BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Sepanjang kehidupan manusia ditandai oleh suatu kegiatan yang terus menerus, yakni komunikasi. Hal ini disebabkan karena sifat manusia yang pada dasarnya adalah makhluk sosial yang membutuhkan informasi dengan manusia lainnya untuk mencapai dan memenuhi kebutuhannya. Disinilah komunikasi sangat berperan penting dalam kegiatan tersebut. Komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan, terjadi dalam satu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. 4 Komunikasi merupakan unsur paling penting dan menjadi dasar bagi segala aktivitas kehidupan manusia. Dengan berkomunikasi manusia dapat saling berhubungan satu sama lain, begiitu juga halnya bagi suatu lembaga atau organisasi. Dengan kata lain komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain. Definisi Hovland menunjukan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi 4 Joseph A. Devito, Komunikasi Antar Manusia, Professional books, Jakarta, 1997. Hal 23 9 10 bukan saja penyampaian informasi melainkan juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap public (public attitude).5 Komunikasi adalah penyebaran informasi, ide-ide, sikap-sikap, atau emosi dari seseorang atau kelompok yang lain terutama melalui simbol-simbol. Dalam pengertian umum, kita melihat komunikasi jika sebuah sistem, sebuah sumber, mempengaruhi yang lain dengan mempengaruhi yang lain dengan memanipulasikan simbol-simbol alternatif, yang dapat disebarkan melalui saluran yang menghubungkan keduanya. Dari beberapa definisi mengenai proses dan pengertian komunikasi diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses penyampaian dan pengiriman pesan dari sumber kepada penerima dengan menggunakan saluran atau media. 2.1.2 Bentuk-Bentuk Komunikasi Bentuk komunikasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yaitu dari sudut media komunikasi dapat dibagi kedalam dua bentuk yakni : komunikasi primer dan komunikasi sekunder. a. Komunikasi Primer (Komunikasi Langsung) Komunikasi primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi 5 Onong Ujana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung: 2003. Hal 10 11 adalah bahasa, isyarat, gambar, dan warna. Bahwa bahasa yang paling banyak dipergunakan dalam komunikasi adalah jelas, karena hanya berbahasalah yang mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain, apakah berbentuk ide, informasi atau opini. b. Komunikasi Sekunder Komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya kerena komunikan sebagai sarannya berada ditempat yang relative jauh atau jumlahnya banyak, surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. 6 Pengertian komunikasi mempunyai enam karakteristik pokok sebagai berikut: 1. Komunikasi adalah sebagai proses 2. Komunikasi adalah upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan. 3. Komunikasi menurut adanya pertisipasi dan kerjasama dari para pelaku yang terlibat 6 4. Komunikasi bersifat simbolis 5. Komunikasi bersifat transaksional Onong Ujana Effendy, Ibid. Hal 11-16 12 6. Komunikasi menembus faktor waktu dan ruang.7 Proses komunikasi melibatkan tujuh elemen itu adalah : sumber, pesan, saluran, penerima, akibat/hasil, umpan balik dan gangguan (Lingkungan). Menurut Dennis McQuail (1987), komunikasi organisasi mencakup kegiatan komunikasi dalam suatu organisasi dan komunikasi antar organisasi. Bedanya dengan komunikasi kelompok, bahwa bersifat komunikasi organisasi lebih formal dan lebih mengutamakan prinsip-prinsip efisiensi dalam melakukan kegiatan komunikasinya.8 2.2 Komunikasi Massa 2.2.1 Pengertian Komunikasi Massa Dalam ilmu komunikasi dikenal beberapa bentuk komunikasi antara lain, komunikasi intra pribadi (komunikasi dalam diri seseorang), komunikasi antar pribadi (komunikasi antar dua orang pribadi), komunikasi dalam kelompok (komunikasi satu orang dengan beberapa orang), komunikasi antar kelompok (komunikasi antar satu kelompok satu dengan kelompok lain), komunikasi organisasi (komunikasi antar satu bagian dengan bagian lain dalam sebuah organisasi), dan komunikasi massa (komuniasi dengan banyak orang dengan menggunakan alat media massa). Komunikasi massa adalah sebagian dari bentuk-bentuk komunikasi yang dikenal dengan ilmu komunikasi, salah satu ciri yang membedakan komunikasi 7 Sasa Djuarsa Sendjaja, Dkk, Pengantar komunikasi, Ilmu Pusat Penertiban Universitas terbuka: 2003. Hal 57. 8 Ibid. 13 massa dengan komunikasi lainnya yaitu penggunaan media sebagai alat penyampai pesannya dan juga sebagai alat berkomunikasinya. 9 Komunikasi massa hanya merupakan salah satu proses komunikasi yang berlangsung pada peringkat masyarakat luas, gambaran umum menyangkut segenap unsur penting komunikasi massa telah diperoleh dari penggambaran yang diberikan oleh media massa. Batasan yang diberikan oleh para ahli komunikasi bahwa intinya komunikasi massa adalah salah satu bentuk komunikasi yang menggunakan media massa sebagai alat berkomunikasinya. Dalam ilmu komunikasi media massa adalah sarana atau alat berkomunikasi dalam komunikasi massa 10, sehingga media dilihat sebagai alat untuk menyebarkan pesan kepada sejumlah orang yang tersebar di banyak tempat dan pesan pesan-pesan yang bersifat umum tersebut disampaikan secara serentak. 2.2.2 Karakteristik Komunikasi Massa Karakteristik komunikasi massa adalah :11 1. Komunikator Terlembaga Komunikasi massa melibatkan lembaga dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks. 9 Hary Wiryawan, Dasar-Dasar Hukum Media, Penerbit Pustaka Pelajar, Jakarta: 2007. Hal 43. Ibid. Hal 42 11 Elvinaro Ardianto dan Lukiati K. Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Simbiosa Rekatama Media: 2007. Hal 3. 10 14 2. Pesan Bersifat Umum Komunikasi massa bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak di tujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa, atau opini. 3. Komunikannya Anonim dan Heterogen Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Komunikasi massa bersifat anonim berarti, komunikator tidak mengenal komunikan. Sedangkan komunikasi massa bersifat hetrogen berarti, komunikan terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi. 4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan Effendy (1981) mengartikan keserempakan media massa itu sebagai keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah. 5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan Salah satu prinsip komunikasi adalah bahwa komunikasi mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan (Mulyana, 2000 : 99). Dimensi ini menunjukkan muatan atau isi komunikasi, yaitu pada apa yang dikatakan, sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu. 15 6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah Pada proses komunikasi massa, komunikator dan komunikan tidak dapat melakukan kontak langsung karena pesan disampaikan melalui media massa. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikanpun aktif menerima pesan, namun di antara keduanya tidak dapat melakukan dialog. 7. Stimulasi Alat Indra Terbatas Dalam komunikasi massa, stimuli alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar, sedangkan pada media tv dan film, kita menggunakan indra penglihatan dan pendengaran. 8. Upan Balik Tertunda (Delayed) dan Tidak Langsung (Indirect) Dalam proses komunikasi massa, umpan balik bersifat tidak langsung (indirect) dan tertunda (delayed). Artinya, komunikator komunikasi massa tidak dapat dengan segera mengetahui bagaimana reaksi khalayak terhadap pesan yang di sampaikannya. Tanggapan khalayak bisa diterima lewat telepon, e-mail, atau surat pembaca. Proses penyampaian feedback lewat telepon, e-mail, atau surat pembaca itu menggambarkan feedback komunikasi massa bersifat indirect, sedangkan waktu yang dibutuhkan menggunakan telepon, menulis surat pembaca, mengirim e-mail itu menunjukkan bahwa feedback komunikasi massa bersifat tertunda (delayed). 16 2.2.3 Tujuan Dan Fungsi Komunikasi massa Tujuan Komunikasi massa adalah menyampaikan informasi yang sama pada saat yang bersamaan dan dapat menjangkau audience yang sangat banyak secara cepat dengan menggunakan bantuan media massa. Banyak ahli yang mengungkapkan mengenai fungsi komunikasi massa dengan versinya masing-masing. Laswell menyebutkan fungsi komunikasi massa bagi masyarakat yaitu, fungsi pengawasan lingkungan, fungsi komunikasi korelasi atau hubungan berbagai bagian dalam masyarakat menanggapi lingkungannya, dan fungsi transmisi atau pewarisan-pewarisan sosial dari satu generasi ke generasi selanjutnya, sementara itu, Charles R. Wright menambahkan satu lagi fungsi yaitu fungsi entertaiment.12 De Vito (1997) mengungkapkan bahwa, popolaritas dan pengaruh yang merasuk dari media massa hanya dapat dipertahankan apabila mereka menjalankan beragam fungsi pokok. Enam diantara fungsi yang paling penting yang dibahasnya adalah:13 1) Fungsi Menghibur (Entertaiment), bahwa media mendisain programprogram mereka untuk menghibur khalayak. Saat ini perkembangan televisi dengan persaingan yang sangat ketat telah menempatkan tayangan hiburan mendominasi jam-jam tanyangan mereka. Beberapa program hibunran antara lain adalah sinetron, film, gosip, games, dan sebagainya. 12 Heri Budianto, Tayangan Televisi, Antara Kebutuhan dan Kebuntuan Logika, Media KOM Jurnal Ilmiah, Universitas Mercu Buana, Jakarta: 2008. Hal 21. 13 Ibid. Hal 22. 17 2) Fungsi Meyakinkan (Persuade), ini adalah fungsi terpenting, persuasi datang dalam banyak bentuk, misalnya : a) Mengukuhkan sikap, kepercayaan dan nilai seseorang. Menurut De Vito sangatlah sulit mengubah sikap seseorang dari sikap tertentu ke sikap yang lain. Media massa dengan sumber daya kekuatan yang ada mampu mengukuhkan, membuat kepercayaan, sikap, nilai dan opini yang kita buat. Misalnya kaum demokrat akan mendengarkan pesan-pesan yang sesuai dengan keyakinan mereka dan akan membuat keyakinan mereka lebih kuat. b) Mengubah sikap, nilai dan kepercayaan seseorang. Dengan kekuatan media akan mengubah sementara orang yang tidak memihak dalam suatu masalah tertentu. Misalnya saja orang yang berada ditengah-tengah dan terjepit di antara orang-orang Republik dan Demokrat akan tersesat kesalah satu pihak akibat pengaruh pesan-pesan media massa. c) Menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu. Dari sudut pandang pengiklan, menggerakkan fungsi terpenting dari media adalah (actifacting) para konsumen untuk melakukan tindakan. Media berusaha mengajak para pemirsa atau pembaca untuk membeli roti merk tertentu. d) Menawarkan etika atau sistem nilai tertentu. Dengan mengungkapkan secara terbuka adanya penyimpangan tertentu dari suatu norma yang berlaku (skandal yang dilakukan oleh seorang 18 pemimpin), media merangsang masyarakat untuk mengubah situasi. Mereka menyajikan etika kolektif kepada pemirsa atau pembaca sebagai contoh, tanpa di publikasikan skandal Watergate, tidaklah mungkin muncul tuntutan masyarakat yang akhirnya menjatuhkan pemerintahan Richard Nixon. 3) Fungsi Informasi, sebagian besar komunikasi yang kita peroleh bukan dari sekolah, melainkan dari media massa. Kita belajar musik, politik, film, sosiologi dan sebagainya dari media. 