Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Umum Perbankan Indonesia
Keberadaan lembaga keuangan sebagai sumber pembiayaan dalam
mendukung pembangunan sangat diperlukan. Lembaga keuangan yang terlibat
dalam suatu pembiayaan pembangunan ekonomi dibagi menjadi dua, yaitu
lembaga keuangan bank (LKB) dan lembaga keuangan bukan bank (LKBB).
Keduanya merupakan lembaga intermediasi keuangan. Menurut Kasmir (2008:2)
pengertian lembaga keuangan yaitu:
“Lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak di
bidang keuangan, menghimpun dana, menyalurkan dana atau keduaduanya.”
Peran serta lembaga keuangan bagi pembangunan ekonomi, terutama
peranan perbankan sangatlah besar dalam memajukan perekonomian. Lembaga
keuangan yang kita sebut bank merupakan lembaga keuangan yang memberikan
jasa keuangan yang paling lengkap. Hampir semua sektor yang berhubungan
dengan berbagai kegiatan keuangan selalu membutuhkan jasa bank. Oleh karena
itu, saat ini dan di masa yang akan datang dalam menjalankan aktivitas keuangan
baik perorangan maupun lembaga, baik sosial atau perusahaan tidak akan terlepas
dari dunia perbankan.
2.1.1
Pengertian Bank
Perkataan Bank berasal dari bahasa Italia yaitu “banco” yang berarti
kepingan papan yang digunakan sebagai tempat untuk meletakkan buku atau
sejenis meja. Fungsi ini kemudian berubah semakin luas yaitu sebagai meja
tempat menukarkan uang. Aktifitas ini dilakukan oleh para pemberi pinjaman
(kreditor) dan para penukar uang di Eropa untuk menunjukkan/mempamerkan
uang mereka kepada para pedagang dan orang-orang yang tengah berlayar.
Aktifitas ini telah mulai dilakukan pada abad pertengahan dan dari sinilah timbul
istilah “bank”.
16
Dalam arti sempit bank adalah sebuah tempat dimana uang disimpan dan
dipinjamkan sedangkan dalam pengertian sehari-hari, bank merupakan tempat
penyimpanan uang bagi masyarakat yang kekurangan dana. Bank merupakan
lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan
dan deposito. Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan lebih luas lagi bahwa bank
merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas
perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan.
Pengertian bank menurut pasal 1 Undang-undang Republik indonesia
Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No.10
Tahun 1998 Tentang Perbankan, yaitu :
“Bank adalah Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan mengeluarkan kepada masyarakat
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”
Menurut Kasmir (2008:11), bank secara sederhana dapat diartikan sebagai
berikut :
“Lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun
dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke
masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya”
Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa bank adalah
salah satu usaha lembaga keuangan yang bertujuan menghimpun dana dan
memberikan kredit serta jasa-jasa. Adapun pemberian kredit itu dilakukan baik
dengan modal sendiri atau dengan dana-dana yang dipercayakan oleh pihak
ketiga, maupun dengan memperedarkan alat-alat pembayaran berupa uang giral,
dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.
2.1.2
Fungsi Bank
Secara umum fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai
tujuan sebagai financial intermediary. Secara spesifik seperti yang dikemukakan
oleh Budisantoso (2006:9), bank dapat berfungsi sebagai berikut:
17
1.
Agent of Trust (Jasa dengan kepercayaan)
Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam
hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau
menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan.
Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank,
uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan pada
saat yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari
bank. Pihak bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan
dananya oada debitur atau masyarakat aoabila dilandasi adanya unsur
kepercayaan.
Pihak
bank
percaya
bahwa
debitur
tidak
akan
menyalahgunakan pinjamannya, debitur akan mengelola dana pinjaman
dengan baik, debitur akan mempunyai kemampuan untuk membayar pada
saat jatuh tempo, dan debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan
pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.
2.
Agent of Development (Jasa untuk pembangunan)
Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan di sektor riil
tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut akan selalu berinteraksi dan
saling mempengaruhi. Sektor riil tidak akan dapat berkinerja dengan baik
apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Kegiatan bank berupa
penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnya
kegiatan
perekonomian
di
sektor
riil.
Kegiatan
bank
tersebut
memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan
distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa
kegiatan investas-distribusi-konsumsi tidak dapat dilepaskan dari adanya
penggunaan uang.
3.
Agent of Services (Jasa pelayanan)
Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank
juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat.
Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan
perekonomian masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain dapat berupa
18
jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan
bank, dan penyelesaian tagihan.
Ketiga fungsi bank diatas diharapkan dapat memberikan gambaran yang
menyeluruh dan lengkap mengenai fungsi bank dalam perekonomian, sehingga
bank tidak hanya dapat diartikan sebagai lembaga perantara keuangan (financial
intermediary institution), tetapi juga sebagai lembaga moneter (monetary
institutions).
2.1.3
Jenis-Jenis Bank
Bank
memiliki
jenis
yang
beragam.
Jenis-jenis
bank
tersebut
diklasifikasikan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Menurut Triandaru dan
Budisantoso (2008:84) dijelaskan macam-macam bank, yaitu:
1.
Bank berdasarkan kegiatan usaha yang dilakukan
A.
Bank Umum
Bank umum yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan usaha bank umum
diantaranya adalah:
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro,
deposito
berjangka,
sertifikat
deposito
dan
lainnya
yang
dapat
dipersamakan dengan itu
b. Memberikan kredit
c. Menerbitkan surat pengakuan utang
d. Memindahkan uang
e. Menempatkan dana, meminjam dana dari, meminjamkan dana kepada
pihak lain
f. Menerima pembayaran tagihan atas surat berharga
g. Melakukan penitipan barang berharga
h. Melakukan kegiatan anjak piutang
i. Menyertakan modal pada bank atau perusahaan lain
j. Menyertakan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit
19
k. Pendiri dan pengurus dana pensiun sesuai peraturan undang-undang
l. Membeli sebagian atau seluruh agunan
m. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan bank sejauh tidak
melanggar undang-undang tentang perbankan
B.
Bank Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Kegiatan usaha yang dilakukan adalah :
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
b. Memberikan kredit
c. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip
Syariah sesuai ketentuan Bank Indonesia
d. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),
deposito berjangka dan atau tabungan pada bank lain.
Selain jenis bank di atas, menurut Kasmir (2008:20) bahwa jenis bank
juga dapat dibedakan atas dasar statusnya, yaitu meliputi:
1. Bank devisa, yaitu bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri
atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.
2. Bank non devisa, yaitu bank yang belum mempunyai izin untuk
melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat
melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. Jadi, bank non devisa
merupakan kebalikan daripada bank devisa, di mana transaksi yang
dilakukan masih dalam batas-batas suatu negara.
2.1.4 Dana Bank
2.1.4.1 Pengertian Dana Bank
Bank merupakan jantung dan urat nadinya perdagangan dan pembangunan
ekonomi suatu negara. Bank baru dapat melakukan operasionalnya jika dananya
telah ada. Semakin banyak dana yang dimiliki suatu bank, semakin besar
peluangnya untuk melakukan kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuannya. Oleh
20
karena itu, setiap bank selalu berusaha untuk memperoleh sarana yang optimal
tetapi dengan cost of money yang wajar. Dana bank adalah semua utang dan
modal
yang
tercatat
pada
neraca
bank
dalam
rangka
kegiatan
penyaluran/penempatan dana. Pemilihan sumber dana bank akan menentukan
besar kecilnya biaya yang ditanggung. Kebutuhan dana untuk kegiatan utama
bank diperoleh dalam berbagai simpanan, sedangkan jika kebutuhan dana
digunakan untuk investasi baru atau perluasan usaha maka diperoleh dari modal
sendiri.
“sumber dana perbankan adalah dana pihak ketiga mencakup dana
milik non residen dan pemerintah.” (Bank Indonesia2001:116)
Dari pendapat tersebut penulis menyimpulkan bahwa pengertian sumber
dana adalah dana pihak ketiga yang dihimpun dan mempunyai jangka waktu
pendek maupun panjang dan tidak termasuk modal, karena modal perbankan pada
priode ini tidak berkembang secara signifikan dan kemampuan pemilik
(Pemerintah RI) untuk menambah modal tidak merupakan perioritas pemerintah.
2.1.4.2 Sumber-Sumber Dana Bank
Sumber-sumber dana bank adalah usaha bank dalam memperoleh dana
bank dalam rangka membiayai kegiatan operasionalnya. Sumber dana yang dipilih
dapat disesuaikan dengan penggunaan dana. Sumber-sumber dana yang ada dapat
diperoleh dari sumber modal sendiri atau modal pinjaman dari masyarakat luas
atau lembaga keuangan lainnya
Dari beberapa pendekatan tersebut maka secara garis besar sumber dana
bank dapat diperoleh dari:
1.
