RAKITAN TEKNOLOGI SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN 2004 Bogor, RAKITAN TEKNOLOGI UNTUK MENEKAN RESIKO KEHILANGAN PANEN MENGGUNAKAN MODEL ANALISIS DATA AGROKLIMAT Q. Dadang Ernawanto, G. Kartono, Suwono, dan L.Y Krisnadi PENDAHULUAN Iklim merupakan salah satu sumberdaya yang perlu dipertimbangkan dalam usahatani. Terbatasnya pemahaman tentang iklim, analisis dan interpretasi datanya, menjadikan sumberdaya ini seringkali kurang diperhatikan dibandingkan faktor lainnya seperti tanah dan tanaman. Padahal apabila keberadaan iklim dioptimalkan dapat menjadi sumberdaya yang sangat potensial mendukung usaha pertanian. Dalam menyikapi keadaan tersebut maka pemahaman tentang analisis data iklim serta interpretasinya perlu dilakukan agar informasi iklim dapat didayagunakan sehingga resiko akibat deraan iklim dapat dihindari atau paling tidak dapat diminimasi. Dengan demikian diharapkan nantinya membantu dan membina para petani dalam menentukan waktu tanam optimal yang spesifik lokasi. Usaha pengelolaan database yang merupakan integrasi dari data iklim, hidrologi, tanaman, tanah dan system usaha tani yang telah dirintis oleh Puslitbangtanak bekerjasama dengan CIRAD sejak pertengahan tahun 2001 merupakan prototype dari sistem database yang diharapkan dapat menjadi kerangka acuan dalam pengembangan sistem database yang ada. Keluaran dari database tersebut adalah kondisi iklim dan evaluasi kondisi pertanaman pada suatu wilayah dalam bentuk laporan bulanan BULLETIN AGROKLIMAT. Lebih jauh dengan semakin lengkapnya data series dari parameter yang dikumpulkan akan memungkinkan dilakukannya perencanaan pertanian yang berpeluang besar untuk dikembangkan di wilayah tersebut; meliputi perencanaan waktu tanam dan pola tanam, rekomendasi teknik budidaya yang dilakukan, sampai pengaturan saat produksi untuk mengantisipasi menumpuknya dan langkanya hasil produksi secara spasial dan temporal. Informasi tersebut tentunya sangat bermanfaat sebagai masukan bagi pemerintah daerah untuk pengembangan pertanian di wilayahnya. Kecukupan air selama masa pertanaman menentukan potensi kehilangan hasil tanaman yang bersangkutan. Tanaman membutuhkan air yang cukup selama masa pertumbuhannya. Kekurangan air akan mengakibatkan reduksi transpirasi tanaman. Kondisi ini berakibat pada penurunan hasil tanaman. Hasil penelitian yang telah dilakukan dalam bidang agroklimat dikemas dalam bentuk program (spread sheet) yang relatif sederhana, menarik dan mudah dipahami oleh para pengguna. Dengan demikian diharapkan transfer teknologi dapat berlangsung dengan baik dan mencapai sasaran. PERMASALAHAN Pengelolaan database agrokimat yang dilakukan saat ini belum optimal. Kondisi tersebut terlihat dengan munculnya masalah akibat ketersediaan data masih terpisahpisah baik dalam softcopy dan hardcopy dalam format (software) yang berbeda. Masalah yang ditimbulkan antara lain adalah inefisiensi waktu akibat pencarian listing data yang dibutuhkan memerlukan waktu yang lama, sampai pada akhirnya harus mengumpulkan data yang sama yang berarti harus mengeluarkan biaya ekstra. Sementara itu pemanfaatan data yang ada juga masih belum optimal, karena pemakaiannya hanya sebatas untuk tema penelitian yang sedang dilakukan. Setelah penelitian, akibat minimnya koordinasi antar peneliti, maka data tersebut dibiarkan menganggur sampai akhirnya tak terlacak keberadaannya atau malah rusak akibat kerusakan hardware sementara tidak dilakukannya proses backup data secara berkala. Ketidaklengkapan data iklim di lapang yang disebabkan