4) Fungsi Membius (Norcotizing), fungsi ini paling menarik dan paling banyak di lupakan orang. Ini berarti bahwa apabila media menyajikan informasi tentang suatu hal tertentu, penerima percaya bahwa tindakan tertentu telah di ambil. Sebagai akibatnya, pemirsa atau penerima terbius ke dalam keadaan tidak aktif seakan-akan berada dalam pengaruh narkotika. Lazarsfeld dan Merton (1951), mengungkapkan “mereka membaca banyak pokok masalah dan bahkan mungkin mendiskusikan alternatif-alternatif tindakan tetepi ini lebih merupakan proses intelektual yang tidak mengaktifkan tindakan sosial. Warga masyarakat yang berkepentingan dan mengetahui informasi ini dapat memberi selamat kepada dirinya sendiri atas informasi yang diperolehnya dan lupa menyadari bahwa ia tidak dilibatkan dalam keputusan dan tindakan. Ia mengelirukan antara pengetahuan persoalan dan melakukan sesuatu atas persoalan”. 19 5) Fungsi menciptakan rasa keberasamaan, merupakan fungsi dimana kita akan terbawa dalam suasana kebersamaan terhadap kelompok tertentu. Bayangkan seorang pemirsa televisi yang sedang sendiri menyaksikan tayangan televisi. Tayangan tersebut membuat orang tersebut seolah merupakan bagian dari kelompok lain dari tayangan trelevisi tersebut. Fungsi pengawasan, ada dua hal yang dapat dilakukan media, berkaitan dengan fungsi pengawasan. Dominic dalam Sutaryo, mengungkapkan ada dua fungsi pengawasan yaitu : a) Pengawasan peringatan (warning of beware surveillance), pengawasan jenis ini terjadi apabila media menyampaikan informasi kepada kita mengenai ancaman, misalnya akan ada tsunami, gempa bumi dan sebagainya. b) Pengawasan intrumental (surveillance), fungsi ini berkaitan informasi yang berguna bagi kehidupan sehari-hari.misalnya media menyampaikan harga bahan-bahan pokok dan sebagainya. 2.2.4 Elemen Komunikasi Massa Dalam operasionalnya, proses proses komunikasi massa memerlukan berbagai komponen (elemen) penunjang. Berikut adalah komponen – komponen proses komunikasi massa : 14 14 Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, Rajawali Pers, Jakarta, 2007 20 1. Komunikator terlembaga Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Bahwa komunikasi massa itu melibatkan lembaga (organisasi profesional) dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks. Komunikator disini meliputi jaringan, stasiun lokal, direktur, dan staf teknis yang berkaitan dengan proses penyiarannya. Jadi komunikator disini merupakan gabungan dari berbagai individu dalam sebuah lembaga media massa . media massa harus memiliki daya saing, hal ini berkaitan dengan peran komunikator dan teknologi pendukung hingga mampu mencapai kepuasan khayak. Daya saing ditumbuhkan dari kebijakan yang dikeluarkan komunikator. 2. Pesan Masing-masing media massa mempunyai kebijakan sendiri dalam pengelolaan isinya. Isi media setidaknya bisa dibagi dalam enam kategori, yaitu : (1) berita dan informasi, (2) analisis dan iterpretasi, (3) pendidikan dan sosialisasi, (4) hubungan masyarakat dan persuasi, (5) iklan dan bentuk penjualan lain, dan (6) hiburan. Isi media ditunjukkan untuk orang banyak bukan kepada sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya, isi pesan komunikasi massa bersifat umum. 3. Khalayak ( audience) Khalayak di dalam komunikasi massa bersifat anonim atau heterogen. Anonim maksudnya khalayak tidak mengenal anatara satu dengan yang lainnya, karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Sedangkan heterogen, bahwa khalayak di dalam komunikasi massa terdiri dari berbagai 21 lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor usia, jenis kelamin, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi. 4. Umpan Balik Dalam komunikasi massa umpan balik biasanya terjadi secara tidak langsung. Artinya, antara komunikator dengan komunikan dalam komunikasi massa tidak terjadi kontak langsung yang memungkin mereka mengadakan reaksi langsung satu sama lain. Misalnya, bisa ditunjukkan dalam letter to the editor / surat pembaca / pembaca menulis. Dalam rublik ini biasanya sering kita lihat koreksi pembaca atas berita atau gambar yang ditampilkan media cetak. Tidak terkecuali kritikan yang ditunjukan pada media yang bersangkutan. Umpan balik merupakan bahan yang direfleksikan dalam waktu tertentu sebelum dikirimkan. Fungsinya berwenang meningkatkan jumlah dan pentingnya sebuah pesan. 5. Gangguan Terbagi menjadi dua macam, yaitu : a. Gangguan Saluran, didalam media gangguan berupa suatu hal seperti kesalahan cetak, kata yang hilang, atau paragraf yang dihilangkan dari surat kabar. Hal itu juga termasuk gambar tidak jelas di pesawat televisi, gangguan gelombang radio, baterai yang sudah aus, atau langganan majalah yang tidak datang. b. Gangguan Semantik, artinya gangguan yang berhubungan dengan bahasa. Gangguan sematik lebih rumit, kompleks, dan sering kali muncul. Bisa dikatakan, gangguan semantik adalah gangguan 22 dalam proses komunikasi yang diakibatkan oleh pengirim atau penerima pesan itu sendiri. 6. Gatekeeper Gatekeeper dimaksud disini sebagai penapis informasi, palang pintu, atau penjaga gawang. Berfungsi sebagai pemberi izin bagi tersebarnya sebuah berita. John R. Bittner (1996) mengistilahkan gatekeeper sebagai individu-individu saluran komunikasi (massa). Jika diperluas lagi maknanya, yang disebut sebagai gatekeeper adalah orang yang berperan penting dalam media massa seperti surat kabar, majalah, televisi, radio, film, internet, video tape, compact disk, dan buku. Dengan demikian, mereka yang disebut sebagai gatekeeper antara lain reporter, editor berita, editor film atau orang lain dalam media massa yang ikut menentukan arus informasi yang disebarkan. 