar per 31 Maret 2007. yang telah menjadi pinjaman bermasalah. 53 Tabel berikut menunjukkan informasi mengenai penyisihan pinjaman yang diberikan BNI yang diklasifikasikan berdasarkan kategori pinjaman: (dalam miliar Rupiah, kecuali persentase) Lancar Per 31 Desember 2004 Jumlah Outstanding Dikurangi Penyisihan Kerugian(1) Total Pinjaman – bersih Penyisihan Kerugian / Jumlah Outstanding (%) Per 31 Desember 2005 Jumlah Outstanding Dikurangi Penyisihan Kerugian(1) Total Pinjaman – bersih Penyisihan Kerugian / Jumlah Outstanding (%) Per 31 Desember 2006 Jumlah Outstanding Dikurangi Penyisihan Kerugian(1) Total Pinjaman – bersih Penyisihan Kerugian / Jumlah Outstanding (%) Per 31 Maret 2007 Jumlah Outstanding Dikurangi Penyisihan Kerugian(1) Total Pinjaman – bersih Penyisihan Kerugian / Jumlah Outstanding (%) Per tanggal 31 Maret 2007 Dalam Kurang Diragukan Macet Perhatian Lancar Khusus Total 46.146 461 45.685 9.058 853 8.205 1.357 552 805 444 401 43 863 863 0 57.868 3.130 54.738 1,0% 9,4% 40,7% 90,3% 100,0% 5,4% 45.834 578 45.256 8.243 406 7.837 2.417 350 2.067 905 290 615 5.259 2.703 2.556 62.658 4.327 58.331 1,3% 4,9% 14,5% 32,0% 51,4% 6,9% 50.434 719 49.715 9.050 519 8.531 1.195 519 676 764 596 168 5.017 1.493 3.524 66.460 3.846 62.614 1,4% 5,7% 43,4% 78,0% 29,8% 5,8% 53.660 649 53.011 8.194 489 7.705 1.822 245 1.577 445 127 318 5.012 2.321 2.691 69.133 3.831 65.302 1,2% 5,9% 13,5% 28,5% 46,3% 5,5% 1) Penyisihan BNI untuk pinjaman-pinjaman tertentu (kecuali untuk pinjaman lancar) memperhitungkan nilai agunan sesuai dengan kebijakan BNI 54 IKHTISAR DATA KEUANGAN DAN OPERASIONAL PENTING BNI Informasi yang disajikan berikut ini telah diambil atau bersumber dari laporan keuangan konsolidasian BNI tanggal 31 Desember 2004, 2005, dan 2006, serta untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, serta tanggal 31 Maret 2007 dan untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal tersebut, yang telah diaudit oleh auditor independen sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, seperti yang tercantum dalam Prospektus ini (kecuali untuk rasio keuangan yang tidak diaudit dan dimasukkan pada bab ini untuk tujuan pemberian informasi). Laporan keuangan konsolidasian BNI tanggal 31 Desember 2006 dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, serta tanggal 31 Maret 2007 dan untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal tersebut, telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Purwantono, Sarwoko & Sandjaja (anggota Ernst & Young Global), auditor independen. Laporan keuangan konsolidasian BNI tanggal 31 Desember 2004 dan 2005, serta untuk tahun yang berakhir tanggal-tanggal tersebut, telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Haryanto Sahari & Rekan (a member firm of PricewaterhouseCoopers), auditor independen. Laporan keuangan konsolidasian BNI tanggal 31 Maret 2006 dan untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal tersebut tidak diaudit maupun di review oleh auditor/akuntan independen. Ikhtisar data keuangan dibawah ini telah diambil, dan harus dibaca bersama-sama dengan laporan keuangan konsolidasian yang telah diaudit tersebut di atas, beserta catatan atas laporan keuangan konsolidasian dan laporan auditor independen terkait, dan dengan laporan keuangan konsolidasian yang belum diaudit. (dalam miliar Rupiah) Uraian Untuk Tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2002 2003 Laporan Laba Rugi 14.576 13.131 Pendapatan bunga(1) Beban bunga(2) (10.451) (7.857) Pendapatan/(beban) bunga bersih 4.125 5.274 Pendapatan operasional lainnya 1.654 2.108 Beban operasional lainnya (diluar penyisihan kerugian atas aktiva produktif) (2.786) (3.674) Laba (Rugi) Operasi sebelum penyisihan kerugian atas aktiva produktif 2.993 3.708 Beban penyisihan kerugian atas aktiva produktif (518) (2.966) Pendapatan/(beban) operasional bersih 2.475 742 Pendapatan/(beban) non operasional bersih 35 205 Taksiran pajak penghasilan (3) (135) Laba/(rugi) bersih setelah pajak 2.508 812 Hak pemegang saham minoritas 1 Laba/(rugi) bersih 2.508 813 55 Untuk Periode Tiga bulan yang berakhir 31 Maret 2004 2005 2006(1) 2007 11.788 (4.647) 7.141 2.763 12.708 (5.536) 7.172 2.101 15.043 (7.667) 7.376 2.861 3.651 (2.172) 1.479 1.210 (4.686) (5.751) (6.258) (1.620) 5.218 (2.128) 3.090 (16) 19 3.093 (3) 3.090 3.522 (1.256) 2.266 (10) (839) 1.417 (2) 1.415 3.980 (1.319) 2.661 179 (911) 1.929 (3) 1.926 1.069 (623) 446 160 (205) 401 (1) 400 (dalam miliar Rupiah) Uraian 2002 Per 31 Desember 2003 2004 2005 2006(1) Per 31 Maret 2007 2.035 5.765 409 2.156 7.840 463 2.354 10.958 498 2.844 11.281 500 2.695 15.160 422 2.331 15.733 497 12.458 - 12.913 7.196 10.640 6.479 19.554 3.773 Neraca Kas Giro pada Bank Indonesia Giro pada bank lain – bersih Penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia – bersih Surat berharga – bersih Surat berharga dengan perjanjian jual kembali – bersih Wesel Ekspor dan tagihan lainnya – bersih Kredit Yang Diberikan Kredit Yang Diberikan – bersih Obligasi Rekapitalisasi Pemerintah(3) Total Aktiva 30.327 4.956 32.850 6.805 50 836 2.152 747 1.392 662 37.792 46.408 57.868 62.659 66.460 36.199 43.987 54.738 58.331 62.614 - 44.290 38.943 37.444 41.227 125.623 131.568 136.582 147.812 169.416 125 375 69.133 65.302 39.718 174.972 Simpanan nasabah Simpanan dari bank lain Surat berharga yang diterbitkan Pinjaman Yang Diterima Hutang Subordinasi Total Kewajiban Hak Minoritas Total Ekuitas Total Kewajiban dan Ekuitas 96.990 105.258 105.097 115.372 135.797 2.422 1.685 3.783 2.378 2.344 2.876 2.228 2.113 2.117 1.535 8.068 5.026 4.383 4.796 4.009 1.300 2.066 2.285 2.433 2.239 117.385 121.465 123.930 135.891 154.597 7 6 28 26 25 8.231 10.016 12.624 11.895 14.794 125.623 131.487 136.582 147.812 169.416 141.727 2.588 992 4.703 2.271 160.397 26 14.549 174.972 Uraian Rasio-rasio Penting ROA(4) ROE(5) NIM(6) BOPO(7) Cost to Income Ratio (8) LDR(9) Ekuitas terhadap Total Aktiva CAR(10) Kualitas Kredit Kredit bermasalah Penyisihan kerugian Kredit bermasalah – bersih(11) Kredit bermasalah – bersih terhadap total kredit Kredit bermasalah terhadap total kredit Kredit bermasalah terhadap total aktiva Penyisihan kerugian terhadap total kredit Penyisihan kerugian terhadap kredit bermasalah Penyisihan kerugian yang dibebankan kepada laporan laba rugi terhadap total kredit Penyisihan kerugian yang dibebankan terhadap laporan laba rugi terhadap kredit bermasalah Penyisihan kerugian terhadap provisi minimum yang diwajibkan Untuk Tahun-tahun yang berakhir 31 Desember Untuk Periode Tiga bulan yang berakhir 31 Maret 2002 2003 2004 2005 2006(1) 2007 2,0% 41,9% 3,4% 84,8% 48,2% 39,0% 6,6% 15,9% 0,8% 11,8% 4,3% 95,0% 47,5% 44,1% 7,6% 18,2% 2,4% 27,3% 5,6% 78,8% 32,0% 55,1% 9,2% 17,9% 1,6% 11,2% 4,3% 84,7% 37,8% 54,3% 8,1% 16,7% 1,9% 22.6% 5,2% 84,8% 1,6% 16,1% 3,8% 88,0% 49,0% 48,7% 15,3% 15,7% 1.912 1.593 1.197 2.639 2.422 961 2.664 1.816 848 8.582 3.343 5.238 6.976 2.609 4.367 7.279 2.693 4.586 3,2% 5,1% 1,5% 4,2% 2,1% 5,7% 2,0% 5,2% 1,5% 4,6% 2,0% 3,1% 8,4% 13,7% 5,8% 5,3% 6,6% 10,5% 4,1% 3,9% 6,6% 10,5% 4,1% 3,9% 83,3% 91,8% 68,2% 39,0% 37,4% 36,9% 0,8% 3,8% 3,1% 2,1% 1,2% 0,6% 16,1% 66,1% 66,7% 15,6% 11,2% 6,0% 134,9% 131,3% 142,1% 62,3% 100% 100% (1) Termasuk pendapatan fee dan komisi (2) Termasuk beban fee dan komisi (3) Obligasi Pemerintah yang dimiliki hingga jatuh tempo (yang berjumlah Rp38.943 miliar, Rp37.446 miliar, Rp41.226 miliar dan Rp39.717 miliar pada tanggal 31 Desember 2004, 2005, 2006 dan 31 Maret 2007, secara berurutan) 56 (4) ROA dihitung berdasarkan laba sebelum pajak dibagi rata-rata total aktiva, Rasio untuk periode tiga bulan yang berakhir tahun 2006 dan 2007 disetahunkan (5) Total Modal merupakan modal inti ditambah modal pelengkap dikurangi penyertaan pada saham, ROE dihitung berdasarkan laba bersih dibagi rata-rata total modal, Rasio untuk periode tiga bulan yang berakhir tahun 2006 dan 2007 disetahunkan (6) NIM