BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan Gambaran tentang perkembangan finansial dari suatu perusahaan dapat diperoleh dengan mengadakan analisis atau interprestasi terhadap data finansial dari perusahaan bersangkutan, dimana data finansial itu tercermin didalam laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan laporan yang berisikan sekumpulan informasi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu yang disajikan dalam bentuk laporan sistematis yang mudah dibaca dan dipahami oleh semua pihak yang membutuhkan. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan maupun perkembangan suatu usaha adalah para pemilik perusahaan, manajer perusahaan yang bersangkutan, para kreditur, bankers, para investor dan pemerintah di mana perusahaan tersebut berdomisili, buruh serta pihak-pihak lainnya. Laporan Keuangan dibuat agar dapat digunakan untuk menganalisis kesehatan ekonomi perusahaan. Pengertian laporan keuangan menurut PSAK No. 1, Paragraf 07 (IAI,2007:1) yaitu sebagai berikut : Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga. Menurut Harahap (2010:105), laporan keuangan adalah media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suau perusahaan. Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk komunikasi antara data keuangan atau aktifitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.Selain itu laporan keuangan dapat dijadikan sebagai sumber informasi tentang perusahaan di masa lampau dan dapat memberikan petunjuk untuk penetapan kebijakan di masa yang akan datang. Jadi, selain untuk menyediakan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam menilai kinerja manajemen perusahaan untuk membuat keputusan, juga sebagai alat pertanggungjawaban manajemen kepada pihak yang menanamkan dananya di perusahaan. Tujuan laporan keuangan sebagaimana dikemukakan dalam PSAK No.1 paragraf 05 (IAI, 2007:2) Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Laporan keuangan yang disusun secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan selama kurun waktu tertentu. Keadaan inilah yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan. Laporan keuangan beserta pengungkapannya dibuat perusahaan dengan tujuan memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan– keputusan investasi dan pendanaan. Laporan keuangan harus memberikan informasi : a) untuk keputusan investasi dan kredit, b) mengenai jumlah dan timing arus kas, c) mengenai aktiva dan kewajiban, d) mengenai kinerja perusahaan, e) mengenai sumber dan penggunaan kas, f) penjelas dan interpretif, serta g) untuk menilai stewardship. Komponen laporan keuangan sebagaimana dikemukakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 paragraf 07 (IAI, 2007:2) bahwa laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponenkomponen berikut ini: a) b) c) d) e) Neraca, laporan laba rugi, laporan ekuitas pemilik, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan. 2. Laporan Arus Kas Operasi Laporan arus kas operasi merupakan salah satu bagian penting dari laporan arus kas. Laporan arus kas adalah laporan yang mengikhtisarkan penerimaan dan pengeluaran kas dari sebuah kesatuan usaha untuk suatu periode waktu tertentu. Laporan arus kas melaporkan nilai bersih arus kas dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan perusahaan. Laporan arus kas merupakan salah satu komponen laporan keuangan yang wajib untuk disampaikan oleh perusahaan yang mencatatkan sahamnya di bursa efek pada laporan keuangannya. Tujuan penyajian informasi arus kas pada PSAK No.2 (IAI, 2007:1) “berguna bagi para pengguna laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas serta setara kas dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut”. Tujuan dari laporan arus kas adalah memberi informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas dari suatu perusahaan melalui laporan arus kas. Menurut PSAK No.2 (IAI,2007:1), “laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasi menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Dalam penelitian ini yang peneliti ingin membahas laporan arus kas operasi dalam aktivitas operasi. Menurut PSAK No.2 (IAI,2007:3) Arus kas dari aktivitas operasi merupakan “ indikator yang menentukan apakah operasi perusahaan yang dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar”. Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan (principal revenue activities). Oleh karena itu, arus kas tersebut umumnya berasal dari transaksi–transaksi yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih. Arus kas dari aktivitas operasi secara rinci menurut PSAK No.2 (IAI, 2007:3) terdiri dari; a) b) c) d) e) penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa, penerimaan kas dari royalti, fees, komisi dan pendapatan lain, pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa, pembayaran kas kepada karyawan, penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat asuransi lainnya, f) pembayaran kas atau penerimaan kembali (restusi) pajak penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi, g) penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan untuk tujuan transaksi usaha dan perdagangan. Perusahaan harus melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan mengunakan salah satu metode dari metode berikut ini: a) Metode langsung: dengan metode ini kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto diungkapkan : atau b) Metode tidak langsung : dengan metode ini laba atau rugi bersih disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan (deferral) atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan. Perusahaan dianjurkan untuk melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan metode langsung. Metode ini menghasilkan informasi yang berguna dalam mengestimasi arus kas masa depan yang tidak dapat dihasilkan dengan metode tidak langsung. Dengan metode langsung, informasi mengenai kelompok utama penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto dapat diperoleh baik : a) Dari catatan akuntansi perusahaan ; atau b) Dengan menyesuaikan penjualan, beban pokok penjualan, dan pospos lain lain dalam laporan laba rugi untuk : a. Perubahan persediaan, piutang usaha, dan utang usaha selama periode berjalan, b. Pos bukan kas lainnya, c. Pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi dan pendanaan. Dalam metode tidak langsung, arus kas bersih dari aktivitas operasi ditentukan dengan menyesuaikan laba atau rugi bersih dari pengaruh : a) Perubahan persediaan dan piutang usaha serta utang usaha selama periode berjalan b) Pos bukan kas seperti penyusutan, penyisihan, pajak ditangguhkan, keuntungan, dan kerugian valuta asing yang belum direalisasi, laba perusahaan asosiasi yang belum dibagikan, serta hak minoritas dalam laba/rugi konsilidasi ; dan c) Semua pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan. Metode langsung PT ABC Laporan Arus Kas Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2010 Arus kas dari aktivitas operasi Penerimaan kas dari pelanggan 30.150 Pembayaran kas kepada pemasok dan karyawan (27.600) Kas yang dihasilkan operasi 2.550 Pembayaran bunga 270 Pembayaran pajak penghasilan (900) Arus kas sebelum pos luar biasa 1.380 Hasil dari asuransi karena gempa bumi 180 Arus kas bersih dari (untuk) aktivitas operasi 1.560 Arus Kas dari Aktivitas Investasi Perolehan anak perusahaan x dengan kas Pembeliaan tanah, bangunan, dan peralatan Hasil dari penjualan peralatan Penerimaan bunga Perimaan Dividen Arus kas Bersih dari aktivitas investasi Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan Hasil dari penerbitan modal saham Hasil dari pinjaman jangka panjang Pembayaran utang sewa pembiayaan Pembayaran dividen* Arus kas bersih dari aktivitas pendanaan Kenaikan bersih kas dan setara kas Kas dan setara kas pada awal periode Kas dan setara kas pada akhir periode Sumber : Standar Akuntansi Keuangan 2007 (550) (350) 20 200 200 (480) 250 250 (90) (1.200) (790) 290 120 410 Metode tidak langsung PT ABC Laporan Arus Kas Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2010 Arus kas dari aktivitas operasi Laba bersih sebelum pajak dan pos luar biasa Penyesuaian untuk : Penyusutan Kerugian selisih kurs Penghasilan Investasi Beban bunga Laba operasi sebelum perubahan modal kerja Kenaikan piutang dagang Penurunan persediaan Penurunan utang dagang Arus kas dari aktivitas operasi Pembayaran bunga Pembayaran pajak penghasilan Arus kas sebelum pos luar biasa Hasil dari penyelesaian asuransi gempa bumi Arus kas bersih dari aktivitas operasi Arus Kas dari Aktivitas Investasi Perolehan anak perusahaan x dengan kas Pembeliaan tanah, bangunan, dan peralatan Hasil dari penjualan peralatan Penerimaan bunga Perimaan Dividen Arus kas Bersih dari aktivitas investasi Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan Hasil dari penerbitan modal saham Hasil dari pinjaman jangka panjang Pembayaran utang sewa pembiayaan Pembayaran dividen* Arus kas bersih dari aktivitas pendanaan Kenaikan bersih kas dan setara kas Kas dan setara kas pada awal periode Kas dan setara kas pada akhir periode Sumber : Standar Akuntansi Keuangan 2007 3.350 450 40 (500) 400 3.740 (500) 1.050 (1.740) 2.250 (270) (900) 1.380 180 1.560 (550) (350) 20 200 200 (480) 250 250 (90) (1.200) (790) 290 120 410 3. Laba Bersih Indikator kinerja dari suatu perusahaan adalah laba, karena tujuan utama dari kegiatan operasional yang dijalankan oleh perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Perbandingan yang tepat atas pendapatan dan biaya tergambar dalam laporan laba rugi. Laba terdiri dari empat elemen utama yaitu pendapatan (revenue), beban (expense), keuntungan (gain), dan kerugian (loss). Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang memiliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks. Laba umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi : a) Pembuatan kebijakan dividen dan penahanan laba suatu perusahaan. b) Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu investasi dan pedoman pengambilan keputusan. c) Laba dipandang sebagai suatu peralatan prediktif yang membantu dalam peramalan laba mendatang dan peristiwa ekonomi yang akan datang. Secara umum laba diklasifikasikan atas empat jenis, yaitu: a) Laba kotor Laba kotor didapat dari pendapatan dikurangi harga pokok penjualan. b) Laba operasi Laba operasi didapat dari laba kotor dikurangi beban operasi. c) Laba sebelum pajak Laba sebelum pajak didapat dari laba dari operasi berjalan sebelum cadangan untuk pajak penghasilan. d) Laba bersih Laba bersih didapat dari laba dari bisnis perusahaan yang sedang berjalan setelah bunga dan pajak”. Laba besih menurut Riahi dan Belkaoui (2000:332) merupakan “perbedaan antara pendapatan yang direalisasikan yang berasal dari transaksi suatu periode dan berhubungan dengan biaya historis. Dalam metode historical cost (biaya historis) laba diukur berdasarkan selisih aktiva bersih awal dan akhir periode yang masing-masing diukur dengan biaya historis, sehingga hasilnya akan sama dengan laba yang dihitung sebagai selisih pendapatan dan biaya”. Laba bersih dapat dijadikan sebagai suatu ukuran kinerja perusahaan selama 1 periode tertentu. Laba bersih merupakan suatu ukuran berapa besar harta yang masuk (pendapatan dan keuntungan) melebihi harta yang keluar (beban dan kerugian). 4. Dividen Tunai Sebagian keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam operasinya akan didistribusikan kepada pemegang saham dan sebagian lagi akan akan ditahan untuk diinvestasikan pada investasi yang menguntungkan. Terkait dengan keuntungan tersebut maka manajer keuangan harus dapat mengambil keputusan mengenai besarnya keuntungan yang harus dibagikan kepada pemegang saham dan berapa yang harus ditahan guna mendanai perkembangan atau ekspansi perusahaan. Keputusan tersebut akan mempunyai pengaruh yang menentukan terhadap nilai perusahaan. Besarnya keuntungan yang dibagikan kepada pemegang saham disebut deviden. Dividen merupakan bagian dari laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa (earning available for common stockholders) yang dibagikan kepada para pemegang saham biasa. Weygandt dan Keiso (2008:185) menyatakan bahwa “dividen adalah pembagian oleh perusahaan kepada para pemegang sahamnya secara pro rata (proporsional)”. Dividen terdiri atas empat jenis : tunai, properti, script (surat promes untuk membayar sejumlah uang tunai), atau saham. Dividen dapat dinyatakan dalam dua cara : dalam presentase dari nilai nominal atau nilai yang tertera di saham, dalam jumlah dolar per saham Dividen tunai adalah bentuk yang paling umum. Disamping itu, dividen saham juga kerap dibagikan. Distribusi laba dalam bentuk kas oleh sebuah korporasi kepada pemegang sahamnya disebut sebagai dividen tunai (cash dividend). Menurut Weygandt dan Kieso (2008:185) “Dividen tunai (cash Deviden) adalah pembagian uang tunai secara pro rata kepada pemegang saham”. Biasanya sebuah korporasi harus memenuhi tiga kondisi terlebih dahulu agar dapat membayar dividen tunai, yaitu: a) Saldo laba (retained earnings), b) kas yang cukup, c) pengumuman dividen. Menurut weygandt dan kieso (2008 : 186) ada tiga macam tanggal yang relevan dengan pembagian