BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah ilmu yang mempelajari usaha penyampaian pesan
antar manusia. 5 Kata atau istilah “komunikasi” (bahasa inggris : communication)
berasal dari
bahasa
latin
“communicatius”
atau
”communication
atau
communicare” yang berarti “berbagi” atau menjadi milik bersama, dengan
demikian komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pesan dari komunikator
kepada komunikan melalui saluran tertentu.
Kalau komunikasi menurut bahasa mengacu pada suatu upaya yang
bertujuan untuk mencapai kebersamaan 6 . Menurut Webster New Collogiate
Dictionary, komunikasi adalah suatu prosespertukaran indromasi diantara
individu melalui system lambing-lambang, tanda atau tingkah laku 7.
2.2
Media Massa
2.2.1
Definisi Media Massa
Pada dekade sebelum abad ke-20, alat – alat mekanik yang menyertai
lahirnya publistik atau komunikasi massa adalah alat – alat percetakan yang
menghasilkan surat kabar, buku, majalah, brosur dan materu cetakan lain. Gejala
Nurani Soyomukti. Pengantar Ilmu Komunikasi. Yogyakarta. 2010. Hal 10
Riswandi, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta. Graha Ilmu. 2009. Hal 1
7
Ibid, Hal 1-2
5
6
7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
ini makin meluas pada dasawarsa abad ke 20, ketika film dan radio mulai
digunakan secara luas. Kemudian disusul televise pada decade berikutnya dengan
digunakannya system satelit ruang angkasa dan jaringan computer.8
Menurut Cangara, pengertian media massa adalah alat yang digunakan
dalam penyampaian pesan dari sender kepada khalayak ( penerima ) dengan
menggunakan alat alat komunikasi seperti surat kabar, film, radio, televise (
Cangara, 2003, p.134 ). Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bila media
massa merupakan media yang digunakan dalam penyampaian pesan dari
komunikator kepada khalayak yang berjumlah besar secara serempak.
2.2.2 Karakteristik Media Massa
Media massa memiliki karakteristik tersendiri, yaitu :9
a. Melembaga, artinya dalam media massa pihak yang mengelola media
melibatkan banyak individu. Mulai dari pengumpulan, pengelolaan,
sampai pada penyajian informasi.
b. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang
memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima.
Umpan balik dari peneima (khalayak) lazimnya tertunda.
c. Jangkauan luas, artinya media massa memiliki kempampuan untuk
menghadapi jangkauan yang lebih luas dan kecepatan dari segi waktu,
Wiryanto. Teori Komunikasi Massa. Jakarta. Grasindo, 2000. Hal 1-2
Hafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta. PT Raja Gravindo Persada. 2003. Hal
134-135
8
9
8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
bergerak secara luas dan slimutan dimana dalam waktu bersamaan
informasi yang disebarkan dapat diterima oleh banyak individu
d. Massa tak terbatas, artinya pesan yang disampaikan dapat diserap
seiapa saja tanpa membedakan factor demografi seperti jenis kelamin,
usia, suku bangsa, bahkan tingkat pendidikan.
e. Dalam menyampaikan pesan, memerlukan peralatan teknis dan
mekanis.
2.2.3 Fungsi Dan Tujuan Media Massa
Media massa merupakan kekuatan dalam menyebarkan informasi yang
dapat menjangkau berbagai lapisan social, ekonomi dan politik. Dengan posisinya
sebagai entisitas yang dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan, media
massa dimanfaatkan untuk menjaga dan mengelola lingkungan, melalui
pemberitaan yang menarik khalayak. Sejalan dengan itu, Lippman (dalam
Schramm,1970) menegaskan, media massa berperan dalam penyebaran informasi,
sekaligus dapat membentuk presepsi khalayak, sehingga melalui media massa
seperti surat kabar, radio, dan televise, masyarakat dapat mengetahui peristiwa
yang terjadi disekitarnya maupun yang terjadi ditempat lain. Pendapat ini terkait
pula dengan pernyataan klasik dan klise dari Mills (1968:32), “bahwa kita masih
belum percaya terhadap informasi, sampai kita membaca atau mendengarkannya
dari radio”. Dengan kata lain, media dianggap sebagai sarana pembenaran
terhadap informasi yang telah diterima. 10
10
Tim Penulis. Media Komunikasi Lingkungan. Yogyakarta. Mata Padi Pressindo. 2013. Hal 19
9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Fungsi media massa sejalan dengan fungsi komunikasi massa. Menurut
Pareno ada empat fungsi media massa, yaitu fungsi penyalur informasi, fungsi
mendidik, fungsi menghibur, dan fungsi mempengaruhi. Keempat fungsi tersebut
melekat dalam media massa secara utuh, dalam arti harus dilaksanakan secara
bersama sama dan tidak boleh mengutamakan satu atau dua fungsi tapi
mengabaikan fungsi lain. Dengan kata lain, fungsi media massa adalah four in one
fungction.11
Dijelaskan lebih jauh oleh Wright (dalam Baran & Davis, 2003) bahwa
media massa dipilih menjadi empat fungsi yang dikenal dengan The Classic Four
Function of The Media, Yaitu :
a. Surveillance of the environment (pengawasan)
Media massa disini memilki fungsi pengontrol lingkungan
masyarkat atau disebut dengan penyediaan informasi tentang
lingkungan.
