BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Menurut Jensen &Meckling (Brigham & Houston, 2011) teori keagenan (agency theory) merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (principals) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agents) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama yang disebut “nexus of contract” Menurut synkey (dalam Andriyani 2014:13) Agency Theory, merupakan konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual antara principals dan agents. Pihak principal adalah pihak yang memberikan mandat kepada pihak lain, yaitu agent, untuk melakukan semua kegiatan atas nama principal dalam kapasitasnya sebagai pengambil keputusan. Paradigma agensi – analitis ini kemudian mengalami perubahan dengan memandang perusahaan sebagai suatu nexus atau penghubungan kontrak dengan pernyataan yang dinyatakan oleh Jensen dan Meckling bahwa perusahaan adalah cerita fiksi legal yang berfungsi sebagai nexus 8 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 9 (perhubungan) dari serangkaian hubungan kontrak antara para individu.(Belkaoui, dalam dewi (2010). Hubungan agensi dikatakan telah terjadi ketika suatu kontrak antara seseorang (atau lebih), seorang principal dan orang lainnya, seorang agen, untuk memberikan jasa demi kepentingan principal termasuk melibatkan pemberian delegasi kekuasaan pengambilan keputusan kepada agen. Baik principal maupun agen diasumsikan untuk termotivasi hanya oleh kepentingan dirinya sendiri yaitu untuk memaksimalkan kegunaan subjek mereka dan juga untuk menyadari kepentingan bersama mereka. Ada dua alasan yang dapat mengarah pada terjadinya divergensi antara kepentingan diri sendiri dengan perilaku kooperatif: 1. Seleksi yang merugikan, sebagai suatu masalah informasi, timbul ketika agen menggunakan informasi khusus yang tidak dapat diverifikasi oleh principal untuk mengimplementasikan dengan sukses suatu aturan yang berbeda dengan yang diinginkan oleh principal, dan karenanya menyebabkan principal tidak mampu menentukan apakah si agen telah membuat pilihan yang tepat. 2. Masalah resiko moral, sebagai suatu masalah ex post, timbul ketika mendapat masalah motivasional dan konflik sebagai akibat dari mendasarkan kontrak kesepakatan pada perilaku pengganti yang tidak sempurna. Masalah keagenan yang timbul adalah masalah yang mendorong agen untuk bersikap seolah-olah ia sedang http://digilib.mercubuana.ac.id/ memaksimalkan prinsip 10 kesejahteraan. Sebagai contoh, di mana agen adalah manajer perusahaan, manajer telah meningkatkan konsumsi seperti penggunaan mobil perusahaan, akun biaya, atau ukuran pembayaran bonus dengan mengorbankan para pemegang saham. (Godfrey& Holmes, 2010:362). Untuk memperkecil asimetris informasi, maka pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku. Upaya ini menimbulkan apa yang disebut sebagai agency costs, yang menurut teori ini harus dikeluarkan sedemikian rupa sehingga biaya untuk mengurangi kerugian yang timbul karena ketidak patuhan setara dengan peningkatan biaya enforcement-nya. 2. Teori Sinyal (Signaling Theory) Teori Sinyal menunjukkan bahwa perusahaan akan memberikan sinyal melalui tindakan dan komunikasi. Perusahaan mengadopsi sinyal-sinyal ini untuk mengungkapkan atribut yang tersembunyi untuk para pemangku kepentingan.(Melewar, dalam nainggolan (2015). Teori sinyal adalah teori yang mengatakan bahwa investor menganggap perubahan dividen sebagai sinyal dari perkiraan pendapatan manajemen (Brigham & Houston, 2011:444). Sinyal adalah sebuah tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang memberikan petunjuk kepada investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan (Besley dan Brigham, dalam nainggolan (2015). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 11 Sugiarto (2013:48) mengemukakan Signaling Theory didasarkan pada ide bahwa manajer yang mempunyai informasi bagus tentang perusahaan berupaya menyampaikan informasi tersebut kepada investor agar harga saham perusahaan meningkat. Namun, adanya masalah informasi asimetri, menjadikan manajer tidak hanya sekedar mengumumkan informasi tersebut, karena dimungkinkan manajer perusahaan lain juga akan mengumumkan hal sama sehingga membuat investor luar menjadi kurang percaya. Sedangkan menurut Sukirni (2012:3), Signaling Theory berakar dari teori akuntansi pragmatik yang memusatkan perhatiannya kepada pengaruh informasi terhadap perubahan perilaku pemakai informasi. Salah satu informasi yang dapat dijadikan sinyal adalah pengumuman yang dilakukan emiten. Pengumuman ini nantinya dapat mempengaruhi naik turunya harga sekuritas perusahaan emiten yang melakukan pengumuman tersebut. Menurut Megginson dkk (2010:493) model sinyal dividen membahas ke tidak sempurnaan pasar yang membuat kebijakan pembayaran yang relevan: asymmetric information. Jika manajer mengetahui bahwa perusahaan mereka “kuat” sementara investor untuk beberapa alasan tidak mengetahui hal