III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Atribut produk Keunikan suatu produk dapat dengan mudah menarik perhatian konsumen. Keunikan ini terlihat dari atribut yang dimiliki oleh produk. Atribut produk terdiri atas tiga tipe, yaitu ciri-ciri atau rupa (features), fungsi dan manfaat. Menurut Engel, et al. (1994) atribut produk adalah karakteristik suatu produk yang berfungsi sebagai atribut evaluatif selama pengambilan keputusan. Konsumen dapat melakukan penilaian dengan melakukan evaluasi terhadap atribut produk dan pemberian kekuatan kepercayaan konsumen terhadap atribut yang dimiliki oleh suatu produk. Kekuatan kepercayaan konsumen terhadap produk merupakan kekuatan harapan dan keyakinan terhadap atribut yang dimiliki oleh suatu produk. Kekuatan kepercayaan konsumen terhadap atribut produk dicerminkan oleh pengetahuan konsumen suatu produk dan manfaat yang diberikan oleh produk tersebut. 3.1.2. Difenisi Konsumen Menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, difinisi konsumen adalah setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik dari segi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Sedangkan menurut Sumarwan (2004) istilah konsumen sering diartikan sebagai dua jenis konsumen yaitu konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu adalah konsumen yang membeli barang atau jasa untuk digunakan sendiri. Sedangkan konsumen organisasi adalah konsumen yang membeli barang atau jasa untuk seluruh kegiatan-kegiatan sosial. Dalam mempelajari perilaku konsumen berarti mempelajari bagaimana konsumen membuat keputusan untuk menggunakan sumber daya yang dimilikinya untuk memperoleh dari apa yang mereka inginkan tentang produk maupun jasa. Pemasar yang mengerti perilaku konsumen akan mampu memprediksikan bagaimana kecenderungan konsumen untuk bereaksi terhadap 21 informasi yang diterimanya, sehingga pemasar dapat menyusun strategi pemasaran yang sesuai (Sumarwan, 2004). Pemahaman terhadap perilaku konsumen menjadi hal penting bagi pemasar. Pemasar perlu menganalisis perilaku pembelian untuk beberapa alasan (Pride dan Ferrel, 1997), diantaranya: 1) Merupakan salah satu cara konsumen mendorong mempengaruhi strategi perusahaan yang mempunyai pengaruh kepada keberhasilan perusahaan. 2) Merupakan komponen utama dari konsep pemasaran adalah perusahaan harus menciptakan bauran pemasaran yang memuaskan konsumen. 3) Dengan meningkatkan pemahaman terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen merespon strategi pemasaran yang dilakukan perusahaan. 3.1.3. Perilaku Konsumen Perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam pendapatan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini (Engel, et al. 1995). Menurut Sumarwan (2004), perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang memperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka. Dalam mempelajari perilaku konsumen berarti mempelajari bagaimana konsumen membuat keputusan untuk menggunakan sumberdaya yang dimilikinya untuk memperoleh dari apa yang mereka inginkan tentang produk maupun jasa. Para pemasar wajib memahami keragaman dan kesamaan konsumen atau perilaku konsumen agar mereka mampu memasarkan produk denagan baik. Para pemasar harus memahami mengapa dan bagaimana konsumen mengambil keputusan konsumsi, sehingga pemasar dapat merangsang strategi pemasaran dengan baik. Pemasar yang mengerti perilaku konsumen akan mampu memperkirakan bagaimana kecenderungan konsumen untuk bereaksi terhadap informasi yang diterimanya, sehingga pemasar dapat menyusun strategi pemasaran yang sesuai (Sumarwan, 2004). 22 3.1.4. Proses Keputusan Pembelian Konsumen Keputusan konsumen untuk memiliki atau memakai suatu produk tidak muncul begitu saja, melainkan melalui proses keputusan yang mempengaruhi proses pembelian. Sedangkan menurut Engel, et al (1994) terdapat tahap proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh konsumen yaitu tahap pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan pasca pembelian (Gambar 1). Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Keputusan Pembelian Perilaku Setelah Pembelian Gambar 1. Tahap Proses Keputusan Pembelian Sumber : Engel, et al.