Tata Ibadah Lingkungan GKPI Jemaat Khusus Rawamangun Jln. Belanak VI, No. 26 B. Kelurahan Jati, Pulo Gadung Email: [email protected] Minggu Pentakosta 1. 2. 3. 4. Bernyanyi KJ. 225:1-2, “Berkereta Awan Putih” 1. Berkereta awan putih, Yesus naik dari bumi dan menuju takhtaNya, dan menuju takhtaNya. 2. Bertelutlah tiap makhluk, tiap lidah pun mengaku: Yesus Tuhan semesta, Yesus Tuhan semesta! Votum / Introitus L : Kebaktian lingkungan ini dilaksanakan di dalam pengakuan, bahwa pertolongan kita adalah dalam nama Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus J : Amin L : Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat J : Rohku akan kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapanKu dan tetap berpegang pada peraturan-peraturanKu dan melakukannya. L : Demikianlah firman Tuhan. Marilah kita berdoa ... Ya Tuhan Allah, Bapa kami yang Mahakudus, Engkau telah mengajar dan membimbing kami dengan firmanMu yang kudus, supaya kami membuka hati kami untuk menyambut Roh KudusMu menjadi Pembimbing dan Penolong kami. Bukakanlah mata iman kami, agar kami dapat memahami rencanaMu dalam hidup kami dan penuh sukacita membaktikan hidup kami untukMu. Kiranya RohMulah yang memimpin dan menentukan langkah-langkah hidup kami di dalam Anakmu, Tuhan dan Juruselamat kami. Amin. Bernyanyi KJ. 237:1+3, “Roh Kudus Tetap Teguh” 1. Roh Kudus, tetap teguh Kau Pemimpin umatMu. Tuntun kami yang lemah lewat gurun dunia. Jiwa yang letih lesu mendengar panggilanMu, “Hai musafir, ikutlah ke neg‟ri sejahtera!” 3. Bila nanti tamatlah pergumulan dunia, dalam sorga mulia nama kita tertera, asal kita ditebus, pun dipanggil Roh Kudus, “Hai musafir, ikutlah ke neg‟ri sejahtera!” Epistel: YOHANES 16:12-15 L : Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. c J : Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, d Ia akan memimpin 1 e kamu ke dalam seluruh kebenaran ; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah Ibadah Lingkungan Minggu Misericordias Domini Page 1 yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. L : Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku 2 . J : Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; f sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku." L : Demikian Firman Tuhan ... Berbahagialah setiap orang yang telah mendengar firman Tuhan, yang menghayati serta mengamalkannya. J : Amin 5. Bernyanyi KJ. 295:1, “Andai Kupunya Banyak Lidah” 1. Andai „ku punya banyak lidah dan punya suara yang besar, akan kugubah madah indah dan „ku menyanyi bergemar memuji kasih Allahku yang dicurahkan padaku. 2. Janganlah diam, hai jiwaku, dan kau, ragaku, bangunlah! Nyatakanlah kegemaranmu atas berkat, anugerah, kar‟na selama hidupku akan kupuji Allahku. 6. Pendalaman Alkitab: MAZMUR 104:24-35 (Halaman 3-4) 7. Bernyanyi KJ. 395:1, “Betapa Indah Harinya” 1. Betapa indah harinya saat kupilih Penebus. Alangkah sukacitanya, „ku memb‟ritakannya terus. Refrein: Indahlah harinya Yesus membasuh dosaku. „Ku diajari Penebus berjaga dan berdoa t‟rus. Indahlah harinya Yesus membasuh dosaku. 8. Doa Syafaat 9. Bernyanyi KJ. 363:1, “Bagi Yesus Kuserahkan” 1. Bagi Yesus kuserahkan hidupku seluruhnya; hati dan perbuatanku, pun waktuku milikNya. Bagi Yesus semuanya, pun waktuku milikNya. Bagi Yesus semuanya, pun waktuku milikNya. 10. Nats Persembahan: KISAH 20:35 11. Doa Persembahan + Ny. Persembahan, KJ. 298:8, “Tuhan Pencipta...” 1. Pemb‟rian kami s‟lamanya dari tanganMu asalnya; yang Kauterima itulah yang Kauberi. 