BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori-Teori Umum 2.1.1. Komunikasi Menurut Theodore Clevenger, Jr. dalam Littlejohn dan Foss (2009 : 4), “masalah yang selalu ada dalam mendefinisikan komunikasi untuk tujuan-tujuan penelitian atau ilmiah berasal dari fakta bahwa kata kerja ‘berkomunikasi’ memiliki posisi yang kuat dalam kosakota umum dan karenanya tidak mudah didefinisikan untuk tujuan ilmiah. Sebenarnya, kata kerja ini merupakan salah satu istilah dalam bahasa Inggris yang terlalu sering digunakan”. Para akademisi telah mencoba segala usaha untuk mendefinisikan komunikasi, tetapi menentukan sebuah definisi tunggal telah terbukti tidak mungkin dilakukan dan tidak akan berhasil. Sedangkan menurut Harold Laswell (Deddy Mulyana, 2007 : 69), cara terbaik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: who says what in which channel to whom with what effect? Atau diterjemahkan menjadi siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan pengaruh bagaimana? Berdasarkan definisi Laswell tersebut maka dapat diturunkan lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu: a. Sumber (source), sering disebut juga pengirim (sender), penyandi (encoder), komunikator (communicator), pembicara (speaker) atau originator. Sumber adalah 9 10 pihak yang berinisiatif atau mempunya kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan, atau bahkan suatu negara. b. Pesan, yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan/atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan, atau maksud sumber tadi. Pesan mempunyai tiga komponen: makna, simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna, dan bentuk atau organisasi pesan. c. Saluran atau media, yakni alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. d. Penerima (receiver), sering juga disebut sasaran/tujuan (destination), komunikate (communicatee), penyandi-balik (decoder) atau khalayak (audience), pendengar (listener), penafsir (interpreter), yakni orang yang menerima pesan dari sumber. e. Efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut. Berbagai “hambatan” terhadap komunikasi dapat mempengatuhi ketepatan interpretasi pesan oleh konsumen. Hambatan ini meliputi persepsi selektif dan kegaduhan psikologis (Schiffman dan Kanuk, 2008 : 260): i. Persepsi Selektif: Para konsumen memperhatikan pesan-pesan iklan secara selektif. Mereka cenderung mengabaikan iklan-iklan yang tidak mengandung kepentingan khusus atau tidak berkaitan dengan mereka. ii. Kegaduhan Psikologis: Persis seperti gangguan udara pada waktu menelepon dapat mengganggu penerimaan suatu pesan, demikian pula kegaduhan psikologis 11 dapat pula mengganggu (misalnya, pesan-pesan iklan yang bersaing atau berbagai pemikiran yang mengganggu). Komunikasi pada dasarnya merupakan kegiatan utama manusia yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial manusia harus berkomunikasi dengan manusia lain dalam mendukung setiap jenis aktivitasnya. 2.1.2. Komunikasi Organisasi Goldhaber dalam Arni Muhammad (2011 : 67-74) memberikan definisi komunikasi organisasi seperti berikut, “organizational communications is the process of creating and exchanging messages within a network of interdependent relationship to cope with environmental uncertainty”. Dengan kata lain komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Definisi ini mengandung 7 konsep kunci yaitu proses, pesan, jaringan, saling tergantung, hubungan, lingkungan, dan ketidakpastian. Berikut rincian dari masing-masing konsep kunci secara ringkas: a. Proses Suatu organisasi adalah suatu sistem terbuka yang dinamis yang menciptakan dan saling menukar pesan di antara anggotanya. Karena gejala menciptakan dan menukar informasi ini berjalan terus-menerus dan tidak ada henti-hentinya maka dikatakan sebagai suatu proses. 12 b. Pesan Pesan adalah susunan simbol yang penuh arti tentang orang, objek, kejadian yang dihasilkan oleh interaksi dengan orang. Untuk berkomunikasi seseorang harus sanggup menyusun suatu gambaran mental, memberi gambaran itu nama dan mengembangkan suatu perasaan terhadapnya. Komunikasi tersebut efektif kalau pesan yang dikirimkan itu diartikan sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si pengirim. c. Jaringan Organisasi terdiri dari satu seri orang yang tiap-tiapnya menduduki posisi atau peranan tertentu dalam organisasi. Ciptaan dan pertukaran pesan dari orangorang ini sesamanya terjadi melewati suatu set jalan kecil yang dinamakan jaringan komunikasi. Suatu jaringan komunikasi ini mungkin mencakup hanya dua orang, beberapa orang, atau keseluruhan organisasi. d. Keadaan Saling Tergantung Konsep kunci komunikasi organisasi keempat ialah keadaan yang saling tergantung satu bagian dengan bagian lainnya. Hal ini telah menjadi sifat dari suatu organisasi yang merupakan suatu sistem terbuka. Bila suatu bagian dari organisasi mengalami gangguan maka akan berpengaruh kepada bagian lainnya dan mungkin juga kepada seluruh sistem organisasi. Begitu juga dengan jaringan komunikasi dalam suatu organisasi saling melengkapi. Implikasinya, bila pimpinan membuat suatu keputusan dia harus memperhitungkan implikasi keputukan itu terhadap organisasinya secara menyeluruh. 