Dari bank itu sendiri
2.
Dari masyarakat luas
3.
Dari lembaga lainnya
Yang penting bagi bank adalah bagaimana memilih dan mengelola sumber
dana yang tersedia. Bagi bank pengelolaan sumber dana dari masyarakat luas
terutama dalam bentuk simpanan Giro, Tabungan dan Deposito adalah sangat
penting. Adapun jenis dana yang di dapat oleh bank antara lain:
21
1.
Dana yang bersumber dari bank itu sendiri (dana pihak I)
Menurut Leon and Ericson (2007:32) “dana yang bersumber dari modal
sendiri yang berasal dari setoran pemegang saham, agio saham, laba ditahan dan
cadangan yang merupakan bagian laba yang disisihkan”.
Adapun pencarian dana yang bersumber dari bank itu sendiri (pihak I) yang
terdiri dari :
a. Setoran modal dari pemegang saham yaitu merupakan modal dari para
pemegang saham lama atau pemegang saham baru.
b. Cadangan laba, yaitu merupakan laba yang setiap tahun di cadangkan oleh
bank dan sementara waktu belum digunakan.
c. Laba bank yang belum dibagikan, yaitu merupakan laba tahun berjalan
tapi belum dibagikan kepada para pemegang saham.
Keuntungan dari sumber dana sendiri ini adalah tidak perlu membayar
bunga yang relatif lebih besar daripada jika meminjam ke lembaga lainnya,
mudah untuk memperoleh dana yang diinginkan. Sedangkan kerugiannya adalah
untuk jumlah dana yang relatif besar harus melalui berbagai prosedur yang relatif
lebih lama.
2.
Dana pinjaman dari pihak luar (pihak II)
Dana pihak kedua merupakan dana yang bersumber dari lembaga lain.
Menurut Leon and Ericson (2007:32) “dana pihak kedua adalah dana-dana
pinjaman yang berasal dari pihak luar, yang terdiri atas dana-dana sebagai berikut:
a. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Merupakan kredit yang
diberikan bank Indonesia kepada bank-bank lain yang mengalami
kesulitan likuiditasnnya.
b. Pinjaman antar bank (call money). Biasanya pinjaman ini diberikan
kepada bank-bank yang mengalami kalah kliring didalam lembaga kliring
dan tidak mampu membiayai kekalahannya.
c. Pinjaman dari bank-bank luar negeri. Merupakan pinjaman yang diperoleh
perbankan dari pihak luar negeri.
22
d. Surat berhaga pasar uang (SBPU). Dalam hal ini pihak perbankan
menerbitkan SBPU kemudian diperjual belikan kepada pihak yang
berminat, baik perusahaan keuangan maupun non keuangan.
e. Long term debt diperoleh antara lain dengan melakukan penerbitan
obligasi. Seperti SBPU, instrument ini merupakan kertas komersial atau
surat berharga namun mempunyai jangka waktu panjang (lebih dari 5
tahun) dan dapat diperdagangkan dipasar modal.
Dari penjelasan-penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dana pihak
kedua terdiri dari pinjaman antar bank, pinjaman dari bank-bank luar negri,
pinjaman dari bank sentral (BI), dan Surat Berharga.
3.
Dana yang berasal dari masyarakat luas (pihak III)
Menurut Kuncoro dan Suharjono (2002:155) dana masyarakat
merupakan dana terbesar yang dimiliki oleh bank dan ini sesuai dengan fungsi
bank sebagai penghimpun dana dari pihak-pihak yang kelebihan dana dalam
masyarakat.”
Untuk memperoleh dana dari masyarakat luas bank dapat menggunakan
tiga macam jenis simpanan yaitu:
a
Simpanan Giro
Adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan / menerbitkan cek untuk penarikan tunai atau bilyet Giro
untuk pemindahan bukuan (Dendawijaya, 2006:49).
b
Simpanan Tabungan
Pengertian tabungan menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10
Tahun 1998 (dalam Kasmir, 2008:57) adalah “simpanan yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang
telah disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau
alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.”
c
Simpanan Deposito.
Menurut
(Kuncoro
dan
suhardjono,2002:193)
Deposito
adalah
“simpanan berjangka yang dikeluarkan oleh bank yang penarikannya
23
hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan jangka
waktu yang telah diperjanjikan sebelumnya.”
Berdasarkan pendekatan tertulis diatas yang dimaksud sumber dana dalam
penulisan ini adalah sumber dana pihak ketiga yaitu Tabungan, Deposito dan
Giro.
2.1.4.3 Alokasi Dana Bank
Alokasi atau penempatan dana-dana yang dipegang oleh suatu bank terdiri
dari aktiva yang tidak menghasilkan dan aktiva yang menghasilkan. Aktiva yang
menghasilkan terdiri dari primary reserve dan penanaman aktiva tetap. Sedangkan
aktiva yang menghasilkan terdiri dari secondary reserve yang terdiri dari kredit
yang diberikan dan investasi dana jangka panjang (penyertaan). Menurut Kasmir
(2008:95) “alokasi dana adalah menjual kembali dana yang diperoleh dari
penghimpunan dana dalam bentuk simpanan.”
Sedangkan menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002:217), penggunaan
dana bank secara umum di bagi menjadi dua bagian utama, yaitu:
1.
Aktiva yang tidak menghasilkan
Aktiva yang tidak menghasilkan merupakan penempatan dana oleh bank
dalam aset yang tidak menghasilkan keuntungan secara finansial, akan
tetapi penempatan tersebut harus dilakukan oleh bank untuk memenuhi
kewajiban kepada nasabah dan untuk kepentingan bank sendiri.
Penanaman tersebut terdiri dari:
a
Primary reserve, merupakan cadangan utama yang wajib di pelihara
bank demi memenuhi kewajiban likuiditasnya. Primary reserve terdiri
dari kas dan saldo giro di Bank Indonesia.
b
Penanaman dana dalam aktiva tetap, sebagai sarana dan prasarana
untuk mendukung operasional kegiatan usaha bank. Meliputi aktiva
tetap yang tidak bergerak seperti gedung dan tanah, dan aktiva yang
bergerak seperti kendaraan dan komputer.
24
2.
Aktiva yang menghasilkan
Aktiva yang menghasilkan merupakan penempatan dana oleh bank dalam
aset yang menghasilkan pendapatan untuk menutup biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh bank. Penempatan tersebut umumnya terdiri dari :
a
Secondary reserve, adalah penempatan dana yang di maksudkan bukan
hanya untuk menghasilkan keuntungan, akan tetapi juga di maksudkan
sebagai cadangan penyangga (buffer) posisi primary reserve.
b
Pinjaman yang di berikan (kredit), adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat di persamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan pinjam-meminjam antar bank dengan pihak lain,
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian
hasil keuntungan baik bersifat langsung maupun tidak langsung.
c
Investasi Dana Jangka Panjang, betujuan untuk memperoleh
keuntungan (misalnya penanaman dalam surat berharga, obligasi,
saham), dalam rangka penyelamatan kredit dari suatu usaha yang
sedang bermasalah (misalnya pengambilalihan aset oleh bank dan
penyertaan modal), dan perluasan bidang usaha.
2.2
Laporan Keuangan
2.2.1
Pengertian Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan mencerminkan keadaan perusahaan yang
sebenarnya. Kemampuan perusahaan untuk mengelola perusahaannya dapat
dilihat baik buruknya dari laporan keuangan. Dari laporan keuangan dijadikan
perbandingan kinerja perusahaan yang bergerak di bidang yang sama.
Laporan Keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan
kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat
dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut (Fahmi, 2011)
25
Sedangkan menurut (Brigham and Houston, 2010:84), yaitu :
“Laporan Keuangan adalah beberapa lembar kertas dengan angkaangka yang tertulis diatasnya, tetapi penting juga untuk memikirkan
aset-aset yang nyata yang berada di balik angka tersebut” .
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan
merupakan bentuk pertanggungjawaban keuangan perusahaan atas suatu aktivitas
dalam menilai kondisi keuangan perusahaan.
2.2.2
Tujuan dan Kegunaan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi kepada
pihak yang membutuhkan tentang kondisi suatu perusahaan dari sudut angkaangka dalam satuan moneter. SFAC No.1 menyatakan tujuan dari laporan
keuangan perusahaan yaitu menyediakan informasi yang bermanfaat bagi
pembuatan keputusan yaitu menyediakan informasi yang bermanfaat bagi
pembuatan keputusan bisnis dan ekonomis oleh investor yang ada dan yang
potensial, kreditor, manajemen, pemerintah, dan pengguna lainnya (Fahmi,
2011).
