COMPANY STOCK PERFORMANCE ANALYSIS AFTER initial public offering STOCK EXCHANGE IN JAKARTA (Suratiningsih, Siwi Lastari., SE., MM) ABSTRACT The stock market is a market for various financial instruments or long-term securities that can be traded in the form of money or capital, whether issued by governments, and private enterprise development of securities trading activities in the Indonesian capital market is increasingly attractive to be studied or examined in a study . Trading securities or securities attractive to investors, because security is a piece of paper that shows the right investor (investor) to acquire part of the prospect or long-term wealth in a company that publishes and likely provides great benefits and substantial risks. For companies, to attract buyers and sellers to participate, capital markets must be liquid and efficient. A liquid is said to capital markets if the seller can sell and buyers can purchase the securities quickly. Capital markets said to be efficient if the price of securities reflects the value of the firm accurately. Investors invest their funds because the investment is the commitment of a number of funds or other resources committed at this point in order to gain some advantage in the years to come. One of the company's efforts to add additional capital to enhance the operational activities of the company through an Initial Public Offering (IPO). At the time of IPO companies that went public are required to create and publish a prospectus in a newspaper of national standards according to provisions established by the Capital Market Supervisory Agency (Bapepam). ANALISIS KINERJA SAHAM PERUSAHAAN SETELAH MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING DI BURSA EFEK JAKARTA (Suratiningsih, Siwi Lastari., SE., MM) ABSTRAK Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang dapat diperjualbelikan dalam bentuk uang atau modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, maupun perusahaan swasta Perkembangan kegiatan perdagangan efek di pasar modal Indonesia saat ini semakin menarik untuk dipelajari atau dikaji dalam suatu penelitian. Perdagangan efek atau sekuritas menarik bagi para investor, karena sekuritas merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (investor) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan yang berjangka panjang pada perusahaan yang menerbitkan dan kemungkinan memberikan keuntungan yang besar serta resiko yang cukup besar. Bagi perusahaan, Untuk menarik pembeli dan penjual untuk berpartisipasi, pasar modal harus bersifat likuid dan efisien. Suatu pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan pembeli dapat membeli suratsurat berharga dengan cepat. Pasar modal dikatakan efisien jika harga dari surat-surat berharga mencerminkan nilai dari perusahaan secara akurat. Investor menginvestasikan dananya karena investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan untuk memperolah sejumlah keuntungan di masa yang akan dating. Salah satu usaha perusahaan untuk menambahkan tambahan modal guna meningkatkan aktivitas operasional perusahaan yaitu melalui Initial Public Offering (IPO). Pada saat IPO perusahaan yang sudah go public diwajibkan membuat dan mempublikasikan prospektus melalui surat kabar taraf nasional sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang sedang melaksanakan pembangunan perekonomian negara senantiasa membutuhkan dana dalam jumlah yang cukup besar. Maka pemerintah melakukan usaha-usaha untuk menarik investor untuk melakukan investasi di Indonesia melalui investasi langsung di pasar modal baik berupa barang modal maupun jasa. Sehingga tentunya pasar modal mempunyai peranan yang sangat strategis dan dapat menjadi bagian penting dalam perekonomian bangsa. Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang dapat diperjualbelikan dalam bentuk uang atau modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, maupun perusahaan swasta (Husnan, 2003). Perkembangan kegiatan perdagangan efek di pasar modal Indonesia saat ini semakin menarik untuk dipelajari atau dikaji dalam suatu penelitian. Perdagangan efek atau sekuritas menarik bagi para investor, karena sekuritas merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (investor) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan yang berjangka panjang pada perusahaan yang menerbitkan dan kemungkinan memberikan keuntungan yang besar serta resiko yang cukup besar. Bagi perusahaan, perdagangan sekuritas di pasar modal menarik karena merupakan media untuk menghimpun dana dari pihak masyarakat dengan sasaran untuk memperbaiki struktur modal. Dalam fungsinya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak lender/investor ke pihak borrower. Motivasi lender/investor menginvestasikan kelebihan dana mereka di pasar modal untuk mendapatkan imbalan baik yang berupa dividen maupun capital gain. Di lain pihak kelebihan dana yang dimiliki lender/investor tersebut dimanfaatkan oleh borrower untuk melakukan investasi atau pengembangan usaha tanpa harus menunggu tersedianya dana. Sehingga pasar modal yang efisien mutlak diperlukan untuk menjamin adanya pembentukan kapital yang memadai dan menjamin adanya pertumbuhan ekonomi, hal ini juga dimaksudkan untuk mempercepat proses pengikutsertaan masyarakat dalam pemilikan saham. Dengan adanya pasar modal yang efisien diharapkan perusahaan-perusahaan yang go public akan lebih mudah mendapatkan tambahan modal dari masyarakat pembeli sekuritas. Investor menginvestasikan dananya karena investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan untuk memperolah sejumlah keuntungan di masa yang akan datang (Eduardus Tandelilin: 2001). Sehingga dalam proses keputusan investasi melalui tahapan yang berkesinambungan yaitu tahap penentuan tujuan investasi, tahap penentuan kebijakan investasi, tahap pemilihan strategi portofolio, tahap pemilihan asset, dan tahap pengukuran evaluasi kinerja portofolio. Tahap yang terakhir merupakan tahap yang paling penting di mana tujuan investasi yang diinginkan investor dapat tercapai. Kinerja saham menurut Frank J Fabozzi (2001) adalah hasil dan resiko yang diperoleh melalui investasi pada aktiva yang diukur dari pengembalian (return) yang diperoleh dari periode waktu tertentu. Menurut kamus bisnis dan manajemen kinerja didefinisikan sebagai hasil nyata yang dicapai. Penilaian kinerja saham dimaksudkan untuk menilai keberhasilan suatu saham. Salah satu pengukuran kinerja saham menurut Eduardus Tandelilin (2001), dilakukan dengan return saham. Return yang dihasilkan dari saham tersebut dapat dihitung dengan cara menjumlahkan semua aliran kas yang diterima (penjumlahan dividen selama periode investasi dengan selisih perubahan nilai pasar (capital gain/loss) dan kemudian dibagi dengan nilai pasar saham pada awal periode). Salah satu usaha perusahaan untuk menambahkan tambahan modal guna meningkatkan aktivitas operasional perusahaan yaitu melalui Initial Public Offering (IPO). Pada saat IPO perusahaan yang sudah go public diwajibkan membuat dan mempublikasikan prospektus melalui surat kabar taraf nasional sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Dalam penjualan saham pada saat IPO diberlakukan offering price yaitu harga yang telah ditentukan dahulu oleh emiten. Saat IPO dibantu oleh underwriter sebagai penjamin emisi, biasanya bank investasi mau menjamin saham-saham perdana tersebut. Dalam penetapan offering price antara emiten dan underwriter saling bersaing di mana underwriter cenderung menetapkan harga lebih rendah dari yang diharapkan emiten dengan tujuan untuk memperoleh gain yang lebih besar atau menekan resiko bila saham yang ditawarkan tidak laku atau tidak habis terjual. Harga saham pada saat IPO di pasar sekunder dapat mengalami underpricing maupun overpricing. Bila terjadi underpricing di pasar sekunder, hal tersebut bagi emiten berarti kehilangan kesempatan untuk mendapatkan dana secara maksimal, sebaliknya investor sangat mengharapkan hal tersebut agar mendapatkan capital gain di saat mereka menjual saham tersebut di pasar sekunder. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai underpricing, salah satunya penelitian Kim et. al. (1993) di Korea menyimpulkan bahwa motivasi emiten dalam melakukan go public mempengaruhi tingkat underpricing di mana semakin tinggi motivasi maka semakin tinggi pula tingkat underpricing. Secara garis besar penelitian tersebut menyimpulkan bahwa underpricing ada karena sebagai fenomena yang terjadi pada setiap pasar modal atau pada setiap negara merupakan fenomena jangka pendek. Fenomena lainnya yang mungkin terjadi adalah kenaikan kinerja (outperformed) dari surat berharga ditunjukkan dengan abnormal return yang positif dalam jangka waktu tertentu (biasanya terjadi dalam jangka pendek). Atau dengan kata lain return realisasi yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan return yang diharapkan. Sedangkan fenomena lain yang kemungkinan terjadi adalah penurunan kinerja (underperformed) yang ditunjukkan dengan abnormal return yang negatif dalam jangka waktu tertentu (biasanya terjadi pada jangka panjang), atau dengan kata lain return realisasi lebih kecil daripada return yang diharapkan. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian mengenai kinerja saham jangka pendek dan jangka panjang setelah melakukan IPO dengan judul “Analisis Kinerja Saham Perusahaaan Setelah Melakukan Initial Public Offering di Bursa Efek Jakarta”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah terjadi fenomena outperformed kinerja saham perusahaan dalam jangka pendek setelah melakukan IPO? 2. Apakah terjadi fenomena underperformed kinerja saham perusahaan dalam jangka panjang setelah melakukan IPO? C. Batasan Masalah Dalam penelitian ini, untuk menghindari masalah yang lebih luas maka peneliti memberi batasan masalah. Masalah yang ada dibatasi pada kinerja saham perusahaan manufaktur yang diukur dengan return setelah melakukan IPO pada periode 1997 sampai dengan 2001 di BEJ. Baik kinerja saham jangka pendek tiga bulan maupun jangka panjang dua tahun. Alasan dipilihnya perusahaan manufaktur sebagai sampel penelitian karena perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang memproduksi produk-produk yang dibutuhkan masyarakat. Di mana sifat masyarakat Indonesia yang konsumtif sangat cocok untuk pasar sasaran bagi perusahaan manufaktur, sehingga kemungkinan besar para investor sangat tertarik untuk menginvestasikan dananya pada perusahaan manufaktur. