Saatnya Mencari Tuhan Ditulis oleh Manati I. Zega Selasa, 28 April 2009 00:09 Kemelut hidup manusia yang semakin berat seringkali dipakai sebagai alasan untuk mempertanyakan eksistensi Tuhan. Apalagi, jika kemelut itu terjadi dalam waktu yang lama. Masalah yang satu belum selesai, sudah muncul yang lain. Ayah belum berhenti dalam kegiatan mabuk-mabukan, si Anak telah terjerumus dalam lembah NARKOBA. Rumah tangga belum berhasil dibina dengan sukses, diam-diam isteri terjerat dalam kasus perselingkuhan dengan teman sekantornya. Dan, masih banyak daftar masalah lain yang dapat dimasukkan. Belum lama ini, saya mendapatkan sebuah buku dari rekan saya yang tinggal di Jogjakarta. Dan, buku itu adalah kumpulan pertanyaan mengenai berbagai pergumulan hidup manusia. Di antara sekian banyak pertanyaan, saya tertarik pada sebuah pertanyaan yang mengatakan: "Bagaimana saya tahu jika Yesus mengasihi saya?" Pertanyaan itu sulit untuk dijawab. Mengapa? Karena pertanyaan itu membutuhkan pembuktian nyata. Setelah saya membacanya, ternyata pertanyaan itu muncul dari serentetan persoalan hidup, penderitaan yang tiada hentinya yang dialami oleh seseorang. Dari berbagai situasi buruk yang terjadi tersebut, dia mulai melontarkan pertanyaan. Apa benar Tuhan itu mengasihi saya? Apa benar Tuhan itu mampu membebaskan saya dari jeratan maut yang tiada hentinya ini? Apa benar Tuhan itu mencintai saya? Singkatnya, kemelut hidup yang berat menyebabkan seseorang bertanya apakah Tuhan memperdulikan hidup saya ini? Dari ayat-ayat Firman Tuhan yang baru kita baca tadi, kita menyaksikan pergumulan umat yang sedang berada di pembuangan. Kalau kita membaca dengan teliti mulai pasal 40-55, di sana terungkap beratnya pergumulan hidup sekaligus tawaran yang Allah sediakan terhadap pergumulan tersebut. Apakah Allah tidak peduli dengan mereka? Apakah Allah berdiam diri dan berkata kasihan ya? Lalu DIA menonton dari surga tentang apa yang sedang terjadi. Apakah memang Allah kita demikian? Alkitab memberi jawaban tidak! Yesaya datang dengan membawa pesan khusus dari Allah. Dan pesan itu berkata: "Carilah Tuhan". Mengapa umat yang sedang dalam pembuangan ini harus mencari TUHAN? Paling tidak ada tiga alasan penting yang hendak saya sampaikan dalam kesempatan yang berbahagia ini. Pertama, Hanya di dalam Tuhan Tersedia Pengharapan. Berada di dalam pembuangan berarti penderitaan. Berada di dalam pembuangan berarti perbudakan. Berada di dalam pembuangan berarti madesu alias masa depan suram. Berada di dalam pembuangan berarti putus pengharapan. Namun di tengah kondisi yang demikian, Yesaya sebagai hamba Tuhan tampil untuk membawa khabar pengharapan. Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran! (Yes. 55:1). 1/5 Saatnya Mencari Tuhan Ditulis oleh Manati I. Zega Selasa, 28 April 2009 00:09 Perhatikan ayat ini. Ternyata, inisiatif untuk menolong bersumber dari Allah sendiri. Inisiatif untuk memberi pengharapan datang dari Allah dan manusia tinggal meresponi. Ketika Allah tahu bahwa orang-orang buangan begitu menderita, lalu Allah berkata: "marilah". Di dalam terjemahan Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS), ayat itu diawali dengan kalimat : "TUHAN berkata, "Marilah kamu semua