Penyajian laporan keuangan perusahaan tersebut menurut Bastian dan
Suhardjono (2006:236) dimaksudkan untuk memenuhi laporan keuangan
sebagaimana yang telah diatur, sebagai berikut:
1.
Memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva
dan kewaiban serta ekuitas suatu perusahaan
2.
Memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam
aktiva netto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul
dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba
3.
Memberikan informasi keuangan yang membantu para pengguna laporan
dalam menaksir potensi perubahan dalam menghasilkan laba
4.
Memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva
dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas
pembiayaan dan investasi
26
5.
Memberikan informasi tentang sejauh mana pengungkapan informasi lain
yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk
kebutuhan pengguna laporan, seperti informasi mengenai kebutuhan
akuntasi yang dianut perusahaan
Dengan demikian laporan keuangan disamping menggambarkan kondisi
keuangan suatu perusahaan juga untuk menilai kinerja manajemen akan menjadi
patokan apakah manajemen berhasi atau tidak dalam menjalankan kebijakan yang
telah digariskan perusahaan dalam bidang manajemen keuangan khususnya dalam
hal ini akan tergantung dari laporan keuangan oleh pihak manajemen.
2.2.3
Pihak-Pihak yang Berkepentingan terhadap Laporan Keuangan
Laporan keuangan tidak dapat menyediakan seluruh informasi yang
mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi, karena
secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu dan
tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan. Menurut Kasmir
(2004:241) pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan
bank sebagai berikut:
1.
Pemegang Saham
Bagi pemegang saham yang sekaligus merupakan pemilik bank,
kepentingan terhadap laporan keuangan bank adalah untuk melihat
kemajuan bank yang dipimpin oleh manajemen dalam suatu periode. Bagi
pemilik dengan adalanya laporan keuangan ini, akan dapat memberikan
gambaran berapa jumlah dividen yang akan mereka terima. Kemudian
adalah untuk melihat kinerja pihak manajemen dalam menjalankan
kepercayaan yang diberikannya.
2.
Pemerintah
Bagi pemerintah, laporan keuangan baik bagi bank-bank pemerintah
maupun bank swasta adalah untuk mengetahui kemajuan bank yang
bersangkutan. Kemudian pemerintah juga berkepentingan terhadap
kepatuhan bank dalam melaksanakan kebijakan moneter yang telah
27
ditetapkan. Pemerintah juga berkepentingan sampai sejauh mana peranan
perbankan dalam pengembangan sektor-sektor industri tertentu.
3.
Manajemen
Laporan keuanagn bagi pihak manajemen adalah untuk menilai kinerja
manajemen bank dalam mencapai target-targer yang telah ditetapkan.
Kemudian juga untuk menilai kinerja manajemen dalam mengelola
sumber daya yang dimilikinya. Ukuran keberhasilan ini dapat dilihat dari
pertumbuhan laba yang diperoleh dan pengembangan aset-aset yang
dimilikinya.
4.
Karyawan
Bagi karyawan dengan adanya laporan keuangan juga untuk mengetahui
kondisi keuangan bank yang sebenarnya.
5.
Masyarakat Luas
Bagi masyarakat luas laporan keuangan bank merupakan suatu jaminan
terhadap uang yang disimpan di bank. Jaminan ini dapat diperoleh dari laporan
keuangan yang ada di laporan keuangan.
2.2.4
Analisis Laporan Keuangan
Suatu laporan keuangan belum dapat memberikan informasi yang berguna,
apabila hanya dilihat sepintas saja. Laporan keuangan baru dapat memberikan
informasi yang berguna mengenai posisi dan kondisi keuangan suatu perusahaan
apabila dipelajari, diperbandingkan, dan dianalisis. Melalui analisis tersebut akan
diperoleh semua jawaban yang berhubungan dengan masalah posisi keuangan
serta hasil-hasil yang dicapai oleh perusahaan.
Analisis laporan keuangan adalah penelaahan dengan mempelajari
hubungan-hubungan untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasional
serta perkembangan perusahaan menurut laporan keuangan yang disajikan oleh
perusahaan yang bersangkutan.
28
Menurut Harahap (2004:190). Analisis laporan keuangan adalah:
“Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi
yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan
atau mempunyai makna antara satu dengan yang lain, baik antara
data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk
mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam
proses menghasilkan keputusan yang tepat.”
Sedangkan menurut Syamsudin (2002:37):
“Analisis laporan keuangan pada dasarnya merupakan perhitungan
ratio-ratio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan dimasa lalu,
saat ini dan kemungkinan dimasa depan.”
Kegiatan analisis laporan keuangan berfungsi untuk mengkonversikan data
yang berasal dari laporan sebagai bahan mentahnya menjadi informasi yang lebih
berguna, lebih mendalam, dan tajam, dengan teknik tertentu. Oleh karena itu,
kegunaan atau manfaat analisis laporan keuangan sepenuhnya terletak pada
kemampuan dan keterampilan analisisnya dalam menginterpretasikannya.
2.2.4.1 Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Tujuan analisis laporan keuangan adalah menggunakan data historis
akuntansi untuk membantu memprediksi bagaimana kinerja perusahaan di masa
mendatang. Hal ini merupakan hal terpenting dari suatu analisis laporan
keuangan. Investor pada prinsipnya sangat memperhatikan tingkat profitabilitas
perusahaan yang akan dapat menjamin tingkat keuntungan yang diperoleh.
Sedangkan dari sudut manajemen, analisis laporan keuangan berguna sebagai cara
untuk mengantisipasi keadaan dimasa mendatang. Menurut Prastowo dan
Julianty (2005:57), tujuan dari analisis laporan keuangan adalah:
“Mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan pada
dugaan murni, tertekan dan intuisi. Mengurangi dan mempersempit
lingkup ketidakpastian yang tidak bisa dielakan pada setiap proses
pengambilan keputusan. Analisis laporan keuangan tidaklah berarti
mengurangi
kebutuhan
akan
penggunaan
pertimbangganpertimbangan melainkan hanya memberikan dasar yang layak dan
sistematis
dalam
menggunakan
pertimbangan-pertimbangan
tersebut.”
29
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil dari analisis laporan
keuangan dapat meminimalkan bahkan menghilangkan penilaian yang bersifat
dugaan semata, ketidakpastian, pertimbangan pribadi, dan kesalaha proses
akuntansi.
2.3
Tingkat Kesehatan Bank
2.3.1
Pengertian Tingkat Kesehatan Bank
Kinerja suatu bank merupakan ukuran keberhasilan bagi direksi bank
tersebut, sehingga apabila kinerja ini buruk bukan tidak mungkin para direksi ini
akan diganti. Kinerja ini juga merupakan pedoman hal-hal apa saja yang perlu
diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya.
Untuk menilai suatu kesehatan bank dapat dilihat dari berbagai segi.
Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah ban trsebut dalam kondisi yang
sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat. Standar untuk melakukan
penilaian kesehatan bank telah ditentukan oleh pemerintah melalui bank Indonesia
dengan cara bank-bank diharuskan membuat laporan yang baik bersifat rutin
ataupun berkala mengenai seluruh aktifitasnya. Dari laporan ini dipelajari dan
dianalisis, sehingga dapat diketahui kondisi kesehatannya akan memudahkan bank
itu sendiri untuk memperbaiki kesehatannya. Sedangkan pengertian tingkat
kesehatan menurut Triandaru (2008:51) yaitu :
“ Tingkat Kesehatan Bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu
bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara
normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik
dengan cara-cara yang sesuai peraturan perbankan yang berlaku.”
Pengertian tentang tingkat kesehatan bank di atas merupakan suatu batasan
yang sangat luas karena kesehatan bank memang mencakup kesehatan suatu bank
untuk melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankannya. Kegiatannya tersebut
meliputi :
1
Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat dari lembaga lain, dan
dari modal sendiri
2
Kemampuan mengolah data
30
3
Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat
4
Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik
modal, dan pihak lain
5
Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.
Penilaian untuk menentukan kondisi suatu bank, biasanya menggunakan
berbagai alat ukur. Salah satu alat ukur yang utama yang digunakan untuk
menentukan kondisi suatu bank dikenal dengan nama analisis CAMELS. Analisis
ini terdiri dari aspek capital, asset, management, earning, liquidity dan sensivity
of market. Hasil dari masing-masing aspek ini kemudian akan menghasilkan
kondisi suatu bank.
2.3.2 Permodalan (Capital)
Menurut Triandaru (2008:53) Penilaian pendekatan kuantitatif dan
kualitatif faktor permodalan antara lain dilakukan melalui penilai komponenkomponen sebagai berikut :
1
Komposisi permodalan
2
Aktifa produktif yang diklasifikasikan dibandingkan modal bank
3
Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal
dari keuntungan (laba ditahan)
4
Rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha
5
Akses kepada sumber permodalan
Berdasarkan ketentuan yang berlaku bank-bank diwajibkan untuk
memelihara kewajiban penyediaan modal minimum sekurang-kurangnya 8%. Ini
berarti bahwa CAR dari suatu bank umum sekurang-kurangnya harus mencapai
8%.