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang diinginkan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apa terjadi fenomena outperformed kinerja saham perusahaan dalam jangka pendek setelah melakukan IPO. 2. Untuk mengetahui apa terjadi fenomena underperformed kinerja saham perusahaan dalam jangka panjang setelah melakukan IPO. E. Manfaat Penelitian Peneliti berharap bahwa penelitian ini dapat bermanfaat bagi: 1. Investor dan Emiten Bagi investor penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi mengenai reaksi harga saham emiten yang melakukan IPO di mana nantinya penelitian ini akan dapat memberikan kontribusi dalam pengambilan keputusan investasi terhadap emiten yang melakukan IPO. Bagi emiten, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dalam menentukan offering price. 2. Akademisi Bagi para akademisi, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dalam penelitian-penelitian selanjutnya mengenai penawaran perdana saham (IPO) di pasar modal Indonesia. 3. Peneliti Sebagai realisasi teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan kondisi di lapangan. Selain itu untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih mengenai peristiwa-peristiwa di bursa saham. F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan isi skripsi yang akan disusun adalah sebagai gambaran awal untuk menilai kerangka materi yang akan dilakukan dalam penyusunan skripsi: BAB I PENDAHULUAN Bagian-bagian yang terdapat dalam bab ini adalah: BAB II A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Batasan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian F. Sistematika Penulisan LANDASAN TOERI Bab ini menguraikan materi-materi yang berhubungan dengan penelitian yang disusun sebagai berikut: A. Teori-teori Pendukung 1.Pasar Modal a. Pengertian Pasar Modal b. Tujuan Pasar Modal Indonesia c. Peranan Pasar Modal d. Macam-macam Pasar Modal e. Manfaat Pasar Modal 2. Go Public 3. Initial Public Offering (IPO) 4. Saham a. Pengertian Saham b. Jenis-jenis Saham 5. Kinerja Saham 6. Efisiensi Pasar Modal a. Efisiensi Pasar Secara Informasi b. Efisiensi Pasar Secara Keputusan 7.Indeks Harga Saham Gabungan 8.Abnormal Return a. Mean Adjusted Model b. Market Model c. Market Adjusted Model 9.Return BAB III a. Return Realisasi b. Return Ekspektasi B. Telaah Penelitian Terdahulu C. Hipotesis Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang seluruh rangkaian kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah. Susunan dalam bab ini meliputi: A. Jenis Penelitian B. Definisi Operasional Variabel Penelitian C. Data yang Dibutuhkan dan Sumber Data D. Metode Pengumpulan Data BAB IV E. Waktu dan Tempat Penelitian F. Populasi dan Sampel G. Uji Prasyarat Analisis Data H. Teknik Analisis Data ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan analisis data, hasil analisis, dan pembahasan hasil analisis yang disusun sebagai berikut: A. BAB V Penghitungan Tingkat Pengembalian (Return) 1. Penghitungan Total Return 2. Penghitungan Total Return Indek Pasar 3. Penghitungan Abnormal Return B. Uji Prasyarat Analisi Data C. Pengujian Hipotesis D. Pembahasan KESIMPULAN DAN SARAN Susunan penulisan dalam bab ini adalah sebagai berikut: A. Kesimpulan B. Keterbatasan Penelitian C. Saran BAB II LANDASAN TEORI A. Teori-teori Pendukung 1. Pasar Modal a. Pengertian Pasar Modal Seperti halnya pasar pada umumnya, pasar modal merupakan tempat bertemu antara pembeli dan penjual dengan resiko untung dan rugi. Pasar modal merupakan suatu bidang usaha perdagangan surat-surat berharga atau sekuritas. Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhrudin (2001:1), pasar modal (Capital Market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam utang maupun modal sendiri. Pasar modal sebagai salah satu sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi (Jogiyanto,2003:11). Definisi tentang pasar modal menurut Eduardus Tandelilin yaitu pertemuan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Sedangkan menurut Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 memberikan pengertian pasar modal yang lebih spesifik yaitu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Dari beberapa definisi tersebut, secara umum dapat dinyatakan bahwa pasar modal dapat diartikan sebagai suatu pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. Untuk menarik pembeli dan penjual untuk berpartisipasi, pasar modal harus bersifat likuid dan efisien. Suatu pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan pembeli dapat membeli surat-surat berharga dengan cepat. Pasar modal dikatakan efisien jika harga dari surat-surat berharga mencerminkan nilai dari perusahaan secara akurat. Jika pasar modal sifatnya efisien, harga dari surat berharga juga mencerminkan penilaian dari investor terhadap prospek laba perusahaan dimasa mendatang serta kualitas dari manajemennya. Jika calon investor meragukan kualitas dari manajemen, keraguan ini dapat tercermin di harga surat berharga yang turun. Dengan demikian pasar modal dapat digunakan sebagai sarana tidak langsung pengukur kualitas manajemen. b. Tujuan Pasar Modal Indonesia Tujuan dari pasar modal di Indonesia adalah sebagai berikut: 1) Mempercepat proses perluasan pengikutsertaan masyarakat dalam pemilikan saham perusahaan. 2) Pemerataan pendapatan masyarakat melalui pemilikan saham. 3) Menggairahkan partisipasi masyarakat dalam pengerahan dan penghimpunan dana untuk digunakan secara produktif. c. Peranan Pasar Modal Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara, peranannya tersebut meliputi lima aspek/segi (Sunariyah, 2004: 7-8), yaitu sebagai berikut: 1) Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjualbelikan. 2) Pasar modal memberi kesempatan kepada para investor untuk memperoleh hasil (return) yang diharapkan. 3) Pasar modal memberi kesempatan kepada para investor untuk menjual kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. 4) Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian. 5) Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga. Namun dalam perekonomian secara nasional ditinjau dari makro ekonomi, pasar modal mempunyai peranan yang lebih luas jangkauannya (Sunariyah, 2004: 9-10), yaitu: 1) Fungsi tabungan (savings function) Bagi masyarakat penabung, pasar modal dapat digunakan sebagai alternatif menginvestasikan dananya selain di bank. Di mana surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal memberi jalan ynag murah dan mudah, tanpa risiko untuk menginvestasikan dananya. Dengan membeli surat berharga diharapkan masyarakat dapat mengantisipasi standar hidup yang lebih baik. 2) Fungsi kekayaan (wealth function) Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan dalam jangka panjang dan jangka pendek sampai kekayaan tersebut dapat dipergunakan kembali. 3) Funsi likuiditas (liquidity function) Kekayaan yang disimpan dalam surat berharga, bisa dilikuidasi melalui pasar modal dengan risiko yang sangat minimal dibandingkan aktiva lain. Proses likuidasi surat berharga dengan biaya relatif murah dan lebih cepat. Dengan kata lain, pasar modal adalah ready market untuk melayani pemenuhan likuiditas para pemegang surat berharga. 4) Fungsi pinjaman (credit function) Pasar modal bagi suatu perekonomian Negara merupakan sumber pembiayaan pembangunan dari pinjaman yang dihimpun dari masyarakat untuk konsumsi atau investasi. d. Macam-macam Pasar Modal Pasar modal terdiri dari beberapa macam (Sunariyah, 2004:12-15), yaitu: 1) Pasar perdana (Primary market) Adalah penawaran saham dari suatu perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada investor selama waktu yang ditetapkan oleh pihak yang menerbitkan sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. 2) Pasar sekunder (Secondary market) Pasar sekunder sebagai pasar perdagangan saham setelah melewati masa penawaran pada pasar perdana. 3) Pasar ketiga (Third market) Adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di luar bursa (over the counter market). 4) Pasar keempat (Fourth market) Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar investor atau dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham lainnya tanpa melalui perantara pedagang efek. e. Manfaat Pasar Modal Manfaat dari pasar modal bagi emiten (Agus Sartono, 2001), yaitu: 1) Jumlah dana yang dihimpun dapat berjumlah besar. 2) Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai. 3) Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan. 4) Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil. 5) Cash Flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari harga nominal perusahaan. 6) Emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang berisiko tinggi. 7) Tidak ada beban finansial yang tetap. 8) Jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas. 9) Tidak dikaitkan dengan kekayaan sebagai jaminan tertentu. 10) Profesionalisme dalam manajemen meningkat. Manfaat dari pasar modal bagi para investor antara lain: 1) Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi. 2) Memperoleh dividen yang mereka miliki atau memegang saham dan bunga tetap atau bunga yang mengambang bagi pemegang obligasi. 3) Mempunyai hak suara dalam RUPS bagi pemegang saham. 4) Dapat dengan mudah mangganti instrumen investasi. 5) Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen yang mengandung risiko. Manfaat Pasar Modal bagi Lembaga Penunjang: 1) Menuju ke arah profesional di dalam memberikan pelayanannya sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. 2) Sebagai pembentuk harga dalam bursa pararel. 3) Semakin bervariasinya jenis lembaga penunjang. 4) Likuiditas efek semakin tinggi. Manfaat Pasar Modal bagi Pemerintah: 2. 1) Mendorong laju pembangunan 2) Mendorong berinvestasi. 3) Penciptaan lapangan kerja. 4) Memperkecil Debt Servise Ratio. 