(1994) Pelanggan dalam memutuskan pembelian suatu produk ada dua kepentingan utama yang diperhatikannya yaitu: 1. Keputusannya pada ketersediaan dan kegunaan suatu produk. Konsumen akan memutuskan untuk membeli suatu produk, jika produk yang ditawarkan tersebut tersedia dan bermanfaat baginya. 2. Keputusan pada hubungan dari produk atau jasa, konsumen akan memutuskan untuk membeli suatu produk jika produk tersebut mempunyai hubungan dengan yang diinginkan konsumen. 3.1.4.1. Pengenalan Kebutuhan Timbulnya kebutuhan karena adanya rangsangan internal yang merupakan kebutuhan dasar seseorang seperti rasa lapar dan rasa haus dan menjadi dorongan yang akan memotivasi orang tersebut untuk memenuhi keinginan yang timbul tersebut. Selain rangsangan internal kebutuhan juga didorong oleh rangsangan eksternal, dimana rangsangan tersebut akan menggerakkan seseorang untuk mencari informasi yang lebih untuk memenuhi keinginan akan kebutuhan tersebut. Menurut Engel, et al (1995) pengenalan kebutuhan sebagai tahap awal pengambil keputusan dipengaruhi oleh tiga determinan yaitu informasi yang disimpan dalam ingatan, perbedaan individu dan pengaruh lingkungan. Kebutuhan harus diaktifkan (activated) sebelum kebutuhan bisa dikenali (recognized). Faktor yang mempengaruhi pengaktifan kebutuhan yaitu: 23 1. Keadaan yang berubah. Kebutuhan akan barang diaktifkan oleh perubahan di dalam perubahan kehidupan seseorang. Misalnya, kelahiran seorang anak akan mengaktifkan kebutuhan akan makanan dan perabotan bayi. 2. Pemerolehan produk. Pemerolehan produk pada gilirannya akan mengaktifkan kebutuhan akan produk perubahan. Misalnya pemerolehan perabot baru akan mempengaruhi keinginan akan karpet baru, pelapis dinding dan sebagainya. 3. Konsumsi produk. Konsumsi produk aktual itu sendiri dapat mengaktifkan kebutuhan dalam banyak situasi pembelian. Suatu kebutuhan diaktifkan karena ada situasi kehabisan persediaan pakaian yang dipakai menyadarkan kita butuh pakaian baru. 4. Pengaruh pemasaran. Pemasaran dapat mengaktifkan kebutuhan dalam diri konsumen dengan merangsang kebutuhan mereka melalui program pemasaran. 5. Perbedaan individu. Ada konsumen yang mengenali kebutuhan dari keadaan aktual dan ada konsumen yang mengenali kebutuhan dari keadaan yang diinginkan. Kebutuhan muncul karena adanya ketidaksesuaian yang ada diantara keadaan yang diinginkan dengan keadaan aktual. Jika ketidaksesuaian melebihi tingkat tertentu maka kebutuhan tersebut akan dikenali. Namun jika ketidaksesuaian tersebut berada di bawah tingkat ambang, maka pengenalan kebutuhan tidak terjadi (Engel, 1994). proses pengenalan kebutuhan dapat dilihat pada gambar 2. Keadaan yang Diinginkan Keadaan Aktual Tingkat Ketidasesuaian Di Bawah Ambang Tidak Ada Pengenakan Di Atas Ambang Pengenalan Kebutuhan Gambar 2. Proses Pengenalan Kebutuhan Berpusat pada Tingkat Ketidaksesuaian Sumber : Engel, et al (1994) 24 3.1.4.2. Pencarian Informasi Konsumen yang telah memenuhi kebutuhan akan terlibat dalam pencarian informasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Engel (1994) mendifinisikan pencarian informasi sebagai tahap kedua dari proses pengambilan keputusan yang mengaktifkan kebutuhan serta termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan (pencarian internal) atau pemerolehan informasi dari lingkungan (pencarian eksternal). Pencarian internal merupakan pencarian informasi melalui ingatan untuk melihat pengetahuan yang relevan dengan keputusan yang tersimpan di dalam ingatan jangka panjang dan terjadi setelah adanya pengenalan kebutuhan. Pencarian eksternal diperlukan jika pencarian internal tidak mencukupi, sehingga konsumen memutuskan mencari tambahan informasi dari lingkungan (Gambar 3). Pengenalan Kebutuhan Detrminan dari pencarian informasi 1. Pengetahuan yang sudah ada 2. Kemampuan untuk memperoleh kembali informasi Pencarian internal Lanjutkan dengan Keputusan Ya Lanjutkan dengan Keputusan Tidak Jalankan pencarian eksternal Gambar 3. Proses Pencarian Internal Sumber : Engel, et al (1994) Menurut Kotler (2003) sumber informasi digolongkan ke dalam empat kelompok, yaitu: 1. Sumber Pribadi: keluarga, teman, tetangga. 