BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Pemasaran dimulai dengan pemenuhan kebutuhan manusia yang kemudian bertumbuh menjadi keinginan manusia. Contohnya, seseorang membutuhkan kendaraan dalam memenuhi kebutuhan akan transportasinya, jika kendaraan yang digunakan ada, maka kebutuhan transportasinya akan terpenuhi. Namun, manusia tidak hanya ingin memenuhi kebutuhannya, tetapi juga ingin memenuhi keinginannya. Misalnya kendaraan merek Honda yang irit dan stylis. Oleh karena itu, manusia ini memilih Honda yang sesuai dengan kebutuhan dalam hal transportasi dan sesuai dengan keinginannya yang mudah dikendarai. Proses dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia inilah yang menjadi konsep pemasaran, Mulai dari pemenuhan produk (product), penetapan harga (price), pengiriman barang (place), dan mempromosikan barang (promotion). Beberapa pengertian pemasaran lainnya menurut para ahli, di antaranya. Menurut Kotler dan Amstrong (2004:7) “Pemasaran adalah proses 6 7 sosial dan manajerial di mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk serta nilai dengan pihak lain”. Menurut Simamora (2004:4) “Pemasaran adalah proses manajerial dan sosial di mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran produk yang bernilai dengan orang atau kelompok lain”. Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan proses manajerial dan sosial di mana individu dan kelompok memperoleh apa yang dibutuhkan dan penawaran produk yang bernilai untuk orang atau kelompok lain. Perusahaan yang sudah mulai mengenal bahwa pemasaran merupakan faktor penting untuk mencapai sukses usahanya, akan mengetahui adanya cara dan falsafah baru yang terlibat di dalamnya. Cara dan falsafah baru ini disebut konsep pemasaran yang bertujuan untuk memberikan kepuasan terhadap keinginan dan berorientasi kepada kebutuhan konsumen. Hal ini secara asasi berbeda dengan falsafah bisnis terdahulu yang berorientasi pada produk dan penjualan. Tiga unsur konsep pemasaran yang utama yaitu, orientasi pada konsumen, penyusunan kegiatan pemasaran secara terintegrasi dan kepuasan konsumen. 8 2.1.1. Bauran Pemasaran Agar dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan serta keinginan konsumen, perusahaan melakukan suatu strategi yang dikenal sebagai suatu strategi bauran pemasaran (marketing mix) yang merupakan salah satu konsep kunci dalam teori pemasaran modern. Menurut Jerome Mc-Carthy yang diterjemahkan oleh Tjiptono (2004:71) merumuskan bauran pemasaran menjadi 4P yang terdiri dari : 1) Product Merupakan bentuk penawaran organisasi jasa yang bertujuan untuk mencapai tujuan melalui pemuasan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Produk di sini dapat berupa apa saja, baik berwujud fisik maupun tidak yang dapat ditawarkan kepada pelanggan potensial untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tertentu. Produk merupakan semua yang ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, diperoleh dan dikonsumsi untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan yang berupa fisik, jasa, orang, organisasi dan ide. 2) Price Bauran pemasaran berkenaan dengan kebijakan strategis dan taktis seperti tingkat harga, struktur diskon, syarat pembayaran dan tingkat diskriminasi harga di antara berbagai kelompok pelanggan. Harga menggambarkan besarnya rupiah yang harus dikeluarkan seorang konsumen untuk memperoleh satu buah produk dan hendaknya harga akan dapat terjangkau oleh konsumen. 9 3) Promotion Bauran promosi meliputi berbagai metode, yaitu iklan, promosi penjualan, penjualan tatap muka dan hubungan masyarakat. Menggambarkan berbagai macam cara yang ditempuh perusahaan dalam rangka menjual produk kepada konsumen. 4) Place Merupakan keputusan distribusi mengenai kemudahan akses terhadap jasa bagi para pelanggan juga merupakan tempat di mana produk tersedia dalam sejumlah saluran distribusi dan outlet yang memungkinkan konsumen dapat dengan mudah memperoleh suatu produk. Pada perkembangannya, teori bauran pemasaran juga ikut berkemban, di mana teori ini juga disesuaikan dengan kondisi industri, yaitu insdustri jasa mengenal 3P tambahan sehingga menjadi 7P yaitu: People (orang), Physical Evidence (Bukti Fisik), Process (Proses). Strategi pemasaran merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan, di mana strategi pemasaran merupakan suatu cara mencapai tujuan dari sebuah misi perusahaan. Menurut Stanton (2004) “pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan dan menentukan harga sampai dengan mempromosikan serta mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan pembeli aktual dan potensial”. 10 2.1.2. Penerapan Bauran Pemasaran Variabel pemasaran tertentu dari masing-masing komponen bauran pemasaran ditunjukkan dalam penjelasan dibawah ini : 2.1.2.1. Komponen Produk Terdapat beberapa criteria yang termasuk dalam ruang lingkup produk : 1) Kualitas Menurut Kotler dan Amstrong (2001:354) “Kualitas produk adalah kemampuan suatu produk untuk melaksanakan fungsinya, meliputi daya tahan, kehandalan, ketepatan, kemudahan operasi dan perbaikan, serta atribut bernilai lainnya”. Kualitas produk mempunyai dua dimensi yaitu, tingkat dan konsistensi. Dalam pengembangan suatu produk, pemasar awalnya harus memilih tingkat kualitas yang akan mendukung posisi produk di pasaran. Kualitas produk berarti kualitas kinerja yaitu kemampuan produk untuk melaksanakan fungsinya. Selain tingkat kualitas, kualitas yang tinggi dapat juga berarti tingkat dari konsistensi kualitas yang tinggi. Kualitas produk berarti kualitas kesesuain yaitu bebas dari kerusakan, serta konsisten dalam memberikan tingkat kinerja yang ditargetkan. 11 2) Desain Cara lain untuk menambah nilai pelanggan adalah melalui desain produk yang berbeda dari yang lain, menurut Kotler dan Amstrong (2001:356) “desain yang baik dapat menarik perhatian, meningkatkan kinerja produk, mengurangi biaya produk, dan memberi keunggulan bersaing yang kuat dipasar sasaran” 2.2 Pengertian Perilaku Konsumen Perilaku konsumen yang tidak dapat secara langsung dikendalikan oleh perusahaan perlu dicari informasinya semaksimal mungkin, banyak pengertian perilaku konsumen yang dikemukakan oleh para ahli. Berikut beberapa pendapat para ahli mengenai perilaku konsumen. Menurut Prasetijo dan Ihalauw (2005:9) “Perilaku konsumen merupakan studi tentang bagaimana pembuatan keputusan (decision units), baik individu, kelompok, ataupun organisasi, membuat keputusan-keputusan beli atau melakukan mengkonsumsinya”. transaksi pembelian suatu produk dan 12 Menurut Schiffman dan Kanuk (2004:6) adalah sebagai berikut : Melakukan studi perilaku konsumen terpusat pada cara individu mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia (waktu, usaha, uang) guna membeli barang-barang yang berhubungan dengan konsumen. Hal ini mencakup apa yang mereka beli, mengapa mereka