BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Menurut Jensen &Meckling (Brigham & Houston, 2011) teori
keagenan (agency theory) merupakan basis teori yang mendasari praktik
bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari
sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi.
Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak
yang memberi wewenang (principals) yaitu investor dengan pihak yang
menerima wewenang (agents) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja
sama yang disebut “nexus of contract”
Menurut synkey (dalam
Andriyani
2014:13)
Agency Theory,
merupakan konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual antara
principals dan agents. Pihak principal adalah pihak yang memberikan
mandat kepada pihak lain, yaitu agent, untuk melakukan semua kegiatan
atas nama principal dalam kapasitasnya sebagai pengambil keputusan.
Paradigma agensi – analitis ini kemudian mengalami perubahan dengan
memandang perusahaan sebagai suatu nexus atau penghubungan kontrak
dengan pernyataan yang dinyatakan oleh Jensen dan Meckling bahwa
perusahaan adalah cerita fiksi legal yang berfungsi sebagai nexus
8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
(perhubungan)
dari
serangkaian
hubungan
kontrak
antara
para
individu.(Belkaoui, dalam dewi (2010). Hubungan agensi dikatakan telah
terjadi ketika suatu kontrak antara seseorang (atau lebih), seorang principal
dan orang lainnya, seorang agen, untuk memberikan jasa demi
kepentingan principal termasuk melibatkan pemberian delegasi kekuasaan
pengambilan keputusan kepada agen. Baik principal maupun agen
diasumsikan untuk termotivasi hanya oleh kepentingan dirinya sendiri
yaitu untuk memaksimalkan kegunaan subjek mereka dan juga untuk
menyadari kepentingan bersama mereka.
Ada dua alasan yang dapat mengarah pada terjadinya divergensi antara
kepentingan diri sendiri dengan perilaku kooperatif:
1. Seleksi yang merugikan, sebagai suatu masalah informasi, timbul
ketika agen menggunakan informasi khusus yang tidak dapat
diverifikasi oleh principal untuk mengimplementasikan dengan
sukses suatu aturan yang berbeda dengan yang diinginkan oleh
principal, dan karenanya menyebabkan principal tidak mampu
menentukan apakah si agen telah membuat pilihan yang tepat.
2. Masalah resiko moral, sebagai suatu masalah ex post, timbul ketika
mendapat masalah motivasional dan konflik sebagai akibat dari
mendasarkan kontrak kesepakatan pada perilaku pengganti yang
tidak sempurna.
Masalah keagenan yang timbul adalah masalah yang mendorong agen
untuk
bersikap
seolah-olah
ia
sedang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
memaksimalkan
prinsip
10
kesejahteraan. Sebagai contoh, di mana agen adalah manajer perusahaan,
manajer telah meningkatkan konsumsi seperti penggunaan mobil
perusahaan, akun biaya, atau ukuran pembayaran bonus dengan
mengorbankan para pemegang saham. (Godfrey& Holmes, 2010:362).
Untuk memperkecil asimetris informasi, maka pengelolaan perusahaan
harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan
dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan
ketentuan yang berlaku. Upaya ini menimbulkan apa yang disebut sebagai
agency costs, yang menurut teori ini harus dikeluarkan sedemikian rupa
sehingga biaya untuk mengurangi kerugian yang timbul karena ketidak
patuhan setara dengan peningkatan biaya enforcement-nya.
2. Teori Sinyal (Signaling Theory)
Teori Sinyal menunjukkan bahwa perusahaan akan memberikan sinyal
melalui tindakan dan komunikasi. Perusahaan mengadopsi sinyal-sinyal
ini untuk mengungkapkan atribut yang tersembunyi untuk para pemangku
kepentingan.(Melewar, dalam nainggolan (2015). Teori sinyal adalah teori
yang mengatakan bahwa investor menganggap perubahan dividen sebagai
sinyal dari perkiraan pendapatan manajemen (Brigham & Houston,
2011:444). Sinyal adalah sebuah tindakan yang diambil oleh manajemen
perusahaan yang memberikan petunjuk kepada investor tentang bagaimana
manajemen memandang prospek perusahaan (Besley dan Brigham, dalam
nainggolan (2015).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
Sugiarto (2013:48) mengemukakan Signaling Theory didasarkan pada
ide bahwa manajer yang mempunyai informasi bagus tentang perusahaan
berupaya menyampaikan informasi tersebut kepada investor agar harga
saham perusahaan meningkat. Namun, adanya masalah informasi asimetri,
menjadikan manajer tidak hanya sekedar mengumumkan informasi
tersebut, karena dimungkinkan manajer perusahaan lain juga akan
mengumumkan hal sama sehingga membuat investor luar menjadi kurang
percaya. Sedangkan menurut Sukirni (2012:3), Signaling Theory berakar
dari teori akuntansi pragmatik yang memusatkan perhatiannya kepada
pengaruh informasi terhadap perubahan perilaku pemakai informasi. Salah
satu informasi yang dapat dijadikan sinyal adalah pengumuman yang
dilakukan emiten. Pengumuman ini nantinya dapat mempengaruhi naik
turunya harga sekuritas perusahaan emiten yang melakukan pengumuman
tersebut.
