IV. PENGARUH EKSTRAK DIKLOROMETAN DAN SARI JAHE TERHADAP HIDROFOBISITAS BAKTERI E. coli 0157:H7,S. @phi DAN I/, cholera@0 1 -4. ABSTRAK Hidrofobisitas merupakan salah satu sifat permukaan sel yang merefleksikan komposisi komponen yang terkandung dalarn membran luar sel bakteri. Perubahan yang tejadi pada komponen membran luar sel dapat mengakibatkan perubahan hidrofobisitas Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak diklorometan dan sari jahe terhadap hidrofobisitas sel L. coli 0157:H7, S. rypki dan I.: cholerae 01. Hidrofobisitas permukaan sel bakteri ditentukan dengan rnetoda BATH (Bacterial adhesiotl to hydruc~rbot~s) pada 0,9 rnl hidrokarbon n-o ktana. Hasil pengarnatan menunjukkan bahwa hidrofobisitas masing-masing spesies berturut-turut adalah 44,3 0, 5 7,17 dan 70,s2 per sen, dengan nilai tersebut E. colt 01 5 7.H7 digolongkan bakteri hidrofobik moderat, sedangkan S. rypki dan K choiertae 01 digolongka~l bakteri hidrofobik kuat . Penambahan ekstrak diklorometan jahe pa& konsentrasi 15 mglml pada E. coli 0157:H7menyebabkan peningkatkan hidrofobisitas 1,65 persen, 20 mghd pada S. typhi menurunkan hidrofobisitas 43,97 persen dan 8 mglml pada I : cholerae 01 menurunkan 33,22 persen. Sedangkan penarnbahan sari jahe konsentrasi 10 mglml meningkatkan hidrofobisitas E. coli 015 7:H7 24,40 persen, menurunkan hidrofobisitas S. tyyht 47,56 persen dan F cholerae 0 1 70,14 persen. Penambahan kedua macam ekstrak tersebut mempunyai kecenderungan hampir sama yaitu meningkatkan hidrofobisitas pada E. coli 015 7:H7 dan menurunkan hidrofobisitas S. typhi dan K cholerae 0 1 . B. PENDAHULUAN Kemampuan baheri berkolonisasi dengan sel epitel rnenrpakan tahap awai infeksi (Lee dan Yii, 1996) dan sarana penting dalam ha1 virulensi suatu bakteri, karena bakteri yang tidak mempunyai kemampuan untuk melekat pada sel epitel akan keluar melalui proses peristalsis (Cree dan Nobel, 1995). Eecara biologis pelekatan antimikroba yang berikatan secara non kovalen. Penurunan hidrofobisitas dapat disebabkan oleh bakteri kehilangan komponen ekstraselulei yang bersifat a~nfipatik. (2) Peningkatan hidrofobisitas tejadi karena perubahan struktur membran terluar sel adesin yans membentuk fibril. Peningkatan hidrofobisitas juga disebabkan oleh adanya antimikroba yang dapat berpenetrasi kedalam sel. Adanya protein enzim, seperti li sozim dapat menyebabkan hidrolisis pada polisakarida dinding sel sehingga lipoprotein kontak dengan lingkungan. Dengan terbukanya lipoprotein ini dapat meningkatkan hidrofobisitas bakteri. Berdasarkan acuan dan fenornena diatas perubahan hidrofobisitas yang meninzka~atau menurun menunjukkan pcrubahan pada komponen luar bakteri dan mengakibatkan perubahan sisi pengikatan bakteri pada epitel, sehingga mengurangi interaksi bakteri dengan sel epitel sehingga mengakibatkan vinhensi bakteri tersebut melemah Uji hidrofobisitas bakteri dapat dilakukan dengan behagai cara (Lee dan Yii, 1 996) diantaranya. menggunakan presipitasi "permukaan" membran nitroselulosa. kromatografi kolom dan hidrokarbon sel dengan