yang haus, minumlah, air tersedia. Datanglah kamu yang tidak punya uang, terimalah gandum tanpa membayar, dan makanlah! Anggur dan susu tersedia, terimalah dengan cuma-cuma". Dengan kata lain Allah hendak mengatakan : Aku Sungguh Memperhatikan Kebutuhan Hidupmu Yang Primer. Aku tahu kalau engkau kelaparan. Aku sungguh peduli dengan kebutuhan hidupmu yang harus dipenuhi. Dan, kebutuhan yang mendasar itu terjawab dalam ayat ini. Dewasa ini banyak orang mencoba mencari pengharapan di luar TUHAN. Banyak orang yang mencari tempat yang aman untuk berlindung. Namun sayangnya, pengharapan dan perlindungan yang didapatkan hanyalah bersifat semu. Situasi seperti ini dibutuhkan Hamba Tuhan yang siap sedia membawa khabar pengharapan sejati di dalam Tuhan. Dunia yang bengkok dan kehilangan arah menantikan hamba Tuhan yang membawa pesan-pesan ilahi bagi mereka yang putus harap. Saya berharap dan berdoa, kiranya kami bertiga, hamba Tuhan yang ditahbiskan hari ini dan seluruh hamba Tuhan GUPDI Jemaat Pasar Legi menjadi penyambung lidah Allah untuk menyampaikan beritakan pengharapan sejati. Di dalam Tuhan Selalu Tersedia Pengharapan, namun bukan berarti tidak ada tantangan untuk mencapainya. Ilustrasi: Seorang mahasiswa teologi yang hendak menguji iman neneknya. Suatu hari mahasiswa ini pulang ke kampungnya. Dia terkenal pintar dan jago berdebat. Ketika sampai di rumah, dia bertemu dengan neneknya. Tanpa basa basi mahasiswa ini bertanya : "Nek ! Bagaimana nenek percaya bahwa Tuhan yang ditulis di dalam Alkitab itu adalah Tuhan yang benar". Bukankah Alkitab itu ditulis dalam bahasa Ibrani dan Yunani. Kemudian para pakar menterjemahkannya ke dalam bahasa kita. Dan ketika mereka menterjemahkannya, sangat besar kemungkinan terjemahan mereka salah. Bagaimana nenek beriman kepada Allah yang diterjemahkan dengan salah. Tidak puas dengan itu, mahasiswa ini mengambil banyak buku yang memuat pendapat dari para teolog tentang ayat-ayat yang dianggap salah terjemahannya. Dengan senyum, nenek ini berkata: "maaf ya ! Percuma engkau mengajak aku berdebat, soal bahasa Yunani dan Ibrani". Tetapi, secara pribadi saya sudah punya terjemahan sendiri tentang Allah yang ditulis dalam Alkitab. Dan terjemahan itu pasti benar. Lalu, mahasiswa ini bertanya , terjemahan seperti apa itu ? Kemudian nenek ini berkata: "Ketika aku membutuhkan DIA datang menghampiriku. Ketika aku putus harap, DIA datang meneguhkanku". Bagaimana engkau berkata bahwa terjemahan tentang Allah itu salah ? Setiap hari Allah datang membawa 2/5 Saatnya Mencari Tuhan Ditulis oleh Manati I. Zega Selasa, 28 April 2009 00:09 harapan baru bagiku. Artinya, secara pribadi nenek ini mengalami bahwa Tuhan itu nyata. Dan, Tuhan adalah sumber pengharapan yang tidak pernah mengecewakan. Kedua, Hanya di dalam Tuhan Tersedia Pengampunan. Banyak orang yang berpikir bahwa pengampunan hanya dibutuhkan oleh mereka yang belum kenal Tuhan. Bahkan ada yang berkomentar sejak dalam kandungan saya sudah jadi Kristen. Karena itu, saya tidak butuh pengampunan. Bagi orang-orang yang berada dalam pembuangan, nama YHWH bukanlah nama yang asing bagi mereka. Bahkan nama itu diajarkan turun-temurun kepada setiap generasi. Dengan kata lain, bagi mereka hal-hal