7. Pengatur Yang dimaksud dengan pengatur dalam media massa adalah mereka yang secara tidak langsung ikut mempengaruhi proses aliran pesan media massa. Pengatur ini tidak berasal dari dalam media, tetapi diluar media. Meskipun mereka berada diluar media massa, kelompok tersebut bisa ikut menentukan kebijakan redaksional. 8. Filter Filter merupakan kerangka pikir dimana audiens sebagai penerima pesan. Filter ibarat sebuah bingkai kacamata tempat audiens bisa melihat dunia. Filter terbagi menjadi tiga jenis : filter psikologis, filter fisik, filter budaya. Semua filter 23 tersebut akan mempengaruhi kuantitas atau kualitas pesan yang diterima dan respon yang dihasilkan. 2.2.5 Isi Pesan Komunikasi Massa Kekuatan pesan pada media cetak terletak pada tulisan dan gambarnya, kekuatan pesan pada media massa radio terletak pada suara, sedangkan isi pesan media televisi terletak pada gambar, tulisan dan suara. pada pesan komunikasi massa isi pesan bersifat umum Mary B. Cassata dan Molefi K. Assante membandingkan tiga cara (mode) komunikasi antara komunikasi antar pribadi, komunikasi media, dan komunikasi massa15. Pesan (Message) terdiri dari dua aspek, yakni isi pesan (Content of message) dan lambang (Symbol) untuk mengekspresikannya, Lambang utama pada media radio adalah bahasa lisan, pada surat kabar adalah bahasa tulisan akan tetapi ada juga gambar, dan pada media film dan televisi lambang utama adalah gambar16. Sedangkan proses terjadinya komunikasi massa mengacu pada teori yang dikemukakan DeFleur yang merupakan perluasan dari model Shannon dan Weaver, model Schramm, dan model Westley dan MacLean dimana proses komunikasi massa berawal dari Source (sumber), lalu dikirim ke Transmitter (pemancar), pesan yang dikirim oleh Transmitter melalui Channel (saluran), kemudian diterima Receiver (penerima), dengan Destination (sasaran) yang telah 15 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, PT.Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, hal 76 16 Onong Uchajana Effendy, Ilmu Teori Dan Filsafat Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003, hal 312 24 ditentukan dan akhirnya akan menimbulkan FeedBack (umpan balik) dari komunikan (orang yang menerima pesan) 17. 2.2.6 Efek Komunikasi Massa Schramm dalam bukunya How Communication Works, sebagaimana dikutip Jean M. Civikly (1974) menggolongkan efek komunikasi massa kedalam efek yang bersifat khusus dan efek-efek yang bersifat umum18. 1. Efek umum Efek umum menyangkut efek dasar yang diramalkan dapat terjadi akibat pesan-pesan yang disiarkan melalui media massa. 2. Efek Khusus Efek khusus terutama menyangkut ramalan tentang efek yang diperkirakan akan timbul pada individu-individu dalam suatu mass audience pada perilaku mereka dalam menerima pesan-pesan media massa. Pembahasan lebih lanjut mengenai teori komunikasi massa ini ditujukan juga pada jenis-jenis efek yang dapat dipelajari melalui teori ini. Secara singkat kajian terhadap efek tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut19: 17 Op.cit Deddy Mulyana. Hal 153 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Grasindo, Jakarta: 2004. Hal 89 19 Sasa Djuarsa Sendjaja, Dkk, Teori Komunikasi, Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta: 2004 Hal 5.27. 18 25 a. Kognitif: Efek kognitif adalah efek yang berkaitan dengan pengetahuan seseorang sebagai akibat yang ditimbulkan oleh media massa. Dalam kondisi ini maka akan muncul kecenderungan untuk mendefinisikan hal-hal yang baru, penyesuain sikap, menegaskan kembali nilai-nilai yang berlaku atau mempromosikan nilainilai baru yang kesemuanya itu menstimulasi pertukaran informasi20. Komunikasi massa tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan21. b. Afektif: Menurut Joseph Klapper ada lima prinsip umum dalam pembentukan atau perubahan sikap yaitu:22 1. Pengaruh komunikasi massa diantarai predisposisi personal selektif dan keanggotaan kelompok (Factor Person). 2. Faktor-faktor tadi komunikasi massa berfungsi untuk memperkokoh sikap dan pendapat yang ada, selain itu juga berfungsi sebagai media pengubah. 3. Bila komunikasi massa menimbulkan perubahan sikap, perubahan kecil pada intensitas sikap lebih umum akan terjadi “konversi” dari satu sisi ke sisi yang lain. 20 Ibid. Hal 202. Ahmad Fauzi, Siti Mutmainah, Psikologi Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta: 2005 Hal 9.21. 22 Ibid. Hal 9.22. 21 26 4. Komunikasi massa cukup efektif dalam mengubah sikap dan bidangbidang pada pendapat orang lemah. 5. Komunikasi massa cukup efektif dalam menciptakan pendapat tentang masalah-masalah yang baru bila tidak ada predisposisi yang memperteguh. Charles K. Atkin menyatakan bahwa media massa dapat mempengaruhi orientasi afektif, tetapi dampaknya tidak sebesar pada orientasi kognitif23. c. Behavioral: Efek behavioral mengacu pada perilaku khalayak, pada tindakan dan gerakan yang tampak pada kehidupan sehari-hari meliputi pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku.24 2.3 Media Massa 2.3.1 Pengertian Media Massa Media massa adalah suatu alat yang digunakan didalam proses komunikasi massa. Terdiri dari media cetak (surat kabar, majalah) dan media elektronik (radio, televisi dan internet). Yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar disampaikan secara cepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik). 25 Media massa yang dimaksud adalah televisi yang menjadi alat agar sebuah proses 23 Ibid. Hal 9.22. Ibid. Hal 9.23. 25 Morissan, Jurnalistik Tv Mutahir, Ramadani Prakasa, Jakarta: 2003. Hal 5. 