BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan Dinamis 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Dinamis Keseimbangan adalah menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak (Irfan, 2010). Terdapat dua macam keseimbangan menurut Permana (2012) yaitu keseimbangan statis dan keseimbangan dinamis. Keseimbangan statis ruang geraknya sangat kecil, misalnya berdiri di atas dasar yang sempit, melakukan hand stand, mempertahankan keseimbangan setelah berputar-putar di tempat. Keseimbangan dinamis adalah kemampuan orang untuk bergerak dari satu titik atau ruang ke lain titik dengan mempertahankan keseimbangan, misalnya menari, berjalan, duduk ke berdiri, mengambil benda di bawah dengan posisi berdiri dan sebagainya. 2.1.2 Komponen-Komponen Pengontrol Keseimbangan Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan postur oleh aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan dan sistem regulasi yang berperan dalam pembentukan keseimbangan. Keseimbangan merupakan tugas kontrol motorik kompleks yang melibatkan deteksi dan integrasi sensorik untuk menilai posisi dan gerakan tubuh dalam ruang dan pelaksanaan respon muskuloskeletal yang apropiat untuk mengontrol posisi tubuh dalam 7 8 konteks lingkungan dan tugas. Kontrol keseimbangan memerlukan muskuloskeletal, interaksi sistem saraf, dan efek konteksual dari lingkungan. Kontribusi dari sistem muskuloskeletal meliputi alinement postural, fleksibilitas muskuloskeletal seperti lingkup gerak sendi, integrasi sendi, performa otot dan sensasi (sentuhan, tekanan, vibrasi, propioseptive, dan kinestetik). Sistem saraf menyediakan 1) proses sensori yang melibatkan visual, vestibular, dan system sematosensorik, 2) intergrasi sensorimotor penting untuk menghubungkan sensasi ke respon motor dan untuk adaptasi serta antisipasi, 3) strategi motorik untuk merencanakan, memprogram, dan mengeksekusi respon keseimbangan. Efek kontekstual dari lingkungan yang berinteraksi dengan keduanya yaitu; pencahayaan, permukaan, dan gravitasi (Kisner and Colby, 2007). Tujuan dari tubuh mempertahankan keseimbangan adalah menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar sejajar dan seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak (Irfan, 2010). Komponenkomponen pengatur keseimbangan adalah sebagai berikut: 1. Sistem informa sensoris Sistem informa sensoris meliputi visual, vestibular, dan sematosensoris. a. Visual Sistem visual (penglihatan) yaitu mata mempunyai tugas penting bagi kehidupan manusia yaitu memberi informasi kepada otak tentang posisi tubuh terhadap lingkungan berdasarkan sudut dan jarak dengan obyek sekitarnya. Dengan input visual, maka tubuh manusia dapat beradaptasi terhadap perubahan 9 yang terjadi dilingkungan sehingga sistem visual langsung memberikan informasi ke otak, kemudian otak memerikan informasi agar sistem muskuloskeletal (otot & tulang) dapat bekerja secara sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh (Prasad et al., 2011). b. Vestibular Sistem vestibular berperan penting dalam keseimbangan, gerakan kepala, dan gerak bola mata. Sistem vestibular meliputi organ-organ di dalam telinga bagian dalam. Berhubungan dengan sistem visual dan pendengaran untuk merasakan arah dan kecepatan gerakan kepala. Sebuah cairan yang disebut endolymph mengalir melalui tiga kanal telinga bagian dalam sebagai reseptor saat kepala bergerak miring dan bergeser. Gangguan fungsi vestibular dapat menyebabkan vertigo atau gangguan keseimbangan. Alergi makanan, dehidrasi, dan trauma kepala / leher dapat menyebabkan disfungsi vestibular. Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang bergerak, kemudian pesan diteruskan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang berlokasi di batang otak (brain stem). Beberapa stimulus tidak menuju langsung ke nukleus vestibular tetapi ke serebelum, formation retikularis, thalamus dan korteks serebri. Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth, formasi (gabungan reticular), dan cerebelum. Hasil dari nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui medula spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehingga 10 membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural (Watson et al., 2008). c. Sematosensoris Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsikognitif. Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan (input) proprio-septif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri melalui lemniskus medialis dan talamus. Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di sinovia dan legamentum. Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain serta otot di proses di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang (Willis, 2007). 2. Respon otot-otot postural yang sinergis (Postural muscles response synergies) Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan kontrol postur. Beberapa kelompok otot baik pada ekstremitas atas maupun bawah berfungsi mempertahankan postur saat berdiri tegak serta mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan. Keseimbangan pada tubuh dalam berbagai posisi hanya akan dimungkinkan jika respon dari otot-otot postural bekerja secara sinergi sebagai reaksi dari perubahan posisi, titik tumpu, 11 gaya gravitasi, dan aligment tubuh. Kerja otot yang sinergi berarti bahwa adanya respon yang tepat (kecepatan dan kekuatan) suatu otot terhadap otot yang lainnya dalam melakukan fungsi gerak tertentu (Irfan, 2010). 3. Kekuatan Otot Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot menahan beban baik berupa beban eksternal (eksternal force) maupun beban internal (internal force). Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi. Semakin banyak serabut otot yang teraktifasi, maka semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan otot tersebut. Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus adekuat untuk mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar. Kekuatan otot tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan otot untuk melawan gaya garvitasi serta beban eksternal lainnya yang secara terus menerus mempengaruhi posisi tubuh. Otot yang kuat merupakan otot yang dapat berkontraksi dan rileksasi dengan baik, jika otot kuat maka keseimbangan dan aktivitas sehari-hari dapat berjalan dengan baik seperti berjalan, lari, bekerja ke kantor, dan lain sebagainya (Irfan, 2010). 4. Adaptif Sistem Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan keluaran motorik (output) ketika terjadi perubahan tempat sesuai dengan karakteristik lingkungan (Irfan, 2010). 12 5. Lingkup Gerak Sendi Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan mengarahkan gerakan terutama saat gerakan yang memerlukan keseimbangan yang tinggi. 2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan 1. Pusat Gravitasi (Center Of Gravity-COG) Pusat gravitasi terdapat pada semua obyek dan terletak tepat di tengah benda tersebut. Pusat gravitasi adalah titik utama pada tubuh yang akan mendistribusikan massa tubuh secara merata. Bila tubuh selalu ditopang oleh titik ini, maka tubuh dalam keadaan seimbang. Pada manusia pusat gravitasi berpindah sesuai dengan arah atau perubahan berat. Pusat gravitasi manusia ketika berdiri tegak adalah tepat diatas pinggang diantara depan dan belakang vertebra sakrum ke dua (Nugroho, 2011). Semakin rendah atau dekat letak pusat gravitasi ini terhadap bidang tumpuan akan semakin stabil posisi tubuh. Pada posisi berbaring pusat gravitasi tubuh akan rendah, yakni letaknya dekat bidang tumpuan, dibandingkan dalam posisi duduk, berdiri atau melompat ke atas, sehingga posisi tubuh berbaring akan lebih stabil dibandingkan dengan posisi