BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan metode Six Sigma yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk dengan menurunkan jumlah barang cacat produksi, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai pemecahan masalah yang berhubungan kesalahan / kecacatan yang terjadi pada produk yang diproduksi oleh PT. Jaticy Jayasuba, yaitu: 1. Dengan menggunakan konsep Six Sigma, diketahui jenis cacat yang paling sering terjadi untuk periode produksi Januari 2006 – Desember 2007 adalah jenis cacat diameter as tidak sesuai yaitu sebesar 824 (40.58% dari total keseluruhan cacat produksi) sedangkan jumlah cacat produk las kurang kuat sebesar 471 (23.19% dari total keseluruhan cacat produksi), jumlah cacat lubang baut-mur tidak sesuai yaitu 324 (15.94% dari total keseluruhan cacat produksi), jumlah cacat profil gear tidak sesuai sebesar 235 (11.59% dari total keseluruhan cacat produksi) dan jumlah cacat produk hardened mudah retak / pecah sebesar 117 (8.7% dari total keseluruhan cacat produksi). Dari hasil diatas, pihak manajemen PT. Jaticy Jayasuba dapat memprioritaskan fokus perbaikan untuk mengurangi jumlah cacat produksi pada dua masalah dengan persentase terbesar. 108 109 2. Data untuk fokus permasalahan di bawah ini adalah subjektif dari hasil penelitian dan pengamatan. Jenis Cacat Penyebab Diameter Karyawan as/shaft kurang sesuai Inspeksi Mesin Produk las Karyawan kurang kuat Peralatan Persentase Keterangan 60% Dikarenakan proses produksi pada PT. Jaticy Jayasuba mayoritas masih manual, maka kesalahan / cacat produksi yang disebabkan oleh kelalaian manusia sering terjadi. 25% Karena metode kerja yang kurang tepat dan terpantau sewaktu proses produksi, maka cacat produksi dapat terjadi. Hal ini merupakan derivative dari kesalahan karyawan. 15% Kurangnya perawatan dan pemeriksaan mesin, dapat menyebabkan cacat produksi terjadi. 65% Kurangnya kemampuan teknis secara teori menyebabkan kualitas produk yang dihasilkan kurang maksimal. 35% Kurangnya perawatan dan pemeriksaan peralatan, dapat menyebabkan cacat produksi terjadi. Dapat dilihat bahwa permasalahan utama untuk jenis cacat diameter as/shaft kurang sesuai dan produk las kurang kuat adalah karyawan. Dalam hal ini pihak manajemen PT. Jaticy Jayasuba dapat memprioritaskan perbaikan untuk karyawan terlebih dahulu. 110 5.2 SARAN Saran-saran perbaikan untuk meningkatkan kualitas produk pada PT. Jaticy Jayasuba mengacu pada data fokus permasalahan. Sehubungan dengan proyek ini, rekomendasi-rekomendasi untuk PT. Jaticy Jayasuba adalah: 1. Saran-saran perbaikan untuk peningkatan kinerja karyawan, yaitu: a. Pengadaan pelatihan teknik untuk kegiatan proses produksi yang dilakukan oleh pihak eksternal. Pelatihan ini sebaiknya dilaksanakan 2 (dua) kali dalam setahun yaitu setiap bulan Maret dan September dengan durasi sekitar 7 (tujuh) hari kerja untuk setiap pelatihan. Setiap pelatihan terdiri dari 1 (satu) orang perwakilan untuk masing-masing divisi. b. Dalam struktur perusahaan, sebaiknya dibentuk suatu tim yang bertugas untuk melakukan pengecekan kualitas produk yang dihasilkan maupun bahan baku. Tim QC ini bisa berdiri sendiri pada masing-masing divisi atau berada langsung di bawah manajer bengkel dengan dibentuk tim khusus. Sumber daya manusia yang dipekerjakan harus orang-orang yang memiliki kompetensi khusus dan berpengalaman dalam teknik sehingga bisa melihat dari sisi lain kelemahan suatu produk yang dihasilkan. Pembentukan tim QC ini sebaiknya dilakukan sesegera mungkin, yaitu bulan Januari-Februari 2009. Ada 2 (dua) langkah yang harus dilakukan, yaitu proses seleksi kandidat yang berkompeten dan penentuan standar kualitas dari perusahaan atau pun global. Adapun deskripsi pekerjaan dan fungsi dari tim QC ini yaitu: 111 • Bertugas melakukan pengecekan bahan baku yang masuk dari supplier, apakah sesuai dengan purchase order (PO) yang diberikan oleh PT. Jaticy Jayasuba. • Bertugas melakukan