13 e. Hubungan Konsep kunci yang kelima dari komunikasi organisasi adalah hubungan. Karena organisasi merupakan suatu sistem terbuka, sistem kehidupan sosial maka untuk berfungsinya bagian-bagian itu terletak pada tangan manusia. Dengan kata lain jaringan melalui mana jalannya pesan dalam suatu organisasi dihubungkan oleh manusia. Oleh karena itu hubungan manusia dalam organisasi yang memfokuskan kepada tingkah laku komunikasi dari orang yang terlibat dalam suatu hubungan perlu dipelajari. f. Lingkungan Lingkungan adalah semua totalitas secara fisik dan faktor sosial yang diperhitungkan dalam pembuatan keputusan mengenai individu dalam suatu sistem. Lingkungan ini dapat dibedakan atas lingkungan internal dan lingkungan eksternal. g. Ketidakpastian Ketidakpastian adalah perbedaan informasi uang tersedia dengan informasi yang diharapkan. Untuk mengurangi faktor ketidakpastian ini organisasi menciptakan dan menukar pesan di antara anggota, melakukan suatu penelitian, pengembangan organisasi, dan menghadapi tugas-tugas yang kompleks dengan integrasi yang tinggi. Sedangkan Littlejohn dan Foss (2008 : 395-398) meringkas lima poin-poin utama dalam komunikasi organisasi, yaitu: 14 a. Organisasi dihasilkan melalui komunikasi. Semua kecenderungan teori komunikasi organisasi yang ada saat ini mengakui bahwa organisasi muncul melalui interaksi antar anggotanya. Dengan kata lain, komunikasi yang dianggap sebagai sebuah alat bantu oleh anggota organisasi sebenarnya merupakan media yang menjadikan organisasi tersebut ada. b. Kegiatan organisasi berguna untuk mencapai tujuan individu dan golongan. Kegiatan berorganisasi memiliki tujuan karena kehidupan organisasi dipenuhi oleh tujuan dan tugas. Bekerja dalam sebuah organisasi adalah sebuah pengalaman kegiatan yang lebih baik. Kita berpartisipasi dalam organisasi tepatnya karena organisasi memungkinkan kita mencapai sesuatu yang penting secara pribadi. c. Selain untuk mencapai tujuan, kegiatan komunikasi menciptakan pola-pola yang mempengaruhi kehidupan organisasi. Salah satu hasil interaksi adalah susunan dalam artian jalur komunikasi seperti yang diungkapkan oleh analisis jaringan. Naumun, jalur komunikasi hanyalah salah satu dari sekian banyak elemen penyusun sebuah organisasi. d. Proses komunikasi menciptakan karakter dan budaya organisasi. Gerak budaya organisasi menyadari adanya aspek kemanusiaan dalam organisasi. Sebenarnya, terpisah dari susunan kerja, organisasi juga merupakan budaya manusia, kaya akan tradisi, makna bersama, dan ritual. Tindakan manusia menciptakan dan mencerminkan budaya yang mendasari organisasi. 15 e. Pola kekuasaan dan kendali yang muncul dalam komunikasi organisasi membuka peluang dan menciptakan batasan. Kekuasaan adalah sebuah hasil yang tidak dapat dielakkan dari interaksi organisasi. memberikan Kekuasaan susunan, penting untuk mengurangi melakukan kebingungan, sesuatu. dan Kekuasaan memperkecil ketidakpastian. Pemberian kekuasaan memungkinkan manusia menggunakan sumber daya pribadi dan kelompok mereka yang paling berharga untuk mencapai tujuan. Singkatnya, komunikasi organisasi adalah komunikasi yang meilbatkan jaringan sebuah organisasi yang terdiri dari banyak orang. 2.2. Teori-Teori Khusus 2.2.1. Perilaku Konsumen Perilaku konsumen seperti didefinisikan oleh Schiffman dan Kanuk dalam Prasetijo dan Ihalauw (2003 : 7-8) adalah “proses yang dilalui oleh seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan bertindak pasca konsumsi produk, jasa maupun ide yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhannya”. Jadi dapat dikatakan bahwa Perilaku Konsumen merupakan studi tentang bagaimana membuat keputusan (decision units) baik individu, kelompok, ataupun organisasi membuat keputusankeputusan beli atau melakukan transaksi pembelian suatu produk mengkonsumsinya. Ada beberapa hal penting yang dapat diungkapkan dari definisi di atas: dan 16 a. Perilaku konsumen adalah suatu proses, yang terdiri dari beberapa tahap yaitu: Tahap acquisition (perolehan): searching (mencari) dan purchasing (membeli). i. Tahap consumption (konsumsi): using (menggunakan), evaluating (mengevaluasi). ii. Tahap disposition (tindakan pasca beli): apa yang dilakukan oleh konsumen setelah produk