membeli, kapan mereka membeli, di mana mereka membeli, seberapa sering mereka membeli dan seberapa sering mereka menggunakannya. Perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan bertindak pasca konsumsi produk, jasa, maupun ide yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan. Menurut Mowen dan Minor (2002:6) “Perilaku konsumen adalah studi tentang unit pembelian dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuang barang, jasa, pengalaman serta ide-ide”. Menurut Adiputra, Hendraarso, dan Atriza (2004:126) “Perilaku konsumen sebagai tindakan yang dilakukan individu dalam mendapatkan dan memakai barang dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan tersebut”. Menurut Engel et al yang dikutip oleh simamora (2008:1) “perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan tersebut”. Menurut David L.Loudon dan Albert J.Della Bitta yang dikutip oleh Simamora (2008:2), lebih menekankan perilaku konsumen sebagai suatu proses pengambilan keputusan. Mereka mengatakan bahwa “perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan yang mengisyaratkan 13 aktivitas individu untuk mengevaluasi, memperoleh, menggunakan, atau mengantar barang dan jasa”. Sementara itu, American Marketing association yang dikutip Setiadi (2003:3) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai “interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian sekitar kita di mana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka”. Terdapat tiga hal penting berdasarkan definisi tersebut, antara lain : 1) Perilaku konsumen adalah dinamis, di mana seorang konsumen, grup konsumen serta masyarakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. 2) Hal tersebut melibatkan interaksi antara afeksi dan kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar, yang berarti untuk memahami konsumen dan mengembangkan strategi pemasaran yang tepat, kita harus memahami apa yang mereka pikirkan (kognitif) dan mereka rasakan (pengaruh), apa yang mereka lakukan (perilaku), dan apa serta di mana (kejadian di sekitar) yang mempengaruhi serta dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan, dirasa, dan dilakukan oleh konsumen. Afeksi dan kognisi mengacu kepada dua tipe tanggapan internal psikologis yang dimiliki konsumen terhadap rangsangan lingkungan dan kejadian yang berlangsung. Dalam bahasa yang lebih sederhana, afeksi melibatkan perasaan, sementara kognisi melibatkan pemikiran. Tanggapan-tanggapan afektif beragam dalam penilaiaan positif atau negatif, menyenangkan atau tidak menyenangkan 14 dan dalam intensitas atau tingkat pergerakan badan. Kognisi mengacu kepada proses mental dan struktur pengetahuan yang dilibatkan dalam tanggapan seseorang terhadap lingkungannya. Perilaku mengacu pada tindakan nyata konsumen yang dapat diobservasi secara langsung. Lingkungan mengacu pada rangsangan fisik dan sosial yang kompleks di dunia eksternal konsumen. 3) Hal tersebut melibatkan pertukaran, berarti membuat definisi perilaku konsumen tetap konsisten dengan definisi pemasaran yang sejauh ini juga menekankan pertukaran. Kenyataannya, peran pemasaran adalah untuk menciptakan pertukaran dengan konsumen melalui formulasi dan penetapan strategi pemasaran. Perilaku konsumen terbagi dua bagian, yang pertama adalah perilaku yang tampak, misalnya jumlah pembelian, waktu, karena siapa, dengan siapa, dan bagaimana konsumen melakukan pembelian, sedangkan yang kedua adalah perilaku yang tak tampak, misalnya persepsi, ingatan terhadap informasi, dan perasaan kepemilikan oleh konsumen. 15 2.2.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Titik tolak untuk memahami perilaku pembelian adalah model rangsangan tanggapan (stimulus – respond model) seperti ditunjukkan oleh gambar berikut (Kotler, 2005:202-203) : Gambar 2.1. Model Perilaku Pembeli sumber : Kotler (2005) Rangsangan pemasaran dan lingkungan masuk ke dalam kesadaran pembeli. Karakteristik pembeli dan proses pengambilan keputusannya akan menimbulkan keputusan pembelian tertentu. Tindakan konsumen untuk membeli sangat dipengaruhi oleh karakteristik budaya, sosial, pribadi dan psikologi. Tugas pemasar adalah memahami apa yang terjadi pada kesadaran pembeli, sejak masuknya rangsangan dari luar hingga munculnya keputusan pembelian. 16 Menurut kotler (2005:203-218) perilaku pembelian konsumen ini dipengaruhi oleh : 1) Faktor Budaya Faktor budaya memiliki pengaruh yang luas dan mendalam terhadap perilaku konsumen di dalam pembelian. Peran budaya, sub-budaya dan kelas sosial konsumen sangatlah penting. (1) Budaya Budaya adalah kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan tingkah laku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya, juga merupakan penyebab paling mendasar dari keinginan dan tingkah laku seseorang. (2) Sub Budaya Sub budaya adalah sekelompok orang yang mempunyai sistem nilai yang sama berdasarkan pada pengalaman hidup dan situasi yang terdiri dari nasionalitas, agama, kelompok ras, dan wilayah geografis. (3) Kelas sosial Pada dasarnya semua masyarakat memiliki strata sosial yang kadang-kadang berbentuk sistem kasta, di mana anggota kasta yang berada dibesarkan dengan peran tertentu dan tidak mengubah keanggotaan kasta mereka. Stratifikasi lebih sering ditemukan dalam bentuk kelas sosial yang tidak hanya mencerminkan penghasilan, tetapi juga indikator lain seperti pekerjaan, pendidikan dan tempat tinggal. 17 Kelas sosial berada dalam busana, cara berbicara, preferensi rekreasi dan memiliki banyak ciri-ciri, di antaranya : 1) Orang-orang dalam kelas sosial yang sama cenderung bertingkah laku lebih seragam daripada orang-orang dari dua kelas sosial yang berbeda. 2) Orang-orang merasa menempati posisi yang inferior atau superior sehubungan dengan kelas sosial mereka. 3) Kelas sosial sekarang ditandai oleh sekumpulan variabel, misalnya pekerjaan, kesejahteraan, pendidikan dan pandangan terhadap nilai dari suatu variabel. 4) Individu dapat pindah dari satu kelas sosial lain sepanjang hidup mereka. 2) Faktor Sosial Selain faktor budaya, perilaku seorang konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga serta peran dan status sosial dari konsumen. (1) Kelompok Acuan Kelompok acuan berfungsi sebagai titik perbandingan atau acuan langsung (tatap muka) atau tidak langsung dalam membentuk sikap atau tingkah laku seseorang. Kelompok acuan menghadapi seseorang pada tingkah laku dan gaya hidup baru, mempengaruhi sikap dan konsep diri 18 seseorang, serta menciptakan tekanan untuk menyesuaikan diri yang dapat mempengaruhi pemilihan produk dan merk dari orang itu. (2) Keluarga Anggota keluarga dapat mempengaruhi tingkah laku pembeli, keputusan pembelian keluarga, tergantung pada produk dan situasi. Anggota keluarga individual menggunakan jumlah pengaruh yang berbeda. (3) Peran dan Status Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Setiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat. Orang seringkali memilih produk yang menunjukan statusnya dalam masyarakat. 