Menurut Megginson dkk (2010:493) model sinyal dividen membahas
ke tidak sempurnaan pasar yang membuat kebijakan pembayaran yang
relevan: asymmetric information. Jika manajer mengetahui bahwa
perusahaan mereka “kuat” sementara investor untuk beberapa alasan tidak
mengetahui hal ini, maka manajer dapat membayar dividen (atau secara
agresif membeli kembali saham) dengan harapan kualitas sinyal
perusahaan mereka ke pasar. Sinyal secara efektif memisahkan perusahaan
yang kuat dengan perusahaan-perusahaan yang lemah (sehingga
perusahaan yang kuat dapat memberikan sinyal jenisnya ke pasar), itu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
menjadi mahal untuk sebuah perusahaan yang lemah untuk meniru
tindakan yang dilakukan oleh perusahaan yang kuat.
Menurut Ross (Hanafi, 2010: 316) jika manajer mempunyai keyakinan
bahwa prospek perusahaan baik, dan karenanya ingin harga saham
meningkat, ia ingin mengkomunikasikan hal tersebut ke investor, ini
merupakan signal yang disampaikan oleh manajer ke pasar.
Dalam konteks kebijakan struktur modal, menurut Brigham & Houston
(2011:38), isyarat (signal) adalah suatu tindakan yang diambil oleh
manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang
bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Perusahaan
dengan prospek menguntungkan mencoba menghindari penjualan saham
dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara lain,
termasuk penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal normal.
Perusahaan dengan prospek kurang menguntungkan cenderung untuk
menjual sahamnya.
Bukit (2012:207) mengemukakan asumsi yang mendasari Signaling
Theory adalah manajer mempunyai informasi dan akses informasi lebih
baik mengenai kesempatan investasi perusahaannya daripada investor dan
tindakan manajer didasarkan pada kepentingan terbaik untuk pemegang
saham yang ada. Signaling Theory memprediksi perubahan struktur modal
perusahaan merupakan informasi penting dan signal bagi pemegang saham
yang dapat mempengaruhi kepentingan dan kesejahteraan pemegang
saham.
Berdasarkan
Signaling
Theory,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Mardiyati,
dkk.(2012:4)
13
mengemukakan jika manajer memiliki keyakinan bahwa prospek
perusahaan baik, dan karenanya ingin agar harga saham meningkat,
manajer ingin mengkomunikasikan hal tersebut kepada investor. Manajer
bisa menggunakan utang lebih banyak yang nantinya berperan sebagai
sinyal yang lebih terpercaya. Ini karena perusahaan yang meningkatkan
utang bisa dipandang sebagai sebuah perusahaan yang yakin dengan
prospek perusahaan di masa akan datang. Investor diharapkan akan
menangkap sinyal tersebut sebagai sinyal yang mengindikasikan
perusahaan mempunyai prospek yang prospektif di masa depan. Jadi,
hutang merupakan signal positif dari perusahaan.
Konsekuensi logis dari teori signaling adalah bahwa ada insentif bagi
semua manajer untuk menerima sinyal harapan keuntungan masa depan,
karena jika investor percaya akan sinyal tersebut, harga saham akan
meningkat dan para pemegang saham (dan manajer bertindak untuk
kepentingan mereka) akan mendapatkan keuntungan. Penelitian insentif
signaling termasuk studi yang menyelidiki mengapa perusahaan secara
sukarela
mengungkapkan berita
buruk,
mengurangi
dividen
dan
peningkatan dividen, pendapatan dan merevaluasi serta merusak aset, dan
mengakui aset internal yang dihasilkan. (Godfrey&Holmes: 2010: 376).
Teori sinyal ini akan memberikan informasi mengenai faktor-faktor
internal perusahaan seperi struktur pendanaan, profitabilitas, ukuran
perusahaan dan pertumbuhan perusahaan yang menyebabkan perubahanperubahan terhadap harga saham suatu perusahaan di bursa efek, sehingga
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
nilai suatu perusahaan tersebut memberikan sinyal yang positif bagi
investor untuk lebih tertarik melakukan investasi.
3. Struktur Modal
Pada tahun 1958 Modigliani dan Miller (MM) dalam(Sartono, 2010:
242) menunjukkan bukti bahwa nilai suatu perusahaan tidak dipengaruhi
oleh struktur modal, bukti tersebut dengan berdasarkan serangkaian
asumsi antara lain, tidak ada biaya broker (pialang), tidak ada pajak, tidak
ada biaya kebangkrutan, para investor dapat meminjam dengan tingkat
suku bunga yang sama dengan perseroan, semua investor mempunyai
informasi yang sama, EBIT tidak dipengaruhi oleh biaya hutang. Dengan
hasil tersebut menunjukkan kondisi-kondisi di mana struktur modal tidak
relevan, MM juga memberikan petunjuk agar struktur modal menjadi
relevan sehingga akan mempengaruhi nilai perusahaan Brigham dan
Houston (2011:179).
Tahun 1963 MM menerbitkan makalah lanjutan yang melemahkan
asumsi tidak ada pajak perseroan. Peraturan perpajakan memperbolehkan
pengurangan pembayaran bunga sebagai beban, tetapi pembayaran dividen
kepada pemegang saham tidak dapat dikurangkan. Hasil penelitiannya
mendorong perusahaan untuk menggunakan hutang dalam struktur modal.
Kesimpulan ini diubah oleh Miller ketika memasukkan efek dari pajak
perseorangan, Miller berpendapat bahwa investor bersedia menerima
pengembalian atas saham sebelum pajak yang relatif rendah dibandingkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
dengan pengembalian atas obligasi sebelum pajak. Brigham dan
Housto(2011: 32).