garam, interaksi bakteri terhadap yang menggunakan n-heksan atau n-oktana. Penentuan hidrofobisitas dengan menggunakan _garam amonium sulfat menunjukkan suatu hasii yang lemah, karena adanya sifar bakteri yang menggerombol walaupun tanpa berinteraksi dengan amonium sulfat . T idak semua bakteri memberikan respon positif terhadap membran nitroselulosa dan penepnaan n-heksan memberi respon negatif, tetapi respon positif terhadap n-oktana Menurut Jones el a1 (1 99 1) hasil analisis hidrofobisitas dengan BATH yang menggunakan n-oktana dan kromat ografi mernberikan interpretasi yang sama Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh ekstrak diklorometan jahe dan sari jahe terhadap perubahan hidrofobisitas bakteri E. coli 0157:H7, S. (vI~idan I. '. cho1tr.i~. C. METODE PENELITUN I. Tempat dnn jf'aktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mkrobiologi dm Kimia, PAU Pangan dan Gzi IPB Bogor, dari Oktober 1998 sampai November 1999. 2. Bahan Penelitian Sebasai bakteri uji digunakan E. 0029 da11 I : cholrrar coil 0157:H7 ATCC 43889, S. typhi ATCC 01 BBC 2 123. Kultur bakteri ditumbuhkan pada NB, khusus untuk media pertumbuhan 1 : cholerae 01 ditambah 0.5 persen NaCI. Kultur diinkubasi pada suhu 3 7°C selama 18 jam. Bahan antimi kroba yang (mengandung D31SO konsentrasi digunakan adalah ekstrak diklorometan akhir 0,75 persen), Tween 80 tidak digunakan sebasai penyemulsi ekstrak diklorometan karena dapat mengharnbat adesi bakteri pada n-oktana (Rosenberg dan Doyle, 1990). Sari jahe diperoleh dari 10 g parutan j a k segar ditambah 100 ml air kernudian dididihkan selanls 5 menit, selanjutnya disaring, filtrat ini digunakan sebagai pelarut NB Konsentrasi sari jahe dalam media NB setara dengan 10 rngjml. Alat yang digunakan adalah sl~c.crr~/rrc 20 (Bausch and Lomb, New York USA) 3. Uji Hidrofobisitas Bakteri Penentuan hidrofobisitas bakteri dilakukan dengan modifikasi BATH pada hidrokarbon n-oktana dengan cara Jones ef a/.(1991) dan Lee dan Yii (1996) sebagai berikut Sebanyak 4,8 rnl suspensi bakteri yans mengandung lob cfdml disentrifus pada 1900 vg selama IS menit. Supematan kultur dibuang dan pelet bakteri ditambah 4,8 rnl NB yang mengandung ekstrak diklorometan Didalam 4,8 ml NB yang ditambahhan pada pelet bakteri E. coli 0157:H7. S. phi dan t: cholerae O ! masingmasing berturu t- turut mengandung 20, 1 5 dan 8 m g l d ekstrak diklorometan. Pada perlakuan lain digunakan 10 mglml sari jahe sebagai pelarut NB, kemudian 4,s ml media N3 ditambahkan kedalam pelet bakteci. Kontrol hidrofobisitas digunakan penambahan i107 ml bufer fosfat dan 3,73 ml media NB pada pelet bakteri, sehingga volume akhir menj adi 4,8 rnl. Selanjutnya suspensi bakteri tersebut diinkubasi pada suhu 37'C selama 30 menit. Kultur bakteri dipisahkan dengan cara sentrifus pada 1900 g selama 15 menit. Pelet yang terbentuk dicuci satu kali dengan PBS steril, diresuspensikan dalam PBS menjadi 4,8 rnl. Setiap 4.8 ml suspensi bakteri 10%fdml ditambahkan pada seri volume hidrokarbon 0,3, 0,6, 09, 1,2 dan 1,5 ml n-oktana dalam tabung yang