24 27 komunikasi massa dapat berjalan dengan lancar. Televisi melalui tayangannya, dalam hal ini dapat menyampaikan pesan-pesan kepada massanya khususnya audiens. 2.3.2 Karakteristik Media Massa Media massa memiliki karakteristik tersendiri, yaitu :26 a. Melembaga, artinya dalam media massa pihak yang mengelola media melibatkan banyak individu. Mulai dari pengumpulan, pengelolaan, sampai pada penyajian informasi. b. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkikan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Umpan balik dari penerima (khalayak) lazimnya tertunda. c. Jangkauan luas, artinya media massa memiliki kemampuan untuk menghadapi jangkauan yang lebih luas dan kecepatan dari segi waktu, juga bergerak secara luas dan silmultan dimana dalam waktu bersamaan informasi yang disebarkan dapat diterima oleh banyak individu. d. Massa tak terbatas, artinya pesan yang disampaikan dapat diserap siapa saja tanpa membedakan faktor demografi seperti jenis kelamin, usia, sukubangsa, bahkan tingkat pendidikan. e. Dalam menyampaikan pesan, memerlukan peralatan teknis dan mekanis. 26 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT Raja Gravindo Persada, Jakarta: 2003. Hal 134-135. 28 2.3.3 Fungsi Media Massa Fungsi media massa sejalan dengan fungsi komunikasi massa. Menurut Pareno ada empat fungsi media massa, yaitu fungsi penyalur informasi, fungsi mendidik, fungsi menghibur, dan fungsi mempengaruhi. Keempat fungsi tersebut melekat dalam media massa secara utuh, dalam arti harus dilaksanakan secara bersama-sama dan tidak boleh mengutamakan satu atau dua fungsi tapi mengabaikan fungsi lain. Dengan kata lain, fungsi media massa adalah four in one fungction.27 Dijelaskan lebih jauh oleh Wright (dalam Baran& Davis, 2003) bahwa media massa dipilih menjadi empat fungsi yang dikenal dengan The Classic Four Functins of The Media, yaitu : 1. Surveillance of the environment (pengawasan) Media massa disini memiliki fungsi pengontrol lingkungan masyarakat atau disebut dengan penyediaan informasi tentang lingkungan. 2. Correlation of the parts of society (penghubung) Media massa menjadi penghubung bagi antar masyarakat dengan lingkungan sekitar. Media mempunyai fungsi untuk menyalurkan informasi dari satu tempat ketempat lain, dari satu individu keindividu lain. 27 Pareno, S. A, Media Massa AntaraRealitas dan Mimpi, Papyrus, Surabaya: 2005. Hal 51. 29 3. Transmission of the social heritage Media massa memiliki kemampuan mengkomunikasikan nilai-nilai, norma, dan gaya hidup dari satu generasi lain. Serta adanya sosialisasi dan pendidikan. 4. Entertainment Media massa memiliki fungsi untuk menghibur masyarakatnya. 2.4 Televisi sebagai Media Massa 2.4.1 Pengertian Televisi sebagai Media Massa Televisi merupakan media yang dapat mendominasi komunikasi massa karena sifatnya yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan khalayak. 28 Kelebihan televisi sebagai media massa adalah dapat menyampaikan pesannya secara audio visual, artinya televisi dapat dilihat dan didengar sehingga memudahkan masyarakat dalam menerima pesan-pesan yang disampaikan televisi. Televisi mampu menyita perhatian tanpa mengenal usia, pekerjaan dan pendidikan, hal ini karena televisi memiliki sejumlah kelebihan terutama kemampuannya dalam menyatukan antara fungsi audio dan visual, ditambah dengan kemampuannya dalam memainkan warna. Penonton leluasa menentukan saluran mana yang mereka senangi. 28 Riswandi, Dasar dasar-penyiaran, Graha Ilmu. Jakarta : 2009. Hal 2. 30 Selain itu, Tv juga mampu mengatasi jarak dan waktu, sehingga penonton yang tinggal di daerah-daerah terpencil dapat menikmati siaran Tv. Pendek kata Tv membawa bioskop ke dalam rumah tangga, mendekatkan dunia yang jauh kedepan mata tanpa perlu membuang waktu dan uang untuk mengunjungi tempat tersebut.29 2.4.2 Karakteristik Televisi Sebagai media massa, tentu televisi memiliki karakteristik. Berikut ini adalah beberapa karakteristik televisi :30 a. Audiovisual Televisi memiliki kelebihan dapat didengar ( audio ) dan dilihat ( visual ). Karena sifat audio visual ini, selain kata-kata televisi juga menampilkan informasi- informasi yang disertai gambar, baik gambar diam seperti foto, gambar peta, maupun film berita, yakni rekaman peristiwa. b. Berpikir dalam gambar Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses ini, pertama; visualisasi, yaitu menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan menjadi gambar-gambar. Kedua; penggambaran, yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu. 29 30 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: 1998. Hal 35. Op.cit. Hal 5. 31 c. Pengoperasian / cara kerja yang kompleks Dibandingkan dengan media radio, pengoperasian televisi lebih kompleks karena lebih banyak melibatkan orang. 2.5 Program Religi Pengertian Religi menurut Endang Saifuddin Ashari berarti bentuk-bentuk yang mempunyai ciri-ciri khas dari kepercayaan dan aktivitas manusia yang biasa dikenal sebagai kepercayaan dari aktivitas religion, yaitu dalam bentuk ibadah, kepercayaan terhadap Tuhan, penerimaan atas wahyu yang supranatural dan penerimaan, keselamatan. 31 Sedangkan program adalah segala hal yang ditampilkan oleh stasiun penyiaran yang memenuhi kebutuhan audiensnya, dengan demikian program memiliki pengertian yang sangat luas.32 Berdasarkan pengertian diatas, maka peneliti menarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan program atau tayangan religi adalah gambar hidup yang didalamnya menceritakan tentang kehidupan manusia sebagai umat yang beragama, bagaimana cara bertutur kata, berperilaku baik hubungannya terhadap Tuhan dan hubungan sesama manusia, maupun hubungan lingkungan sekitar. 