2. Sumber Komersial: iklan, wiraniaga, penyalur, pajangan. 3. Sumber Publik: media massa, organisasi, konsumen. 4. Sumber Pengalaman: penanganan, pengkajian dan pemakaian produk. 3.1.4.3. Evaluasi Alternatif Menurut Engel et al (1995), evaluasi alternatif didifinisikan sebagai proses dimana suatu alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan 25 konsumen. Untuk memilih alternitif, konsumen memungkinkan akan menggunakan beberapa kriteria evaluasi yang berbeda. Kriteria biasanya akan bervariasi sesuai dengan kepentingan relatif mereka, dan dengan kriteria tersebut maka konsumen akan menentukan beberapa alternatif yang salah satunya akan dipilih (Gambar 4). Menentukan Kriteria Evaluasi Menilai Kriteria Alternatif Menentukan Pilihan alternatif Menetapkan Kaidah kepuasan Gambar 4. Komponen Dasar Proses Evaluasi Alternatif Sumber : Engel et al, 1995 Kriteria evaluasi berisi akan atribut tertentu yang digunakan dalam menilai alternatif-alternatif pilihan. Beberapa ciri kriteria evaluasi yang umum adalah: 1. Harga. Harga menentukan pemilihan alternatif. Konsumen cenderung akan memilih harga yang murah untuk suatu produk yang ia ketahui spesifikasinya. Namun jika konsumen tidak dapat mengevaluasi kualitas produk, maka harga merupakan indikator kualitas. 2. Nama merek. Ketika konsumen sulit untuk menilai kriteria kualitas produk, kepercayaan pada merek lama yang sudah memiliki reputasi baik dapat mengurangi resiko kesalahan dalam pembelian. 3. Negara asal. Negara asal sering digunakan sebagai indikator. Konsumen mungkin tidak akan meragukan kualitas produk elektronik dari Jepan. 4. Saliensi kriteria evaluasi. Konsep saliensi mencerminkan ide bahwa kriteria evaluasi kerap berbeda pengaruhnya untuk konsumen yang berbeda dan juga produk yang berbeda. Atribut yang mencolok (salient) yang benar-benar mempengaruhi proses evaluasi disebut sebagai atribut determinan. 26 3.1.4.4. Tahap Pembelian Pembelian merupakan fungsi dari dua determinan, yaitu (1) niat pembelian, (2) pengaruh lingkungan dan perbedaan individu (Engel, et al.1995). konsumen harus dapat mengambil tiga keputusan, yaitu: (1) kapan membeli (2) dimana membeli; dan (3) bagaimana membayar. Niat pembelian konsumen dapat digolongkan menjadi dua kategori yaitu: 1. Produk dan merek. Yang merupakan pembelian terencana penuh sebagai hasil dari keterlibatan tinggi dan pemecahan masalah yang diperluas. 2. Kelas produk. Yang merupakan pembelian terencana jika pilihan dibuat di tempat penelitian. Keputusan untuk melakukan pembelian juga dipengaruhi oleh faktor situasi yang tidak diantisipasi. Tahap evaluasi alternatif dan keputusan pembelian dapat dilihat pada Gambar 5. Niat Pembelian Sikap yang tidak diantisipasi Sikap orang lain Keputusan pembelian Gambar 5. Tahap Evaluasi Alternatif dan Keputusan Pembelian Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi maksud pembelian dan keputusan pembelian yaitu: Pertama adalah sikap atau pendirian orang lain, sampai di mana pendirian orang lain dapat mengurangi altenatif yang disukai seseorang tergantung pada dua hal yaitu (1) intensitas dari pendirian negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen, (2) motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain. 27 Kedua adalah faktor situasi yang tidak diantisipasi. Konsumen membentuk suatu maksud pembelian atas dasar faktor-faktor seperti pendapatan keluarga, harga yang diharapkan dan manfaat produk yang diinginkan. Setelah membeli konsumen juga mempunyai perilaku yang perlu diamati yang akan dibahas juga pada uraian selanjutnya. 3.1.4.5. Perilaku Setelah Pembelian Konsumen mengevaluasi apakah alternatif yang dipilih memenuhi kebutuhan dan harapan segera setelah digunakan. Keyakinan dan sikap yang yang terbentuk pada tahap ini akan langsung mempengaruhi niat pembelian masa datang. Kepuasan akan membuat konsumen loyal, sedangkan ketidakpuasan dapat menyebabkan keluhan, komunikasi lisan yang negatif dan tidak mau lagi menggunakan produk tersebut. Sedangkan Louden (1995) mengungkapkan apabila konsumen mengalami ketidakpuasan ada beberapa kemungkinan hasil yang negatif akan muncul yaitu: 1. Konsumen akan menunjukkan ketidakpuasannya ucapan atau komunikasi yang tidak baik. 2. Konsumen mungkin tidak akan membeli lagi produk tersebut. 