dividen yaitu ; a) “tanggal pengumuman, b) tanggal pencatatan dividen, c) tanggal pembayaran dividen”. Tanggal pengumuman yaitu tanggal dimana dewan direksi secara resmi mengumumkan (mengotorisasi) dividen tunai dan mengumumkannya kepada pemegang saham. Tanggal pencatatan adalah batas tanggal untuk mendaftarkan nama pemilik saham. Dividen dibayarkan kepada orang yang tercatat sebagai pemilik saham pada tanggal pencatatan. Kalau jual beli saham terjadi setelah tanggal pencatatan, maka saham tersebut namanya dijual ex-taripa dividen; artinya dividen tidak diterima oleh pembeli saham. Sedangkan yang dimaksud dengan tanggal pembayaran adalah tanggal saat dividen dibayar. 5. Kebijakan Dividen Kebijakan pembagian dividen adalah suatu keputusan untuk menentukan berapa besar bagian laba akan dibagikan kepada para pemegang saham dan akan ditahan dalam perusahaan selanjutnya diinvestasikan kembali. Kebijakan pembagian dividen tergantung pada keputusan rapat umum pemegang saham (RUPS). Kebijakan dividen penting bagi perusahaan dengan dua alasan, yaitu: a) Pembayaran dividen mungkin akan mempengaruhi nilai perusahaan yang tercermin dari harga saham perusahaan tersebut. b) Laba ditahan biasanya merupakan sumber dana internal yang terbesar dan terpenting bagi pertumbuhan perusahaan. Dividen yang dibagikan oleh perusahaan bisa tetap (tidak mengalami perubahan) dan bisa mengalami perubahan (ada kenaikan atau penurunan) dari dividen yang dibagikan sebelumnya. Menurut Gitosudarmo (1995:238), “secara umum kebijakan dividen yang ditempuh perusahaan adalah salah satu dari 3 kebijakan ini, yaitu stable dividend policy, fluctuating dividend policy, kombinasi stable dividend policy dan fluctuating dividend policy”. a. Stable Dividend Policy. Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan selalu stabil dalam jumlah yang tetap, stabil yang makin naik dan stabil yang semakin menurun. Jadi, besarnya dividen yang dibayarkan dalam jumlah yang selalu stabil walaupun terjadi fluktuasi dalam net income. Apabila pada suatu saat kondisi perusahaan mengalami kerugian, pembayaran dividen akan diambilkan dari cadangan stabilisasi dividen. b. Fluctuating Dividend Policy. Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan mendasarkan pada tingkat keuntungan pada setiap akhir periode. Apabila tingkat keuntungan tinggi maka besarnya dividen yang akan dibayarkan relatif tinggi, dan sebaliknya bila tingkat keuntungan rendah maka besarnya dividen yang dibayarkan juga rendah, atau bisa dikatakan selalu proporsional dengan tingkat keuntungannya. c. Kombinasi Stable Dividend Policy dan Fluctuating Dividend Policy. Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan sebagian ada yang bersifat stabil atau tetap, tetapi sebagian yang lain bersifat proporsional dengan tingkat keuntungan yang dicapai. Apabila perusahaan tidak mendapatkan laba para pemegang saham masih mendapatkan dividen tetap dan apabila didapatkan keuntungan dari hasil operasinya didapatkan bagian dari keuntungan. Bagian dividen yang bersifat proporsional besarnya tidak sama dengan dividen yang menggunakan kebijakan fluktuatif. Pada prakteknya, ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan bagi perusahaan dalam menentukan kebijakan dividen. Menurut Gitosudarmo (1995: 245) “faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan adalah faktor likuiditas, kebutuhan dana untuk melunasi utang, tingkat ekspansi yang direncanakan, faktor pengawasan, ketentuan-ketentuan dari pemerintah, pajak kekayaan”. a) Faktor Likuiditas Semakin tinggi likuiditas akan meningkatkan dividen payout ratio dan sebaliknya semakin rendah likuiditas akan menurunkan dividen payout ratio. b) Kebutuhan Dana untuk Melunasi Utang Semakin besar dana untuk melunasi utang baik untuk obligasi hipotik dalam tahun tersebut yang diambilkan dari kas maka akan berakibat menurunkan dividen payout ratio dan sebaliknya. c) Tingkat Ekspansi yang Direncanakan Semakin tinggi tingkat ekspansi yang direncanakan oleh perusahaan berakibat mengurangi dividen payout ratio karena laba yang diperoleh diprioritaskan untuk penambahan aktiva. d) Faktor Pengawasan Semakin terbukanya perusahaan atau semakin banyaknya pengawas cenderung akan memperkuat modal sendiri sehingga mengakibatkan kenaikan dividen payout ratio, dan sebaliknya semakin tertutupnya perusahaan akan menurunkan dividen payout ratio. e) Ketentuan-ketentuan