Penilaian CAR dapat dirumuskan sebagai berikut :
=
Total Modal
x 100 %
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko
31
2.3.3. Kualitas Aset (Asset Quality)
Menurut Triandaru (2008:53) Dalam kondisi normal sebagian besar
aktiva suatu bank terdiri dari kredit dan aktiva lain yang dapat menghasilkan atau
menjadi sumber pendapatan bagi bank, sehingga jenis aktiva tersebut sering
disebut sebagai aktiva produktif. Di dalam menganalisis suatu bank pada
umumnya perhatian difokuskan pada kecukupan modal. Namun demikian,
menganalisis kualitas aktiva produktif bank secara cermat tidaklah pentingnya.
Kualitas aktiva produktif suatu bank yang sangat jelek secara implisit akan
menghapus modal bank. Walaupun secara riil bank memiliki modal yang cukup
besar, apabila kualitas aktiva produktifnya sangat buruk dapat saja kondisi
modalnya menjadi buruk pula. Hal ini antara lain terkait dengan berbagai
permasalahan seperti pembemukan cadangan, penilaian aset, pemberian pinjaman
kepada pihak terkait dan sebagainya.
2.3.4
Manajemen (Management)
Manajemen atau pengelolaan suatu bank akan menentukan sehat atau
tidaknya suatu bank. Mengingat hal tersebut, maka pengelolaan atau manajemen
suatu bank akan mendapatkan perhatian yang besar dalam penilaian tingkat
kesehatan suatu bank. Pengelolaan yang baik terhadap suatu bank diharapkan
akan menciptakan dan memelihara kesehatannya.
Menurut
Triandaru
(2008:53)
penilaian
terhadap
faktor-faktor
manajemen antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponenkomponen sebagai berikut :
1 Manajemen umum
2 Penerapan sistem manajemen risiko
3 Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada
Bank Indonesia dan atau pihak lainnya.
32
2.3.5
Rentabilitas (Earnings)
Menurut Triandaru (2008:54) Salah satu parameter untuk mengukur
tingkat kesehatan suatu bank adalah kemampuan bank untuk memperoleh
keuntungan. Perlu diketahui apabila suatu bank mengalami kerugian dalam
operasinya maka tentu saja lama kelamaan kerugian tersebut akan menghilangkan
modalnya. Bank kondisi demikian tentu saja tidak dapat dikatakan sehat.
Penilaian terhadap faktor rentabilitas didasarkan pada dua buah resiko,
yaitu rasio laba sebelum pajak dengan dua belas bulan terakhir dengan rata-rata
volume usaha dalam periode yang sama dan rasio biaya operasional dalam dua
belas bulan terakhir terhadap pendapatan operasional dalam periode yang sama.
2.3.6
Likuiditas (Liquidity)
Menurut Triandaru (2008:54) Pengukuran satu rasio antara jumlah
kredit yang diberikan dan jumlah dana yang diterima merupakan salah satu
komponen dalam faktor likuiditas. Berdasarkan ketentuan lama, suatu bank umum
diberikan predikat “tidak sehat” (dengan nilai kredit=0) untuk rasio-rasio LDR
sebesar 110% atau lebih dari dan diberikan predikat “sehat” (dengan nilai
kredit=100) untuk rasio LDR kurang dari 110%. Berdasarkan ketentuan baru,
pengukuran likuiditas dilakukan secara berjenjang sejalan dengan penilaian
terhadap komponen lainnya.
LDR dapat dirumuskan sebagai berikut.
=
2.3.7
jumlah kredit yang diberikan
x 100%
dana pihak ketiga + KLBI + Modal Inti
Sensivitas terhadap Risiko Pasar (Sensitivity to Market Risk)
Menurut Triandaru (2008:54) Penilaian pendekatan kuantitatif dan
kualitatif faktor sensivitas terhadap risiko pasar antara lain dilakukan melalui
penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut.
33
1
Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengatasi fluktuasi suku bunga
dibandingkan dengan potensi kerugian (potential loss) sebagai akibat
fluktuasi (adverse movement) suku bunga
2
Modal atau cadangan yan dibentuk untuk mengatasi fluktuasi nilai tukar
dibandingkan dengan potensi kerugian sebagai akibat fluktuasi (adverse
movement)
3
2.4
Kecukupan penerapan sistem manajemen risiko pasar
Dana Pihak Ketiga
2.4.1 Pengertian Dana Pihak Ketiga
Kemampuan bank dalam memperoleh sumber dana yang diinginkan
sangat mempengaruhi kelanjutan usaha bank. Dalam mencari sumber dana, bank
harus
mempertimbangkan
beberapa
faktor
seperti
kemudahan
untuk
memperolehnya, jangka waktu sumber dana serta biaya yang harus dikeluarkan
untuk memperoleh dana tersebut. Dalam hal ini, sumber dana dari masyarakat
merupakan sumber dana yang paling utama bagi bank. Sumber dana yang berasal
dari masyarakat atau yang disebut dana pihak ketiga ini disamping mudah untuk
mencarinya juga tersedia banyak di masyarakat dan persyaratan untuk mencarinya
tidak sulit, bank hanya perlu menarik minat masyarakat dengan memberikan
layanan produk yang mudah syarat dan ketentuannya.
Menurut Kuncoro (2002;155)
“Dana pihak ketiga adalah dana-dana yang berasal dari masyarakat,
baik perorangan maupun badan usaha, yang diperoleh bank dengan
menggunakan produk simpanan yang dimiliki oleh bank”.
Menurut Triandaru dan Budisantoso (2006:97) mengungkapkan bahwa:
“Pada dasarnya sumber dana dari masyarakat dapat berupa giro
(demand deposit), tabungan (saving deposit), deposito berjangka (time
deposit) yang berasal dari nasabah perorangan atau badan”.
34
Dan Menurut Kasmir (2006:64)
“Dana pihak ketiga adalah dana yang dihimpun oleh bank yang
berasal dari masyarakat, yang terdiri dari simpanan giro, simpanan
tabungan dan simpanan deposito.”
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dana pihak ketiga adalah
dana yang bersumber dari masyarakat baik individu maupun badan usaha dan baik
itu dalam mata uang rupiah maupun dalam mata uang asing. Dana dari
masyarakat ini merupakan pendapatan paling utama dalam bank, dan dana
terbesar yang dimiliki oleh bank dan ini sesuai dengan fungsi bank sebagai
penghimpun dana dari pihak-pihak yang kelebihan dana dalam masyarakat.
Sesuai dengan yang telah dikemukakan diatas bahwa dana pihak ketiga
merupakan salah satu pendapatan yang paling utama dalam bank. Jika pihak bank
tidak memiliki strategi yang baru maka para nasabah tidak akan bertambah, dan
berdampak pada berkurangnya dana pihak ketiga. Dan apabila pihak bank selalu
memiliki strategi dan ide baru untuk meningkatkan jumlah para nasabahnya, maka
dengan sendirinya dana pihak ketiga akan meningkat. Salah satu untuk
meningkatkan dana pihak ketiga pada bank yaitu dengan melakukan promosi,
penjualan produk baru, iklan, publisitas bank itu sendiri, dan lain-lain. .
2.4.2
Jenis-Jenis Sumber Dana Pihak Ketiga
2.4.2.1 Giro (Demand Deposit)
Giro merupakan deposito yang dapat di tarik setiap saat dengan
menggunakan alat pembayaran seperti cek, bilyet giro, surat perintah bayar yang
lain ataupun surat pemindahbukuan yang lain. Giro dikelompokkan sebagai
sumber dana jangka pendek bagi bank dan berbiaya murah.
Pengertian giro menurut Taswan (2008:89) mengatakan bahwa:
“Giro
merupakan
simpanan
masyarakat
pada
bank
yang
penarikannya dapat dilakukan dengan menggunakan cek, surat
perintah bayar yang lain, bilyet giro, atau surat pemindahbukuan
yang lain”.
35
Sedangkan menurut Hadinoto (2008:253) mengatakan bahwa:
“Giro merupakan simpanan pihak ketiga baik dalam rupiah maupun
valuta asing, yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, sarana perintah lainnya atau dengan cara
pemindah bukuan”.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa giro merupakan simpanan
masyarakat yang pengambilannya dapat dilakukann dengan menggunakan cek,
surat perintah bayar yang lain, bilyet giro, atau surat pemindahbukuan yang lain.