dihitung berdasarkan pendapatan bunga bersih dibagi rata-rata total aktiva produktif berbunga (termasuk komitmen dan kontinjensi), Rasio untuk periode tiga bulan yang berakhir tahun 2006 dan 2007 disetahunkan (7) BOPO dihitung berdasarkan total beban bunga dan beban operasional lainnya (termasuk beban penyisihan kerugian terhadap aktiva produktif) dibagi total pendapatan bunga dan pendapatan operasional lainnya (8) Cost to Income Ratio dihitung berdasarkan beban operasional lainnya (tidak termasuk beban penyisihan kerugian terhadap aktiva produktif) dibagi total pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya, (9) LDR dihitung berdasarkan total kredit kotor dibagi dana pihak ketiga (10) Dihitung berdasarkan ATMR (11) Kredit bermasalah kotor dikurangi penyisihan kerugian yang telah dialokasikan 57 EKUITAS BNI Seandainya perubahan ekuitas BNI karena adanya Penawaran Umum Terbatas II dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu terjadi pada tanggal 31 Maret 2007, maka Proforma Ekuitas BNI pada tanggal tersebut adalah sebagai berikut: TABEL PROFORMA EKUITAS PADA TANGGAL 31 MARET 2007 (dalam jutaan Rupiah, kecuali disebutkan lain) Uraian Posisi ekuitas menurut laporan keuangan per tanggal 31 Maret 2007 Penawaran Umum Terbatas II sebanyak-banyaknya 1.992.253.110 Saham Biasa Atas Nama Seri C baru dengan nilai nominal Rp375,00 setiap saham, dengan Harga Pelaksanaan Rp2.025 setiap saham. Proforma ekuitas pada tanggal 31 Maret 2004 Modal Ditempatkan dan Disetor Tambahan Modal Disetor Penuh Laba/ (rugi) yang belum direalisasi atas suratsurat berharga dalam kelompok tersedia untuk dijual setelah pajak tangguhan 7.042.194 2.525.661 702.429 747.095 3.287.218 7.789.289 5.812.879 Cadangan umum dan wajib Cadangan khusus (19.169) 678.847 479.132 3.140.324 14.549.418 - - - - - 4.034.313 702.429 (19.169) 678.847 479.132 3.140.324 18.583.731 58 Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan Saldo laba Jumlah Ekuitas KEBIJAKAN DIVIDEN BNI Pemegang saham baru dalam rangka Penawaran Umum mempunyai hak yang sama dan sederajat dalam segala hal dengan pemegang saham lama yang telah disetor penuh lainnya. Sejak tahun 2004, BNI telah membagikan dividen tunai sebanyak tiga kali, termasuk pembayaran sebesar Rp1.568,2 miliar di tahun 2005 berdasarkan laba tahun 2004, pembayaran sebesar Rp707,4 miliar di tahun 2006 berdasarkan laba tahun 2005, dan pembayaran sebesar Rp962,9 miliar di tahun 2007 berdasarkan laba tahun 2006. Untuk dividen yang dibayarkan pada tahun 2005, 2006 dan 2007 mencerminkan rasio pembayaran dividen sebesar 50,0% dari laba bersih tahun sebelumnya. BNI merencanakan pembayaran dividen sebesar minimum 25% dari laba bersih setiap tahunnya yang besarannya akan diputuskan melalui Rapat Umum Pemegang Saham. Kemampuan BNI dalam pembayaran dividen akan ditentukan sesuai dengan kinerja keuangan BNI, dengan tetap memperhitungkan kebutuhan dana untuk meningkatkan kinerja BNI. Saat ini BNI akan terus memfokuskan diri dalam mengembangkan usaha jasa perbankan untuk menjadi salah satu bank terkemuka dan terbaik di Indonesia yang pada akhirnya juga akan berdampak kepada peningkatan nilai saham. Namun demikian BNI akan tetap memperhatikan dan memperhitungkan return atau keuntungan yang akan diberikan kepada Para Pemegang Saham BNI Tidak terdapat kepastian yang dapat diberikan bahwa BNI akan dapat membayarkan dividen dalam persentase yang sama di masa yang akan datang. 