3) Faktor Pribadi Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi yang meliputi usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli. (1) Usia dan Tahap Siklus Hidup Orang membeli barang dan jasa berbeda-beda sepanjang hidupnya. Kebutuhan dan selera orang terhadap barang atau jasa berhubungan dengan usia dan juga dibentuk oleh siklus hidup keluarga. Para pemasar sering memilih sejumlah kelompok berdasarkan siklus hidup sebagai 19 pasar sasaran mereka juga memberikan perhatian yang besar pada perubahan situasi hidup dan dampak situasi itu pada perilaku konsumsi. (2) Pekerjaan Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Sebagai contoh, seorang pekerja bawahan cenderung membeli lebih banyak pakaian untuk bekerja, sedangkan pekerja kantor membeli banyak jas dan dasi. Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang memiliki minat di atas rata-rata atas produk dan jasa mereka. Perusahaan bahkan dapat mengkhususkan produknya pada kelompok pekerjaan tertentu. (3) Keadaan Ekonomi Pilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang, yang terdiri dari penghasilan yang dapat dibelanjakan (tingkat, kestabilan, pola waktu), tabungan dan aktiva (persentase yang lancar/likuid), hutang, kemampuan untuk meminjam, dan sikap atas belanja dan menabung. Para pemasar barang yang peka terhadap harga terus-menerus memperhatikan kecenderungan penghasilan pribadi, tabungan, dan tingkat suku bunga. (4) Gaya Hidup Gaya hidup adalah pola kehidupan seseorang yang diwujudkan dalam aktivitas (pekerjaan, hobi, berbelanja, olah raga, kegiatan sosial) dan menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan 20 lingkungannya. Para pemasar mencari hubungan antara produk mereka dengan kelompok gaya hidup. (5) Kepribadian dan Konsep Diri Masing-masing orang memiliki karakteristik kepribadian yang berbeda yang mempengaruhi perilaku pembeliannya. Kepribadian merupakan karakteristik psikologis unik dari seseorang yang menyebabkan respon yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan dirinya sendiri. Kepribadian dapat menjadi variabel yang sangat berguna dalam menganalisis pilihan merek konsumen. Gagasannya adalah bahwa merek juga mempunyai kepribadian, dan bahwa konsumen mungkin memilih merek yang kepribadiannya cocok dengan kepribadian dirinya. 4) Faktor Psikologis Kebutuhan yang bersifat psikologis adalah kebutuhan yang timbul dari keadaan psikologis tertentu, seperti kebutuhan untuk diakui, harga diri, atau kebutuhan untuk diterima oleh lingkungannya. Pilihan pembelian sesorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama, di antaranya : (1) Motivasi Motivasi merupakan kebutuhan yang cukup menekan untuk menggambarkan seseorang mencari cara agar kebutuhannya terpuaskan. Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Beberapa kebutuhan bersifat biogenis; kebutuhan tersebut muncul dari tekanan 21 biologis seperti lapar, haus, tidak nyaman. Kebutuhan yang lain bersifat psikogenis; kebutuhan itu muncul dari tekanan psikologis seperti kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa keanggotaan kelompok. Kebutuhan akan menjadi motif jika didorong hingga mencapai level intensitas yang memadai. Motif adalah kebutuhan yang memadai untuk mendorong seseorang bertindak. (2) Persepsi Seseorang yang termotivasi siap bertindak. Bagaimana tindakan sebenarnya seseorang yang termotivasi akan dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi tertentu. Persepsi merupakan proses yang dilalui orang dalam memilih, mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi guna membentuk gambaran dunia yang memiliki arti. Persepsi dapat sangat beragam antara individu satu dengan yang lain yang mengalami realitas yang sama. (3) Pembelajaran Pembelajaran adalah perubahan dalam tingkah laku individu yang muncul dari pengalaman yang meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Sebagian besar perilaku manusia adalah hasil dari belajar. Ahli teori pembelajaran yakin bahwa pembelajaran dihasilkan melalui perpaduan kerja antara pendorong, rangsangan, isyarat bertindak, tanggapan, dan penguatan. 22 (4) Keyakinan dan sikap Keyakinan merupakan pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang mengenai sesuatu. Sikap merupakan evaluasi, perasaan dan kecenderungan dari seseorang terhadap suatu obyek atau ide yang relatif konsisten. Gambar 2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku pembelian Konsumen KEBUDAYAAN Budaya Sub Budaya SOSIAL Kelompok Kelompok referensi Keluarga PRIBADI Pekerjaan Macam-macam situasi ekonomi Usia dan tahap daur hidup PSIKOLOGIS Motivasi Persepsi PEMBELI Belajar Kelas Sosial Peranan dan Status Gaya hidup, kepribadian dan konsep diri Keyakinan dan sikap Sumber : kotler (2002:204) 2.2.2. Permintaan Non-Fungsional Konsumen Kondisi Ceteris Paribus pada dasarnya jarang terjadi, konsumen rasional (terhadap pendapatan untuk dibelanjakan) memang sangat banyak, akan tetapi rasionalnya konsumen dapat diketahui karena adanya konsumen lain yang dianggap 23 bertindak rasional. Rasionalnya seorang atau kelompok konsumen karena kebanyakan konsumen lainnya berpikir dan bertindak tidak rasional. Pada kenyataannya “wants” membeli produk bukan ditentukan oleh pendapatan, melainkan oleh daya tarik dan daya dorong lain baik langsung maupun tidak langsung (Putong, 2009:48). 2.2.2.1. Culture Effect (Budaya) Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar. Anak-anak mendapatkan kumpulan nilai, persepsi, preferensi dan perilaku dari keluarganya serta lembaga-lembaga penting lain. 2.2.2.2. Wagon Effect (ikut-ikutan) Merupakan suatu perilaku atau tindakan yang membeli suatu produk bukan karena harga semat, tetapi juga dorongan konsumen lain secara tidak langsung. Dalam hal ini wagon effect erat hubungannya dengan faktor sosial pada perilaku konsumen dalam melakukan keputusan pembelian. Menurut Iskandar putong (2011) dari (http://library.binus.ac.id/), bahwa efek ikut-ikutan (wagon effect) sangat berpengaruh pada permintaan dalam kondisi ceteris paribusnya hukum permintaan dan penawaran, efek ikut-ikutan (Wagon effect) masih terpengaruh oleh harga, akan tetapi bukan harganya konsumen melakukan permintaan akan tetapi karena dorongan ikut-ikutan (Bandwagon effect) oleh konsumen lainnya untuk membeli. menurut Roland 24 SOONG yang dikutip Amanta. A.A (2009) dikatakan bahwa suatu pembeli dapat menekuni suatu bagian dari beberapa hal yang ada, ketika korelasi positif kita menghubungkannya dengan “bandwagon effect” dan ketika korelasi negatif kita menghubungkannya dengan “reverse bandwagon”. 