itu digunakan atau dikonsumsi. b. Unit-unit pengambil keputusan beli (decision units) terdiri dari: i. Konsumen individu yang membentuk pasar konsumen (consumer market). ii. Konsumen organisasional yang membentuk pasar bisnis (business market). Adapun konsep personal consumers dalam definisi tersebut bisa diperjelas lagi sebagai berikut: mereka adalah individu yang membeli barang dan jasa untuk: a. dirinya sendiri. b. memenuhi kebutuhan keluarga. c. dijadikan hadiah untuk orang lain. Jadi personal consumers membeli produk untuk penggunaan pribadi sehingga personal consumers merupakan end user atau ultimate consumer. Istilah buyer (pembeli) digunakan untuk consumer yang membeli tapi belum tentu menggunakannya (user). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk melaksanakan semua kegiatan dalam proses manajeman pemasaran, pemasar perlu mengetahui perilaku konsumen. Sasarannya supaya kiat-kiat pemasaran yang dilakukan benar-benar mengarah pada profitability dari perusahaan. 17 Menurut Kotler dan Armstrong (2008 : 159), terdapat beberapa karakteristik yang mempengaruhi perilaku konsumen itu sendiri: a. Faktor Budaya Faktor budaya mempunyai pengaruh yang luas dan mendalam pada perilaku konsumen. Pemasa harus memahami peran yang dimainkan oleh budaya, subbudaya, dan kelas sosial pembeli. b. Faktor Sosial Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok kecil, keluarga, serta peran dan status sosial konsumen. c. Faktor Pribadi Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti usia dan tahap siklus hidup pembeli, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri. d. Faktor Psikologis Selanjutnya pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan sikap. Ada sejumlah alasan mendasar mengapa perilaku konsumen dipelajari (Prasetijo dan Ihalauw (2003 : 9-11): a. Konsumen dengan perilakunya (terutama perilaku beli) adalah wujud dari kekuatan tawar yang merupakan salah satu kekuatan kompetitif yang menentukan intensitas persaingan dan profitability perusahaan. 18 b. Analisis konsumen adalah landasan manajemen pemasaran dan akan membantu manajer dalam melakukan hal berikut: i. Merancang baur pemasaran. ii. Melakukan segmentasi pasar. iii. Melaksanakan positioning. iv. Melakukan analisis lingkungan perusahaan. c. Analisis konsumen memainkan peran sangat penting dalam pengembangan public policy. Misalnya: perilaku konsumen terhadap sembako yang menghasilkan seperangkat peraturan pemerintah yang mengatur persediaan sembako tersebut. d. Pengetahuan mengenai perilaku konsumen dapat meningkatkan kemampuan pribadi sesorang untuk menjadi konsumen yang lebih efektif. e. Analisis konsumen memberikan pemahaman tentang perilaku manusia (human behavior). Studi mengenai human behavior memberikan paling tidak tiga informasi: i. Orientasi konsumen. ii. Fakta tentang perilaku membeli. iii. Teori-teori yang menuntun proses berpikir. Singkatnya, perilaku konsumen dipelajari untuk lebih mengerti tentang apa yang dibeli oleh konsumen, mengapa, dimana, kapan dan berapa sering dia membeli. Pengetahuan ini kemudian dipakai untuk menciptakan cara untuk memuaskan/memenuhi kebutuhan mereka dan menciptakan pendekatan yang baik untuk berkomunikasi dan mempengaruhi mereka. Jadi, itu semua adalah kajian-kajian yang sangat mendasar dalam seluruh kegiatan pemasaran. Sebagai pemasar, perilaku 19 konsumen merupakan pegangan untuk benar-benar melakukan orientasi pasar/orientasi konsumen (to be market/consumer driven), sehingga mustahil bila seorang pemasar, atau ahli pemasaran mengabaikan pengetahuan dan pemahaman tentang perilaku konsumen. Pemahaman perilaku konsumen, sekali lagi adalah dasar untuk membangun keunggulan kompetitif. 2.2.2. Customer Relationship Management Menurut Buttle dalam Haghtalab, Ahrari, dan Amurisefi (2011 : 439-448), Customer Relationship Management, atau CRM, mempunyai arti yang berbeda-beda bagi masing-masing orang. Bahkan kepanjangan dari CRM itu sendiri masih diperdebatkan. Banyak orang menggunakan CRM untuk merujuk pada Customer Relationship Management. Yang lainnya menggunakan CRM untuk merujuk pada Customer Relationship Marketing. Kelompok lain, yang percaya bahwa bahwa tidak semua pelanggan ingin membina hubungan dengan pemasok, mengabaikan kata relationship, lebih memilih ungkapan customer management. Yang lainnya ada yang lebih memilih ungkapan relationship marketing. Apa pun yang orang-orang pilih, CRM adalah jelas sebuah praktik bisnis yang berfokus pada pelanggan. Tujuan dari CRM adalah untuk menjangkau pelanggan yang tersebar di berbagai tempat dan menyediakan pelayanan yang memuaskan bagi mereka untuk dapat meningkatkan status ekonomi dari bank dan organisasi-organisasi lain. Berikut ini