tahan asam. Kemudian t abung divortex dengan kecepatan konstan selama satu menit, dan diekuilibrasi pada suhu kamar selama 15 menit, sehingga terjadi penisahan. Fase air diambil secara perlahan-lahan menggunakan pipet pasteur, kemudian absorbansi diukur pada h 600 nm. Hidrofobisitas ditentukan berdasarkan persentase OD (optical cr'ettsi~y)pada fase air. Persen hidrofobisitas = 100 - ( A x loo/&), dimana A adalah OD dari suspensi bakteri pada fase air setelah kontak dengan n-oktana dan A, merupakan OD suspensi tanpa penambahan n-oktana yans mempunyai nilai setara dengan 0 persen. Keseimbangan volume n-oktana dengan hidrofobisitas suspensi bakteri ditentukan dengan membuat grafik dengan variabel volume hidrokarbon dan persen hidrofobisitas. Nilai hidrofobisitas ditentukan berdasarkan pengamatan dengan tiga ulangan. Knteria hidrofobisi tas dari bakteri ditentukan berdasarkan kriteria Santos er a/. (1990) yang dapat dilihat pada Tabel 12. Nilai hidrofobisitas pada kontrol rnenunjukkan sifat hidrofobi sitas bakteri secara alami. Nilai perubahan hidrofobisitas diperoIeh dari selisih pengurangan perlakuan kontrol denpan perlakuan ekstrak jahe, Tabel 12. Kriteria hidrofobisitas bakteri 1 I I Jenis uji Kdteria hidrofobisitas I Presipltasi garam ! Nilai Salt Agregation Test (SAT) 0.0-1.0 moYlt 1,O-2.0n~oVlt 2.0-4.0 moMl Kual Modcrar Lemh Negatif Kuat Moderat Negatif I I jika perlakuan ekstrak jahe mempunyai hidrofobisitas lebih besar daripada kontrol m a k ~ perlakuan ekstrak jahe dapat meningkatkan hidrofobisitas (+) dan nilai perubahan hidrofobisitas lebih kecil berarti ekstrak jahe menurunkan hdrofobisitas (-). D. EASJL PENELITIAN DAN PEMBABASAN Ekspresi afinitas bakteri pada hidrokarbon n-oktana dapat dilihat pada Gambar 12-14 (Lampiran 3-1 I ) . Semua bakteri uji mernberikan respon positif terhadap n- oktana. Analisis hidrofobisitas secara BATH menurut kriteria Santos er a/.( 1 990) (Tabel 12), menunjukkan bahwa nilai hidrofobisitas bakteri lebih besar dari 50 persen dapat digolongkan bakteri hidrofobik kuat, nilai hidrofobisitas 20-50 persen digolongkan hidrofobik moderat, dan nilai hidrofobisitas kurang dari 20 persen digolongkan hidrobobik lernah. +Buh +Sari jahz +Eks.Wo 0 0.3 F m 0.6 09 1.2 1.5 Volume n-obna ( ml ) Gambar 12. Pengaruh sari jahe dan ekstrak diklorometan terhadap hidrofobisitas E. coli 0I5 7:H 7 pada hidrokarbon n-oktana 0.3 0.5 9 1.2 1.5 Volume n-oktana (ml) Gambar 13. Pengaruh sari jahe dan ekstrak diklorometan terhadap hidrofobisitas S. typhi pada hidrokarbon noktana 0 0.3 0.6 0.9 1.2 1.5 Volun~en-oktana (nd) Gambar 14. Pengaruh sari jahe dan ekstrak diklorometan terhadap hidrofobisitas I : cholercre 01 pada hidrokarbon n-oktana Pengaruh ekstrak jahe terhadap lidrofobisitas secara kuantitatif ditentukan pada penambahan 0.9 ml n-oktana dapat dilihat pada Tabel 13. Pada perlakuan kontrol yaitu hasil pemisahan bakteri dengan bufer menunjukkan bahwa ES. culi 0 157:H7 rnempunyai af nitas terhadap hidrokarbon sebesar 44,30 persen, S. ryj>hi sebesar 57.17 persen dan L-: cholerae 01 sebesar 