3. Atau konsumen akan mengeluh. 3.1.5. Faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian Menurut Engel et al (1994) ada tiga faktor utama yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan keputusan pembelian produk yaitu: faktor lingkungan, faktor perbedaan individu dan faktor psikologis. 1. Pengaruh Lingkungan Pengaruh lingkungan memiliki peranan yang cukup besar terhadap perilaku konsumen. Informasi yang lengkap mengenai faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku konsumen memberikan masukan yang sangat berarti terhadap strategi pemasaran sebuah perusahaan: Menurut Engel, et al (1994), faktor-faktor lingkungan ini terdiri dari: a. Budaya. Budaya mengacu kepada seperangkat nilai, gagasan, sikap dan simbol lain yang bermakna melayani manusia untuk berkomunikasi, membuat tafsiran 28 dan mengevaluasi. Kebebasan konsumen menentukan pilihan dipengaruhi oleh nilai-nilai sosial budaya dan norma-norma masyarakat tertentu. b. Kelas sosial Perbedaan kelas sosial bisa dilihat dari perbedaan status sosial ekonomi yang berjajar dari rendah hingga tinggi. Kelas sosial sering menghasilkan perilaku konsumen yang berbeda, misalnya merek mobil yang dikendarai. Kelas sosial tidak hanya ditentukan oleh oleh pendapatan, tetapi juga ditentukan oleh pekerjaan, prestasi, interaksi, pemilikan, orientasi, nilai dan sebagainya. c. Pengaruh pribadi Perilaku konsumen akan dipengaruhi oleh kelompok-kelompok tertentu dimana konsumen melibatkan dirinya. Menurut Schiffman dan Kanuk (1994) terdapat lima kelompok relevan dari konsumen. Pertama, kelompok keluarga yang menyediakan rasa aman, kesempatan untuk berdiskusi, serta keinginan untuk ditemani. Kedua, kelompok teman atau sahabat. Ketiga, grup sosial formal yang diperlukan konsumen untuk mencapai tujuan, seperti perluasan wawasan. Keempat, kelompok kerja yang dapat mempengaruhi konsumen akibat banyaknya waktu yang dihabiskan dengan teman sekerja. d. Keluarga Setiap anggota keluarga memegang peranan penting yaitu dalam pemberian pengaruh, pengambilan keputusan, pembelian dan pemakaian. Keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling berpengaruh terhadap sikap dan pengaruh individu. Keluarga terdiri dari dua bagian yaitu (1) keluarga orientasi yang terdiri dari orang tua dan saudara kandung, (2) keluarga prokreasi yang terdiri dari pasangan dan anak-anak. e. Situasi Perilaku selalu dibentuk oleh pengaruh situasi. Engel, et al (1995) mengusulkan bahwa situasi konsumen dapat didifinisikan sebagai lima karakteristik umum, yaitu (1) lingkungan fisik, yang merupakan sifat nyata dari situasi konsumen, (2) lingkungan sosial, menyangkut ada tidaknya orang pada situasi bersangkutan, (3) waktu, (4) tugas, yaitu tujuan dan 29 sasaran tertentu yang dimiliki konsumen dalam situasi, (5) keadaan antiseden atau suasana hati sementara. Pengaruh situasi dapat dipandang sebagai pengaruh yang khusus untuk waktu dan tempat spesifik yang lepas dari karakteristik konsumen dan karakteristik objek. 2. Pengaruh individu Engel, et al (1994) menyatakan ada lima cara dimana konsumen berbeda dalam mengambil keputusan belanja sehingga berpengaruh terhadap perilaku konsumen, yaitu: a. Sumberdaya Konsumen Sumberdaya yang dimiliki konsumen atau apa yang tersedia di masa yang akan datang berperan penting dalam keputusan perbelanjaan. Setiap konsumen membawa tiga sumberdaya kedalam situasi pengambilan keputusan yaitu sumberdaya ekonomi (pendapatan dan kekayaan), sumberdaya temporal (waktu) dan sumberdaya kognitif (kapasitas mental yang tersedia untuk menjalankan berbagai kegiatan pengolahan industri). Konsumen memiliki keterbatasan pada setiap sumberdaya yang dimiliki sehingga konsumen harus mampu mengalokasikannya secara bijaksana. b. Motivasi dan keterlibatan Menurut Sumarwan (2004) motivasi muncul karena