dikutip beberapa definisi Consumer Relationship Management (CRM) dari berbagai literatur seperti yang dikemukakan Amin Widjaja Tunggal dalam bukunya Dasar-Dasar Customer Relationship Management (CRM) (2008: 8): 20 a. Anderson Consulting “Customer Relationship Management is approach by companies to identify, attract, acquire and retain through a set of integrated copabilitues”. b. Definisi CRM dari Carlson Marketing: “A business strategy which pro-actively builds a bias or preferance for an organization with its individual employees, channels and customers resulting in increased performance”. c. Frederick Newell dalam bukunya Loyalty.Com: “Customer Relationship Management is a process of modifying customer behavior over time and learning from every interaction, customizing customer treatment, and strengthening the bond between the customer and the company. This is the principle of important 1 to 1 marketing”. Masih dalam buku yang sama, Amin Widjaja Tunggal memaparkan model CRM seperti dalam gambar 2.1 berikut: Gambar 2.1. Model CRM (Amin Widjaja Tunggal, 2008 : 17) 21 Berikut merupakan uraian dari model CRM tersebut: a. Nilai pelanggan (customer value) Nilai pelanggan (customer value) dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan manfaat, mengurangi biaya, gabungan dari meningkatkan manfaat dan mengurangi biaya, meningkatkan manfaat lebih besar daripada meningkatkan biaya, dan mengurangi manfaat lebih kecil daripada pengurangan biaya. b. Perilaku pelanggan (customer behavior) Ketika faktor biaya memainkan peranan yang penting dalam kemampulabaan seorang pelanggan, nilai pelanggan (customer value) berperan dalam menentukan perilaku pelanggan. c. Kepuasan pelanggan (customer satisfaction) Pelanggan yang senang dan puas berperilaku dengan positif. Mereka akan membeli lebih banyak dan memberikan sebagian besar usaha mereka. Kepuasan merupakan fungsi dari kesan kinerja dan harapan. Jika kinerja berada di bawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan puas. Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang. d. Customer focus Kinerja pelanggan (nilai pelanggan, perilaku pelanggan, dan kepuasan pelanggan) adalah sesuatu yang terjadi di luar perusahaan. Kinerja pelanggan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor fokus pelanggan (cutomer focus factors) di dalam perusahaan. Terdapat 3 faktor utama dan 6 faktor sekunder dari fokus-fokus pelanggan, yaitu: 22 i. Organisasi: (1) manajemen mempunyai komitmen terhadap fokus pelanggan, menentukan anggaran waktu dan uang untuk perbaikan proses pelanggan. (2) karyawan mempunyai keterampilan dan pengalaman penanganan pelanggan yang diperlukan, mempunyai sikap yang baik dalam kelompok dengan orang lain yang mempunyai kontak dengan pelanggan. ii. Komunikasi: (1) kontak logistik: komunikasi pelanggan secara baik direncanakan, tepat waktu, dan tidak meleset dalam eksekusi. (2) Motode/media/berita yang paling tepat adalah menerapkan pada setiap pelanggan (segmen); komunikasi interaktif, menekankan manfaat pelanggan daripada gambar produk. iii. Informasi: (1) data pelanggan adalah relevan, lengkap, dan mutakhir. (2) sistem informasi pelanggan efektif, lentur, dan ramah terhadap pemakai. Model tersebut mengemukakan ide bahwa apabila fokus pelanggan Perusahaan kuat, maka pelanggan akan puas. Sedangkan Jill Dyché (2005: 4) memaparkan definisi CRM ialah sebuah infrastruktur yang memungkinkan penggambaran akan dan peningkatakn dari nilai konsumen, dan cara yang benar dimana memotivasi pelanggan yang bernilai untuk tetap bersikap loyal—tentunya, untuk melakukan pembelian kembali. CRM berkonsentrasi pada apa yang dinilai pelanggan (what customer values), bukanlah pada apa yang perusahaan ingin jual. Banyak kegagalan program loyalitas terjadi karena organisasi perusahaan tidak mengetahui bagaimana pelanggan memperoleh manfaat dari program tersebut. CRM bukanlah pengobatan sementara, akan 23 tetapi merupakan penghasil laba jangka panjang. CRM yang berhasil adalah CRM yang mendefiniskan bahwa pelanggan adalah inti kegiatan dari bisnis yang tertuang dalam budaya perusahaan beserta semua faktor penunjangnya. Tujuan akhirnya adalah untuk mendapatkan customer retention terhadap perusahaan, produk serta layanan yang ditawarkan. Menurut Peppers dan Rogers dalam Kotler dan Keller (2009 : 189-190), terdapat kerangka kerja 4 langkah CRM, yaitu: a. Identifikasilah calon dan pelanggan Anda. Jangan mengejar setiap orang. Bangunkan, pertahankan, dan galilah basis data pelanggan yang kaya dengan informasi yang berasal dari semua saluran dan titik sentuh pelanggan. b. Bedakan pelanggan berdasarkan (1) kebutuhan dan (2) nilai mereka bagi perusahaan Anda. Seperti pada nilai