2.2.2.3. Snob Effect (Gengsi) Pada intinya, gengsi justru mengurangi pembelian nilai harga barang turun/murah. Perilaku konsumen yang gengsi antara lain juga dikarenakan faktor psikologi dalam melakukan keputusan pembelian. menurut Iskandar putong (2011) dari (http://library.binus.ac.id/), efek gengsi terhadap permintaan sehubungan dengan harga adalah bertolak belakang dengan hukum permintaan, permintaan yang disebabkan karena efek gengsi justru akan meningkatkan permintaan pada saat harga barang tersebut naik, sebab naiknya atau tingginya harga barang dan mampu dibayar oleh konsumen menunjukkan status ekonominya di kalangan masyarakat. 2.2.2.4. Veblen Effect (Pamer) Merupakan suatu teori yang diciptakan oleh Thorstein Veblen yang erat hubungannya dengan teori konsumsi budaya dan berujung pada pembelian. Seseorang melakukan konsumsi adalah untuk mendapatkan status dari lingkungannya, sehingga setiap memiliki kesempatan konsumen akan selalu meningkatkan konsumsinya, tujuan utamanya adalah untuk pamer 25 “conspicuous consumtion”. Secara teoritis, dalam melakukan konsumsi dan juga pembelian, setiap individu berperilaku sebisa mungkin ingin diketahui nilai konsumsinya yang besar oleh orang lain, agar dianggap dirinya sebagai orang yang kaya dan ternama. Menurut Bagwell & Bernheim yang dikutip Amanta.A.A (2009) mengenai veblen effect in a theory of conspicious consumption, veblen effect lahir dari sebuah desakan atau hasrat untuk mendapatkan suatu penghargaan dari status sosial yang ditandai dengan kekayaan melalui “conspicious consumption” tetapi Iveblen effect tidak biasa lahir dari kepuasan “single crossing property”. Mereka mungkin muncul ketika suatu property tersebut jatuh. Dalam kasus ini, “budget” merek adalah harga yang marjinal sehingga luxury brands tidak lagi superior atau terlihat mahal. Ketika suatu harga mahal akan membuat para pembeli mau untuk membeli karena melihat unsur luxury dan kekayaan didalamnya. 2.3 Persepsi Menurut Kotler dan Amstrong (2001:214) “persepsi merupakan proses di mana seseorang memilih, mengatur dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk gambaran yang berarti mengenai dunia”. Seseorang dapat membentuk persepsi-persepsi yang berbeda-beda mengenai rangsangan yang sama, karena terdapat tiga macam proses penerimaan indera, yaitu pertama, 26 perhatian selektif yang merupakan kecenderungan seseorang untuk menyaring sebagian besar informasi yang dihadapi, membuat orang pemasaran harus bekerja keras untuk menarik perhatian konsumen. Kedua, distorsi selektif yaitu menguraikan kecenderungan orang untuk menginterpretasikan informasi dengan cara yang akan mendukung apa yang telah mereka yakini. Ketiga, retensi selektif yaitu kecenderungan untuk mempertahankan informasi yang mendukung sikap dan kepercayaan mereka. 2.3.1. Persepsi Nilai Persepsi nilai adalah persepsi pelanggan terhadap nilai produk dan jasa yang ditawarkan oleh penyedia jasa dan dibandingkan dengan kompetitor. persepsi nilai merupakan prediksi dari loyalitas pelanggan dalam industri retail. Menurut Schiffman dan Kanuk (2000:146), menyatakan bahwa “Perception is defined as the process by which on individual selects, organized and interprets stimuli into meaningful and coherent picture of the world”. Konsumen memiliki pengertian nilai sebagai sesuatu yang murah, apapun yang saya inginkan dari sebuah produk, kualitas yang saya peroleh dengan harga yang saya bayarkan, apa yang saya dapatkan dari apa yang telah saya berikan. Sehingga setiap konsumen memiliki arti yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Tjiptono (2004:45) mengatakan bahwa “persepsi 27 nilai di sini dimaksudkan untuk menilai persepsi pelanggan terhadap nilai suatu produk konsumen tahan lama pada level merek”. Dimensi persepsi nilai terdiri dari 4 aspek utama, yaitu : 1) Nilai Emosi (Emotional Value) Tanggapan yang timbul atas rangsangan akan sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat individu. Sifat-sifat yang dapat mempengaruhi, antara lain : (1) Sikap dapat mempengaruhi bertambah atau berkurangnya tanggapan yang akan diberikan oleh seseorang. (2) Motivasi merupakan hal yang mendorong yang mendasari setiap tindakan yang dilakukan manusia. (3) Minat merupakan faktor lain yang membedakan penilaian seseorang terhadap suatu hal atau objek tertentu, yang mendasari kesukaan ataupun ketidaksukaan terhadap obyek tersebut. (4) Pengalaman dapat mempengaruhi persepsi seseorang karena orang biasanya akan menanamkan kesimpulan yang sama dengan apa yang pernah dilihat, didengar, ataupun dialami. (5) Harapan mempengaruhi persepsi seseorang dalam membuat keputusan. Seseorang cenderung untuk menolak gagasan, ajakan ataupun tawaran yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Jadi emotional value merupakan utilitas yang berasal dari perasaan atau emosi positif yang ditimbulkan dari mengkonsumsi produk. 28 2) Nilai Sosial (Social Value) Kelas sosial adalah pembagian anggota serikat dalam tingkatan-tingkatan kelas yang terkait perbedaan di dalam status yang mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat. Jadi social value merupakan utilitas yang didapatkan dari kemampuan produk untuk meningkatkan konsep diri-sosial konsumen. 3) Nilai Kualitas (Quality Value) Nilai kualitas adalah evaluasi kognitif jangka panjang terhadap penyerahan produk suatu perusahaan. Jadi quality value merupakan utilitas yang didapatkan dari produk dikarenakan reduksi biaya jangka pendek dan jangka panjang 4) Nilai Harga (price / Value For Money) Persepsi harga berkaitan dengan bagaimana informasi harga dipahami seluruhnya oleh konsumen dan memberikan makna yang mendalam bagi mereka. Harga kadang-kadang digunakan sebagai alat mengkonsumsikan kualitas dan nilai suatu jasa apabila pelanggan merasa sulit menilai kemampuan produk itu sebelumnya. Dengan tidak adanya petunjuk yang berwujud, pelanggan mungkin akan menghubungkan harga yang lebih tinggi dengan tingkat kinerja yang lebih tinggi pada atribut-atribut produk yang penting. Jadi price / value for money merupakan utilitas yang diperoleh dari persepsi terhadap kualitas dan kinerja yang diharapkan atas produk. 29 2.4. Keputusan Pembelian Konsumen Menurut Supranto dan Limakrisna (2007:211) “semua aspek dari afeksi dan kognisi terlibat dalam pembuatan keputusan konsumen, termasuk pengetahuan, makna, dan kepercayaan yang digerakkan dari memori dan atensi serta proses komprehensi yang terlibat didalam interprestasi informasi baru dilingkungan”. Proses kunci didalam pembuatan keputusan ialah proses integrasi dengan pengetahuan dikombinasikan untuk mengevaluasi dua atau lebih alternatif perilaku kemudian pilih salah satu. Hasil dari proses integrasi adalah suatu pilihan, secara kognitif terwakili sebagai intense perilaku, yang disebut rencana keputusan. 30 Menurut supranto dan limakrisna (2007:212) “dalam setiap membuat keputusan, konsumen didapat dari proses kognitif yang dimulai dari penemuan informasi dilingkungan hingga hasil akhirnya adalah perilaku”. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.3 di bawah ini : Gambar 2.3. Model proses kognitif dalam pembuatan keputusan konsumen Proses kognitif Penemuan informasi dilingkungan Proses Interprestasi Perhatian terhadap pemahaman Ingatan Pengetahuan, arti dan kepercayaan yang baru Penemuan informasi dilingkungan Proses Integrasi Sikap dan keinginan pengambilan keputusan Perilaku Sumber : Supranto dan Limakrisna (2007:212) 31 Berdasarkan faktor yang dipertimbangkan, menurut Hawkins yang dikutip oleh simamora (2003:8), pengambilan keputusan pembelian dapat dibagi menjadi dua, yaitu : 1) Pengambilan keputusan berdasarkan atribut produk (atributed-based choice) Pada pengambilan keputusan ini memerlukan pengetahuan tentang apa atribut suatu produk dan bagaimana kualitas atribut tersebut. Asumsinya, keputusan diambil secara rasional dengan mengevaluasi atribut-atribut yang dipertimbangkan. Menurut Irawan (2002:168) suatu produk mengkomunikasikan manfaat-manfaat yang dimiliki melalui atribut produk yang berwujud seperti : (1) Merek Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol, lambang, desain, warna, atau kombinasi dari atribut produk lainnya yang diharapkan dapat memberikan identitas produk. (2) Kemasan Kemasan merupakan proses yang berkaitan dengan perancangan dan pembuatan wadah atau pembungkus untuk suatu produk. (3) Pelayanan Produk apapun tidak lepas dari unsur pelayanan atau jasa. Pelayanan atau jasa di sini, biasanya produk memberikan pelengkap untuk 32 mengukur seberapa jauh sikap menyukai dan memakai produk yang dihasilkan. (4) Mutu Produk Mutu produk menunjukan kemampuan sebuah produk menjalankan fungsinya diantaranya daya tahan, kehandalan, ketelitian, kemudahan operasi dan perbaikan. (5) Harga Harga adalah nilai tukar dari suatu produk perusahaan yang harus dikeluarkan konsumen untuk sebuah produk. 2) Pengambilan keputusan berdasarkan sikap (attitude-based choice) Pengambilan keputusan ini diambil berdasarkan kesan umum, intuisi maupun perasaan. Pengambilan keputusan seperti ini dapat terjadi pada produk yang belum dikenal atau tidak sempat dievaluasi oleh konsumen. Menurut Philip kotler yang kemudian dikutip oleh Usmara (2008:126) “konsumen membentuk keputusan pembelian atas dasar faktor-faktor seperti harga yang diharapkan, manfaat pelayanan yang diharapkan, dan pendapatan keluarga”. Keputusan pembelian dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu : (1) Sikap dan pendirian orang lain Semakin kuat sikap negatif orang lain, dan semakin dekat orang lain tersebut dengan konsumen, konsumen akan semakin menyesuaikan keputusan pembeliannya. 33 (2) Situasi yang tidak diantisipasi Konsumen membentuk suatu maksud pembelian atas dasar faktorfaktor, seperti pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan, dan manfaat produk yang diharapkan. Ketika konsumen akan bertindak, faktor situasi yang tidak diantisipasi mungkin terjadi untuk mengubah keputusan pembelian tersebut. Setelah pembelian produk, konsumen akan mengalami suatu tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Apabila daya guna produk tersebut berada dibawah harapan pelanggan, pelanggan tersebut akan merasa dikecewakan, jika memenuhi harapan pelanggan akan merasa puas, jika melebihi harapan pelanggan akan merasa sangat puas. Perasaan-perasaan ini mempunyai arti dalam hal apakah pelanggan tersebut akan membeli produk itu lagi. Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen dengan suatu produk akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Jika konsumen merasa puas, dia akan menunjukkan probabilitas yang lebih tinggi untuk membeli produk itu lagi. 34 Berikut merupakan gambar Tahapan evaluasi alternatif dan keputusan pembelian Gambar 2.4. Tahapan antara evaluasi alternatif dan keputusan pembelian. Sikap orang lain Penilaian terhadap berbagai alternatif Maksud untuk membeli Keputusan membeli Faktor-faktor situasi yang tak terduga Sumber : Kotler & Keller (2010:170) 2.5. Jenis Perilaku Konsumen Pengambilan keputusan konsumen berbeda-beda, tergantung pada jenis keputusan pembelian. Kotler (2005:221) membedakan empat jenis perilaku pembelian konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan antar merek, di antaranya : 1) Perilaku pembelian yang rumit Perilaku pembelian yang rumit terdiri dari proses tiga langkah. Pertama, pembeli mengembangkan keyakinan tentang produk tertentu. Kedua, ia 35 membangun sikap tentang produk tersebut. Ketiga, ia membuat pilihan pembelian yang cermat. Konsumen terlibat dalam perilaku pembelian yang rumit bila mereka sangat terlibat dalam pembelian dan sabar akan adanya perbedaaan besar antar merek. Perilaku pembelian yang rumit itu lazim terjadi bila produknya mahal, jarang dibeli, beresiko, dan sangat mengekspresikan diri. Pemasar produk dengan keterlibatan tinggi harus memahami pengumpulan informasi dan evaluasi perilaku konsumen, juga perlu menyusun strategi yang dapat membantu pembeli mempelajari atribut-atribut produk dan tingkat kepentingan atribut tersebut, serta dapat menarik perhatian konsumen terhadap reputasi merek perusahaan tersebut dalam memberikan atribut-atribut yang lebih penting. 2) Perilaku pembelian pengurang ketidaknyamanan Kadang-kadang konsumen sangat terlibat dalam pembelian, namun melihat sedikit perbedaan antar merek. Keterlibatan yang tinggi didasari oleh fakta bahwa pembelian tersebut mahal, jarang dilakukan, dan beresiko. Dalam kasus itu, pembeli akan berbelanja dengan berkeliling untuk mempelajari merek yang tersedia. Jika konsumen menemukan perbedaan mutu antar merek tersebut, dia mungkin akan lebih memilih harga yang lebih tinggi. Jika konsumen menemukan perbedaaan kecil, dia mungkin akan memneli sematamata berdasarkan harga dan kenyamanan. 36 3) Perilaku pembelian karena kebiasaan Banyak produk dibeli pada kondisi rendahnya keterlibatan konsumen dan tidak adanya perbedaaan antar merek yang signifikan. Para konsumen memiliki sedikit keterlibatan pada jenis produk ini, mereka pergi ke toko dan mengambil merek tertentu. Jika mereka tetap mengambil merek yang sama, hal itu karena kebiasaan, bukan karena kesetiaan yang kuat terhadap merek. Perilaku konsumen dalam kasus produk dengan keterlibatan rendah tidak melalui urutan umum keyakinan, sikap, dan perilaku. Konsumen tidak secara luas mencari informasi tentang merek, mengevaluasi karakteristik merek, dan memutuskan merek apa yang akan dibeli. Melainkan, konsumen menjadi penerima informasi pasif melalui menonton televisi atau melihat iklan di media cetak. Pengulangan iklan menciptakan keakraban, bukannya keyakinan merek. 4) Perilaku pembelian yang mencari variasi Beberapa situasi pembelian ditandai oleh keterlibatan konsumen yang rendah tetapi perbedaan antar merek signifikan. Dalam situasi, konsumen sering melakukan peralihan merek yang dapat terjadi karena mencari variasi dan bukannya karena ketidakpuasan. 