Hasil-hasil MM yang tidak relevan juga tergantung pada asumsi tidak
adanya biaya kebangkrutan. Perusahaan yang bangkrut mempunyai biaya
hukum dan akuntansi yang sangat tinggi, dan mereka juga sulit untuk
menahan pelanggan, pemasok dan karyawan. Bahkan, kebangkrutan sering
memaksa suatu perusahaan untuk melikuidasi atau menjual hartanya
dengan harga di bawah harga seandainya perusahaan beroperasi. Biaya
yang terkait dengan kebangkrutan, yaitu:
(1) proftabilitas terjadinya, (2) biaya-biaya yang akan timbul bila kesulitan
keuangan akan muncul. Perusahaan yang labanya lebih labil, bila semua
hal lain sama, menghadapi biaya kebangkrutan yang lebih besar sehingga
harus menggunakan lebih sedikit hutang daripada perusahaan yang stabil
Brigham dan Houston( 2011: 33).
Pendekatan tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang
optimal. Dengan kata lain struktur modal mempunyai pengaruh terhadap
nilai perusahaan, struktur modal bisa diubah-ubah agar bisa diperoleh nilai
perusahaan
yang
optimal
(Hanafi,
2010:297).
Menurut
Sartono
(2010:225), “Struktur modal adalah perimbangan jumlah utang jangka
pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferen dan
saham biasa”. Keputusan struktur modal (capital structure) meliputi
pemilihan sumber dana baik yang berasal dari modal sendiri maupun
modal asing dalam bentuk utang. Kedua dana tersebut merupakan dana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
eksternal yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Bagi perusahaan
besar, menggunakan hutang sudah menjadi trend untuk mendanai aktivitas
perusahaan, penggunaan hutang semakin tinggi akan memberikan manfaat
berupa penghematan pembayaran pajak dan meningkatkan keuntungan per
lembar saham yang diterima shareholders.
Menurut Sartono (2010: 248), untuk menentukan struktur modal yang
optimal, para manajer keuangan perlu mempertimbangkan beberapa faktor
penting sebagai berikut:
1. Tingkat penjualan
2. Struktur Asset
3. Tingkat pertumbuhan perusahaan
4. Profitabilitas
5. Variabel laba dan perlindungan pajak
6. Skala perusahaan
7. Kondisi intern perusahaan dan ekonomi makro
Menurut Keown, dkk. (2010:148) “Struktur keuangan adalah
campuran segala hal yang tampak pada sisi kanan neraca perusahaan
(liabilitas dan modal). Struktur modal adalah campuran sumber-sumber
dana jangka panjang yang digunakan perusahaan”. Dalam membiayai
kegiatan operasinya, perusahaan membutuhkan modal yang terdiri atas
modal asing dan modal sendiri. Pengertian modal adalah hak atau bagian
yang dimiliki perusahaan yang ditujukan dalam modal saham. Modal asing
merupakan modal berasal dari pinjaman dari kreditur, supplier, dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
perbankan. Sedangkan modal sendiri merupakan modal yang berasal dari
pihak perusahaan dari pemilik perusahaan (pemegang saham) maupun laba
yang tidak dibagi (laba ditahan).
Menurut Sudana (2011:143), “Struktur modal (capital structure)
berkaitan dengan pembelanjaan jangka panjang suatu perusahaan yang
diukur dengan perbandingan utang jangka panjang dengan modal sendiri”.
Sedangkan menurut Sutrisno (2009:217), “Struktur modal adalah rasio
total utang dengan total aset yang biasa disebut debt to equity ratio (DER),
mengukur persentase besarnya dana yang berasal dari utang” Struktur
modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka
panjang dengan modal sendiri Kusumajaya (2011: 101). Oleh karena itu,
struktur modal diukur dengan debt to equity ratio (DER). DER merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang
terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan. Secara
matematis Debt to equity ratio (DER) dapat dirumuskan sebagai berikut
(Sartono, 2010: 121):
DER =
Total utang
Total modal sendiri
4. Profitabilitas
Keuntungan merupakan hasil dari kebijaksanaan yang diambil
oleh manajemen. Rasio keuntungan untuk mengukur seberapa besar
tingkat keuntungan yang dapat diperoleh oleh perusahaan.Semakin
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
besar tingkat keuntungan menunjukkan semakin baik manajemen
dalam mengelola perusahaan.
Menurut Munawir (2010:240) mengatakan, “Rasio profitabilitas
adalah rasio-rasio yang dapat digunakan untuk menilai kemampuan
perusahaan untuk memperoleh keuntungan”.
Menurut Riyanto (2010:37), “Profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber
daya yang ada seperti penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah
cabang dan sebagainya”. Sedangkan Fahmi (2012:135) mengemukakan
“Profitabilitas adalah mengukur efektifitas manajemen secara keseluruhan
yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh
dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi”. Semakin baik
rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan
tingginya perolehan keuntungan perusahaan.
Menurut Brigham (2011:146), “Profitabilitas adalah hasil akhir dari
sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan. Rasio
profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan kombinasi dari
pengaruh likuiditas, manajemen asset dan utang pada hasil operasi”.
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan mendapatkan laba dari
berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan dalam suatu periode
tertentu. Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dari kegiatan bisnis yang dilakukannya.
Hasilnya adalah investor dapat melihat seberapa efisien manajemen
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
perusahaan menggunakan aset dan melakukan kegiatan operasional
usahanya untuk menghasilkan keuntungan. Rasio profitabilitas adalah
hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan
manajemen perusahaan.