ini, maka manajer dapat membayar dividen (atau secara agresif membeli kembali saham) dengan harapan kualitas sinyal perusahaan mereka ke pasar. Sinyal secara efektif memisahkan perusahaan yang kuat dengan perusahaan-perusahaan yang lemah (sehingga perusahaan yang kuat dapat memberikan sinyal jenisnya ke pasar), itu http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 menjadi mahal untuk sebuah perusahaan yang lemah untuk meniru tindakan yang dilakukan oleh perusahaan yang kuat. Menurut Ross (Hanafi, 2010: 316) jika manajer mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan karenanya ingin harga saham meningkat, ia ingin mengkomunikasikan hal tersebut ke investor, ini merupakan signal yang disampaikan oleh manajer ke pasar. Dalam konteks kebijakan struktur modal, menurut Brigham & Houston (2011:38), isyarat (signal) adalah suatu tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek menguntungkan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara lain, termasuk penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal normal. Perusahaan dengan prospek kurang menguntungkan cenderung untuk menjual sahamnya. Bukit (2012:207) mengemukakan asumsi yang mendasari Signaling Theory adalah manajer mempunyai informasi dan akses informasi lebih baik mengenai kesempatan investasi perusahaannya daripada investor dan tindakan manajer didasarkan pada kepentingan terbaik untuk pemegang saham yang ada. Signaling Theory memprediksi perubahan struktur modal perusahaan merupakan informasi penting dan signal bagi pemegang saham yang dapat mempengaruhi kepentingan dan kesejahteraan pemegang saham. Berdasarkan Signaling Theory, http://digilib.mercubuana.ac.id/ Mardiyati, dkk.(2012:4) 13 mengemukakan jika manajer memiliki keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan karenanya ingin agar harga saham meningkat, manajer ingin mengkomunikasikan hal tersebut kepada investor. Manajer bisa menggunakan utang lebih banyak yang nantinya berperan sebagai sinyal yang lebih terpercaya. Ini karena perusahaan yang meningkatkan utang bisa dipandang sebagai sebuah perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan di masa akan datang. Investor diharapkan akan menangkap sinyal tersebut sebagai sinyal yang mengindikasikan perusahaan mempunyai prospek yang prospektif di masa depan. Jadi, hutang merupakan signal positif dari perusahaan. Konsekuensi logis dari teori signaling adalah bahwa ada insentif bagi semua manajer untuk menerima sinyal harapan keuntungan masa depan, karena jika investor percaya akan sinyal tersebut, harga saham akan meningkat dan para pemegang saham (dan manajer bertindak untuk kepentingan mereka) akan mendapatkan keuntungan. Penelitian insentif signaling termasuk studi yang menyelidiki mengapa perusahaan secara sukarela mengungkapkan berita buruk, mengurangi dividen dan peningkatan dividen, pendapatan dan merevaluasi serta merusak aset, dan mengakui aset internal yang dihasilkan. (Godfrey&Holmes: 2010: 376). Teori sinyal ini akan memberikan informasi mengenai faktor-faktor internal perusahaan seperi struktur pendanaan, profitabilitas, ukuran perusahaan dan pertumbuhan perusahaan yang menyebabkan perubahanperubahan terhadap harga saham suatu perusahaan di bursa efek, sehingga http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 nilai suatu perusahaan tersebut memberikan sinyal yang positif bagi investor untuk lebih tertarik melakukan investasi. 3. Struktur Modal Pada tahun 1958 Modigliani dan Miller (MM) dalam(Sartono, 2010: 242) menunjukkan bukti bahwa nilai suatu perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modal, bukti tersebut dengan berdasarkan serangkaian asumsi antara lain, tidak ada biaya broker (pialang), tidak ada pajak, tidak ada biaya kebangkrutan, para investor dapat meminjam dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perseroan, semua investor mempunyai informasi yang sama, EBIT tidak dipengaruhi oleh biaya hutang. Dengan hasil tersebut menunjukkan kondisi-kondisi di mana struktur modal tidak relevan, MM juga memberikan petunjuk agar struktur modal menjadi relevan sehingga akan mempengaruhi nilai perusahaan Brigham dan Houston (2011:179). Tahun 1963 MM menerbitkan makalah lanjutan yang melemahkan asumsi tidak ada pajak perseroan. Peraturan perpajakan memperbolehkan pengurangan pembayaran bunga sebagai beban, tetapi pembayaran dividen kepada pemegang saham tidak dapat dikurangkan. Hasil penelitiannya mendorong perusahaan untuk menggunakan hutang dalam struktur modal. Kesimpulan ini diubah oleh Miller ketika memasukkan efek dari pajak perseorangan, Miller berpendapat bahwa investor bersedia menerima pengembalian atas saham sebelum pajak yang relatif rendah dibandingkan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 dengan pengembalian atas obligasi sebelum pajak. Brigham dan Housto(2011: 32). Hasil-hasil MM yang tidak relevan juga tergantung pada asumsi tidak adanya biaya