Sifat sumber dana ini dapat dikategorikan sangat labil, karena pemegang
rekening giro dapat menarik dananya setiap saat tanpa ada pemberitahuan terlebih
dahulu kepada bank. Jenis simpanan masyarakat ini tidak memiliki jatuh
tempo.Perkembangan rekening giro pada bank bukan hanya berdasarkan
kepentingan bank semata-mata, melainkan kepentingan masyarakat modern juga,
karena giro adalah uang giral yang dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran
melalui penggunaan cek.
2.4.2.2 Deposito (Time Deposit)
Deposito merupakan salah satu tempat bagi nasabah untuk melakukan
investasi dalam bentuk surat-surat berharga. Kepada setiap deposan (pemilik
deposito) akan diberikan imbalan bunga atau depositonya. Bagi bank bunga yang
diberikan kepada para deposan merupakan bunga tertinggi. Jika dibandingkan
dengan simpanan giro dan tabungan, sehingga deposito oleh sebagian bank di
anggap sebagai dana modal.
Keuntungan bagi bank dengan menghimpun dana lewat deposito adalah
uang yang tersimpan relatif lebih lama, mengingat deposito memiliki jangka
waktu yang relatif panjang dan frekuensi penarikan yang juga jarang. Dengan
demikian bank dapat dengan leluasa untuk menggunakan kembali dana tersebut
untuk keperluan penyaluran kredit.
36
Pengertian deposito menurut Taswan (2008:103) adalah:
“Deposito merupakan simpanan masayarakat atau pihak ketiga yang
penarikannya dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu menurut
perjanjian antara penyimpanan dengan bank yang bersangkutan”.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa deposito merupakan
simpanan pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan pada waktu-waktu
tertentu
berdasarkan
perjanjian
antara
penyimpan
dengan
bank
yang
bersangkutan. Persainganyang ketat dalam penghimpunan dana antar bank telah
memunculkan produk-produk baru dalam penghimpunan dana. produk-produk
baru tersebut adalah:
a
Deposito Berjangka
Merupakan deposito yang diterbitkan menurut jangka waktu tertentu,
jangka waktu deposito biasanya bervariasi mulai dari 1, 2, 3, 6, 12, 18
sampai 24 bulan. Deposito diterbitkan atas nama baik seseorang atau
lembaga, artinya didalam bilyet deposito tercantum nama seseorang atau
lembaga.
b
Sertifikat Deposito
Sertifikat deposito merupakan deposito yang diterbitkan dengan jangka
waktu 2, 3, 6 dan 12 bulan.Sertifikat deposito diterbitkan atas unjuk dalam
bentuk sertifikat. Artinya dalam sertifikat deposito tidak tertulis nama
seseorang atau badan hukum tertentu.
c
Deposit On Call
Merupakan deposito yang berjangka waktu 7 hari dan paling lama kurang
dari 1 bulan. Diterbitkan atas nama dan biasanya dalam jumlah yang besar.
Pencairan bunga dilakukan pada saat pencarian deposit on call dan
sebelum deposit on call terlebih dahulu 3 hari sebelumnya nasabah sudah
memberitahukan bank penerbit.
2.4.2.3 Tabungan (Saving Deposit)
Seperti halnya simpanan giro, simpanan tabungan juga mempunyai syaratsyarat tertentu bagi pemegangnya dan persyaratan masing-masing bank berbeda
satu sama lainnya. Disamping persyaratan yang berbeda, tujuan nasabah
37
menyimpan uang direkening tabungan juga berbeda.Dengan demikian sasaran
bank dalam memasarkan produknya juga berbeda sesuai dengan sasarannya.
Pengertian tabungan menurut Taswan (2008:95) adalah:
“Tabungan merupakan simpanan masyarakat atau pihak lain yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu
yang telah disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan menggunakan
cek, bilyet giro atau yang dipersamakan dengan itu”.
Sedangkan menurut Hadinoto (2008:25) tabungan adalah:
“Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang
penarikannya
hanya
dapat
dilakukan
menurut
syarat-syarat
tertentu”.
Pengertian tabungan menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10
Tahun 1998 (dalam Kasmir, 2008:57) adalah “simpanan yang penarikannya
hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu tang disepakati, tetapi tidak
dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan
dengan itu.”
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tabungan
merupakan simpanan masyarakat yang penarikannya dapat dilakukan sewaktuwaktu tetapi dengan syarat-syarat tertentu yang telah disepakati dan juga tidak
dapat diambil dengan menggunakan cek, bilyet giro atau yang dipersamakan
dengan itu.Syarat-syarat tertentu misalnya harus ditarik secara tunai, penarikannya
hanya dalam kelipatan nominal tertentu, jumlah penarikannya tidak boleh
melebihi saldo minimal tertentu.
Tabungan dapat ditarik dengan cara-cara dan dalam waktu yang lebih
relatif fleksibel dibandingkan dengan deposito berjangka, namun masih kalah
fleksibel apabila dibandingkan dengan rekening giro. Ditinjau dari sisi bank,
penghimpunan dana melebihi tabungan termasuk lebih murah daripada deposito
tapi lebih mahal dibandingkan giro.
Menurut Kasmir (2007:74), ada beberapa penarikan tabungan, hal ini
tergantung bank masing-masing, serta menggunakan sarana yang mereka
38
inginkan. Alat ini dapat digunakan sendiri-sendiri atau secara bersamaan. Alat-alat
yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Buku tabungan
2. Slip penarikan
3. Kwitansi
4. Kartu yang terbuat dari plastik”.
Penjelasan dari kutipan diatas adalah sebagai berikut:
1
Buku Tabungan
Merupakan buku yang dipegang oleh nasabah.Buku tabungan ini
berisicatatan saldo tabungan, transaksi penarikan, transaksi penyetoran,
dan pembebanan-pembebanan yang mungkin terjadi pada tanggal tertentu.
2
Slip Penarikan
Merupakan formulir untuk menarik sejumlah uang dari rekening tabungan.
Formulir penarikan ini disebut juga slip penarikan biasanya digunakan
bersamaan dengan buku tabungan.
3
Kwitansi
Merupakan formulir penarikan dan juga merupakan bukti penarikan yang
dikeluarkan oleh bank yang fungsinya sama dengan slip penarikan.
4
Kartu yang terbuat dari plastik Seperti kartu kredit yang terbuat dari
plastik yang dapat digunakan untuk menarik sejumlah uang dari
tabungannya, baik bank maupun mesin Automated Teller Machine (ATM).
2.5
Modal Bank
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, pengertian modal bank dibedakan
antara bank yang didirikan dan berkantor pusat di indonesia dan kantor cabang
bank asing yang beroperasi di Indonesia.
Menurut Dendawidjaya (2006:38), modal bank yang didirikan dan berkantor
pusat di Indonesia terdiri atas:
39
1.
Modal Inti
Komponen modal inti ini prinsipnya terdiri atas modal disetor dan
cadangan-cadangannya yang dibentuk dari laba setelah pajak, dengan
perincian sebagai berikut:
a. Modal disetor
Modal disetor adalah modal yang telah diatur secara efektif oleh
pemiliknya.
b. Agio saham
Merupakan selisih lebih setorn modal yang diterima oleh bank sebagai
akibat dari harga saham yang melebihi nilai nominalnya.
c. Cadangan umum
Merupakan cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba ditahan atau
laba bersih setelah dikurangi pajak dan mendapat persetujuan rapat
umum pemegang saham atau rapat anggita sesuai anggaran masingmasing
d. Cadangan tujuan
Bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan
tertentu dan telah mendapat persetujuan umum rapat pemegang saham
e. Laba ditahan
Saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh rapat umum
pemegang saham atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan
f. Laba tahun lalu
Laba bersih bertahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak dan belum
ditentukan penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham atau
rapat anggota
g. Laba tahun berjalan
Laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi
taksiran utang pajak
h. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yan laporan keuangannya
dikonsolidasikan bagian kekayaan bersih tersebut adalah modal inti
40
anak perusahaan setelah dikompensasikan nilai penyertaan bank pada
anak perusahaan tersebut.
2.
Modal Pelengkap
Modal pelengkap merupakan modal pinjaman dan cadangan revaluasi
aktivaserta cadangan penyisihan penghapusan aktiva produktif.”
Menurut komponen dari modal pelengkap, yaitu :
1
Cadangan revaluasi aktiva tetap merupakan cadangan yang dibentuk dari
selisih penilaian kembali dari aktiva tetap yang dimiliki bank.
2
Penyisihan penghapusan aktiva produktif merupakan cadangan yang
dibentuk dengan cara membebankan laba rugi tahun berjalan dengan
maksud untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat
tidak diterima seluruh atau sebagian aktiva produktif ( maksimum 1,25%
dari ATMR).
3
Modal pinjaman merupakan pinjaman yang didukung oleh warkat –
warkat yang memiliki sifat seperti modal (maksimum 50% dari jumlah
modal inti).