37 Tabel 2.1. Empat Jenis Perilaku Pembelian Kategori Keterlibatan Tinggi Keterlibatan Rendah Perbedaaan Besar Perilaku pembelian yang rumit Perilaku pembelian yang Antar Merek mencari variasi Perbedaan Kecil Perilaku pembelian yang Perilaku pembelian yang Antar Merek mengurangi ketidaknyamanan rutin / biasa Sumber : kotler (2005:221) 2.6. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Lima tahap keputusan pembelian menurut Kotler dan Keller (2010:167), yaitu : 1) Pengenalan masalah (problem opportunity recognition) Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan yang dapat dicetuskan oleh rangsangan internal dan eksternal. Para pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu, dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen. Mereka kemudian dapat menyusun strategi pemasaran yang mampu memicu minat konsumen. 38 Motivasi konsumen perlu ditingkatkan sehingga pembeli potensial memberikan pertimbangan yang serius. 2) Pencarian informasi (search) Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan penguatan perhatian. Pada level penguatan perhatian, orang hanya sekedar lebih peka terhadap informasi produk. Pada level selanjutnya, orang itu mungkin mulai aktif mencari informasi, misalnya dengan mencari bahan bacaan, menelpon teman, dan mengunjungi toko untuk mempelajari produk tertentu. Menurut kotler dan keller (2010:167), sumber informasi yang banyak digunakan oleh konsumen dibagi menjadi empat kelompok, yaitu : (1) Personal : Family, friends, neighbors, acquaintances (2) Commercial : Advertising, Web sites, salespersons, dealers, packaging, displays (3) Public : Mass media, consumer-rating organizations (4) Experiental : Handling, examining, using the product 3) Evaluasi alternatif (alternative evaluation) Orang pemasaran perlu untuk mengetahui tentang evaluasi berbagai alternatif, yaitu bagaimana memproses informasi untuk mencapai pilihan merek. Konsumen tidak menggunakan satu proses evaluasi yang sederhana dalam semua situasi pembelian. Sebaliknya, beberapa proses evaluasi digunakan sekaligus. Konsep dasar tertentu membantu menjelaskan proses 39 evaluasi konsumen. Pertama, kita berasumsi bahwa setiap konsumen melihat suatu produk sebagai satu paket atribut produk. Kedua, konsumen akan memberikan tingkat kepentingan yang berbeda pada atribut-atribut yang berbeda menurut kebutuhan dan keinginannya yang unik. Ketiga, konsumen mungkin akan mengembangkan satu susunan keyakinan merek mengenai posisi setiap merek pasa setiap atribut. Keempat, harapan kepuasan produk total konsumen akan bervariasi terhadap tingkat-tingkat atribut yang berbeda. Kelima, konsumen mencapai suatu sikap terhadap merek yang berbeda lewat prosedur evaluasi. Konsumen didapati menggunakan satu atau lebih dari beberapa prosedur evaluasi, tergantung pada konsumen dan keputusan pembeliannya. Konsumen mengevaluasi alternatif pembelian, tergantung pada konsumen individu dan situasi pembelian tertentu. Kadang-kadang konsumen sangat cermat dalam mempertimbangkan pembelian suatu produk tetapi ada kalanya mereka hanya mengevaluasi sedikit bahkan hanya mengambil keputusan sendiri, kadangkala mereka bertanya kepada orang lain, misalnya saudara, teman, dan penjual. Orang pemasaran harus mempelajari pembeli untuk mengetahui bagaimana mereka mengevaluasi alternatif merek. Jika mereka tahu bahwa proses evaluasi sedang berjalan, orang pemasaran dapat mengambil langkahlangkah untuk mempengaruhi keputusan pembeli. 40 4) Keputusan pembelian (purchase decison) Keputusan pembelian merupakan saat dimana konsumen memutuskan untuk membeli atau tidak produk yang bersangkutan dan membuat keputusan pemesanan yang berhubungan dengan pembelian. Selain itu, keputusan pembelian dapat diartikan juga sebagai tingkatan dari proses keputusan pembelian dimana konsumen sebenarnya melakukan pembelian. Pemilihan ini dilakukan atas dasar hasil evaluasi ditahap sebelumnya. Dalam tahap evaluasi, para konsumen membentuk preferensi atas merek-merek yang ada didalam kumpulan pilihan. Konsumen juga dapat membentuk niat untuk membeli merek yang paling disukai. Dalam tahapan evaluasi, konsumen membentuk preferensi di antara merek-merek dalam menentukan pilihan dan mungkin juga membentuk niat untuk membeli merek yang paling disukai. Dalam melakukan purchase intention, konsumen membentuk lima subkeputusan, yaitu : brand, dealer, kuantitas, timing, dan metode pembayaran. 5) Perilaku pasca pembelian (post-purchase evaluation) Setelah pembelian, konsumen mungkin mengalami ketidaksesuaian karena memperhatikan fitur-fitur tertentu yang menggangu atau mendengar hal-hal yang menyenangkan tentang merek lain, dan akan selalu siaga terhadap informasi yang mendukung keputusannya. Komunikasi pemasaran harus memasok keyakinan dan evaluasi yang mengukuhkan pilihan konsumen dan membantu konsumen merasa nyaman dengan merek. 41 2.7. Model Sikap dan Perilaku Model multiatribut dapat digunakan untuk mengukur sikap dan perilaku konsumen. Menurut Umar (2005:57) “salah satu model sikap yang dapat digunakan adalah model sikap multiatribut dari Fishbein yang berfokus pada prediksi sikap yang dibentuk seseorang terhadap objek tertentu”. Model ini mengidentifikasi tiga faktor utama untuk memprediksi sikap. Faktor pertama, keyakinan seseorang terhadap atribut yang menonjol dari objek. Faktor kedua, kekuatan keyakinan sesorang bahwa atribut memiliki atribut khas. Faktor ketiga adalah evaluasi dari masing-masing keyakinan akan atribut yang menonjol, dimana diukur seberapa baik atau tidak baik keyakinan mereka terhadap atribut-atribut itu. 42 Gambar berikut (gambar 6) merupakan hubungan antara komponen dalam model perilaku dan sikap Fishbein. Gambar 2.6. Hubungan antara Komponen dalam Model Perilaku dan Sikap Fishbein Keyakinan akan atribut yang menonjol Sikap Evaluasi atribut Maksud perilaku Keyakinan normatif Norma subyektif perilaku Motivasi Faktor lain Sumber: Umar (2005:58) Model ini digunakan dengan maksud agar diperoleh konsistensi antara sikap dan perilaku, sehingga model Fishbein ini memiliki dua komponen, yaitu komponen sikap, dimana Model ini digunakan dengan maksud agar diperoleh konsistensi antara sikap dan perilaku, sehingga model Fishbein ini 43 memiliki dua komponen, pertama yaitu komponen sikap, dimana komponen ini bersifat internal individu yang akan berkaitan langsung dengan objek penelitian dan atribut-atribut langsung yang memiliki peranan yang penting dalam pengukuran perilaku. Kedua, komponen norma subyektif bersifat eksternal yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku individu. Komponen ini dapat dihitung dengan cara mengalikan antara nilai kepercayaan normatif individu terhadap atribut dengan motivasi bersetuju terhadap atribut tersebut. Kepercayaan normatif mempunyai arti sebagai suatu kuatnya keyakinan normatif seseorang terhadap atribut yang ditawarkan dalam mempengaruhi perilaku terhadap objek. Sedangkan motivasi bersetuju merupakan motivasi seseorang untuk bersetuju dengan atribut yang ditawarkan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap perilakunya. 