UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

advertisement
BAB II
URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu
Simbolon (2006) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Resiko
Sistematis dan Faktor Fundamental Terhadap Tingkat Pengembalian Saham
Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah faktor fundamental (Earning Per Share, Debt
to Equity Ratio dan Price Earning Ratio) mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap tingkat pengembalian saham. Uji hipotesis dilakukan dengan
menggunakan analisis regresi linear berganda, mendapatkan hasil bahwa seluruh
varibael bebas secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
tingkat pengembalian saham dengan koefisien determinasi sebesar 24 %,
sedangkan jika diuji secara parsial maka variabel Earning Per Share dan Debt to
Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian saham
sementara Price Earning Ratio mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
tingkat pengembalian saham dengan nilai sig. sebesar 0,005.
Purba (2008) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Faktor
Fundamental Terhadap Tingkat Pengembalian Saham Perusahaan Perbankan
Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah faktor fundamental (Earning Per Share, Debt to Equity Ratio dan Price
Earning Ratio) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
pengembalian saham, dengan hipotesis bahwa faktor fundamental secara
serempak maupun parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
pengembalian saham. Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif
20
Universitas Sumatera Utara
dan statistik (analisis regresi linier berganda), dengan menggunakan data Tahun
2002-2006 pada 15 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
dalam bentuk laporan tahunan. Hasil uji serempak menunjukkan bahwa faktor
fundamental yakni Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER) dan
Debt to Equity Ratio (DER) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
tingkat pengembalian saham dengan nilai F-hitung sebesar 6592.166 dan
persamaannya adalah: Y = 34.839 + 3.037(X1) +2.033(X2) – 0.175(X3). Hasil uji
parsial menunjukkan bahwa faktor fundamental yakni Earning Per Share (EPS),
Price Earning Ratio (PER) dan Debt to Equity Ratio (DER) mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap tingkat pengembalian saham dengan nilai t-hitung secara
berturut-turut sebesar 11.278, 7.387 dan 3.698. Nilai R square variabel bebas
terhadap variabel terikatnya sebesar 0.996 yang berarti bahwa 99.6% tingkat
pengembalian saham dapat dijelaskan oleh Earning Per Share (EPS), Price
Earning Ratio (PER) dan Debt to Equity Ratio (DER) sedang sisanya 0.4%
dijelaskan sebab-sebab lain. Diantara ketiga variabel tersebut Earning Per Share
merupakan variabel yang lebih dominan berpengaruh terhadap tingkat
pengembalian saham dengan nilai beta tertinggi yaitu sebesar 2,871.
Winarto (2007) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kinerja
Keuangan Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Jakarta Tahun 2005”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kinerja
keuangan perusahaan yang diwakili oleh rasio Debt to Equity Ratio (DER),
Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value
(PBV). Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEJ tahun 2005. Jumlah sampel yang digunakan adalah 43
Universitas Sumatera Utara
perusahaan dari 151 perusahaan yang diambil menggunakan purposive sampling.
Periode pengamatan ini tahun 2005. Teknik regresi berganda digunakan untuk
menguji pengaruh Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS), Price
Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV) terhadap return saham. Nilai F
sebesar 6.009 dengan tingkat signifikansinya 0.001 menunjukkan adanya
pengaruh variabel independen terhadap varabel dependen. Dengan demikian ada
pengaruh signifikan dari Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS),
Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV) terhadap return saham
sehingga empat variabel independen bisa digunakan analis dan investor untuk
memprediksi return saham.
Dari keempat variabel independen hanya tiga
variabel yang mempengaruhi return saham yaitu DER. EPS, dan PBV ditunjukkan
dari t hitung > t tabel yaitu DER sebesar -2.227, EPS sebesar 3.448, dan PBV
sebesar -2.284 sedangkan t tabel sebesar 1.684. Adjusted R2 yang diperoleh
sebesar 0.387 berarti bahwa 38.7% perubahan harga saham dapat dijelaskan oleh
Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio
(PER), Price to Book Value (PBV) sedang sisanya 61.30% dijelaskan sebab-sebab
lain. Kesimpulan dari penelitian ini adalah secara simultan variabel DER, EPS,
PER dan PBV berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.
Secara
parsial ternyata dari empat variabel independen yang digunakan ada tiga variabel
independen yang mempengaruhi return saham secara signifikan yaitu Debt to
Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS), Price to Book Value (PBV).