4
Pinjaman subordinasi merupakan pinjaman yang telah memenuhi syarat
seperti ada perjanjian tertulis antara bank dengan pemberi pinjaman,
memperoleh persetujuan BI dan tidak dijamin oleh bank yang
bersangkutan dan perjanjian lainnya.
2.5.1
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
Ketentuan tentang penyediaan modal minimum bank umum yang berlaku
di Indonesia mengikuti standar bank of international settlements (BIS). Sejalan
dengan standar tersebut, dalam kerangka paket deregulasi tanggal 29 Februari
1991, Bank Indonesia mewajibkan setiap bank umum menyediakan modal
minimum sebesar 8% dari total aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR).
ATMR merupakan penjumlahan ATMR aktiva neraca (aktiva yang
tercantum dalam neraca) dan ATMR aktiva administratif (aktiva yang tercantum
dalam komitmen dan kontijensi). ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara
mengalikan nilai nominal masing-masing aktiva yang bersangkutan dengan bobot
41
risiko dari masing-masing pos aktiva neraca tersebut. ATMR aktiva administratif
dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal rekening administratif yang
bersangkutan dengan bobot risiko dari masing-masing pos rekening tersebut.
ATMR ini menunjukkan nilai aktiva beresiko yang memerlukan antisipasi modal
dalam jumlah yang cukup.
2.5.2
Pengertian Capital Adequacy Ratio (CAR)
Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas harus menyesuaikan diri
terhadap perkembangan perbankan internasional untuk dapat menyiapkan
perbankan nasional menjadi bank yang siap bersaing. Untuk itu pula maka bank
Indonesia mengeluarkan mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum yang
dapat menjadi persyaratan bagi bank dalam mengelola modalnya tanpa
mengabaikan resiko.
Pengertian Capital Adequacy Ratio(CAR) menurut Kuncoro dan
Suhardjono (2004:562) sebagai berikut:
“Capital Adequacy Ratio merupakan kecukupan modal yang
menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang
mencukupi
dan
kemampuan
manajemen
bank
dalam
mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol resikoresiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal
bank.”
Menurut Bank Indonesia menjelaskan bahwa:
“Capital Adequacy Ratio adalah penyediaan modal minimum bagi
bank didasarkan pada risiko aktiva dalam arti luas, baik aktiva yang
tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif
sebagaimana tercermin pada kewajiban yang masih bersifat kontijen
dan/atau komitmen yang disediakan oleh bank bagi pihak ketiga
maupun risiko pasar”.(Nomor 9/13/PBI/2007)
Sedangkan pengertian Capital Adequacy Ratio menurut Menurut Susilo,
dkk. (2007:27), sebagai berikut:
“CAR (Capital Adequacy Ratio) yaitu kewajiban penyediaan modal
minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai
sesuatu proporsi tertentu dari total aktiva tertimbang menurut risiko
(ATMR).”
42
Besarnya nilai Capital Adequacy Ratio (CAR) suatu bank menurut
Taswan (2006:383) dapat dihitung sebagai berikut:
=
100%
Berdasarkan pendapat – pendapat di atas, Capital Adequacy Ratio (CAR)
merupakan rasio kinerja bank yang digunakan untuk mengukur kecukupan modal
minimum bank yang digunakan untuk penyangga aktiva yang mengandung atau
dapat menghasilkan resiko dimana modal bank tersebut terdiri dari modal inti dan
modal pelengkap.
Menurut Kasmir (2006:43) menyatakan bahwa sesuai ketentuan yang
telah ditetapkan pemerintah, maka CAR perbankan untuk tahun 2002 minimal
harus 8 %. Peraturan Bank Indonesia No. 3/ 21/ PBI/ 2001 pasal 2 tentang
kewajiban modal minimum bank yang menetapkan bahwa rasio kecukupan modal
harus mencapai 8% yang diperbaharui dengan Peraturan Bank Indonesia
Nomor10/15/PBI/2008 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank
Umum dalam pasal 2 menyatakan bahwa :
“Bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% (delapan
persen) dari asset tertimbang menurut risiko.”
Dari pengertian diatas, dapat diketahui bahwa pada dasarnya Capital
Adequacy Ratio (CAR) merupakan perbandingan modal (modal inti dan
pelengkap) dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) yang
disesuaikan dengan peraturan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar
8%. Secara rinci ketentuan tingkat Capital Adequacy Ratio (CAR) dari Bank
Indonesia dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
43
Tabel 2.1 Standar Pengukuran Tingkat CAR
Tingkat Predikat
8% ke atas
6,4% – 7,9%
Di bawah 6,4%
Sehat
Kurang sehat
Tidak sehat
Sumber : www.bi.go.id
Menurut Standar Bank for International Settlement (BIS) menyebutkan
bahwa masing-masing negara dapat melakukan penyesuaian dalam menerapkan
prinsip-prinsip perhitungan kecukupan permodalan bank dengan meyesuaiakan
kondisi ekonomi di suatu negara. Indonesia sendiri melakukan penyesuaianpenyesuaian dikondisikan dengan keadaan ekonominya dengan tingkat rasio
kecukupan modal atau CAR untuk perbankan Indonesia adalah minimum 8%.
CAR ini diwajibkan dinilai setiap bulannya sehingga dapat dipantau
perkembangannya.
Dimana perhitungan Capital Adequacy Ratio (CAR) secara lengkap dapat
dijelaskan seperti dibawah ini:
a.
Dasar perhitungan kebutuhan modal
Perhitungan kebutuhan modal didasarkan pada ATMR. Pengertian aktiva
dalam perhitungan ini mencakup aktiva yang tercantum dalam neraca maupun
aktiva yang bersifat administratif sebagaimana yang tercermin pada
kewajiban yang masih bersifat kontinjen dan/atau komitmen yang disediakan
oleh bank bagi pihak ketiga. Dalam menghitung ATMR terhadap masingmasing pos aktiva diberikan bobot risiko yang didasarkan pada golongan
nasabah penjamin, serta sifat anggunan. Dapat ditambahkan bahwa untuk
kredit-kredit yang penarikannya dilakukan secara bertahap, maka bobot risiko
dihitung
berdasarkan
besarnya
penarikan
kredit
pada
tahap
yang
bersangkutan.
44
b.
Bobot risiko aktiva neraca
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip tersebut diatas, maka rincian bobot
risiko untuk semua aktiva neraca bank baik dalam rupiah maupun valuta
asing sebagai berikut:
0%
: 1) Kas
2) Emas dan mata uang emas
3) Tagihan kepada, atau tagihan yang dijamin oleh, atau surat
berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh:
a) Pemerintah pusat Republik Indonesia
b) Bank Indonesia
c) Bank sentral negara lain
d) Pemerintah pusat negara lain
4) Tagihan yang dijamin dengan uang kas, uang kertas asing, emas,
mata uang emas, serta giro, depisoto dan tabungan pada bank
yang bersangkutan sebesar nilai jaminannya. Jaminan jenis ini
dalam laporan bulanan dilaporkan dengan sandi golongan
penjamin dari bank yang bersangkutan.
20%
: Tagihan kepada atau tagihan yang dijamin oleh, atau surat berharga
yang diterbitkan atau dijamin oleh:
1) Bank-bank di dalam negeri (termasuk kantor cabang dari bank
yang berkedudukan di luar negeri)
2) Pemerintah daerah di Indonesia
3) Lembaga non departemen di Indonesia
4) Bank-bank pembangunan multilateral
5) Bank-bank utama (prime bank) di luar negeri
50%
: 1) Kredit kepemilikan rumah (KPR) yang dijamin oleh hipotik
pertama dengan tujuan untuk dihuni.
2) Tagihan kepada atau tagihan yang dijamin oleh atau surat
berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh BUMN dan
perusahaan milik pemerintah pusar negara lain.
45
100% : 1) Tagihan kepada atau tagihan yang dijamin oleh atau surat berharga
yang diterbitkan atau dijamin oleh:
a) Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
b) Koperasi
c) Perusahaan swasta
d) Perorangan
e) Lainnya
2) Penyertaan yang tidak dikonsolidasikan termasuk penyertaan pada
bank lain
3) Aktiva tetap dan inventori (nilai buku)
4) Rupa-rupa aktiva
5) Antar kantor aktiva neto yaitu kantor aktiva dikurangi pasiva.
2.5.3 Faktor-Faktor yang dapat Mempengaruhi Capital Adequacy Ratio
(CAR)
Melihat fungsi dari Bank Capital diatas timbul suatu pertanyaan
bagaimana atau beberapa capital suatu bank tersebut telah memadai untuk
menunjang kebutuhannya, dan faktor-faktor apa saja yang berpengaruh besar.
Menurut Amaliawati (2001:42), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi posisi
CAR dapat diartikan sebagai berikut:
1.