dari Pemerintah Ketentuan-ketentuan tersebut dimaksud adalah yang berkaitan dengan laba perusahaan maupun pembayaran dividen. f) Pajak Kekayaan/Penghasilan dari Pemegang Saham Apabila para pemegang saham adalah ekonomi lemah yang bebas pajak maka dividen payout ratio lebih tinggi dibanding apabila pemegang saham saham para ekonomi kuat yang kena pajak. Kebijakan perusahaan untuk membayar deviden kas bertujuan untuk menambah kekayaan pemilik saham (investor). Deviden kas akan mengurangi laba perusahaan yang ditahan disamping akan mempengaruhi pembelanjaan intern perusahaan. Pendistribusian besarnya besarnya deviden kas yang akan diberikan pada setiap lembar saham perlu dianalisis dengan mengaitkannya dengan pembelanjaan perusahaan secara keseluruhan. 6. Pengaruh Laba Bersih dan Arus Kas Operasi terhadap Dividen Tunai Tujuan pelaporan keuangan sebagai penyedia informasi bagi pemakai laporan keuangan untuk memprediksi, membandingkan, dan mengevaluasi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba (earnings power) menimbulkan harapan tentang masa yang akan datang yang berhubungan dengan arus kas (cash flow) bagi investor serta kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba . Perkembangan laba umumnya digunakan sebagai ukuran untuk lembaga keuangan dan para pemegang saham. Pertumbuhan keuntungan ini dapat dilihat dari kenaikan laba. Kenaikan laba dapat mengindikasi bahwa perusahaan mampu membayar dividen kepada para pemegang saham dan meningkatkan harga saham di Bursa Efek Indonesia. Husnan dalam penelitiannya, menunjukkan bahwa laporan keuangan yang menurut informasi laba mempunyai pengaruh terhadap kegiatan perdagangan dan variabilitas tingkat keuntungan saham. Hal ini tercemin pada lebih tingginya kegiatan perdagangan dan variabilitas tingkat keuntungan saham pada periode pengumuman laporan keuangan dibandingkan dengan periode diluar pengumuman. Dari hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa laba mempunyai hubungan yang positif dengan tingkat keuntungan saham. Peningkatan laba akuntansi dapat mendorong investor untuk lebih tertarik dalam membeli saham perusahaan. Ketertarikan investor untuk membeli saham perusahaan akan dapat meningkatkan harga saham perusahaan dan berujung pada meningkatnya return saham perusahaan. Laba yang tinggi akan mendorong investor untuk membeli saham perusahaan yang bersangkutan karena tertarik akan laba investasi yang lebih tinggi. Ini secara langsung akan mendorong pada peningkatan harga saham. Perusahaan menyajikan arus kas dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan dengan cara paling sesuai dengan bisnis perusahaan. Klasifikasi menurut aktivitas memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan untuk menilai pengaruh aktivitas terhadap posisi keuangan perusahaan serta jumlah kas dan setara kas. Investor akan menggunakan komponen arus kas dan laba untuk membentuk suatu dasar bagi pembelian saham Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan (principal revenue activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan pendanaan, umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih, dan merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasi perusahaan dapat menghasilkan kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Arus kas begitu vital karena perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya membutuhkan kas. Gambaran menyeluruh mengenai penerimaan dan pengeluaran kas hanya bisa diperoleh dari laporan arus kas, tetapi bukan berarti laporan arus kas menggantikan neraca ataupun laporan laba rugi, melainkan saling melengkapi. Arus kas merupakan komponen di dalam penentuan nilai perusahaan. Nilai pasar (market value) dari perusahaan, merupakan nilai sekarang (present value) dari aliran-aliran kas (cash flows) masa datang. Jika ini benar, maka investor seharusnya menggunakan nilai arus kas untuk menentukan harga dari sekuritas perusahaan bersangkutan. B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai pengaruh laba bersih, arus kas operasi terhadap dividen kas sudah pernah dilakukan oleh beberapa. Penelitian Sagala pada tahun 2006 meneliti pengaruh earning dan arus kas operasi terhadap dividen tunai yang diterima oleh pemegang saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia, pada sektor industri dasar dan kimia serta industri barang konsumsi. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa earning dan arus kas operasi memiliki pengaruh terhadap dividen tunai tetapi pengarug earning lebih signifikan daripada arus kas operasi. Penelitian Sihombing tahun 2006 yang meneliti hubungan antara laba akuntansi dan kas terhadap dividen kas menunjukkan bahwa laba akuntansi dan kas memiliki pengaruh yang kuat terhadap dividen kas. Penelitian Sinurat tahun 2009 meneliti mengenai pengaruh earnings dan arus kas operasi terhadap dividen tunai yang diterima oleh pemegang saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia menunjukkan bahwa earnings dan arus kas operasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap dividen tunai yang diterima oleh pemegang saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu No 1 2 3 Nama Peneliti dan Tahun Dewi Natalia Sagala, 2006 Judul Penelitian Pengaruh earning dan Arus Kas Operasi Terhadap Dividen Tunai Yang Diterima Oleh Pemegang Saham Perusahaan Manufaktur Tbk di Bursa Efek Jakarta, Pada Sektor Industri Dasar dan Kimia Serta Industri Barang Konsumsi Periode 20032005. Barita Analisis Hubungan Antara Stepanus Laba Akuntansi dan Laba Sihombing, Tunai dengan Dividen Kas 2006 Pada Perusahaan Manufaktur (Studi Kasus Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di BEJ). Jekonya Pengaruh Earnings dan Arus Sinurat, 2009 Kas Operasi Terhadap Dividen Tunai yang Diterima Oleh Pemegang Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sumber : Hasil olahan peneliti, 2011 Variabel Penelitian Variabel independen: - earning -arus kas operasi Variabel dependen : -dividen tunai Hasil Penelitian earning dan arus kas operasi menunjukkan pengaruh terhadap dividen tunai, tetapi earning lebih berpengaruh signifikan. Variabel independen: -laba akuntansi -laba Tunai Variabel dependen: -dividen Kas Terdapat hubungan yang positif dan siginifikan, korelasi laba akuntansi lebih kuat. Variabel independen: -Earnings -Arus Kas Operasi Variabel dependen: -Dividen Tunai Secara simultan earnings dan arus kas operasi berpengaruh signifikan terhadap dividen tunai. Secara parsial earnings berpengaruh signifikan terhadap dividen tunai, sedangkan arus kas operasi tidak berpengaruh signifikanterhadap dividen tunai. C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Konseptual Kerangka berpikir merupakan penjelasan sementara gejala–gejala yang menjadi objek permasalahan tentang hubungan antar variabel yakni variabel bebas dan variabel terikat yang disusun dari berbagai teori yang telah diuraikan (Sugiyono, 2007:47). Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan teoritis yang telah diuraikan di awal maka kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1 Laba Bersih Dividen Tunai (Y) (X1) Arus Kas Operasi (X2) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Besar kecilnya dividen yang dibagikan perusahaan tergantung dari kebijakan dividen yang ditempuh oleh perusahaan. Dalam kebijakan dividen, biasanya perusahaan memperhatikan besarnya laba bersih yang dicapai perusahaan pada periode berjalan. Hal ini dikarenakan dividen merupakan bagian dari laba bersih yang dibagikan kepada pemegang saham. Secara teoritis, semakin besar laba bersih yang dicapai perusahaan, maka semakin besar pula dividen yang dibagikan kepada pemegang saham. Sebaliknya, semakin kecil laba bersih yang dicapai perusahaan semakin kecil pula dividen yang dibagikan kepada pemegang saham. Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi perusahaan merupakan indikator yang menentukan apakah kegiatan operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk membayar dividen yang telah ditetapkan dalam kebijakan dividen. Semakin besar arus kas operasi perusahaan maka semakin besar dividen yang dibagikan karena perusahaan memiliki kas untuk membayar dividen dan semakin kecil arus kas yang dihasilkan perusahaan dari aktivitas operasinya maka akan semakin kecil dividen yang ditetapkan manajemen karena kurangnya kemampuan perusahaan untuk menyediakan uang kas untuk membayar dividen. Sehingga dapat dikatakan bahwa arus kas operasi berpengaruh positif terhadap dividen tunai. 2. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (Sugiyono, 2007: 51). Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : laba bersih dan arus kas operasi berpengaruh secara simultan maupun parsial terhadap dividen tunai pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.