duduk atau berdiri (Nala, 2011). Letak pusat gravitasi berbeda-beda, dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti Indeks Massa Tubuh (IMT), umur, dan jenis kelamin (Soedarminto, 1992). a. Indeks Massa Tubuh Tinggi badan dan berat badan seseorang mencerminkan proporsi tubuh orang yang bersangkutan. Keadaan ini berkaitan dengan keseimbangan dimana menurut Pate (1993) benda dengan massa yang 13 lebih besar mempunyai keseimbangan yang lebih besar daripada benda berukuran sama yang lebih ringan. Benda-benda yang berat lebih kuat menolak pengaruh gaya dari luar daripada lawan yang lebih ringan. Terkait dengan tinggi pendek dan berat ringan seseorang akan berbeda letak titik gravitasi yang mempengaruhi keseimbangan. Proporsi tubuh dapat diketahui dengan menghitung indeks massa tubuh yaitu melalui rumus berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat. b. Umur Letak titik gravitasi tubuh berkaitan dengan pertumbuhan usia pada kanak-kanak letaknya lebih tinggi karena relative kepalanya lebih besar dari kakinya lebih kecil (Soedarminto, 1992). Keadaan ini akan berpengaruh pada keseimbangan tubuh, semakin rendah letak titik berat terhadap bidang tumpuan akan semakin stabil posisi tubuh (Nala, 2011) c. Jenis Kelamin Perbedaan keseimbanga tubuh antara pria dan wanita disebabkan oleh adanya perbedaan letak titik berat. Pada pria letaknya kira-kira 50% dari tinggi badannya sedangkan pada wanita letaknya kira-kira 55% dari tinggi badannya, pada wanita letaknya rendah karena panggul dan paha relatif lebih berat dan tungkainya pendek ( Soedarminto, 1992). 14 2. Garis Gravitasi (Line Of Gravity) Garis gravitasi (Line Of Gravity) adalah garis imajiner yang berada vertikal melalui pusat gravitasi. Derajat stabilitas tubuh ditentukan oleh hubungan antara garis gravitasi, pusat gravitasi dengan base of support (bidang tumpu). Garis gravitasi dijabarkan pada gambar 2.1. Gambar 2.1 Garis Gravitasi (Army, 2012) 3. Bidang Tumpu (Base Of Support-BOS) Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan dengan permukaan tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu, tubuh dalam keadaan seimbang. Stabilitas yang baik terbentuk dari luasnya area bidang tumpu. Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi stabilitas. Misalnya berdiri dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding berdiri dengan satu kaki. Semakin dekat bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka stabilitas tubuh makin tinggi. Posisi keseimbangan statis memiliki base of support yang luas, ketika tumpuan 15 dipersempit cenderung sulit untuk menjaga garis gravitasi selama hal tersebut dilakukan. Berdiri menggunakan satu kaki akan sulit jika dibandingkan dengan berdiri dua kaki. Hal tersebut terjadi karena garis gravitasi yang terkonsentrasi langsung di bawah satu kaki tersebut (Piscopo and Baley, 1981). Bidang tumpu dijabarkan pada gambar 2.2. Gambar 2.2 Bidang Tumpu (William, 2012) 2.1.4 Strategi Motorik Untuk Menjaga Keseimbangan Untuk mempertahankan keseimbangan, tubuh secara terus menerus menyesuaikan posisinya dalam ruang untuk menjaga COM di atas BOS atau membawa COM ke posisinya setelah mengalami gangguan (Kisner and Colby, 2007). Stabilitas yang baik dari core muscle sangat diperlukan agar hal tersebut bisa tetap berlangsung dengan baik. Aktivasi pada core muscle memungkinkan distribusi yang tepat dari kekuatan, kontrol gerakan yang tepat dan efisien, penyerapan tekanan dan gesekan yang memadai pada rantai kinetic. Transver abdominalis dan multividus dianggap sebagai stabilizing muscle (otot yang termodulasi secara terus menerus oleh system saraf pusat dan memberikan unpan 16 baik tentang posisi sendi). Kontraksi pada kedua otot tersebut telah terjadi sebelum terjadinya gerakan pada anggota gerak. Transver abdomalis akktif 30 detik sebelum