BAB II KAJIAN PUSTAKA

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Keseimbangan Dinamis
2.1.1
Pengertian Keseimbangan Dinamis
Keseimbangan adalah menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor
eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang dengan
bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak
(Irfan, 2010). Terdapat dua macam keseimbangan menurut Permana (2012) yaitu
keseimbangan statis dan keseimbangan dinamis. Keseimbangan statis ruang
geraknya sangat kecil, misalnya berdiri di atas dasar yang sempit, melakukan hand
stand, mempertahankan keseimbangan setelah berputar-putar di tempat.
Keseimbangan dinamis adalah kemampuan orang untuk bergerak dari satu titik
atau ruang ke lain titik dengan mempertahankan keseimbangan, misalnya menari,
berjalan, duduk ke berdiri, mengambil benda di bawah dengan posisi berdiri dan
sebagainya.
2.1.2
Komponen-Komponen Pengontrol Keseimbangan
Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan
postur oleh aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan dan
sistem regulasi yang berperan dalam pembentukan keseimbangan. Keseimbangan
merupakan tugas kontrol motorik kompleks yang melibatkan deteksi dan integrasi
sensorik untuk menilai posisi dan gerakan tubuh dalam ruang dan pelaksanaan
respon muskuloskeletal yang apropiat untuk mengontrol posisi tubuh dalam
7
8
konteks
lingkungan
dan
tugas.
Kontrol
keseimbangan
memerlukan
muskuloskeletal, interaksi sistem saraf, dan efek konteksual dari lingkungan.
Kontribusi dari sistem muskuloskeletal meliputi alinement postural,
fleksibilitas muskuloskeletal seperti lingkup gerak sendi, integrasi sendi, performa
otot dan sensasi (sentuhan, tekanan, vibrasi, propioseptive, dan kinestetik). Sistem
saraf menyediakan 1) proses sensori yang melibatkan visual, vestibular, dan
system sematosensorik, 2) intergrasi sensorimotor penting untuk menghubungkan
sensasi ke respon motor dan untuk adaptasi serta antisipasi, 3) strategi motorik
untuk merencanakan, memprogram, dan mengeksekusi respon keseimbangan.
Efek kontekstual dari lingkungan yang berinteraksi dengan keduanya yaitu;
pencahayaan, permukaan, dan gravitasi (Kisner and Colby, 2007).
Tujuan dari tubuh mempertahankan keseimbangan adalah
menyanggah
tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat
massa tubuh agar sejajar dan seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi
bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak (Irfan, 2010). Komponenkomponen pengatur keseimbangan adalah sebagai berikut:
1. Sistem informa sensoris
Sistem informa sensoris meliputi visual, vestibular, dan sematosensoris.
a. Visual
Sistem visual (penglihatan) yaitu mata mempunyai tugas penting bagi
kehidupan manusia yaitu memberi informasi kepada otak tentang posisi tubuh
terhadap lingkungan berdasarkan sudut dan jarak dengan obyek sekitarnya.
Dengan input visual, maka tubuh manusia dapat beradaptasi terhadap perubahan
9
yang terjadi dilingkungan sehingga sistem visual langsung memberikan informasi
ke otak, kemudian otak memerikan informasi agar sistem muskuloskeletal (otot &
tulang) dapat bekerja secara sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh
(Prasad et al., 2011).
b. Vestibular
Sistem vestibular berperan penting dalam keseimbangan, gerakan kepala,
dan gerak bola mata. Sistem vestibular meliputi organ-organ di dalam telinga
bagian dalam. Berhubungan dengan sistem visual dan pendengaran untuk
merasakan arah dan kecepatan gerakan kepala. Sebuah cairan yang disebut
endolymph mengalir melalui tiga kanal telinga bagian dalam sebagai reseptor saat
kepala bergerak miring dan bergeser. Gangguan fungsi vestibular dapat
menyebabkan vertigo atau gangguan keseimbangan. Alergi makanan, dehidrasi,
dan trauma kepala / leher dapat menyebabkan disfungsi vestibular. Melalui refleks
vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek
yang bergerak, kemudian pesan diteruskan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus
vestibular yang berlokasi di batang otak (brain stem). Beberapa stimulus tidak
menuju langsung ke nukleus vestibular tetapi ke serebelum, formation retikularis,
thalamus dan korteks serebri.
Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth,
formasi (gabungan reticular), dan cerebelum. Hasil dari nukleus vestibular menuju
ke motor neuron melalui medula spinalis, terutama ke motor neuron yang
menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot pada leher dan otot-otot
punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehingga
10
membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot
postural (Watson et al., 2008).
c. Sematosensoris
Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsikognitif. Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis
medula spinalis. Sebagian besar masukan (input) proprio-septif menuju
serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri melalui lemniskus
medialis dan talamus.
Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian
bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat
indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di sinovia dan
legamentum. Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain
serta otot di proses di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang
(Willis, 2007).
2. Respon otot-otot postural yang sinergis (Postural muscles response
synergies)
Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak
dari
aktivitas
kelompok
otot
yang
diperlukan
untuk
mempertahankan
keseimbangan dan kontrol postur. Beberapa kelompok otot baik pada ekstremitas
atas maupun bawah berfungsi mempertahankan postur saat berdiri tegak serta
mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan. Keseimbangan pada
tubuh dalam berbagai posisi hanya akan dimungkinkan jika respon dari otot-otot
postural bekerja secara sinergi sebagai reaksi dari perubahan posisi, titik tumpu,
11
gaya gravitasi, dan aligment tubuh. Kerja otot yang sinergi berarti bahwa adanya
respon yang tepat (kecepatan dan kekuatan) suatu otot terhadap otot yang lainnya
dalam melakukan fungsi gerak tertentu (Irfan, 2010).
3. Kekuatan Otot
Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot menahan
beban baik berupa beban eksternal (eksternal force) maupun beban internal
(internal force). Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem neuromuskuler
yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot untuk melakukan
kontraksi. Semakin banyak serabut otot yang teraktifasi, maka semakin besar pula
kekuatan yang dihasilkan otot tersebut. Kekuatan otot dari kaki, lutut serta
pinggul harus adekuat untuk mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya
gaya dari luar. Kekuatan otot tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan
otot untuk melawan gaya garvitasi serta beban eksternal lainnya yang secara terus
menerus mempengaruhi posisi tubuh. Otot yang kuat merupakan otot yang dapat
berkontraksi dan rileksasi dengan baik, jika otot kuat maka keseimbangan dan
aktivitas sehari-hari dapat berjalan dengan baik seperti berjalan, lari, bekerja ke
kantor, dan lain sebagainya (Irfan, 2010).
4. Adaptif Sistem
Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan keluaran
motorik (output) ketika terjadi perubahan tempat sesuai dengan karakteristik
lingkungan (Irfan, 2010).
12
5. Lingkup Gerak Sendi
Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan mengarahkan
gerakan terutama saat gerakan yang memerlukan keseimbangan yang tinggi.
2.1.3
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan
1.
Pusat Gravitasi (Center Of Gravity-COG)
Pusat gravitasi terdapat pada semua obyek dan terletak tepat di tengah
benda tersebut. Pusat gravitasi adalah titik utama pada tubuh yang akan
mendistribusikan massa tubuh secara merata. Bila tubuh selalu ditopang oleh titik
ini, maka tubuh dalam keadaan seimbang. Pada manusia pusat gravitasi berpindah
sesuai dengan arah atau perubahan berat. Pusat gravitasi manusia ketika berdiri
tegak adalah tepat diatas pinggang diantara depan dan belakang vertebra sakrum
ke dua (Nugroho, 2011).
Semakin rendah atau dekat letak pusat gravitasi ini terhadap bidang
tumpuan akan semakin stabil posisi tubuh. Pada posisi berbaring pusat gravitasi
tubuh akan rendah, yakni letaknya dekat bidang tumpuan, dibandingkan dalam
posisi duduk, berdiri atau melompat ke atas, sehingga posisi tubuh berbaring
akan lebih stabil dibandingkan dengan posisi duduk atau berdiri (Nala, 2011).
Letak pusat gravitasi berbeda-beda, dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
Indeks Massa Tubuh (IMT), umur, dan jenis kelamin (Soedarminto, 1992).
a.
Indeks Massa Tubuh
Tinggi badan dan berat badan seseorang mencerminkan
proporsi tubuh orang yang bersangkutan. Keadaan ini berkaitan dengan
keseimbangan dimana menurut Pate (1993) benda dengan massa yang
13
lebih besar mempunyai keseimbangan yang lebih besar daripada benda
berukuran sama yang lebih ringan. Benda-benda yang berat lebih kuat
menolak pengaruh gaya dari luar daripada lawan yang lebih ringan.