b. Correlation of the parts of society (penghubung)
Media massa menjadi penghubung bagi antar masyarakat dengan
lingkungan sekitar. Media mempunyai fungsi untuk menyalurkan
informasi dari suatu tempat ketempat lain, dari satu individe ke
individu lain.
11
S.A Pareno. Media Massa Antara Realitas dan Mimpi. Surabaya. Papyrus. 2005. Hal 51
10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
c. Transmission of the social heritage
Media massa memiliki kemampuan mengkomunikasikan nilai
nilai, norma, dan gaya hidup dari satu generasi lain. Serta adanya
sosialisasi dan pendidikan.
d. Entertaiment
Media massa memiliki fungsi menghibur masyarakatnya.
2.3
Film
2.3.1 Pengertian Film
Film bermula pada abad ke 19 sebagai teknologi baru, tetapi konten dan
fungsi yang ditawarkan masih sangat jarang. Film kemudian berubah menjadi alat
presentasi dan distribusi dari tradisi hiburan yang lebih tua, menawarkan cerita,
panggung, music drama, humor, dan trik teknis bagi konsumsi popular. Film juga
hampir menjadi media massa yang seseungguhnya, dalam artian bahwa film
mampu menjangkau populasi dalam jumlah besar dengan sangat cepat, bahkan
diwilayah pedesaan. Sebagai media massa, film merupakan bagian dari respons
terhadap penemuan waktu luang, waktu libur dari kerja, dan sebuah jawaban atas
tuntutan cara untuk menghabiskan waktu luang keluarga yang sifatnya
ternjangkau dan (biasanya) terhormat. 12
Film merupakan mesin waktu yang memberikan wawasan terhadap nilai
dan suasana, harapan dan impian dari sebuah era. Film merupakan sebuah
12
Denis McQuail. Teori Komunikasi Massa. Jakarta. Salemba Humanika. 2011. Hal 35
11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
barometer yang menunjukan perubahan – perubahan nilai suatu bangsa. Film telah
menjadi sarana untuk memberitahukan satu sama lain tentang dunia. Film
menunjukan suatu kondisi dari suatu budaya yang memproduksinya, dan apa yang
ada dalam budaya itu yang menarik bagi penonton untuk melihatnya. Film
berfungsi sebagai kaca dua arah : penonton dapat melihat film dan film dapat
merefleksikan penonton.13
2.3.2 Jenis Jenis Film
A.
Film Dokumenter
Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film pertama karya
Lumiere bersaudara yang berkisah tentang perjalanan ( travelogues ) yang dibuat
sekitar tahun 1980-an. Tiga puluh enam tahun kemudian, kata, documenter
kembali digunakan oleh pembuat film dan kritikus film asal inggris John Gierson
untuk film Moana (1926) karya Robert Flaherty. Grierson berpendapat bahwa
documenter merupakan cara kreatif mempresentasikan realitas. Sekalipun Grieson
mendapat tantangan dari berbagai pihak, pendapatnya tetap relevan hingga saat
ini. Film documenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk
berbagai tujuan.
Film documenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi,
pendidikan dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. Intinya, film
documenter tetap berpijak pada hal hal senyata mungkin.
13
Askurifai Baskin. Membuat Film Indie Itu Gampang, Jakarta. Kataris. 2003. Hal 3
12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Kini documenter menjadi sebuah tren tersendiri dalam perfilman dunia.
Bahkan sekarang cukup banyak stasiun televise yang menayangkan film film
documenter seperti National Geographic, Discovery Channel, dan Animal Planet.