yang berhubungan dengan Tuhan bukanlah hal yang baru. Tetapi masalahnya adalah, apakah mereka hidup seturut dengan jalan Tuhan ? Apakah mereka sudah mengenal YHWH dengan baik? Ternyata tidak! Buktinya? Karena itu, melalui nabi Yesaya Allah berkata : "Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya. (Yes. 55:7)" Di dalam terjemahan lama, Firman Tuhan tersebut berbunyi "Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia bertobat kepada TUHAN... (Yesaya 55:7) Pengampunan dosa adalah pintu gerbang utama menuju paket anugerah Allah yang melimpah. Pengampunan dosa adalah hal yang sangat sentral di dalam seluruh teologi Kristen dan mewarnai seluruh Alkitab kita. Dosa yang diampuni merupakan kunci dari seluruh berkat Allah. Dosa yang diampuni merupakan kunci untuk beroleh damai sejahtera. Dosa yang diampuni merupakan daya dorong yang sangat kuat untuk menjangkau mereka yang berada di dalam lembah dosa. Pada tanggal 29 Juli - 6 Agustus 2000 di Amsterdam diadakan konferensi penginjilan sedunia yang dikomandoi oleh penginjil Billy Graham. Orang-orang dari penjuru dunia berdatangan ke sana. Demikian juga dari Indonesia. Salah seorang peserta dari konferensi itu adalah mantan pembunuh yang sangat bengis. Dan, hamba Tuhan dari Indonesia sangat tertarik dengan peserta yang tidak lain mantan pembunuh tersebut. Namanya, Menna Minkai. Menna Minkai adalah seseorang yang sangat melawan Tuhan dan Misi Kekristenan. Menna Minkai ini dilahirkan di tengah-tengah suku Indian Auca di Equador. Suku tersebut telah menanamkan kebencian terhadap sesama dan juga sifat egois dan mementingkan diri sendiri secara berlebihan. Menna Minkai juga seorang yang dididik untuk membunuh. Pada tahun 1956, lima orang misionary muda dari Amerika dibakar oleh kasih Kristus untuk menjangkau suku Indian Auca di Equador. Kelima misionary muda ini berangkat menuju Equador. Ketika mereka menginjakkan kakinya di pantai Equador, mereka diserang oleh orang 3/5 Saatnya Mencari Tuhan Ditulis oleh Manati I. Zega Selasa, 28 April 2009 00:09 yang tak dikenal. Tombak yang tajam menembus tubuh para misionary, dan mereka meninggal bersimbah darah tanpa sempat memberitakan Injil. Berita tentang pembunuhan para misionary ini tersebar luas ke seluruh dunia karena diberitakan oleh Majalah Life. Wartawan majalah tersebut menyusun tulisannya dengan gaya penulisan yang sangat mengharukan. Salah seorang dari isteri misionary ini meneruskan perjuangan suaminya untuk masuk ke pedalaman suku Indian Auca. Dengan segala keterbatasannya, wanita yang bernama Elisabeth Elliot ini melayani mereka. Wanita ini sungguh pemberani, dan ingin membuktikan bahwa kekuatan kasih Kristus tidak bisa dibatasi oleh tombak yang paling ganas milik siapapun juga. Dengan kerja keras dan tetesan air mata, dia berhasil menyatakan kasih Kristus tersebut. Para pembunuh kelima misionary tersebut akhirnya percaya Yesus dan menjadi pemimpin gereja di tengah-tengah suku mereka. Kalau dilihat sepintas, dan kalau saya jadi Tuhan, mungkin saya berkata bahwa para pembunuh yang melawan Tuhan dan Kekristenan ini tidak pantas untuk dipakai. Tetapi inilah kenyataan. Ini membuktikan bahwa di dalam Tuhan tersedia pengampunan yang limpah bagi siapapun yang