2.8. Model Sederhana Pengambilan Keputusan Konsumen Gambaran model sederhana dalam pengambilan keputusan konsumen dapat dibagi menjadi tiga komponen menurut Sciffman dan Kanuk (2007:491), di antaranya terdapat Input, proses dan output 2.8.1. Input Komponen input terdiri dari berbagai pengaruh luar yang berlaku sebagai sumber informasi mengenai produk tertentu dan mempengaruhi nilai- 44 nilai, sikap dan perilaku yang berkaitan dengan produk. Kegiatan bauran pemasaran dan pengaruh sosial budaya merupakan komponen input yang paling utama dalam komponen ini 1) Input pemasaran Kegiatan pemasaran perusahaan yang merupakan usaha langsung untuk mencapai, memberikan informasi, dan membujuk konsumen untuk membeli dan menggunakan produknya, yaitu produk, promosi, harga dan saluran distribusi (marketing mix). 2) Input sosial budaya Input sosial budaya ini terdiri dari berbagai macam pengaruh nonkomersial, seperti pengaruh dari keluarga, sumber informasi nonkomersial, kelas sosial, budaya dan subbudaya. 2.8.2. Proses Komponen proses berhubungan dengan cara konsumen mengambil keputusan, untuk memahami proses ini harus dipertimbangkan pengaruh berbagai konsep psikologis yang merupakan pengaruh dari dalam diri. Pengaruh-pengaruh tersebut adalah motivasi, persepsi, pembelajaran, kepribadian, dan sikap. Proses pengambilan keputusan konsumen terdiri dari tiga tahap, yaitu pengenalan kebutuhan, penilaian sebelum penelitian, dan penilaian berbagai alternatif. 45 1) Pengenalan kebutuhan Pengenalan kebutuhan terjadi ketika konsumen dihadapkan dengan suatu masalah. Di kalangan konsumen, terdapat dua gaya pengenalan kebutuhan atau masalah yang berbeda. Pertama, merupakan tipe keadaan yang sebenarnya, yang merasa bahwa mereka mempunyai masalah ketika sebuah produk tidak dapat berfungsi secara memuaskan. Kedua, tipe keadaan yang diinginkan, di mana bagi konsumen keinginan terhadap sesuatu yang baru dapat menggerakkan proses keputusan. 2) Penelitian sebelum pembelian Penelitian ini dimulai ketika konsumen merasakan adanya kebutuhan yang dapat dipenuhi dengan membeli dan mengkonsumsi suatu produk. Ingatan pada pengalaman yang lalu dapat memberikan informasi yang memadai kepada konsumen untuk melakukan pilihan sekarang ini. Jika tidak memiliki pengalaman sebelumnya, mungkin konsumen harus melakukan penelitian lebih mengenai keadaaan di luar dirinya untuk memperoleh informasi yang berguna sebagai dasar pemilihan. Banyak keputusan konsumen yang didasarkan kepada gabungan pengalaman yang lalu (sumber internal) dan informasi pemasaran dan nonkomersial (sumber eksternal). Tingkat resiko yang dirasakan juga dapat mempengaruhi tahap proses pengambilan keputusan. 46 3) Penilaian alternatif Ketika menilai berbagai alternatif potensial, konsumen cenderung menggunakan dua tipe informasi, yaitu daftar merek yang akan konsumen rencanakan untuk dipilih dari kriteria yang akan mereka gunakan untuk menilai setiap merek dan pengalaman. 2.8.3. Output Komponen output menyangkut kegiatan pasca pembelian yang berhubungan erat, yaitu perilaku pembelian dan penilaian pasca pembelian yang bertujuan untuk meningkatkan konsumen terhadap pembeliannya. 1) Perilaku pembelian Konsumen melakukan dua tipe pembelian, pertama adalah pembelian percobaan yang bersifat sebagai penjajakan konsumen untuk menilai suatu produk melalui pemakaian langsung. Kedua adalah pembelian ulang, biasanya menandakan bahwa produk memenuhi persetujuan konsumen dan konsumen bersedia memakainya lagi dalam jumlah yang lebih besar. 2) Penilaian pasca pembelian Unsur terpenting dari evaluasi pasca pembelian adalah pengurangan ketidakpastian atau keragu-raguan yang dirasakan oleh konsumen terhadap pilihannya. Tingkat analisis pasca pembelian yang dilakukan para konsumen tergantung pada pentingnya keputusan produk dan pengalaman yang diperoleh dalam memakai produk tersebut. Jika kinerja produk sesuai harapan, 47 maka mungkin konsumen akan membelinya lagi. Sebaliknya, jika tidak sesuai harapan maka konsumen akan mencari berbagai macam alternatif lain yang lebih sesuai. 48 Gambar 2.7. Model Sederhana Pengambilan Keputusan Konsumen Pengaruh Eksternal Usaha Pemasaran perusahaan Lingkungan sosiobudaya 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 5. Produk Promosi Harga Saluran distribusi Keluarga Sumber informasi Sumber nonkomersial lain Kelas sosial Subbudaya dan budaya Input Pengambilan keputusan konsumen Pengenalan kebutuhan Bidang Psikologi 1. 2. 3. 4. 5. Penelitian sebelum pembelian Motivasi Persepsi Pembelajaran Kepribadian sikap Proses Evaluasi alternatif Pengalaman Pembelian Perilaku Setelah Keputusan 1. 2. Percobaan Pembelian ulang Evaluasi pasca pembelian Sumber : Schiffman dan kanuk (2007:493) Output 49 2.9. Tingkat Pengambilan Keputusan Konsumen Menurut Schiffman dan Kanuk (2007:487) tingkat pengambilan keputusan konsumen dibedakan kedalam tiga tingkat, yaitu : 1) Pemecahan masalah yang luas Jika konsumen tidak mempunyai kriteria yang mapan untuk menilai kategori produk atau merek tertentu dalam kategori tersebut atau tidak membatasi jumlah merek yang akan mereka pertimbangkan menjadi rangkaian kecil yang dapat dikuasai, usaha pengambilan keputusan mereka dapat diklasifikasikan sebagai pemecahan masalah yang luas. 2) Pemecahan masalah yang terbatas Pada tingkat pemecahan masalah, konsumen telah menetapkan kriteria dasar untuk menilai kategori produk dan berbagai merek dalam kategori tersebut. Tetapi, mereka belum sepenuhnya menetapkan pilihan terhadap kelompok merek tertentu. Pencarian informasi tambahan yang mereka lakukan lebih merupakan “penyesuaian sedikit-sedikit”, mereka harus mengumpulkan informasi merek tambahan untuk melihat perbedaan di antara berbagai merek. 3) Perilaku sebagai respon yang rutin Pada tingkat ini, konsumen sudah mempunyai beberapa pengalaman mengenai kategori produk dan serangkaian kriteria yang ditetapkan dengan baik untuk menilai berbagai merek yang sudah mereka pertimbangkan. 50 2.10. Dimensi Keputusan Pembelian Konsumen Menurut Philip Kotler yang telah dikutip usmara (2008:106) “dimensi keputusan pembelian meliputi : pilihan produk, pilihan pemasok, pilihan merek, penentuan saat pembelian, jumlah pembelian”. 2.11. Peran Keputusan Pembelian Peran keputusan pembelian merupakan hal yang penting bagi pembeli dan penjual itu sendiri. Bagi perusahaan adalah penting untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian, namun terdapat hal lain yang harus juga diperhatikan, yaitu pemegang peranan dalam pembelian dan keputusan untuk membeli. Menurut Simamora (2004:15) terdapat lima peran yang terjadi dalam keputusan pembelian, yaitu : 1) Initiator : orang yang pertama kali menyarankan untuk membeli suatu produk. 