Selain untuk konsumsi televise, film documenter juga lazim diikut sertakan dalam
berbagai festival film di dalam dan luar negri, seperti Eagle Awards di Metro
TV.14
B.
Film Cerita Pendek
Kalau dalam karya tulis kita mengenal adanya cerita pendek atau cerpen,
maka dalam dunia perfilman dikenal juga yang namanya film pendek. Yang
dimaksud film pendek disini artinya sebuah karya film cerita fiksi yang berdurasi
kurang dari 60 menit. Dibanyak Negara seperti Jerman, Kanada, Australia, dan
Amerika Serikat, film pendek dijadikan semacam laboratorium ekspermen dan
batu loncatan bagi para film maker untuk memproduksi film panjang. Jenis film
ini banyak dihasilkan oleh para mahasiswa jurusan perfilman atau mereka yang
menyukai dunia film dan ingin berlatih membuat film dengan sangat baik.
Sekalipun demikian, ada juga memang yang mengkhususkan diri untuk
memproduksi film pendek. Umumnya hasil produksi ini dipasok ke rumah rumah
produksi (production house) atau saluran televise.
C.
Film Panjang
Film panjang adalah film cerita fiksi yang berdurasi lebih dari 60 menit.
Umumnya berkisar antara 90 – 100 menit. Film yang diputar dibioskop umumnya
14
Heru Effendy. Mari Membuat Film : Panduan Menjadi Produser. Yogyakarta. Panduan. 2002.
Hal 11
13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
termasuk dalam kelompok ini. Beberapa film, misalnya Dance With Wolves,
bahkan berdurasi lebih dari 120 menit. Film film produksi india rata rata berurasi
hingga 180 menit.15
2.3.3 Fungsi Film
Seperti hanya siaran pada televise, tujuan khalayak menonton sebuah
tayangan adalah untuk memenuhi hasrat tentang hiburan yang membuat kepuasan
secara psikologis. Akan tetapi dalam film dapat terkandung fungsi informative
dan edukatif, bahkan persuasive.
16
Hal ini membuat fungsi film semakin
berkembang dari hanya sekedar hiburan menjadi forum diskusi yang sangat
penting demi menggambarkan sebuah aspek tertentu dalam bentuk audio visual.
Sejalan denga misi perfilman nasional sejak tahun 1979, bahwa selain sebagai
media hiburan, film nasional dapat digunakan sebagai media pendidikan. Film
nasional dapat digunakan sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda
dalam rangka nation and building. Fungsi edukasi dapat berjalan dengan baik
apabila film nasional memproduksi film film sejarah yang objktif, atau film
documenter dan film yang diangkat dari kehidupan sehari hari secara berimbang.
15
Panca Javandalasta. 5 Hari Mahir Bikin Film. Surabaya. Mumtaz Media .2011. Hal 2
Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, dan Dra. Siti Karlinah, M.Si, Komunikasi Massa Suatu
Pengantar. Bandung. Simbiosa Rekatama Media. 2009. Hal 145
16
14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.4
Film Dokumenter
2.4.1 Sejarah Film Dokumenter
Konsep
film
factual dan film dokumentasi
yang
berkolaborasi
menghasilkan suatu karya film documenter atau program televise disebut sebagi
documenter televise. Film documenter marak dibuat dan telah menjadi industry
film yang berkembang pesat didunia. Film documenter berkembang pesat seiring
kemajuan teknologi dan permasalahan yang lebih kompleks dalam kehidupan
manusia secara regional maupun internasional. Saat ini film documenter semakin
kreatif merekam genjarnya kemajuan penemuan ilmiah (teknologi canggih),
timbulnya beragam jenis penyakit mematikan diiringi serum antivirusnya,
sehingga konflik antar kelompok/Negara yang menyulut perang singkat sampai
jangka waktu lama dengan peralatan ringan sampai menggerakan kapal induk
organisasi militer internasional.
