P OLKAM SABTU, 12 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA Fraksi Kecil DPR Teperdaya Dua kasus besar memberi pelajaran berharga buat Hanura dan Gerindra menghadapi kepiawaian partaipartai besar memainkan peran. NURULIA JUWITA SARI F RAKSI Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) merasa tersandung dua kali. Dalam kasus Bank Century dan mafia pajak, fraksi oposisi ini merasa dimanfaatkan partai besar untuk tawar-menawar politik. Termasuk oleh partai oposisi lainnya, PDI Perjuangan, yang juga mulai membuka tangan untuk ikut duduk di kabinet. Hal itu diungkapkan Sekretaris Fraksi Hanura Syarifudin Sudding ketika dihubungi, Jumat (11/20). “Saya pikir kelihatannya murni untuk membongkar modus mafia pajak dan memperbaiki sistem perpajakan kita. MI/M IRFAN Syarifudin Sudding Sekretaris Fraksi Hanura Tapi ternyata belum apa-apa sudah ada bargaining, ada tekanan-tekanan isu reshuffle kepada partai koalisi,” ujarnya. Apalagi, lanjut dia, proses hak angket yang sudah diajukan sejak dua pekan lalu saat ini tersendat. “Seharusnya sudah dibahas di Bamus (Badan Musyawarah) tapi ternyata tidak diagendakan. Prediksi kita Kamis (10/2) sudah dibahas tapi ternyata tidak. Nuansa tekanan dan transaksi politik kekuasaan sangat kental, ini yang merusak,” keluhnya. Tidak berbeda jauh dengan Sudding, inisiator hak angket dari Fraksi Gerindra Desmond J Mahessa mengaku belajar dari proses kasus Century. Pihaknya sudah memperkirakan akan terjadi tawar-menawar politik dalam proses hak angket ini. Bahkan Ge rindra mengaku kapok karena suaranya dimanfaatkan partai-partai lain. “Dalam konteks itulah Gerindra tidak full kirim orang (menandatangani pengajuan hak angket). Kita belajar dari kasus Centuy, nanti Fraksi DINAMIKA MA Tolak PK Bupati Pelalawan MAHKAMAH Agung (MA) kembali menolak permohonan upaya mantan Bupati Pelalawan, Riau, Tengku Azmun Jaafar untuk membatalkan vonis terdahulu. Majelis hakim agung peninjauan kembali (PK) MA menolak PK yang diajukan mantan bupati itu. “Menolak permohonan dan memperkuat putusan sebelumnya,” kata anggota majelis hakim Krisna Harahap di Jakarta, kemarin. Dengan penolakan PK, Azmun tetap harus menjalani hukuman selama 11 tahun penjara dan denda sebesar Rp500 juta subsider 6 bulan kurungan. Di samping itu, majelis PK juga mengharuskan Azmun dalam satu bulan ini untuk membayar uang pengganti sebesar Rp12.367.780.000 sebagai hukuman tambahan. Putusan itu dijatuhkan oleh Mahakamah Agung dengan majelis yang terdiri dari Mugihardjo, Krisna Harahap, Leo Hutagalung, Mansyur Kartayasa, dan Sri Murwahyuni. Pada 3 Agustus 2009, MA telah menolak permohonan kasasi yang diajukan oleh Azmun. (*/P-1) Gerindra akan menentukan sikap pada saat paripurna,” tuturnya. Suara terbelah Gaung penggantian posisi menteri dalam tubuh kabinet Indonesia Bersatu II makin nyaring. Isyarat PDIP yang siap mengirimkan wakilnya jika diminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, menuai kegaduhan. Sikap pragmatis dari oposan pemerintah itu menimbulkan pro dan kontra. Ketua Fraksi Partai Demokrat Jafar Hafsah menegaskan hendaknya PDIP masuk koalisi sebelum bergabung di kabinet. Namun, Wakil Sekjen Partai Demokrat Saan Mustofa mengatakan sebaliknya. ‘’Menteri yang masuk kabinet berasal dari anggota partai koalisi, bukan oposisi,’’ tutur Jafar. “Presiden bisa ambil dari profesional maupun partai. Partai mana saja boleh bergabung, tapi ada aturan mainnya. Formulasinya adalah kalau masuk di kabinet seharusnya masuk koalisi.” “Kami mengapresiasi peluang yang dibuka PDIP untuk bergabung bersama pemerintah. Itu akan jadi nuansa baru. Tidak ada keharusan PDIP masuk setgab,” ujar Saan di gedung parlemen. ‘’Yang jadi keharusan adalah bagaimana komitmen ketika bergabung dengan pemerintah.” Sebaliknya, Ketua Fraksi Partai Golkar Setya Novanto menanggapi biasa-biasa saja kemungkinan PDIP bergabung di kabinet. ‘’Serahkan saja pada Presiden, karena merupakan hak prerogatif beliau untuk memecat atau mengangkat menteri. Apalagi Puan (Maharani) kan sudah bilang siap walau dengan embel-embel kalau memang diminta.’’ Novanto menambahkan ada aturan main yang harus dipenuhi PDIP seandainya bergabung kelak, yaitu mendukung pemerintahan. Namun, Wakil Sekjen PDIP Achmad Basarah mengingatkan kader dan pengurus tidak dapat duduk dalam kabinet. Mereka terikat oleh keputusan tertinggi partai hasil kongres di Bali. “Dalam kongres sudah ada keputusan yang mengikat bagi seluruh kader dan pengurus, yakni tetap berada di luar pemerintahan,” tegasnya. Kader dan pengurus PDIP dilarang masuk jajaran kabinet, tapi tidak untuk simpatisannya. Achmad pun tidak menampik hal itu. Ia hanya mengingatkan PDIP memiliki manajemen pengelolaan terhadap kader dan pengurus. (AO/*/R-2) [email protected] Kasus Pelanggaran HAM Ditinjau Ulang KEJAKSAAN Agung (Kejagung) berencana meninjau ulang utang sejumlah kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM), termasuk kasus pembunuhan aktivis HAM Munir. Jaksa Agung Basrief Arief mengungkapkan hal itu seusai MI/SUSANTO bertemu Komite untuk Orang Basrief Arief Hilang dan Korban Tindak Jaksa Agung Kekerasan (Kontras) di Kejagung, Jakarta, kemarin. “Tadi pertemuan dalam rangka audiensi sekaligus me-review yang masih bolak-balik antara Komnas HAM dan Kejagung. Kita rumuskan dan bahas kemungkinan langkah yang dilakukan,” kata Basrief. Usman Hamid dari Kontras menyambut positif tanggapan Basrief. Ia pun menambahkan, kejaksaan berjanji membentuk tim kecil untuk membahas kembali utang kasus pelanggaran HAM. Selain itu, lanjut Usman, kejaksaan akan berkonsultasi dengan pihak terkait untuk membahas kasus-kasus itu. (Din/P-1) PPP Ajak Fusi Partai Islam MI/PANCA SYURKANI BAHAS MAFIA PAJAK: Ketua Satgas Pemberantasan Mafia Hukum Kuntoro Mangkusubroto memberikan keterangan seusai bertemu dengan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Gedung KPK, Jakarta, kemarin. Pertemuan rutin ini antara lain membahas kelanjutan kasus mafia pajak Gayus Tambunan. Haposan dan Masno Bantah Gayus Tambunan BADAN Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri mengon frontasi tiga pihak terkait rencana penuntutan palsu dalam kasus yang melibatkan mantan pegawai golongan IIIA Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Gayus Tambunan. Seusai menjalani proses konfrontasi di Bareskrim Polri, kemarin, Gayus mengaku menerima dua surat rencana penuntutan dari Haposan. Ia menerima surat itu di rumahnya yang diantarkan oleh office boy Masno. Masno bekerja di kantor mantan pengacara Gayus, Haposan Hutagalung & Partners. Akan tetapi, kuasa hukum Masno, Rangga B Rikuser, membantah penjelasan itu. “Kata Gayus diantar ke rumahnya di Kelapa Gading. Tapi klien kami bantah.” Masno, lanjut Rangga, meng- a ku tidak mengenal Gayus, meski beberapa kali sempat membuatkan kopi untuk Gayus saat masih menjadi klien Haposan. Kuasa hukum Haposan, Jhon Panggabean, juga menepis tudingan itu. Menurut Jhon, pihaknya tidak tahu alasan Gayus menuding Masno sebagai kurir yang mengirimkan surat rencana penuntutan palsu. “Dia (Haposan) tidak tahu dan perlu dibuktikan. Surat rencana penuntutan itu aslinya sampai saat ini belum kita lihat,” papar Jhon. Sebelumnya, Kejaksaan Agung (Kejagung) melaporkan jaksa Cirus Sinaga dan Haposan ke Bareskrim Polri pada Kamis (28/10) terkait pemalsuan surat rencana penuntutan. Berdasarkan kesimpulan Tim Pengawas Kejagung, surat rencana penuntutan yang asli bernomor