5) Bagi BUMN mengurangi beban anggaran. Go Public Perusahaan yang belum go public, awalnya saham-saham perusahaan tersebut dipegang atau dimiliki oleh manajer-manajernya, sebagian lagi oleh pegawai-pegawai kunci dan hanya sejumlah kecil yang dimiliki investor. Sebagaimana biasanya, jika perusahaan berkembang, kebutuhan modal tambahan sangat dirasakan. Pada saat ini jika ingin menang atau tetap eksis dalam perdagangan bebas, perusahaan harus menentukan untuk menambah modal dengan cara hutang atau menambah jumlah dari kepemilikan saham dengan menerbitkan saham baru (Jogiyanto, 2003:16). Jika perusahaan ingin menjual saham untuk menambah modal, saham baru dapat dijual dengan berbagai macam cara, sebagia berikut: 1) Dijual kepada pemegang saham yang sudah ada. 2) Dijual kepada karyawan lewat ESOP (employee stock ownership plan). 3) Menambah saham lewat dividen yang tidak dibagi (dividend reinvestment plan). 4) Dijual langsung kepada pembeli tunggal secara privat (private placement). 5) Ditawarkan langsung kepada masyarakat/publik (go public). Jika keputusan menjual kepada masyarakat/publik, berarti perusahaan melakukan go public, dengan melakukan go public perusahaan dapat menarik dana relatif besar dari masyarakat secara tunai. Dalam melakukan go public perusahaan harus mempertimbangkan untung dan ruginya (Jogiyanto, 2003:16-18). Keuntungan dari perusahaan melakukan go public diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Kemudahan meningkatkan modal di masa yang akan datang. 2) Meningkatkan likuiditas bagi pemegang saham. 3) Nilai pasar perusahaan diketahui. Disamping keuntungan dari go public, ada beberapa kerugiannya sebagai berikut: 1) Biaya laporan meningkat. 2) Pengungkapan (disclosure). 3) Ketakutan untuk diambil-alih. Keputusan perusahaan untuk melakukan go public perlu dipikirkan secara matang. Dalam melakukan go public harus melalui tiga tahapan prosedur, yaitu : (1) persiapan diri, (2) ijin registrasi dari BAPEPAM, dan (3) melakukan penawaran perdana dan memasuki pasar sekunder dengan mencatatkan efeknya di bursa. 3. Initial Public Offering (IPO) Initial Public Offering (IPO) atau penawaran perdana adalah kegitan penjualan atau penawaran sekuritas pertama kalinya kepada masyarakat baik perorangan maupun lembaga di pasar perdana. Penawaran perdana dilakukan setelah mendapat ijin dari BAPEPAM dan sebelum sekuritas tersebut diperdagangkan di pasar sekunder (Eduardus Tandelilin, 2001). Umumnya perusahaan menyerahkan permasalahan yang berhubungan dengan IPO ke banker investasi (investment banker) atau penjamin emisi (underwriter) yang mempunyai keahlian didalam penjualan sekuritas. Penjualan saham baru perusahaan yang dilakukan banker investasi dijual pada pasar primer. Dalam proses pelemparan saham ke publik, banker invesatsi memberikan saran-saran berupa (1) tipe sekuritas apa saja yang akan dijual, (2) harga dari sekuritas, dan (3) waktu pelemparannya (Jogiyanto, 2003:18-19). Sebagai perantara antara perusahaan yang menjual saham dengan investor, banker investasi atau underwriter mempunyai tiga fungsi, yaitu: 1) Advisory function, underwriter berperan untuk memberikan saran tentang jenis sekuritas yang akan dikeluarkan kepada perusahaan yang akan go public. 2) Underwriter fuction, di mana emiten akan meminta underwriter untuk menjamin penjualan saham perdana tersebut. Dalam penjaminan emisi ada istilah full commitment yang artinya underwriter akan menjamin seluruh sekuritas dan bersedia untuk membeli sisanya jika sebagian sekuritas tidak terjual. Namun dalam kenyataannya tidak ada underwriter yang mau menjamin full commitment bagi perusahaan yang belum mapan, mereka hanya memberikan jaminan best effort yang artinya underwriter hanya akan berusaha dengan sebaik mungkin dalam menjual sekuritas yang diterbitkan oleh perusahaan tersebut. 3) Marketing function, di mana underwriter bersama dengan perusahaan yang akan go public, akan menentukan harga terlebih dahulu dari sekuritas yang akan dijual di pasar perdana. Harga yang telah ditentukan tersebut akan dicantumkan dalam prospektus. Dalam menentukan offering price, antara underwriter dan perusahaan sering menghadapi kesulitan dalam menentukan harga penawaran yang wajar. Underwriter cenderung menetapkan harga yang lebih rendah dari harga yang diharapkan oleh perusahaan dengan tujuan menekan risiko apabila sekuritas yang ditawarkan pada saat IPO tidak habis terjual. 4. Saham a. Pengertian Saham Menurut Sunariyah (2000:28) saham adalah pernyataan modal dalam pemilikan suatu perseroan terbatas (PT) atau yang biasa disebut dengan emiten. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa saham adalah salah satu jenis surat berharga atau sekuritas dagang yang dapat diperjual-belikan serta pemegangnya ikut berpartisipasi dalam modal perusahaan dan akan mendapatkan dividen jika perusahaan memperoleh laba. b. Jenis-jenis Saham 1) Saham Preferen (Preferent Stock) Saham preferen mempunyai sifat gabungan (hybrid) antara obligasi (bond) dan saham biasa (Jogiyanto,2003:67). Seperti bond yang membayarkan bunga atas pinjaman, dalam hal likuidasi, klaim pemegang saham preferen dibawah klaim pemegang obligasi (bond). Dibandingkan dengan saham biasa, saham preferen mempunyai beberapa hak, yaitu hak atas dividen tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi. Oleh karena itu, saham preferen dianggap mempunyai karakteristik ditengah-tengah antara bond dan saham biasa. a) Karakteristik Saham Preferen Beberapa karakteristik dari saham preferen menurut Jogiyanto (2003:68-70) adalah sebagai berikut: (1) Preferen terhadap dividen (a) Pemegang saham preferen mempunyai hak untuk menerima dividen terlebih dahulu dibandingkan dengan pemegang saham biasa. (b) Saham preferen juga umumnya memberikan hak dividen kumulatif, yaitu memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima dividen tahun-tahun sebelumnya yang belum dibayarkan sebelum pemegang saham biasa menerima dividennya. Jika saham preferen disebutkan memberikan hak dividen kumulatif, maka dividendividen tahun sebelumnya yang belum dibayarkan disebut dengan dividends in arrears. (2) Preferen pada waktu likuidasi (a) Saham preferen mempunyai hak terlebih dahulu atas aktiva perusahaan dibandingkan dengan hak yang dimiliki oleh saham biasa pada saat terjadi likuidasi. (b) Besarnya hak atas aktiva pada saat likuidasi adalah sebesar nilai nominal saham preferennya termasuk semua dividen yang belum dibayar jika bersifat kumulatif. b) Macam saham preferen Untuk menarik minat investor terhadap saham preferen dan untuk memberikan beberapa alternatif yang menguntungkan baik bagi investor atau bagi perusahaan yang mengeluarkan saham preferen, maka saham preferen dapat digolongkan menjadi beberapa jenis: (1) Convertible preferred stock Untuk menarik minat investor yang menyukai saham biasa, beberapa saham preferen menambah bentuk didalamnya yang memungkinkan pemegangnya untuk menukar saham ini dengan saham biasa dengan rasio penukaran yang sudah ditentukan. Dengan demikian convertible preferred stock adalah saham preferen yang dapat dikonversikan menjadi saham biasa. (2) Callable preferred stock Bentuk lain dari saham preferen adalah memberikan hak kepada perusahaan yang mengeluarkan untuk membeli kembali saham ini dari pemegang saham pada tanggal tertentu di masa mendatang dengan nilai yang tertentu. Harga tebusan ini biasanya lebih tinggi dari nilai nominal sahamnya. (3) Floating atau adjustable-rate preferred stock (ARP) Saham preferen ini merupakan saham inovasi baru di Amerika Serikat yang dikenalkan pada tahun 1982. Saham preferen ini tidak membayar dividen secara tetap, tetapi tingkat dividen yang dibayar tergantung dari tingkat return. 2) Saham Biasa a) Definisi saham biasa Jika perusahaan hanya mengeluarkan suatu kelas saham saja, saham ini biasanya dalam bentuk saham biasa (Jogiyanto,2003:73). Pemegang saham biasa adalah pemilik dari perusahaan yang mewakilkan kepada manajemen untuk menjalankan operasi perusahaan. b) Hak pemegang saham biasa Beberapa hak yang dimiliki oleh pemegang saham biasa adalah hak kontrol, hak menerima pembagian keuntungan, hak preemptive dan hak klaim sisa. (1) Hak kontrol Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memilih dewan direksi. Ini berarti bahwa pemegang saham mempunyai hak untuk mengontrol siapa yang akan memimpin perusahaannya. Pemegang saham dapat melakukan hak kontrolnya dalam bentuk memveto dalam pemilihan direksi di rapat tahunan pemegang saham atau memveto pada tindakan-tindakan yang membutuhkan persetujuan pemegang saham. (2) Hak menerima pembagian keuntungan Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa berhak mendapat bagian dari keuntungan perusahaan. Tidak semua laba dibagikan, sebagian laba akan ditanamkan kembali ke dalam perusahaan. Laba yang ditahan ini (retained earnings) merupakan sumber dana intern perusahaan. Laba yang tidak ditahan dibagikan dalam bentuk dividen. Tidak semua perusahaan membayar dividen. Keputusan perusahaan membayar dividen atau tidak dicerminkan dalam kebijaksanaan dividennya (dividen policy). Jika perusahaan memutuskan untuk membagi keuntungan dalam bentuk dividen, semua pemegang saham biasa mendapatkan haknya yang sama. Pembagian dividen untuk saham biasa dapat dilakukan jika perusahaan sudah membayarkan dividen untuk saham preferen. (3) Hak preemptive Hak preemptive (preemptive right) merupakan hak untuk mendapatkan persentasi pemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham. Jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham, maka jumlah saham yang beredar akan lebih banyak dan akibatnya persentase kepemilikan pemegang saham yang lama akan turun. Hak preemptive memberi prioritas kepada pemegang saham lama untuk membeli tambahan saham yang baru, sehingga persentase pemilikannya tidak berubah. 3) Saham Treasuri Saham treasuri (treasury stock) adalah saham milik perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk tidak dipensiunkan tetapi disimpan sebagai treasuri dengan alasan-alasan sebagai berikut (Jogiyanto, 2003:77): a) Akan digunakan dan diberikan kepada manajer-manajer atau karyawan-karyawan di dalam perusahaan sebagai bonus dan kompensasi dalam bentuk saham. b) Meningkatkan volume perdagangan di pasar modal dengan harapan meningkatkan nilai pasarnya. c) Menambahkan jumlah lembar saham yang tersedia untuk digunakan menguasai perusahaan lain. d) Mengurangi jumlah lembar saham yang beredar untuk menaikkan laba per lembarnya. e) Alasan khusus lainnya yaitu dengan mengurangi jumlah saham yang beredar sehingga dapat mengurangi kemungkinan perusahaan lain untuk menguasai jumlah saham secara mayoritas. 