Karya documenter merupakan film yang menceritakan sebuah kejadian
nyata dengan kekuatan ide kreatornya dalam merangkai gambar gambar menarik
menjadi istimewa secara keseluruhan. Isitilah documenter pertama kali digunakan
oleh John Gierson yang pertama kali mengkritik film film karya Robert Flaherty
di New York Sun pada 8 Februari 1928. Salah satunya adalah yang berjudul
Nanook Of The North., film tersebut tidak lagi sekedar mendongeng ala
Hollywood. Gierson kemudian menyampaikan pandangannya bahwa apa yang
dilakukan oleh Flaherty tersebut merupakan sebuah perlakuan kreatif terhadap
15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
kejadian kejadian actual yang ada. A Creative Treatment of Actuallity (John
Gierson).17
Kemudian berkembang beberapa definisi lain tentang pengertian film
documenter, menurut Paul Wells: film non fiksi yang menggunakan footage yang
actual, dimana termasuk didalamnya perekaman langsung dari peristiwa yang
akan disajikan dan materi riset yang berhubungan dengan peristiwa itu, misalnya
hasil waawancara, statistic dan sebagainya. Film seperti ini biasanya disuguhkan
dari sudut pandang tertentu dan memsuatkan perhatiannya pada sebuah isu isu
social tertentu yang sangat memungkinkan untuk dapat menarik perhatian
penontonnya. 18
2.4.2 Jenis Jenis Film Dokumenter
Dalam film, terutama film cerita, banyak sekail genre yang sudah dikenal
oleh masyarakat seperti melodrama, western, gangster, horror, science fiction (scifi), komedi, action, perang detektif. Namun dalam perjalanannya, genre film
tersebut sering dicampur satu sama lainnya, seperti horror-komedi, komedi –
western, dan horror - scifi, selain itu genre juga bias masuk kedalam dirinya lebih
spesifik yang kemudian dikenal dengan sub genre sepert screw-ball comedy,
situation comedy, slapstick, black comedy, dan komedi satir.
17
18
Fajar Nugroho. Cara Pintar Bikin Film Dokumenter. Yogyakarta. Indonesia Cerdas. Hal 34
E. Beaver Frank. Dictionary of Films Terms, An Imprint Of Simon. New York : 1994. Hal 119
16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Demikian pula dalam film documenter, mencuplik dari buku yang
berjudul documenter : Dari Ide Sampai Produksi, Gerzon R. Ayawalia membagi
genre menjadi 11 jenis :19
a. Dokumenter Laporan Perjalanan
John Grieson pernah membuat sebuah film berjudul Song Of Ceylon yang
merupakan laporan perjalanannya dinegri yang sekarang bernama Sri
Langka. Disutradai oleh Basil Wright, film ini terbagi menjadi 4sequence,
pertama tentang Buddha dan penganutnya, dimana diperlihatkan
kehidupan keagamaan serta perjalanan umat ke keindahan pulau dan
aktivitas penghuninya, menceritakan tentang wilayah yang sekarang
dikenal sebagai Sri Langka.
Pengemasan documenter perjalanan lebih kritis dan radikal dalam
mengupas permasalahan. Lebih banyak menggunakan wawancara untuk
mendapatkan informasi lengkap mengenai opini public. Menekankan pada
visi dan solusi mengenai proses menuju inovasi, dikembangkan dengan
wawancara disertai komentar kritis untuk mrmbrntuk opini baru.
b. Dokumenter Sejarah
Film documenter juga busa menceritakan sejarah perjuangan suatu bangsa,
berisi perjuangan tokoh tokoh pahlawan untuk mengenang berdirinya
suatu Negara yang mengalami proses perlawanan menjadi Negara yang
merdeka. Film documenter genre sejarah sangat kental aspek referential
Gerzon R. Ayawalia. Documenter : Dari Ide Sampai Produksi. Jakarta. FFKT IKJ Press. 2009.
Hal 37-48
19
17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
meaningnya. Adapun tiga hal penting dalam documenter sejarah adalah
waktu peristiwa, lokasi sejarah, dan tokoh perilaku sejarah tersebut.
c. Dokumenter Potret atau Biografi
Ada beberapa istilah documenter potret, biografi dan profil yang merujuk
kepada hal yang sama untuk menggolongkannya. Pertama, potret yaitu
film documenter yang mengupas aspek human interest dari seseorang. Plot
yang diambil biasanya adalah hanya peristiwa peristiwa yanag dianggap
penting dan krusial dari orang tersebut. Kedua, biografi yang cenderung
mengupas secara kronologis dan secara garis penceritaan bias dari awal
tokoh lahirnya hingga saat tertentu diinginkan oleh pembuat filmnya. Film
The Day After Trinity (1981) karya Jon Else adalah salah satunya. Ketiga,
profil. Sub genre ini walaupun banyak persamaannya namun memiliki
perbedaan dengan dua diatas terutama karena adanya unsur periwara
(iklan/promosi) dari tokoh tersebut. Profil umumnya lebih banyak
membahas aspek aspek positif tokoh sperti keberhasilan ataupun kebaikan
yang dilakukannya.