alat rusak dan human error, juga merupakan akibat sampingan dari kurangnya kesadaran SDM terkait akan pentingnya data tersebut. Solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan dibuatnya satu sistem database yang berisi kumpulan data, bahan maupun hasil penelitian yang disusun dalam satu format database yang memungkinkan akses data dengan cepat. Untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya data di lapang maka manfaat dari data tersebut harus didiseminasikan. Lebih jauh dengan semakin lengkapnya data series dari parameter yang dikumpulkan akan memungkinkan dilakukannya perencanaan pertanian yang berpeluang besar untuk dikembangkan di wilayah tersebut; meliputi perencanaan waktu tanam dan pola tanam, sampai pengaturan saat produksi untuk mengantisipasi menumpuknya dan langkanya hasil produksi secara spasial dan temporal. Informasi tersebut tentunya sangat bermanfaat sebagai masukan bagi pemerintah daerah untuk pengembangan pertanian di wilayahnya. LANGKAH-LANGKAH PEMANFAATAN DATA IKLIM UNTUK MENENTUKAN SAAT TANAM Langkah-Langkah yang diperhatikan sebagai berikut : 1. Pengelolaan Informasi dan Data Iklim Dalam pengelolaan data iklim, data dan informasi dikumpulkan, disusun dalam file komputer. Data iklim perlu ditangani hampir setiap saat dan menggunakan suatu data berkesinambungan, karena itu data iklim perlu dikelola secara baik dan tepat (World Meteorological Organization, 1986). Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan data iklim : Penyimpanan, pengamanan dan perlindungan data. Semua file harus disimpan dan dihindari dari kerusakan lingkungan. Untuk pemeliharaan arsip, file-file ini harus diteliti ulang secara periodik. 1. Penyusunan data. Untuk efisiensi dalam pemakaian data, maka data perlu disusun dalam format yang terstruktur dan sistematis. Disamping data, penting juga mengumpulkan, menyusun dan mengarsipkan informasi tentang sejarah stasiun (letak, peralatan, pengkalibrasian, parameter yang diukur, faktor koreksi, kegiatan pengamatan, perubahan-perubahan yang pemah dilakukan, dan lain-lain. 2. Kualitas data Untuk memastikan tingkat kepercayaan suatu data, pengawasan kualitas data diperlukan terutama (a) pada lokasi pengamatan, misalnya pemeriksaan pada keragaan dan kalibrasi peralatan, dan (b) pada pusat pemasok data meteorologi nasional. Pemeriksaan ini terutama untuk mengetahui dan memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam pencatatan, pemasukan/penyusunan data dan penyebarluasannya, atau masalah-masalah peralatan. 3. Pelayanan dan hasil baku bagi pengguna data, kebutuhan akan pemakaian dan pemanggilan data yang cepat biasanya memerlukan hal berikut: (a) ringkasan data, (b) data bentuk mikro, dan (c) data dalam media komputer. Suatu ringkasan data mengandung informasi umum, data bentuk mikro memberikan pemakaian yang cepat untuk data volume-kecil, dan pengarsipan melalui komputer merupakan hal yang sangat tepat untuk melayani permintaan data dalam volumebesar atau permintaan data yang memerlukan proses yang berulang-ulang. 2. Database Agroklimat Database Agroklimat merupakan kumpulan data yang terdiri dari database iklim, tanah, tanaman dan sistem pertanaman dengan masing-masing bagian terdiri dari beberapa parameter yang disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Kumpulan peubah penyusun database agroklimat No. Jenis Database Parameter 1. Iklim 2. 