gerakan gelang bahu dan 110 detik sebelu gerakan kaki (Fredericson and Moore, 2005). Ada tiga strategi utama yang digunakan tubuh untuk memulihkan keseimbangan dalam menanggapi adanya gangguan tiba-tiba dari permukaan tumpuan. Ankle strategis, gerakan dari pergerakan kaki untuk mengembalikan COM ke posisi yang stabil (dalam posisi yang tenang dan gangguan kecil). Hip strategis, menggunakan gerakan cepat fleksi dan ekstensi panggul untuk memindahkan COM dalam BOS (untuk gangguan yang cepat dan besar atau gerakan dari COG dekat dengan batas stabilitas). Stepping strategies, melangkah ke depan atau belakang untuk untuk memperlebar BOS dan mengembalikan kontrol keseimbangan (jika ada kekuatan besar yang menggeser COM keluar dari batas stabilitas) (Kisner and Colby, 2007). 2.2 Tahap Perkembangan Anak Anak merupakan individu yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Proses pertumbuhan dan berkembang dimulai sejak konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usia. Pertumbuhan merupakan bertambahnya jumlah dan besarnya sel di bagian tubuh yang dapat diukur secara kuantitatif (Neeraja, 2006). Hasil pertumbuhan berupa bertambahnya panjang tulang-tulang terutama lengan dan tungkai, bertambah tinggi dan berat badan serta makin bertambah sempurnanya susunan 17 tulang dan jaringan saraf. Pertumbuhan akan terhenti setelah adanya maturasi pada individu (Neir, 2008). Perkembangan adalah pola perubahan yang dimulai sejak pembuahan dan berlanjut disepanjang rentang kehidupan individu. Pekembangan sebagian besar melibatkan pertumbuhan, namun juga melibatkan kemunduran akibat adanya proses penuaan (Santrock, 2007). Perkembangan merupakan bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian pada individu (Fida dan Maya, 2012). Faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak adalah sebagai berikut : 1. Faktor Herediter Supartini (2004) menjelaskan bahwa faktor herediter merupakan faktor pertumbuhan yang dapat diturunkan, yaitu suku, ras dan jenis kelamin. 2. Faktor lingkungan (Hidayat, 2008) Faktor lingkungan merupakan faktor yang berperan penting dalam menentukan tercapai dan tidak suatu potensi yang sudah dimiliki. Faktor lingkungan dibagi menjadi dua, yaitu: a) Faktor pranatal Faktor pranatal merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai dari konsepsi sampai lahir yang meliputi gizi ibu hamil, lingkungan mekanis, toksin/zat kimia, hormon, radiasi, infeksi, kelainan imunologis dan kondisi psikologis ibu. 18 b) Faktor paskanatal Faktor paska natal merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi anak setelah lahir. Secara umum dapat digolongkan menjadi : Lingkungan biologis, antara lain ras atau suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit dan hormon. Faktor fisik, antara lain cuaca, sanitasi, keadaan rumah dan radiasi. Faktor psikososial, antara lain stimulasi, motivasi belajar, kelompok sebaya, kasih sayang dan kualitas interaksi anak ke orang tua. Faktor keluarga, antara lain pekerjaan, pendidikan, jumlah saudara, adat istiadat, norma dan agama. Pertumbuhan dan perkembangan anak memiliki pembagian periode berdasar usia dan ciri khas kemampuan yang dimiliki seorang anak. Berk (2007) membuat pembagian periode perkembangan anak-anak beserta ciri khasnya dapat dilihat pada tabel 2.1 Tabel 2.1 Tahapan Perkembangan Individu Beserta Ciri Khas Periode Periode Masa pranatal Usia konsepsi- lahir Masa bayi Lahir-2 tahun Masa kanak- 2-6 tahun kanak awal Ciri kasar Sel organisme yang membentuk menjadi bayi dan bertahan hidup selama dalam kandungan. Perubahan cepat yang terjadi pada tubuh dan otak, motor perceptual, kemampuan intelektual dan hubungan dengan orang sekitar. Tahun bermain, kemampuan motorik mulai baik, pikiran dan bahasa meluas, kesusilaan jelas dan anak mulai mandiri dengan teman sebaya. 