d. Dokumenter Perbandingan dan Kontradiksi
Documenter ini mengetengahkan sebuah perbandingan, bias dari
seseorang atau sesuatu yang bersifat budaya, perilaku dan peradaban suatu
bansa. Misalnya, perbedaan pengalaman berhaji tiga orang dari tiga tempat
yang berbeda di film Inside Mecca, film documenter Hoop Dreams (1994)
yang dibuat oleh Steve James.
18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
e. Dokumenter Ilmu Pengetahuan
Film documenter genre ini sesungguhnya yang sangat dekat dengan
masyarakat Indonesia, misalnya saja pada masa Orde Baru, TVRI sering
memutar program berjudul Dari Desa Ke Desa, yang menceritakan
pembangunan desa untuk meningkatkan kualitas hidup rakyat. Serta film
documenter asing yang beli dari BBC Inggris yang banyak dikenal dengan
nama Flora dan Fauna. Film ilmu pengetahuan sangat banyak variasinya
sejak RCTI memutar program Beyond 2000, yaitu film ilmu pengetahuan
yang berhubungan dengan teknolohi masa depan.
f. Dokumenter Nostalgia
Documenter yang mengisahkan kilas balik dan napak tilas, misalnya
napak tilas tentara Amerika veteran perang Vietnam. Dikemas dengan
menggunakan penuturan perbandingan. Film film jenis ini sebenarnya
dekat dengan jenis sejarah, namun biasanya banyak mengetengahkan kilas
balik atau napak tilas pada kejadian kejadian dari seseorang atau satu
kelompok.
g. Dokumenter Musik
Genre music memang tidak setua genre lain, namun pada masa 1980
hingga sekarang, documenter ini sangat banyak diproduksi. Memang salah
satu awalnya muncul ketika Domn Alan Pannebaker mebuat film film
yang sebenarnya hanya mendokumentasikan pertunjkan music. Misalnya
ketika membuat Don’t Look Back yang menggambarkan seorang seniman
muda berusia 23 tahun bernama Bob Dylan. Sekarang ini ia lebih dikenal
19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dengan penyanyi lagu lagu balada. Pada musim semi 1965. Bob Dylan
menghabiskan tiga minggu di inggris. Dengan kameranya, Don
Pannebaker mengikuti seniman tersebut dari bandara ke tempat ia
menyanyi, dari hotel ke balai rakyat, dari sebuah obrolan ke salah satu
konsernya. Ini adalah masa di mana Dylan beralih dari peralatan music
akustik ke perlatan msuik elektrik, sebuah transisi yang tidak semua
penggemarnya suka, bahkan termasuk pacarnya Joan Baez yang juga
seorang penyanyi.
2.5
Komunitas
Komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain
lebih dari yang seharusnya, dimana dalam komunitas terjadi relasi pribadi yang
erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau
values.20
Komunitas adalah sebuah kelompok social dari beberapa organisme yang
berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama.
Dalam komunitas manusia. Individu-individu didalamnya dapat memiliki maksud,
kepercayaan, sumber daya, prefensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain
yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa latin communitas yang berarti
20
Hermawan Kertajaya. Karakteristik Entrepreneur. Jakarta. PT. Gramedia, Pustaka Utama. 2008.
Hal 20
20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
“kesamaan”.
Kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti “sama,
public, dibagi oleh semua atau banyak”. 21
2.6
Respon
Respon merupakan suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik
sebelum pemahaman yang mendetail, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka
atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu. Selain itu
menurut Daryl Beum, respon diartikan sebagai tingkah laku balas atau sikap yang
menjadi tingkah laku atau adu kuat.22 Respon juga diartikan sebagai suatu proses
pengorganisasian
rangsang
dimana
rangsangan
rangsangan
proksimal
diorganisasikan sedemikian rupa sehingga terjadi representasi fenomenal dari
rangsangan rangsangan proksimal tersebut.
Respon pada prosesnya didahului oleh sikap seseorang, karena sikap
merupakan kecendrungan atau kesedihan seseorang untuk bertingkah laku jika ia
menghadapi suatu rangsangan tertentu. Jadi berbicara mengenai respon tidak
terlepas pembahasannya dengan sikap. Dengan melihat sikap seseorang atau
sekelompok orang terhadap sesuatu, maka akan diketahui bagaimana respon
mereka terhadap kondisi tersebut.