70,52 persen. lni rnenggambarkan bahwa I:. coli 0 1 57:H7 tergolong bakteri hidrofobik moderat, sesuai densan pernyataan Lachica ( 1 990), sedangkan S. typhi dan K cholurae 01 dapat digolongkan pada bakteri yang bersifat hidrofobik kuat. Tabel 13. Pengaruh ekstrak diklorometan dan sari jahe terhadap hidrofobisitas bakteri pada yenambahan 0.9 ml n-oktana' I Baberi I i E. cr11t ! hidrofobisitas relatif terhadap buffer ~onsentrasi anlim~kroh 10 mglml 15 mg/ml %A ; 0157.H7 i S~phf J : [holeroe 1 01 Antirnikroba % hdrofobisitas - Bufer Sari jahe Eks. hkioronletan 44.30 2 1.92 68.70 f 5-92 4 5.95 f 3. j6 (+) 24.11) (+) 1.65 Bufer Sari jahe Eks.dikloromelan 57.17 f 6.42 9-61 f 0.53 13-20 k1.12 (-) 47,56 (-) 43.97 Bufer Sari jah: Eks- m o r o m a n 70.52 f 3.02 0.38 f 0.75 37.03 i 1.4 1 lOmglrnl 20 mglml (-1 70.14 (-) 33-22 10 mglml 8 n~gIrnI Sari jahe maupun ekstrak diklorometan dapat meningkatkan hidrofobisitas E. coli 01 57:H7 berturut-turut sebesar 24,40 dan 1,65 persen, sebaliknya ekstrak tersebut dapat rnenurunkan hidrofobisitas S. phi sebesar 47,56 dan 43,97 persen dan I : chalerue 0l sebesar 70.14 dan 33,22 persen. S ifat hidrofobisitas bakteri berhubungan dengan komponen dinding sel seperti fosfolipid. lipopolisakarida dan komponen luar sel seperti fimbrie dan kapsul. Kornponen ini mempunyai fungsi penempelan pada sel inang dengan membentuk interaksi hidrofobik (Finlay dan Falkow, 1997). Menurut Nikaido ( 1 996) fosfolipid pada L. culi banyak mengandung fosfatidiletanolamin yang mengandung asam amino polar dan LPS dengan komponen polisakarida yang relatif lebih tinggi, sehingga mempunyai sifat hidrofobik moderat. Sifat hidrofobik pada 6: choiernt' 01 coli diekpresikan oleh adanya fimbrie (Lachica, 1990), yang dimediasi oleh adanya protein 20,5 kDalton dan protein ini mengandung asam amino lisin dan asam animo dan isoleusin). Hidrofobisitas S. typhi berhubungan dengan faktor non polar (leusin adesin yang disintesis melalui sistem 'Novo", karena penghambatan pada sintesis protein tersebut mengakibatkan penurunan hidrofobisitas S.gphi (Rosenberg dan Sar, 1990). Keragaman komponen penyusun dinding sel, komponen terluar membran dan komponen yang memberikan fungsi terfiadap sifat hidrofobik bakteri menyebabkan setiap spesies dan strain mengekspresikan hidrofobisitas yang berbeda. Perlakuan 10 mglml sari jahe dan ekstrak diklorometan sebesar I5 m g / d pada E. coli 01 5 7:H7, 20 mgml pada S. typhi dan 8 mglml pada I : choIerae 0 1 mempunyai kecenderungan yang sama yaitu meningkatkan hidrofobisitas E. coli 0157:H7dan menurunkan hidrofobisitas S. yphi dan P: chderae 0 1 (Tabel 13). Jones er a/. (1991) juga melaporkan hasil penelitiannya yaitu penambahan 2,O persen taurolidin meningkatkan hidrofobisitas 5,13 persen pada E. coli dan 1 5.65 persen pada S~aph~*Iococcirs mproykyticlr.