5. Kinerja Saham Penilaian kinerja suatu saham umumnya dilakukan dengan mengukur tingkat pengembalian (return) saham yang bersangkutan. Menurut Frank J Fabozzi (2001), kinerja saham adalah hasil atau pengembalian (return) dan resiko yang diperoleh melalui investasi pada aktiva yang diukur dari pengembalian investasi dalam periode waktu tertentu. Jadi penilaian kinerja suatu saham untuk menilai keberhasilan saham tersebut salah satu pengukurannya dibutuhkan return saham yang terjadi di bursa. Menurut Eduardus Tandelilin (2001) dalam memgevaluasi kinerja saham ada beberapa faktor yang perlu untuk diperhatikan, yaitu: 1) Tingkat risiko Dalam mengevaluasi kinerja saham, ada yang harus diperhatikan yaitu apakah tingkat return saham yang diperoleh sudah cukup memadai untuk menutup risiko yang harus ditanggung. Di mana semakin tinggi tingkat risiko maka semakin tinggi pula tingkat return yang diharapkan. 2) Periode waktu Sama halnya dengan tingkat risiko, periode waktu juga mempengaruhi tingkat return suatu saham. Oleh sebab itu, dalam penilaian kinerja suatu saham kita juga perlu memperhatikan faktor periode waktu yang digunakan. 3) Penggunaan patok duga (benchmark) yang sesuai Penilaian suatu saham, kita juga perlu dibandingkan antara return saham yang dinilai dengan return yang bisa dihasilkan oleh saham lain yang sebanding. Saham yang terpilih sebagai patok duga (benchmark) harus bisa secara akurat mencerminkan tujuan yang diinginkan oleh investor. 4) Tujuan investasi Tujuan yang berbeda akan mempengaruhi kinerja saham yang dimiliki oleh investor. Seperti jika tujuan investor adalah pertumbuhan jangka panjang, maka kinerja saham yang dimiliki akan relatif lebih kecil dari kinerja saham yang ada untuk jangka pendek. 6. Efisiensi Pasar Modal Efisiensi pasar modal merupakan salah satu indikator untuk menentukan kualitas suatu pasar modal (Suad Husnan, 2003: 124). Semakin tinggi derajat efisiensinya, maka kualitas pasar modal tersebut akan semakin baik. Konsep pasar modal yang efisien memberikan penjelasan mengenai bagaimana harga-harga saham melakukan penyesuaian terhadap informasi baru. Dalam buku Jogiyanto (2003: 370), menurut Fama (1970), pasar modal dikatakan efisien jika harga-harga sekuritas mencerminkan secara penuh informasi yang tersedia. Hipotesis utama pasar modal yang efisien adalah suatu pasar di mana harga seluruh sekuritas secara tepat dan penuh menyesuaikan terhadap informasi yang baru. Terdapat dua macam bentuk efisiensi pasar (Jogiyanto, 2003: 370-380), yaitu: a. Efisiensi Pasar Secara Informasi (Informationally Efficient) Kunci utama untuk mengukur pasar efisien adalah hubungan antara harga sekuritas dengan informasi dimana informasi tersebut digolongkan menjadi informasi lama, informasi yang sedang dipublikasikan atau semua informasi privat. Dalam efisiensi secara informasi ini tidak ditentukan seberapa canggih pasar mengolah suatu informasi, tetapi seberapa luas informasi tersebut tersedia di pasar. Jadi pasar dikatakan efisien jika waktu penyesuaian harga ekuilibrium baru dilakukan dengan cepat. Sebaliknya, pasar dikatakan tidak efisien jika kecepatan penyesuaian cukup lama dan berlarut-larut, hal ini menunjukkan distribusi informasi yang tidak simetris. Akibatnya investor yang mendapatkan informasi ini dapat menikmati abnormal return. Menurut Fama (1970) terdapat tiga bentuk dari efisiensi pasar berdasarkan ketiga macam dari informasi, yaitu: 1) Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form) Jika harga-harga dari sekuritas tercermin secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu yang merupakan informasi yang sudah terjadi. Efisiensi ini berkaitan dengan teori langkah acak (random walk theory) yang menyatakan data masa lalu tidak ada hubungannya dengan nilai sekarang sehingga dalam efisiensi bentuk lemah ini para investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan abnormal return. 2) Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form) Jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan (all publicly avaible information) termasuk informasi yang berada di laporan keuangan perusahaan. Informasi yang dipublikasikan dapat berupa (Jogiyanto, 2003: 371): 1) Informasi yang berupa pengumuman yang mempengaruhi harga sekuritas dari perusahaan yang mempublikasikan informasi tersebut, 2) Informasi yang dipublikasikan yang mempengaruhi harga-harga sekuritas sejumlah saham, dan 3) Informasi yang dipublikasikan mempengaruhi semua hargaharga sekuritas semua perusahaan yang terdaftar di pasar saham. Dalam pasar efisiensi bentuk setengah kuat, maka tidak ada investor yang dapat menggunakan informasi yang dipublikasikan untuk mendapatkan keuntungan tidak normal (abnormal return) dalam jangka waktu yang lama. 3) Efisiensi bentuk kuat (strong form) Jika harga-harga sekuritas secara penuh (full reflect) mencerminkan semua informasi termasuk informasi privat. Hipotesis efisiensi bentuk kuat mengatakan bahwa semua informasi, baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan (public and private information), tidak dapat digunakan untuk memperkirakan harga di masa yang akan datang. Jadi investor dan analis tidak akan memperoleh abnormal return yang konsisten, meskipun mereka memiliki informasi khusus (insider information) sehingga dapat disimpulkan bahwa jika pasar sudah efisien dalam bentuk ini, informasi sama sekali tidak berguna. Beberapa peristiwa yang menyebabkan pasar menjadi efisien (Jogiyanto, 2003: 393), yaitu: (1) Investor adalah penerima harga (price takers), yang berarti bahwa sebagai pelaku pasar, investor seorang diri tidak dapat mempengaruhi harga dari suatu sekuritas tetapi dapat ditentukan oleh banyak pelaku pasar. (2) Informasi tersedia luas kepada semua pelaku pasar pada saat yang bersamaan dan harga untuk memperoleh informasi tersebut murah. (3) Informasi dihasilkan secara acak (random) dan tiap-tiap pengumuman informasi sifatnya random satu dengan yang lainnya, dalam artian investor tidak dapat memprediksi informasi. (4) Investor bereaksi dengan menggunakan informasi secara penuh dan cepat, sehingga harga dari sekuritas berubah dengan semestinya mencerminkan informasi tersebut untuk mencapai keseimbangan yang baru. b. Efisiensi Pasar Secara Keputusan (Decisionally Efficient Market) Informasi secara keputusan mempertimbangkan dua faktor, yaitu ketersediaan informasi dan kecanggihan pelaku pasar, sehingga ketersediaan informasi saja tidak menjamin pasar akan efisien karena informasi tersebut masih perlu diolah lebih lanjut. Misalnya, pengumuman IPO oleh perusahaan emiten. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, belum tentu harga sekuritas perusahaan bersangkutan akan mencerminkan informasi tersebut dengan penuh karena pelaku pasar harus menganalisis dan menginterpretasikan informasi tersebut sebagai kabar baik atau buruk. Oleh karena itu dibutuhkan analisis yang mendalam untuk memperkirakan besarnya dampak dari informasi tersebut pada harga sekuritas yang bersangkutan. Untuk mengolah informasi secara benar, pelaku pasar harus canggih sehingga dapat menikmati abnormal return. Jadi, efisiensi secara informasi saja tidaklah cukup karena diperlukan juga kecanggihan pelaku pasar untuk mengolah informasi dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan. 7. Indeks Harga Saham Gabungan Suatu indeks diperlukan sebagai sebuah indikator untuk mengamati pergerakan harga dari sekuritas-sekuritas. Menurut Jogiyanto (2003: 60) rumus yang digunakan untuk menghitung IHSG adalah sebagai berikut: IHSGt = nilai dasar nilai pasar x100 di mana: IHSG = Indeks harga saham gabungan hari ke-t Nilai pasar = Rata-rata tertimbang nilai pasar (jumlah lembar tercatat di bursa dikalikan dengan harga pasar per lembarnya) dari saham umum dan saham preferen pada hari ke-t. Nilai dasar = Sama dengan nilai pasar tetapi dimulai dari tanggal 10 Agustus 1982. Dengan demikian IHSG untuk tanggal 10 Agustus 1982 adalah bernilai 100 (nilai ini merupakan indeks dasar). Nilai dasar dari IHSG selalu disesuaikan untuk kejadian, seperti IPO, right issue, partial/company listing, konversi dari warrant dan convertible bond serta delisting (mengundurkan diri dari pencatatan karena bangkrut). Untuk peristiwa seperti stock split, deviden berupa saham (stock deviden), bonus issue, nilai dasar dari IHSG tidak berubah, karena peristiwa ini tidak merubah nilai pasar total. 8. Abnormal Return Studi peristiwa (event study) menganalisis return tidak normal (abnormal return) dari sekuritas yang mungkin terjadi disekitar pengumuman dari suatu peristiwa. Abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal (Jogiyanto, 2003: 433) Return normal merupakan return ekspektasi (return yang diharapkan oleh investor). Dengan demikian abnormal return adalah selisih antara return sesungguhnya (actual return) dengan return ekspektasi (expected return). Menurut Jogiyanto (2003: 434) persamaan dari rumus tersebut adalah: RTNi,t = Ri,t - E[Ri,t] di mana: RTNi,t Ri,t = Return tidak normal (abnormal return) = Return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode ke-t. E[Ri,t] = Return ekspektasi sekuritas ke-i untuk periode peristiwa ke-t Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relatif (harga saham realisasi) dengan harga sebelumnya atau dapat dihitung dengan rumus (Jogiyanto, 2003: 434): Act(Ri) = (Pi,t – Pi,t-1)/Pi,t-1 di mana: Act(Ri) = Actual return saham i Pi,t = Harga saham pada hari ke-t Pt-1 = Harga saham pada hari t –1 Sedangkan return ekspektasi merupakan return yang harus diestimasi. Brown dan Warner (1985) mengestimasi return ekspektasi dengan menggunakan model estimasi sebagai berikut: a. Mean Adjusted Model (model disesuaikan rata-rata) Model ini menganggap bahwa return eskpektasi bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi (estimation period) menurut Jogiyanto (2003: 434-435) sebagai berikut: t2 E[ Ri ,t ] = ∑R j =t1 ij T di mana: E[Ri,t] = Return estimasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t Ri,j = Return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j T = Lamanya periode estimasi, yaitu dari t1 sampai dengan t2 Periode estimasi (estimation period) umumnya merupakan periode sebelum periode peristiwa. Periode peristiwa (event period) disebut juga dengan periode pengamatan atau jendela peristiwa (event window). Lama dari periode jendela ini juga tergantung dari jenis peristiwanya. Jika peristiwanya merupakan peristiwa yang nilai ekonomisnya dapat ditentukan dengan mudah oleh investor (misal pengumuman laba dan dividen), periode jendela dapat pendek. Hal ini disebabkan oleh investor dapat bereaksi dengan cepat. Sebaliknya, jika peristiwa tersebut nilai ekonomisnya sulit ditentukan oleh investor (misalnya merjer) maka investor akan membutuhkan waktu lama untuk bereaksi (Jogiyanto, 2003:436). b. Market Model (model pasar) Dilakukan dengan dua tahap, yaitu membentuk model estimasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan menggunakan model estimasi ini untuk mengestimasi return ekspektasi di periode jendela, model estimasi dapat dibentuk menggunakan teknik regresi OLS (Ordinary Least Square) dengan persamaan (Jogiyanto, 2003: 439-440): Rij = α i + β i . RMj + ε ij di mana: Rij = Return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j αi = Intercept untuk sekuritas ke-i βi = Koefisien slope yang merupakan beta dari sekuritas ke-i RMj = Return indeks pasar pada periode estimasi ke-j yang dapat dihitung dengan rumus RMj = (IHSGj – IHSGj-1). εij = Kesalahan residu sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j c. Market Adjusted Model (model disesuaikan pasar) Model ini menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar. Misalnya pada hari pengumuman peristiwa, return indeks pasar adalah sebesar 18%, dengan metode ini, maka return estimasi semua sekuritas di hari yang sama tersebut adalah sama dengan return indeks pasarnya, yaitu 18%. Jika return suatu sekuritas pada hari pengumuman peristiwa adalah 35%, maka besarnya abnormal return yang terjadi adalah 35% - 18% = 17%. 9. Return Jogiyanto (2003:109-127) menjelaskan bahwa hasil dari suatu investasi disebut sebagai return. Return dapat berupa return realisasi (realized return) yang sudah terjadi atau return ekspektasi (expected return) yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan risiko di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. a. Return Realisasi Beberapa return realisasi yang banyak digunakan adalah sebagai berikut: 1) Return total Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu. Return total sering disebut dengan return saja. Return total terdiri dari capital gain (loss) dan Yield sebagai berikut: Return = Capital gain (loss) + Yield Capital gain (loss) = Pt − Pt −1 Pt −1 Capital gain (loss) merupakan untung (rugi) atau selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu dan Yield merupakan presentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. 2) Relatif return Pada return total dapat bernilai positif ataupun negatif. Pada perhitungan return relatif, return total diubah menjadi positif dengan menambahkan nilai terhadap return total sebagai berikut: Return Relatif = (Return Total + 1) 3) Kumulatif return Return total mengukur perubahan harga dari saham dan perubahan pendapatan dari deviden yang diterima. Return total hanya mengukur kemakmuran pada waktu tertentu tetapi tidak mengukur total kemakmuran yang dimiliki. Untuk mengetahui total kemakmuran kumulatif (cumulative wealth index) dapat digunakan indek kemakmuran kumulatif (IKK). IKK = KK 0 (1 + R1 )(1 + R2 )...(1 + Ra ) di mana: IKK= Indeks kemakmuran kumulatif dari periode ke-1 sampai ke-n KKo= Kekayaan awal Rt = Return periode ke-t 4) Return disesuaikan Return sebelumnya adalah return nominal (nominal return) yang hanya mengukur perubahan nilai uang tetapi tidak memperhitungkan daya beli dari nilai uang tersebut. Untuk mempertimbangkan hal ini return nominal perlu disesuaikan dengan tingkat inflasi yang ada. Return ini disebut sebagai return rill atau disesuaikan dengan inflasi (inflation adjusted return) sebagai berikut: RIA = (1 + R) −1 (1 + IF ) di mana: RIA = Return disesuaikan dengan tingkat inflasi. R = Return nominal IF = Tingkat inflasi b. Return Ekspektasi Return ekspektasi (expected return) dapat dihitung dengan menghilangkan masing-masing hasil masa depan dengan probabilitas kejadian dan menjumlah semua produk perkalian tersebut. Secara matematik return ekspektasi dirumuskan: n E ( Ri ) = ∑ ( R j .Pj ) j =1 di mana: E(Ri) = Return ekspektasi suatu aktiva atau sekuritas ke-i Rj = Hasil masa depan ke j Pj = Probabilitas hasil masa depan ke j n = Jumlah dari hasil masa depan. Penentuan probabilitas untuk menentukan hasil masa depan merupakan hal yang tidak mudah dan subyektif. Akibat dari subyektifitas ini, ketidak akuratan akan terjadi. Untuk mengurangi ketidak akuratan ini, data historis dapat digunakan sebagai dasar ekspektasi. Jika pertumbuhan dari return turut diperhitungkan maka dapat dihitung dengan teknik regresi. B. Telaah Penelitian Terdahulu Penelitian berupa event study mengenai kinerja saham emiten baik jangka pendek maupun jangka panjang setelah melakukan penawaran perdana saham atau IPO telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Sebagai fenomena yang terjadi pada setiap pasar modal di berbagai negara, fenomena underpricing juga dilihat sebagai fenomena jangka pendek. Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa underpricing yang terjadi dalam jangka pendek tersebut kemungkinan dapat terjadi, karena terjadi overpricing dalam jangka panjang dan memberikan return yang negatif bagi investor. Beberapa penelitian tersebut antara lain telah dilakukan oleh Ritter (1991) dengan judul The Long Run Performance of Initial Public Offering. Penelitian dilakukan di USA dengan sampel sebanyak 1526 perusahaan selama periode 1975-1984, sampel tersebut mewakili 61,6 % dari seluruh perusahaan yang melakukan IPO pada periode tersebut. Hasilnya penelitian menunjukkan bahwa kinerja saham jangka pendek sebesar 14,32 % sedangkan kinerja saham jangka panjang sebesar -29,13 %. Yang artinya pada jangka pendek kinerja saham mengalami outperformed ditunjukkan dengan return yang positif setelah 1 sampai 3 bulan setelah perusahaan IPO, dan pada jangka panjang terjadi underperformed ditunjukkan dengan return yang negatif dalam jangka waktu lebih dari 1 tahun setelah IPO. Penelitian lain juga dilakukan oleh Prastiwi (2000) di pasar modal Indonesia dengan sampel sebanyak 78 perusahaan yang listing di BEJ pada tahun 1994 sampai dengan 1997 menemukan bahwa terdapat rata-rata abnormal return sebesar 39,07 % dan -35,51 % setelah 3 bulan dan 1 tahun setelah perusahaan melakukan penawaran perdana. Penelitian yang juga dilakukan oleh Danan J.K (2004), terhadap 55 perusahaan yang terdaftar di BEJ dengan periode pengamatan tahun 1997-2000, menemukan bahwa rata-rata abnormal return positif sebesar 15,40 % setelah 1 bulan listing dan rata-rata abnormal return negatif sebesar -10,78 % setelah 1 tahun listing. C. Hipotesis Penelitian Hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini, yaitu untuk menjawab pokok masalah penelitian adalah sebagai berikut: H1: Abnormal return saham perusahaan bernilai positif secara signifikan pada jangka waktu tiga bulan sejak melakukan IPO. H2: Abnormal return saham perusahaan bernilai negatif secara signifikan pada jangka waktu dua tahun sejak melakukan IPO. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimen yaitu penelitian yang variabel bebasnya dimanipulasi oleh peneliti, di mana penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) yaitu penulisan dilakukan dengan membaca literatur, referensi, buku-buku acuan dan materi yang didapat selama kuliah serta sumber-sumber lain yang memiliki data, informasi yang akurat dan relevan dengan materi yang dibahas. Berdasarkan pada tingkat penjelasan, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri atau lebih tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel lainnya. Sedangkan berdasarkan kegiatan atau peristiwa yang diteliti maka penelitian ini termasuk penelitian studi peristiwa (event study) yaitu studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Dalam penelitian ini yang dimaksud informasi yang dipublikasikan adalah pengumuman perusahaan yang akan melakukan IPO dan hal-hal yang berhubungan dengan informasi tersebut, seperti prospektus perusahaan. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian Untuk menghindari interprestasi yang berbeda, maka berikut akan dijelaskan hal-hal yang berhubungan dengan penelitian, yaitu: 1. Kinerja saham adalah hasil dan resiko yang diperoleh melalui investasi pada aktiva yang diukur dari pengembalian (return) yang diperoleh dari periode waktu tertentu (Frank J Fabozzi: 2001). Dalam penelitian ini kinerja saham diukur dengan abnormal return. 2. Kinerja jangka pendek adalah kinerja saham setelah tiga bulan terdaftar (listing) di BEJ. 3. Kinerja jangka panjang adalah kinerja saham setelah dua tahun terdaftar (listing) di BEJ. 4. Initial Public Offering (IPO) adalah penawaran saham (sekuritas) perusahaan untuk pertama kalinya di bursa saham. 5. Outperformed adalah kenaikan kinerja dari surat berharga yang ditunjukkan dengan abnormal return yang positif dalam jangka waktu tertentu. 6. Underperformed adalah penurunan kinerja dari surat berharga yang ditunjukkan dengan abnormal return yang negatif dalam jangka waktu tertentu. 7. Abnormal return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal, sedangkan return normal merupakan return ekspektasi atau return yang diharapkan oleh investor. Jadi abnormal return adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi. C. Data yang Dibutuhkan dan Sumber Data Dalam penelitian ini data yang dibutuhkan diambil dari Indonesian Capital Market Directory, JSX Fact Book, melalui internet dengan website http://www.finance.yahoo.com dan database MM UII. Sedangkan data-data yang dibutuhkan adalah sebagai berikut: 1. Daftar perusahaan yang melakukan IPO tahun 1997-2001, 2. Tanggal IPO, tanggal listing, 3. Harga perdana dan harga penutupan (closing price) harian tahun 1997 sampai dengan 2003, 4. Data IHSG pada saat IPO, dan IHSG harian tahun 1997 sampai dengan 2003. D. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini sumber data yang dibutuhkan adalah merupakan jenis data sekunder. Sedangkan metode pengumpulan data sekunder yang digunakan metode dokumentasi dan studi pustaka. E. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu yang digunakan dalam penelitian ini mulai dari penyusunan proposal penelitian sampai dengan penulisan hasil penelitian adalah dalam kurun waktu 5 bulan yaitu mulai 25 September 2004 sampai dengan 28 Februari 2005. Tempat penelitian atau pengambilan data dilakukan di pojok BEJ MM UII Yogyakarta. F. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini seluruh perusahaan yang melakukan IPO di BEJ periode Januari 1997 sampai dengan Desember 2001. Dalam pengambilan sampel metode yang digunakan adalah metode purposive sampling yang artinya sampel penelitian sengaja dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria-kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah sebagai berikut: 1. Merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. 2. Perusahaan manufaktur yang melakukan IPO periode Januari 1997 sampai dengan Desember 2001. 3. Data harga perdana perusahaan dan harga penutupan tiga bulan dan dua tahun setelah perusahaan listing di pasar sekunder. 4. Data IHSG saat IPO, IHSG tiga bulan dan dua tahun setelah listing di pasar sekunder. Dari seluruh populasi, yaitu perusahaan yang melakukan IPO untuk periode 1997 sampai dengan 2001, perusahaan manufaktur yang masuk sebagai sampel atau memenuhi kriteria pemilihan sampel sebanyak 27 perusahaan. Berikut ini daftar sampel perusahaan manufaktur yang melakukan IPO pada periode tahun 1997-2001: Tabel 3.1 Daftar Perusahaan Manufaktur yang Melakukan IPO Periode 1997 sampai dengan 2001 No. Code Company Name Efective Date 1 ALMI Alumindo Light Metal Industry 02-01-97 2 DSUC Daya Sakti Unggul Corporation 25-02-97 3 ETWA Eterindo Wahanatama 16-04-97 4 IKAI Intikeramik Alamastri Industri 07-05-97 5 AISA Asia Inti Selera 11-06-97 6 PAFI Panasia Filament Inti 17-06-97 7 JKSW Jakarta Kyoei Steel Works 27-06-97 8 LTLS Lautan Luas 21-07-97 9 SSTM Sunson Textile Manufacture 28-07-97 10 RICY Ricky Putra Globalindo 31-12-97 11 AUTO Astra Otoparts 29-05-98 12 TIRT Tirta Mahakam Plywood Industri 18-11-99 13 TBLA Tunas Baru Lampung 31-12-99 14 SIMM Surya Intrindo Makmur 09-03-00 15 APLI Asiaplast Industries 31-03-00 16 SMPL Summitplast Interbenua 26-05-00 17 FMII Fortune Mate Indonesia 16-06-00 18 ACAP Andhy Chandra Automotive 17-11-00 19 INAF Indofarma 16-04-01 20 DOID Daeyu Orchid Indonesia 14-06-01 21 LAPD Lapindo Packaging 12-07-01 22 ARNA Arwana Citramulia 12-07-01 23 BTON Betonjaya Manunggal 16-07-01 24 RYAN Ryane Adibusana 11-10-01 25 PYFA Pyridam Farma 11-10-01 26 PLAS Palm Asia Corpora 26-10-01 27 CLPI Colorpak Indonesia 27-11-01 Sumber data: Indonesian Capital Market Directory (ICMD), Database MM UII G. Uji Prasyarat Analisis Data Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis data yang telah didapat. Uji prasyarat analisis data yang digunakan adalah uji normalitas, di mana uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah setiap data sudah berdistribusi normal atau tidak. Menurut Sugiyono (2003:173), apabila pengujian pertanyaan penelitian menggunakan statistik parametrik maka setiap data pada setiap variabel harus diuji terlebih dahulu normalitasnya. Jika data tidak normal maka pengujian hipotesis penelitian tidak bisa menggunakan statistik parametrik. Uji normalitas yang akan dillakukan dalam penelitian ini, adalah menggunakan uji normalitas One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Uji normalitas dengan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test, dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows version 10.0. Langkah-langkah yang dilakukan untuk uji normalitas (one sample kolmogorovsmirnov test) menurut Singgih Santoso (2001:86-93) adalah sebagai berikut: 1. Data (X) diurutkan dari data yang terkecil sampai terbesar. 2. Menghitung z dengan rumus: Z= X −µ s di mana: Z= Nilai yang distandarkan X = Data µ = Rata-rata populasi s = Standar deviasi sampel 3. Mencari luas daerah z yaitu luas daerah di sebelah kanan kurva untuk nilai z tertentu dengan program SPSS for windows version 10.0. 4. Mencari peluang harapan (Pe) kumulatif dari masing-masing data. 5. Mencari nilai D yaitu selisih mutlak antara luas kurva z dikurangi peluang harapan. Karena ada pemutlakan hasil jika terjadi tanda negatif maka akan tetap dianggap positif. Kemudian dari nilai D yang ada dicari angka yang terbesar. Maka angka inilah yang disebut Kolmogorov-Smirnov hitung. 6. Membuat hipotesis untuk pengujian normalitas, yaitu: Ho: Data berdistribusi normal Ha: Data tidak berdistribusi normal 7. Membandingkan Kolmogorov-Smirnov hitung dengan Kolmogorov-Smirnov tabel: a) Jika Kolmogorov-Smirnov hitung 〈 Kolmogorov-Smirnov tabel maka Ho diterima. b) Jika Kolmogorov-Smirnov hitung 〉 Kolmogorov-Smirnov tabel maka Ho ditolak. 8. H. Atau dengan melihat angka probabilitasnya: a) Probabilitas ≥ 0,05 maka Ho diterima. b) Probabilitas 〈 0,05 maka Ho ditolak. Teknik Analisis Data Dalam menganalisis data, teknik analisis yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan adalah dengan menggunakan statistik yaitu one sample t- test. Menurut Sugiyono (1999:177) rumus uji one t-test adalah sebagai berikut: t = X − µo s n di mana: t = Nilai t yang dihitung X = Rata-rata µo = Nilai yang dihipotesiskan s = Simpangan baku sampel n = Jumlah anggota sampel Namun pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS for window version 10.0. Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dihitung abnormal return jangka pendek dan abnormal return jangka panjang untuk setiap periode. Untuk menghitung abnormal return, terlebih dahulu dilakukan dengan mencari total return untuk setiap periode yang kemudian dilanjutkan dengan mencari total return indeks pasar di mana dalam penelitian ini total return dan total return indeks pasar dihitung dengan menggunakan program Microsoft Excel. Berikut rumus total return saham yang digunakan dalam penelitian ini: R it = P it − P it −1 P it −1 di mana: R it = Total return P it = Harga saham pada saat t P it −1 = Harga saham pada saat penawaran/harga perdana (offering price) Harga saham pada saat penawaran yang digunakan yaitu harga perdana perusahaanperusahaan yang melakukan IPO pada tahun 1997-2001. Harga saham pada saat t yang digunakan adalah harga saham tiga bulan dan dua tahun setelah perusahaan tersebut terdaftar di BEJ. Apabila pada tanggal tertentu tidak terjadi perdagangan maka harga saham yang digunakan adalah harga tanggal terakhir sebelum tanggal di mana suatu perusahaan tepat tiga bulan dan dua tahun setelah melakukan IPO di pasar perdana. Berikut rumus total return indeks pasar saham yang digunakan dalam penelitian ini: Rmt = P mt − P mt −1 P mt −1 di mana: Rmt = Total return indeks pasar P mt = Nilai indeks pasar (IHSG) pada saat t P mt −1 = Nilai indeks pasar (IHGS) pada saat penawaran Indeks pasar yang digunakan dalam perhitungan ini yaitu IHSG pada saat perusahaan melakukan IPO, IHSG tiga bulan dan dua tahun setelah perusahaan listing di pasar sekunder. Apabila pada tanggal tertentu tidak terjadi perdagangan maka IHSG yang digunakan adalah IHSG tanggal terakhir sebelum tanggal di mana perusahaan tepat tiga bulan dan dua tahun listing di pasar perdana. Berikut persamaan abnormal return saham yang dipakai dalam penelitian ini: AR it = R it − Rmt di mana: AR it = Market-adjudted abnormal return R it = Total return Rmt = Total return indeks pasar Model market adjusted return menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu saham adalah return indeks harga pasar pada saat t. Maka dalam hal tersebut tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return saham yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar. Untuk proses penghitungan total return, total return indeks pasar, dan abnormal return dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel. Langkah-langkah pengujian terhadap abnormal return adalah sebagai berikut: 1) Merumuskan Ho Untuk hipotesis pertama (kinerja jangka pendek): Ho1 : Rata-rata abnormal return tidak bernilai positif Ha1 : Rata-rata abnormal return bernilai positif Untuk hipotesis kedua (kinerja jangka panjang): Ho2 : Rata-rata abnormal return tidak bernilai negatif Ha2 : Rata-rata abnormal return bernilai negatif 2) Menentukan tingkat signifikansi yaitu pada taraf signifikan = 0,05 dan df = n-1 di mana n = jumlah data. 3) Membandingkan t hitung dan t tabel 4) Kriteria pengujian Ho diterima bila : t hitung <t tabel (α / 2, n − 1) Ho ditolak bila : t hitung >t tabel (α / 2, n − 1) 5) Gambar kurva daerah penerimaan/penolakan Ho: Daerah Penerimaan Ho Daerah Penerimaan Ha t (α/2,n-1) 6) Membuat kesimpulan Jika rata-rata abnormal return 〉 0 maka artinya kinerja saham outperformed, namun jika rata-rata abnormal return 〈 0 maka artinya kinerja saham underperformed. BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Penghitungan Tingkat Pengembalian (Return) 1. Penghitungan Total Return Setelah didapat data harga saham perdana atau harga penawaran saat IPO, harga saham tiga bulan setelah listing, dan harga saham dua tahun setelah listing untuk setiap perusahaan dari 27 sampel perusahaan manufaktur yang melakukan IPO pada tahun 1997 sampai dengan 2001 di BEJ, maka langkah selanjutnya adalah melakukan penghitungan atau mencari total return. Total return yang dicari adalah total return tiga bulan dan dua tahun setelah perusahaan melakukan IPO. Untuk menghitung total return dengan rumus R it = P it − P it −1 , dalam penelitian ini menggunakan program Microsoft Excel dan P it −1 penghitungan tersebut secara lengkap dapat dilihat pada lampiran II. Berikut tabel hasil dari perhitungan tersebut yaitu total return untuk masingmasing perusahaan manufaktur: Tabel 4.1 Total Return Untuk Masing-masing Perusahaan No. Kode Total Return 3 bulan 2 tahun No. Kode Total Return 3 bulan 2 tahun 15 APLI 3,166667 -0,93333 0,289474 -0,36842 16 SMPL 0,525 -0,79375 3 ETWA 0,346154 -0,61538 17 FMII 