Dalam menanggapi suatu respon seseorang akan muncul respon positif
yakni menyenangi, mendekati dan mengharapkan suatu objek, dan respon
Ibid. Hal 21
Adi Isbandi R. Psikologi Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Jakarta. PT. Raja
Grafindo Persada. 1994. Hal 105
21
22
21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
negative yakni apabila informasi yang didengarkan atau perbuhan suatu objek
tidak mempengaruhi tindakan atau menjadi menghindar dan membenci objek
tertentu.23
Menurut Louis Thursone, respon merupakan jumlah kecendrungan dan
perasaan, kecurigaan, dan prasangka, pra pemahaman yang mendetail, rasa takut,
ancaman dan keyakinan tentangsuatu hal yang khusus.
Diketahui bahwa pengungkapan sikap dapat melalui :
a. Pengaruh atau penolakan
b. Penilaian
c. Suka atau tidak suka
d. Kepositifan atau kenegatifan suatu objek psikologis
Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon seseorang atau
sekelompok orang terhadap objek objek tertentu seperti perubahan lingkungan
atau situasi lain. Sikap yang muncul dapat postif yakni cenderung menyenangi,
mendekati dan mengharapkan suatu objek. Sebaliknya seseorang mempunyai
respon negative apabila informasi yang didengarkan atau perubahan suatu objek
tidak mempengarhui tindakan atau malah menghindar dan membenci objek
tertentu.
Terdapat dua jenis variable yang mempengaruhi respon, yaitu :
1.
variable structural yakni factor – factor yang terkandung dalam
rangsangan fisik.
23
Walgito. Peran Psikologi Di Indonesia. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. 2000. Hal 23
22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.
Variable fungsional yakni factor factor yang terdapat dalam diri si
pengamat, misalnya kebutuhan suasana hati, pengalaman masa lalu. 24
2.7
Teori S – O – R
Semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian menjadi juga teori
komunikasi, tidak mengherankan, karena objek material dan psikologi dan ilmu
komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen
komponen : sikap, opini, perilkau, kognisi, afeksi, dan konasi (Effendy,2003 :
254). Teori ini merupakan konsep awal sebagai efek komunikasi massa yang oleh
para teoretisi komunikasi tahun 1970-an dinamakan pula hypodemic needle
theory yang dapat diterjemahkan sebagai teori harum hipodermik.
Dalam penilitian ini model komunikasi yang digunakan adalah 25 :
a. Pesan ( Stimulus, S)
b. Komunikasi ( Organism, O )
c. Efek ( Respon, R )
Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek
“how” bukan “why”. Jelasnya how to communicate dalam ini bukan how to
change the attitude (bagaimana mengubah sikap komunikan). Dalam proses
perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah jika stimulus yang menerpa
benar benar melebihi semula. Model ini mengemukakan bahwa tingkah laku
social dapat dimengerti melalui suatu analsis dari stiumulus yang diberikan dan
W.Sarlito Sarwono. Psikologi Remaja. Jakarta. Rajawali Pers.1991. Hal 47
Onong Uchjana Effendy. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung. PT Citra Aditya Bakti.
2003. Hal 254
24
25
23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dapat mempengaruhi reaksi spesifik dan didukung oleh hukuman maupun
penghargaan sesuai dengan reaksi yang terjadi. Dengan kata lain, menurut
Effendy ( 2003 : 254 ), efek yang ditimbulkan ssuai dengan teori S-O-R yang
merupakan reaksi yang bersifat khusus terhadap stimulus khusus, sehingga
seseorang dapat mengharapkan atau meperkirakan kekesusaian antara pesan dan
reaksi komunikan.
Prinsip teori ini pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang
sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dengan
demikian, seseorang dapat mengharapkan atau memperkirakan suatu kaitan yang
erat antara pesan pesan media dan reaksi audiens.
Dalam proses perubahan sikap, maka sikap komunikan hanya dapat
berubah apabila stimulus yang menerpanya benar benar melebihi apa yang pernah
didalaminya.