59 PERPAJAKAN CALON PEMBELI SAHAM DALAM PENAWARAN UMUM INI DIHARAPKAN UNTUK BERKONSULTASI DENGAN KONSULTAN PAJAK MASING-MASING MENGENAI AKIBAT PERPAJAKAN YANG TIMBUL DARI PEMBELIAN, PEMILIKAN MAUPUN PENJUALAN SAHAM YANG DIBELI MELALUI PENAWARAN UMUM INI. 60 PENJAMINAN EMISI EFEK 1. Keterangan Tentang Penjaminan Emisi Efek Sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang dinyatakan dalam Akta Perjanjian Penjaminan Emisi Efek Penawaran Umum atas kepemilikan saham Negara Republik Indonesia di BNI sebagaimana termaktub dalam Akta No.70 tanggal 28 Juni 2007 yang dibuat dihadapan Fathiah Helmi, SH, Notaris di Jakarta, para Penjamin Emisi Efek yang namanya tercantum di bawah ini secara sendiri-sendiri menyetujui untuk menawarkan dan menjual saham milik Negara Republik Indonesia dalam BNI dan masing-masing dengan kesanggupan penuh (full commitment) sebesar 100,0% (seratus persen) dari jumlah saham yang ditawarkan dalam Penawaran Umum ini yaitu sebanyak-banyaknya 3.475.231.980 (tiga miliar empat ratus tujuh puluh lima juta dua ratus tiga puluh satu ribu sembilan ratus delapan puluh) Saham Biasa Atas Nama Seri C dan Negara Republik Indonesia memberikan Opsi Penjatahan Lebih sebanyak 473.895.270 (empat ratus tujuh puluh tiga juta delapan ratus sembilan puluh lima ribu dua ratus tujuh puluh) Saham Biasa Atas Nama Seri C sehingga mengikat diri untuk membeli sisa saham yang tidak habis terjual dengan harga penawaran pada tanggal penutupan masa penawaran sesuai dengan proporsi penjaminan masing-masing. Perjanjian tersebut merupakan perjanjian lengkap yang menggantikan semua persetujuan yang mungkin telah dibuat sebelumnya mengenai perihal yang dimuat dalam Perjanjian yang dibuat oleh para pihak yang isinya bertentangan dengan Perjanjian tersebut. Selanjutnya para Penjamin Emisi Efek yang ikut serta dalam Penjaminan Emisi Saham Perseroan telah sepakat untuk melaksanakan tugasnya masing-masing sesuai dengan Peraturan BAPEPAM No.IX.A.7 tentang Tanggung Jawab Manajer Penjatahan Dalam Rangka Pemesanan dan Penjatahan Efek Dalam Rangka Penawaran Umum, Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM No.KEP-45/PM/ 2000 tanggal 27 Oktober 2000. Adapun susunan dan jumlah porsi penjaminan serta persentase dari anggota sindikasi penjaminan emisi dalam Penawaran Umum ini adalah sebagai berikut: Nama Para Penjamin Emisi Efek Porsi Penjaminan Saham % Penjamin Pelaksana Emisi Efek: PT Bahana Securities (Terafiliasi) Para Penjamin Emisi Efek PT PT Total 3.475.231.980 61 100,00% PERSYARATAN PEMESANAN PEMBELIAN SAHAM 1. Pemesanan Pembelian Saham Pemesanan pembelian saham harus dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan persyaratan yang tercantum dalam Prospektus ini dan dalam Formulir Pemesanan dan Pembelian Saham (selanjutnya disebut “FPPS”). Pemesanan pembelian saham dapat dilakukan dengan menggunakan FPPS baik asli maupun fotokopi yang dikeluarkan oleh Penjamin Pelaksana Emisi Efek yang dapat diperoleh pada para Penjamin Emisi Efek atau Agen Penjualan yang namanya tercantum dalam Prospektus ini mengenai Penyebarluasan Prospektus dan Formulir Pemesanan dan Pembelian Saham. FPPS dibuat dalam 5 (lima) rangkap. Pemesanan pembelian saham yang dilakukan menyimpang dari ketentuan-ketentuan tersebut di atas tidak akan dilayani. Setiap pemesan saham harus telah memiliki rekening efek pada perusahaan efek/bank kustodian yang telah menjadi Pemegang Rekening di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). 2. Pemesan Yang Berhak Pemesan yang berhak melakukan pemesanan pembelian saham adalah perorangan dan atau Lembaga/Badan Usaha sebagaimana diatur dalam Undang-undang No.8 Tahun 1995 tanggal 10 November 1995 tentang Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaannya, Peraturan No.IX.A.7 Tanggung Jawab Manajer Penjatahan Dalam Rangka Pemesanan dan Penjatahan Efek Dalam Penawaran Umum, lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM No.Kep-45/PM/2000 tanggal 27 Oktober 2000 dan Peraturan No.IX.A.12 tentang Penawaran Umum Oleh Pemegang Saham dalam Penawaran Umum Saham Emiten, lampiran Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal No.KEP-05/PM/2004 tanggal 9 Pebruari 2004. 3. Jumlah Pemesanan Pemesanan pembelian saham harus diajukan dalam jumlah sekurang-kurangnya satu satuan perdagangan yang berjumlah 500 (lima ratus) saham dan selanjutnya dalam kelipatan 500 (lima ratus) saham. 