0,12 1,1 4 IKAI 0,1 -0,56667 18 ACAP -0,62286 -0,46286 5 AISA -0,36842 -0,65789 19 INAF 1,15 1,5 6 PAFI -0,34615 -0,30769 20 DOID 0,35 -0,45 7 JKSW 0,076923 -0,46154 21 LAPD 4,5 2,35 8 LTLS -0,44915 -0,8814 22 ARNA -0,2 9 SSTM -0,64706 0,558824 23 10 RICY 0,041667 -0,25 11 AUTO -0,69565 12 TIRT 13 TBLA 14 SIMM 1 ALMI -0,17308 2 DSUC -0,75 BTON 0,25 0,05 0,2 -0,6 24 RYAN 5,5 25 PYFA 2,5 0,9 1,685714 -0,81143 26 PLAS 2,85 -0,55 -0,21591 -0,86591 27 CLPI 3,7 3,5 1 0,9 2 Data hasil olahan Sumber: Database MM UII, http://www.finance.yahoo.com 2. Penghitungan Total Return Indeks Pasar Dari data IHSG yang telah diperoleh, maka dilakukan penghitungan total return indeks pasar untuk tiga bulan dan dua tahun setelah perusahaan manufaktur melakukan IPO. Indeks pasar yang digunakan dalam perhitungan ini yaitu IHSG pada saat perusahaan melakukan IPO, IHSG tepat tiga bulan dan dua tahun setelah perusahaan listing di pasar sekunder. Penghitungan total return indeks pasar dengan rumus Rmt = P mt − P mt −1 , dalam P mt −1 penelitian ini juga dicari dengan program Microsoft Excel dan penghitungan tersebut secara lengkap dapat dilihat pada lampiran III. Berikut tabel hasil penghitungan tersebut yaitu total return indeks pasar untuk masing-masing perusahaan: Tabel 4.2 Total Return Indeks Pasar Untuk Masing-masing Perusahaan No. Kode Total Return Indeks 3 bulan No. Kode Total Return Pasar Indeks Pasar 2 tahun 3 bulan 2 tahun 1 ALMI 0,005513 -0,38253 15 APLI -0,14845 -0,07426 2 DSUC 0,015956 -0,42559 16 SMPL -0,13011 0,099423 3 ETWA -0,02388 -0,6508 17 FMII -0,13361 0,094998 4 IKAI -0,19941 -0,08168 18 ACAP 0,067051 0,449235 5 AISA 0,300077 0,615947 19 INAF 0,229162 0,222036 6 PAFI -0,28344 -0,08854 20 DOID 0,021395 0,224943 7 JKSW -0,3319 -0,15205 21 LAPD -0,14177 0,187548 8 LTLS -0,29518 -0,10564 22 ARNA -0,14177 0,187548 9 SSTM -0,44957 -0,18943 23 BTON -0,13975 0,180971 10 RICY 0,246268 0,654653 24 11 AUTO -0,01388 0,228235 25 PYFA 0,111137 0,739981 12 TIRT -0,07764 -0,41144 26 PLAS 0,076685 0,00015 13 TBLA -0,22165 -0,35088 27 CLPI 0,189697 0,619745 14 SIMM -0,12827 -0,17671 RYAN 0,143005 0,75207 Data hasil olahan Sumber: Database MM UII 3. Penghitungan Abnormal Return Setelah didapatkan hasil nilai dari total return, total return indeks pasar tiga bulan dan dua tahun untuk masing-masing perusahaan manufaktur setelah melakukan IPO, maka langkah selanjutnya adalah mencari abnormal return dengan model market adjusted return dengan rumus AR it = R it − Rmt , dan penghitungan tersebut secara lengkap dapat dilihat pada lampiran IV. Proses penghitungan abnormal return untuk tiga bulan dan dua tahun dalam penelitian ini, juga dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel. Berikut tabel yang menunjukkan hasil penghitungan tersebut yaitu abnormal return: Tabel 4.3 Abnormal Return Untuk Masing-masing Perusahaan No. Kode Abnormal Return 3 bulan 2 tahun No. Kode Abnormal Return 3 bulan 2 tahun 1 ALMI -0,17859 -0,36747 15 APLI 3,315113 -0,85908 2 DSUC 0,273518 0,067165 16 SMPL 0,655107 -0,89317 3 ETWA 0,370036 -0,5503 17 FMII 0,253608 1,005002 4 IKAI 0,299407 -0,48499 18 ACAP -0,68991 -0,91209 5 AISA -0,6685 -1,27384 19 INAF 0,920838 1,077964 6 PAFI -0,06272 -0,21916 20 DOID 0,328605 -0,67494 7 JKSW 0,408825 -0,30949 21 LAPD 4,641769 2,162452 8 LTLS -0,15397 -0,1825 22 ARNA -0,05823 -0,13755 9 SSTM -0,19749 0,748257 23 BTON 0,389751 0,019029 10 RICY -0,2046 -0,90465 24 RYAN 5,356995 -1,35207 11 AUTO -0,68177 1,771765 25 PYFA 2,388863 0,160019 12 TIRT 1,762751 -0,39999 26 PLAS 2,773315 -0,55015 13 TBLA 0,005745 -0,51503 27 CLPI 3,510303 2,880255 14 SIMM 1,128272 1,076706 Sumber: Data hasil olahan B. Uji Prasyarat Analisi Data Setelah didapatkan nilai abnormal return tiga bulan dan abnormal return dua tahun, untuk masing-masing perusahaan manufaktur selama periode pengamatan, dan data diurutkan dari data terkecil sampai terbesar, maka langkah selanjutnya dilakukan uji prasyarat. Uji prasyarat analisis data yang dalam penelitian ini adalah uji normalitas dengan menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test yang dihitung dengan menggunakan program SPSS for Windows version 10.0. Berikut rumusan hipotesis uji normalitas data, yaitu: Ho : Data berdistribusi normal Ha : Data tidak berdistribusi normal Dari hasil uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan melihat nilai sig. 2-tailed (probabilitasnya) secara lengkap dapat dilihat pada lampiran V, untuk abnormal return tiga bulan dengan probabilitas 0,051 dan untuk abnormal return dua tahun dengan probabilitas 0,301, berdasarkan penarikan kesimpulan uji prasyarat jika probabilitas ≥ 0,05 maka Ho diterima, sehingga dalam hal ini data abnormal return tiga bulan dan abnormal return dua tahun dapat dikatakan berdistribusi normal karena probabilitasnya ≥ 0,05. Berikut tabel yang menyajikan hasil uji normalitas data tersebut: Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Abnormal Return Abnormal Return Tiga Bulan Dua Tahun N 27 27 Rata-rata 0,95877928 1,415E-02 Kolmogorov-Smirnov Z 1,355 0,972 Sig. (2-tailed) 0,051 0,301 Data Hasil Olahan C. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis terhadap abnormal return tiga bulan dan dua tahun untuk setiap perusahaan manufaktur yang melakukan IPO periode tahun 1997 sampai dengan 2001 dalam penelitian ini, yaitu dengan menggunakan one sample t-test. Penghitungan one sample t-test dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program SPSS for window version 10.0 dan dapat dilihat pada lampiran VI. Hipotesis statistik yang dirumuskan dalam penelitian ini untuk pengujian sebagai berikut: 1. Untuk hipotesis pertama: Ho : Rata-rata abnormal return tidak bernilai positif Ha : Rata-rata abnormal return bernilai positif 2. Untuk hipotesis kedua: Ho : Rata-rata abnormal return tidak bernilai negatif Ha : Rata-rata abnormal return bernilai negatif Berikut tabel hasil pengujian abnormal return, yang menunjukkan kinerja saham perusahaan manufaktur setelah melakukan IPO periode tahun 1997 sampai dengan 2001, dengan menggunakan one sample t-test dengan df = 27-1 = 26 dan tingkat signifikansi 5% dan hal pengujian tersebut secara lengkap dapat dilihat pada lampiran VI: Tabel 4.5 Hasil Pengujian Hipotesis dengan One Sample T-test Jangka Waktu df Mean t-hitung 2-tailed sig. 3 Bulan 26 0,95877930 3,034 0,005 2 Tahun 26 1,415E-02 0,070 0,945 Dari tabel 4.5 di atas, dapat diketahui bahwa tiga bulan setelah perusahaan manufaktur melakukan IPO periode tahun 1997 sampai dengan 2001, terlihat t hitung (3,034) lebih besar dari t tabel (2,069). Artinya hipotesis nol yang menyatakan rata-rata abnormal return tidak bernilai positif ditolak, hal tersebut bisa juga dilihat pada nilai sig. (2-tailed) = 0,005 〈 0,05 sehingga Ho1 ditolak atau terima Ha1. Berikut gambar kurva daerah penolakan Ho1: Daerah Penerimaan Ho Daerah Penerimaan Ha 2,069 3,034 Untuk dua tahun setelah perusahaan manufaktur melakukan IPO periode tahun 1997 sampai dengan 2001, dari tabel di atas juga terlihat nilai t hitung (0,070) lebih kecil dari t tabel (2,069). Artinya bahwa hipotesis nol yang menyatakan rata-rata abnormal return tidak bernilai negatif diterima, hal tersebut, juga dapat dilihat pada nilai sig. (2-tailed) = 0,945 〉 0,05 sehingga Ho2 diterima. Berikut gambar kurva daerah penerimaan Ho2: Daerah Penerimaan Ho 0,070 D. Daerah Penerimaan Ha 2,069 Pembahasan Berikut tabel yang menunjukkan perbandingan hasil dari penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang, yang menunjukkan adanya perbedaan hasil penelitian untuk kinerja saham jangka panjang yang terlihat dari rata-rata abnormal return: Tabel 4.6 Perbandingan Hasil Penelitian Kinerja Saham untuk Jangka Pendek dan Jangka Panjang Hasil Penelitian Terdahulu Peneliti Hasil Penelitian Sekarang Jangka Jangka Pendek Panjang Ritter 14,32 % -29,13 % Prastiwi 39,07 % -35,51 % Danan J.K 15,40 % -10,77 % Jangka Pendek Jangka Panjang 95,88 % 1,42 % Berdasarkan tabel 4.6 di atas dari hasil penelitian ini yang telah dilakukan, terlihat bahwa dalam jangka pendek kinerja saham perusahaan manufaktur setelah melakukan IPO, yang diukur dengan return tiga bulan sejak listing di BEJ, terdapat rata-rata abnormal return yang positif yaitu sebesar 0,9587793 (95,88 %) jika investor menjual kembali sahamnya di pasar sekunder. Maka dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam jangka pendek kinerja saham perusahaan setelah melakukan IPO mengalami outperformed (terjadi fenomena outperformed) dan secara statistik kenaikan kinerja saham tersebut signifikan. Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut, sesuai dengan kriteria penarikan kesimpulan penelitian, yang menyatakan jika abnormal return lebih besar dari nol, maka kinerja saham dikatakan outperformed. Sedangkan berdasarkan dari hasil pengujian hipotesis ke dua, diketahui bahwa dalam jangka panjang kinerja saham perusahaan manufaktur setelah melakukan IPO, yang diukur dengan return dua tahun sejak listing di BEJ, juga terdapat rata-rata abnormal return yang positif sebesar 1,415E-02 (1,42 %) jika investor menjual kembali sahamnya di pasar sekunder. Maka dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam jangka panjang kinerja saham perusahaan setelah melakukan IPO mengalami outperformed (juga terjadi fenomena outperformed) dan secara statistik kenaikan kinerja saham tersebut tidak signifikan. Kesimpulan tersebut, sesuai dengan kriteria penarikan kesimpulan dalam penelitian ini, yang menyatakan jika abnormal return lebih besar dari nol, maka kinerja saham dikatakan outperformed. Dari kedua hasil penelitian sekarang, untuk kinerja saham jangka pendek dalam penelitian ini memperkuat penelitian-penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Ritter (1991) yang hasil penelitiannya diperoleh abnormal return positif sebesar 14,32 %, Prastiwi (2000) dari hasil penelitiannya memperoleh abnormal return positif sebesar 39,07 %, dan Danan Joyo Kusumo (2004) yang juga memperoleh abnormal return jangka pendek yang positif sebesar 15,40 %. Dari ketiga peneliti tersebut menyimpulkan bahwa dalam jangka pendek kinerja saham akan mengalami kenaikan kinerja (outperformed) yang ditunjukkan dengan diperolehnya return yang