COMPANY STOCK PERFORMANCE ANALYSIS

advertisement
COMPANY STOCK PERFORMANCE ANALYSIS AFTER initial public offering
STOCK EXCHANGE IN JAKARTA
(Suratiningsih, Siwi Lastari., SE., MM)
ABSTRACT
The stock market is a market for various financial instruments or long-term securities that can be
traded in the form of money or capital, whether issued by governments, and private enterprise
development of securities trading activities in the Indonesian capital market is increasingly
attractive to be studied or examined in a study . Trading securities or securities attractive to
investors, because security is a piece of paper that shows the right investor (investor) to acquire
part of the prospect or long-term wealth in a company that publishes and likely provides great
benefits and substantial risks. For companies, to attract buyers and sellers to participate, capital
markets must be liquid and efficient. A liquid is said to capital markets if the seller can sell and
buyers can purchase the securities quickly. Capital markets said to be efficient if the price of
securities reflects the value of the firm accurately. Investors invest their funds because the
investment is the commitment of a number of funds or other resources committed at this point in
order to gain some advantage in the years to come. One of the company's efforts to add
additional capital to enhance the operational activities of the company through an Initial Public
Offering (IPO). At the time of IPO companies that went public are required to create and publish
a prospectus in a newspaper of national standards according to provisions established by the
Capital Market Supervisory Agency (Bapepam).
ANALISIS KINERJA SAHAM PERUSAHAAN SETELAH MELAKUKAN
INITIAL PUBLIC OFFERING
DI BURSA EFEK JAKARTA
(Suratiningsih, Siwi Lastari., SE., MM)
ABSTRAK
Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang
yang dapat diperjualbelikan dalam bentuk uang atau modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh
pemerintah, maupun perusahaan swasta Perkembangan kegiatan perdagangan efek di pasar
modal Indonesia saat ini semakin menarik untuk dipelajari atau dikaji dalam suatu penelitian.
Perdagangan efek atau sekuritas menarik bagi para investor, karena sekuritas merupakan secarik
kertas yang menunjukkan hak pemodal (investor) untuk memperoleh bagian dari prospek atau
kekayaan yang berjangka panjang pada perusahaan yang menerbitkan dan kemungkinan
memberikan keuntungan yang besar serta resiko yang cukup besar. Bagi perusahaan, Untuk
menarik pembeli dan penjual untuk berpartisipasi, pasar modal harus bersifat likuid dan efisien.
Suatu pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan pembeli dapat membeli suratsurat berharga dengan cepat. Pasar modal dikatakan efisien jika harga dari surat-surat berharga
mencerminkan nilai dari perusahaan secara akurat. Investor menginvestasikan dananya karena
investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan
pada saat ini dengan tujuan untuk memperolah sejumlah keuntungan di masa yang akan dating.
Salah satu usaha perusahaan untuk menambahkan tambahan modal guna meningkatkan aktivitas
operasional perusahaan yaitu melalui Initial Public Offering (IPO). Pada saat IPO perusahaan
yang sudah go public diwajibkan membuat dan mempublikasikan prospektus melalui surat kabar
taraf nasional sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal
(BAPEPAM).
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia sebagai negara yang sedang melaksanakan pembangunan perekonomian
negara senantiasa membutuhkan dana dalam jumlah yang cukup besar. Maka pemerintah
melakukan usaha-usaha untuk menarik investor untuk melakukan investasi di Indonesia
melalui investasi langsung di pasar modal baik berupa barang modal maupun jasa.
Sehingga tentunya pasar modal mempunyai peranan yang sangat strategis dan dapat
menjadi bagian penting dalam perekonomian bangsa. Pasar modal merupakan pasar untuk
berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang dapat diperjualbelikan
dalam bentuk uang atau modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, maupun
perusahaan swasta (Husnan, 2003).
Perkembangan kegiatan perdagangan efek di pasar modal Indonesia saat ini semakin
menarik untuk dipelajari atau dikaji dalam suatu penelitian. Perdagangan efek atau
sekuritas menarik bagi para investor, karena sekuritas merupakan secarik kertas yang
menunjukkan hak pemodal (investor) untuk memperoleh bagian dari prospek atau
kekayaan yang berjangka panjang pada perusahaan yang menerbitkan dan kemungkinan
memberikan keuntungan yang besar serta resiko yang cukup besar. Bagi perusahaan,
perdagangan sekuritas di pasar modal menarik karena merupakan media untuk
menghimpun dana dari pihak masyarakat dengan sasaran untuk memperbaiki struktur
modal.
Dalam fungsinya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari
pihak lender/investor ke pihak borrower. Motivasi lender/investor menginvestasikan
kelebihan dana mereka di pasar modal untuk mendapatkan imbalan baik yang berupa
dividen maupun capital gain. Di lain pihak kelebihan dana yang dimiliki lender/investor
tersebut dimanfaatkan oleh borrower untuk melakukan investasi atau pengembangan usaha
tanpa harus menunggu tersedianya dana.
Sehingga pasar modal yang efisien mutlak diperlukan untuk menjamin adanya
pembentukan kapital yang memadai dan menjamin adanya pertumbuhan ekonomi, hal ini
juga dimaksudkan untuk mempercepat proses pengikutsertaan masyarakat dalam pemilikan
saham. Dengan adanya pasar modal yang efisien diharapkan perusahaan-perusahaan yang
go public akan lebih mudah mendapatkan tambahan modal dari masyarakat pembeli
sekuritas.
Investor menginvestasikan dananya karena investasi merupakan komitmen atas
sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan untuk
memperolah sejumlah keuntungan di masa yang akan datang (Eduardus Tandelilin: 2001).
Sehingga dalam proses keputusan investasi melalui tahapan yang berkesinambungan yaitu
tahap penentuan tujuan investasi, tahap penentuan kebijakan investasi, tahap pemilihan
strategi portofolio, tahap pemilihan asset, dan tahap pengukuran evaluasi kinerja portofolio.
Tahap yang terakhir merupakan tahap yang paling penting di mana tujuan investasi yang
diinginkan investor dapat tercapai.
Kinerja saham menurut Frank J Fabozzi (2001) adalah hasil dan resiko yang
diperoleh melalui investasi pada aktiva yang diukur dari pengembalian (return) yang
diperoleh dari periode waktu tertentu. Menurut kamus bisnis dan manajemen kinerja
didefinisikan sebagai hasil nyata yang dicapai. Penilaian kinerja saham dimaksudkan untuk
menilai keberhasilan suatu saham.
Salah satu pengukuran kinerja saham menurut Eduardus Tandelilin (2001), dilakukan
dengan return saham. Return yang dihasilkan dari saham tersebut dapat dihitung dengan
cara menjumlahkan semua aliran kas yang diterima (penjumlahan dividen selama periode
investasi dengan selisih perubahan nilai pasar (capital gain/loss) dan kemudian dibagi
dengan nilai pasar saham pada awal periode).
Salah satu usaha perusahaan untuk menambahkan tambahan modal guna
meningkatkan aktivitas operasional perusahaan yaitu melalui Initial Public Offering (IPO).
Pada saat IPO perusahaan yang sudah go public diwajibkan membuat dan
mempublikasikan prospektus melalui surat kabar taraf nasional sesuai ketentuan yang
ditetapkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).
Dalam penjualan saham pada saat IPO diberlakukan offering price yaitu harga yang
telah ditentukan dahulu oleh emiten. Saat IPO dibantu oleh underwriter sebagai penjamin
emisi, biasanya bank investasi mau menjamin saham-saham perdana tersebut. Dalam
penetapan offering price antara emiten dan underwriter saling bersaing di mana
underwriter cenderung menetapkan harga lebih rendah dari yang diharapkan emiten
dengan tujuan untuk memperoleh gain yang lebih besar atau menekan resiko bila saham
yang ditawarkan tidak laku atau tidak habis terjual.
Harga saham pada saat IPO di pasar sekunder dapat mengalami underpricing maupun
overpricing. Bila terjadi underpricing di pasar sekunder, hal tersebut bagi emiten berarti
kehilangan kesempatan untuk mendapatkan dana secara maksimal, sebaliknya investor
sangat mengharapkan hal tersebut agar mendapatkan capital gain di saat mereka menjual
saham tersebut di pasar sekunder.
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai underpricing, salah satunya
penelitian Kim et. al. (1993) di Korea menyimpulkan bahwa motivasi emiten dalam
melakukan go public mempengaruhi tingkat underpricing di mana semakin tinggi motivasi
maka semakin tinggi pula tingkat underpricing. Secara garis besar penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa underpricing ada karena sebagai fenomena yang terjadi pada setiap
pasar modal atau pada setiap negara merupakan fenomena jangka pendek.
Fenomena lainnya yang mungkin terjadi adalah kenaikan kinerja (outperformed) dari
surat berharga ditunjukkan dengan abnormal return yang positif dalam jangka waktu
tertentu (biasanya terjadi dalam jangka pendek). Atau dengan kata lain return realisasi yang
diperoleh lebih besar dibandingkan dengan return yang diharapkan. Sedangkan fenomena
lain yang kemungkinan terjadi adalah penurunan kinerja (underperformed) yang
ditunjukkan dengan abnormal return yang negatif dalam jangka waktu tertentu (biasanya
terjadi pada jangka panjang), atau dengan kata lain return realisasi lebih kecil daripada
return yang diharapkan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian
mengenai kinerja saham jangka pendek dan jangka panjang setelah melakukan IPO dengan
judul “Analisis Kinerja Saham Perusahaaan Setelah Melakukan Initial Public
Offering di Bursa Efek Jakarta”.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pokok permasalahan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Apakah terjadi fenomena outperformed kinerja saham perusahaan dalam jangka
pendek setelah melakukan IPO?
2.
Apakah terjadi fenomena underperformed kinerja saham perusahaan dalam jangka
panjang setelah melakukan IPO?
C.
Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, untuk menghindari masalah yang lebih luas maka peneliti
memberi batasan masalah. Masalah yang ada dibatasi pada kinerja saham perusahaan
manufaktur yang diukur dengan return setelah melakukan IPO pada periode 1997 sampai
dengan 2001 di BEJ. Baik kinerja saham jangka pendek tiga bulan maupun jangka panjang
dua tahun. Alasan dipilihnya perusahaan manufaktur sebagai sampel penelitian karena
perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang memproduksi produk-produk yang
dibutuhkan masyarakat. Di mana sifat masyarakat Indonesia yang konsumtif sangat cocok
untuk pasar sasaran bagi perusahaan manufaktur, sehingga kemungkinan besar para
investor sangat tertarik untuk menginvestasikan dananya pada perusahaan manufaktur.
D.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang diinginkan dalam penelitian
ini adalah:
1.
Untuk mengetahui apa terjadi fenomena outperformed kinerja saham perusahaan
dalam jangka pendek setelah melakukan IPO.
2.
Untuk mengetahui apa terjadi fenomena underperformed kinerja saham perusahaan
dalam jangka panjang setelah melakukan IPO.
E.
Manfaat Penelitian
Peneliti berharap bahwa penelitian ini dapat bermanfaat bagi:
1.
Investor dan Emiten
Bagi investor penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi mengenai
reaksi harga saham emiten yang melakukan IPO di mana nantinya penelitian ini akan
dapat memberikan kontribusi dalam pengambilan keputusan investasi terhadap
emiten yang melakukan IPO. Bagi emiten, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai informasi dalam menentukan offering price.