Bukit (2012:208) mengemukakan pengembalian atas ekuitas merupakan
suatu pengukuran dari income yang tersedia bagi para pemilik perusahaan
atas modal yang diinvestasikan dalam perusahaan. Dalam konteks ini, return
on equity (ROE) digunakan sebagai proksi profitabilitas perusahaan. Menurut
Brigham (2011:149), ROE merupakan rasio yang paling umum digunakan
untuk mengukur tingkat pengembalian atas investasi (return) pemegang
saham biasa atau pemilik perusahaan.
Menurut Sutrisno (2009:222), ROE adalah kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki,
sehingga ROE juga disebut sebagai rentabilitas modal sendiri. Laba yang
diperhitungkan adalah laba bersih setelah dipotong pajak. Tandelilin
(2010:372) mengemukakan ROE merupakan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba yang diperoleh pemegang saham. ROE dihitung dengan
membagi laba bersih dengan jumlah ekuitas perusahaan.
Menurut Sartono, (2010:122) profitabilitas adalah “kemampuan
perusahaan memperoleh laba daam hubungannya dengan penjualan,
total aset maupun modal sendiri”. Dengan demikian bagi investor
jangka
panjang
akan
sengat
berkepentingan
profitabilitas ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dengan
analisis
20
Menurut Sartono, (2010:122) rasio profitabilitas dapat diukur
dengan beberapa indikator yaitu:
a. Gross Profit Margin
Gross profit margin merupakan kemampuan perusahaan
untuk
menghasilkan
keuntungan
dibandingkan
dengan
penjualan yang dicapai.
Penjualan - HPP
Profit Margin = _________________
Penjualan
b. Net Profit Margin
Net profit margin
rentabilitas
ekonomis
juga sering disebut sebagai
merupakan
ukuran
kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dengan hasil penjualan
yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal ini laba yang
dihasilkan adalah laba setelah bunga dan pajak atau EAT.
EAT
Net Profit Margin = __________
Penjualan
c. Return On Equity
Return
on equity ini sering disebut dengan rate of
return on Net worth yaitu kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan
keuntungan
dengan
modal
sendiri
yang
dimiliki, sehingga ROE ini ada yang menyebut sebagai
rentabilitas modal sendiri. Laba yang diperhitungkan adalah
laba bersih setelah bunga dan pajak atau EAT.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
EAT
Return On Equity = ____________
Modal Sendiri
d. Return On Investment
Return
on
investment
merupakan
kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang akan
digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Laba
yang digunakan untuk mengukur rasio ini adalah laba bersih
setelah pajak atau EAT.
EAT
Return On Investment = __________
Investasi
Dalam penelitian ini profitabilitas diproksikan dengan Return on
equity dengan rumus :
EAT
Return On Equity = ____________
Modal Sendiri
5. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan pengukur yang menunjukkan besar
kecilnya
perusahaan.
Ukuran
perusahaan
dapat
diukur
dengan
menggunakan total aset, penjualan, dan ekuitas total utang dan ukuran
perusahaan memiliki korelasi kuat dan positif (Magreta dan Nurmayanti,
2009). Ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi. Besar kecilnya
suatu perusahaan dapat didasarkan pada total nilai aset, total penjualan,
kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Semakin besar aset
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
suatu perusahaan maka akan semakin besar pula modal yang ditanam,
semakin besar total penjualan suatu perusahaan maka akan semakin
banyak juga perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka
semakin besar pula perusahaan dikenal masyarakat.
Menurut Riyanto (2010:313) Besar kecilnya perusahaan dilihat dari
besarnya nilai equity, nilai penjualan, atau nilai aset. Sedangkan Torang
(2012:93) memberikan definisi ukuran organisasi adalah suatu variabel
konteks yang mengukur tuntutan pelayanan atau produk organisasi.
Berdasarkan uraian di atas, maka untuk menentukan ukuran
perusahaan digunakan ukuran aset. Ukuran aset tersebut diukur sebagai
logaritma dari total aset. Logaritma digunakan untuk memperhalus aset
tersebut yang sangat besar dibanding variabel keuangan lainnya.
Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diproksikan dengan logaritma
dari total aset dengan rumus :
𝑆𝐼𝑍𝐸 = πΏπ‘œπ‘”. π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ 𝐴𝑠𝑒𝑑
6. Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk
meningkatkan size.Pertumbuhan perusahaan pada dasarnya dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu faktor eksternal, internal, dan pengaruh iklim
industri lokal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam
hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai
sumber pembiayaannya agar tidak terjadi biaya keagenan (agency cost)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan, sebaliknya
perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan
yang rendah sebaiknya
menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya karena penggunaan
hutang akan mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara
teratur.
Sondakh & Tangkuman (2011:89) mengemukakan pertumbuhan adalah
sebuah by product dari penerapan strategi yang berhasil. Pertumbuhan
diperlukan
untuk
memfasilitasi
tujuan
manajemen.
Contohnya,
pertumbuhan menyediakan potensi bagi sebuah promosi, tantangan yang
lebih besar, prestise, dan potensi pendapatan. Pertumbuhan lebih besar
cenderung untuk lebih stabil dan berhasil dalam usaha. Penguasaan
sumber daya yang meningkat akan memudahkan usaha diversifikasi,
akhirnya membuat perusahaan aman dan stabil. Perusahaan dengan total
asset besar menunjukkan perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan.
Perusahaan besar cenderung mendominasi posisi pasar, sehingga
perusahaan yang besar seringkali lebih memiliki keunggulan kompetitif
dalam mengeksplorasi kesempatan investasi. Perusahaan yang tumbuh
secara signifikan merupakan perusahaan lebih besar karena perusahaan
besar dianggap lebih memiliki akses ke pasar modal sehingga lebih mudah
untuk mendapatkan tambahan dana.