pelanggan, perusahaan hendaknya mengeluarkan secara seimbang lebih banyak upaya pada pelanggan mereka yang paling bernilai (MVC—most valuable customers). c. Berinteraksilah dengan masing-masing pelanggan untuk memperbaiki pembelajaran Anda tentang kebutuhan mereka masing-masing dan untuk membangun relasi yang lebih kuat. Rumuskan tawaran yang disesuaikan, yang dikomunikasikan dengan cara yang dipersonalisasikan. d. Sesuaikan produk, layanan, dan pesan dengan kebutuhan masing-masing pelanggan. Fasilitasilah interaksi pelanggan/perusahaan melalui pusat kontak perusahaan dan situs web. 24 Singkatnya, CRM merupakan sebuah pendekatan pemasaran yang bertumpu pada hubungan dengan pelanggan. Pemasaran dengan hanya berfokus pada produk saja kini sudah mulai dianggap kuno bagi sebagian besar tenaga pemasar serta dianggap kurang efektif dalam meningkatkan penjualan. Hubungan personal dengan pelanggan kini telah memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatakan penjualan, utamanya penjualan dalam jangka panjang. Mempertahankan pelanggan yang sudah ada adalah lebih penting—selain lebih murah—dibandingkan dengan mencari pelanggan-pelanggan baru yang belum tentu mengulangi pembeliannya dan/atau merekomendasikan pada orang lain. 2.2.3. Produk Kotler dan Armstrong (2008: 266) mendefinisikan produk (product) sebagai segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar agar menarik perhatian, akuisisi, penggunaan, atau konsumsi yang dapat memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan. Produk mencakup lebih dari sekedar barang-barang yang berwujud (tangible). Dalam arti luas, produk meliputi objek-objek fisik, jasa, acara, orang, tempat, organisasi, ide, atau bauran entitas-entitas ini. Produk sendiri adalah elemen kunci dalam keseluruhan penawaran pasar. Penawaran ini menjadi dasar bagi perusahaan dalam membangun hubungan yang menguntungkan dengan pelanggan. Penawaran pasar perysahaan seringkali meliputi barang dan jasa yang berwujud. Masing-masing komponen bisa menjadi bagian kecil atau bagian utama dari keseluruhan penawaran. Pada satu sisi, penawaran bisa terdiri dari barang yang sepenuhnya berwujud, seperti sabun, pasta gigi, atau garam—tidak ada 25 jasa menyertai produk. Pada sisi yang lain, ada jasa sepenuhnya, dimana penawran hanya terdiri dari jasa. Contohnya meliputi pemeriksaan dokter atau jasa keuangan. Namun, di antara dua sisi ini, banyak kombinasi barang dan jasa yang dimungkinkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam pengkategorian penawaran di sub-bab selanjutnya (2.2.2 Produk Jasa). Masih menurut Kotler dan Armstrong (2008 : 269-270), produk (barang) dan jasa kemudian dapat dibagi menjadi dua kelompok besar berdasarkan tipe konsumen yang menggunakannya—produk konsumen dan produk industri. Berikut uraiannya: a. Produk Konsumen Produk konsumen (consumer product) adalah produk dan jasa yang dibeli oleh konsumen akhir untuk konsumsi pribadi. Pemasar biasanya menggolongkan produk dan jasa ini lebih jauh berdasarkan bagaimana cara konsumen membelinya. Produkproduk ini mempunyai perbedaan dalam cara pembelian konsumen dan karena itu cara pemasarannya berbeda pula. Produk konsumen meliputi: i. Produk kebutuhan sehari-hari (convenience product): adalah produk dan jasa konsumen yang biasanya sering dan segera dibeli pelanggan, dengan usaha pembandingan dan pembelian yang minimum. Contohnya sabun, permen, surat kabar, dan makanan cepat saji. Produk kebutuhan sehari-hari biasanya murah, dan pemasarn menempatkannya di banyak tempat agar produk itu tersedia ketika pelanggan memerlukannya. ii. Produk belanja (shopping product): adalah produk dan jasa konsumen yang lebih jarang dibeli dan pelanggan membandingkan kecocokan, kualitas, harga, 26 dan gaya produk secara cermat. Ketika membeli produk dan jasa belanja, konsumen menghabiskan banyak waktu dan tenaga dalam mengumpulkan informasi dan membuat perbandingan. Contoh produk belanja meliputi perabot, pakaian, mobil bekas, peralatan rumah tangga utama, dan jasa hotel serta maskapai penerbangan. Pemasar produk belanja biasanya mendistribusikan produk mereka melalui sedikit gerai tetapi menyediakan dukungan penjualan yang lebih mendalam untuk membantu pelanggan dalam melakukan usaha perbandingan mereka. iii. Produk khusus (specialty product): adalah produk dan jasa konsumen dengan karakteristik unik atau identifikasi merek dimana sekelompok pembeli signifikan bersedia melakukan usaha pembelian khusus. Contoh produk khusus meliputi merek dan tipe mobil tertentu, perlengkapan fotografi mahal, pakaian rancangan desainer, dan jasa dokter atau ahli hukum. Mobil Lamborghini, contohnya, adalah produk khusus karena pembeli biasanya bersedia menempuh