19 Masa 6-11 tahun pertengahan dan akhir kanak-kanak 2.2.1 Tahun sekolah terjadi peningkatan pada kemampuan atletik, proses pemikiran yang logis, mampu mengenal huruf, mengerti diri sendiri, kesusilaan, persahabatan dan teman sebaya yang tergabung dalam grup. Sumber : Berk (2007) Kemampuan Motorik Anak Usia 5-6 Tahun Motorik kasar berkembang terlebih dulu daripada ketrampilan motorik halus. Hal ini dapat terlihat saat anak sudah dapat menggunakan otot-otot kakinya untuk berjalan sebelum ia dapat mengontrol tangan dan jari-jarinya untuk menggunting atau meronce. Gerakan motorik halus perlu dilatih dan dikembangkan setelah otot-otot besarnya mencapai kematangan seperti dalam aktivitas berjalan di atas papan, olahraga, menari atau bermain drama (Sujiono dan Bambang 2007). Kemampuan fisik motorik kasar dan motorik halus pada anak usia 5 - 6 tahun berkembang dengan cepat. Anak mendapatkan kendali yang lebih besar atas tubuh mereka, meskipun masih jauh dari matang secara fisik sehingga mereka harus aktif. Kemampuan berjalan dan memegang akan semakin baik yang dapat dilakukannya dengan berbagai macam variasi gerakan (Rahyubi, 2012). Sebagai anak yang sedang tumbuh, anak usia 5 – 6 tahun menjadi lebih terampil dalam tindakan fisik dasar. Keseimbangan badan anak sudah berkembang cukup baik. Anak dapat berjalan dengan lebih nyaman dalam berbagai cara, seperti berjalan maju dan mundur, cepat dan lambat, melompat dan berlari serta memanjat dengan koordinasi tubuh yang lebih baik. Sedangkan meningkatnya keseimbangan tubuh meningkatkan pula keleluasaan rentangan 20 gerak dalam melakukan gerakan-gerakan ketrampilan (Sujiono dan Bambang, 2007). Peningkatan kemampuan gerak anak usia 5 – 6 tahun terjadi seiring dengan meningkatnya kemampuan koordinasi mata, tangan dan kaki. Perkembangan gerak ini akan lebih optimal apabila anak diberi kesempatan cukup besar untuk melibatkan aktivitas fisik dalam bentuk gerakan-gerakan yang melibatkan keseluruhan bagian anggota tubuh. 2.3 Bermain 2.3.1 Pengertian Bermain Bermain merupakan kegiatan yang penting dilakukan anak, dengan bermain anak akan bertambah pengalaman dan pengetahuannya. Menurut Andang Ismail (2009) semakin besar fantasi yang bisa dikembangkan oleh anak dari sebuah mainan, akan lebih lama mainan itu menarik baginya. Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa alat yang dapat menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberikan kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak. Menurut Harun (2009) bermain adalah aktivitas yang dilakukan anak demi kesenangan. Sedangkan menurut Moeslichatoen (2006) mengemukakan bahwa bermain merupakan kegiatan yang memberikan kesenangan dan dilaksanakan untuk kegiatan itu sendiri, yang lebih ditekankan pada caranya dari pada hasil yang diperoleh dari kegiatan itu. Ada dua jenis yaitu bermain aktif dan bermain pasif. Bermain aktif adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam rangka memperoleh kesenangan dan kepuasan dari aktivitas yang dilakukannya sendiri 21 atau kegiatan yang melibatkan banyak aktivitas tubuh dan gerakan tubuh. Bermain pasif adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan seseorang dengan mengikuti pola atau aturan yang datang dari luar dirinya. Jenis kegiatan bermain pasif misalnya membaca, menonton film atau televisi, mendengarkan radio. 