Pertumbuhan perusahaan dapat diukur dengan beberapa cara,
misalnya dengan melihat pertumbuhan penjualannya. Pengukuran ini
hanya dapat melihat pertumbuhan perusahaan dari aspek pemasaran
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
perusahaan
saja.
Pengukuran
yang lain
adalah
dengan
melihat
pertumbuhan laba operasi perusahaan. Dengan melakukan pengukuran
laba operasi perusahaan, kita dapat melihat aspek pemasaran dan juga
efisiensi perusahaan dalam pemanfaatan sumber daya yang dimilikinya.
Pengukuran berikutnya adalah dengan mengukur pertumbuhan laba bersih,
dimana inputnya pertumbuhan laba bersih ini adalah modal, sedangkan
outputnya adalah laba. Pengukuran pertumbuhan perusahaan yang terakhir
adalah melalui pengukuran pertumbuhan modal sendiri(Sartono, 2010).
Haryetti dan Ekayanti (2012:4) mengemukakan pertumbuhan
perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan sizenya yang dapat diproksikan dengan adanya peningkatan aset, ekuitas, laba,
dan penjualan. Menurut Sondakh & Tangkuman (2011:90), perusahaan
bertumbuh adalah perusahaan yang memiliki pertumbuhan marginal, laba,
dan penjualan tinggi. Haryetti (2012:4) mengemukakan pertumbuhan
perusahaan dapat diukur menggunakan formulasi sebagai berikut:
1. Aset sebagai proksi pertumbuhan perusahaan
Pertumbuhan Aset =
π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ 𝐴𝑠𝑒𝑑𝑑 − π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ 𝐴𝑠𝑒𝑑𝑑−1
π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ 𝐴𝑠𝑒𝑑𝑑−1
2. Ekuitas sebagai proksi pertumbuhan perusahaan
Pertumbuhan Ekuitas =
π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ πΈπ‘˜π‘’π‘–π‘‘π‘Žπ‘ π‘‘ − π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ πΈπ‘˜π‘’π‘–π‘‘π‘Žπ‘ π‘‘−1
π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ πΈπ‘˜π‘’π‘–π‘‘π‘Žπ‘ π‘‘−1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
3. Laba sebagai proksi pertumbuhan perusahaan
Pertumbuhan Laba =
πΏπ‘Žπ‘π‘Žπ‘‘ − πΏπ‘Žπ‘π‘Žπ‘‘−1
πΏπ‘Žπ‘π‘Žπ‘‘−1
4. Penjualan sebagai proksi pertumbuhan perusahaan
Pertumbuhan π‘†π‘Žπ‘™π‘’π‘  =
π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π‘†π‘Žπ‘™π‘’π‘ π‘‘ − π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π‘†π‘Žπ‘™π‘’π‘ π‘‘−1
π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π‘†π‘Žπ‘™π‘’π‘ π‘‘−1
Dalam penelitian ini pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan
rasio pertumbuhan penjualan dengan rumus :
πΊπ‘…π‘‚π‘Šπ‘‡π» =
π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π‘π‘’π‘›π‘—π‘’π‘Žπ‘™π‘Žπ‘› π‘‘π‘Žβ„Žπ‘’π‘›π‘‘ − π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π‘π‘’π‘›π‘—π‘’π‘Žπ‘™π‘Žπ‘› π‘‘π‘Žβ„Žπ‘’π‘›π‘‘−1
π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π‘π‘’π‘›π‘—π‘’π‘Žπ‘™π‘Žπ‘› π‘‘π‘Žβ„Žπ‘’π‘›π‘‘−1
7. Nilai Perusahaan
Akhir-akhir ini pandangan yang berkembang bahwa tujuan normatif
yang ingin dicapai dalam manajemen keuangan adalah memaksimumkan
nilai perusahaan. Menurut Sartono (2010:9) memaksimumkan nilai
perusahaan dapat ditempuh dengan memaksimumkan nilai sekarang atau
present value semua keuntungan pemegang saham yang diharapkan akan
diperoleh di masa yang akan datang. Kemakmuran pemegang saham akan
meningkat apabila harga saham yang dimilikinya meningkat.
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan,
yang sering dikaitkan harga saham”. Menurut Hanafi (2010:3) manajer
keuangan perlu mengambil kebijakan-kebijakan dalam tiga hal keputusan,
yaitu keputusan investasi, pendanaan dan likuiditas. Ketiga keputusan
tersebut bertujuan untuk memaksimumkan nilai perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Menurut Sudana (2011:7), “Nilai perusahaan adalah harga yang
bersedia dibayar oleh calon pembeli (investor) apabila perusahaan tersebut
dijual. Tujuan normatif perusahaan adalah memaksimumkan kekayaan
para pemegang saham”. Prasetyo (2011:186) mengemukakan nilai
perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran
pemegang saham. Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai
perusahaan.
Prasetyo (2011:158) mengemukakan “Nilai perusahaan merupakan
hasil kerja manajemen dari beberapa dimensi diantaranya adalah arus kas
bersih dari keputusan investasi, pertumbuhan, dan biaya modal
perusahaan”.Bagi investor, nilai perusahaan merupakan konsep penting
karena sebagai indikator bagaimana pasar menilai perusahaan secara
keseluruhan. Nilai perusahaan tinggi menjadi keinginan para pemilik
perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran
pemegang saham juga tinggi.