Tingkat kualitas manajemen bank yang bersangkutan apabila suatu bank
dipimpin/dikelola oleh suatu kelompok manajemen yang berkualitas
tinggi yang ditinjau dari berbagai aspek, maka hasilnya tentu akan
berlainan dengan bank yang dikelola oleh suatu kelompok manajemen
yang berkualitas rendah dan tidak kompak.
2.
Tingkat likuiditas yang dimilikinya.
Suatu bank yang memiliki alat-alat likuid yang sangat terbatas dalam
memenuhi kewajiban-kewajibannya, akan ada kemungkinan penyediaan
likuiditas tersebut akan diambil dari permodalannya. Dengan demikian
akan dirasakan oleh manajemen bank yang bersangkutan, betapa
terbatasnya modal yang dimiliki oleh bank.
46
3.
Tingkat kualitas dari asset
Suatu bank yang banyak memiliki debitur dan non earning assets lainnya
yang kurang produktif maka sudah dapat dipastikan bank tersebut tidak
melaksanakan kegiatannya secara lancar.
4.
Struktur dari depositonya
5.
Tingkat Kualitas dari Sistem dan Operating Prosedurnya
6.
Tingkat Kualitas dan Karakter dari Para Pemilik Sahamnya
7.
Kapasitas untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek maupun jangka
panjang
8.
Riwayat Pemupukan Modal dan Pertautan Pembagian Laba ynag
Diperolehnya.
2.6
Penilaian Likuiditas (Liquidity)
Likuiditas (Liquidity) menunjukkan ketersediaan dana dan sumber dana
bank pada saat ini dan masa yang akan datang. Menurut Martono dan Harjito
(2002:89) pada aspek likuiditas ini penilaian didasarkan atas kemampuan bank
dalam membayar semua hutang-hutangnya terutama simpanan tabungan, giro, dan
deposito pada saat ditagih dan dapat memenuhi semua permohonan kredit layak
yang disetujui.
Pengaturan likuiditas bank terutama dimaksudkan agar bank setiap saat
dapat memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar. Berdasarkan
Pakfeb 1991, bank wajib memelihara likuiditasnya yang didasarkan pada dua
rasio dengan bobot yang sama. Rasio tersebut sebagai berikut:
1.
Perbandingan jumlah kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar
yaitu kas, giro pada Bank Indonesia, Sertifikat Bank Indonesia, dan Surat
Berharga Pasar Uang dalam Rupiah yang diendors bank lain, dan
2.
Perbandingan antara kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga,
termasuk pinjaman yang diterima dengan jangka waktu lebih dari 3 bulan.
47
Nilai Kredit
Predikat
81-100
Sehat
66-80
Cukup sehat
51-66
Kurang sehat
0 - <51
Tidak sehat
Sumber: Kasmir (2006:261)
Menurut Budisantoso dan Triandaru (2006:54) penilaian pendekatan
kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas antara lain dilakukan melalui penilaian
terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
1. Aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan pasiva likuid kurang dari 1
bulan;
2. One month maturity mismatch ratio;
3. Rasio pinjaman terhadap dana pihak ketiga (Loan to Deposit Ratio / LDR);
4. Proyeksi arus kas tiga bulan mendatang;
5. Ketergantungan pada dana antarbank dan deposan inti;
6. Kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and liabilities management /
ALMA);
7. Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasa
modal atau sumber-sumber pendanaan lainnya; dan
8. Stabilitas Dana Pihak Ketiga (DPK).
2.6.1 Pengertian Likuiditas Bank
Likuiditas bank sangat penting karena besar likuiditas wajib minimum
(LWM) atau giro wajib minimum (GWM) bank telah ditetapkan Bank Indonesia
selaku bank sentral. Dimana likuiditas bank menurut Hasibuan (2002:94),
sebagai berikut:
“Likuiditas (cash ratio) bank adalah kemampuan bank untuk
membayar semua utang jangka pendeknya dengan alat-alat likuid
yang dikuasai.”
48
Sedangkan menurut Wahdi yang dikutip oleh Hasibuan (2002:94)
sebagai berikut:
“Likuiditas dimaksudkan sebagai perbandingan antara jumlah uang
tunai dan aktiva lain yang dapat disamakan dengan uang tunai di satu
pihak dengan jumlah utang lancar di lain pihak.”
Likuiditas bank diartikan sebagai kemampuan penyediaan alat-alat likuid
yang mudah ditunaikan guna memenuhi semua kewajiban bank yang segera harus
dibayar. Pengukuran suatu rasio antara jumlah kredit yang diberikan bank dan
jumlah dana yang diterima merupakan salah satu komponen dalam faktor
likuiditas. Menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002:280) menyatakan dalam
pengelolaan likuiditas bank ada beberapa risiko yang mungkin timbul antara lain
sebagai berikut:
1.
Risiko Pendanaan (funding risk)
Risiko ini timbul apabila bank tidak cukup dana untuk memenuhi
kewajibannya. Beberapa hal yang dapat menyebabkan risiko pendanaan
adalah penarikan deposito dan pinjaman dalam jumlah besar yang tidak dapat
di duga sebelumnya, atau jatuh tempo (maturity profile) dari aset mauoun
liabilitas tidak terdeteksi dan sebagainya.
2.
Risiko Bunga (interest risk)
Adanya berbagai variasi tingkat suku bunga dalam aset maupun liabilitas
dapat menimbulkan ketidakpastian tingkat keuntungan yang diperoleh.
Pengelolaan likuiditas ditujukan untuk memperkecil risiko likuiditas yang
disebabkan oleh
adanya
kekurangan
dana,
sehingga dalam
memenuhi
kewajibannya bank tidak perlu harus mencari dana dengan suku bunga yang
relatif tinggi di pasar uang atau bank terpaksa menjual sebagian asetnya dengan
kerugian yang relatif besar yang akan mempengaruhi pendapatan bank. Apabila
keadaan ini terjadi dan terus berlanjut tidak menutup kemungkinan akan terjadi
erosi kepercayaan masyarakat terhadap bank.
49
2.6.2
Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to deposit ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit
yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Menurut Surat
Edaran Bank Indonesia No.25/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993, termasuk dalam
pengertian dana yang diterima bank sebagai berikut:
1.
Giro, deposito, dan tabungan masyarakat.
2.
Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan, tidak
termasuk pinjaman subordinasi.
3.
Deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari 3
bulan.
4.
Surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih dari 3
bulan.
5.
Modal pinjaman.
6.
Modal inti.
Secara formulasi dinyatakan sebagai berikut:
=
ℎ
100%
Dimana menurut Kasmir (2003:261) Loan to deposit ratio (LDR) tersebut
menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan
dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan
sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit
kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera
memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah
digunakan oleh bank untuk memberikan kredit.
Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya
kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah
dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar.
Dalam tata cara penilaian tingkat kesehatan bank, Bank Indonesia
menetapkan ketentuan sebagai berikut:
50
1.
Untuk rasio LDR sebesar 110% atau lebih diberi nilai kredit 0, artinya
likuiditas bank tersebut dinilai tidak sehat.
2.
Untuk rasio LDR di bawah 110% diberi nilai kredit 100, artinya likuiditas
bank tersebut dinilai sehat.
Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu
bank. Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari loan to
deposit ratio suatu bank adalah sekitar 80%. Namun, batas normal toleransi
berkisar antara 85% sampai 100% (Dendawijaya, 2005:117).
2.7
Pengertian Rasio Profitabilitas
Profitabilitas bank merupakan kemampuan bank dalam menghasilkan
laba. Kemampuan ini dilakukan dalam satu periode. Bank yang sehat adalah bank
yang diukur secara profitabilitas atau rentabilitas yang terus meningkat diatas
standar yang ditetapkan.
Menurut Fahmi (2011:135) Rasio profitabilitas adalah :
“Rasio ini mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang
ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh
dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin
baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan
kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan.”
Sedangkan menurut Harahap (2004:304) :
“ Rasio profitabilitas adalah salah satu teknik analisis rasio keuangan
yang menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba
melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan
penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan
sebagainya. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba disebut juga Operating Ratio.”
Profitabilitas mengukur fokus pada laba perusahaan. Tentu saja,
perusahaan besar diharapkan lebih banyak laba daripada perusahaan kecil, jadi
untuk memfasilitasi perbandingan lintas perusahaan, total laba diekspresikan
dalam basis per-dolar. Misalnya, pemegang saham ingin tahu berapa banyak laba
yang telah dihasilkan untuk setiap dollar yang telah mereka investasikan dalam
51
perusahaan. Demikian pula, margin laba memberitahu kita laba yang dihasilkan
oleh setiap dolar penjualan.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas
adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba, dimana kemampuan
perusahaan tersebut didapat dari kegiatan usaha perusahaan dari kelebihan modal
yang dikeluarkan setelah dikurangi beban – beban selama melakukan usaha.