2.
Akademisi
Bagi para akademisi, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi
dalam penelitian-penelitian selanjutnya mengenai penawaran perdana saham (IPO) di
pasar modal Indonesia.
3.
Peneliti
Sebagai realisasi teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan kondisi di lapangan.
Selain itu untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih mengenai peristiwa-peristiwa
di bursa saham.
F.
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan isi skripsi yang akan disusun adalah sebagai gambaran awal
untuk menilai kerangka materi yang akan dilakukan dalam penyusunan skripsi:
BAB
I
PENDAHULUAN
Bagian-bagian yang terdapat dalam bab ini adalah:
BAB
II
A.
Latar Belakang Masalah
B.
Rumusan Masalah
C.
Batasan Masalah
D.
Tujuan Penelitian
E.
Manfaat Penelitian
F.
Sistematika Penulisan
LANDASAN TOERI
Bab ini menguraikan materi-materi yang berhubungan dengan penelitian yang
disusun sebagai berikut:
A.
Teori-teori Pendukung
1.Pasar Modal
a.
Pengertian Pasar Modal
b.
Tujuan Pasar Modal Indonesia
c.
Peranan Pasar Modal
d.
Macam-macam Pasar Modal
e.
Manfaat Pasar Modal
2.
Go Public
3.
Initial Public Offering (IPO)
4.
Saham
a.
Pengertian Saham
b.
Jenis-jenis Saham
5.
Kinerja Saham
6.
Efisiensi Pasar Modal
a.
Efisiensi Pasar Secara Informasi
b.
Efisiensi Pasar Secara Keputusan
7.Indeks Harga Saham Gabungan
8.Abnormal Return
a.
Mean Adjusted Model
b.
Market Model
c.
Market Adjusted Model
9.Return
BAB III
a.
Return Realisasi
b.
Return Ekspektasi
B.
Telaah Penelitian Terdahulu
C.
Hipotesis Penelitian
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang seluruh rangkaian kegiatan yang akan dilakukan
dalam rangka membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan dalam rumusan
masalah. Susunan dalam bab ini meliputi:
A.
Jenis Penelitian
B.
Definisi Operasional Variabel Penelitian
C.
Data yang Dibutuhkan dan Sumber Data
D.
Metode Pengumpulan Data
BAB
IV
E.
Waktu dan Tempat Penelitian
F.
Populasi dan Sampel
G.
Uji Prasyarat Analisis Data
H.
Teknik Analisis Data
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan analisis data, hasil analisis, dan pembahasan hasil
analisis yang disusun sebagai berikut:
A.
BAB
V
Penghitungan Tingkat Pengembalian (Return)
1.
Penghitungan Total Return
2.
Penghitungan Total Return Indek Pasar
3.
Penghitungan Abnormal Return
B.
Uji Prasyarat Analisi Data
C.
Pengujian Hipotesis
D.
Pembahasan
KESIMPULAN DAN SARAN
Susunan penulisan dalam bab ini adalah sebagai berikut:
A.
Kesimpulan
B.
Keterbatasan Penelitian
C.
Saran
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Teori-teori Pendukung
1.
Pasar Modal
a.
Pengertian Pasar Modal
Seperti halnya pasar pada umumnya, pasar modal merupakan tempat
bertemu antara pembeli dan penjual dengan resiko untung dan rugi. Pasar modal
merupakan suatu bidang usaha perdagangan surat-surat berharga atau sekuritas.
Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhrudin (2001:1), pasar modal
(Capital Market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka
panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam utang maupun modal sendiri.
Pasar modal sebagai salah satu sarana perusahaan untuk meningkatkan
kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan
obligasi (Jogiyanto,2003:11).
Definisi tentang pasar modal menurut Eduardus Tandelilin yaitu
pertemuan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang
membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Sedangkan
menurut Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 memberikan
pengertian pasar modal yang lebih spesifik yaitu kegiatan yang bersangkutan
dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek. Dari beberapa definisi tersebut, secara umum dapat
dinyatakan bahwa pasar modal dapat diartikan sebagai suatu pasar untuk
memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu
tahun, seperti saham dan obligasi.
Untuk menarik pembeli dan penjual untuk berpartisipasi, pasar modal
harus bersifat likuid dan efisien. Suatu pasar modal dikatakan likuid jika penjual
dapat menjual dan pembeli dapat membeli surat-surat berharga dengan cepat.
Pasar
modal
dikatakan
efisien jika
harga
dari
surat-surat
berharga
mencerminkan nilai dari perusahaan secara akurat.
Jika pasar modal sifatnya efisien, harga dari surat berharga juga
mencerminkan penilaian dari investor terhadap prospek laba perusahaan dimasa
mendatang serta kualitas dari manajemennya. Jika calon investor meragukan
kualitas dari manajemen, keraguan ini dapat tercermin di harga surat berharga
yang turun. Dengan demikian pasar modal dapat digunakan sebagai sarana tidak
langsung pengukur kualitas manajemen.
b.
Tujuan Pasar Modal Indonesia
Tujuan dari pasar modal di Indonesia adalah sebagai berikut:
1)
Mempercepat proses perluasan pengikutsertaan masyarakat dalam
pemilikan saham perusahaan.
2)
Pemerataan pendapatan masyarakat melalui pemilikan saham.
3)
Menggairahkan
partisipasi
masyarakat
dalam
pengerahan
dan
penghimpunan dana untuk digunakan secara produktif.
c.
Peranan Pasar Modal
Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara, peranannya
tersebut meliputi lima aspek/segi (Sunariyah, 2004: 7-8), yaitu sebagai berikut:
1)
Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk
menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjualbelikan.
2)
Pasar modal memberi kesempatan kepada para investor untuk memperoleh
hasil (return) yang diharapkan.
3)
Pasar modal memberi kesempatan kepada para investor untuk menjual
kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya.
4)
Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk
berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian.
5)
Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga.
Namun dalam perekonomian secara nasional ditinjau dari makro ekonomi,
pasar modal mempunyai peranan yang lebih luas jangkauannya (Sunariyah,
2004: 9-10), yaitu:
1)
Fungsi tabungan (savings function)
Bagi masyarakat penabung, pasar modal dapat digunakan sebagai
alternatif menginvestasikan dananya selain di bank. Di mana surat
berharga yang diperdagangkan di pasar modal memberi jalan ynag murah
dan mudah, tanpa risiko untuk menginvestasikan dananya. Dengan
membeli surat berharga diharapkan masyarakat dapat mengantisipasi
standar hidup yang lebih baik.
2)
Fungsi kekayaan (wealth function)
Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan dalam jangka
panjang dan jangka pendek sampai kekayaan tersebut dapat dipergunakan
kembali.
3)
Funsi likuiditas (liquidity function)
Kekayaan yang disimpan dalam surat berharga, bisa dilikuidasi melalui
pasar modal dengan risiko yang sangat minimal dibandingkan aktiva lain.
Proses likuidasi surat berharga dengan biaya relatif murah dan lebih cepat.
Dengan kata lain, pasar modal adalah ready market untuk melayani
pemenuhan likuiditas para pemegang surat berharga.
4)
Fungsi pinjaman (credit function)
Pasar modal bagi suatu perekonomian Negara merupakan sumber
pembiayaan pembangunan dari pinjaman yang dihimpun dari masyarakat
untuk konsumsi atau investasi.
d.
Macam-macam Pasar Modal
Pasar modal terdiri dari beberapa macam (Sunariyah, 2004:12-15), yaitu:
1)
Pasar perdana (Primary market)
Adalah penawaran saham dari suatu perusahaan yang menerbitkan saham
(emiten) kepada investor selama waktu yang ditetapkan oleh pihak yang
menerbitkan sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder.
2)
Pasar sekunder (Secondary market)
Pasar sekunder sebagai pasar perdagangan saham setelah melewati masa
penawaran pada pasar perdana.
3)
Pasar ketiga (Third market)
Adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di luar bursa (over
the counter market).
4)
Pasar keempat (Fourth market)
Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar investor atau
dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham lainnya
tanpa melalui perantara pedagang efek.
e.
Manfaat Pasar Modal
Manfaat dari pasar modal bagi emiten (Agus Sartono, 2001), yaitu:
1)
Jumlah dana yang dihimpun dapat berjumlah besar.
2)
Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai.
3)
Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan.
4)
Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil.
5)
Cash Flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari harga nominal
perusahaan.
6)
Emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang berisiko tinggi.
7)
Tidak ada beban finansial yang tetap.
8)
Jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas.
9)
Tidak dikaitkan dengan kekayaan sebagai jaminan tertentu.
10) Profesionalisme dalam manajemen meningkat.
Manfaat dari pasar modal bagi para investor antara lain:
1)
Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi.
2)
Memperoleh dividen yang mereka miliki atau memegang saham dan
bunga tetap atau bunga yang mengambang bagi pemegang obligasi.
3)
Mempunyai hak suara dalam RUPS bagi pemegang saham.
4)
Dapat dengan mudah mangganti instrumen investasi.
5)
Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen yang
mengandung risiko.
Manfaat Pasar Modal bagi Lembaga Penunjang:
1)
Menuju ke arah profesional di dalam memberikan pelayanannya sesuai
dengan bidang tugasnya masing-masing.
2)
Sebagai pembentuk harga dalam bursa pararel.
3)
Semakin bervariasinya jenis lembaga penunjang.
4)
Likuiditas efek semakin tinggi.
Manfaat Pasar Modal bagi Pemerintah:
2.
1)
Mendorong laju pembangunan
2)
Mendorong berinvestasi.
3)
Penciptaan lapangan kerja.
4)
Memperkecil Debt Servise Ratio.
5)
Bagi BUMN mengurangi beban anggaran.
Go Public
Perusahaan yang belum go public, awalnya saham-saham perusahaan tersebut
dipegang atau dimiliki oleh manajer-manajernya, sebagian lagi oleh pegawai-pegawai
kunci dan hanya sejumlah kecil yang dimiliki investor. Sebagaimana biasanya, jika
perusahaan berkembang, kebutuhan modal tambahan sangat dirasakan. Pada saat ini
jika ingin menang atau tetap eksis dalam perdagangan bebas, perusahaan harus
menentukan untuk menambah modal dengan cara hutang atau menambah jumlah dari
kepemilikan saham dengan menerbitkan saham baru (Jogiyanto, 2003:16).
Jika perusahaan ingin menjual saham untuk menambah modal, saham baru
dapat dijual dengan berbagai macam cara, sebagia berikut:
1)
Dijual kepada pemegang saham yang sudah ada.
2)
Dijual kepada karyawan lewat ESOP (employee stock ownership plan).
3)
Menambah saham lewat dividen yang tidak dibagi (dividend reinvestment plan).
4)
Dijual langsung kepada pembeli tunggal secara privat (private placement).
5)
Ditawarkan langsung kepada masyarakat/publik (go public).
Jika keputusan menjual kepada masyarakat/publik, berarti perusahaan
melakukan go public, dengan melakukan go public perusahaan dapat menarik dana
relatif besar dari masyarakat secara tunai. Dalam melakukan go public perusahaan
harus mempertimbangkan untung dan ruginya (Jogiyanto, 2003:16-18).
Keuntungan dari perusahaan melakukan go public diantaranya adalah sebagai
berikut:
1)
Kemudahan meningkatkan modal di masa yang akan datang.
2)
Meningkatkan likuiditas bagi pemegang saham.
3)
Nilai pasar perusahaan diketahui.