2.3.2 Karakteristik Bermain Adapun karakteristik bermain menurut B.E.F Montolalu (2009) di antaranya sebagai berikut: a. Bermain adalah Sukarela Kegiatan bermain didorong oleh motivasi dari dalam diri seseorang sehingga akan dilakukan oleh anak apabila hal itu, memang betul-betul memuaskan dirinya. b. Bermain adalah Pilihan Anak Anak-anak memilih secara bebas sehingga apabila anak dipaksa untuk bermain, hal ini merupakan aktivitas dan bukan lagi kegiatan bermain. c. Bermain adalah Kegiatan yang Menyenangkan Anak-anak merasa gembira dan bahagia dalam melakukan aktivitas bermain tersebut, bukan menjadi tegang atau stress. d. Bermain adalah Simbolik Bermain tidak harus meggambarkan hal yang sebenarnya, khususnya pada anak usia prasekolah dikaitkan dengan fantasi atau imajinasi mereka. e. Bermain adalah Aktif Melakukan Kegiatan 22 Dalam bermain, anak-anak bereksplorasi, bereksperimen, meyelidiki dan bertanya tentang manusia, benda-benda, kejadian atau peristiwa. Jadi dapat disimpulkan bahwa suatu aktivitas dapat dikatakan bermain jika dilakukan tanpa paksaan atau sukarela, aktivitas tersebut membuat senang atau menyenangkan, bermain tidak selalu menggambarkan keadaan sebenarnya terkadang bermain bersifat pura-pura sehingga dapat mengembangkan imajinasi anak dan aktivitasnya yang membuat anak aktif melakukan suatu kegiatan. 2.3.3 Arti Bermain Bagi Anak Arti bermain bagi anak berdasarkan pengamatan, pengalaman dan hasil penelitian para ahli (B.E.F Montolalu, 2009) mengatakan bahwa bermain mempunyai arti: (a) memperoleh kesempatan mengembangkan potensi-potensi yang ada padanya, (b) anak akan menemukan dirinya, yaitu kekuatan dan kelemahannya, kemampuannya serta minat dan kebutuhannya, (c) memberikan peluang bagi anak untuk berkembang seutuhnya, baik fisik, intelektual, bahasa dan perilaku (emosional), (d) anak terbiasa menggunakan seluruh aspek panca indranya sehingga terlatih dengan baik, (e) secara alamiah memotivasi anak untuk mengetahui sesuatu lebih mendalam lagi. Melalui bermain anak memperoleh pelajaran, yang mengandung aspek perkembangan kognitif, sosial, emosi dan perkembangan fisik. Melalui bermain daya pikir anak terangsang untuk merangsang perkembangan emosi, sosial dan fisik (Andang Ismail, 2009). Secara garis besar menurut Andang Ismail (2009) 23 bermain bagi anak memilki arti sebagai alat pendidikan dan sebagai salah satu alat perawatan. a. Sebagai alat pendidikan Para ahli pendidikan anak dalam risetnya mengatakan cara belajar anak yang paling efektif adalah dengan bermain di dalam kegiatan belajar mengajarnya. Dalam bermain anak dapat mengembangkan motorik kasar dan motorik halusnya, meningkatkan penalaran dan memahami keberadaannya di lingkungan teman sebayanya, membentuk daya imainasi, mengikuti peraturan tata tertib, disiplin yang tinggi. b. Sebagai salah satu alat perawatan Permainan dapat dijadikan alat dalam merawat anak-anak yang mengalami gangguan kejiwaan. Dalam bermain anak dapat mengungkapkan pertentangan batin, kecemasan dan ketakutannya. Selain itu,melalui bermain dapat pula menyingkap rahasia hubungan antara mereka dengan orang tua, saudara, teman dan orang-orang yang dekat pada mereka. Anak dapat mengungkapkan kesukaran-kesukaran itu dalam permainan. 2.4 Papan Keseimbangan (Balance Board) 2.4.1 Pengertian Papan Keseimbangan (Balance Board) Pada awalnya balance board diproduksi untuk pemain ski dan peselancar untuk melatih kemampuan mereka di off season dan pada malam hari, balance board adalah sebuah perangkat papan keseimbangan yang digunakan untuk pelatihan olahraga dan seni bela diri, untuk kebugaran fisik dan non-atletik. 24 Balance Board Exercise adalah alat yang digunakan untuk rekreasi, latihan keseimbangan, pelatihan atletik, perkembangan otak, terapi, dan fungsi lain untuk pengembangan diri. Alat ini sama halnya seperti tuas (pengungkit) dimana kaki kiri dan kanan pengguna berada disamping papan, dan tubuh pengguna harus berdiri tegak dan hindarkan papan atau kaki kita jatuh menyentuh lantai (Waddington & Adams, 2004). Balance board digunakan untuk melatih keseimbangan tidak hanya pada usia muda tetapi pada usia tua agar terhindar dari terjatuh, untuk koordinasi keterampilan motorik, weight distribution, core strength, mencegah cedera olahraga, terutama pergelangan kaki dan lutut, rehabilitasi