2.7.1
Ukuran Profitabilitas
Kinerja
perbankan
dapat
digunakan
dengan
mengukur
rata-rata
profitabilitas perbankan. Untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja suatu
perusahaan, analisa keuangan membutuhkan suatu ukuran. Ukuran yang sering
dipergunakan dalam hal ini adalah rasio. Menurut Harahap (2004:78) ada
beberapa jenis rasio profitabilitas, diantaranya adalah sebagai berikut :
1.
Margin Laba (Profit Margin)
Angka ini menunjukan berapa besar persentase pendapatan bersih yang
diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena
dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi
=
laba bersih
penjualan
Ketika perusahaan sebagian didanai oleh utang, laba dibagi antara
pemegang utang dan pemegang saham. Kita tidak ingin mengatakan bahwa
perusahaan semacam itu kurang pendapat akan berpusat pada perbandingan antara
biaya modal dan tingkat pengembalian yang dihasilkan utilitasnya (ROA).
2.
Asset Turnover (Return on Asset)
Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan.
Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih
cepat berputar dan meraih laba.
=
Penjualan Bersih
Total Aktiva
52
3.
Return On equity (ROE)
ROE sering disebut dengan return on equity yaitu kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga
ROE ini ada yang menyebut sebagai rentabilitas modal sendiri. Laba yang
diperhitungkan adalah laba bersih setelah dikurangi pajak atau earning after tax
(EAT) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
ROE =
earning after tax
x 100%
equity
Penetapan standar untuk ROE tingkat pengembalian ekuitas pada
perusahaan industri menurut Brigham & Houston (2009:110) sebesar 15,0% untuk
rata-rata industri.
4.
Return on Investment
Rasio ini menunjukan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari
modal pemilik.Semakin besar semakin bagus.
=
Laba Bersih
Total Aktiva
Sesuai dengan identifikasi masalah yang penulis kemukakan dalam bab
sebelumnya, maka penulis hanya akan menggunakan rasio Return on Equity
(ROE). Alasan digunakannya rasio Return on Equity (ROE), karena ROE
mengukur sejauh mana kemampuan manajemen dalam mengelola equity
perusahaan yang dihubungkan dengan besaran laba yang diperoleh. Disamping itu
dari
rasio
ini
akan
dapat
diketahui
efektivitas
dari
modal
sendiri
yangdiinvestasikan dalam menghasilkan laba bersih. Semakin tinggi rasio ini
berartimenunjukkan
semakin
tinggi
kemampuan
modal
sendiri
dalam
menghasilkan laba suatu perusahaan.
53
2.8
Pengaruh CAR, DPK, LDR terhadap Profitabilitas
Sebelum penulis melakukan penelitian mengenai pengaruh CAR, DPK
dan LDR terhadap Profitabilitas, telah dilakukan terlebih dahulu penelitian serupa
oleh Sudiyatno (2010). Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, menunjukkan
bahwa hasil penelitian untuk uji keseluruhan menyatakan hipotesis penelitian (Ha)
diterima yang berarti terdapat pengaruh CAR, DPK, LDR terhadap Profitabilitas.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ketiga faktor tersebut, yaitu Capital
Adequacy Ratio (CAR), Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Loan to Deposit Ratio
(LDR) berpengaruh positif maupun negatif terhadap Profitabilitas.
2.8.1 Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Profitabilitas
Rasio kecukupan modal atau modal untuk rasio aset berbobot risiko adalah
suatu cara untuk mengukur modal bank, yang ditunjukkan sebagai pembukaan
kredit berbobot risiko bank.Rasio ini digunakan untuk melindungi depositor dan
menaikkan stabilitas dan efisiensi sistem keuangan di seluruh dunia.
Menurut
Dendawijaya
(2006:122),
semakin
tinggi
nilai
CAR
mengindikasikan bahwa bank telah mempunyai modal yang cukup baik dalam
menunjang kebutuhannya serta menanggung risiko-risiko yang ditimbulkan
termasuk di dalamnya risiko kredit.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor permodalan
sangatpenting dalam menjalankan kegiatan operasional perbankan. Dengan
pengelolaanyang baik, maka suatu bank akan terus meningkatkan modalnya yang
berdasarkankewajiban penyediaan modal minimum (CAR), sehingga profitabilitas
pun akan meningkat.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sudiyatno (2010) menyatakan
Capital Adecuacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja keuangan yang diproksi dengan Profitabilitas. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi CAR, semakin tinggi Profitabilitas.
Tingginya CAR menunjukkan bahwa modal bank semakin besar, sehingga bank
lebih leluasa dan memiliki peluang yang cukup besar untuk melakukan ekspansi
kredit. Disisi lain tingginya CAR juga dapat menambah kepercayaan masyarakat
54
terhadap bank, karena jaminan dana masyarakat semakin tinggi. Dengan
bertambahnya modal bank dan bertambahnya kepercayaan masyarakat terhadap
bank, maka bank dapat melakukan ekspansi kredit untuk meningkatkan
pendapatan operasionalnya.
2.8.2 Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Profitabilitas
Sumber dana dari masyarakat merupakan sumber dana yang paling utama
bagi bank. Sumber dana yang berasal dari masyarakat atau yang disebut dana
pihak ketiga ini disamping mudah untuk mencarinya juga tersedia banyak di
masyarakat dan persyaratan untuk mencarinya tidak sulit, bank hanya perlu
menarik minat masyarakat dengan memberikan layanan produk yang mudah
syarat dan ketentuannya.
Adapun pengetian DPK Menurut Kasmir (2006:64)
“Dana pihak ketiga adalah dana yang dihimpun oleh bank yang
berasal dari masyarakat, yang terdiri dari simpanan giro, simpanan
tabungan dan simpanan deposito.”
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dana pihak ketiga adalah
dana yang bersumber dari masyarakat baik individu maupun badan usaha dan baik
itu dalam mata uang rupiah maupun dalam mata uang asing. Dana dari
masyarakat ini merupakan pendapatan paling utama dalam bank, dan dana
terbesar yang dimiliki oleh bank dan ini sesuai dengan fungsi bank sebagai
penghimpun dana dari pihak-pihak yang kelebihan dana dalam masyarakat.
Semakin besar dana pihak ketiga yang diperoleh bank maka semakin besar.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Sudiyatno
(2010) menyatakan bahwa Dana pihak ketiga (DPK) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja keuangan bank yang diukur dengan profitabilitas.
Hasil penelitian ini sesuai dengan konsep dan logika kegiatan operasi bank,
dimana semakin banyak dana pihak ketiga yang dapat dihimpun dari masyarakat,
maka semakin besar peluang untuk dapat mendapatkan return dari penggunaan
dana tersebut.
55
2.8.3
Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Profitabilitas
Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan perbandingan total pinjaman
yang diberikan dengan total dana pihak ketiga atau total deposit. LDR paling
sering digunakan oleh analis keuangan dalam menilai suatu kinerja bank terutama
dari seluruh jumlah kredit yang diberikan oleh bank dengan dana yang diterima
oleh bank. Menurut Susilo, dkk (2000:106), Loan to Deposit Ratio (LDR)
tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang
diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Dalam bukunya, Lukman Dendawijaya (2005:116) menuliskan bahwa
Loan To Deposit Ratio (LDR) adalah rasio yang menyatakan seberapa jauh
kemampuan Bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan
deposan
dengan
mengandalkan
kredit
yang
diberikan
sebagai
sumber
likuiditasnya.
Dalam hal ini Bank mengandalkan kredit yang diberikan dari dana pihak
ketiga sebagai sumber dana likuiditasnya untuk menghasilkan keuntungan,
semakin tinggi dana yang pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit maka
semakin tinggi Loan To Deposit Ratio (LDR). Jadi jika Loan to Deposit Ratio
(LDR) naik maka pertumbuhan laba atau Profitabilitas yang diterima Bank juga
akan semakin tinggi.
Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sapariyah dan Putri
(2010) menyatakan bahwa Variabel LDR berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap Profitabilitas perusahaan perbankan di BEI, peneliti menyarankan
manajemen bank perlu memperhatikan LDR, karena LDR merupakan variabel
yang paling dominan dan konsisten dalam mempengaruhi ROE. sehingga jika
LDRd itingkatkan, maka kredit disalurkan makin banyak. Sedangkan menurut
Sudiyatno (2010) menyatakan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif
tetapi tidak signifikan terhadap kinerja keuangan bank yang diukur dengan
profitabilitas. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan konsep dan logika operasi
bank, dimana peningkatan dana yang dipinjamkan kepada nasabah akan
meningkatkan profitabilitas.
56
Download