Disamping keuntungan dari go public, ada beberapa kerugiannya sebagai
berikut:
1)
Biaya laporan meningkat.
2)
Pengungkapan (disclosure).
3)
Ketakutan untuk diambil-alih.
Keputusan perusahaan untuk melakukan go public perlu dipikirkan secara
matang. Dalam melakukan go public harus melalui tiga tahapan prosedur, yaitu : (1)
persiapan diri, (2) ijin registrasi dari BAPEPAM, dan (3) melakukan penawaran
perdana dan memasuki pasar sekunder dengan mencatatkan efeknya di bursa.
3.
Initial Public Offering (IPO)
Initial Public Offering (IPO) atau penawaran perdana adalah kegitan penjualan
atau penawaran sekuritas pertama kalinya kepada masyarakat baik perorangan
maupun lembaga di pasar perdana. Penawaran perdana dilakukan setelah mendapat
ijin dari BAPEPAM dan sebelum sekuritas tersebut diperdagangkan di pasar sekunder
(Eduardus Tandelilin, 2001).
Umumnya perusahaan menyerahkan permasalahan yang berhubungan dengan
IPO ke banker investasi (investment banker) atau penjamin emisi (underwriter) yang
mempunyai keahlian didalam penjualan sekuritas. Penjualan saham baru perusahaan
yang dilakukan banker investasi dijual pada pasar primer. Dalam proses pelemparan
saham ke publik, banker invesatsi memberikan saran-saran berupa (1) tipe sekuritas
apa saja yang akan dijual, (2) harga dari sekuritas, dan (3) waktu pelemparannya
(Jogiyanto, 2003:18-19).
Sebagai perantara antara perusahaan yang menjual saham dengan investor,
banker investasi atau underwriter mempunyai tiga fungsi, yaitu:
1)
Advisory function, underwriter berperan untuk memberikan saran tentang jenis
sekuritas yang akan dikeluarkan kepada perusahaan yang akan go public.
2)
Underwriter fuction, di mana emiten akan meminta underwriter untuk
menjamin penjualan saham perdana tersebut. Dalam penjaminan emisi ada
istilah full commitment yang artinya underwriter akan menjamin seluruh
sekuritas dan bersedia untuk membeli sisanya jika sebagian sekuritas tidak
terjual. Namun dalam kenyataannya tidak ada underwriter yang mau menjamin
full commitment bagi perusahaan yang belum mapan, mereka hanya
memberikan jaminan best effort yang artinya underwriter hanya akan berusaha
dengan sebaik mungkin dalam menjual sekuritas yang diterbitkan oleh
perusahaan tersebut.
3)
Marketing function, di mana underwriter bersama dengan perusahaan yang akan
go public, akan menentukan harga terlebih dahulu dari sekuritas yang akan
dijual di pasar perdana. Harga yang telah ditentukan tersebut akan dicantumkan
dalam prospektus. Dalam menentukan offering price, antara underwriter dan
perusahaan sering menghadapi kesulitan dalam menentukan harga penawaran
yang wajar. Underwriter cenderung menetapkan harga yang lebih rendah dari
harga yang diharapkan oleh perusahaan dengan tujuan menekan risiko apabila
sekuritas yang ditawarkan pada saat IPO tidak habis terjual.
4.
Saham
a.
Pengertian Saham
Menurut Sunariyah (2000:28) saham adalah pernyataan modal dalam
pemilikan suatu perseroan terbatas (PT) atau yang biasa disebut dengan emiten.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa saham adalah salah satu jenis
surat berharga atau sekuritas dagang yang dapat diperjual-belikan serta
pemegangnya ikut berpartisipasi dalam modal perusahaan dan akan
mendapatkan dividen jika perusahaan memperoleh laba.
b.
Jenis-jenis Saham
1)
Saham Preferen (Preferent Stock)
Saham preferen mempunyai sifat gabungan (hybrid) antara obligasi
(bond) dan saham biasa (Jogiyanto,2003:67). Seperti bond yang
membayarkan bunga atas pinjaman, dalam hal likuidasi, klaim pemegang
saham preferen dibawah klaim pemegang obligasi (bond). Dibandingkan
dengan saham biasa, saham preferen mempunyai beberapa hak, yaitu hak
atas dividen tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi
likuidasi. Oleh karena itu, saham preferen dianggap mempunyai
karakteristik ditengah-tengah antara bond dan saham biasa.
a)
Karakteristik Saham Preferen
Beberapa karakteristik dari saham preferen menurut Jogiyanto
(2003:68-70) adalah sebagai berikut:
(1)
Preferen terhadap dividen
(a)
Pemegang saham preferen mempunyai hak untuk
menerima dividen terlebih dahulu dibandingkan dengan
pemegang saham biasa.
(b)
Saham preferen juga umumnya memberikan hak dividen
kumulatif, yaitu memberikan hak kepada pemegangnya
untuk menerima dividen tahun-tahun sebelumnya yang
belum dibayarkan sebelum pemegang saham biasa
menerima dividennya. Jika saham preferen disebutkan
memberikan hak dividen kumulatif, maka dividendividen tahun sebelumnya yang belum dibayarkan
disebut dengan dividends in arrears.
(2)
Preferen pada waktu likuidasi
(a)
Saham preferen mempunyai hak terlebih dahulu atas
aktiva perusahaan dibandingkan dengan hak yang
dimiliki oleh saham biasa pada saat terjadi likuidasi.
(b)
Besarnya hak atas aktiva pada saat likuidasi adalah
sebesar nilai nominal saham preferennya termasuk semua
dividen yang belum dibayar jika bersifat kumulatif.
b)
Macam saham preferen
Untuk menarik minat investor terhadap saham preferen dan
untuk memberikan beberapa alternatif yang menguntungkan baik
bagi investor atau bagi perusahaan yang mengeluarkan saham
preferen, maka saham preferen dapat digolongkan menjadi beberapa
jenis:
(1)
Convertible preferred stock
Untuk menarik minat investor yang menyukai saham biasa,
beberapa saham preferen menambah bentuk didalamnya yang
memungkinkan pemegangnya untuk menukar saham ini
dengan saham biasa dengan rasio penukaran yang sudah
ditentukan. Dengan demikian convertible preferred stock
adalah saham preferen yang dapat dikonversikan menjadi
saham biasa.
(2)
Callable preferred stock
Bentuk lain dari saham preferen adalah memberikan hak
kepada perusahaan yang mengeluarkan untuk membeli kembali
saham ini dari pemegang saham pada tanggal tertentu di masa
mendatang dengan nilai yang tertentu. Harga tebusan ini
biasanya lebih tinggi dari nilai nominal sahamnya.
(3)
Floating atau adjustable-rate preferred stock (ARP)
Saham preferen ini merupakan saham inovasi baru di Amerika
Serikat yang dikenalkan pada tahun 1982. Saham preferen ini
tidak membayar dividen secara tetap, tetapi tingkat dividen
yang dibayar tergantung dari tingkat return.
2)
Saham Biasa
a)
Definisi saham biasa
Jika perusahaan hanya mengeluarkan suatu kelas saham saja,
saham ini biasanya dalam bentuk saham biasa (Jogiyanto,2003:73).
Pemegang saham biasa adalah pemilik dari perusahaan yang
mewakilkan
kepada
manajemen
untuk
menjalankan
operasi
perusahaan.
b)
Hak pemegang saham biasa
Beberapa hak yang dimiliki oleh pemegang saham biasa adalah hak
kontrol, hak menerima pembagian keuntungan, hak preemptive dan
hak klaim sisa.
(1)
Hak kontrol
Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memilih dewan
direksi. Ini berarti bahwa pemegang saham mempunyai hak
untuk mengontrol siapa yang akan memimpin perusahaannya.
Pemegang saham dapat melakukan hak kontrolnya dalam
bentuk memveto dalam pemilihan direksi di rapat tahunan
pemegang saham atau memveto pada tindakan-tindakan yang
membutuhkan persetujuan pemegang saham.
(2)
Hak menerima pembagian keuntungan
Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa berhak
mendapat bagian dari keuntungan perusahaan. Tidak semua
laba dibagikan, sebagian laba akan ditanamkan kembali ke
dalam perusahaan. Laba yang ditahan ini (retained earnings)
merupakan sumber dana intern perusahaan. Laba yang tidak
ditahan dibagikan dalam bentuk dividen. Tidak semua
perusahaan
membayar
dividen.
Keputusan
perusahaan
membayar dividen atau tidak dicerminkan dalam kebijaksanaan
dividennya (dividen policy). Jika perusahaan memutuskan
untuk membagi keuntungan dalam bentuk dividen, semua
pemegang saham biasa mendapatkan haknya yang sama.
Pembagian dividen untuk saham biasa dapat dilakukan jika
perusahaan sudah membayarkan dividen untuk saham preferen.
(3)
Hak preemptive
Hak preemptive (preemptive right) merupakan hak untuk
mendapatkan persentasi pemilikan yang sama jika perusahaan
mengeluarkan tambahan lembar saham. Jika perusahaan
mengeluarkan tambahan lembar saham, maka jumlah saham
yang beredar akan lebih banyak dan akibatnya persentase
kepemilikan pemegang saham yang lama akan turun. Hak
preemptive memberi prioritas kepada pemegang saham lama
untuk membeli tambahan saham yang baru, sehingga
persentase pemilikannya tidak berubah.
3)
Saham Treasuri
Saham treasuri (treasury stock) adalah saham milik perusahaan yang
sudah pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh
perusahaan untuk tidak dipensiunkan tetapi disimpan sebagai treasuri
dengan alasan-alasan sebagai berikut (Jogiyanto, 2003:77):
a)
Akan digunakan dan diberikan kepada manajer-manajer atau
karyawan-karyawan di dalam perusahaan sebagai bonus dan
kompensasi dalam bentuk saham.
b)
Meningkatkan volume perdagangan di pasar modal dengan harapan
meningkatkan nilai pasarnya.
c)
Menambahkan jumlah lembar saham yang tersedia untuk digunakan
menguasai perusahaan lain.
d)
Mengurangi jumlah lembar saham yang beredar untuk menaikkan
laba per lembarnya.
e)
Alasan khusus lainnya yaitu dengan mengurangi jumlah saham yang
beredar sehingga dapat mengurangi kemungkinan perusahaan lain
untuk menguasai jumlah saham secara mayoritas.
5.
Kinerja Saham
Penilaian kinerja suatu saham umumnya dilakukan dengan mengukur tingkat
pengembalian (return) saham yang bersangkutan. Menurut Frank J Fabozzi (2001),
kinerja saham adalah hasil atau pengembalian (return) dan resiko yang diperoleh
melalui investasi pada aktiva yang diukur dari pengembalian investasi dalam periode
waktu tertentu. Jadi penilaian kinerja suatu saham untuk menilai keberhasilan saham
tersebut salah satu pengukurannya dibutuhkan return saham yang terjadi di bursa.
Menurut Eduardus Tandelilin (2001) dalam memgevaluasi kinerja saham ada
beberapa faktor yang perlu untuk diperhatikan, yaitu:
1)
Tingkat risiko
Dalam mengevaluasi kinerja saham, ada yang harus diperhatikan yaitu apakah
tingkat return saham yang diperoleh sudah cukup memadai untuk menutup
risiko yang harus ditanggung. Di mana semakin tinggi tingkat risiko maka
semakin tinggi pula tingkat return yang diharapkan.