3. Hidrologi Croping system 4. Tanah 5. Fenologi Tanaman Curah hujan ETo (Metode Penman & Monteith) Debit Pola tanam Tanggal tanam Sistem irigasi Kadar air tanah pada Kondisi Lapang (KL) dan Titik Layu Permanen (TLP) Umur tanaman perfase Kedalaman perakaran perfase Kc perfase 3. Analisis Data Iklim Untuk menganalisis hubungan iklim, tanah dan tanaman dilakukan dengan metode neraca air. Metode neraca air digunakan untuk mengetahui kecukupan air untuk tanaman tertentu pada jenis tanah tertentu dan lokasi tertentu. Kecukupan air selama masa pertanaman menentukan potensi kehilangan hasil tanaman yang bersangkutan. Tanaman membutuhkan air yang cukup selama masa pertumbuhannya. Kekurangan air akan mengakibatkan reduksi transpirasi tanaman dan kondisi ini berakibat pada penurunan hasil tanaman. Input air tanaman berasal dari curah hujan, sedangkan air yang tersimpan pada zona perakaran digunakan oleh tanaman untuk transpirasi, dan sebagian hilang melalui evaporasi. Metode Neraca Air untuk menghitung indeks kecukupan air dengan keluaran potensi kehilangan hasil dilakukan adalah sebagai berikut (Gambar 1). ETP CH irigasi KL RAW TAW TLF perkolasi Keterangan : KL = kapasita lapang, TLP Titik Layu Permanen, TAW = Total Air Tersedia RAW = Jumlah air yang dapat dimanfaatkan tanaman, ETP = Evapotranspirasi Gambar 1. Ilustrasi mekanisme kalkulasi neraca air Metode Neraca Air untuk menghitung indeks kecukupan air dengan keluaran potensi kehilangan hasil dilakukan adalah sebagai berikut (Gambar 2). TAW = KAKL - KATLP A MAW = TAW x kedalaman akar = SWC Jika ada CH/Ir Jika tidak ada CH SWCi = SWC + CH SWCi =SWC SWCi/MAW SWC/MAW > 1 -Pfac SWC/MAW < 1 - Pfac Ks ETM = ETo x Kc SWC (1 p) * MAW Ks = 1 ETR = ETM x Ks Loop s/d 1 siklus tanaman SWCi+1 = SWCi - ETR ETR perfase.fenologi ETM B Potensi kehilangan hasil ditentukan dengan metode FAO #33 Keterangan: Kandungan air tanah (Kapasitas Lapang – Titik Layu Permanen) Kandungan air tanah, bisa mengalami penambahan jika ada hujan ataupun irigasi Evapotranspirasi potensial Evapotranspirasi aktual Koefisien tanaman Jumlah air maksimum yang dapat dimanfaatkan tanaman Koefisien stress tanaman Batas toleransi kandungan air tanah, pada saat tanaman mulai mengalami reduksi transpirasi. TAW SWC ETo ETR Kc MAW Ks P = = = = = = = = ETM = Evapotranspirasi tanaman maksimal Gambar 2. Mekanisme perhitungan potensi kehilangan hasil Penyusunan database dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Access. Masing-masing berisi data dan penjelasan sebagai berikut : - Database iklim Database iklim disusun dari data iklim harian yang terdiri dari :curah hujan, kelembaban (maksimum, minimum, rerata), suhu (maksimum, minimum, rerata), radiasi global dan kecepatan angin (maksimum, minimum, rerata), evapotranspirasi; apabila data evapotranspirasi tidak diukur, dapat dihitung berdasarkan model Penman-Montheit. - Database cropping system Memuat deskripsi tentang sistem pertanian yang didapatkan dari survei lapangan meliputi : pola tanam, tanggal tanam, sistem irigasi, jenis tanaman. - Database tanaman Merupakan kumpulan data tentang karakteristik tanaman meliputi: lama /panjang fase fisiologi tanaman, koefisien tanaman, dan sensitifitas tanaman terhadap cekaman air siklus pertumbuhan, tinggi tanaman, kedalaman perakaran, persentase dari ketersediaan air yang diambil oleh tanaman dan persentase penutupan tanaman. - Database tanah Database tanah berisi deskripsi tentang sifat fisika tanah dan karakteristik hidrodinamika tanah meliputi : kadar air kapasitas lapang dan titik layu permanen, porositas total, total ketersediaan air, total air yang dievaporasikan pada setiap lapisan tanah. Data diperoleh setelah dilakukan analisis contoh