kembali kepadaNya. Pengampunan Allah merupakan kunci untuk meraih segala kelimpahan anugerah Allah. Ketiga, Waktu Yang Tersedia Bagi Manusia Sangat Singkat. Hidup ini begitu singkat. Waktu yang tersedia juga sangat terbatas. Kalau hidup itu singkat dan berada dalam keterbatasan waktu, berarti manusia berada dalam kungkungan sang waktu. Seseorang dinyatakan oleh dokter ahli bahwa usianya tidak akan lama lagi. Penyakit yang dideritanya telah menggerogoti hidupnya. Mendengar vonis yang menyedihkan itu, dia meminta Pendeta untuk datang dan mendoakannya. Ketika Pendeta mengetahui kondisinya yang demikian parah dia pun berkeinginan untuk menanyakan sesuatu kepadanya. "Jika Tuhan menghendaki engkau menghadap kepada-Nya, apakah engkau rela dalam menghadapi kenyataan ini ?" Apakah engkau meyakini kepastian keselamatan berada dipihakmu ? Ya, saya meyakini semuanya itu. Ketika mengucapkan kalimat yang terakhir ini, dia langsung menangis. Pendeta yang ada di tempat itupun menjadi bingung. Sebab sebelumnya dia meyakini kepastian keselamatan menjadi miliknya, tetapi mengapa tiba-tiba menangis. Tanda tanya besarpun memenuhi hati Pendeta ini. Oleh sebab itu, dia memberanikan diri dan menanyakan sesuatu kepadanya. Tadi engkau berkata bahwa, keselamatan telah menjadi milikmu. Surga menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupanmu, sekarang mengapa harus menangis? Akhirnya dia menjelaskan penyebab utama mengapa dia menangis. Dengan tersedu-sedu dia mengaku bahwa waktunya telah habis, telah banyak anugerah Tuhan yang diterimanya. 4/5 Saatnya Mencari Tuhan Ditulis oleh Manati I. Zega Selasa, 28 April 2009 00:09 Namun, tidak ada sesuatupun yang dipersembahkannya kepada Tuhan - ketika menghadap Tuhan. Terlarut dalam kesedihan itu, akhirnya Pendeta pun memintanya untuk menuangkan dalam tulisan, perasaan yang dialaminya saat itu. Dengan linangan air mata, dia menuliskan kalimat-kalimat berikut ini. Dapatkah aku menghadap Tuhan dengan tangan hampa? Jiwaku sudah diselamatkan, Tetapi aku belum mengerjakan apa-apa bagi Tuhan Bagaimana aku berjumpa dengan dia? Selesai menuliskan kalimat-kalimat di atas, akhirnya orang ini meninggal. Kemudian Pendeta tersebut mencarikan komponis Kristen yang mencintai Tuhan. Pendeta tersebut meminta kepadanya agar kalimat di atas dijadikan lagu. Lalu, di tangan komponis ini kalimat lagu tersebut digubah dan akhirnya menjadi lagu abadi yang dinyanyikan oleh gereja Tuhan hingga sekarang ini. Waktu yang kita miliki sangat singkat. Setiap detik yang kita lewati tidak akan terulang lagi. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Mungkin besok atau hari ini engkau dipanggil kepangkuan-Nya. Apakah engkau sudah siap ketika menghadap Tuhan dengan hidup yang berbuah bagi Injil-Nya ? Ataukah sebaliknya engkau menghadap Tuhan dengan tangan hampa. Tidak ada yang engkau kerjakan bagi-Nya ? Jawablah dengan jujur. Kalau belum, mulailah pikirkan dan kerjakan sekarang juga. Begitu banyak anugerah Allah yang engkau nikmati. Tidakkah engkau rindu anugerah yang sama dinikmati juga oleh orang lain ? Tidak heran jika Yesaya berkata : "Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat ! (Yes. 55:6)". Solo, 29 September 2003 Manati I. Zega. 5/5