2)
Periode waktu
Sama halnya dengan tingkat risiko, periode waktu juga mempengaruhi tingkat
return suatu saham. Oleh sebab itu, dalam penilaian kinerja suatu saham kita
juga perlu memperhatikan faktor periode waktu yang digunakan.
3)
Penggunaan patok duga (benchmark) yang sesuai
Penilaian suatu saham, kita juga perlu dibandingkan antara return saham yang
dinilai dengan return yang bisa dihasilkan oleh saham lain yang sebanding.
Saham yang terpilih sebagai patok duga (benchmark) harus bisa secara akurat
mencerminkan tujuan yang diinginkan oleh investor.
4)
Tujuan investasi
Tujuan yang berbeda akan mempengaruhi kinerja saham yang dimiliki oleh
investor. Seperti jika tujuan investor adalah pertumbuhan jangka panjang, maka
kinerja saham yang dimiliki akan relatif lebih kecil dari kinerja saham yang ada
untuk jangka pendek.
6.
Efisiensi Pasar Modal
Efisiensi pasar modal merupakan salah satu indikator untuk menentukan
kualitas suatu pasar modal (Suad Husnan, 2003: 124). Semakin tinggi derajat
efisiensinya, maka kualitas pasar modal tersebut akan semakin baik. Konsep pasar
modal yang efisien memberikan penjelasan mengenai bagaimana harga-harga saham
melakukan penyesuaian terhadap informasi baru. Dalam buku Jogiyanto (2003: 370),
menurut Fama (1970), pasar modal dikatakan efisien jika harga-harga sekuritas
mencerminkan secara penuh informasi yang tersedia.
Hipotesis utama pasar modal yang efisien adalah suatu pasar di mana harga
seluruh sekuritas secara tepat dan penuh menyesuaikan terhadap informasi yang baru.
Terdapat dua macam bentuk efisiensi pasar (Jogiyanto, 2003: 370-380), yaitu:
a.
Efisiensi Pasar Secara Informasi (Informationally Efficient)
Kunci utama untuk mengukur pasar efisien adalah hubungan antara harga
sekuritas dengan informasi dimana informasi tersebut digolongkan menjadi
informasi lama, informasi yang sedang dipublikasikan atau semua informasi
privat. Dalam efisiensi secara informasi ini tidak ditentukan seberapa canggih
pasar mengolah suatu informasi, tetapi seberapa luas informasi tersebut tersedia
di pasar. Jadi pasar dikatakan efisien jika waktu penyesuaian harga ekuilibrium
baru dilakukan dengan cepat.
Sebaliknya, pasar dikatakan tidak efisien jika kecepatan penyesuaian
cukup lama dan berlarut-larut, hal ini menunjukkan distribusi informasi yang
tidak simetris. Akibatnya investor yang mendapatkan informasi ini dapat
menikmati abnormal return. Menurut Fama (1970) terdapat tiga bentuk dari
efisiensi pasar berdasarkan ketiga macam dari informasi, yaitu:
1)
Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form)
Jika harga-harga dari sekuritas tercermin secara penuh (fully reflect)
informasi masa lalu yang merupakan informasi yang sudah terjadi.
Efisiensi ini berkaitan dengan teori langkah acak (random walk theory)
yang menyatakan data masa lalu tidak ada hubungannya dengan nilai
sekarang sehingga dalam efisiensi bentuk lemah ini para investor tidak
dapat menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan abnormal
return.
2)
Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form)
Jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect)
semua informasi yang dipublikasikan (all publicly avaible information)
termasuk informasi yang berada di laporan keuangan perusahaan.
Informasi yang dipublikasikan dapat berupa (Jogiyanto, 2003: 371): 1)
Informasi yang berupa pengumuman yang mempengaruhi harga sekuritas
dari perusahaan yang mempublikasikan informasi tersebut, 2) Informasi
yang dipublikasikan yang mempengaruhi harga-harga sekuritas sejumlah
saham, dan 3) Informasi yang dipublikasikan mempengaruhi semua hargaharga sekuritas semua perusahaan yang terdaftar di pasar saham. Dalam
pasar efisiensi bentuk setengah kuat, maka tidak ada investor yang dapat
menggunakan
informasi
yang
dipublikasikan
untuk
mendapatkan
keuntungan tidak normal (abnormal return) dalam jangka waktu yang
lama.
3)
Efisiensi bentuk kuat (strong form)
Jika harga-harga sekuritas secara penuh (full reflect) mencerminkan semua
informasi termasuk informasi privat. Hipotesis efisiensi bentuk kuat
mengatakan bahwa semua informasi, baik yang dipublikasikan maupun
yang tidak dipublikasikan (public and private information), tidak dapat
digunakan untuk memperkirakan harga di masa yang akan datang. Jadi
investor dan analis tidak akan memperoleh abnormal return yang
konsisten, meskipun mereka memiliki informasi khusus (insider
information) sehingga dapat disimpulkan bahwa jika pasar sudah efisien
dalam bentuk ini, informasi sama sekali tidak berguna.
Beberapa peristiwa yang menyebabkan pasar menjadi efisien (Jogiyanto,
2003: 393), yaitu:
(1)
Investor adalah penerima harga (price takers), yang berarti bahwa sebagai
pelaku pasar, investor seorang diri tidak dapat mempengaruhi harga dari
suatu sekuritas tetapi dapat ditentukan oleh banyak pelaku pasar.
(2)
Informasi tersedia luas kepada semua pelaku pasar pada saat yang
bersamaan dan harga untuk memperoleh informasi tersebut murah.
(3)
Informasi dihasilkan secara acak (random) dan tiap-tiap pengumuman
informasi sifatnya random satu dengan yang lainnya, dalam artian investor
tidak dapat memprediksi informasi.
(4)
Investor bereaksi dengan menggunakan informasi secara penuh dan cepat,
sehingga harga dari sekuritas berubah dengan semestinya mencerminkan
informasi tersebut untuk mencapai keseimbangan yang baru.
b.
Efisiensi Pasar Secara Keputusan (Decisionally Efficient Market)
Informasi secara keputusan mempertimbangkan dua faktor, yaitu
ketersediaan informasi dan kecanggihan pelaku pasar, sehingga ketersediaan
informasi saja tidak menjamin pasar akan efisien karena informasi tersebut
masih perlu diolah lebih lanjut. Misalnya, pengumuman IPO oleh perusahaan
emiten. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah
menerima informasi tersebut, belum tentu harga sekuritas perusahaan
bersangkutan akan mencerminkan informasi tersebut dengan penuh karena
pelaku pasar harus menganalisis dan menginterpretasikan informasi tersebut
sebagai kabar baik atau buruk.
Oleh karena itu dibutuhkan analisis yang mendalam untuk memperkirakan
besarnya dampak dari informasi tersebut pada harga sekuritas yang
bersangkutan. Untuk mengolah informasi secara benar, pelaku pasar harus
canggih sehingga dapat menikmati abnormal return. Jadi, efisiensi secara
informasi saja tidaklah cukup karena diperlukan juga kecanggihan pelaku pasar
untuk mengolah informasi dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan.
7.
Indeks Harga Saham Gabungan
Suatu indeks diperlukan sebagai sebuah indikator untuk mengamati pergerakan
harga dari sekuritas-sekuritas. Menurut Jogiyanto (2003: 60) rumus yang digunakan
untuk menghitung IHSG adalah sebagai berikut:
IHSGt =
nilai dasar
nilai pasar
x100
di mana:
IHSG
= Indeks harga saham gabungan hari ke-t
Nilai pasar = Rata-rata tertimbang nilai pasar (jumlah lembar tercatat di
bursa dikalikan dengan harga pasar per lembarnya) dari saham umum
dan saham preferen pada hari ke-t.
Nilai dasar = Sama dengan nilai pasar tetapi dimulai dari tanggal 10 Agustus 1982.
Dengan demikian IHSG untuk tanggal 10 Agustus 1982 adalah bernilai 100
(nilai ini merupakan indeks dasar). Nilai dasar dari IHSG selalu disesuaikan untuk
kejadian, seperti IPO, right issue, partial/company listing, konversi dari warrant dan
convertible bond serta delisting (mengundurkan diri dari pencatatan karena bangkrut).
Untuk peristiwa seperti stock split, deviden berupa saham (stock deviden), bonus
issue, nilai dasar dari IHSG tidak berubah, karena peristiwa ini tidak merubah nilai
pasar total.
8.
Abnormal Return
Studi peristiwa (event study) menganalisis return tidak normal (abnormal
return) dari sekuritas yang mungkin terjadi disekitar pengumuman dari suatu
peristiwa. Abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari return yang
sesungguhnya terjadi terhadap return normal (Jogiyanto, 2003: 433)
Return normal merupakan return ekspektasi (return yang diharapkan oleh
investor). Dengan demikian abnormal return adalah selisih antara return
sesungguhnya (actual return) dengan return ekspektasi (expected return). Menurut
Jogiyanto (2003: 434) persamaan dari rumus tersebut adalah:
RTNi,t = Ri,t - E[Ri,t]
di mana:
RTNi,t
Ri,t
= Return tidak normal (abnormal return)
= Return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode ke-t.
E[Ri,t]
= Return ekspektasi sekuritas ke-i untuk periode peristiwa ke-t
Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t yang
merupakan selisih harga sekarang relatif (harga saham realisasi) dengan harga
sebelumnya atau dapat dihitung dengan rumus (Jogiyanto, 2003: 434):
Act(Ri) = (Pi,t – Pi,t-1)/Pi,t-1
di mana:
Act(Ri) = Actual return saham i
Pi,t
= Harga saham pada hari ke-t
Pt-1
= Harga saham pada hari t –1
Sedangkan return ekspektasi merupakan return yang harus diestimasi. Brown
dan Warner (1985) mengestimasi return ekspektasi dengan menggunakan model
estimasi sebagai berikut:
a.
Mean Adjusted Model (model disesuaikan rata-rata)
Model ini menganggap bahwa return eskpektasi bernilai konstan yang
sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi
(estimation period) menurut Jogiyanto (2003: 434-435) sebagai berikut:
t2
E[ Ri ,t ] =
∑R
j =t1
ij
T
di mana:
E[Ri,t] = Return estimasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t
Ri,j
= Return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
T
= Lamanya periode estimasi, yaitu dari t1 sampai dengan t2
Periode estimasi (estimation period) umumnya merupakan periode
sebelum periode peristiwa. Periode peristiwa (event period) disebut juga dengan
periode pengamatan atau jendela peristiwa (event window).
Lama dari periode jendela ini juga tergantung dari jenis peristiwanya. Jika
peristiwanya merupakan peristiwa yang nilai ekonomisnya dapat ditentukan
dengan mudah oleh investor (misal pengumuman laba dan dividen), periode
jendela dapat pendek. Hal ini disebabkan oleh investor dapat bereaksi dengan
cepat. Sebaliknya, jika peristiwa tersebut nilai ekonomisnya sulit ditentukan
oleh investor (misalnya merjer) maka investor akan membutuhkan waktu lama
untuk bereaksi (Jogiyanto, 2003:436).
b.
Market Model (model pasar)
Dilakukan dengan dua tahap, yaitu membentuk model estimasi dengan
menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan menggunakan model
estimasi ini untuk mengestimasi return ekspektasi di periode jendela, model
estimasi dapat dibentuk menggunakan teknik regresi OLS (Ordinary Least
Square) dengan persamaan (Jogiyanto, 2003: 439-440):
Rij = α i + β i . RMj + ε ij
di mana:
Rij
= Return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
αi
= Intercept untuk sekuritas ke-i
βi
= Koefisien slope yang merupakan beta dari sekuritas ke-i
RMj = Return indeks pasar pada periode estimasi ke-j yang dapat dihitung
dengan rumus RMj = (IHSGj – IHSGj-1).