adanya kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen. Kebutuhan sendiri muncul karena konsumen merasakan ketidaknyamanan antara yang seharusnya dirasakan dan yang sesungguhnya dirasakan. Kebutuhan tersebut mendorong seseorang untuk melakukan tindakan memenuhi kebutuhan tersebut dan inilah yang disebut sebagai motivasi. c. Pengetahuan Pengetahuan didifinisikan sebagai informasi yang disimpan dalam ingatan (Engel, et al. 1994). Sedangkan pengetahuan konsumen adalah himpunan dari bagian informasi total yang relevan dengan fungsi konsumen di dalam pasar. Pengetahuan konsumen dibagi menjadi tiga bagian, yaitu (1) pengetahuan produk mencakup atribut produk dan kepercayaannya, (2) pengetahuan pembeli, yaitu dimana atau kapan membeli, dan (3) pengetahuan pemakaian dilihat dari pengetahuan konsumen dan iklan. 30 d. Sikap Sikap merupakan keseluruhan evaluasi yang dilakukan konsumen. Sikap konsumen pada masa sekarang merupakan hasil dari pengalaman masa sebelumnya. Menurut Kotler (1997) sikap merupakan evaluasi perasaan emosial dan kecendrungan tindakan menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap beberapa objek atau gagasan. Sikap dapat diukur dengan mudah, dengan secara sederhana dan langsung bertanya kepada konsumen mengevaluasi konsep keinginan (Simamora, 2004). Sikap adalah ekspresi perasaan yang mencerminkan apakah seseorang senang atau tidak senang, suka atau tidak suka dan setuju atau tidak setuju terhadap suatu objek. e. Gaya hidup Menurut Kotler (1997) gaya hidup adalah pola seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungannya. Sebagai konsepsi yang mencerminkan nilai konsumen maka gaya hidup merupakan fungsi motivasi konsumen dan pembelajaran sebelumnya, kelas sosial, demografi dan variabel lainnya. Menurut Sumarwan (2004) gaya hidup didifinisikan sebagai perilaku seseorang, yaitu bagaimana dia hidup, menggunakan uangnya dan memanfaatkan waktu yang dimilikinya. Gaya hidup seringkali digambarkan dengan kegiatan, minat dan opini dari seseorang. f. Demografi Pendeskripsian pangsa konsumen dalam istilah seperti usia, pekerjaan dan pendapatan. Usia, orang akan membeli barang dan jasa yang berbeda sepanjang hidupnya. Pekerjaan, pekerjaan akan mempengaruhi pola konsumsinya. Pendapatan, pilihan produk akan sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang. 3. Proses psikologis Proses sikologis merupakan faktor terakhir yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan keputusan pembelian produk. Pembelian yang dilakukan 31 dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama yaitu motivasi, preferensi, pengetahuan, keyakinan, dan pendirian (Kotler, 1997). a. Pemprosesan informasi Pemprosesan informasi adalah proses dimana stimulus di terima, ditafsirkan, disimpan dalam ingatan dan belakangan diambil kembali (Engel, et al. 1995). Pemprosesan informasi terdiri dari lima tahapan yaitu: pemaparan, perhatian, pemahaman, penerimaan dan retensi. b. Pembelajaran Pembelajaran merupakan suatu proses dimana pengalaman menyebabkan perubahan dalam pengetahuan, sikap dan perilaku. Terdapat dua pendekatan terhadap pembelajaran. Pertama adalah pendekatan kognitif, dimana pembelajaran dicerminkan melalui perubahan pengetahuan dan fokusnya adalah pada pengertian pada proses mental yang menentukan bagaimana ornag mempelajari informasi. Perspektif kedua adalah pendekatan behaviourisme, yaitu pendekatan yang semata-mata berkenaan dengan perilaku yang dapat diamati. c. Perubahan sikap dan perilaku Sikap dan perilaku konsumen dapat dipengaruhi secara persuasif melalui komunikasi. Selain itu, terdapat berbagai teknik yang biasa dipergunakan pemasar untuk memodifikasi perilaku manusia. 3.1.6. Sikap 3.1.6.1. Konsep dan Difinisi dari Sikap Sikap memainkan peranan utama dalam pembentukan perilaku. Sikap (attitude) konsumen adalah faktor-faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan konsep kepercayaan (belief) dan perilaku (behaviour). Menurut Mowen dan Miror dalam Sumarwan (2004) menyebutkan bahwa istilah sikap konsumen (consumer attitude formation) sering kali menggambarkan hubungan antara sikap, kepercayaan, dan perilaku. Kepercayaan, sikap, dan perilaku juga terkait dengan konsep atribut produk. Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) menyatakan bahwa sifat yang terpenting dari sikap adalah kepercayaan dalam memegang sikap tersebut. 32 Beberapa sikap mungkin dipegang dengan keyakinan kuat, sementara yang lain mungkin ada dengan tingkat kepercayaan minimum. Alasan kepercayaan dihubungkan dengan sikap karena pertama, sikap yang dipegang dengan penuh kepercayaan biasanya akan jauh lebih diandalkan untuk membimbing perilaku. Apabila kepercayaan rendah maka konsumen akan akan terasa tidak nyaman dan mereka akan mencari informasi tambahan sebelum mengikat diri mereka. Kedua, kepercayaan dapat mempengaruhi kerentanan sikap terhadap perubahan. Sikap menjadi lebih resisten terhadap perubahan. Sikap menjadi resisten terhadap perubahan bila dipegang dengan kepercayaan yang lebih besar. Satu sifat penting lainnya adalah sikap bersifat dinamis bukan statis. Proses pengolahan informasi, pembentukan pengetahuan dan proses belajar akan sangat menentukan apakah konsumen menyukai suatu produk sebelum melakukan keputusan pembelian. Sikap sangat berguna dalam kegiatan pemasaran, sikap digunakan untuk menilai keefektifan kegiatan pemasaran. Sikap dapat pula membantu menevaluasi tindakan pemasaran sebelum dilaksanakan didalam pasar. Selain itu sikap konsumen sangat berguna dalam membentuk pangsa pasar dan memilih pangsa target. 3.1.6.2. Teori Mengenai Sikap Sikap memiliki tiga komponen yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif. Untuk memudahkan dalam mengingatnya model tiga komponen ini dikenal sebagai model ABC. Arti dari ABC tersebut adalah affective (A = perasaan), behavior (B = keinginan untuk berperilaku atau komponen konasi), dan cognitif (kognisi). a. Komponen Kognitif Komponen kognitif berkenaan dengan hal-hal yang diketahui individu atau pengalaman individu baik yag sifatnya langsung maupun tidak langsung dengan objek sikap. Komponen kognitif dipengaruhi pengalaman, pengamatannya serta informasi yang diperolehnya mengenai objek sikap. b. Komponen Afektif Komponen afektif berkenaan dengan perasaan dan emosi konsumen mengenai objek sikap. Komponen afektif ini dapat beragam ekspresinya mulai dari rasa sangat tidak suka atau sangat tidak senang hingga sangat suka 33 atau sangat senang. Perasaan konsumen terhadap objek sikap sangat dipengaruhi oleh kognisinya. c. Komponen konatif Komponen konatif berkenaan dengan predisposisi atau kecenderungan individu atau konsumen untuk melakukan suatu tindakan berkenaan dengan objek sikap. Jadi komponen ini bukan perilaku nyata, namun masih berupa keinginan untuk melakukan suatu tindakan. Dalam penelitian pemasaran biasanya komponen konatif diukur dari intensi untuk membeli atau intensi untuk memilih merek atau intensi yang berkenaan dengan perilaku pembelian lainnya. Ketiga komponen tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Konatif Kognitif Afektif Gambar 6. Tiga Komponen Pembentuk Sikap 3.1.6.3. Fungsi Sikap Schiffman dan Kanuk (2000) diacu dalam Sumarwan (2004) mengemukakan empat fungsi dari sikap yaitu: a. Fungsi Utilitarian Seseorang menyatakan sikap terhadap objek atau produk karena ingin memperoleh manfaat produk tersebut atau menghindari risiko dari produk. Sikap berfungsi mengarahkan perilaku untuk mendapat penguatan positif atau menghindari risiko. Manfaat produk bagi konsumen menyebabkan seseorang menyukai produk tersebut. b. Fungsi Mempertahankan Ego Sikap berfungsi untuk melindungi seseorang (citra diri) dari keraguan yang muncul dari dalam dirinya sendiri atau dari faktor luar yang mungkin menjadi ancaman dari dirinya. Sikap akan meningkatkan kepercayaan diri yang lebih baik untuk meningkatkan citra diri dan mengatasi ancaman dari luar. 34 c. Fungsi Ekspresi Nilai Sikap berfungsi untuk menyatakan nilai-nilai, gaya hidup dan identitas sosial dari seseorang. Sikap akan menggambarkan minat, hobi, kegiatan dan opini dari seorang konsumen. d. Fungsi Pengetahuan Keingintahuaan adalah salah satu karakter konsumen yang penting. Ia selalu ingin tahu banyak hal, merupakan kebutuhan konsumen. Seringkali konsumen perlu tahu produk terlebih dahulu sebelum dia menyukai kemudian membeli produk tersebut. Pengetahuan yang baik tentang produk seringkali mendorong seseorang untuk menyukai produk tersebut. Karena itu sikap positif sesuatu seringkali mencerminkan pengetahuan konsumen terhadap suatu produk. 