kebangkrutan. Perusahaan yang bangkrut mempunyai biaya hukum dan akuntansi yang sangat tinggi, dan mereka juga sulit untuk menahan pelanggan, pemasok dan karyawan. Bahkan, kebangkrutan sering memaksa suatu perusahaan untuk melikuidasi atau menjual hartanya dengan harga di bawah harga seandainya perusahaan beroperasi. Biaya yang terkait dengan kebangkrutan, yaitu: (1) proftabilitas terjadinya, (2) biaya-biaya yang akan timbul bila kesulitan keuangan akan muncul. Perusahaan yang labanya lebih labil, bila semua hal lain sama, menghadapi biaya kebangkrutan yang lebih besar sehingga harus menggunakan lebih sedikit hutang daripada perusahaan yang stabil Brigham dan Houston( 2011: 33). Pendekatan tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang optimal. Dengan kata lain struktur modal mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan, struktur modal bisa diubah-ubah agar bisa diperoleh nilai perusahaan yang optimal (Hanafi, 2010:297). Menurut Sartono (2010:225), “Struktur modal adalah perimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa”. Keputusan struktur modal (capital structure) meliputi pemilihan sumber dana baik yang berasal dari modal sendiri maupun modal asing dalam bentuk utang. Kedua dana tersebut merupakan dana http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 eksternal yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Bagi perusahaan besar, menggunakan hutang sudah menjadi trend untuk mendanai aktivitas perusahaan, penggunaan hutang semakin tinggi akan memberikan manfaat berupa penghematan pembayaran pajak dan meningkatkan keuntungan per lembar saham yang diterima shareholders. Menurut Sartono (2010: 248), untuk menentukan struktur modal yang optimal, para manajer keuangan perlu mempertimbangkan beberapa faktor penting sebagai berikut: 1. Tingkat penjualan 2. Struktur Asset 3. Tingkat pertumbuhan perusahaan 4. Profitabilitas 5. Variabel laba dan perlindungan pajak 6. Skala perusahaan 7. Kondisi intern perusahaan dan ekonomi makro Menurut Keown, dkk. (2010:148) “Struktur keuangan adalah campuran segala hal yang tampak pada sisi kanan neraca perusahaan (liabilitas dan modal). Struktur modal adalah campuran sumber-sumber dana jangka panjang yang digunakan perusahaan”. Dalam membiayai kegiatan operasinya, perusahaan membutuhkan modal yang terdiri atas modal asing dan modal sendiri. Pengertian modal adalah hak atau bagian yang dimiliki perusahaan yang ditujukan dalam modal saham. Modal asing merupakan modal berasal dari pinjaman dari kreditur, supplier, dan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 perbankan. Sedangkan modal sendiri merupakan modal yang berasal dari pihak perusahaan dari pemilik perusahaan (pemegang saham) maupun laba yang tidak dibagi (laba ditahan). Menurut Sudana (2011:143), “Struktur modal (capital structure) berkaitan dengan pembelanjaan jangka panjang suatu perusahaan yang diukur dengan perbandingan utang jangka panjang dengan modal sendiri”. Sedangkan menurut Sutrisno (2009:217), “Struktur modal adalah rasio total utang dengan total aset yang biasa disebut debt to equity ratio (DER), mengukur persentase besarnya dana yang berasal dari utang” Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri Kusumajaya (2011: 101). Oleh karena itu, struktur modal diukur dengan debt to equity ratio (DER). DER merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan. Secara matematis Debt to equity ratio (DER) dapat dirumuskan sebagai berikut (Sartono, 2010: 121): DER = Total utang Total modal sendiri 4. Profitabilitas Keuntungan merupakan hasil dari kebijaksanaan yang diambil oleh manajemen. Rasio keuntungan untuk mengukur seberapa besar tingkat keuntungan yang dapat diperoleh oleh perusahaan.Semakin http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 besar tingkat keuntungan menunjukkan semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan. Menurut Munawir (2010:240) mengatakan, “Rasio profitabilitas adalah rasio-rasio yang dapat digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan”. Menurut Riyanto (2010:37), “Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang ada seperti penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya”. Sedangkan Fahmi (2012:135) mengemukakan “Profitabilitas adalah mengukur efektifitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi”. Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan. Menurut Brigham (2011:146), “Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan. Rasio profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas, manajemen asset dan utang pada hasil operasi”. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan mendapatkan laba dari berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan dalam suatu periode tertentu. Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari kegiatan bisnis yang dilakukannya. Hasilnya adalah investor dapat melihat seberapa efisien manajemen http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 perusahaan menggunakan aset dan melakukan kegiatan operasional usahanya untuk menghasilkan keuntungan. Rasio profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan manajemen perusahaan. Bukit (2012:208) mengemukakan pengembalian atas ekuitas merupakan suatu pengukuran dari income yang tersedia bagi para pemilik perusahaan atas modal yang diinvestasikan dalam perusahaan. Dalam konteks ini, return on equity (ROE) digunakan sebagai proksi profitabilitas perusahaan. Menurut Brigham (2011:149), ROE merupakan rasio yang paling umum digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian atas investasi (return) pemegang saham biasa atau pemilik perusahaan. Menurut Sutrisno (2009:222), ROE adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE juga disebut sebagai rentabilitas modal sendiri. Laba yang diperhitungkan adalah laba bersih setelah dipotong pajak. Tandelilin (2010:372) mengemukakan ROE merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang diperoleh pemegang saham. ROE dihitung dengan membagi laba bersih dengan jumlah ekuitas perusahaan. Menurut Sartono, (2010:122) profitabilitas adalah “kemampuan perusahaan memperoleh laba daam hubungannya dengan penjualan, total aset maupun modal sendiri”. Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan sengat berkepentingan profitabilitas ini. http://digilib.mercubuana.ac.id/ dengan analisis 20 Menurut Sartono, (2010:122) rasio profitabilitas dapat diukur dengan beberapa indikator yaitu: a. Gross Profit Margin Gross profit margin merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai. Penjualan - HPP Profit Margin = _________________ Penjualan b. Net Profit Margin Net profit margin rentabilitas ekonomis juga sering disebut sebagai merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan hasil penjualan yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal ini laba yang dihasilkan adalah laba setelah bunga dan pajak atau EAT. EAT Net Profit Margin = __________ Penjualan c. Return On Equity Return on equity ini sering disebut dengan rate of return on Net worth yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ini ada yang menyebut sebagai rentabilitas modal sendiri. Laba yang diperhitungkan adalah laba bersih setelah bunga dan pajak atau EAT. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 EAT Return On Equity = ____________ Modal Sendiri d. Return On Investment Return on investment merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Laba yang digunakan untuk mengukur rasio ini adalah laba bersih setelah pajak atau EAT. EAT Return On Investment = __________ Investasi Dalam penelitian ini profitabilitas diproksikan dengan Return on equity dengan rumus : EAT Return On Equity = ____________ Modal Sendiri 5. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan pengukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Ukuran perusahaan dapat diukur dengan menggunakan total aset, penjualan, dan ekuitas total utang dan ukuran perusahaan memiliki korelasi kuat dan positif (Magreta dan Nurmayanti, 2009). Ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi. Besar kecilnya suatu perusahaan dapat didasarkan pada total nilai aset, total penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Semakin besar aset http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 suatu perusahaan maka akan semakin besar pula modal yang ditanam, semakin besar total penjualan suatu perusahaan maka akan semakin banyak juga perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan dikenal masyarakat. Menurut Riyanto (2010:313) Besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai penjualan, atau nilai aset. Sedangkan Torang (2012:93) memberikan definisi ukuran organisasi adalah suatu variabel konteks yang mengukur tuntutan pelayanan atau produk organisasi. Berdasarkan uraian di atas, maka untuk menentukan ukuran perusahaan digunakan ukuran aset. Ukuran aset tersebut diukur sebagai logaritma dari total aset. Logaritma digunakan untuk memperhalus aset tersebut yang sangat besar dibanding variabel keuangan lainnya. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diproksikan dengan logaritma dari total aset dengan rumus : ππΌππΈ = πΏππ. πππ‘ππ π΄π ππ‘ 6. Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size.Pertumbuhan perusahaan pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor eksternal, internal, dan pengaruh iklim industri lokal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya agar tidak terjadi biaya keagenan (agency cost) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya karena penggunaan hutang akan mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara teratur. Sondakh & Tangkuman (2011:89) mengemukakan pertumbuhan adalah sebuah by product dari penerapan strategi yang berhasil. Pertumbuhan diperlukan untuk memfasilitasi tujuan manajemen. Contohnya, pertumbuhan menyediakan potensi bagi sebuah promosi, tantangan yang lebih besar, prestise, dan potensi pendapatan. Pertumbuhan lebih besar cenderung untuk lebih stabil dan berhasil dalam usaha. Penguasaan sumber daya yang meningkat akan memudahkan usaha diversifikasi, akhirnya membuat perusahaan aman dan stabil. Perusahaan dengan total asset besar menunjukkan perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan. Perusahaan besar cenderung mendominasi posisi pasar, sehingga perusahaan yang besar seringkali lebih memiliki keunggulan kompetitif dalam mengeksplorasi kesempatan investasi. Perusahaan yang tumbuh secara signifikan merupakan perusahaan lebih besar karena perusahaan besar dianggap lebih memiliki akses ke pasar modal sehingga lebih mudah untuk mendapatkan tambahan dana. Pertumbuhan perusahaan dapat diukur dengan beberapa cara, misalnya dengan melihat pertumbuhan penjualannya. Pengukuran ini hanya dapat melihat pertumbuhan perusahaan dari aspek pemasaran http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 perusahaan saja. Pengukuran yang lain adalah dengan melihat pertumbuhan laba operasi perusahaan. Dengan melakukan pengukuran laba operasi perusahaan, kita dapat melihat aspek pemasaran dan juga efisiensi perusahaan dalam pemanfaatan sumber daya yang dimilikinya. Pengukuran berikutnya adalah dengan mengukur pertumbuhan laba bersih, dimana inputnya pertumbuhan laba bersih ini adalah modal, sedangkan outputnya adalah laba. Pengukuran pertumbuhan perusahaan yang terakhir adalah melalui pengukuran pertumbuhan modal sendiri(Sartono, 2010). Haryetti dan Ekayanti (2012:4) mengemukakan pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan sizenya yang dapat diproksikan dengan adanya peningkatan aset, ekuitas, laba, dan penjualan. Menurut Sondakh & Tangkuman (2011:90), perusahaan bertumbuh adalah perusahaan yang memiliki pertumbuhan marginal, laba, dan penjualan tinggi. Haryetti (2012:4) mengemukakan pertumbuhan perusahaan dapat diukur menggunakan formulasi sebagai berikut: 1. Aset sebagai proksi pertumbuhan perusahaan Pertumbuhan Aset = πππ‘ππ π΄π ππ‘π‘ − πππ‘ππ π΄π ππ‘π‘−1 πππ‘ππ π΄π ππ‘π‘−1 2. Ekuitas sebagai proksi pertumbuhan perusahaan Pertumbuhan Ekuitas = πππ‘ππ πΈππ’ππ‘ππ π‘ − πππ‘ππ πΈππ’ππ‘ππ π‘−1 πππ‘ππ πΈππ’ππ‘ππ π‘−1 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 3. Laba sebagai proksi pertumbuhan perusahaan Pertumbuhan Laba = πΏππππ‘ − πΏππππ‘−1 πΏππππ‘−1 4. Penjualan sebagai proksi pertumbuhan perusahaan Pertumbuhan πππππ = πππ‘ππ πππππ π‘ − πππ‘ππ πππππ π‘−1 πππ‘ππ πππππ π‘−1 Dalam penelitian ini pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan dengan rumus : πΊπ ππππ» = πππ‘ππ πππππ’ππππ π‘πβπ’ππ‘ − πππ‘ππ πππππ’ππππ π‘πβπ’ππ‘−1 πππ‘ππ πππππ’ππππ π‘πβπ’ππ‘−1 7. Nilai Perusahaan Akhir-akhir ini pandangan yang berkembang bahwa tujuan normatif yang ingin dicapai dalam manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai perusahaan. Menurut Sartono (2010:9) memaksimumkan nilai perusahaan dapat ditempuh dengan memaksimumkan nilai sekarang atau present value semua keuntungan pemegang saham yang diharapkan akan diperoleh di masa yang akan datang. Kemakmuran pemegang saham akan meningkat apabila harga saham yang dimilikinya meningkat. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan harga saham”. Menurut Hanafi (2010:3) manajer keuangan perlu mengambil kebijakan-kebijakan dalam tiga hal keputusan, yaitu keputusan investasi, pendanaan dan likuiditas. Ketiga keputusan tersebut bertujuan untuk memaksimumkan nilai perusahaan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 Menurut Sudana (2011:7), “Nilai perusahaan adalah harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli (investor) apabila perusahaan tersebut dijual. Tujuan normatif perusahaan adalah memaksimumkan kekayaan para pemegang saham”. Prasetyo (2011:186) mengemukakan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham. Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan. Prasetyo (2011:158) mengemukakan “Nilai perusahaan merupakan hasil kerja manajemen dari beberapa dimensi diantaranya adalah arus kas bersih dari keputusan investasi, pertumbuhan, dan biaya modal perusahaan”.Bagi investor, nilai perusahaan merupakan konsep penting karena sebagai indikator bagaimana pasar menilai perusahaan secara keseluruhan. Nilai perusahaan tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Menurut Brigham&Houston (2011) terdapat beberapa pendekatan analisis rasio dalam penilaian market value, terdiri dari pendekatan price earning ratio(PER), price book value ratio (PBV), market book ratio (MBR), deviden yield ratio, dan deviden payout ratio (DPR). Dalam penelitian ini nilai perusahaan diukur dengan PBV. Rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan atau price book value(PBV), menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan menciptakan nilai relative terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. PBV yang tinggi mencerminkanharga saham http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 