εij
= Kesalahan residu sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
c.
Market Adjusted Model (model disesuaikan pasar)
Model ini menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi
return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan
menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk
membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah
sama dengan return indeks pasar. Misalnya pada hari pengumuman peristiwa,
return indeks pasar adalah sebesar 18%, dengan metode ini, maka return
estimasi semua sekuritas di hari yang sama tersebut adalah sama dengan return
indeks pasarnya, yaitu 18%. Jika return suatu sekuritas pada hari pengumuman
peristiwa adalah 35%, maka besarnya abnormal return yang terjadi adalah 35%
- 18% = 17%.
9.
Return
Jogiyanto (2003:109-127) menjelaskan bahwa hasil dari suatu investasi disebut
sebagai return. Return dapat berupa return realisasi (realized return) yang sudah
terjadi atau return ekspektasi (expected return) yang belum terjadi tetapi yang
diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Return realisasi dihitung berdasarkan
data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur
kinerja dari perusahaan. Return historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan
return ekspektasi dan risiko di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi,
return ekspektasi sifatnya belum terjadi.
a.
Return Realisasi
Beberapa return realisasi yang banyak digunakan adalah sebagai berikut:
1)
Return total
Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam
suatu periode tertentu. Return total sering disebut dengan return saja.
Return total terdiri dari capital gain (loss) dan Yield sebagai berikut:
Return = Capital gain (loss) + Yield
Capital gain (loss) =
Pt − Pt −1
Pt −1
Capital gain (loss) merupakan untung (rugi) atau selisih dari harga
investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu dan Yield
merupakan presentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi
periode tertentu dari suatu investasi.
2)
Relatif return
Pada return total dapat bernilai positif ataupun negatif. Pada perhitungan
return relatif, return total diubah menjadi positif dengan menambahkan
nilai terhadap return total sebagai berikut:
Return Relatif = (Return Total + 1)
3)
Kumulatif return
Return total mengukur perubahan harga dari saham dan perubahan
pendapatan dari deviden yang diterima. Return total hanya mengukur
kemakmuran pada waktu tertentu tetapi tidak mengukur total kemakmuran
yang dimiliki. Untuk mengetahui total kemakmuran kumulatif (cumulative
wealth index) dapat digunakan indek kemakmuran kumulatif (IKK).
IKK = KK 0 (1 + R1 )(1 + R2 )...(1 + Ra )
di mana:
IKK= Indeks kemakmuran kumulatif dari periode ke-1 sampai ke-n
KKo= Kekayaan awal
Rt = Return periode ke-t
4)
Return disesuaikan
Return sebelumnya adalah return nominal (nominal return) yang hanya
mengukur perubahan nilai uang tetapi tidak memperhitungkan daya beli
dari nilai uang tersebut. Untuk mempertimbangkan hal ini return nominal
perlu disesuaikan dengan tingkat inflasi yang ada. Return ini disebut
sebagai return rill atau disesuaikan dengan inflasi (inflation adjusted
return) sebagai berikut:
RIA =
(1 + R)
−1
(1 + IF )
di mana:
RIA
= Return disesuaikan dengan tingkat inflasi.
R
= Return nominal
IF
= Tingkat inflasi
b.
Return Ekspektasi
Return ekspektasi (expected return) dapat dihitung dengan menghilangkan
masing-masing hasil masa depan dengan probabilitas kejadian dan menjumlah
semua produk perkalian tersebut. Secara matematik return ekspektasi
dirumuskan:
n
E ( Ri ) = ∑ ( R j .Pj )
j =1
di mana:
E(Ri) = Return ekspektasi suatu aktiva atau sekuritas ke-i
Rj
= Hasil masa depan ke j
Pj
= Probabilitas hasil masa depan ke j
n
= Jumlah dari hasil masa depan.
Penentuan probabilitas untuk menentukan hasil masa depan merupakan
hal yang tidak mudah dan subyektif. Akibat dari subyektifitas ini, ketidak
akuratan akan terjadi. Untuk mengurangi ketidak akuratan ini, data historis
dapat digunakan sebagai dasar ekspektasi. Jika pertumbuhan dari return turut
diperhitungkan maka dapat dihitung dengan teknik regresi.
B.
Telaah Penelitian Terdahulu
Penelitian berupa event study mengenai kinerja saham emiten baik jangka pendek
maupun jangka panjang setelah melakukan penawaran perdana saham atau IPO telah
dilakukan oleh beberapa peneliti. Sebagai fenomena yang terjadi pada setiap pasar modal di
berbagai negara, fenomena underpricing juga dilihat sebagai fenomena jangka pendek.
Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa underpricing yang terjadi dalam jangka
pendek tersebut kemungkinan dapat terjadi, karena terjadi overpricing dalam jangka
panjang dan memberikan return yang negatif bagi investor.
Beberapa penelitian tersebut antara lain telah dilakukan oleh Ritter (1991) dengan
judul The Long Run Performance of Initial Public Offering. Penelitian dilakukan di USA
dengan sampel sebanyak 1526 perusahaan selama periode 1975-1984, sampel tersebut
mewakili 61,6 % dari seluruh perusahaan yang melakukan IPO pada periode tersebut.
Hasilnya penelitian menunjukkan bahwa kinerja saham jangka pendek sebesar 14,32 %
sedangkan kinerja saham jangka panjang sebesar -29,13 %. Yang artinya pada jangka
pendek kinerja saham mengalami outperformed ditunjukkan dengan return yang positif
setelah 1 sampai 3 bulan setelah perusahaan IPO, dan pada jangka panjang terjadi
underperformed ditunjukkan dengan return yang negatif dalam jangka waktu lebih dari 1
tahun setelah IPO.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Prastiwi (2000) di pasar modal Indonesia dengan
sampel sebanyak 78 perusahaan yang listing di BEJ pada tahun 1994 sampai dengan 1997
menemukan bahwa terdapat rata-rata abnormal return sebesar 39,07 % dan -35,51 %
setelah 3 bulan dan 1 tahun setelah perusahaan melakukan penawaran perdana.
Penelitian yang juga dilakukan oleh Danan J.K (2004), terhadap 55 perusahaan yang
terdaftar di BEJ dengan periode pengamatan tahun 1997-2000, menemukan bahwa rata-rata
abnormal return positif sebesar 15,40 % setelah 1 bulan listing dan rata-rata abnormal
return negatif sebesar -10,78 % setelah 1 tahun listing.
C.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini, yaitu untuk menjawab pokok
masalah penelitian adalah sebagai berikut:
H1: Abnormal return saham perusahaan bernilai positif secara signifikan pada jangka
waktu tiga bulan sejak melakukan IPO.
H2: Abnormal return saham perusahaan bernilai negatif secara signifikan pada jangka
waktu dua tahun sejak melakukan IPO.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimen yaitu penelitian yang
variabel bebasnya dimanipulasi oleh peneliti, di mana penelitian ini merupakan penelitian
kepustakaan (library research) yaitu penulisan dilakukan dengan membaca literatur,
referensi, buku-buku acuan dan materi yang didapat selama kuliah serta sumber-sumber
lain yang memiliki data, informasi yang akurat dan relevan dengan materi yang dibahas.
Berdasarkan pada tingkat penjelasan, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri atau lebih tanpa
membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel lainnya. Sedangkan
berdasarkan kegiatan atau peristiwa yang diteliti maka penelitian ini termasuk penelitian
studi peristiwa (event study) yaitu studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu
peristiwa yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Dalam penelitian
ini yang dimaksud informasi yang dipublikasikan adalah pengumuman perusahaan yang
akan melakukan IPO dan hal-hal yang berhubungan dengan informasi tersebut, seperti
prospektus perusahaan.
B.
Definisi Operasional Variabel Penelitian
Untuk menghindari interprestasi yang berbeda, maka berikut akan dijelaskan hal-hal
yang berhubungan dengan penelitian, yaitu:
1.
Kinerja saham adalah hasil dan resiko yang diperoleh melalui investasi pada aktiva
yang diukur dari pengembalian (return) yang diperoleh dari periode waktu tertentu
(Frank J Fabozzi: 2001). Dalam penelitian ini kinerja saham diukur dengan
abnormal return.
2.
Kinerja jangka pendek adalah kinerja saham setelah tiga bulan terdaftar (listing) di
BEJ.
3.
Kinerja jangka panjang adalah kinerja saham setelah dua tahun terdaftar (listing) di
BEJ.
4.
Initial Public Offering (IPO) adalah penawaran saham (sekuritas) perusahaan untuk
pertama kalinya di bursa saham.
5.
Outperformed adalah kenaikan kinerja dari surat berharga yang ditunjukkan dengan
abnormal return yang positif dalam jangka waktu tertentu.
6.
Underperformed adalah penurunan kinerja dari surat berharga yang ditunjukkan
dengan abnormal return yang negatif dalam jangka waktu tertentu.
7.
Abnormal return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi
terhadap return normal, sedangkan return normal merupakan return ekspektasi atau
return yang diharapkan oleh investor. Jadi abnormal return adalah selisih antara
return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi.
C.
Data yang Dibutuhkan dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang dibutuhkan diambil dari Indonesian Capital Market
Directory, JSX Fact Book, melalui internet dengan website http://www.finance.yahoo.com
dan database MM UII. Sedangkan data-data yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
1.
Daftar perusahaan yang melakukan IPO tahun 1997-2001,
2.
Tanggal IPO, tanggal listing,
3. Harga perdana dan harga penutupan (closing price) harian tahun 1997 sampai dengan
2003,
4. Data IHSG pada saat IPO, dan IHSG harian tahun 1997 sampai dengan 2003.
D.
Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini sumber data yang dibutuhkan adalah merupakan jenis data
sekunder. Sedangkan metode pengumpulan data sekunder yang digunakan metode
dokumentasi dan studi pustaka.
E.
Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu yang digunakan dalam penelitian ini mulai dari penyusunan proposal
penelitian sampai dengan penulisan hasil penelitian adalah dalam kurun waktu 5 bulan
yaitu mulai 25 September 2004 sampai dengan 28 Februari 2005. Tempat penelitian atau
pengambilan data dilakukan di pojok BEJ MM UII Yogyakarta.
F.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini seluruh perusahaan yang melakukan IPO di BEJ periode
Januari 1997 sampai dengan Desember 2001. Dalam pengambilan sampel metode yang
digunakan adalah metode purposive sampling yang artinya sampel penelitian sengaja
dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria-kriteria yang digunakan dalam pemilihan
sampel adalah sebagai berikut:
1.
Merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
2.
Perusahaan manufaktur yang melakukan IPO periode Januari 1997 sampai dengan
Desember 2001.
3.
Data harga perdana perusahaan dan harga penutupan tiga bulan dan dua tahun setelah
perusahaan listing di pasar sekunder.
4.
Data IHSG saat IPO, IHSG tiga bulan dan dua tahun setelah listing di pasar sekunder.
Dari seluruh populasi, yaitu perusahaan yang melakukan IPO untuk periode 1997
sampai dengan 2001, perusahaan manufaktur yang masuk sebagai sampel atau memenuhi
kriteria pemilihan sampel sebanyak 27 perusahaan.