4. Pendaftaran Efek ke Dalam Penitipan Kolektif Saham Divestasi yang ditawarkan dalam rangka Penawaran Umum telah didaftarkan pada KSEI dan Saham Hasil Pelaksanaan HMETD juga akan didaftarkan pada KSEI. 5. Pengajuan Pemesanan Pembelian Saham Selama masa penawaran, para pemesan yang berhak dapat melakukan pemesanan pembelian saham selama jam kerja umum yang berlaku pada kantor Penjamin Pelaksana Emisi Efek atau para Penjamin Emisi Efek atau Agen Penjualan dimana FPPS diperoleh. Setiap pihak hanya berhak mengajukan 1 (satu) FPPS dan wajib diajukan oleh pemesan yang bersangkutan dengan melampirkan fotokopi jati diri (KTP/paspor bagi perorangan dan Anggaran Dasar bagi badan hukum) dan melakukan pembayaran sebesar jumlah pemesanan. Bagi pemesan asing disamping melampirkan fotokopi jati diri (paspor), pada FPPS wajib mencantumkan nama dan alamat di luar negeri/domisili hukum yang sah dari pemesan secara lengkap dan jelas serta melakukan pembayaran sebesar jumlah pemesanan. Penjamin Pelaksana Emisi Efek, para Penjamin Emisi Efek dan Agen Penjualan berhak untuk menolak pemesanan pembelian saham apabila FPPS tidak diisi dengan lengkap atau bila persyaratan pemesanan saham tidak terpenuhi. 6. Masa Penawaran Masa penawaran akan berlangsung selama tiga hari kerja, yaitu pada tanggal 6,7, dan 8 Agustus 2007. Jam penawaran akan dimulai pada pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB. 62 7. Tanggal Penjatahan Tanggal akhir penjatahan dimana Manajer Penjatahan dan Negara Republik Indonesia menetapkan penjatahan saham untuk setiap pemesanan yaitu tanggal 10 Agustus 2007. 8. Pemesanan Pembelian Saham Secara Khusus a) Karyawan yang melakukan pemesanan saham dalam program ESA Pemesanan pembelian saham secara khusus pada harga penawaran perdana oleh para karyawan dan/atau pihak-pihak tertentu yang ditetapkan dalam Surat Keputusan BNI dapat diajukan langsung kepada BNI tanpa melalui Penjamin Pelaksana Emisi Efek, para Penjamin Emisi Efek atau para Agen Penjualan, selama Masa Penawaran sebanyak-banyaknya 5,0% (sepuluh persen) dari jumlah saham yang ditawarkan. b) Nasabah BNI yang memesan saham dalam Program Insentif untuk Nasabah Perorangan BNI BNI hanya akan memberikan insentif untuk penjualan saham kepada Nasabah BNI yang merupakan investor perorangan Warga Negara Indonesia yang bukan merupakan karyawan BNI. Pelaksanaan pemesanan saham oleh Nasabah BNI melalui pendaftaran minat pemesanan saham lebih awal (pra-registrasi) . 9. Pemesanan Oleh Pemegang Saham BNI Pemesanan pembelian saham oleh Pemegang Saham BNI sebagaimana diatur dalam Peraturan BAPEPAM No.IX.A.12 tentang Penawaran Umum Oleh Pemegang Saham, lampiran keputusan ketua BAPEPAM No.05/PM/2004 tanggal 9 Pebruari 2004 akan didahulukan dalam penjatahan bilamana pemesanan saham melebihi dari jumlah saham yang ditawarkan. Pemegang Saham yang melakukan pemesanan saham dalam Penawaran Umum ini sekurang-kurangnya akan mendapat penjatahan secara proporsional terhadap prosentase pemilikan saham di BNI pada penutupan perdagangan saham di bursa efek di tanggal awal masa penawaran. Untuk itu, pemegang saham yang melakukan pemesanan saham dalam Penawaran Umum ini wajib menyampaikan Nomor Identitas Pemodal yang dapat diperoleh di perusahaan efek dan atau kustodian bank dimana pemegang saham telah membuka rekening efeknya pada saat mengajukan pemesanan. Bilamana pemegang saham tidak melampirkan Nomor Identitas Pemodal dan keterangan yang dicantumkan dalam FPPS tidak sesuai dengan data yang terdapat dalam DPS BNI, maka pemesanan yang disampaikan akan diproses sebagai pemesanan yang bukan diajukan oleh pemegang saham. 