yang tinggi dibandingkan nilai buku perlembar saham. Semakin tinggi harga saham, semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham. Keberhasilan perusahaan menciptakan nilai tersebut tentunya memberikan harapan kepada pemegang saham berupa keuntungan yang lebih besar pula (Sartono, 2010), secara sederhana menyatakan bahwa price to book value (PBV) merupakan rasio pasar (market ratio) yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Rasio ini dihitung dengan formula sebagai berikut: ππ΅π = π»ππππ πππ ππ πππ ππππππ π πβππ πππππ ππ’ππ’ πππ ππππππ π πβππ 8. Penelitian sebelumnya Tabel 2.1 Hasil Penelitian Berbagai Peneliti Yang Menguji Variabel Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Variabel Arie (2012) Sofyan ingsih (2011) R. Hendri (2010) Tri Li-Ju Sri wahyuni Chen Hermu (2013) (2011) ningsih (2013) Keputusan investasi (PER) (+) keputusan pendanaan (DER) (+) (+) (+) (-) Kebijakan deviden (DPR) (-) (-) (+) (+) (+) (-) (+) Ukuran perusahaan http://digilib.mercubuana.ac.id/ (+) (+) 28 Profitabilitas (ROE) (+) (+) Kepemilikan institusi (-) (-) pertumbuhan penjualan (GROWTH) (+) (+) (+) (+) (+) Sumber : Arie dan Abdul (2012), Sofyaningsih dan hardiningsih (2011), R. Hendri dan Gusaptono (2010), Tri wahyuni (2013), Li-Ju Chen and Shun-Yu Chen (2011), Sri Hermuningsih (2013). Tabel 2.1 menunjukkan hasil penelitian dari berbagai peneliti yang menguji variabel yang mempengaruhi nilai perusahaan, dapat dilihat bahwa setiap peneliti menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Ada beberapa varibel yang memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan, namun ada bebeapa juga yang menunjukkan bahwa variable tersebut berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. B. Rerangka Pemikiran Tujuan perusahaan adalah untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan cara memaksimalkan harga saham tersebut (Keown dkk, 2010: 4). Tujuan ini tidak hanya merupakan kepentingan bagi para pemegang saham semata, tetapi juga akan memberikan manfaat terbaik bagi masyarakat. Sartono (2010) mengungkapkan bahwa tujuan yang harus dicapai oleh perusahaan adalah bukan memaksimumkan profit melainkan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau maximization wealth of stockholders melalui maksimisasi nilai perusahaan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 Para pemilik perusahaan tentu saja mengharapkan nilai perubahannya tinggi sehingga akan meningkatkan kemakmuran para pemegang saham. Kemakmuran pemegang saham akan meningkat apabila harga saham yang dimilikinya meningkat, harga saham juga menunjukkan nilai perusahaan, dengan demikian apabila harga saham meningkat berarti pula nilai perusahaan meningkat (Sartono, 2010: 9). Menurut Brigham (2011) terdapat beberapa pendekatan analisis rasio dalam penilaian market value, terdiri dari pendekatan price earning ratio (PER), price book value ratio (PBV), market book ratio (MBR), deviden yield ratio, dan deviden payout ratio (DPR). Dalam penelitian ini nilai perusahaan diukur dengan PBV. Rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan atau price book value (PBV), menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan menciptakan nilai relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. Struktur modal adalah merupakan perimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa. Struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan yaitu perbandingan diantara total utang dengan modal sendiri (Sartono, 2010: 225). Pendekatan tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang optimal. Dengan kata lain struktur modal mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan, struktur modal bisa diubah-ubah agar bisa diperoleh nilai perusahaan yang optimal (Hanafi, 2010:297). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 Salah satu cara untuk mengukur struktur modal adalah dengan menggunakan debt to equity ratio (DER). DER merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang terhadap total shareholder’s equity, Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang (jangka pendek dan jangka panjang) semakin besar dibandingkan dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur), sehingga hal ini juga akan menurunkan nilai perusahaan Berdasarkanpenelitianyang dilakukan oleh Arie (2012), Sofyaningsih dan hardiningsih (2011) serta penelitian Gusaptono (2010) menyatakan bahwa DER berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Laporan keuangan merupakan sarana bagi perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangan perusahaan mengenai per tanggung jawaban pihak manajemen atas sumber daya ekonomi yang dikelola (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 4). Salah satu komponen informasi akuntansi yang terkandung dalam laporan keuangan adalah profitabilitas. Laba yang dihasilkan berasal dari penjualan dan keputusan investasi yang dilakukan perusahaan. Salah