31 H. Endang Saifuddin Anshara. Agama dan Kebudayaan, Surabaya: PT. Bina Ilmu: 1982. Hal 11. 32 Morissan, Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & Televisi, Jakarta : Ramdina Prakarsa 2005. Hal 202. 32 2.6 Persepsi 2.6.1 Pengertian Persepsi Ketika seseorang bertemu dengan orang lain yang baru dikenalnya, biasanya orang mempunyai opini. Opini ini muncul karena orang tersebut mempunyai persepsi, akar opini ini bersumber tak lain dari persepsi. Persepsi ditentukan oleh faktor-faktor seperti : 33 1. Latar belakang budaya 2. Pengalaman masa lalu 3. Nilai-nilai yang dianut 4. Berita-berita yang berkembang Menurut Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson, menyebutkan bahwa persepsi terdiri dari tiga aktivitas, yaitu : seleksi, organisasi, dan interpretasi. Yang dimaksud seleksi sebenarnya mencakup sensasi dan atensi, sedangkan organisasi melekat pada interpretasi, yang dapat didefinisikan sebagai “meletakkan suatu rangsangan bersama rangsangan lainnya sehingga menjadi suatu keseluruhan yang bermakna. Persepsi mencakup penginderaan (sensasi) melalui alat-alat panca indra (mata,telinga, hidung,kulit, dan lidah), Atensi dan Interpretasi. Sensasi menunjuk pada pesan yang dikirim ke otak melalui alat-alat panca indera manusia. Panca indra adalah reseptor yang berfungsi sebagai penghubung antara otak manusia dengan lingkungan sekitar. Persepsi adalah inti 33 Rhenald Kasali, Manajemen Public Relations Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, PT Pustaka Utama Grafiti, Jakarta: 2008. Hal 23-24. 33 komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi, yang identik dengan penyandian balik.34 Ada beberapa definisi tentang persepsi dari beberapa ahli 1. Robert A. Baron dan Paul B. Paulus dalam Deddy Mulyana mengatakan, bahwa persepsi adalah proses yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasi, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi prilaku kita.35 2. Brian Fellows dalam Deddy Mulyana mengatakan, bahwa persepsi adalah proses yang memungkinkan suatu organisme menerima dan menganalisis informasi.36 3. Joseph A. DeVito, persepsi adalah proses dengan mana kita menjadi sadar akan banyaknya stimuli yang mempengaruhi indra kita. 37 Jadi dapat dikatakan bahwa persepsi ini merupakan cara pandang seseorang terhadap sesuatu atau informasi. Bisa saja dalam situasi yang sama, seseorang akan memiliki pandangan yang berbeda dengan orang lain, hal ini bisa terjadi karena setiap orang akan melihat sesuatu hal melalui panca indranya. Namun setiap orang akan berbeda dalam mengikuti, mengatur, dan menginterpretasikan informasi yang masuk. 34 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung : 2005. (Long.cit Hal 168-169) 35 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung: 2000. Hal 167 36 Ibid Hal 168. 37 Ibid Hal168. 34 Dalam uraian mengenai persepsi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Persepsi-persepsi dibangun oleh keempat faktor tersebut, mengenai latar belakang budaya menyatakan bahwa suatu budaya perusahaan sudah menjadi bagian dari identitas perusahaan karena disetiap perusahaan atau institusi pasti memiliki perbedaan budayanya. Suatu perusahaan harus menciptakan budaya yang baik sehingga publik mendapat nilai-nilai baik pula. persepsi itu lahir dari adanya pengalaman dimasa lalu yang dipertajam oleh nilai-nilai budaya, nilai-nilai yang dianut, serta berita-berita yang berkembang. Komponen ini sepertinya memberikan suatu rekaman dibenak seseorang dan siap diputar kelak dikemudian hari bila dihadapkan oleh stimuli tertentu. Stimuli yang masuk akan dicocokan dengan rekaman yang ada untuk memberikan suatu interpretasi. 2.6.2 Proses Persepsi Bagi hampir semua orang, sangatlah mudah untuk melakukan perbuatan melihat, mendengar, membau, merasakan dan menyentuh, yakni proses-proses yang sudah semestinya ada. Namun informasi yang datang dari organ-organ indra, perlu terlebih dahulu diorganisasikan dan diinterpretasikan sebelum dapat dimengerti; dan proses ini dinamakan persepsi. Meskipun banyak stimulus berbeda-beda yang sampai kepada kita tentang masalah yang sama, apa yang bisa kita hayati adalah terbatas pada saat-saat tertentu. apa yang kita hayati tidak hanya bergantung pada stimulus, tetapi juga pada proses kognitif yang merefleksikan minat, tujuan, dan harapan seseorang pada saat itu. Pemusatan persepsi ini disebut “perhatian”. 35 Jalaluddin Rakhmat menggambarkan proses terjadinya persepsi dengan skema model.38 Stimulus Atensi Interpretasi Kognitif 1. Perhatian (Attention) Bila kita lihat, yang menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi persepsi adalah perhatian (Attention). Menurut Kenneth E. Anderson seperti yang dikutip oleh Jalaluddin Rakhmat dalam buku psikologi komunikasi mengatakan bahwa perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lain melemah. 39 Dengan kata lain perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indra kita, dan mengesampingkan masukan-masukan alat indra lainnya. Perhatian mempunyai fungsi memiliki dan mengarahkan rangsanganrangsangan yang sampai kepada kita, sehingga tidak kita terima secara kacau. Perhatian dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat dibagi dalam dua golongan besar yaitu, faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar adalah faktor-faktor yang terdapat pada objek yang diamati itu sendiri, yaitu intensitas atau ukuran, kontras, pengulangan, dan gerakan. Sedangkan faktor dalam adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu yaitu motif, kesediaan dan harapan.40 38 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung : 1994. Hal 51. Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung : 2001. Hal 52. 40 Alex Sobur, Psikologi Umum, Pustaka Setia Bandung Cetakan I, Bandung: 2003. Hal 448-449. 39 36 Manusia akan lebih memperhatikan hal-hal yang menarik dari pada yang tidak menarik. Apa saja yang menjadi perhatian kita, dapat lolos dari perhatian orang lain. Kita hanya ingin melihat apa yang kita lihat, dan mendengar apa yang ingin kita dengar. Kita cenderung memperhatikan hal-hal tertentu yang penting, menonjolkan atau melibatkan diri kita. 2. Penafsiran (Interpretasi) Persepsi juga sering disebut dengan tindakan memberi makna melalui indra-indra kita untuk menafsirkan suatu informasi dalam bentuk yang lebih berarti. Penafsiran merupakan proses dimana penerima memberi arti terhadap pesan yang diterimanya, mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya, dan mengisinya dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang dipersepsikan. Setiap makna yang timbul akan berbeda-beda dengan individu lainnya dalam menafsirkan informasi. Hal ini karena setiap individu mengorganisasikan rangasangan yang diterimannya sesuai dengan kenyataan yang ada didirinya. Oleh karena itu, ragam penafsiran akan muncul pada setiap individu walaupun stimulinya sama. 3. Pengetahuan (Kognitif) Persepi adalah sumber pengetahuan tentang dunia, kita ingin mengenali dunia dan lingkungan yang mengelilingnya. “pengetahuan adalah kekuasaan” menurut Udai Pareek (1996). Tanpa pengetahuan, kita tidak dapat bertindak secara efektif. Persepsi adalah sumber utama untuk pengetahuan itu. Persepsi 37 adalah proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan memberikan reaksi kepada rangsangan panca indra atau data. 41 Setelah tahap atensi dan interpretasi, akan muncul suatu respon yang disebut kognitif atau kognisi. Dimana merupakan suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus. Keyakinan ini akan muncul apabila individu telah mengerti rangsangan tersebut sehingga individu harus diberikan informasiinformasi yang cukup mempengaruhi perkembangan kognisinya. Terdapat beberapa segi atau proses yang dikemukakan Udai Pareek (1996) sebagai berikut:42 1. Proses menerima rangsangan Proses pertama dalam persepsi ialah menerima rangsangan atau data dari berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui panca indra, melihat sesuatu, mendengar, mencium, merasakan, atau menyetuhnya, sehingga kita mempelajari segi-segi lain dari sesuatu itu. 2. Proses menyeleksi rangsangan Setelah diterima, rangsangan atau data diseleksi. Tidaklah mungkin untuk memperhatikan semua rangsangan yang telah diterima. Demi menghemat perhatian yang digunakan, rangsangan-rangsangan itu disaring dan diseleksi untuk diproses lebih lanjut. Terdapat dua faktor menentukan seleksi rangsangan itu, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. 41 42 Alex Sobur, Psikologi Umum, Pustaka Setia Bandung Cetakan I, 2003: (Op.Cit.Hal 451) Alex Sobur, Psikologi Umum, Pustaka Setia Bandung Cetakan I, 2003: (Op.Cit.Hal 451-464) 38 Faktor intern yang mempengaruhi seleksi persepsi, dalam menyeleksi berbagai gejala untuk persepsi, faktor-faktor intern berkaitan dengan diri sendiri. Faktor-faktor tersebut adalah kebutuhan psikologis, latar belakang, pengalaman, kepribadian, sikap dan kepercayan umum, dan penerimaan diri. Sedangkan Faktor ektern yang dianggap penting pengaruhnnya persepsi terhadap seleksi rangsangan ialah : intensitas, ukuran, kontras, gerakan, ulangan, keakraban, sesuatu yang baru. 3. Proses pengorganisasian Rangsangan yang diterima selanjutkan diorganisasikan dalam suatu bentuk. Ada tiga dimensi utama dalam pengorganisasian rangsangan yakni: a. Pengelompokan Berbagai rangsangan yang telah diterima dikelompokan dalam suatu bentuk. Beberapa faktor digunakan untuk mengelompokan rangsangan itu antara lain : kesamaan, rangsangan-rangsangan yang mirip dijadikan satu kelompok, kedekatan, hal-hal yang lebih dekat antara satu dan yang lain juga dikelompokan menjadi satu, ada suatu kecendrungan untuk melengkapi hal-hal yang dianggap belum lengkap b. Bentuk timbul dan latar Ini merupakan salah satu proses persepsi yang paling menarik dan paling pokok. Dalam melihat rangsangan atau gejala, ada kecendrungan untuk memusatkan perhatian pada gejala-gejala tertentu 39 yang timbul menonjol, sedangkan rangsangan atau gejala lainnya berada dilatar belakang. c. Kemantapan persepsi Ada suatu kecenderungan perubahan-perubahan konteks untuk tidak menstabilkan persepsi, mempengaruhinya. dan Dalam persepsi dunia tiga dimensional, faktor ketetapan memainkan peranan yang penting. 4. Proses penafsiran Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, si penerima lalu menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Dikatakan bahwa telah terjadi persepsi setelah data itu ditafsirkan. Persepsi pada pokoknya memberikan arti pada berbagai data dan informasi yang diterima. 5. Proses pengecekan Sesudah data diterima dan ditafsirkan, si penerima mengambil beberapa tindakan untuk mengecek apakah penafsirannya benar atau salah. Proses pengecekan ini mungkin terlalu cepat dan orang mungkin tidak menyadarinya. Pengecekan ini dapat dilakukan dari waktu kewaktu untuk menegaskan apakah penafsiran atau persepsi dibenarkan oleh data baru. 6. Proses reaksi Tahap terakhir dari proses perseptual ialah bertindak sehubungan dengan apa yang telah diserap. Hal ini biasannya dilakukan jika seseorang berbuat sesuatu sehubungan dengan persepsinya. Misalnya, seseorang bertindak 40 dengan sehubungan dengan persepsi yang baik atau yang buruk yang telah dibentuknya. Dari uraian diatas dalam beberapa proses yang mempengaruhi persepsi, sangat berkesinambungan yang dimulai dari proses penerimaan rangsangan hingga proses reaksi penerima pesan itu dari seluruh proses tersebut akan menciptakan suatu persepsi seseorang. 