Menurut Brigham&Houston (2011) terdapat beberapa pendekatan
analisis rasio dalam penilaian market value, terdiri dari pendekatan price
earning ratio(PER), price book value ratio (PBV), market book ratio
(MBR), deviden yield ratio, dan deviden payout ratio (DPR). Dalam
penelitian ini nilai perusahaan diukur dengan PBV. Rasio harga saham
terhadap nilai buku perusahaan atau price book value(PBV), menunjukkan
tingkat kemampuan perusahaan menciptakan nilai relative terhadap jumlah
modal yang diinvestasikan. PBV yang tinggi mencerminkanharga saham
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
yang tinggi dibandingkan nilai buku perlembar saham. Semakin tinggi
harga saham, semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi
pemegang saham. Keberhasilan perusahaan menciptakan nilai tersebut
tentunya
memberikan
harapan
kepada
pemegang
saham
berupa
keuntungan yang lebih besar pula (Sartono, 2010), secara sederhana
menyatakan bahwa price to book value (PBV) merupakan rasio pasar
(market ratio) yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham
terhadap nilai bukunya. Rasio ini dihitung dengan formula sebagai berikut:
𝑃𝐡𝑉 =
π»π‘Žπ‘Ÿπ‘”π‘Ž π‘π‘Žπ‘ π‘Žπ‘Ÿ π‘π‘’π‘Ÿ π‘™π‘’π‘šπ‘π‘Žπ‘Ÿ π‘ π‘Žβ„Žπ‘Žπ‘š
π‘π‘–π‘™π‘Žπ‘– π‘π‘’π‘˜π‘’ π‘π‘’π‘Ÿ π‘™π‘’π‘šπ‘π‘Žπ‘Ÿ π‘ π‘Žβ„Žπ‘Žπ‘š
8. Penelitian sebelumnya
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Berbagai Peneliti Yang Menguji Variabel Yang
Mempengaruhi Nilai Perusahaan
Variabel
Arie
(2012)
Sofyan
ingsih
(2011)
R. Hendri
(2010)
Tri
Li-Ju
Sri
wahyuni Chen Hermu
(2013) (2011) ningsih
(2013)
Keputusan
investasi (PER)
(+)
keputusan
pendanaan (DER)
(+)
(+)
(+)
(-)
Kebijakan deviden
(DPR)
(-)
(-)
(+)
(+)
(+)
(-)
(+)
Ukuran
perusahaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
(+)
(+)
28
Profitabilitas
(ROE)
(+)
(+)
Kepemilikan
institusi
(-)
(-)
pertumbuhan
penjualan
(GROWTH)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
Sumber : Arie dan Abdul (2012), Sofyaningsih dan hardiningsih (2011), R. Hendri dan Gusaptono (2010), Tri
wahyuni (2013), Li-Ju Chen and Shun-Yu Chen (2011), Sri Hermuningsih (2013).
Tabel 2.1 menunjukkan hasil penelitian dari berbagai peneliti yang
menguji variabel yang mempengaruhi nilai perusahaan, dapat dilihat bahwa
setiap peneliti menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Ada beberapa varibel
yang memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan, namun ada
bebeapa juga yang menunjukkan bahwa variable tersebut berpengaruh negatif
terhadap nilai perusahaan.
B. Rerangka Pemikiran
Tujuan perusahaan adalah untuk memaksimalkan kekayaan pemegang
saham dengan cara memaksimalkan harga saham tersebut (Keown dkk, 2010:
4). Tujuan ini tidak hanya merupakan kepentingan bagi para pemegang
saham semata, tetapi juga akan memberikan manfaat terbaik bagi masyarakat.
Sartono (2010) mengungkapkan bahwa tujuan yang harus dicapai oleh
perusahaan
adalah
bukan
memaksimumkan
profit
melainkan
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau maximization wealth of
stockholders melalui maksimisasi nilai perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
Para pemilik perusahaan tentu saja mengharapkan nilai perubahannya
tinggi sehingga akan meningkatkan kemakmuran para pemegang saham.
Kemakmuran pemegang saham akan meningkat apabila harga saham yang
dimilikinya meningkat, harga saham juga menunjukkan nilai perusahaan,
dengan demikian apabila harga saham meningkat berarti pula nilai
perusahaan meningkat (Sartono, 2010: 9).
Menurut Brigham (2011) terdapat beberapa pendekatan analisis rasio
dalam penilaian market value, terdiri dari pendekatan price earning ratio
(PER), price book value ratio (PBV), market book ratio (MBR), deviden
yield ratio, dan deviden payout ratio (DPR). Dalam penelitian ini nilai
perusahaan diukur dengan PBV. Rasio harga saham terhadap nilai buku
perusahaan atau price book value (PBV), menunjukkan tingkat kemampuan
perusahaan menciptakan nilai relatif terhadap jumlah modal yang
diinvestasikan.
Struktur modal adalah merupakan perimbangan jumlah utang jangka
pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferen dan
saham biasa. Struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan yaitu
perbandingan diantara total utang dengan modal sendiri (Sartono, 2010: 225).