Prof. Dr. Mar’at (Effendy, 2003 : 255) dalam bukunya “ Sikap Manusia,
Perubahan Serta Pengukurannya” mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelly
yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap baru, ada tiga variable penting
yaitu: perhatian, pengertian, penerimaan yang diuraikan sebagai berikut 26 :
1. Perhatian adalah melihat dengan lama dan teliti, mengamati, dan menilik.
2. Pengertian adalah gambaran / pengetahuan tentang sesuatu dalam pikiran,
pemahaman, kesanggupan intelegensi untuk menangkap makna situasi
atau perbuatan.
26
Ibid. Hal 255
24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3. Penerimaan adalah mengakui (apa yang diterima) dalam hal ini berupa
perlakuan, sikap terhadap objek.
Respon atau perubahan sikap bergantung padda proses indivdu. Stimulus yang
merupakan pesan yang disampaikan kepada komunikan dapat diterima atau
ditolak, komunikasi yang terjadi dapat berjalan apabila komunikan memberikan
perhatian terhadap stimulus yang disampaikan kepadanya. Sampai pada proses
komunikan tersebut memikirkannya sehingga timbul pengertian dan penerimaan
atau mungkin sebaliknya.
Dari uraian diatas, maka proses komunikasi S-O-R dalam penilitian ini dapaat
digambarkan sebagi berikut :
Gambar 2.7.1
Teori S-O-R
Stimulus
Organism :
 Perhatian
 Pengertian
 Penerimaan
Respon
25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Adapun keterkaitan model S-O-R dalam penilitian ini adalah :
a. Stimulus yang dimaksud adalah rangsangan yang berupa isi tayangan
documenter The Beatles Eight Days A Weeks
yang meliputi tingkah
frekuensi, durasi, intensitas responden, tingkat perhatian, pengertian atau
pengetahuan responden dalam tayangan documenter tersebut.
b. Organism yang dimaksud adalah anggota komunitas BMI.
c. Respon yang dimaksud adalah tanggapan khalayak penonton documenter
The Beatles Eight Days A Weeks dikalangan komunitas BMI.
2.8
Khalayak
2.8.1 Pengertian Khalayak
Khalayak dalam bahasa inggris adalah audience. Sedangkan dalam bahasa
Indonesia artinya adalah orang banyak, orang ramai, public, kelompok tertentu di
masyarakat yang menjadi sasaran komunikasi.27
Khalayak merupakan konsep ilmu komunikasi artinya masyarakat manusia
menjadi tujuan dari penyampaian isi pernyataan. Sedangkan proses komunikasi
kepada manusia lebih mudah jika dibandingkan kepada khalayak. Hal ini sangat
beralasan, sebab manusia terntentu mungkin sudah kita kenal yang terdiri dari satu
atau beberapa orang. Khalayak itu sendiri konteks komunikasi memiliki
pengertian, suatu proses dimana organisasi media memproduksi dan menyebarkan
27
Hoeta Soehet. Teori Komunikasi I. Jakarta. Yayasan Kampus Tercinta IISIP. 2002. Hal 36
26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
pesan pada public secara luas pada sisi lain merupakan proses dimana tersebut
dicari, digunakan dan dikonsumsi oleh audience itu sendiri. 28
Khalayak juga merupakan factor penentu keberhasilan komunikasi, karena
komunikator tentunya sebagai patokan keberhasilan upaya komunikasi yang ia
lakukan itu apabila pesan yang disampaikan melalui suatu saluran atau media
dapat diterima sampai ke khalayak sasaran. Dipahami dan mendapat tanggapan
positif, dalam arti sesuai dengan harapan yang diinginkan komunikator.
2.8.2 Karakteristik Khalayak
Khalayak memiliki beberapa karakteristik, yaitu : 29
a. Khalayak sebagai penggarap informasi.
Pada dasarnya proses pengolahan informasi yang terjadi pihak
penerima (khalayak) bersifat “selektif”. Pihak penerima pesan pada
saat berhadapan dengan “bentuk informasi” tertentu akan melakukan
“decoding” (pemecahan atau pengintepretasian kode). Akhirnya, tidak
semua isi informasi akan diserap oleh si penerima secara utuh. Artinya,
satu atau beberapa bagian dari isi pesan itu tidak akan dicerna atau
diolah karena tidak masuk dalam kerangka pengetahuan dan
pengalaman hidupnya, atau karena dipandang tidak sesuai denan
keperluan, minat, dan keinginannya.