Pengaruh Price Earning Ratio (PER) terhadap return saham tidak signifikan,
berarti .pada tahun 2005 investor kurang memperhatikan kondisi emiten
khususnya rasio PER dalam melakukan investasi saham.
Universitas Sumatera Utara
B. Pengertian Saham
Saham dapat didefinisikan sebagai surat berharga sebagai bukti penyertaan
atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan (Anoraga
Pandji, 2001 : 58). Dengan memiliki saham suatu perusahaan maka investor akan
mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan setelah dikurangi
dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan, persentase kepemilikan hak
tersebut tergantung jumlah saham yang dimiliki investor.
Harga saham yang terjadi di pasar sangat berfluktuasi tergantung dari
jumlah permintaan dan penawaran saham tersebut. Harga saham akan cenderung
naik apabila suatu saham mengalami kelebihan permintaan dan akan cenderung
turun apabila mengalami kelebihan penawaran.
Darmadji (2001: 8) menyatakan bahwa pada dasarnya ada dua jenis return
yang diperoleh pemodal dengan membeli atau memiliki saham yaitu dividen dan
capital gain. Jika ada, pemegang saham juga dimungkinkan untuk mendapat
saham bonus
1. Dividen
Pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham
tersebut. Atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan, dividen tersebut diberikan
berdasarkan persetujuan dari pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS). Dividen merupakan salah satu motivator bagi pemegang saham
yang berorientasi pada inveastasi jangka panjang.
Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai dan
dividen saham. Dividen tunai adalah dividen yang dibagikan kepada pemegang
saham dalam bentuk uang tunai dalam jumlah tertentu untuk setiap saham,
Universitas Sumatera Utara
sedangkan dividen saham adalah deviden yang dibagikan dalam bentuk sejumlah
saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian
dividen tersebut.
2. Return Total
Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dari suatu
periode tertentu. Return saham total terdiri dari capital gain (loss) dan yield
sebagai berikut ini (Jogiyanto, 2000:106):
Return = yield + Capital gain (loss)
Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga
investasi periode tertentu dari suatu investasi. Untuk saham, yield adalah
persentase dividen terhadap harga saham periode sebelumnya. Untuk obligasi,
yield adalah persentase bunga pinjaman yang diperoleh terhadap harga obligasi
sebelumnya.
Capital gain (loss) merupakan selisih untung (rugi) dari harga invetasi
sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Jika harga investasi sekarang
lebih tinggi dari investasi periode lalu ini berarti terjadi keuntungan modal
(capital gain), sebaliknya terjadi kerugian modal (capital loss).
3. Capital gain
Capital gain merupakan keuntungan yang diperoleh pemegang saham
akibat fluktuasi harga yang terjadi di pasar modal ketika pemegang saham tersebut
menjual sahamnya, berbeda dengan dividen, capital gain merupakan daya tarik
bagi pemegang saham yang berorientasi pada investasi jangka pendek. capital
gain akan diperoleh apabila harga saham pada saat penjualan lebih tinggi
dibandingkan harga saham pada saat pembelian.
Universitas Sumatera Utara
Pemegang saham selain mendapat dua keuntungan tersebut, juga
dimungkinkan mendapatkan saham bonus (jika ada).
Saham yang dibagikan
perusahaan kepada para pemegang saham yang diambil dari agio saham, yaitu
selisih antara harga jual terhadap harga nominal saham tersebut pada saat
perusahaan melakukan penawaran umum di pasar perdana.
Para pemegang saham selain mendapatkan keuntungan dari penanaman
modalnya, juga dapat mengalami kerugian dalam waktu singkat akibat fluktuasi
harga saham (Tambunan, 2007 : 89), kerugian tersebut antara lain:
a. Tidak mendapat dividen
Potensi keuntungan pemodal ditentukan oleh kinerja perusahaan, jika
operasi
perusahaan tidak menghasilkan keuntungan, dengan kata lain
perusahaan mengalami kerugian, maka perusahaan tersebut tidak dapat
membagikan dividen.
b. Capital loss
Fluktuasi harga saham yang terjadi tidak hanya mengakibatkan pemegang
saham memperoleh keuntungan (capital gain) namun dapat menyebabkan
kerugian (capital loss) hal ini terjadi apabila harga pada saat penjualan
saham lebih rendah dibandingkan harga saat pembelian saham tersebut.
c. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi.
Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di bursa efek, maka jika suatu
perusahaan bangkrut atau dilikuidasi maka secara otomatis, saham
perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa (didelist). Dalam kondisi
tersebut, maka pemegang saham akan menempati posisi lebih terendah
dibanding kreditor atau pemegang obligasi, artinya setelah semua asset
Universitas Sumatera Utara
perusahaan yang dilikuidasi tersebut dijual, terlebih dahulu dibagikan
kepada para kreditor atau pemegang obligasi dan jika masih terdapat sisa,
baru dibagikan kepada para pemegang saham.
d. Saham di-delist dari bursa (delisting)
Suatu saham perusahaan di-delist dari bursa umumnya karena kinerja yang
buruk misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan,
mengalami kerugian beberapa tahun, tidak mendapatkan dividen secara
berturut-turut selama beberapa tahun dan berbagai kondisi lainnya sesuai
dengan peraturan pencatatan efek di bursa saham yang telah di delist tentu
saja tidak dapat lagi diperdagangkan di bursa dengan konsekuensi tidak
terdapat patokan harga yang jelas dan jika terjual biasanya dengan harga
yang jauh dari harga sebelumnya.
e. Saham di-suspend
Saham di-suspend berarti saham tersebut dihentikan perdagangannya
sementara oleh otoritas bursa, dan pemodal tidak dapat menjual sahamnya
sampai suspend dicabut.
Suspend biasanya berlangsung dalam waktu
singkat, misalnya satu sesi perdagangan namun dapat pula berlangsung
dalam kurun waktu beberapa hari perdagangan. Hal tersebut dilakukan
otoritas bursa jika misalnya suatu saham mengalami lonjakan harga yang
luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh kreditornya dan berbagai
kondisi lainnya yang mengharuskan otoritas bursa mensuspend saham
perusahaan tersebut, untuk kemudian dimintakan konfirmasi dan informasi
lainnya dari perusahaan tersebut, sedemikian hingga informasi yang belum
jelas tersebut tidak menjadi ajang spekulasi. Jika telah didapatkan suatu
Universitas Sumatera Utara
informasi yang jelas, maka suspend atas saham tersebut dapat dicabut oleh
bursa dan saham dapat diperdagangkan kembali seperti semula.
C. Konsep Tingkat Pengembalian Saham
Pada dasarnya tujuan investasi adalah memperoleh imbalan atas dana yang
ditanamkannya, imbalan ini sering disebut dengan tingkat pengembalian saham
atau dalam portofolio sering disebut dengan return. Return merupakan hasil yang
diperoleh dari investasi, return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi
atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di
masa mendatang, return realisasi dihitung berdasarkan data historis (Jogiyanto,
2000 : 107)
Salah satu pengukuran return realisasi adalah return total. Return total,
merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode yang
tertentu (Jogiyanto, 2000 : 107). Return total terdiri dari capital gain (loss) dan
yield (persentase dividen terhadap harga saham periode sebelumnya).
Pada aktivitas investasi hubungan antara resiko dan return merupakan
hubungan yang tidak dapat dipisahkan.
Semakin besar resiko yang harus
ditanggung, semakin besar return yang harus di kompensasikan (Jogiyanto, 2000 :
124). Return yang diharapkan dari sekuritas terdiri dari dua komponen utama
penyusun tingkat return yang disyaratkan investor (Required Rate of Return),
yaitu tingkat return bebas resiko dan premi resiko.
Universitas Sumatera Utara
D. Analisis Fundamental
Analisis fundamental merupakan analisis terhadap faktor-faktor yang
diidentifikasikan dapat mempengaruhi harga saham.
Faktor –faktor tersebut
diantaranya kinerja perusahan secara keseluruhan yang diukur dari tingkat
penjualan, pertumbuhan penjualan, kebijakan deviden, dan manajemen.
Tambunan
(2007:117)
menyatakan
bahwa
Earning
Per
Share
menginformasikan kepada pemegang saham atas investor tentang banyaknya
keuntungan yang dihasilkan setiap saham. Semakin tinggi tingkat Earning Per
Share akan semakin baik karena investor akan tertarik menanamkan investasinya
kedalam perusahaan dengan anggapan akan mendapatan pengembalian saham
yang tinggi.