10. Syarat-syarat Pembayaran Pembayaran dapat dilakukan dengan uang tunai, giro atau cek, pemindahbukuan atau wesel bank dalam mata uang Rupiah serta dibayarkan kepada Penjamin Pelaksana Emisi Efek, para Penjamin Emisi Efek atau Agen Penjualan pada waktu FPPS diajukan. Setoran dimasukan ke dalam rekening Penjamin Pelaksana Emisi Efek: PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk Kantor Cabang Jakarta Pusat atas nama: PT Bahana Securities – SPO BBNI No. rekening: XXX Pembayaran dapat menggunakan cek, bilyet giro dan alat pembayaran perbankan lainnya yang harus dilampirkan pada saat melaksanakan pemesanan saham. Semua biaya bank dan biaya transfer sehubungan dengan pembayaran tersebut menjadi tanggung jawab Pemesan. Semua cek dan bilyet giro bank akan segera dicairkan pada saat diterima. Bilamana pada saat pencairan, cek atau bilyet giro ditolak oleh bank tertarik, maka pemesanan pembelian saham yang bersangkutan otomatis dianggap batal. Untuk pembayaran yang dilakukan melalui transfer account dari bank lain, pemesan harus melampirkan fotokopi Lalu Lintas Giro (LLG) dari bank yang bersangkutan dan menyebutkan nomor FPPS/DPPS-nya. Tanggal pembayaran dihitung berdasarkan tanggal penerimaan cek/pemindahbukuan/giro yang telah diterima dengan baik pada rekening Penjamin Pelaksana Emisi Efek (in good funds). 63 Untuk pemesanan pembelian saham secara khusus, pembayaran dilakukan langsung kepada BNI. 11. Bukti Tanda Terima Penjamin Pelaksana Emisi Efek, para Penjamin Emisi atau Agen Penjualan yang menerima pengajuan FPPS akan menyerahkan kembali kepada pemesan, tembusan atau fotokopi lembar ke-5 (kelima) dari FPPS yang telah ditandatangani (tanda tangan asli), sebagai Bukti Tanda Terima Pemesanan Pembelian Saham. Bukti Tanda Terima Pemesanan Pembelian Saham ini bukan merupakan jaminan dipenuhinya pemesanan dan harus disimpan dengan baik agar dapat diserahkan kembali pada saat pengembalian uang pemesanan dan/atau penerimaan Formulir Konfirmasi Penjatahan atas pemesanan pembelian saham. Bagi pemesanan pembelian saham secara khusus, Bukti Tanda Terima Pemesanan Pembelian Saham akan diberikan langsung oleh BNI. 12. Penjatahan Saham Pelaksanaan penjatahan akan dilaksanakan oleh Penjamin Pelaksana Emisi Efek selaku Manajer Penjatahan dengan sistem kombinasi yaitu Penjatahan Terpusat (“Pooling”) dan Penjatahan Pasti (“Fixed Allotment”) sesuai dengan Peraturan BAPEPAM No.IX.A.7 tentang Tanggung Jawab Manajer Penjatahan Dalam Rangka Pemesanan dan Penjatahan Efek Dalam Penawaran Umum yang merupakan lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM No.KEP-45/PM/2000 tanggal 27 Oktober 2000 dan Peraturan BAPEPAM No.IX.A.12 tentang Penawaran Umum Oleh Pemegang Saham, lampiran ketua BAPEPAM No.KEP-05/PM/2004 tanggal 9 Pebruari 2004. A. Bilamana pemesanan melebihi jumlah saham yang ditawarkan maka sesuai dengan peraturan BAPEPAM No.IX.A.12 tentang Penawaran Umum Oleh Pemegang Saham, lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM No.KEP.05/PM/2004 tanggal 9 Pebruari 2004, maka pemesanan saham yang disampaikan oleh Pemegang Saham Perseroan yang terdaftar dalam DPS pada tanggal 6 Agustus 2007 akan diprioritaskan dalam penjatahan dengan ketentuan penjatahan terhadap para pemegang saham akan diberikan proporsional dengan kepemilikan sahamnya. B. Selanjutnya bilamana ada kelebihan saham setelah dilakukannya penjatahan sebagaimana dijelaskan dalam butir A di atas, maka sistem penjatahan yang akan dilakukan adalah sistem kombinasi yaitu penjatahan pasti (fixed allotment) dan penjatahan terpusat (pooling), dimana penjatahan pasti dibatasi hingga jumlah maksimum 95% (sembilan puluh lima persen) dari jumlah saham yang ditawarkan. Sisanya sebesar 5% (lima persen) akan dilakukan dengan penjatahan terpusat. (i) Penjatahan Pasti (“Fixed Allotment”) Dalam hal penjatahan yang dilaksanakan dengan menggunakan Sistem Penjatahan Pasti, maka penjatahan tersebut hanya dapat dilaksanakan dengan memenuhi persyaratanpersyaratan: a. Manajer Penjatahan dapat menentukan besarnya persentase dan pihak-pihak yang akan mendapatkan penjatahan pasti dalam Penawaran Umum b. Dalam hal terjadi kelebihan permintaan dalam Penawaran Umum, para Penjamin Emisi Efek, Agen Penjualan Efek atau pihak-pihak terafiliasi dengannya dilarang membeli atau memiliki saham untuk mereka sendiri c. Dalam hal terjadi kekurangan permintaan beli dalam