tanah dari beberapa lokasi terpilih. Input air tanaman yang utama berasal dari curah hujan, sedangkan air yang tersimpan pada zona perakaran digunakan oleh tanaman untuk transpirasi, dan sebagian hilang melalui evaporasi. Data hasil pengolahan dan analisis data selanjutnya diinterpretasi dan disusun dalam format Buletin Agroklimat bulanan. PENENTUAN SAAT TANAM Hasil survai lapang pola tanam yang umum dan dominan di lokasi pengkajian yaitu di Ngantang dan Mojosari disajikan sebagai berikut : Di wilayah Mojosari, Mojokerto : Tabel 2. Pola tanam eksisting di Mojosari, Mojokerto Lahan Sawah Lahan Tegal No. Pola Tanam No. Pola Tanam 1 Padi – Padi – Padi 1 Padi- Jagung – Kacang Hijau 2 Padi – Padi - Kedelai 2 Padi - Jagung 3 Padi – Padi – Jagung 3 Padi - Kedelai 4 Padi – Padi - Ubi jalar 5 Padi – Kedelai 6 Padi – Jagung Tabel 3. Pola tanam eksisting di Ngantang, Malang Lahan Sawah Lahan Tegal No. Pola Tanam No. Pola Tanam 1 Padi – Jagung –Jagung 1 Jagung– bawang merah 2 Padi – Bawang merah – Kubis 2 Bawang merah– Jagung 3 Padi – Bawang merah – Cabe 3 Bawang merah – jagung – jagung (tebon : umur 55 hari) 4 Padi – Kentang – Kubis 5 Padi – Kentang – Jagung 6 Padi Dari hasil analisis data agroklimat selama 10 tahun terakhir di 2 lokasi pengkajian menunjukkan bahwa di setiap lokasi pengkajian saat tanam optimum dari suatu komoditas yang sama berbeda, hal ini disebabkan oleh karakter iklim di kedua lokasi tersebut berbeda. Saat tanam optimum di lahan sawah dengan pola tanam eksisting di Mojosari tertera pada Tabel 4, sedang di lahan tegal (kering) disajikan pada Tabel 5. Di lokasi Ngantang, Malang saat tanam optimum di lahan sawah tercantum pada Tabel 6 dan di lahan tegal disajikan pada Tabel 7. Tabel 4. Saat tanam optimum di lahan sawah di Mojosari, Mojokerto Musim Tanam Komoditas Pola Tanam MH MK I MK II Padi 12-27/11 20/3-3/4 Pd-Pd-Kdl/Jg Kedelai 13-23/3 Pd-Kdl Jagung 13-23/3 Pd-Jg Tabel 5. Saat tanam optimum di lahan tegal di Mojosari, Mojokerto Musim Tanam Komoditas Pola Tanam MH MK I MK II Padi 2-20/11 Pd-Kdl/Jg Kedelai 3-13/3 Pd-Kdl Jagung 3-13/3 Pd-Jg Tabel 6. Saat tanam optimum di lahan sawah, Ngantang, Malang Musim Tanam Komoditas Pola Tanam MH MK I MK II Pd-Jg-Jg Padi 2-25/1 Pd-B. merah-kubis/cabe Pd-kentang-kubis/cabe Pd-Jg-Jg Jagung 10-31/5 17/9-1/10 Pd-Ktg-Jg Bawang merah 17/5-5/6 Pd-B. merah-kubis/cabe Kentang 17/5-5/6 Pd-Ktg-kubis/cabe Pd-B. merah-kubis Kubis 20/10 -20/11 Pd-Ktg-kubis Cabe 20/10 -20/11 Pd-B. merah-cabe Keterangan: Pd = Padi, Jg = Jagung, B. merah = Bawang merah, Ktg = Kentang Tabel 7. Saat tanam optimum di lahan tegal, Ngantang, Malang Musim Tanam Komoditas MH MK I MK II Jagung 25/11-17/12 26-30/3 - Bawang merah 25/11-17/12 30/3-10/4 - Pola Tanam Jg - B. merah B. merah - Jg Jg - B. merah B. merah - Jg Jg = Jagung, B. Merah = Bawang merah Implikasi dari penanaman suatu komoditas oleh petani dengan tidak memperhatikan kondisi iklim (saat tanam yang tepat) berakibat terjadinya penurunan produksi. Hasil analisis dengan menunjukkan bahwa tingkat penurunan produksi terhadap produksi aktual rataan komoditas tersebut di lokasi tersebut sebagai berikut : Untuk lokasi Mojosari, Mojokerto : Padi : 1- 15 %, jagung (5-24 %), dan kedelai (5-30 %). Sedangkan di lokasi Ngantang, Malang : Padi (1-10 %), Jagung (3-15 %), Kentang (10-48 %), bawang merah (5-35 %), cabe (10-40 %), dan kubis (10-28 %). Dengan demikian berdasarkan kehilangan hasil panen, maka dapat diperkirakaan hasil panen total yang opimal apabila penanaman dilakukan pada saat yang tepat dari setiap komoditas di