Tambunan (2007:117) juga menyatakan bahwa Price Earning Ratio
merupakan rasio antara harga pasar saham (stock market price) dengan laba per
saham (EPS). Price Earning Ratio (PER) yang rendah menunjukkan ekspektasi
investor tentang prestasi dan tingkat pengembalian saham perusahaan dimasa
yang akan datang cukup tinggi artinya waktu yang diperlukan untuk mengubah
perlembar saham menjadi penerimaan (laba) akan semakin cepat, dan Tambunan
(2007:117) juga menyataan bahwa Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan
antara total debt (total hutang yang berbunga atau interest bearing debt, baik
jangka panjang maupun janga pendek) dengan stockholders’ equity (ekuitas
pemegang saham), semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan
cenderung
menggunakan utang sebagai sumber pembiayaan dari pada
menggunakan modal sendiri, tingginya rasio ini akan mengakibatkan utang yang
bertambah dan sangat mempengaruhi penurunan nilai pengembalian saham.
Universitas Sumatera Utara
Francis (2000 : 603) juga mengatakan bahwa dalam mempersiapkan nilai
taksiran dari sekuritas, analisis fundamental menjadi dasar keputusan keuangan
dan perekonomian dari perusahaan yang menerbitkan sekuritas tersebut,
mengestimasi nilai dari faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga
saham dimasa yang akan datang serta menerapkan hubungan faktor-faktor
tersebut, dapat menjadi panduan pengembalian sekuritas pada perusahaan penerbit
sekuritas.
Analisis
fundamental menyatakan
bahwa setiap
investasi saham
mempunyai landasan yang kuat yang disebut dengan nilai intrinsik yang dapat
ditentukan melalui analisis terhadap kondisi perusahaan pada saat sekarang dan
prospeknya dimasa yang akan datang. Nilai intrinsik merupakan nilai saham yang
sebenarnya atau nilai saham yang seharusnya terjadi.
Investor kemudian melakukan estimasi terhadap nilai intrinsik dan hasil
dari estimasi ini akan dibandingkan dengan nilai pasar sekarang sehingga dapat
diketahui saham yang overvalued dan saham yang undervalued. Jika nilai pasar
suatu saham lebih tinggi dari nilai intrinsiknya maka saham tersebut tergolong
mahal (overvalued) dan sebaliknya jika nilai pasar suatu saham di bawah nilai
intrinsiknya berarti saham tersebut tergolong murah (undervalued) (Tandelilin,
2001 : 183).
Analisis fundamental merupakan analisis yang mencoba memperkirakan
harga saham di masa yang akan datang dengan cara mengestimasi nilai dari faktor
fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan
menerapkan hubungan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga
saham sekaligus keuntungan (return).
Universitas Sumatera Utara
Pada umumnya faktor-faktor fundamental yang diteliti adalah nilai
instrinsik, nilai pasar, Return on Total Asset (ROA), Return on Total Investment
(ROI), Return on Equity (ROE), Book Value (BV), Debt to Equity Ratio (DER),
Deviden Earning, Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Deviden
Payout Ratio (DPR), Deviden Yield dan likuiditas saham.
Faktor Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER), suatu
perusahaan digunakan untuk melihat apakah harga saham suatu perusahaan sesuai
dengan nilai pasarnya. Earning Per Share (EPS) menggambarkan jumlah rupiah
yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa, EPS juga merupakan salah satu
indikator keberhasilan perusahaan, para calon pemegang saham tertarik pada EPS
yang besar, semakin tinggi EPS maka semakin tinggi harga saham begitu juga
dengan pendapatan (return) baru perusahaan tersebut.
Price Earning Ratio (PER) merupakan rasio antara harga saham dengan
pendapatan setiap lembar saham, PER juga merupakan indikator perkembangan
atau pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang. PER memiliki hubungan
yang negatif dengan harga saham sehingga jika PER meningkat maka harga
saham akan turun begitu juga tingkat pengembalian investasi saham.
Debt to Equity Ratio (DER) digunakan untuk melihat perbandingan antara
hutang dan modal yang ada. Seorang investor sangat penting memperhatikan
DER suatu perusahaan, karena suatu perusahaan yang mempunyai DER yang
tinggi berarti perusahaan tersebut mempunyai hutang yang besar, jika
dibandingkan dengan modal yang dimiliki.
Universitas Sumatera Utara
Download