Penawaran Umum, para Penjamin Emisi Efek, Agen Penjualan Efek atau pihak-pihak terafiliasi dengannya dilarang menjual saham yang telah dibeli atau akan dibelinya berdasarkan kontrak para Penjamin Emisi Efek, kecuali melalui Bursa jika telah diungkapkan dalam Prospektus bahwa saham tersebut akan dicatatkan di Bursa d. Pemegang Saham Perseroan mendapatkan prioritas untuk melakukan pemesanan saham Perseroan dalam Penawaran Umum ini. 64 (ii) Penjatahan Terpusat (“Pooling”) Jika jumlah saham yang dipesan melebihi jumlah saham yang ditawarkan, maka Manajer Penjatahan harus melaksanakan prosedur penjatahan sebagai berikut: a. kelebihan pemesanan dari pemesan yang merupakan Pemegang Saham Perseroan akan dijatahkan dalam penjatahan Terpusat bersama-sama dengan pemesan lainnya yang bukan pemegang saham. b. Jika setelah mengecualikan Pemesan Saham yang Mempunyai Hubungan Istimewa dan terdapat sisa saham yang jumlahnya lebih kecil dari jumlah yang dipesan, maka penjatahan bagi pemesan yang tidak dikecualikan itu akan dialokasikan dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Prioritas dapat diberikan kepada pemesan yang menjadi karyawan dan/atau pihakpihak tertentu yang ditetapkan dalam Surat Keputusan BNI, sampai dengan jumlah maksimum 10,0% (sepuluh persen) dari Emisi. 2. Para pemesan yang tidak dikecualikan memperoleh satu satuan perdagangan di Bursa, jika terdapat satuan perdagangan yang tersedia. Dalam hal jumlahnya tidak mencukupi, maka satuan perdagangan yang tersedia akan dibagi dengan diundi. Jumlah saham yang termasuk dalam satuan perdagangan dimaksud adalah satuan perdagangan penuh terbesar yang ditetapkan oleh Bursa dimana saham tersebut akan dicatatkan. 3. Apabila masih terdapat sisa saham yang tersisa, maka setelah satu satuan perdagangan dibagikan kepada pemesan, pengalokasian dilakukan secara proporsional, dalam satuan perdagangan menurut jumlah yang dipesan oleh para pemesan. (iii). Penjatahan bagi Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa Jika para pemesan karyawan perusahaan dan pemesan yang tidak mempunyai hubungan istimewa telah menerima penjatahan sepenuhnya dan masih terdapat sisa saham, maka sisa saham tersebut dibagikan secara proporsional kepada para pemesan yang mempunyai hubungan istimewa. (iv).Pelaksanaan Opsi Penjatahan Lebih Negara Republik Indonesia memberikan opsi kepada Penjamin Pelaksana Emisi Efek yang dapat dilaksanakan, sebagian atau seluruhnya, pada setiap saat dalam jangka waktu sampai dengan 30 hari kalender Sejak Tanggal Pembayaran, untuk meningkatkan jumlah saham yang ditawarkan sampai dengan jumlah sebanyak-banyaknya 473.895.270 (empat ratus tujuh puluh tiga juta delapan ratus sembilan puluh lima ribu dua ratus tujuh puluh) Saham Biasa Atas Nama Seri C milik Pemerintah Negara Republik Indonesia (Saham Divestasi) pada harga penawaran umum (“Opsi Penjatahan Lebih”) 13. Pembatalan Penawaran Umum Sebelum penutupan dan selama berlangsungnya Masa Penawaran, Negara Republik Indonesia dan Penjamin Pelaksana Emisi Efek mempunyai hak untuk membatalkan Penawaran Umum ini berdasarkan hal-hal yang tercantum dalam Perjanjian Penjaminan Emisi Efek. 14. Pengembalian Uang Pemesanan Bagi pemesan yang pesanannya ditolak seluruhnya atau sebagian atau dalam hal terjadinya pembatalan Penawaran Umum ini, pengembalian uang dalam mata uang Rupiah akan dilakukan oleh para Penjamin Emisi Efek atau Agen Penjualan di tempat mana FPPS yang bersangkutan diajukan. Pengembalian uang tersebut dilakukan selambat-lambatnya dalam waktu 2 (dua) hari kerja setelah tanggal akhir penjatahan atau tanggal diumumkannya pembatalan Penawaran Umum. 65 Pengembalian uang pemesanan yang melampaui 2 (dua) hari kerja setelah tanggal akhir penjatahan atau tanggal diumumkannya pembatalan Penawaran Umum akan disertai bunga untuk setiap hari keterlambatan dengan tingkat bunga sebesar suku bunga jasa giro yang pada saat itu berlaku pada BNI yang dihitung secara pro rata setiap hari keterlambatan. Pembayaran dapat diberikan dengan surat perintah pembayaran yang ditujukan kepada pemesan yang mengajukan FPPS, langsung oleh pemodal di kantor Penjamin Pelaksana Emisi Efek atau kantor yang ditunjuk oleh Penjamin Pelaksana Emisi Efek, kantor Penjamin Emisi atau Kantor Agen Penjualan dimana FPPS diajukan dengan menyerahkan Bukti Tanda Terima Pemesanan Pembelian Saham. 