Berikut ini daftar sampel perusahaan manufaktur yang melakukan IPO pada periode
tahun 1997-2001:
Tabel 3.1
Daftar Perusahaan Manufaktur yang Melakukan IPO Periode
1997 sampai dengan 2001
No.
Code
Company Name
Efective Date
1
ALMI
Alumindo Light Metal Industry
02-01-97
2
DSUC
Daya Sakti Unggul Corporation
25-02-97
3
ETWA
Eterindo Wahanatama
16-04-97
4
IKAI
Intikeramik Alamastri Industri
07-05-97
5
AISA
Asia Inti Selera
11-06-97
6
PAFI
Panasia Filament Inti
17-06-97
7
JKSW
Jakarta Kyoei Steel Works
27-06-97
8
LTLS
Lautan Luas
21-07-97
9
SSTM
Sunson Textile Manufacture
28-07-97
10
RICY
Ricky Putra Globalindo
31-12-97
11
AUTO
Astra Otoparts
29-05-98
12
TIRT
Tirta Mahakam Plywood Industri
18-11-99
13
TBLA
Tunas Baru Lampung
31-12-99
14
SIMM
Surya Intrindo Makmur
09-03-00
15
APLI
Asiaplast Industries
31-03-00
16
SMPL
Summitplast Interbenua
26-05-00
17
FMII
Fortune Mate Indonesia
16-06-00
18
ACAP
Andhy Chandra Automotive
17-11-00
19
INAF
Indofarma
16-04-01
20
DOID
Daeyu Orchid Indonesia
14-06-01
21
LAPD
Lapindo Packaging
12-07-01
22
ARNA
Arwana Citramulia
12-07-01
23
BTON
Betonjaya Manunggal
16-07-01
24
RYAN
Ryane Adibusana
11-10-01
25
PYFA
Pyridam Farma
11-10-01
26
PLAS
Palm Asia Corpora
26-10-01
27
CLPI
Colorpak Indonesia
27-11-01
Sumber data: Indonesian Capital Market Directory (ICMD), Database MM UII
G.
Uji Prasyarat Analisis Data
Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis data
yang telah didapat. Uji prasyarat analisis data yang digunakan adalah uji normalitas, di
mana uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah setiap data sudah berdistribusi
normal atau tidak.
Menurut Sugiyono (2003:173), apabila pengujian pertanyaan penelitian menggunakan
statistik parametrik maka setiap data pada setiap variabel harus diuji terlebih dahulu
normalitasnya. Jika data tidak normal maka pengujian hipotesis penelitian tidak bisa
menggunakan statistik parametrik.
Uji normalitas yang akan dillakukan dalam penelitian ini, adalah menggunakan uji
normalitas One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Uji normalitas dengan One Sample
Kolmogorov-Smirnov Test, dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program
SPSS for windows version 10.0.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk uji normalitas (one sample kolmogorovsmirnov test) menurut Singgih Santoso (2001:86-93) adalah sebagai berikut:
1.
Data (X) diurutkan dari data yang terkecil sampai terbesar.
2.
Menghitung z dengan rumus:
Z=
X −µ
s
di mana:
Z= Nilai yang distandarkan
X = Data
µ = Rata-rata populasi
s = Standar deviasi sampel
3.
Mencari luas daerah z yaitu luas daerah di sebelah kanan kurva untuk nilai z tertentu
dengan program SPSS for windows version 10.0.
4.
Mencari peluang harapan (Pe) kumulatif dari masing-masing data.
5.
Mencari nilai D yaitu selisih mutlak antara luas kurva z dikurangi peluang harapan.
Karena ada pemutlakan hasil jika terjadi tanda negatif maka akan tetap dianggap
positif. Kemudian dari nilai D yang ada dicari angka yang terbesar. Maka angka
inilah yang disebut Kolmogorov-Smirnov hitung.
6.
Membuat hipotesis untuk pengujian normalitas, yaitu:
Ho: Data berdistribusi normal
Ha: Data tidak berdistribusi normal
7.
Membandingkan Kolmogorov-Smirnov hitung dengan Kolmogorov-Smirnov tabel:
a)
Jika Kolmogorov-Smirnov hitung ⟨ Kolmogorov-Smirnov tabel maka Ho
diterima.
b)
Jika Kolmogorov-Smirnov hitung ⟩ Kolmogorov-Smirnov tabel maka Ho
ditolak.
8.
H.
Atau dengan melihat angka probabilitasnya:
a)
Probabilitas ≥ 0,05 maka Ho diterima.
b)
Probabilitas ⟨ 0,05 maka Ho ditolak.
Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data, teknik analisis yang digunakan untuk menjawab pertanyaan
penelitian yang telah dirumuskan adalah dengan menggunakan statistik yaitu one sample t-
test. Menurut Sugiyono (1999:177) rumus uji one t-test adalah sebagai berikut:
t =
X − µo
s
n
di mana:
t = Nilai t yang dihitung
X = Rata-rata
µo = Nilai yang dihipotesiskan
s = Simpangan baku sampel
n = Jumlah anggota sampel
Namun pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program
SPSS for window version 10.0. Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu
dihitung abnormal return jangka pendek dan abnormal return jangka panjang untuk setiap
periode.
Untuk menghitung abnormal return, terlebih dahulu dilakukan dengan mencari total
return untuk setiap periode yang kemudian dilanjutkan dengan mencari total return indeks
pasar di mana dalam penelitian ini total return dan total return indeks pasar dihitung
dengan menggunakan program Microsoft Excel.
Berikut rumus total return saham yang digunakan dalam penelitian ini:
R it =
P it − P it −1
P it −1
di mana:
R it = Total return
P it = Harga saham pada saat t
P it −1 = Harga saham pada saat penawaran/harga perdana (offering price)
Harga saham pada saat penawaran yang digunakan yaitu harga perdana perusahaanperusahaan yang melakukan IPO pada tahun 1997-2001. Harga saham pada saat t yang
digunakan adalah harga saham tiga bulan dan dua tahun setelah perusahaan tersebut
terdaftar di BEJ. Apabila pada tanggal tertentu tidak terjadi perdagangan maka harga saham
yang digunakan adalah harga tanggal terakhir sebelum tanggal di mana suatu perusahaan
tepat tiga bulan dan dua tahun setelah melakukan IPO di pasar perdana.
Berikut rumus total return indeks pasar saham yang digunakan dalam penelitian ini:
Rmt =
P mt − P mt −1
P mt −1
di mana:
Rmt = Total return indeks pasar
P mt = Nilai indeks pasar (IHSG) pada saat t
P mt −1 = Nilai indeks pasar (IHGS) pada saat penawaran
Indeks pasar yang digunakan dalam perhitungan ini yaitu IHSG pada saat perusahaan
melakukan IPO, IHSG tiga bulan dan dua tahun setelah perusahaan listing di pasar
sekunder. Apabila pada tanggal tertentu tidak terjadi perdagangan maka IHSG yang
digunakan adalah IHSG tanggal terakhir sebelum tanggal di mana perusahaan tepat tiga
bulan dan dua tahun listing di pasar perdana.
Berikut persamaan abnormal return saham yang dipakai dalam penelitian ini:
AR it = R it − Rmt
di mana:
AR it = Market-adjudted abnormal return
R it = Total return
Rmt = Total return indeks pasar
Model market adjusted return menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk
mengestimasi return suatu saham adalah return indeks harga pasar pada saat t. Maka dalam
hal tersebut tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi,
karena return saham yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar.
Untuk proses penghitungan total return, total return indeks pasar, dan abnormal
return dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel.
Langkah-langkah pengujian terhadap abnormal return adalah sebagai berikut:
1)
Merumuskan Ho
Untuk hipotesis pertama (kinerja jangka pendek):
Ho1 : Rata-rata abnormal return tidak bernilai positif
Ha1 : Rata-rata abnormal return bernilai positif
Untuk hipotesis kedua (kinerja jangka panjang):
Ho2 : Rata-rata abnormal return tidak bernilai negatif
Ha2 : Rata-rata abnormal return bernilai negatif
2)
Menentukan tingkat signifikansi yaitu pada taraf signifikan = 0,05 dan df = n-1 di
mana n = jumlah data.
3)
Membandingkan t hitung dan t tabel
4)
Kriteria pengujian
Ho diterima bila : t hitung <t tabel (α / 2, n − 1)
Ho ditolak bila : t hitung >t tabel (α / 2, n − 1)
5)
Gambar kurva daerah penerimaan/penolakan Ho:
Daerah Penerimaan Ho
Daerah Penerimaan Ha
t (α/2,n-1)
6)
Membuat kesimpulan
Jika rata-rata abnormal return ⟩ 0 maka artinya kinerja saham outperformed, namun
jika rata-rata abnormal return ⟨ 0 maka artinya kinerja saham underperformed.
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A.
Penghitungan Tingkat Pengembalian (Return)
1.
Penghitungan Total Return
Setelah didapat data harga saham perdana atau harga penawaran saat IPO, harga
saham tiga bulan setelah listing, dan harga saham dua tahun setelah listing untuk
setiap perusahaan dari 27 sampel perusahaan manufaktur yang melakukan IPO pada
tahun 1997 sampai dengan 2001 di BEJ, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
penghitungan atau mencari total return.
Total return yang dicari adalah total return tiga bulan dan dua tahun setelah
perusahaan melakukan IPO. Untuk menghitung total return dengan rumus
R it =
P it − P it −1
, dalam penelitian ini menggunakan program Microsoft Excel dan
P it −1
penghitungan tersebut secara lengkap dapat dilihat pada lampiran II.
Berikut tabel hasil dari perhitungan tersebut yaitu total return untuk masingmasing perusahaan manufaktur:
Tabel 4.1
Total Return Untuk Masing-masing Perusahaan
No.
Kode
Total
Return
3 bulan
2 tahun
No.
Kode
Total
Return
3 bulan
2 tahun
15
APLI
3,166667 -0,93333
0,289474 -0,36842
16
SMPL
0,525
-0,79375
3
ETWA 0,346154 -0,61538
17
FMII
0,12
1,1
4
IKAI
0,1
-0,56667
18
ACAP
-0,62286
-0,46286
5
AISA
-0,36842
-0,65789
19
INAF
1,15
1,5
6
PAFI
-0,34615
-0,30769
20
DOID
0,35
-0,45
7
JKSW
0,076923 -0,46154
21
LAPD
4,5
2,35
8
LTLS
-0,44915
-0,8814
22
ARNA -0,2
9
SSTM
-0,64706
0,558824 23
10
RICY
0,041667 -0,25
11
AUTO
-0,69565
12
TIRT
13
TBLA
14
SIMM
1
ALMI
-0,17308
2
DSUC
-0,75
BTON
0,25
0,05
0,2
-0,6
24
RYAN 5,5
25
PYFA
2,5
0,9
1,685714 -0,81143
26
PLAS
2,85
-0,55
-0,21591
-0,86591
27
CLPI
3,7
3,5
1
0,9
2
Data hasil olahan
Sumber: Database MM UII, http://www.finance.yahoo.com
2.
Penghitungan Total Return Indeks Pasar
Dari data IHSG yang telah diperoleh, maka dilakukan penghitungan total return
indeks pasar untuk tiga bulan dan dua tahun setelah perusahaan manufaktur
melakukan IPO. Indeks pasar yang digunakan dalam perhitungan ini yaitu IHSG pada
saat perusahaan melakukan IPO, IHSG tepat tiga bulan dan dua tahun setelah
perusahaan listing di pasar sekunder.