3.1.7. Kepuasan Konsumen Setelah membeli suatu produk seorang konsumen mungkin akan menemukan kekurangan, cacat dan sebagainya, ataupun mungkin lebih baik dari apa yang diharapkan. Sehingga dapat kita membagi tingkat kepuasan tersebut menjadi dua yaitu puas dan tidak puas. Menurut Kotler (2005) kepuasan konsumen merupakan fungsi dari seberapa dekat antara harapan pembeli atas suatu produk dengan daya guna yang dirasakan dari produk tersebut. Jika daya guna dari produk tersebut berada di bawah harapan pelanggan, maka pelanggan tersebut merasa dikecewakan (tidak puas) dan jika memenuhi harapannya maka pelanggan tersebut merasa puas. Engel, et al. (1995) memberikan difinisi terhadap kepuasan adalah evaluasi pasca konsumsi di mana suatu alternatif yang di pilih setidaknya memenuhi atau melebihi harapan. Sedangkan ketidakpuasan adalah hasil dari harapan yang diteguhkan secara negatif. Penilaian untuk kepuasan dan ketidakpuasan oleh Engel membaginya ke dalam tiga bentuk yang berbeda yaitu: 1. Diskonfirmasi positif: yaitu di mana kinerja (hasil) yang diperoleh lebih baik dari apa yang diharapkan. 2. Konfirmasi sederhana: yaitu di mana kinerjanya sama dengan yang diharapkan. 35 3. Diskonfirmasi negatif: yaitu kinerja yang didapatkan lebih buruk dari apa yang diharapkan. Konsumen membentuk harapan mereka atas dasar pesan-pesan yang di terima dari penjual, teman dan sumber informasi lain. Jika penjual memperbesarbesar manfaat produk, konsumen akan mengalami harapan yang tidak tercapai (disconfinned expectation) yang akhirnya menyebabkan ketidakpuasan. Semakin besar jarak antara harapan dan hasil yang dirasakan akan semakin besar ketidakpuasan konsumen. Lihat Gambar 7. Evaluasi Alternatif Pembelian Produk yang Diharapkan Konfirmasi atau Diskonfirmasi Puas Performa Produk Tidak Puas Gambar 7. Tingkat Kepuasan Setelah Pembelian Menurut Rangkuti (2006) kepuasan pelanggan dapat diukur dengan cara sebagai berikut: 1. Traditional Approach Konsumen diminta memberikan penilaian pada masing-masing indikator produk yang mereka amati umumnya menggunakan skala likert, yaitu memberikan rating dari 1 (sangat tidak puas) sampai 5 (sangat puas). Selanjutnya konsumen juga diminta memberikan penilaian atas produk atau jasa tersebut secara keseluruhan. 2. Analisis Secara Deskriptif Seringkali analisis kepuasan pelanggan berhenti sampai kita mengetahui pelanggan puas atau tidak puas yaitu dengan menggunakan analisis deskriptif, misalnya melalui perhitungan nilai rata-rata distribusi serta standar deviasi. Analisis kepuasan pelanggan sebaiknya dilanjutkan dengan cara 36 membandingkan hasil kepuasan tahun lalu dengan tahun ini, sehingga kecendrungan perkembangannya dapat ditentukan. 3. Pendekatan Terstruktur Pendekatan ini paling sering digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan. Salah satu ternik yang paling populer dengan menggunakan prosedur scalling. Caranya responden diminta untuk memberikan penilaian terhadap sebuah produk. Metode yang digunakan yaitu Consumers Satisfaction Index (CSI). Consumen Satisfaction Index digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen secara menyeluruh dengan melihat tingkat kepentingan dari atribut-atribut produk atau jasa. Cara untuk mengukur Consumen Satisfaction Index dilakukan melalui empat tahap, yaitu: 1. Means Importan Score (MIS) dan Means Satisfaction Score (MMS) 2. Membuat Weight Factors (WF) 3. Membuat Weight Scores (WS) 4. Menentukan Nilai CSI 37 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Pada masa sekarang pola konsumsi beras mulai meluas ke daerah-daerah yang sebelumnya berpola pangan pokok non beras sehingga mendorong kenaikan kebutuhan beras yang cukup tinggi. Sehingga permintaan beras meningkat seiring pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, daya beli masyarakat dan perubahan selera. Sehingga pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Namun upaya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi tadi menghadapi beberapa kendala, diantaranya konversi lahan pertanian juga sangat berpengaruh pada pencapaian target produksi pangan sehingga dapat memperburuk ketahanan pangan dalam negeri. Laju alih fungsi lahan pertanian di Indonesia angkanya cukup tinggi. Produktivitas padi yang mengalami stagnansi juga menjadi masalah lain dalam mencapai kebutuhan beras dalam negeri. Keadaan stagnan tadi penyebabnya adalah potensi hasil varietas unggul yang ada telah mencapai titik potensi maksimal. Kekerabatan yang tinggi dan keanekaragaman yang sempit menyebabkan tidak diperolehnya peningkatan potensi hasil yang nyata. Sementara kebutuhan padi terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk. Sehingga, untuk mencegah terjadinya kekurangan pangan dimasa sekarang dan yang akan datang mutlak diperlukan upaya peningkatan produksi padi. Jika hal ini berlangsung terus menerus tidak heran jika kita akan mengalami defisit pada tahun-tahun mendatang. Oleh sebab itu pemerintah memunculkan gagasan untuk meningkatkan produksi. Peningkatan produksi ini diwujudkan dengan menjalankan program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) yang telah dicanangkan oleh pemerintah dengan target peningkatan produksi beras 2 juta ton atau setara dengan peningkatan 6,4 persen pada tahun 2007 dan lima persen untuk tahun-tahun selanjutnya sampai dengan 2009. Salah satu agenda dari program ini adalah sosialisasi penggunaan benih hibrida sebagai alternatif pilihan dalam upaya untuk meningkatkan produksi beras. Akan tetapi perilaku petani terhadap penggunaan benih padi hibrida tidak terlepas dari kondisi demografi, ekonomi, budaya, keluarga, psikologis dan faktorfaktor lainnya. Kepuasan akan penggunaan padi hibrida sangat tergantung pada 38 atribut-atribut yang dimiliki oleh produk. Kondisi tersebut tentunya akan membentuk sikap petani dalam penggunaan benih padi hibrida sehingga pada akhirnya petani mampu mengevaluasi benih tertentu dalam memenuhi kebutuhan mereka. Berdasarkan penjelasan diatas maka dengan demikian diperlukan suatu pemahaman tentang sikap dan kepuasan konsumen terhadap penggunaan benih padi hibrida. Dalam penelitian ini alat analisis yang digunakan untuk mengukur sikap petani padi hibridia terhadap atribut-atribut padi adalah model sikap Multiatribut Fishbein. Sedangkan Perseptual mapping digunakan untuk memetakan persepsi petani terhadap atribut-atribut benih padi hibrida. Analisis Biplot digunakan dengan tujuan untuk melihat posisi relatif benih hibrida yang diteliti terhadap varietas pembanding yaitu varietas Ciherang dan Sintanur. Sedangkan Consumers Satisfaction Index digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan dengan mengukur tingkat kepentingan dan tingkat kinerja. Kerangka operasional dapat dilihat pada Gambar 8. 39 1. Kebutuhan beras akan terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk 2. Konversi lahan pertanian ke lahan non pertanian meningkat 3. Produktivitas padi inbrida telah mengalami stagnansi Peningkatan produksi padi dengan menjalankan program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) menggunakan padi hibrida (Bernas Prima) Respon Petani 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Atribut Produk padi hibrida: Anakan Produktif Patahan Beras Harga Jual Gabah Harga Benih Kerontokan Gabah Kekuatan Rebah Tanaman Ketahanan Hama Penyakit Ketersediaan Benih di Pasar Produktivitas Gabah Rasa Nasi Sertifikasi Benih Umur Tanaman Tekstur Nasi (Pulen) Karakteristik Petani dan Proses Keputusan Pembelian Analisis Deskriptif Kepuasan Konsumen terhadap benih padi Hibrida Sikap Konsumen Positioning atribut-atribut padi Hibrida Harapan dan Kepercayaan terhadap atributatribut benih padi Hibrida Analisis Biplot Analisis Multi Atribut Fishbein & Perceptual Mapping Consumers Satisfaction Index Implikasi Manajerial Gambar 8. Kerangka Pemikiran Operasional 40