perjalanan jauh untuk membelinya. Pembeli biasanya tidak membandingkan produk khusus. Mereka hanya menginvestasikan waktu yang diperlukan untuk menjangkau penyalur yang membawa produk yang diinginkan. iv. Produk yang tak dicari (unsought product): adalah produk konsumen yang mungkin tidak dikenal konsumen atau produk yang mungkin dikenal konsumen tetapi biasanya konsumen tidak berpikir untuk membelinya. Kebanyakan inovasi baru utama tidak dicari sampai konsumen menyadari keberadaan produk itu melalui iklan. Contoh klasi produk dan jasa yang dikenal tapi tidak 27 dicari adalah asuransi jiwa, jasa praperencanaan pemakaman, dan donor darah untuk Palang Merah. Sesuai sifatnya, produk yang tak dicari memerlukan banyak iklan, penjualan pribadi, dan usaha pemasaran lainnya. b. Produk Industri Produk industri (industrial product) adalah produk yang dibeli untuk pemrosesan lebih lanjut atau untuk digunakab dalam menjalankan suatu bisnis. Oleh karena itu, perbedaan antara produk konsumen dan produk industri didasarkan pada tujuan untuk apa produk itu dibeli. Tiga kelompok produk dan jasa industri meliputi bahan dan suku cadang, barangbarang modal, dan persediaan serta pelayanan (servis jasa). Berikut uraiannya: i. Bahan dan suku cadang mencakup bahan mentah serta bahan dan suku cadang manufaktur. Bahan mentah terdiri dari produk pertanian (tepung, kapas, ternak, buah-buahan, sayur-mayur) dan produk alami (ikan, kayu, minyak mentah, bijih besi). Bahan dan suku cadang manufaktur terdiri dari bahan komponen (besi, benang, semen, kabel baja) dan suku cadang komponen (motor kecil, ban, cetakan). Kebanyakan bahan dan komponen manufaktur dijual langsung kepada pengguna industri. Harga dan jasa adalah faktor pemasaran utama; penetapan merek dan iklan cenderung kurang penting. ii. Barang-barang modal adalah produk industri yang membantu produksi atau operasi pembeli, termasuk peralatan instalasi dan aksesori. Instalasi terdiri dari pembelian besar seperti bangunan (pabrik, kantor) dan perlatan tetap (generator, penekan bor, sistem komputer besar, lift). Peralatan aksesori meliputi 28 perlengkapan dan peralatan pabrik portabel (perkakas, truk pengangkut) dan perlengkapan kantor (komputer, mesin faks, meja). Perlengkapan ini berumur lebih pendek daripada peralatan instalasi dan hanya membantu dalam proses produksi. iii. Persediaan dan jasa merupakan kelompok akhir produk industri. Persediaan mencakup persediaan operasi (cat, paku, sapu). Persediaan merupakan produk kebutuhan sehari-hari dalam bidang industri karena persediaan ini biasanya dibeli dengan usaha atau perbandingan minimum. Jasa bisnis meliputi jasa pemeliharaan dan perbaikan (pembersihan jendela, perbaikan komputer) serta jasa konsultasi bisnis (hukum, konsultasi manajemen, iklan). Jasa semacam itu biasanya dipasok dalam suatu kontrak. Produk secara singkatnya dapat mencakup berbagai bentuk, baik itu berupa barang maupun jasa, atau bisa jadi gabungan antara kedua unsur tersebut. Hal tersebut merupakan hal yang ditawarkan perusahaan kepada calon pelanggan untuk kemudian dikonsumsi baik oleh pelanggan akhir (end-user) maupun diteruskan lagi sebagai bahan produksi produk lain. 2.2.4. Produk Jasa Saat menyatakan produk dan jasa, sering terjadi kerancuan terminology (pokok). Kata produk sebenarnya lebih mengacu kepada keseluruhan konsep atas objek atau proses yang memberikan sejumlah nilai (value) kepada pelanggan, sedangkan istilah barang dan jasa merupakan subkategori yang digunakan untuk menggambarkan dua jenis produk. “Pelanggan bukanlah membeli barang atau jasa, melainkan manfaat 29 (benefit) yang spesifik dari nilai (value) dari keseluruhan penawaran” (Ratnasari dan Aksa, 2011 : 47). Karakteristik jasa menurut Griffin, masih dalam Ratnasari dan Aksa (2011 : 3) adalah sebagai berikut: a. Intangibility (tidak berwujud). Jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau dicium sebelum jasa itu dibeli. b. Unstorability. Jasa tidak mengenal persediaan atau penyimpanan dari produk yang telah dihasilkan. Karakteristik ini juga disebut inseparability (tidak dapat dipisahkan), jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan. c. Customization/Variability. Jasa didesain khusus yang memiliki berbagai jenis, tipe untuk kebutuhan pelanggan, sebagaimana pada jasa asuransi dan kesehatan. Tidak dapat disangkal bahwa perbedaan antara barang dan jasa tidak selalu jelas. Faktanya, memberikan sebuah contoh akan sebuah produk yang murni barang atau sebuah produk yang murni jasa adalah sangat sulit, jika tidak dikatakan mustahil. Sebuah produk murni barang dapat diartikan bahwa manfaat (benefit) yang diterima sama sekali tidak mengandung elemen-elemen produk jasa. Demikian