28
29
Sendjaja Sasa Djuarsa. Teori Komunikasi. Jakarta. Universitas Terbuka. 2002. Hal 51
Rahmat Jalaludin. Psikologi Komunikasi. Bandung. Remaja Rosdakarya. 2003. Hal 74
27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
b. Khalayak sebagai “problem solver”
Khalayak jelas tidak terlepas dari permasalahan kehidupan yang
mereka hadapi. Mereka juga akan selalu berupaya mencari cara cara
pemecahannya. Dari pihak penerima pesan, salah satu fungsi yang
diharapkan dari penyebaran informasi melalui media massa adalah,
bahwa informasi tersebut mampu membantu memcahkan masalah
yang dihadapi. Dengan demikian informasi atau pesan yang dipandang
tidak membantu mereka dalam memecahkan masalah atau malah
mungkin menambah kesulitan/permasalahan baru, jelas tidak akan
mendapat perhatian mereka.
c. Khalayak sebagai mediator
Pada dasarnya proses penyebaran informasi tidak berhenti pada
khalayak sasaran secara langung sebagai barisan pertama. Arus
penyebaran informasi bias melalui berbagai tahap dan barisan.
Proses penyebaran informasi yang demikia lazin disebut sebgai “multistep flow of communication”. Seorang warga khalayak setelah
menerima informasi dari suatu medium kemungkinan besar akan
kembali meneruskan informasi tersebut kepada orang orang lainnya.
Dan orang orang yang menerima informasi inipun selanjutnya akan
menyampaikan kembali ke orang orang lainnya.
Dalam proses pengolahan infomasi terjadi proses seleksi yang
mencangkup
perhatian (selectve
attention),
presepsi (selective
perception), dan daya ingat (selective recall).
28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
d. Khalayak mencari pembela
Pada suatu waktu seseorang dapat mengalami krisis keyakinan dan
diliputi rasa ketidakpastian. Hal ini bias terjadi karena adanya sesuatu
yang baru yang mempengaruhi keyakinannya, atau karena factor factor
lainnya. Dalam keadaan demikian irang tersebut akan berupaya
mencari data dan informasi yang dipandang bias menudkung atau
membela keyakinannya.
Motivasi mencari informasi yang diharapkan akan dapat menjadi
“pembela” keyakinaknmerupakan salah satu factor yang mendorong
terjadinya seleksi media.
Dengan perkataan lain, seseorang memilih satu medium ternteu dengan
alas an bahwa informasi yang diperoleh dari medium tersebut mampu
mendukung atau memperkuat keyakinannya.
e. Khalayak sebagai anggota kelompok
Sebagai mahkluk social, seorang individu juga terikat oleh nilai nilai
kelompok yang diikutinya, baik secara formal maupun informal. Yang
dimaksud dengan kelompok formal disini antara lain ABRI, KORPRI,
Serikat Buruh, Dll. Sedangkan yang termasuk kelompok informal
misalnya kelompok kelompok sperti pecinta alam, kelompok olah
raga, dll.
f. Khalayak sebagi kelompok
Secara sosiologis masyarakat terdiri dari kelompok kelompok orang
yang mempunyai ciri ciri tertentu. Ciri ciri bias menyangkut ciri
29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
demografis seperti jenis kelamin, usia, pekerjaan, suku bangsa, dan
bias juga berdasarkan ciri ciri nondemografis seperti nilai, hobi,
orientasi dan lain lain.
Cara berbicara dengan kalangan orang tua tentunya berbeda dengan
kalangan anak muda. Kaitannya dengan proses penyebaran informasi
melalui media massa adalah bahwa diperlukan adanya segmentasi
khalayak. Melalui segmentasi ini khalayak dipandang sebagai suatu
kelompok yang secara relative mempunyai ciri ciri yang tidak terlalu
beragam. Dengan demikian, penyajian pesan/informasi dengan
sendirinya akan disesuaikan dengan kondisi atau karakterstik dari
kelompok khalyaak sasaran.
g. Selera Khalayak
Dalam kaitannya dengan media massa seoerti surat kabar dan majalah
selera khalayak ini bias menyangkut aspek aspek jeins isi informasi,
misaknya informasi politik, ekonomi, social, dam budaya. Teknik
penyajian (bentuk huruf, lay-out) atau bentuk / formatnya (surat kabar,
majalah, tabloid, sheet). Agar penyampaian informasi mncapai
sasarannya, terlebih dahulu perlu diketahui apa dan bagaimana selera
dari calon sasaran khalayak yang akan dituju. Selera khalayak ini bias
juga berubah ubah.
30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download