suatu wilayah (Tabel 8). Tabel 8. Prakiraan hasil optimal yang dapat dicapai apabila dilakukan penanaman saat tanam yang tepat dengan Kabupaten Mojokerto Kabupaten Malang Komoditas Padi Jagung Kedelai Produksi Total (ton) 247.455,54 99.984,72 4.640,95 Rataan Reduksi Hasil (%) 7,5 14,5 17,5 Kehilangan Produksi Hasil Komoditas Total (ton) (ton) 18.559,17 11.998,16 696,14 Padi Jagung B. merah Kentang Kubis Cabe 350.607 296.598 10.535 23.664,4 9.052,5 Rataan Reduksi Hasil (%) 5 9 20 29 19 25 Kehilangan Hasil (ton) 17.530,35 22.244,85 2.528,40 4.141,27 1.810,50 Keterangan : Rataan reduksi hasil dan kehilangan hasil berdasarkan hasil analisis Model. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pengkajian analisis data agroklimat dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Pola tanam eksisting yang dilakukan petani baik di wilayah Mojosari, Mojokerto; dan wilayah Ngantang, Malang apabila dibandingkan dengan hasil produksi potensial komoditas yang diusahakan masih dapat ditingkatkan dengan penentuan saat tanam yang tepat, agar resiko kehilangan panen dapat ditekan b. Pemanfaatan data agroklimat dengan menggunanakan analisis Bulletin Agroklimat dapat dikembangkan di wilayah lain, dengan persyaratan wilayah tersebut sudah mempunyai data iklim (curah hujan, suhu, kelembaban, radiasi matahari, kecepatan angin, dan laju evaporasi). c. Hasil kajian ini masih perlu diverifikasi di lapangan, sampai seberapa jauh atau radius berapa hasil pengukuran data iklim dari suatu stasiun iklim secara akurat dapat digunakan untuk mengestimasi saat tanam yang tepat. d. Disarankan untuk wilayah yang potensial atau sentra produksi pertanian seyogyanya didirikan stasiun agroklimat otomatis (AWS = Atomatic Weather Stasion). DAFTAR PUSTAKA Forest, F. 2002. Kemajuan dalam aplikasi agroklimatologi dan prospek tahun 20022004. Dalam Sofyan A., et al. (ed.). Prosiding Seminar Sehari : Peranan Agroklimat dalam mendukung pengembangan usahatani lahan kering. Bogor, 17 Oktober 2001. Puslittanak. Bogor. Lidon, B. 2002. Bulletin agroklimat : suatu cara meningkatkan produktivitas pola tanam yang berkelanjutan melalui pemahaman yang lebih baik tentang keadaan iklim. Dalam Sofyan A., et al. (ed.). Prosiding Seminar Sehari : Peranan Agroklimat dalam mendukung pengembangan usahatani lahan kering. Bogor, 17 Oktober 2001. Puslittanak. Bogor. Puslittanak. 1993a. Laporan Penelitian Penyusunan Database Iklim untuk Pertanian di Indonesia, Bogor. ________. 1993b. Laporan Penelitian Regim Suhu dan Kelembaban serta Pengaruhnya terhadap Keragaan Tanaman Semusim pada beberapa Kondisi Iklim (Ketinggian) dan Jenis Tanah. Bogor. ________. 1994a. Laporan Penelitian Pengembangan Database Sumberdaya Iklim untuk Pertanian di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Bogor. ________. 1994b. Laporan Penelitian Pengembangan Database Sumberdaya Iklim untuk Pertanian di Jawa Timur. Bogor. ________. 1997. Agroklimat: Kompilasi Data dan Informasi. Penelitian Tanah dan Agroklimat. Vol.25 no.2. Pusat Rejekiningrum, P, I. Amien, dan I. Las. 1999. Pengelolaan dan Pengembangan Basisdata Iklim Kelompok Peneliti Agroklimat dan Hidrologi. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor. Hal 31-44. World Meteorological Organization. 1975. Utilization of Aircraft Meteorological Report. Technical Note No. 141. 35p. ________ 1986. WMO Region III/IV Training Seminar on Climate Data Management and User Services, 22-26 September 1986 in Barbados and 29 September - 3 October 1986 in Panama. World Climate Data Programme-1 No. 227. 84p.