12. Doa Bapa Kami + Berkat + Amin-Amin-Amin AGAR KEKUASAAN ALLAH TETAP NYATA Dalam satu bulan ini, kepada kita disajikan berita dari Sumatera Utara yang sangat menyesakkan hati. Pertama, berita dari Danau Toba, dimana ribuan – bahkan puluhan ribu – ikan mati tanpa diketahuai secara pasti apa penyebabnya (mungkin, ikan yang ditabur oleh Seksi Pria di Danau Toba tahun lalu ikut juga di dalamnya). Kedua, berita pada minggu ini yaitu puluhan orang meninggal akibat bencana banjir bandang di air terjun dua warna, Bandar Baru, Deli Serdang. Hingga saat ini masih ada beberapa orang yang masih belum diketahui keberadaanya. Perikop bacaan kita malam ini merupakan kesaksian iman Daud terhadap keagungan Allah. Keagungan dan kemuliaan Allah bukanlah sesuatu yang abstrak (artinya, sesuatu yang tidak bisa dibuktikan). Keagungan dan kemuliaan Ibadah Lingkungan Minggu Misericordias Domini Page 2 Allah itu sesuatu yang nyata. Itu nampak melalui ciptaanNya. Daud percaya bahwa kebesaran Tuhan dinyatakan melalui keindahan ciptaanNya. Hal itu menjadi kredo (kesaksian iman) bagi Daud. Hal itu ditegaskan pada judul perikop ini, “Kebesaran TUHAN dalam segala cipataanNya”. Lalu, bila kebesaran Tuhan dinyatakan melalui ciptaan ini, bagaimana kita memahami kemuliaan Tuhan pada konteks matinya ribuan ekor ikan di Danau Toba dan bencana banjir bandang di Deli Serdang yang menelan korban puluh orang ? Itulah yang menjadi koreksi bagi kita malam ini. Perikop ini menjadi alat untuk mengoreksi sikap, khususnya respon kita terhadap kebesaran dan kemuliaan Tuhan yang sudah nyata di tengah-tengah dunia ini. Apa yang terjadi di Sumatera Utara pada bulan ini menggambarkan bahwa ada respon kita yang salah terhadap kemuliaan Tuhan. Melalui perikop ini, kita hendak memperbaiki respon terhadap kemuliaan Tuhan. Untuk itu ada beberapa hal yang hendak kita perhatikan dalam perikop ini. Penjelasan Perikop 1. Tuhan Menyatakan Kuasa Melalui CiptaanNya (Ay. 24-30) Tentang kewibawaan Tuhan yang menciptakan kosmos ini kembali ditekankan pada perikop ini melalui ayat 30, “Apabila Engkau mengirim rohMu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi”. Kitab Kejadian 1 telah menjelaskan kepada kita tentang proses penciptaan itu sendiri. Kejadian 1 itu menjelaskan bahwa Allah bekerja melalui firmanNya dalam melakukan proses penciptaan itu sendiri. Firman dalam bahasa Ibrani disebut dengan „davar‟. Makna „davar‟ tidak sama dengan kata-kata sebagaimana kita mengucapkan suatu kata atau kalimat. Kata „davar‟ lebih menekankan pada „kuasa‟. Sehingga ketika Tuhan berfirman untuk menciptakan alam ini, itu berarti Tuhan berkuasa atas segala sesuatu yang ada di kosmos ini (contoh: Kejadian 1:6, “Berfirmanlah Allah: “Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan ari dari air”. Tafsirannya ialah, Allah berkuasa atas cakrawala yang ada di kosmos ini. Demikian juga tafsiran terhadap ayat-ayat lainnya ketika muncul rangkaian frasa: “Berfirmanlah Allah”). Pemahaman pada kisah penciptaan itu kembali ditekankan pada ayat 30 ketika disana dikatakan bahwa Roh Allah yang menciptakan dalam arti menghidupkan. Berarti, Allah memiliki kuasa atas kosmos ini melalui RohNya. Kembali pada „davar‟ di atas. Makna kuasa pada kata „davar‟ itu berarti kuasa yang teratur antara yang satu dengan yang lainnya. Itulah sebabnya pada Kejadian 1 respek Allah, bahwa setelah Dia melihat bahwa ciptaan itu indah, diulang beberapa kali. Disinilah kita lihat bahwa dalam proses penciptaan itu, Allah menggunakan kebijaksanaanNya, “Betapa banyak perbuatanMu, ya TUHAN, sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan bumi penuh dengan ciptaanMu” (ayat 24). Pada awal penciptaan itu, Allah tidak menghendaki hubungan yang saling merusak antar sesama ciptaanNya. Justru, Dia menghendaki seluruh unsur ciptaan itu memiliki hubungan yang saling membutuhkan (simbiosis mutualistis). Itulah yang ditekankan dalam makna „davar‟, yakni kuasa Allah menciptakan dan memelihara, bukan hanya ciptaan itu sendiri, tetapi juga mencakup hubungan atau relasi saling menopang dan membangun antar unsur ciptaan itu sendiri. Perikop ini menjelaskan makna „davar‟ dalam konteks hubungan manusia dengan Lewiatan pada ayat 26, “Di situ kapal-kapal berlayar dan Lewiatan yang