positif. Namun, untuk jangka panjang kinerja saham dalam penelitian ini tidak mendukung penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Ritter (1991) di mana hasil penelitiannya kinerja saham jangka panjang memperoleh abnormal return negatif sebesar -29,13 %, Prastiwi (2000) dari hasil penelitiannya diperoleh abnormal return negatif sebesar -35,51 %, dan Danan Joyo Kusumo (2004) yang juga memperoleh abnormal return jangka pendek yang negatif sebesar -10,77 %. Dari ketiga peneliti tersebut, menyatakan bahwa kinerja saham akan mengalami penurunan kinerja (underperformed) yang ditunjukkan dengan diperolah return yang negatif, sedangkan dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa kinerja saham jangka panjang justru mengalami kenaikkan kinerja (outperformed) yang ditunjukkan dengan return yang positif sebesar 1,42 %. Kinerja saham jangka panjang dalam penelitian tidak sama dengan penelitian terdahulu, kemungkinan dapat dikarenakan dalam penelitian ini sampelnya dipilih secara purposive sampling yaitu ditentukan perusahaan yang sejenis (perusahaan manufaktur) sedangkan pada penelitian sebelumnya sampel diambil secara random (acak). Selain itu, untuk perusahaan manufaktur terlihat pada harga sahamnya (khususnya pada periode tahun 2000 sampai dengan 2003) dari 27 sampel perusahaan ada 10 perusahaan manufaktur yang harga sahamnya setelah dua tahun listing lebih besar daripada harga pada saat penawaran pertama kali, atau dapat dikatakan return (total return) yang diperoleh lebih besar daripada return pasarnya (total return indeks pasar) sehingga investor memperoleh abnormal return yang cukup besar (abnormal return yang bernilai positif). Maka rata-rata abnormal return secara keseluruhan dari 27 perusahaan tersebut menjadi bernilai positif. Atau dapat dikatakan pada perusahaan manufaktur selama periode tahun 2000 sampai dengan 2003 (periode pengamatan harga saham dan IHSG) terjadi oversubscribed (lebih besarnya peminat daripada saham yang ditawarkan), faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi adalah kondisi ekonomi dan politik Negara Indonesia yang semakin membaik pada periode tahun tersebut. Karena pada periode tahun tersebut, terjadi pergantian pemerintahan baru di Indonesia dan munculnya kebijakan-kebijakan baru yang dipandang sebagai sinyal positif bagi kegiatan bisnis oleh para investor. Namun terjadinya fenomena outperformed atau kenaikan kinerja saham perusahaan pada jangka panjang yaitu dua tahun tersebut tidak signifikan. Oleh karena, kenaikan kinerja saham jangka panjang tidak dapat mencerminkan kinerja saham seluruh perusahaan manufaktur. Di mana abnormal return yang diperoleh para investor tersebut tidak bermakna. Kemungkinan tidak signifikannya kinerja saham tersebut, terjadi karena pada pertengahan tahun 1997 terjadi krisis ekonomi dan politik dalam negeri hingga tahun 1999. Sehingga peristiwa yang terjadi tersebut, bagi para investor merupakan pertanda buruk bagi jaminan keamanan investasi mereka. Maka yang terjadi adalah anjloknya harga-harga saham perusahaan atau harga saham turun cukup signifikan, hal tersebut juga tercermin pada IHSG di bursa saham (BEJ). Sehingga pada periode tahun tersebut para investor tidak memperoleh abnormal return (di mana rata-rata abnormal return bernilai negatif). Turunnya harga-harga saham tersebut, merupakan systematic risk yang harus diterima oleh para investor, karena merupakan salah satu resiko yang tidak dapat dihindari oleh seluruh perusahaan ataupun kegiatan bisnis di Indonesia. Pada periode tersebut para investor cenderung untuk menghindari resiko yang lebih besar, sehingga mereka enggan menginvestasikan dananya pada saham. Berikut tabel yang menyajikan kondisi penanaman modal di Indonesia selama periode tahun 1997 sampai dengan 2003: Tabel 4.7 Kondisi Investasi Langsung (Penanaman Modal) di Indonesia Periode Tahun 1997 – 2003 Periode PMDN (Milyar PMA (USD Juta) Rp) 1997 18.628,8 3.473,4 1998 16.512,5 4.865,7 1999 16.286,7 8.229,9 2000 22.038,0 9.877,4 2001 9.880,8 3.484,4 2002 12.029,3 3085,3 2003 11.544.,8 5.425,9 Sumber : http://www.bkpm.go.id Dilihat dari sisi investasi langsung (penanaman modal) di Indonesia berdasarkan tabel 4.7 di atas, untuk PMDN (dalam Milyar Rp) cenderung menurun dari tahun 1997 hingga tahun 1999. Pada tahun 2000 mengalami kenaikan yang cukup baik, namun pada tahun 2001 mengalami penurunan yang cukup tajam. Untuk tahun 2002 dan 2003 mulai membaik. Sedangkan untuk PMA/FDI, pada periode tahun 1997 sampai dengan tahun 2000 cenderung mengalami kenaikan. Untuk tahun 2001 mengalami penurunan hingga 2002, dan tahun 2003 mulai kembali naik. Dengan melihat kondisi FDI tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepercayaan investor mulai membaik. BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dari penelitian terhadap 27 perusahaan manufaktur yang melakukan IPO untuk periode tahun 1997 sampai dengan 2001, maka kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Untuk jangka pendek tiga bulan, secara signifikan pada kinerja saham perusahaan yang melakukan IPO mengalami outperformed. Di mana hal tersebut ditunjukkan dengan kenaikkan rata-rata abnormal return yang positif sebesar 95,88 % dengan signifikansi 0,005 (0,5 %), sehingga dengan demikian penelitian ini menjawab hipotesis penelitian pertama, yang menyatakan dalam jangka pendek terjadi fenomena outperformed kinerja saham perusahaan setelah melakukan IPO. Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan uji t satu arah (one sample t-test), dengan tingkat signifikan 5 %. 2. Untuk jangka panjang dua tahun, kinerja saham perusahaan yang melakukan IPO juga mengalami outperformed namun kenaikan tersebut secara statistik tidak signifikan, yang ditunjukkan dengan kenaikan rata-rata abnormal return yang positif sebesar 1,42 % dengan signifikansi 0,9450 (94,5 %). Dengan demikian, penelitian ini tidak menjawab hipotesis penelitian kedua, yang menyatakan dalam jangka panjang terjadi fenomena underperformed kinerja saham perusahaan setelah melakukan IPO. Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan uji t satu arah (one sample t-test), dengan tingkat signifikan 5 %. B. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan antara lain: 1. Dalam penelitian ini kinerja saham diukur dengan return saham. 2. Sampel dalam penelitian ini jumlahnya termasuk sedikit. 3. Dalam penelitian ini tidak mempertimbangkan kebijakan-kebijakan atau peristiwaperistiwa yang bisa mempengaruhi harga saham seperti pengumuman dividen, pengumuman laporan keuangan perusahaan, kebijakan pemerintah, stock split, dan lain sebagainya yang terjadi selama periode pengamatan pada tahun 1997 sampai dengan 2003. 4. Sebaiknya perlu dilakukan penilai kinerja saham untuk tiap-tiap tahunnya dalam periode pengamatan. Agar dapat menggambarkan kinerja saham perusahaan secara kesluruhan untuk tiap tahunnya, dan dapat dilakukan perbandingan kinerja saham perusahaan untuk tiap tahun selama periode pengamatan. C. Saran Karena masih kurang sempurnanya penelitian ini, peneliti ingin memberikan masukan kepada penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: 1. Sampel penelitian untuk penelitian yang sejenis usahakan jumlahnya lebih besar. 2. Pemilihan sampel penelitian adalah perusahaan yang sejenis selain manufaktur. Untuk mengetahui apakah kinerja saham jangka panjang untuk perusahaan jenis lain, juga mengalami hal yang sama seperti dalam penelitian ini ataukah mendukung penelitian-penelitian sebelumnya, dan juga agar penelitian kinerja saham merata untuk semua sektor. 3. Agar memperhatikan peristiwa-peristiwa yang dapat mempergaruhi harga saham perusahaan (pergerakkan harga saham dan IHSG). 4. Periode tahun penelitian sebaiknya pasca terjadinya krisis ekonomi di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Agus Sartono. 2001. “Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi”. Edisi 4. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta. Adler Haymans Manurung. 2004. Strategi Memenangkan Transaksi Saham di Bursa. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Abdul Hakim. 2000. ‘Statistik Induktif”. Edisi Dua. Yogyakarta: Ekonosia. Danan Joyo Kusumo. 2004. “Analisis Kinerja Saham Setelah Penawaran Perdana (Initial Public Offering)”. Skripsi FIS UNY (unpublished). Yogyakarta. Djarwanto. 1999. “Statistik Nonparametrik”. Edisi Lima. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Eduardus Tandelilin. 2001. “Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio”. Edisi Pertama. Yogkakarta: BPFE Yogyakarta. Hulmawati. 2001. Transaksi Saham di Pasar Modal Indonesia. Yogyakarta: UII Press. Indriyo Gitosudarmo dan Basri. 2000. “Manajemen Keuangan”. Edisi Tiga. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. J Supranto.2000. Statistik Teori dan Aplikasi. Jilid 1. Edisi Enam. Jakarta: Erlangga. J Supranto.2001. Statistik Teori dan Aplikasi. Jilid 2. Edisi Enam. Jakarta: Erlangga. Jogiyanto. 2003. “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Prastiwi. 2000. “Analisis Kinerja Surat Berharga Setelah Penawaran Perdana di Indonesia”. Tesis S-2 Pasca Sarjana UGM (unpublished). Yogyakarta. Sunariyah. 2004. “Pengantar Pengetahuan Pasar Modal”. Edisi Empat. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Suad Husnan. 2003. “Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas”. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Soehardi Sigit. 1999.”Pengantar Metodologi Penelitian: Sosial-Bisnis-Manajemen”. Cetakan Pertama. Yogyakarta: FE Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa. Sugiyono. 1999. “Metode Penelitian Bisnis”. Bandung: CV. Alfabeta. Suharyadi dan Purwanto SK. 2003. “Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern”. Buku I. Jakarta: Salemba Empat. Suad Husnan. 2000. “Manajemen Keuangan: Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Panjang)”. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Singgih Santoso. 2001. “SPSS Version 10.0: Mengolah Data Statistik Secara Profesional”. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Singgih Santoso. 2001. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Sutrisno. 2003. Manajemen Keuangan: Teori, Konsep dan Aplikasi. Edisi Tiga. Yogyakarta: Ekonisia.