Penghitungan total return indeks pasar dengan rumus Rmt =
P mt − P mt −1
, dalam
P mt −1
penelitian ini juga dicari dengan program Microsoft Excel dan penghitungan tersebut
secara lengkap dapat dilihat pada lampiran III. Berikut tabel hasil penghitungan
tersebut yaitu total return indeks pasar untuk masing-masing perusahaan:
Tabel 4.2
Total Return Indeks Pasar Untuk Masing-masing Perusahaan
No.
Kode
Total
Return
Indeks
3 bulan
No. Kode
Total
Return
Pasar
Indeks
Pasar
2 tahun
3 bulan
2 tahun
1
ALMI
0,005513 -0,38253
15
APLI
-0,14845
-0,07426
2
DSUC
0,015956 -0,42559
16
SMPL
-0,13011
0,099423
3
ETWA -0,02388
-0,6508
17
FMII
-0,13361
0,094998
4
IKAI
-0,19941
-0,08168
18
ACAP
0,067051 0,449235
5
AISA
0,300077 0,615947 19
INAF
0,229162 0,222036
6
PAFI
-0,28344
-0,08854
20
DOID
0,021395 0,224943
7
JKSW
-0,3319
-0,15205
21
LAPD
-0,14177
0,187548
8
LTLS
-0,29518
-0,10564
22
ARNA -0,14177
0,187548
9
SSTM
-0,44957
-0,18943
23
BTON
-0,13975
0,180971
10
RICY
0,246268 0,654653 24
11
AUTO
-0,01388
0,228235 25
PYFA
0,111137 0,739981
12
TIRT
-0,07764
-0,41144
26
PLAS
0,076685 0,00015
13
TBLA
-0,22165
-0,35088
27
CLPI
0,189697 0,619745
14
SIMM
-0,12827
-0,17671
RYAN 0,143005 0,75207
Data hasil olahan
Sumber: Database MM UII
3.
Penghitungan Abnormal Return
Setelah didapatkan hasil nilai dari total return, total return indeks pasar tiga
bulan dan dua tahun untuk masing-masing perusahaan manufaktur setelah melakukan
IPO, maka langkah selanjutnya adalah mencari abnormal return dengan model
market adjusted return dengan rumus AR it = R it − Rmt , dan penghitungan tersebut
secara lengkap dapat dilihat pada lampiran IV.
Proses penghitungan abnormal return untuk tiga bulan dan dua tahun dalam
penelitian ini, juga dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel. Berikut
tabel yang menunjukkan hasil penghitungan tersebut yaitu abnormal return:
Tabel 4.3
Abnormal Return Untuk Masing-masing Perusahaan
No.
Kode
Abnormal
Return
3 bulan
2 tahun
No. Kode
Abnormal Return
3 bulan
2 tahun
1
ALMI
-0,17859
-0,36747
15
APLI
3,315113
-0,85908
2
DSUC
0,273518
0,067165
16
SMPL
0,655107
-0,89317
3
ETWA
0,370036
-0,5503
17
FMII
0,253608
1,005002
4
IKAI
0,299407
-0,48499
18
ACAP
-0,68991
-0,91209
5
AISA
-0,6685
-1,27384
19
INAF
0,920838
1,077964
6
PAFI
-0,06272
-0,21916
20
DOID
0,328605
-0,67494
7
JKSW
0,408825
-0,30949
21
LAPD
4,641769
2,162452
8
LTLS
-0,15397
-0,1825
22
ARNA -0,05823
-0,13755
9
SSTM
-0,19749
0,748257
23
BTON
0,389751
0,019029
10
RICY
-0,2046
-0,90465
24
RYAN 5,356995
-1,35207
11
AUTO
-0,68177
1,771765
25
PYFA
2,388863
0,160019
12
TIRT
1,762751
-0,39999
26
PLAS
2,773315
-0,55015
13
TBLA
0,005745
-0,51503
27
CLPI
3,510303
2,880255
14
SIMM
1,128272
1,076706
Sumber: Data hasil olahan
B.
Uji Prasyarat Analisi Data
Setelah didapatkan nilai abnormal return tiga bulan dan abnormal return dua tahun,
untuk masing-masing perusahaan manufaktur selama periode pengamatan, dan data
diurutkan dari data terkecil sampai terbesar, maka langkah selanjutnya dilakukan uji
prasyarat. Uji prasyarat analisis data yang dalam penelitian ini adalah uji normalitas dengan
menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test yang dihitung dengan menggunakan
program SPSS for Windows version 10.0. Berikut rumusan hipotesis uji normalitas data,
yaitu:
Ho : Data berdistribusi normal
Ha : Data tidak berdistribusi normal
Dari hasil uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan melihat nilai sig. 2-tailed
(probabilitasnya) secara lengkap dapat dilihat pada lampiran V, untuk abnormal return tiga
bulan dengan probabilitas 0,051 dan untuk abnormal return dua tahun dengan probabilitas
0,301, berdasarkan penarikan kesimpulan uji prasyarat jika probabilitas ≥ 0,05 maka Ho
diterima, sehingga dalam hal ini data abnormal return tiga bulan dan abnormal return dua
tahun dapat dikatakan berdistribusi normal karena probabilitasnya ≥ 0,05. Berikut tabel
yang menyajikan hasil uji normalitas data tersebut:
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov
Abnormal Return
Abnormal Return
Tiga Bulan
Dua Tahun
N
27
27
Rata-rata
0,95877928
1,415E-02
Kolmogorov-Smirnov Z
1,355
0,972
Sig. (2-tailed)
0,051
0,301
Data Hasil Olahan
C.
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis terhadap abnormal return tiga bulan dan dua tahun untuk setiap
perusahaan manufaktur yang melakukan IPO periode tahun 1997 sampai dengan 2001
dalam penelitian ini, yaitu dengan menggunakan one sample t-test. Penghitungan one
sample t-test dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program SPSS for window
version 10.0 dan dapat dilihat pada lampiran VI.
Hipotesis statistik yang dirumuskan dalam penelitian ini untuk pengujian sebagai
berikut:
1.
Untuk hipotesis pertama:
Ho : Rata-rata abnormal return tidak bernilai positif
Ha : Rata-rata abnormal return bernilai positif
2.
Untuk hipotesis kedua:
Ho : Rata-rata abnormal return tidak bernilai negatif
Ha : Rata-rata abnormal return bernilai negatif
Berikut tabel hasil pengujian abnormal return, yang menunjukkan kinerja saham
perusahaan manufaktur setelah melakukan IPO periode tahun 1997 sampai dengan 2001,
dengan menggunakan one sample t-test dengan df = 27-1 = 26 dan tingkat signifikansi 5%
dan hal pengujian tersebut secara lengkap dapat dilihat pada lampiran VI:
Tabel 4.5
Hasil Pengujian Hipotesis dengan One Sample T-test
Jangka Waktu
df
Mean
t-hitung
2-tailed sig.
3 Bulan
26
0,95877930
3,034
0,005
2 Tahun
26
1,415E-02
0,070
0,945
Dari tabel 4.5 di atas, dapat diketahui bahwa tiga bulan setelah perusahaan
manufaktur melakukan IPO periode tahun 1997 sampai dengan 2001, terlihat t hitung
(3,034) lebih besar dari t tabel (2,069). Artinya hipotesis nol yang menyatakan rata-rata
abnormal return tidak bernilai positif ditolak, hal tersebut bisa juga dilihat pada nilai sig.
(2-tailed) = 0,005 ⟨ 0,05 sehingga Ho1 ditolak atau terima Ha1. Berikut gambar kurva
daerah penolakan Ho1:
Daerah Penerimaan Ho
Daerah
Penerimaan Ha
2,069
3,034
Untuk dua tahun setelah perusahaan manufaktur melakukan IPO periode tahun 1997
sampai dengan 2001, dari tabel di atas juga terlihat nilai t hitung (0,070) lebih kecil dari t
tabel (2,069). Artinya bahwa hipotesis nol yang menyatakan rata-rata abnormal return
tidak bernilai negatif diterima, hal tersebut, juga dapat dilihat pada nilai sig. (2-tailed) =
0,945 ⟩ 0,05 sehingga Ho2 diterima. Berikut gambar kurva daerah penerimaan Ho2:
Daerah Penerimaan Ho
0,070
D.
Daerah Penerimaan Ha
2,069
Pembahasan
Berikut tabel yang menunjukkan perbandingan hasil dari penelitian terdahulu dengan
penelitian sekarang, yang menunjukkan adanya perbedaan hasil penelitian untuk kinerja
saham jangka panjang yang terlihat dari rata-rata abnormal return:
Tabel 4.6
Perbandingan Hasil Penelitian Kinerja Saham untuk Jangka Pendek dan
Jangka Panjang
Hasil Penelitian Terdahulu
Peneliti
Hasil Penelitian Sekarang
Jangka
Jangka
Pendek
Panjang
Ritter
14,32 %
-29,13 %
Prastiwi
39,07 %
-35,51 %
Danan J.K
15,40 %
-10,77 %
Jangka Pendek
Jangka Panjang
95,88 %
1,42 %
Berdasarkan tabel 4.6 di atas dari hasil penelitian ini yang telah dilakukan, terlihat
bahwa dalam jangka pendek kinerja saham perusahaan manufaktur setelah melakukan IPO,
yang diukur dengan return tiga bulan sejak listing di BEJ, terdapat rata-rata abnormal
return yang positif yaitu sebesar 0,9587793 (95,88 %) jika investor menjual kembali
sahamnya di pasar sekunder.
Maka dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam jangka pendek kinerja
saham perusahaan setelah melakukan IPO mengalami outperformed (terjadi fenomena
outperformed) dan secara statistik kenaikan kinerja saham tersebut signifikan. Kesimpulan
dari hasil penelitian tersebut, sesuai dengan kriteria penarikan kesimpulan penelitian, yang
menyatakan jika abnormal return lebih besar dari nol, maka kinerja saham dikatakan
outperformed.
Sedangkan berdasarkan dari hasil pengujian hipotesis ke dua, diketahui bahwa dalam
jangka panjang kinerja saham perusahaan manufaktur setelah melakukan IPO, yang diukur
dengan return dua tahun sejak listing di BEJ, juga terdapat rata-rata abnormal return yang
positif sebesar 1,415E-02 (1,42 %) jika investor menjual kembali sahamnya di pasar
sekunder.
Maka dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam jangka panjang kinerja
saham perusahaan setelah melakukan IPO mengalami outperformed (juga terjadi fenomena
outperformed) dan secara statistik kenaikan kinerja saham tersebut tidak signifikan.
Kesimpulan tersebut, sesuai dengan kriteria penarikan kesimpulan dalam penelitian ini,
yang menyatakan jika abnormal return lebih besar dari nol, maka kinerja saham dikatakan
outperformed.
Dari kedua hasil penelitian sekarang, untuk kinerja saham jangka pendek dalam
penelitian ini memperkuat penelitian-penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Ritter
(1991) yang hasil penelitiannya diperoleh abnormal return positif sebesar 14,32 %,
Prastiwi (2000) dari hasil penelitiannya memperoleh abnormal return positif sebesar 39,07
%, dan Danan Joyo Kusumo (2004) yang juga memperoleh abnormal return jangka pendek
yang positif sebesar 15,40 %. Dari ketiga peneliti tersebut menyimpulkan bahwa dalam
jangka pendek kinerja saham akan mengalami kenaikan kinerja (outperformed) yang
ditunjukkan dengan diperolehnya return yang positif.