pengecekan masing-masing proses pada tiap divisi sehingga dapat meminimalisasi kesalahan dalam proses pengerjaan berjalan. Dalam hal ini, QC bertindak sebagai advisor bagi para operator sehingga bisa saling memberikan masukan dalam proses pengerjaan barang. • Bertugas melakukan pengecekan kualitas final pada produk jadi sebelum dikirim ke customer. Pengecekan itu termasuk kesesuaian produk jadi dengan desain gambar yang ada, bahan baku yang digunakan, finishing produk yang diinginkan, dan persiapan pengiriman produk jadi. c. Untuk jangka panjang, pelatihan motivasi juga dijadikan agenda. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kompetensi karyawan secara keseluruhan terutama dalam dalam rasa memiliki, disiplin dan perilaku dalam bekerja. Pelatihan ini diharapkan dapat menjadi milestone untuk kemajuan perusahaan beberapa tahun ke depan. Pelatihan ini bisa dilakukan secara formal maupun informal. Formal adalah pelatihan motivasi di suatu tempat tertutup dengan diberikan materi-materi pelatihan. Sedangkan, informal adalah pelatihan di tempat terbuka untuk melatih kerjasama, problem solving, dan sejenisnya, misal dengan outbound. Pelatihan ini bisa dilakukan 112 1 (satu) kali dalam setahun, yaitu pada bulan Juni dengan durasi 2 hari tiap pelaksanaannya. 2. Saran-saran di bawah ini untuk penyebab minoritas dari permasalahan yang ada, yaitu: a. Pengecekan rutin sebaiknya lebih ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya agar lebih detil dalam menelusuri kekurangan dan permasalahan mesin. Dengan pengecekan rutin, sebagian besar masalah mesin dapat terdeteksi, baik itu suku cadang yang rusak, komponen mesin yang sudah kurang presisi, dan masalah lainnya. Sebaiknya pengecekan berkala ini dilakukan sebanyak 1 (satu) bulan sekali pada akhir bulan dengan durasi 1-2 hari dan dilakukan secara bergiliran untuk masing-masing mesin dari divisi yang berbeda sehingga tidak menghambat operasional perusahaan. b. Kalibrasi mesin juga diperlukan untuk beberapa mesin yang usianya relatif lebih lama. Kalibrasi adalah pengecekan total yang dilakukan sampai ke komponen terkecil dari suatu benda (overhaul) dan melakukan perbaikan atau penggantian komponen yang sudah rusak. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan kepresisian ukuran dari komponen mesin dan meningkatkan kinerja mesin sehingga kemampuan mesin meningkat menjadi seperti baru. Sebaiknya dilakukan overhaul pada mesin yang berumur diatas 20 tahun dan pada saat mesin tidak terlalu penuh dengan pekerjaan. Periode ini dapat berubah seiring dengan perawatan berkala yang diimplementasikan oleh perusahaan. 113 c. Untuk investasi jangka panjang, PT. Jaticy Jayasuba sebaiknya membeli mesin dengan teknologi yang lebih maju sehingga dapat menopang dan meningkatkan proses produksi, misalnya CNC. Mesin tersebut dapat mengurangi faktor human errors dalam proses pengerjaan barang karena proses pengerjaan barang sepenuhnya diatur oleh mesin secara otomatis. Selain itu, mesin CNC dapat meningkatkan efisiensi dalam waktu, kepresisian, dan kerapian produk jadi. Namun, implementasi usulan ini harus dipikirkan dengan seksama karena dana investasi yang cukup besar harus dikeluarkan untuk satu mesin CNC. Dengan asumsi optimis bahwa keadaan financial perusahaan berkembang pesat dalam waktu 2 tahun ke depan, sebaiknya investasi ini dapat diwujudkan pada awal tahun 2011 dengan durasi implementasi sekitar 1 (satu) bulan. d. Peralatan yang digunakan sangat berperan penting dalam dunia teknik karena segala proses yang ada memerlukan peralatan teknik yang berkualitas. Oleh karena itu, perawatan alat-alat wajib dilakukan untuk menjaga kualitasnya terutama alat-alat yang memerlukan investasi besar jika rusak. Pengecekan peralatan yang khusus ini sebaiknya dilakukan secara berkala, yaitu 3-6 bulan sekali dalam setahun, tergantung dari frekuensi pemakaian alat tersebut. Pengecekan peralatan ini berdurasi 3 hari tiap pelaksanaannya.