~, sedangkan 0,075 persen klorheksidin asetat menurunkan hidrofobisitas 24,69 pada E ct~lidan meningkatkan 36,72 persen pada S j i c . Peningkatan dan penurunan hidrofobisitas pada bakteri yang disebabkan adanya senvawa fenolik ekstrak jahe dipengamhi oleh spesies bakteri. Mengacu pada postulat Rosenberg dan Sar (1990) maka perubahan hidrofobisitas pada bakteri yang diakibatkan adanya komponen bioaktif yang terdapat dalam ekstrak jahe yaitu senyawa fenolik dapat dijelaskan sebagai berikut: (I Peningkatan hidrofobisitas pada E colt 0I 57:H7, kemungkinan disebabkan oleh terekstraksinya komponen terluar sel yang bersifar hidrofilik sehingga yang menonjol adalah LPS yang meningkatkan hidrofobisitas bakteri. Pernyataan ini sama seperti yang dikemukakan oleh Sunairi et al. (1997) yaitu perubahan kapsul bakteri yang simetris menjadi tidak simetris karena adanva perlakuan antimi kroba menjadikan bakteri lebih hidrofobik. Kemungkinan lain karena senyawa fenolik dalam ekstrak jahe bersifat surfahan dm berinteraksi dengan senyawa lipoprotein dan memberikan efek peningkatan hidrofobik. (2) Penurunan hidrofobisitas pada 1: chnlerae 01 kemungkinan disebabkan oleh senyawa fenoiik berinteraksi dengan fimbrie dan mengakibatkan penggumpalan protein subunit 20,5 kDalton, sehingga protein ini kehilangan struktur hidrofobiknya d m mengahbatkan hidrofobisitas bakteri menurun. Penurunan hidrofobisitas pada S ryphi karena senyawa fenolik berinteraksi dengan protein yang disintesis pada sistem 'Wove'-. Tdah diketahui bahwa protein ini berperan meningkatkan hidrofobisitas S. ophi, dengan adanya senyawa fenolik kemungkinan rnengakibatkan perubahan struktur tersier protein atau senyawa fenolik menyisip pada sisi hidrofobik protein, sehingga mengakibatkan penurunan hidrofobisitas sel bakteri Perubahan hidrofobisitas pada perlakuan sari jahe lebih besar daripada ekstrak diklorometan (Tabel 13) Penggunaan 10 m l m l sari jahe tersebut setara dengan dengan kandungan fen01 0,134 mg/ml. Sedangkan ekstrak diklorometan setara dengan 8-20 mdml oleoresin dengan kandungan fend 0,96-2,4 1 mglml. Ini menurljukkan bahwa pada perlakuan sari jahe ada senyawa lain yans berpotensi mempengaruhi hidrofobisitas bakteri yang kemungkinan adalah protein dan karbohidrat. Komponen protein dan karbohidrat dapat menutupi sisi hidrofilik dari bakteri, walaupun protein dalam sari jahe telah terdenaturasi dan karbohidrat telah mengalami gelasi. lnteraksi ini seperti yang diuraikan oleh Duncan-Hewitt (1990) yaitu interaksi tejadi seperti halnya penambahan satu persen SDS dapat meningkatkan hidrofobisitas pada R. yang dikarena SDS menutupi sisi hidrofobisitas. Peningkatan hidrofobisitas W~HIS, bakteri tersebut juga dapat disebabkan karena penambahan enzim lisozim yang dapat menghilangkan peptidoglikan. Perubahan hidrofobisitas suatu bakteri E. c d i 0157:H7,S. typhi dan P: cholerae 01 menunjukkan perubahan struktur pennukaan, yang berarti terjadi perubahan pada komponen luar bakteri. Pada komponen perrnukaan bakteri juga terdapat protein yans rnengkoordinasi produksi protein ekstraseluler termasuk toksin, maka adanya perubahan hidrofobisitas pada bakteri juga menghambat sintesis faktor virulensi yang lain. Selain itu perubahan hidrofobisitas yang meningkat maupun yang menurun kemungkinan dapat