telah Kaubentuk untuk bermain dengannya”. Lewiatan merupakan mitologi dalam tradisi bangsa Semit, seperti bangsa Yahudi. Lewiatan adalah monster sejenis ular naga penguasa lautan. Bila Lewiatan ini mengamuk, maka menimbulkan badai dalam bentuk ombak besar di Ibadah Lingkungan Minggu Misericordias Domini Page 3 tengah laut. Biasanya, para pelaut selalu takut dengan mitos ini. Namun, ketakutan itu dibalik pada perikop melalui pernyataan pada ayat 26 itu. Ayat 26 itu menjelaskan, oleh karena kekuasaan Allah, maka kapal-kapal dan Lewiatan bermain, ibarat sahabat, di tengah laut. Artinya, kekuasaan Allah mencakup penciptaan hubungan unsur ciptaan yang bersahabat, saling menopang dan membangun. Penyataan Allah bukan hanya saat Dia menciptakan. Penyataan Allah tetap lestari melalui pemeliharaanNya atas ciptaan itu. Pemeliharaan itu diwujudkan kala makna „davar‟ atau kuasa Pencipta tidak pernah Dia cabut dari ciptaan ini. Itulah yang disaksikan oleh Daud pada perikop ini: “Apabila menyembunyikan wajahMu, mereka terkejut; apabila Engkau mengambil roh mereka, mereka mati binasa dan kembali menjadi debu” (Ay. 29). Ayat 29 ini menjelaskan, ketika makna „davar‟ dicabut dari ciptaan ini, maka ciptaan itu sendiri tidak memiliki makna apa-apa. Menjadi pergumulan bagi kita, dimana partisipasi kita dalam konteks pemeliharaan Allah tersebut ? 2. Kesetiaan Manusia Pada Pembaharuan dan Pemulihan Allah (Ay. 31-35) Bagian ini pada perikop diawali oleh pernyataan pada ayat 31, “Biarlah kemuliaan TUHAN tetap untuk selama-lamanya, biarlah TUHAN bersukacita karena perbuatan-perbuatanNya”. Ini merupakan bentuk respon Daud setelah dia meyakini kekuasaan dan kemuliaan Tuhan atas ciptaan ini. Bagi Daud, kekuasaan Tuhan atas ciptaan ini melahirkan segala sesuatunya menjadi indah. Dengan demikian, Daud mengajak (kita) agar tidak ada kuasa lain yang dapat menggantikan kekuasaan Tuhan di tengah-tengah ciptaan ini. Hanya melalui pelestarian kekuasaan Tuhan saja cara satu-satunya untuk menjaga agar ciptaan ini tetap indah. Indah dalam arti hubungan atau relasi yang saling mendukung dan membangun tetap lestari. Cara bagi kita untuk berpartisipasi dalam pemeliharaan ciptaan ialah dengan tidak mengganti kekuasaan Tuhan dengan kuasa-kuasa lain. Seluruh orang perlu terlibat dalam proses perubahan dan pembaharuan. Meskipun pada akhir dari perikop ini dikatakan, “Biarlah habis orang-orang berdosa dari bumi, dan biarlah orang-orang fasik tidak ada lagi !” (Ay. 35), itu bukan berarti menggunakan teori bumi hangus. Teori bumi hangus yang dimaksud adalah setiap orang yang berdosa dilenyapkan. Ayat 35 ini menekankan kemauan orang untuk setia pada pembaharuan diri sehingga akibat dari pembaharuan itu, tidak ada lagi orang-orang berdosa di muka bumi. Semua orang telah menggabungkan diri di bawah kekuasaan Tuhan. Refleksi Perikop ini disampaikan kepada kita pada masa Pentakosta. Roma 8:16 berkata, “Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah”. Artinya, Roh Allah bukanlah sesuatu yang terpisah dari diri kita; melainkan Roh Allah (Kudus) merupakan bagian yang integral (menyatu) dengan roh kita sendiri. Roh Allah itu bersuara di tengah-tengah dunia ini melalui roh kita. Itulah yang mesti kita ingat pada masa Pentakosta ini. Kaitannya dengan perikop ini ialah penyatuan kita dengan „davar‟ (kuasa) Allah yang dinyatakan melalui RohNya. Berarti, di dalam diri kita sendiri mesti ada daya yang mendorong, bahwa tiada kuasa lain yang bisa menggantikan kuasa Allah. Itulah yang hendak dicapai dari PA kita malam ini. Pertanyaan Pendalaman: 1. Berikan contoh-contoh konkret bentuk kuasa yang sering dipakai manusia untuk mengganti kekuasaan Allah di tengah-tengah dunia ini. 2. Berikan pendapat bagaimana cara kita menjadi mitra Allah agar makna kuasaNya tetap lestari di tengah-tengah ciptaan ini. Ibadah Lingkungan Minggu Misericordias Domini Page 4