R-455 menuntut Gayus hukuman satu tahun penjara. Sedangkan berdasarkan surat rencana penuntutan palsu bernomor R-431, Gayus hanya dituntut satu tahun percobaan. Jaksa Cirus Sinaga adalah jaksa penuntut dalam kasus itu. Dalam kesempatan terpisah, Satuan Tugas (Satgas) Pemberantasan Mafia Hukum menyerahkan sejumlah data dan dokumen kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait dengan kasus mafia pajak Gayus Tambunan. Anggota Satgas yang juga Ketua Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Yunus Husein mengungkapkan, PPATK telah menerima laporan Gayus tidak menyimpan dana di Malaysia. Ketua KPK Busyro Muqoddas menegaskan, KPK akan memeriksa semua pihak yang terlibat kasus mafia pajak. (*/ ED/P-1) Komunikasi Jadi Penentu Keberhasilan Intelijen ANTARA/AGUS BEBENG RAIH GELAR DOKTOR: Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati menerima ucapan selamat setelah lulus dalam sidang terbuka doktoral di Gedung Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung, Jawa Barat, kemarin. 3 KEBERHASILAN intelijen terletak pada ketepatan proses komunikasi di internal organisasi dan komunikasi dengan organisasi lain. “Komunikasi intelijen yang tepat dapat menajamkan kete patan kebijakan, terutama secara khusus dalam lingkup keamanan nasional dan berba gai aspek ekonomi, politik, sosial, dan budaya pada umumnya,” kata anggota Komisi I dari F-Hanura Susaningtyas Nefo Handayani Kertapati di Bandung, Jawa Barat, kemarin. Penjelasan itu ia kemukakan saat menyampaikan disertasi berjudul Konstruksi Komunikasi Organisasi Intelijen dalam Proses Pengambilan Keputusan (Studi pada Badan Intelijen Keamanan (Baintelkam) Kepolisian Republik Indonesia) saat sidang ujian terbuka untuk meraih gelar doktor di Fakultas Komunikasi Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung. Dalam ujian yang juga dihadiri Ketua Umum DPP Partai Hanura Jenderal (Purn) Wiranto itu, disertasi Susaningtyas itu dinilai sangat memuaskan. Di hadapan penguji yang di pimpin Direktur Program Pas casarjana Unpad Mahfud Arifin, Ia menjelaskan mengenai penelitiannya yang bertujuan untuk mengetahui serta menganalisis proses peng ambilan keputusan di suatu organisasi yang bersifat hierarki formal, seperti pada Baintelkam Polri. Susaningtyas menyebutkan faktor-faktor yang memengaruhi tingkat efektivitas komu- nikasi intelijen antara lain informasi berkualitas sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan, kredibilitas sumber bahan keterangan yang bisa diperoleh, dan manajemen komunikasi tertutup dan terbuka yang dilakukan. Efektivitas juga ditentukan kemampuan melakukan minimalisasi hambatan nonteknis dalam komunikasi horizontal, distorsi informasi, serta hambatan lain menyangkut potensi gangguan, ambang gangguan, serta lemahnya sumber daya. Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono menilai, penelitian tentang intelijen yang dilakukan mahasiswa pascasarjana Unpad itu merupakan terobosan. (EM/Ant/P-1) PARTAI Persatuan Pembangunan (PPP) menawarkan gagasan penggabungan partai di antara partai-partai berideologi Islam. Hal itu diharapkan menjadi solusi alternatif untuk mengatasi wacana penaikan ambang batas parlemen pada Pemilu 2014. “PPP menawarkan fusi karena PPP lahir dari fusi. Di situ ada Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Al Irsyad. Jadi sebetulnya elemen-elemen umat itu semua ada di PPP, politik Islam ada semua di PPP,” tutur Wakil Ketua Umum DPP PPP Chozin Chumaedy di gedung parlemen, Jakarta, kemarin. Menurut dia, penggabungan partai ini dinilai lebih baik ketimbang suara partai Islam mubazir. Ia berharap, dengan penggabungan dapat mencapai perolehan suara 15% seperti yang diraih PPP pada Pemilu 2009. (Wta/P-1)