2.7 Khalayak Khalayak adalah salah satu aktor dari proses komunikasi. Karena itu unsur khalayak tidak boleh diabaikan, sebab berhasil atau setidaknya suatu proses komunikasi ditentukan oleh khalayak. Khalayak dalam studi komunikasi bisa berupa individu, kelompok dan masyarakat. 43 Khalayak kian penting bagi media, karena hal itulah yang diperhatikan pengiklan. Pengiklan selalu berusaha memastikan uang yang dikeluarkannya tidak sia-sia. Karenanya mereka selalu berusaha mencari tahu seberapa jauh khalayak dari suatu koran, majalah, radio dan televisi bisa diandalkan untuk iklan dan tidak sekedar melihat data jumlah khalayaknya saja. Mereka juga akan mengorek program apa yang paling digemari, jam berapa khalayak menyimak pesan media, jenis media apa yang paling cocok untuk produk yang hendak di iklankan dan sebagainya. 44 43 44 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: 1998. Hal 151. The Odore Paterson, Media Massa dan Masyarakat Modern, Bandung: 2004. Hal 309. 41 2.7.1 Krakteristik Khalayak Khalayak memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Khalayak sebagai Penggarap Informasi Pada dasarnya proses pengolahan informasi yang terjadi pihak penerima bersifat selektif. Pihak penerima pesan pada saat berhadapan dengan bentuk informasi tentu akan melakukan decoding. Isi pesan tidak akan dicerna atau diolah karena tidak masuk dalam kerangka pengetahuan dan pengalaman hidupnya atau karena dipandang tidak sesuai dengan keperluan, minat dan keinginannya. 2. Khalayak Sebagai “Problem Solver” Khalayak jelas tidak terlepas dari permaslahan kehidupan yang mereka hadapi. Mereka juga akan selalu berupaya mencari cara pemecahannya. Dengan demikian informasi atau pesan uang dipandang tidak membantu mereka dalam memecahkan masalah atau mungkin penambah kesulitan baru, jelas tak akan dapat perhatian mereka. 3. Khalayak Sebagai mediator Pada dasarnya proses penyebaran informasi tidak berhenti pada khalayak sasaran secara langsung sebagai barisan pertama. Arus penyebaran informasi bisa melalui barbagai tahap dan barisan. 42 4. Khalayak yang Mencari Pembela Seseorang memilih suatu medium tertentu dengan alasan bahwa informasi yang di peroleh dari medium tersebut mampu mendukung atau memperkuat keyakinannya. 5. Khalayak Sebagai Anggota Kelompok Sebagai makhluk sosial, seorang individu juga terikat oleh nilai-nilai kelompok yang diikutinya, baik secara formal maupun informal. 6. Khalayak Sebagai Kelompok Penyajian informasi/pesan dengan sendirinya akan disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik dari kelompok khalayak sasaran. 7. Selera Khalayak Agar penyampaian informasi mencapai sasarannya, terlebih dahulu perlu diketahui apa dan bagaimana selera dari calon sasaran khalayak yang akan dituju. Selera khalayak ini biasa berubah-ubah.45 45 Ibid. 43 2.8 Model S-R Model Stimulus-Respons (S-R) adalah model komunikasi yang paling dasar. Model ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi, khususnya yang beraliran behavioristik. Model tersebut menggambarkan hubungan stimulus-respons. STIMULUS RESPONS Model ini menunjukan komunikasi sebagai proses aksi-reaksi yang sangat sederhana. Bila seorang lelaki berkedip kepada seorang wanita, dan kemudian wanita itu tersipu malu, atau bila saya tersenyum dan kemudian Anda membalas senyuman saya, itulah pola S-R. Jadi model S-R mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan-tulisan), isyarat-isyarat nonverbal, gambar-gambar, dan tindakantindakan tertentu yang merangsang orang lain untuk memberikan respons dengan cara tertentu. Oleh karena itu Anda dapat menganggap proses ini sebagai pertukaran atau pemindahan informasi atau gagasan. Proses ini dapat bersifat timbal-balik dan mempunyai banyak efek. Setiap efek dapat mengubah tindakan komunikasi (communication act) berikutnya. Sebagai contoh, ketika seseorang yang anda kagumi atau menarik perhatian anda tersenyum kepada anda tersenyum kepada nda ketika berpapasan di jalan, boleh jadi anda akan membalas senyumannya, karena anda merasa senang. Pada gilirannya, merasa mendapatkan sambutan, orang tadi bertanya kepada anda, “Mau ke mana?” Lalu anda menjawab “Mau kuliah.” Ia pun melambaikan tangan pula. Di kampus masih mengenang peristiwa sebelumnya 44 yang menyenangkan, anda juga tersenyum-senyum kepada orang lain dan mendapatkan tanggapan dari teman anda, “ Kok kamu tampak bahagia sekali, sih.” Begitulah seterusnya. Pola S-R ini dapat pula berlangsung negatif, misalnya orang pertama menatap orang kedua dengan tajam, dan orang kedua balik menatap, menunduk malu, memalingkan wajah, atau membentak, “ apa lihat-lihat? Nantang, ya?” atau, orang pertama melotot dan orang kedua ketakutan. Model S-R mengabaikan komunikasi sebagai suatu proses, khususnya yang berkenaan dengan faktor manusia. Secara implisit ada asumsi alam model SR ini bahwa perilaku (respons) manusia dapat di ramalkan. Ringkasnya, komunikasi dianggap statis; manusia dianggap berperilaku karena kekuatan dari luar (stimulus), bukan berdasarkan kehendak, keinginan, atau kemauan bebasnya. Model ini lebih sesuai bila di terapkan pada sistem pengendalian suhu udara alihalih pada perilaku manusia. 46 46 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT Remaja Rosdakarya. Bandung: 2008. Hal 143- 145.