setelah cedera pada beberapa bagian tubuh. Penggunaan papan keseimbangan yang jauh dari tujuan atletik awalnya perlahan-lahan digunakan secara umum, untuk memperluas jaringan saraf yang memungkinkan belahan otak kiri dan kanan saling berkomunikasi satu sama lain, sehingga meningkatkan efisiensi, untuk mengembangkan sensori integrasi dan keterampilan kognitif pada anak-anak dengan gangguan perkembangan, untuk membuat penari lebih lincah pada kaki mereka saat menari, pada penyanyi postur yang optimal untuk mengontrol aliran udara, musisi cara memegang instrument mereka, sebagai aksesori untuk yoga dan sebagai bentuk yoga, kesehatan holistik, kesadaran dan ketenangan diri (Kisner & Allen, 2007). 2.4.2 Tujuan Bermain Papan Keseimbangan (Balance Board) Tujuan dari balance board exercise adalah untuk melatih secara bertahap anggota gerak bawah seperti, ankle, knee, dan hip agar menjadi lebih kuat dan 25 reaktif. Yang pada saatnya akan meningkatkan fungsi, mengurangi nyeri lutut, memperlambat penuaan sendi, meningkatkan keseimbangan dan membantu mencegah cedera pada akhirnya. Latihan balance board juga dapat membantu menguatkan otot-otot core, bukan hanya otot core saja tetapi dapat meningkatkan kekuatan otot ekstremitas bawah, latihan balance board sangat membantu dalam mencegah terjadinya cidera serta dapat meningkatkan performa atlet, dan menjaga stabilitas postural (Waddington & Adams, 2007). a. Meningkatkan Kemampuan Tactile & Proprioception Tujuan dari latihan balance board adalah untuk meningkatkan proprioception seseorang. Proprioceptive adalah persepsi sendi saat berada di ruang bebas dan terjadi pergerakan. Pada saat menutup mata, seseorang masih dapat menyentuh ujung hidung dengan jari telunjuk. Melalui reseptor saraf di dalam sendi tubuh manusia, manusia dapat mengetahui yang sedang dilakukan. Contoh lain dari fungsi proprioceptive adalah kemampuan untuk beradaptasi dengan tanah pada saat berjalan. Reseptor saraf dalam sendi pergelangan kaki menginformasikan ke otak tentang struktur tanah, gundukan kecil dan lubang, memungkinkan seseorang untuk berjalan dengan cara yang halus. Memiliki system proprioseptif yang efisien memungkinkan tubuh untuk beradaptasi dengan cara halus dengan lingkungannya. Kurangnya aktivitas fisik atau cedera sendi dapat mempengaruhi kualitas proprioceptive kita. Untungnya, hal ini dapat dilatih melalui latihan yang tepat). 26 b. Meningkatkan kemampuan vestibular Tidak hanya meningkatkan proprioceptive saja latihan balance board juga melatih kemampuan vestibular dimana, saat kita berada di atas balance board maka terjadi mekanisme bahwa didalam system vestibular terdapat reseptor berupa cairan bernama endolymph saat kepala bergerak atau berpindah. Reseptor ini yang akan memberikan informasi ke Cerebellum dan basal ganglia sehingga tubuh akan melakukan gerakan kompensasi agar tetap stabil (seimbang). Balance board memiliki tujuan untuk menantang keseimbangan dan memaksa kita untuk melatih proprioceptive & vestibular. Hal yang menarik saat sudah berlatih keseimbangan dengan menggunakan papan keseimbangan adalah akan terus berlatih sampai merasa bahwa kita dapat bertahan diatas papan keseimbangan, sehingga tanpa disadari keseimbangan dapat meningkat dan dapat terhindar dari cidera. 