Pendekatan tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang
optimal. Dengan kata lain struktur modal mempunyai pengaruh terhadap nilai
perusahaan, struktur modal bisa diubah-ubah agar bisa diperoleh nilai
perusahaan yang optimal (Hanafi, 2010:297).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
Salah satu cara untuk mengukur struktur modal adalah dengan
menggunakan debt to equity ratio (DER). DER merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang terhadap total
shareholder’s equity, Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total
hutang (jangka pendek dan jangka panjang) semakin besar dibandingkan
dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban
perusahaan terhadap pihak luar (kreditur), sehingga hal ini juga akan
menurunkan nilai perusahaan
Berdasarkanpenelitianyang dilakukan oleh Arie (2012),
Sofyaningsih
dan hardiningsih (2011) serta penelitian Gusaptono (2010) menyatakan
bahwa DER berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Laporan
keuangan
merupakan
sarana
bagi
perusahaan
untuk
menyampaikan informasi keuangan perusahaan mengenai per tanggung
jawaban pihak manajemen atas sumber daya ekonomi yang dikelola (Ikatan
Akuntan Indonesia, 2009: 4).
Salah satu komponen informasi akuntansi yang terkandung dalam
laporan keuangan adalah profitabilitas. Laba yang dihasilkan berasal dari
penjualan dan keputusan investasi yang dilakukan perusahaan. Salah satu
ukuran kinerja perusahaan yang sering digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan
adalah
laba
yang
dihasilkan.
Profitabilitas
yang
tinggi
menunjukkan prospek perusahaan yang bagus sehingga investor akan
merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aset maupun modal sendiri. Dengan
demikian bagi investor dalam jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan
analisis profitabilitas ini misalnya bagi pemegang saham akan melihat
keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk dividen (Sartono,
2010: 123).
Dari sudut pandang pemegang saham rasio profitabilitas yang digunakan
adalah return on equity (ROE), ROE ini mengukur kemampuan perusahaan
memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan, semakin tinggi
nilai ROE menunjukkan tingkat profitabilitas yang tinggi, yang berarti juga akan
memberikan laba yang lebih tinggi kepada pemegang saham, sehingga
kemakmuran pemegang saham akan meningkat.
Berdasarkan
penelitianyang
dilakukan
oleh
Sofyaningsih
(2011)
menyatakan bahwa pertumbuhanperusahaan (GROWHT) berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan.
Ukuran perusahaan merupakan pengukur yang menunjukkan besar
kecilnya perusahaan, menurut Riyanto (2010:313) besar kecilnya perusahaan
dilihat dari besarnya nilai equity, nilai penjualan, atau nilai aset. Sedangkan
Torang (2012:93) memberikan definisi ukuran organisasi adalah suatu
variabel konteks yang mengukur tuntutan pelayanan atau produk organisasi.
Untuk melakukan pengukuran terhadap ukuran perusahaan, Jogiyanto
(2013:282) mengemukakan bahwa ukuran aset digunakan untuk mengukur
besarnya perusahaan, ukuran aset tersebut diukur sebagai logaritma dari total
aset.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
Berdasarkan penelitianyang dilakukan oleh Sofyaningsih (2011) serta
penelitian Tri wahyuni (2013) menyatakan bahwa ukuran perusahaan (SIZE)
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk
meningkatkan size. Pertumbuhan perusahaan pada dasarnya dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu faktor eksternal, internal, dan pengaruh iklim industri
lokal. Pertumbuhan perusahaan dapat diukur dengan beberapa cara, misalnya
dengan melihat pertumbuhan penjualannya.
Pertumbuhan penjualan perusahaan memberikan implikasi terhadap laba
yang diperoleh perusahaan. Semakin tinggi pertumbuhan penjualan yang
diperoleh perusahaan yang berarti juga akan memberikan laba yang lebih tinggi
kepada pemegang saham, sehingga kemakmuran pemegang saham juga akan
meningkat
Berdasarkan penelitianyang dilakukan oleh Sofyaningsih (2011) serta
penelitian Tri wahyuni (2013) menyatakan bahwa ukuran perusahaan (SIZE)
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Struktur modal
(DER)
Profitabilitas (ROE)
Ukuran perusahaan
(SIZE)
Nilai perusahaan
(PBV)
Pertumbuhan
perusahaan
GROWTH)Gambar 2.1. Rerangka pemikiran penelitian
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
C. Hipotesis
Berdasarkan pada rumusan masalah, tujuan penelitian serta kajian teori
dan empiris yang telah dijabarkan tersebut, maka hipotesis dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan
Penelitian terdahulu tentang struktur modal sudah sering
dilakukan, dan dari setiap penelitian yang dilakukan ternyata struktur
modal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan.
Analisa mengenai struktur modal ini menggunakan anlisa Debt to
Equity Ratio(DER).
Berdasarkan hasil penelitian Tri wahyuni (2013) menunjukkan
bahwa struktur modal berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan,
yang menjelaskan bahwa semakin tinggi hutang yang dimiliki
perusahaan, maka semakin tinggi beban yang harus ditanggung
perusahaan sehingga menurunkan nilai perusahaan, tetapi hasil
penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Arie (2012), Gusaptono (2010) dan hasil penelitian Sofyaningsih dan
hardiningsih
(2011),
menunjukkan
bahwa
struktur
modal
berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan dengan
hasil semakin tinggi rasio hutang terhadap modal sendiri, maka
semakin tinggi nilai perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
Meningkatnya proporsi hutang terhadap modal sendiri akan
meningkatkan
kemungkinan
munculnya
kebangkrutan
dan
meningkatnya biaya kebangkrutan karena meningkatnya tanggungan
hutang yang melebihi kapasitas modal sendiri, namun dengan adanya
hutang akan membuat manajerial perusahaan bekerja seefisien
mungkin sehingga ini akan memberikan sinyal positif bagi investor.