pula, sebuah produk murni jasa sama sekali tidak mengandung elemen-elemen produk barang. Kendati demikian, definisi-definisi berikut ini diharapkan dapat menyediakan pemahaman awal akan perbedaan antara produk barang dan jasa. Secara umum, produk barang dapat diartikan sebagai obyek, alat, atau benda, sedangkan produk jasa dapat diartikan sebagai perbuatan, usaha, dan performa (Berry: 1980). Dapat disimpulkan 30 bahwa produk jasa adalah produk yang mempunyai sifat intangible (tidak berwujud) dan tidak terlalu banyak melibatkan produk-produk fisik/benda. Ada pun masalah-masalah yang dimungkinkan timbul akibat intangibility produk jasa, antara lain (Hoffman & Bateson, : 29-30): a. Lack of Service Inventories. Karena sifatnya yang intangible maka produk jasa tidak bisa diinventaris. Hasilnya, supply produk jasa tidak dapat disimpan sebagai persediaan yang dapat dipasarkan saat periode permintaan sedang tinggi. Karenanya, pelanggan pada umumnya terpaksa menunggu akan produk jasa yang diinginkannya, dan provider produk jasa terbatas di berapa banyak produk yang dapat mereka jual dengan seberapa banyak produk yang dapat mereka produksi. Intinya adalah ketidaksanggupan untuk menjaga inventory sesuai persoalan penawaran dan permintaan yang konstan. b. Lack of Patent Protection. Dikarenakan produk yang sifatnya intangible, produk jasa tidak dapat dipatenkan. Hal apa yang akan dipatenkan? Sumber daya manusia dan usaha tidak dapat diproteksi. Perusahaan-perusahaan terkadang mengiklankan bahwa proses-proses mereka telah dipatenkan; akan tetapi, realitanya bahwa hanya mesinmesin yang tangible (berwujud) yang terlibat di dalam proses lah yang sebenarnya terproteksi, bukan proses itu sendiri. Salah satu tantangan yang timbul akibat kurangnya proteksi paten tersebut ialah bahwa jasa yang baru atau yang telah ada dapat dengan mudah ditiru. Oleh karena itu, sulit untuk menjaga keunikan sebuah perusahaan dari kompetitor dalam jangka waktu yang lama. 31 c. Difficulty in Displaying or Communicating Services. Promosi dari produk jasa memberikan tantangan-tantangan khusus bagi pemasar produk jasa. Inti dari tantangan tersebut adalah: bagaimana membuat pelanggan untuk memperhatikan produk jika mereka tidak dapat melihat produk tersebut? Sebagai contoh, mari kita lihat industri asuransi. Asuransi ialah produk yang terbilang rumit bagi banyak orang. Sebagai pelanggan, kita tidak bisa melihat produknya, tidak bisa mendapatkan sample sebelum melakukan pembelian, dan banyak dari kita tidak memahami produk asuransi. Untuk membeli produk asuransi dibutuhkan jumlah uang yang besar, dan manfaat-manfaat pembeliannya tidak dapat dirasakan hingga masa yang akan datang, itu pun jika tidak sama sekali. Bahkan jika kita tidak menggunakannya, kita justru dapat menganggap diri kita sebagai beruntung. Mengapa harus menghabiskan ribuan dollar setahun untuk sesuatu yang apabila tidak digunakan justru membuat pelanggan merasa beruntung? Singkat kata, akibat dari sifat intangible dari produk asuransi maka tugas untuk mengedukasi pelanggan mengenai produk menjadi sebuah tantangan yang besar. d. Difficulty in Pricing Services. Umumnya penentuan harga (price) produk didasarkan pada cost-plus pricing. Hal ini berarti bahwa perusahaan menentukan biaya (cost) untuk memproduksi produk dan kemudian menambahkan antisipasi kenaikan harga kepada perhitungan tersebut. Tantangan yang timbul sehubungan dengan menentukan harga (pricing) produk jasa ialah bahwa tidak ada biaya (cost) yang berasal dari barang yang terjual. Biaya (cost) utama dari memproduksi sebuah produk jasa adalah sumber daya manusia. 32 Penawaran (offering) dari sebuah perusahaan seringkali mengandung unsur jasa. Komponen dari jasa tersebut dapat merupakan sebuah bagian kecil atau pun sebuah bagian besar dari kesulurahan penawaran. Kategori dari penawaran tersebut dapat dibedakan menjadi lima kategori (Kotler dan Keller, 2006 : 373-374): a. Pure tangible good. Penawaran utamanya terdiri dari sebuah produk yang tangible seperti misalnya sabun, pasta gigi, atau garam. Tidak ada jasa yang membarengi produk tersebut. b. Tangible good with accompanying services. Penawaran terdiri dari sebuah produk tangible dan dibarengi dengan satu atau lebih jasa. Levitt mengemukakan bahwa “semakin produk generik terbilang canggih secara teknologi (misalnya mobil dan komputer), maka penjualannya akan semakin tergantung pada kualitas dan ketersediaan dari customer services yang mengikutinya (misalnya display rooms, delivery, perbaikan dan pemeliharaan, application aids, pelatihan operator, installation advice, warranty fulfillment). Dalam pengertian ini, General Motors mungkin dapat dikatakan lebih service intensive daripada manufacturing intensive. Tanpa service, maka penjualannya akan menurun.” c. Hybrid. Penawaran terdiri dari bagian barang dan jasa yang seimbang. Sebagai contoh, orang-orang mendatangi restoran baik untuk makanannya maupun pelayanannya. d. Major service with accompanying minor goods and services. Penawaran terdiri dari sebuah bagian jasa yang besar beserta tambahan servis atau barang yang mendukung. Contohnya, penumpang sebuah maskapai penerbangan membeli produk transportasi. 