satu ukuran kinerja perusahaan yang sering digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan adalah laba yang dihasilkan. Profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan yang bagus sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aset maupun modal sendiri. Dengan demikian bagi investor dalam jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini misalnya bagi pemegang saham akan melihat keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk dividen (Sartono, 2010: 123). Dari sudut pandang pemegang saham rasio profitabilitas yang digunakan adalah return on equity (ROE), ROE ini mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan, semakin tinggi nilai ROE menunjukkan tingkat profitabilitas yang tinggi, yang berarti juga akan memberikan laba yang lebih tinggi kepada pemegang saham, sehingga kemakmuran pemegang saham akan meningkat. Berdasarkan penelitianyang dilakukan oleh Sofyaningsih (2011) menyatakan bahwa pertumbuhanperusahaan (GROWHT) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan pengukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan, menurut Riyanto (2010:313) besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai penjualan, atau nilai aset. Sedangkan Torang (2012:93) memberikan definisi ukuran organisasi adalah suatu variabel konteks yang mengukur tuntutan pelayanan atau produk organisasi. Untuk melakukan pengukuran terhadap ukuran perusahaan, Jogiyanto (2013:282) mengemukakan bahwa ukuran aset digunakan untuk mengukur besarnya perusahaan, ukuran aset tersebut diukur sebagai logaritma dari total aset. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 Berdasarkan penelitianyang dilakukan oleh Sofyaningsih (2011) serta penelitian Tri wahyuni (2013) menyatakan bahwa ukuran perusahaan (SIZE) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size. Pertumbuhan perusahaan pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor eksternal, internal, dan pengaruh iklim industri lokal. Pertumbuhan perusahaan dapat diukur dengan beberapa cara, misalnya dengan melihat pertumbuhan penjualannya. Pertumbuhan penjualan perusahaan memberikan implikasi terhadap laba yang diperoleh perusahaan. Semakin tinggi pertumbuhan penjualan yang diperoleh perusahaan yang berarti juga akan memberikan laba yang lebih tinggi kepada pemegang saham, sehingga kemakmuran pemegang saham juga akan meningkat Berdasarkan penelitianyang dilakukan oleh Sofyaningsih (2011) serta penelitian Tri wahyuni (2013) menyatakan bahwa ukuran perusahaan (SIZE) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Struktur modal (DER) Profitabilitas (ROE) Ukuran perusahaan (SIZE) Nilai perusahaan (PBV) Pertumbuhan perusahaan GROWTH)Gambar 2.1. Rerangka pemikiran penelitian http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 C. Hipotesis Berdasarkan pada rumusan masalah, tujuan penelitian serta kajian teori dan empiris yang telah dijabarkan tersebut, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan Penelitian terdahulu tentang struktur modal sudah sering dilakukan, dan dari setiap penelitian yang dilakukan ternyata struktur modal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Analisa mengenai struktur modal ini menggunakan anlisa Debt to Equity Ratio(DER). Berdasarkan hasil penelitian Tri wahyuni (2013) menunjukkan bahwa struktur modal berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, yang menjelaskan bahwa semakin tinggi hutang yang dimiliki perusahaan, maka semakin tinggi beban yang harus ditanggung perusahaan sehingga menurunkan nilai perusahaan, tetapi hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arie (2012), Gusaptono (2010) dan hasil penelitian Sofyaningsih dan hardiningsih (2011), menunjukkan bahwa struktur modal berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan dengan hasil semakin tinggi rasio hutang terhadap modal sendiri, maka semakin tinggi nilai perusahaan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 Meningkatnya proporsi hutang terhadap modal sendiri akan meningkatkan kemungkinan munculnya kebangkrutan dan meningkatnya biaya kebangkrutan karena meningkatnya tanggungan hutang yang melebihi kapasitas modal sendiri, namun dengan adanya hutang akan membuat manajerial perusahaan bekerja seefisien mungkin sehingga ini akan memberikan sinyal positif bagi investor. Oleh karena itu struktur modal yang meningkat akan turut meningkatkan nilai perusahaan. Berdasarkan penjelasan di atas maka dibuat hipotesis sebagai berikut: H1 : Struktur modal berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan 2. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan profitabilitas adalah “kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aset maupun modal sendiri” Sartono, (2010:122). Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini. Profitabilitas mempunyai hubungan negatif dengan struktur modal, dimana keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan sebagian dapat ditanamkan kembali ke dalam perusahaan untuk menambah modal sendiri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin kecil profitabilitas perusahaan, semakin kecil pula nilai perusahaan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 Menurut Sartono, (2010:122) rasio profitabilitas dapat diukur dengan beberapa indikator, salah satunya adalah Return on equity(ROE). ROE ini sering disebut dengan rate of return on Net worth yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ini ada yang menyebut sebagai rentabilitas modal sendiri. Laba yang diperhitungkan adalah laba bersih setelah bunga dan pajak atau EAT. Perusahaan dengan niai ROE yang tinggi akan menarik bagi investor untuk menanamkan modalnya, sehingga akan menyebabkan harga saham mengalami peningkatan yang berarti juga akan meningkatkan nilai perusahaan, sehingga akan terjadi hubungan yang positif antara profitabilitas terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sofyaningsih (2011), menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, begitu pula dengan penelitian yang dilakukan Tri wahyuni (2013) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan penjelasan di atas maka dibuat hipotesis sebagai berikut: H2 : Profitabilitas berpengaruh perusahaan http://digilib.mercubuana.ac.id/ positif terhadap nilai 36 3. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Untuk melakukan pengukuran terhadap ukuran perusahaan Jogiyanto (2010:282) mengemukakan bahwa ukuran aset digunakan untuk mengukur besarnya perusahaan, ukuran aset tersebut diukur sebagai logaritma dari total aset. Sedangkan menurut Prasetyantoko (2008:257) dalam Wulandari (2012:18) aset total dapat menggambarkan ukuran perusahaan, semakin besar aset biasanya perusahaan tersebut makin besar. Dengan semakin besar ukuran perusahaan, maka ada kecenderungan lebih banyak investor yang menaruh perhatian pada perusahaan tersebut. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang besar cenderung Kestabilantersebut memiliki menarik kondisi investor yang untuk lebih stabil. memiliki saham perusahaan tersebut. Kondisi tersebut menjadi penyebab atas naiknya harga saham perusahaan di pasar modal. Peningkatan permintaan saham perusahaan akan dapat memacu pada peningkatan harga saham di pasar modal. Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa perusahaan dianggap memiliki “nilai” yang lebih besar. Sehingga ukuran perusahaan yang semakin besar akan meningkatkan nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh R. Hendri Gusaptono (2010), menujukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negtif terhadap http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 nilai perusahaan, tetapi hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sofyaningsih (2011)dan juga hasil penelitian dari Tri wahyuni (2013), yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan penjelasan di atas maka dibuat hipotesis sebagai berikut: H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan 4. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Pertumbuhan perusahaan dapat diukur dengan beberapa cara, misalnya dengan melihat pertumbuhan penjualannya. Pengukuran ini hanya dapat melihat pertumbuhan perusahaan dari aspek pemasaran perusahaan saja. Pengukuran yang lain adalah dengan melihat pertumbuhan laba operasi perusahaan. Dengan melakukan pengukuran laba operasi perusahaan, kita dapat melihat aspek pemasaran dan juga efisiensi perusahaan dalam pemanfaatan sumber daya yang dimilikinya. Pengukuran berikutnya adalah dengan mengukur pertumbuhan laba bersih, dimana inputnya pertumbuhan laba bersih ini adalah modal, sedangkan outputnya adalah laba. Pengukuran pertumbuhan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 perusahaan yang terakhir adalah melalui pengukuran pertumbuhan modal sendiri (Sartono, 2010). Pertumbuhan adalah dampak atas arus dana perusahaan dari perubahanoperasional yang disebabkan oleh pertumbuhan atau penurunan volume usaha, dari sudut pandang investor, pertumbuhan suatu perusahaan merupakan tanda perusahaan memiliki aspek yang menguntungkan, dan investor pun akan mengharapkan tingkat pengembalian (rate of return) dariinvestasi yang dilakukan menunjukkan perkembangan yang baik. Informasi tentang adanya pertumbuhan perusahaan akan direspon positif oleh investor, sehingga akan meningkatkan harga saham, dengan meningkatnya harga saham maka akan menyebabkan nilai perusahaan mengalami peningkatan. Penelitian menujukkan yang bahwa dilakukan oleh pertumbuhan Sofyaningsih perusahaan (2011), (GROWTH) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, begitu pula dengan hasil penelitian dari Tri wahyuni (2013), yang menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan (GROWTH) berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan penjelasan di atas maka dibuat hipotesis sebagai berikut: H4 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. http://digilib.mercubuana.ac.id/