Oleh karena itu struktur modal yang meningkat akan turut
meningkatkan nilai perusahaan.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dibuat hipotesis sebagai
berikut:
H1
: Struktur modal berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan
2. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan
profitabilitas adalah “kemampuan perusahaan memperoleh
laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aset maupun
modal sendiri” Sartono, (2010:122). Dengan demikian bagi
investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan
analisis profitabilitas ini.
Profitabilitas mempunyai hubungan negatif dengan struktur
modal, dimana keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan sebagian
dapat ditanamkan kembali ke dalam perusahaan untuk menambah
modal sendiri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin
kecil profitabilitas perusahaan, semakin kecil pula nilai perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
Menurut Sartono, (2010:122) rasio profitabilitas dapat
diukur dengan beberapa indikator, salah satunya adalah Return
on equity(ROE). ROE ini sering disebut dengan rate of return on
Net worth yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE
ini ada yang menyebut sebagai rentabilitas modal sendiri. Laba
yang diperhitungkan adalah laba bersih setelah bunga dan pajak
atau EAT.
Perusahaan dengan niai ROE yang tinggi akan menarik bagi
investor
untuk
menanamkan
modalnya,
sehingga
akan
menyebabkan harga saham mengalami peningkatan yang berarti
juga akan meningkatkan nilai perusahaan, sehingga akan terjadi
hubungan yang positif antara profitabilitas terhadap nilai
perusahaan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sofyaningsih (2011),
menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif signifikan
terhadap nilai perusahaan, begitu pula dengan penelitian yang
dilakukan Tri wahyuni (2013) menunjukkan bahwa profitabilitas
berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dibuat hipotesis sebagai
berikut:
H2
:
Profitabilitas
berpengaruh
perusahaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
positif
terhadap
nilai
36
3. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan
Untuk melakukan pengukuran terhadap ukuran perusahaan
Jogiyanto (2010:282) mengemukakan bahwa ukuran aset digunakan
untuk mengukur besarnya perusahaan, ukuran aset tersebut diukur
sebagai logaritma dari total aset. Sedangkan menurut Prasetyantoko
(2008:257)
dalam
Wulandari
(2012:18)
aset
total
dapat
menggambarkan ukuran perusahaan, semakin besar aset biasanya
perusahaan tersebut makin besar.
Dengan
semakin
besar
ukuran
perusahaan,
maka
ada
kecenderungan lebih banyak investor yang menaruh perhatian pada
perusahaan tersebut. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang
besar
cenderung
Kestabilantersebut
memiliki
menarik
kondisi
investor
yang
untuk
lebih
stabil.
memiliki
saham
perusahaan tersebut. Kondisi tersebut menjadi penyebab atas
naiknya harga saham perusahaan di pasar modal. Peningkatan
permintaan saham perusahaan akan dapat memacu pada peningkatan
harga saham di pasar modal. Peningkatan tersebut menunjukkan
bahwa perusahaan dianggap memiliki “nilai” yang lebih besar.
Sehingga ukuran perusahaan yang semakin besar akan meningkatkan
nilai perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh R. Hendri Gusaptono (2010),
menujukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negtif terhadap
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
nilai perusahaan, tetapi hasil ini bertentangan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Sofyaningsih (2011)dan juga hasil
penelitian dari Tri wahyuni (2013), yang menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap nilai
perusahaan.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dibuat hipotesis sebagai
berikut:
H3
: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan
4. Pengaruh
Pertumbuhan
Perusahaan
Terhadap
Nilai
Perusahaan
Pertumbuhan perusahaan dapat diukur dengan beberapa cara,
misalnya dengan melihat pertumbuhan penjualannya. Pengukuran ini
hanya dapat melihat pertumbuhan perusahaan dari aspek pemasaran
perusahaan saja. Pengukuran yang lain adalah dengan melihat
pertumbuhan
laba
operasi
perusahaan.
Dengan
melakukan
pengukuran laba operasi perusahaan, kita dapat melihat aspek
pemasaran dan juga efisiensi perusahaan dalam pemanfaatan sumber
daya yang dimilikinya.
Pengukuran berikutnya adalah dengan mengukur pertumbuhan
laba bersih, dimana inputnya pertumbuhan laba bersih ini adalah
modal, sedangkan outputnya adalah laba. Pengukuran pertumbuhan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
perusahaan yang terakhir adalah melalui pengukuran pertumbuhan
modal sendiri (Sartono, 2010).
Pertumbuhan adalah dampak atas arus dana perusahaan dari
perubahanoperasional yang disebabkan oleh pertumbuhan atau
penurunan volume usaha, dari sudut pandang investor, pertumbuhan
suatu perusahaan merupakan tanda perusahaan memiliki aspek yang
menguntungkan, dan investor pun akan mengharapkan tingkat
pengembalian (rate of return) dariinvestasi yang dilakukan
menunjukkan perkembangan yang baik. Informasi tentang adanya
pertumbuhan perusahaan akan direspon positif oleh investor,
sehingga akan meningkatkan harga saham, dengan meningkatnya
harga saham maka akan menyebabkan nilai perusahaan mengalami
peningkatan.
Penelitian
menujukkan
yang
bahwa
dilakukan
oleh
pertumbuhan
Sofyaningsih
perusahaan
(2011),
(GROWTH)
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, begitu pula dengan
hasil penelitian dari Tri wahyuni (2013), yang menunjukkan bahwa
pertumbuhan perusahaan (GROWTH) berpengaruh positif signifikan
terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dibuat hipotesis sebagai
berikut:
H4
: Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download