33 Di dalam perjalanan tersebut juga termasuk barang-barang tangible, seperti makanan dan minuman, potongan tiket, dan sebuah majalah maskapai penerbangan. Produk jasa tersebut membutuhkan sebuah barang capital-intensive—sebuah pesawat terbang—untuk dapat merealisasikannya, namun produk utamanya adalah produk jasa. e. Pure service. Penawaran terutama terdiri dari jasa. Contohnya adalah baby-sitting, psikoterapi, dan massage. Produk barang dan jasa sebenarnya tidak begitu memiliki perbedaan yang sangat besar, inti dari perbedaan keduanya adalah produk barang bersifat tangible sedangkan jasa bersifat intangible. Pada masa sekarang ini mayoritas produk yang ada sudah menggabungkan baik unsur produk barang maupun jasa. 2.2.5. Kepuasan Pelanggan Menurut Richard F. Gerson (2004: 3), kepuasan pelanggan adalah persepsi pelanggan bahwa harapannya telah terpenuhi atau terlampaui. Dengan kata lain, bila sebuah produk barang atau jasa memenuhi atau melampaui harapan pelanggan, biasanya pelanggan merasa puas. Sederhananya, pelanggan yang puas akan melakukan bisnis lebih banyak dan lebih sering dengan pemasar. Mereka juga akan merekomendasikan produk kepada kerabat dan teman-temannya. Hubungan anatar penjualan, pelayanan, kepuasan, dan profit bersifat langsung. Kepuasan pelanggan yang diperoleh dari pengalaman langsung memberi efek keyakinan yang besar. Sejalan dengan ini artinya pelanggan memiliki keyakinan lebih besar bila didasarkan pada pemakaian produk disbanding dari informasi/janji dari iklan. 34 Hal tersebut secara teoritis dikonfigurasikan ke dalam lima dimensi perilaku sebagai berikut (Ratnasari & Aksa, 2011: 119-120): a. Loyalty (kesetiaan kepada perusahaan). b. Switch (keinginan berganti produk). c. Willingness to pay more (kemauan untuk membayar lebih harga produk). d. External response to problem (respons ke eksternal bila menghadapi masalah). e. Internal response to problem (respons ke perusahaan bila menghadapi masalah). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepuasan pelanggan akan suatu produk merupakan hal yang sangat penting. Menjaga kepuasan pelanggan harus selalu diperhatikan karena pelanggan yang puas akan menjadi lebih bernilai bagi perusahaan, akan besar kemungkinannya untuk melakukan pembelian berulang, merekomendasikan produk kepada orang lain, dan pada akhirnya menjadi pelanggan yang loyal. Hal ini tentunya akan lebih menguntungkan bagi perusahaan daripada mengabaikan tingkat kepuasan pelanggan yang berakibat besarnya biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk terus mencari pelanggan-pelanggan baru. 2.3 Kerangka Teori Gambar 2.2 berikut merupakan kerangka teori dari skripsi ini: 35 Komunikasi Komunikasi Organisasi Customer Relationship Management Identify Differentiate Interact Kepuasan Pelanggan (Mahasiswa) Gambar 2.2. Kerangka Teori Penelitian Customize 36 2.4 Kerangka Pemikiran Strategi yang dilakukan oleh Universitas Dian Nuswantoro mempertahankan pelanggan (mahasiswa) adalah dengan melakukan aktivitas hubungan dengan pelanggan (CRM). CRM ini merupakan strategi untuk mengembangkan hubungan yang baik dengan pelanggan (mahasiswa). Konsep yang digunakan mengenai CRM ini adalah melalui identifikasi, melakukan diferensiasi dan perlakuan khusus, melakukan interaksi, serta melakukan kustomisasi. Terjadinya hubungan baik dengan mahasiswa dapat menjadi kunci membangun kepuasan pelanggan. Hal ini merupakan salah satu keunggulan kompetitif yang dimiliki perusahaan dalam mempertahankan mahasiswa. Gambar 2.3 berikut merupakan kerangka pemikiran penelitian dari skripsi ini: 37 UDINUS mempertahankan hubungan dengan mahasiswa Customer Relationship Management Identify a. Database mahasiswa. Differentiate a. b. Perhatian kepada mahasiswa berprestasi. Organisasi kemahasiswaan . Interact a. Bantuan kepada mahasiswa kurang mampu. b. Pelayanan administrasi. c. Penanganan keluhan. d. Reminder. Uji validitas dan reliabilitas, uji korelasi, analisis regresi linear berganda Kepuasan Mahasiswa Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran Penelitian Customize a. Faslitas teknologi. b. Pelayanan informasi melalui website. c. Pelayanan sesuai kebutuhan. d. Kemudahan pembayaran e. Kemudahan pengurusan KRS dan kartu ujian.