menghambat faktor virulensi khususnya terhadap pelekatan bakteri pada sel inang. Menurut Jones el a/. {1991), antibiotik klorheksidin menurunkan hidrofobisitas L. coli, sedangkan taurolidin meningkatkan hidrofobisitas bakt eri tersebut. Perubahan hidrofobisitas vang meningkat maupun yang menurun dapat rnenumnkan pelekatan bakteri pada sel epitel secara iii ~ ~ i t r t ) . Pembahan hldrofobisitas bakteri E coli 0157:H7,S. fyphi dan K cholerae 01 menunju kkan adanya perubahan struktur permukaan sel bakteri. Perubahan stm ktur pemukaan sel bakteri itu, kemungkinan mengalubatkan perubahan sistem enzim yang rnengkoordinir produksi protein ekstraseluler. Keseluruhan peristiwa ini merupakan salah satu mekanisme penghambatan pertumbuhan dan verulensi bakteri. F. D A n A R PUSTAKA Cree, R.G.A. and W.C. Noble. 1995. In vitro indices of tissue adherence in Stayhylmo~ctrsit~termedius.J. Letters I n Appl. Microbiol. 20: 1 68- 170. Duncan-Hewitt, W.C. 1990. Natural of the hydrophobic effect. In Doyle RJ. and M. Rosenberg. Eds. Microbial Cell Surface Hydrophobicity. American Society for Microbiology. Washington. D.C. Finlay, B.B. and S. Falkow. 1997. Common themes in microbial patogenicity revisited. Mcrobiolog and MoIecular Biology Reviews. P 136- 169. Jones, D., S. Gorman, D.F. McCafferty and A.D. Wooifson. 1991. The effects of three non-antibiotic, antimicrobial agents on the surface hydrophobicity of certain micro-organism evaluated by different methods. J. Appl. Bacterial. 7 1 : 2 18-227. Lachica, R.V. 1990. Significance of hydrophobicity in the adhesiveness of pathogenic Gram negative bacteria. In Doyle R.J. and M.Rosenberg. Eds. Microbial Cell Surface Hydrophobicity. American Society for Microbiology. Washington. D.C. Lee, K.K. and K.C. Yii. 1996. A Comparison of three methods for assaying hydrophobicity of pathogenic vibrios. J. Letters In Appl. Microbiol. 1 3: 343-346. Nikaido, H. 1996. Outer membrane. In Neidhart, F.C. ficherichin coli and Scllmut~ellaCellular and Molecullar Biology. ASM Press. Washington D.C. Rosenberg, E. and R.J. Doyle. 1990. Microbial cell surface hydrophobicity: hstory, meansurement and significance. In Doyle R.J. and M. Rosenberg. Eds. Microbial Cell Surface Hydrophobicity. American Society for 3licrobiology.Washington. D.C. N.Sar. 1990. Changes in bacterial surface hydrophobicity during morphogenesis and differentiation. In Doyle, R.J. and M Rosenberg. Eds . hlicrobial Cell Surface Hydrophobicity. American Society for hilicrobiology. Washington. D.C. Rosenberg. E, and Santos, Y . . I. Bandin, T.P. Nicto, D.W. Bruno, A.E. Ellis and A.T. Taranzo. 1990. Proposed criteria of hydrophobicity. In Lee, K.K. and K.C. Yii. 1996. A Comparison of three methods for assaying hydrophobicity of pathogenic vibrios. 1. Letters In Appl. Microbiol. 13: 343-346. Sunairi, M. N.Iwabuchi, Y. Yoshizawa, H. Murooka, H-Morisaki and M. Nakajima. 1 99 7. Cell-surface hydrophobicity and scum formation of R h u d o c ~ ~ c u s rltdochroris strain with different colonial morphologies. J. Appl. Microbioi. 82. 204-210.