Namun, untuk jangka panjang kinerja saham dalam penelitian ini tidak mendukung
penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Ritter (1991) di mana hasil penelitiannya
kinerja saham jangka panjang memperoleh abnormal return negatif sebesar -29,13 %,
Prastiwi (2000) dari hasil penelitiannya diperoleh abnormal return negatif sebesar -35,51
%, dan Danan Joyo Kusumo (2004) yang juga memperoleh abnormal return jangka pendek
yang negatif sebesar -10,77 %. Dari ketiga peneliti tersebut, menyatakan bahwa kinerja
saham akan mengalami penurunan kinerja (underperformed) yang ditunjukkan dengan
diperolah return yang negatif, sedangkan dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa
kinerja saham jangka panjang justru mengalami kenaikkan kinerja (outperformed) yang
ditunjukkan dengan return yang positif sebesar 1,42 %.
Kinerja saham jangka panjang dalam penelitian tidak sama dengan penelitian
terdahulu, kemungkinan dapat dikarenakan dalam penelitian ini sampelnya dipilih secara
purposive sampling yaitu ditentukan perusahaan yang sejenis (perusahaan manufaktur)
sedangkan pada penelitian sebelumnya sampel diambil secara random (acak). Selain itu,
untuk perusahaan manufaktur terlihat pada harga sahamnya (khususnya pada periode tahun
2000 sampai dengan 2003) dari 27 sampel perusahaan ada 10 perusahaan manufaktur yang
harga sahamnya setelah dua tahun listing lebih besar daripada harga pada saat penawaran
pertama kali, atau dapat dikatakan return (total return) yang diperoleh lebih besar daripada
return pasarnya (total return indeks pasar) sehingga investor memperoleh abnormal return
yang cukup besar (abnormal return yang bernilai positif). Maka rata-rata abnormal return
secara keseluruhan dari 27 perusahaan tersebut menjadi bernilai positif. Atau dapat
dikatakan pada perusahaan manufaktur selama periode tahun 2000 sampai dengan 2003
(periode pengamatan harga saham dan IHSG) terjadi oversubscribed (lebih besarnya
peminat daripada saham yang ditawarkan), faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi
adalah kondisi ekonomi dan politik Negara Indonesia yang semakin membaik pada periode
tahun tersebut. Karena pada periode tahun tersebut, terjadi pergantian pemerintahan baru di
Indonesia dan munculnya kebijakan-kebijakan baru yang dipandang sebagai sinyal positif
bagi kegiatan bisnis oleh para investor.
Namun terjadinya fenomena outperformed atau kenaikan kinerja saham perusahaan
pada jangka panjang yaitu dua tahun tersebut tidak signifikan. Oleh karena, kenaikan
kinerja saham jangka panjang tidak dapat mencerminkan kinerja saham seluruh perusahaan
manufaktur. Di mana abnormal return yang diperoleh para investor tersebut tidak
bermakna. Kemungkinan tidak signifikannya kinerja saham tersebut, terjadi karena pada
pertengahan tahun 1997 terjadi krisis ekonomi dan politik dalam negeri hingga tahun 1999.
Sehingga peristiwa yang terjadi tersebut, bagi para investor merupakan pertanda buruk bagi
jaminan keamanan investasi mereka. Maka yang terjadi adalah anjloknya harga-harga
saham perusahaan atau harga saham turun cukup signifikan, hal tersebut juga tercermin
pada IHSG di bursa saham (BEJ). Sehingga pada periode tahun tersebut para investor tidak
memperoleh abnormal return (di mana rata-rata abnormal return bernilai negatif).
Turunnya harga-harga saham tersebut, merupakan systematic risk yang harus diterima
oleh para investor, karena merupakan salah satu resiko yang tidak dapat dihindari oleh
seluruh perusahaan ataupun kegiatan bisnis di Indonesia. Pada periode tersebut para
investor cenderung untuk menghindari resiko yang lebih besar, sehingga mereka enggan
menginvestasikan dananya pada saham.
Berikut tabel yang menyajikan kondisi penanaman modal di Indonesia selama periode
tahun 1997 sampai dengan 2003:
Tabel 4.7
Kondisi Investasi Langsung (Penanaman Modal) di Indonesia
Periode Tahun 1997 – 2003
Periode
PMDN
(Milyar PMA (USD Juta)
Rp)
1997
18.628,8
3.473,4
1998
16.512,5
4.865,7
1999
16.286,7
8.229,9
2000
22.038,0
9.877,4
2001
9.880,8
3.484,4
2002
12.029,3
3085,3
2003
11.544.,8
5.425,9
Sumber : http://www.bkpm.go.id
Dilihat dari sisi investasi langsung (penanaman modal) di Indonesia berdasarkan tabel
4.7 di atas, untuk PMDN (dalam Milyar Rp) cenderung menurun dari tahun 1997 hingga
tahun 1999. Pada tahun 2000 mengalami kenaikan yang cukup baik, namun pada tahun
2001 mengalami penurunan yang cukup tajam. Untuk tahun 2002 dan 2003 mulai
membaik. Sedangkan untuk PMA/FDI, pada periode tahun 1997 sampai dengan tahun 2000
cenderung mengalami kenaikan. Untuk tahun 2001 mengalami penurunan hingga 2002,
dan tahun 2003 mulai kembali naik. Dengan melihat kondisi FDI tersebut, dapat
disimpulkan bahwa kepercayaan investor mulai membaik.
BAB V
KESIMPULAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian terhadap 27 perusahaan manufaktur yang
melakukan IPO untuk periode tahun 1997 sampai dengan 2001, maka kesimpulan yang
dapat ditarik dari hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Untuk jangka pendek tiga bulan, secara signifikan pada kinerja saham perusahaan
yang melakukan IPO mengalami outperformed. Di mana hal tersebut ditunjukkan
dengan kenaikkan rata-rata abnormal return yang positif sebesar 95,88 % dengan
signifikansi 0,005 (0,5 %), sehingga dengan demikian penelitian ini menjawab
hipotesis penelitian pertama, yang menyatakan dalam jangka pendek terjadi fenomena
outperformed kinerja saham perusahaan setelah melakukan IPO. Pengujian hipotesis
dilakukan menggunakan uji t satu arah (one sample t-test), dengan tingkat signifikan
5 %.
2.
Untuk jangka panjang dua tahun, kinerja saham perusahaan yang melakukan IPO juga
mengalami outperformed namun kenaikan tersebut secara statistik tidak signifikan,
yang ditunjukkan dengan kenaikan rata-rata abnormal return yang positif sebesar
1,42 % dengan signifikansi 0,9450 (94,5 %). Dengan demikian, penelitian ini tidak
menjawab hipotesis penelitian kedua, yang menyatakan dalam jangka panjang terjadi
fenomena underperformed kinerja saham perusahaan setelah melakukan IPO.
Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan uji t satu arah (one sample t-test),
dengan tingkat signifikan 5 %.
B.
Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan antara lain:
1.
Dalam penelitian ini kinerja saham diukur dengan return saham.
2.
Sampel dalam penelitian ini jumlahnya termasuk sedikit.
3.
Dalam penelitian ini tidak mempertimbangkan kebijakan-kebijakan atau peristiwaperistiwa yang bisa mempengaruhi harga saham seperti pengumuman dividen,
pengumuman laporan keuangan perusahaan, kebijakan pemerintah, stock split, dan
lain sebagainya yang terjadi selama periode pengamatan pada tahun 1997 sampai
dengan 2003.
4.
Sebaiknya perlu dilakukan penilai kinerja saham untuk tiap-tiap tahunnya dalam
periode pengamatan. Agar dapat menggambarkan kinerja saham perusahaan secara
kesluruhan untuk tiap tahunnya, dan dapat dilakukan perbandingan kinerja saham
perusahaan untuk tiap tahun selama periode pengamatan.
C.
Saran
Karena masih kurang sempurnanya penelitian ini, peneliti ingin memberikan masukan
kepada penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:
1.
Sampel penelitian untuk penelitian yang sejenis usahakan jumlahnya lebih besar.
2.
Pemilihan sampel penelitian adalah perusahaan yang sejenis selain manufaktur.
Untuk mengetahui apakah kinerja saham jangka panjang untuk perusahaan jenis lain,
juga mengalami hal yang sama seperti dalam penelitian ini ataukah mendukung
penelitian-penelitian sebelumnya, dan juga agar penelitian kinerja saham merata
untuk semua sektor.
3.
Agar memperhatikan peristiwa-peristiwa yang dapat mempergaruhi harga saham
perusahaan (pergerakkan harga saham dan IHSG).
4.
Periode tahun penelitian sebaiknya pasca terjadinya krisis ekonomi di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Sartono. 2001. “Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi”. Edisi 4. Yogyakarta :
BPFE Yogyakarta.
Adler Haymans Manurung. 2004. Strategi Memenangkan Transaksi Saham di Bursa.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Abdul Hakim. 2000. ‘Statistik Induktif”. Edisi Dua. Yogyakarta: Ekonosia.
Danan Joyo Kusumo. 2004. “Analisis Kinerja Saham Setelah Penawaran Perdana (Initial
Public Offering)”. Skripsi FIS UNY (unpublished). Yogyakarta.
Djarwanto. 1999. “Statistik Nonparametrik”. Edisi Lima. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Eduardus Tandelilin. 2001. “Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio”. Edisi Pertama.
Yogkakarta: BPFE Yogyakarta.
Hulmawati. 2001. Transaksi Saham di Pasar Modal Indonesia. Yogyakarta: UII Press.
Indriyo Gitosudarmo dan Basri. 2000. “Manajemen Keuangan”. Edisi Tiga. Yogyakarta:
BPFE Yogyakarta.
J Supranto.2000. Statistik Teori dan Aplikasi. Jilid 1. Edisi Enam. Jakarta: Erlangga.
J Supranto.2001. Statistik Teori dan Aplikasi. Jilid 2. Edisi Enam. Jakarta: Erlangga.
Jogiyanto. 2003. “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Prastiwi. 2000. “Analisis Kinerja Surat Berharga Setelah Penawaran Perdana di
Indonesia”. Tesis S-2 Pasca Sarjana UGM (unpublished). Yogyakarta.
Sunariyah. 2004. “Pengantar Pengetahuan Pasar Modal”. Edisi Empat. Yogyakarta: UPP
AMP YKPN.
Suad Husnan. 2003. “Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas”. Yogyakarta:
UPP AMP YKPN.
Soehardi Sigit. 1999.”Pengantar Metodologi Penelitian: Sosial-Bisnis-Manajemen”.
Cetakan Pertama. Yogyakarta: FE Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa.
Sugiyono. 1999. “Metode Penelitian Bisnis”. Bandung: CV. Alfabeta.
Suharyadi dan Purwanto SK. 2003. “Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern”.
Buku I. Jakarta: Salemba Empat.
Suad Husnan. 2000. “Manajemen Keuangan: Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka
Panjang)”. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Singgih Santoso. 2001. “SPSS Version 10.0: Mengolah Data Statistik Secara Profesional”.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.
Singgih Santoso. 2001. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia.
Sutrisno. 2003. Manajemen Keuangan: Teori, Konsep dan Aplikasi. Edisi Tiga.
Yogyakarta: Ekonisia.
Download