2) Influencer : orang yang pandangan atau nasihatnya memberi bobot dalam pengambilan keputusan akhir. 3) Decider : orang yang sangat menentukan sebagian atau keseluruhan keputusan pembelian, apakah membeli, apa yang dibeli, kapan hendak membeli, dan bagaimana melakukan pembelian nyata. 4) Buyer : orang yang melakukan pembelian nyata. 51 5) User : orang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa 2.12. Ketidakpuasan Dalam Keputusan Pembelian Setiap konsumen melakukan berbagai macam keputusan tentang pencarian, pembelian, penggunaan beragam produk dan merek pada setiap periode tertentu. Seringkali konsumen merasa tidak puas telah memutuskan untuk melakukan pembelian di suatu perusahaan, konsumen seringkali mengajukan komplein terhadap ketidakpuasan sebagaimana dikutip dari Tjiptono (2004:21), yaitu : 1) Voice response : Kategori ini meliputi usaha menyampaikan keluhan secara langsung atau meminta ganti rugi kepada perusahaan yang bersangkutan. 2) Private response : Tindakan yang dilakukan adalah memperingatkan atau memberitahu teman atau keluarga mengenai pengalamannya dengan perusahaan yang bersangkutan. Tindakan ini berdampak pada citra perusahaan. 3) Third-party response : Tindakan yang dilakukan meliputi meminta ganti rugi secara hukum, mengadu lewat media massa, atau mendatangi langsung lembaga konsumen atau instansi hukum. Tindakan seperti ini ditakuti oleh sebagian perusahaan yang tidak memiliki prosedur 52 penanganan yang baik. Umumnya konsumen lebih memilih untuk menyebarluaskan keluhan kepada masyarakat luas. 2.13. Variabel Citra Perusahaan 2.13.1. Pengertian Citra Konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi sesuatu bukan hanya mengharapkan sekedar barang saja, akan tetapi ada sesuatu yang lain sesuai dengan citra yang terbentuk dalam dirinya. Suatu perusahaan berkepentingan untuk memberikan informasi kepada publik agar dapat membentuk citra yang baik. Menurut Cecep Hidayat dan Pritha (2010) dari (http://library.binus.ac.id/), citra juga dapat diartikan sebagai persepsi masyarakat terhadap jati diri perusahaan. Persepsi seseorang terhadap perusahaan didasari atas apa yang mereka ketahui atau mereka kira tentang perusahaan yang bersangkutan. Citra perusahaan dibangun dan dikembangan di dalam benak pelanggan melalui sarana komunikasi dan pengalaman pelanggan. Citra tidak dapat dibuat seperti barang dalam suatu pabrik, akan tetapi citra adalah kesan yang diperoleh sesuai dengan pemahaman dan pengetahuan 53 seseorang terhadap sesuatu. Citra yang ada pada perusahaan terbentuk dari bagaimana perusahaan tersebut melakukan kegiatan operasionalnya yang mempunyai landasan utama pada segi pelayanan. Suatu perusahaan harus mampu untuk melihat sendiri bagaimana citra yang ditampilkan kepada masyarakat yang dilayani. Perusahaan juga harus bisa memberikan suatu evaluasi apakah citra yang diberikan telah sesuai dengan yang diharapkan atau jika perlu ditingkatkan lagi. Jadi, citra ini dibentuk berdasarkan impresi atau pengalaman yang dialami oleh seseorang terhadap sesuatu, sehingga pada akhirnya membangun suatu sikap mental yang nantinya akan dipakai sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan pembelian, karena citra dianggap mewakili totalitas pengetahuan seseorang terhadap sesuatu. Menurut LeBlanc dan Nguyen (1998:45) “terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi citra perusahaan pada perusahaan jasa, yaitu : Corporate Identity, Reputation, Service Offering, Physical Environment dan Contact Personal”. 2.13.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Citra Perusahaan Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi citra perusahaan antara lain : 1) Orientasi terhadap manfaat yang telah diberikan atau diterima, dan sebagaimana diinginkan oleh kelompok konsumen sasarannya. 54 2) Manfaat yang ditampilkan melalui kualitas atau kuantitas pelayanan cukup realistis dan mengesankan bagi konsumennya. 3) Citra yang baik tersebut telah dipresentasikan berdasarkan kemampuan perusahaan, kebanggaan, nilai kepercayaan, kejujuran dan mudah dimengerti oleh publik. 4) Citra yang baik muncul dari akibat penilaian atau tanggapan publik terhadap berbagai aktivitas, empati, prestasi dan reputasi perusahaan selama melakukan berbagai kegiatannya. 5) Citra baik perusahaan lainnya yang dapat timbul dari aspek yang menampilkan keseriusannya dalam tanggung jawab sosial perusahaan yang lebih peduli pada kelestarian lingkungan hidup, menggunakan teknologi ramah lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitarnya. Citra akan tetap bertahan selama organisasi dapat melakukan perubahan-perubahan yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasar. Ketidak tahanan suatu citra disebabkan adanya informasi yang diberikan tidak jelas, sehingga meningkatkan keraguan dalam pikiran mereka, terlebih lagi ketika orang-orang tidak mengikuti perkembangan perubahan suatu objek. 55 2.13.3. Faktor Penunjang Keberhasilan Citra Keberhasilan perusahaan membangun citra dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, menurut Sutojo (2004:45) dari sekitar banyak faktor tersebut terdapat lima besar pengaruh keberhasilan citra, kelima faktor tersebut adalah sebagai berikut : 1) Citra dibangun berdasarkan orientasi terhadap manfaat yang dibutuhkan dan diinginkan kelompok sasaran. 2) Manfaat yang ditonjolkan cukup realistis Citra perusahaan yang ditonjolkan kepada kelompok sasaran hendaknya realistis, sehingga mudah dipercaya karena kelompok sasaran cenderung bersikap sinis atau negatif terhadap penonjolan citra perusahaan yang tidak realistis. 3) Citra yang ditonjolkan sesuai dengan kemampuan perusahaan Oleh karena manfaat yang dibutuhkan dan diinginkan segmen-segmen kelompok sasaran dari perusahaan atau produk beraneka ragam, idealnya perusahaan yang ingin menarik beberapa segmen sekaligus menonjolkan lebih dari satu jenis citra. 4) Mudah dimengerti kelompok sasaran Kelompok sasaran tidak menpunyai banyak waktu untuk mengerti berbagai macam citra yang ditonjolkan oleh banyak perusahaan. Oleh karena 56 itu, setiap perusahaan yang menonjolkan citranya wajib berusaha agar citra itu mudah dipahami kelompok sasaran. 5) Citra adalah sarana, bukan tujuan usaha Faktor penting lain yang wajib disadari perusahaan adalah citra perusahaan atau produk yang mereka bangun adalah sarana untuk mencapai tujuan usaha. 57 2.14. Kerangka Pemikiran ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TINGGINYA HARGA DAN PERMINTAAN ES KRIM MAGNUM PT. WALLS INDONESIA DI JAKARTA Bauran pemasaran Permintaan Non-fungsional Variabel citra perusahaan Analisis Faktor Rekomendasi perusahaan penyebab tingginya harga dan permintaan es krim Magnum Perilaku konsumen