BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Primary Ciliiary Dyskinesia (PCD) merupakan penyakit genetik yang sangat jarang ditemukan, diturunkan secara autosomal resesif, ditandai dengan disfungsi gerakan silia dan gangguan klirens mukosiliar. Tanpa fungsi silia, pasien dengan PCD tidak akan terlindungi sistem pernapasannya, akibatnya dapat terjadi kerusakan yang serius dan permanen pada saluran pernapasan. Selain itu, silia juga berperan pada penempatan organ selama masa perkembangan janin. Pasien PCD dapat disertai dengan gangguan penempatan organ (situs inversus atau situs ambiguous) disebut sebagai Kartagener syndrome1,2 Menurut data dari PCD Foundation, insidensi PCD di Amerika diperkirakan sekitar 25.000 orang dan di seluruh dunia sekitar 400.000 orang. Akan tetapi diagnosis PCD hanya dapat ditegakkan pada 1000 orang dari 25.000 orang yang mengalami PCD. Hal ini karena diagnosis pasti PCD sangat sulit. Tidak ada faktor risiko yang teridentifikasi dari populasi yang mengalami PCD baik dari segi ras, etnik maupun jenis kelamin.3 Pasien dengan PCD yang tidak teridentifikasi, tidak terdiagnosis maupun tidak mendapatkan terapi yang baik akan mengalami kerusakan organ yang permanen seperti paru, telinga dan sinus.4 Tanaka et al (2012) melaporkan 2 kasus PCD yang terdiagnosis melalui pemeriksaan mikroskop elektron dan mutasi gen pada perempuan usia 11 tahun dan laki-laki usia 8 tahun dengan riwayat yang hampir sama yakni sering mengalami infeksi saluran pernapasan sejak bayi seperti pneumonia, otitis media akut, sinusitis, batuk persisten dengan sputum yang purulen dan tanpa situs inversus. Kedua pasien ini sebelumnya telah mendapatkan terapi untuk otitis media dan sinusitis kronis namun tidak efektif. Pada pemeriksaan CT scan torak menunjukkan atelektasis dan Waters’ X ray menunjukkan sinusitis kronis dan agenesis dari sinus frontalis. 5Oleh karena itu PCD memerlukan perhatian khusus terutama terhadap sekuel medis serta pemantauan tumbuh kembang secara berkala dan terus menerus. Masalah medis yang mungkin timbul antara lain infeksi saluran pernapasan, gangguan 1 pertumbuhan, gangguan perkembangan seperti gangguan pendengaran, keterlambatan bicara dan bahasa serta masalah nutrisi dan pola pengasuhannya. Berdasarkan latar belakang tersebut pada penelitian ini dipilih kasus seorang pasien dengan riwayat distres napas dengan dekstrokardia, riwayat berat badan lahir rendah yang mampu bertahan hidup dan berhasil keluar dari perawatan intensif di NICU dengan kondisi saat ini klinis primary cilliary dyskinesia, berat badan sangat kurang,sangat pendek, mikrosefal dan laringomalasiauntuk dilakukan pemantauan sebagai kasus longitudinal. B. Alasan Pemilihan Kasus 1. Pasien Pengenalan PCD lebih awal sebagai suatu penyakit yang kronis memerlukan pemantauan jangka panjang terhadap penderitanya untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi maupun mengobati komplikasi yang telah terjadi. Selain itu adanya penyakit komorbid lainnya pada pasien ini dapat memperburuk kondisi pasien. Untuk itu, beberapa pemantauan bagi pasien ini berupa : - Pemantauan perjalanan penyakit primer, komplikasi dan intervensi yang mungkin diperlukan untuk mengatasi komplikasi. - Pemantauan laringomalasia untuk perkembangannya apakah terjadi perburukan atau perbaikan. - Pemantauan pertumbuhan, status gizi dan asuhan nutrisi - Pemantauan perkembangan - Pemantauan dan pemberian imunisasi - Pemantauan fungsi pendengaran, penglihatan - Pemantauan komplikasi dari riwayat BBLR 2. Keluarga Keluarga terutama orang tua mengetahui kondisi pasien dari segi penyakit, perjalanan penyakit, komplikasi yang mungkin terjadi, tatalaksana dan prognosis. Dengan mengetahui hal tersebut, keluarga diharapkan mengerti 2 bahwa pentingnya pemantauan yang rutin, deteksi dini terhadap komplikasi, tatalaksana yang optimal, mengingat PCD ini dapat menyebabkan penurunan fungsi paru yang progresif dan adanya penyakit komorbid lainnya yang dapat memperburuk kondisi pasien. Namun diharapkan dengan pemantauan rutin dan tata laksana yang optimal seperti yang telah disebutkan diatas mampu mencegah penurunan fungsi paru dan meningkatkan harapan dan kualitas hidup pasien. 3. Peserta PPDS Melalui pemantauan ini, peserta PPDS dapat memahami perjalanan penyakit, klinis penyakit, dapat mengelola penyakit pasien secara sistematis dan menyeluruh baik tindakan preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Selain itu, peserta PPDS diharapkan mampu berkomunikasi dengan keluarga mengenai penyakit pasien dan upaya-upaya yang diperlukan untuk manajemen penyakit. C. Tujuan Pemantauan Tujuan pemantauan kasus panjang ini adalah mengamati luaran klinis jangka panjang pasien dengan PCD, laringomalasia, dan riwayat BBLR. 1. Pemantauan jangka panjang pada penderita PCD adalah pemantauan perjalanan penyakit, komplikasi dan intervensi yang mungkin diperlukan untuk mengatasi komplikasi. 2. Pemantauan laringomalasia untuk perkembangannya apakah terjadi perburukan atau perbaikan. 3. Pemantauan pertumbuhan, status gizi dan asuhan nutrisi 4. Pemantauan perkembangan 5. Pemantauan dan pemberian imunisasi 6. Pemantauan fungsi pendengaran, penglihatan 7. Pemantauan komplikasi dari riwayat BBLR 3 D. Informed Consent Sebelum pemantauan jangka panjang kasus ini dilakukan terhadap pasien, peneliti memberikan penjelasan dan meminta persetujuan secara tertulis (proxy consent) kepada kedua orang tua dari pasien pada bulan Februari 2013. 4