15. Penyerahan Formulir Konfirmasi Penjatahan (”FKP”) Atas Pemesanan Pembelian Saham Distribusi Formulir Konfirmasi Penjatahan Saham kepada masing-masing pemesan saham pada para Penjamin Emisi Efek dan Agen Penjualan di mana FPPS yang bersangkutan diajukan akan dilaksanakan selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) hari kerja setelah tanggal penjatahan. Formulir Konfirmasi Penjatahan atas distribusi saham tersebut dapat diambil dengan menyerahkan Bukti Tanda Terima Pemesanan Pembelian Saham. 16. Lain-lain Penjamin Pelaksana Emisi Efek dan Negara Republik Indonesia berhak untuk menerima atau menolak pemesanan pembelian saham secara keseluruhan atau sebagian. Pemesanan berganda yang diajukan lebih dari satu formulir akan diperlakukan sebagai 1 (satu) pemesanan untuk keperluan penjatahan. Sejalan dengan ketentuan dalam keputusan ketua BAPEPAM No.45/PM/2000 tanggal 27 Oktober 2000 pasal 7 ayat b, setiap pihak dilarang baik langsung maupun tidak langsung untuk mengajukan lebih dari 1 (satu) pemesanan untuk setiap Penawaran Umum. Dalam hal terbukti bahwa pihak tertentu mengajukan lebih dari 1 (satu) pemesanan, baik secara langsung maupun tidak langsung, maka Penjamin Pelaksana Emisi dapat membatalkan pemesanan tersebut. Penjamin Emisi Efek, Agen Penjualan dan pihak terafiliasi dilarang untuk membeli atau memiliki saham untuk rekening sendiri apabila terjadi kelebihan permintaan beli. Pihak-pihak terafililasi hanya diperkenankan untuk membeli dan memiliki saham apabila terdapat sisa saham yang tidak dipesan oleh pihak yang tidak terafiliasi baik asing maupun lokal. Tata cara pengalokasian dilakukan secara proporsional. Dalam hal terjadi kekurangan permintaan beli dalam Penawaran Umum, Penjamin Emisi Efek, Agen Penjual atau pihak-pihak terafiliasi dengannya dilarang menjual efek yang telah dibeli atau akan dibelinya berdasarkan Kontrak Penjaminan Emisi Efek. 66 PENYEBARLUASAN PROSPEKTUS DAN FORMULIR PEMESANAN PEMBELIAN SAHAM Prospektus dan Formulir Pemesanan Pembelian Saham dapat diperoleh pada kantor Penjamin Emisi Efek dan para Agen Penjualan yang ditunjuk, yaitu Perantara Pedagang Efek yang menjadi anggota bursa efek berikut ini: Penjamin Pelaksana Emisi Efek PT Bahana Securities (Terafiliasi) Graha Niaga, Lantai 19 Jl. Jenderal Sudirman Kav. 58 Jakarta 12190 Telepon: (021) 250 5081 Fax: (021) 522 5869 67 REFERENSI Seluruh Informasi mengenai BNI yang dimuat dalam prospektus ini, berasal dari informasi publik atau informasi yang telah tersedia untuk publik yang telah dimuat dalam: 1. Informasi Publik dalam rangka Penawaran Umum Terbatas II yang tersedia untuk umum pada tanggal 28 Juni 2007. 2. Laporan Tahunan BNI tahun 2006 3. Laporan Keuangan Konsolidasian BNI per 31 Desember 2006 yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Purwantono, Sarwoko & Sandjaja – Ernst & Young yang dimuat dalam Laporan tahunan BNI Tahun 2006. 4. Homepage Perseroan (http://www.bni.co.id) 5. Berita-berita tentang BNI yang telah dipublikasikan di media-media nasional. 68 INFORMASI TAMBAHAN Apabila terdapat hal-hal yang kurang jelas dari Prospektus ini atau apabila Pemegang Saham menginginkan tambahan informasi sehubungan dengan Penawaran Umum Terbatas ini, para Pemegang Saham dipersilahkan menghubungi: PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Gedung BNI Jl. Jenderal Sudirman Kav. 1, Jakarta 10220, Indonesia Telepon: (021) 251 1946, 572 9278, 572 95950 dan 572 9633 Faksimili: (021) 572 8960 69 Halaman ini sengaja dikosongkan 70 Halaman ini sengaja dikosongkan 71 Halaman ini sengaja dikosongkan 72