2.5 Balok Keseimbangan (Balance Beam) 2.5.1 Pengertian Balok Keseimbangan (Balance Beam) Hasan Alwi dkk dalam KBBI (2005) menyebutkan balok keseimbangan merupakan jembatan kecil dari kayu atau besi atau batu yang lebar dan tipis yang digunakan untuk berjalan, meniti, menyeberang misal menyeberang sungai. Balok keseimbangan (mainan kayu, 2010) adalah permainan untuk melatih keseimbangan anak, terbuat dari kayu ringan dan kuat, sehingga dapat dipindah pindahkan di area sekolah. Menurut Ika PH (2010) bermain balok keseimbangan adalah salah satu kegiatan bermain aktif. Kegiatan bermain aktif adalah kegiatan 27 yang melibatkan banyak aktivitas tubuh atau gerakan tubuh. Kegiatan bermain aktif adalah kegiatan yang dapat memberikan rasa senang atau gembira dan rasa puas bagi anak, karena aktivitas yang telah mereka lakukan sendiri. Menurut Yani Mulyani & Juliska Gracinia (2007) balok keseimbangan merupakan papan atau bangku panjang dengan ketinggian ± 30-50 cm dan panjang 1,5-2 m. Balok keseimbangan merupakan alat untuk melatih keseimbangan tubuh, kekuatan otot kaki. Dengan melakukan kegiatan berjalan diatas balok keseimbangan, kegiatan ini dapat divariasikan dengan tangan direntang, tangan dipinggang, membawa beban, ember kecil berisi air. Selain itu, dapat juga dengan berjalan diatas balok dengan tangan sedekap, berjalan tangan direntang dan memejamkan mata. Sedangkan balok keseimbangan untuk anak TK menurut Slamet Suyanto (2005) balok keseimbangan dapat dibuat secara sederhana dari satu papan kayu yang ditaruh pada dua tempat yang lebih tinggi dari tanah. Anak dapat mencoba meniti dengan tangan lurus kesamping untuk menjaga keseimbangan badan agar tidak terjatuh. 2.5.2 Tujuan Bermain Balok Keseimbangan (Balance Beam) Menurut Yani Mulyani & Juliska Gracinia (2007) adapun beberapa tujuan dari kegiatan bermain balok keseimbangan ini di antaranya: (a) Melatih kekuatan otot kaki, (b) Melatih keseimbangan tubuh, (c) Melatih menggerakkan badan dan kaki untuk kekuatan otot, koordinasi, (d) Melatih keberanian dan percaya diri. Menurut Mohammad Muhyi Faruq (2007) balok keseimbangan bermanfaat untuk mengembangkan gerak keberanian, keseimbangan dan partisipasi anak. Dengan balok keseimbangan anak dapat melakukan melangkah di atas balok 28 keseimbangan dengan langkah menyamping. Dalam melakukan langkah dengan berjalan menyamping, dapat dilakukan secara perorangan atau berpasangan. Jika berpasangan, mereka harus saling berpegangan tangan, berjalan menyamping bersama, dan tidak ada yang boleh jatuh. Anak-anak harus berjalan menyamping secara perlahan-lahan. 2.6 Modified Bass Test Pengukuran keseimbangan dinamis dilakukan dengan menggunakan tes keseimbangan dinamis (Modified Bass Test of Dynamic Balance). Fasilitas dan sarana yang diperlukan ialah lantai yang padat dan rata, sepuluh kotak dengan ukuran masing-masing kotak 30 cm x 30 cm dan stop watch. Prosedur dari pengukuran keseimbangan dinamis ini ialah peserta berdiri di kotak awal dengan bertumpu pada salah satu kaki, tumit diangkat setinggi 5 cm (jingkat). Kedua lengan ditekuk di depan dada sedangkan posisi kepala tegak. Selanjutnya peserta tes melompat tepat di atas kotak no 1 yang tersedia dan mendarat dengan kaki sisi lainnya sebagai tumpuan dengan posisi tumit diangkat setinggi 5 cm (jingkat) dan posisi kepala tegak, kaki satunya diangkat menempel di samping lutut, sedang posisi kedua lengan ditekuk di depan dada. Posisi ini dipertahankan selama 5 detik pada kotak no 1, dilanjutkan ke kotak no 2 dengan posisi sama seperti posisi awal, demikian gerakan ini dilakukan seterusnya sampai kotak ke 10, kaki yang bertempu pada kotak bergantian antara kaki kanan dan kiri. Ketentuan dari pengukuran ini ialah tiap komponen pada kotak anak harus berhenti selama 5 detik. Apabila kaki yang menempel di samping limit bergerak menjauh dari lutut dan kaki tumpu atau tumit menyentuh lantai, maka dianggap 29 gagal. Begitu pula apabila kaki jingkat berpindah atau bergeser keluar dari daerah (kotak) yang telah ditentukan. Hasil pengukuran adalah skor yang terbaik dari tiga kali percobaan, dimana skor diambil berdasarkan banyaknya kotak yang dapat dilalui dalam setiap tes, dengan ketentuan 1 kotak keberhasilan nilai 10. Jadi tiap kotak yang ada yaitu kotak 1 sampai kotak terakhir masing-masing diberi nilai (Laak, 2013). Gambar 2.3 Modified Bass Test (Mappaompo, 2012)