Terkait dengan tinggi pendek dan berat ringan seseorang akan berbeda
letak titik gravitasi yang mempengaruhi keseimbangan. Proporsi tubuh
dapat diketahui dengan menghitung indeks massa tubuh yaitu melalui
rumus berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter
kuadrat.
b.
Umur
Letak titik gravitasi tubuh berkaitan dengan pertumbuhan usia
pada kanak-kanak letaknya lebih tinggi karena relative kepalanya lebih
besar dari kakinya lebih kecil (Soedarminto, 1992). Keadaan ini akan
berpengaruh pada keseimbangan tubuh, semakin rendah letak titik berat
terhadap bidang tumpuan akan semakin stabil posisi tubuh (Nala, 2011)
c. Jenis Kelamin
Perbedaan
keseimbanga
tubuh
antara
pria
dan
wanita
disebabkan oleh adanya perbedaan letak titik berat. Pada pria letaknya
kira-kira 50% dari tinggi badannya sedangkan pada wanita letaknya
kira-kira 55% dari tinggi badannya, pada wanita letaknya rendah karena
panggul dan paha relatif lebih berat dan tungkainya pendek (
Soedarminto, 1992).
14
2.
Garis Gravitasi (Line Of Gravity)
Garis gravitasi (Line Of Gravity) adalah garis imajiner yang berada
vertikal melalui pusat gravitasi. Derajat stabilitas tubuh ditentukan oleh hubungan
antara garis gravitasi, pusat gravitasi dengan base of support (bidang tumpu).
Garis gravitasi dijabarkan pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Garis Gravitasi (Army, 2012)
3.
Bidang Tumpu (Base Of Support-BOS)
Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan dengan
permukaan tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu, tubuh
dalam keadaan seimbang. Stabilitas yang baik terbentuk dari luasnya area bidang
tumpu. Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi stabilitas. Misalnya berdiri
dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding berdiri dengan satu kaki. Semakin
dekat bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka stabilitas tubuh makin tinggi.
Posisi keseimbangan statis memiliki base of support yang luas, ketika tumpuan
15
dipersempit cenderung sulit untuk menjaga garis gravitasi selama hal tersebut
dilakukan. Berdiri menggunakan satu kaki akan sulit jika dibandingkan dengan
berdiri dua kaki. Hal tersebut terjadi karena garis gravitasi yang terkonsentrasi
langsung di bawah satu kaki tersebut (Piscopo and Baley, 1981). Bidang tumpu
dijabarkan pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Bidang Tumpu (William, 2012)
2.1.4
Strategi Motorik Untuk Menjaga Keseimbangan
Untuk mempertahankan keseimbangan, tubuh secara terus menerus
menyesuaikan posisinya dalam ruang untuk menjaga COM di atas BOS atau
membawa COM ke posisinya setelah mengalami gangguan (Kisner and Colby,
2007). Stabilitas yang baik dari core muscle sangat diperlukan agar hal tersebut
bisa tetap berlangsung dengan baik. Aktivasi pada core muscle memungkinkan
distribusi yang tepat dari kekuatan, kontrol gerakan yang tepat dan efisien,
penyerapan tekanan dan gesekan yang memadai pada rantai kinetic. Transver
abdominalis dan multividus dianggap sebagai stabilizing muscle (otot yang
termodulasi secara terus menerus oleh system saraf pusat dan memberikan unpan
16
baik tentang posisi sendi). Kontraksi pada kedua otot tersebut telah terjadi
sebelum terjadinya gerakan pada anggota gerak. Transver abdomalis akktif 30
detik sebelum gerakan gelang bahu dan 110 detik sebelu gerakan kaki
(Fredericson and Moore, 2005).
Ada tiga strategi utama yang digunakan tubuh untuk memulihkan
keseimbangan dalam menanggapi adanya gangguan tiba-tiba dari permukaan
tumpuan. Ankle strategis, gerakan dari pergerakan kaki untuk mengembalikan
COM ke posisi yang stabil (dalam posisi yang tenang dan gangguan kecil). Hip
strategis, menggunakan gerakan cepat fleksi dan ekstensi panggul untuk
memindahkan COM dalam BOS (untuk gangguan yang cepat dan besar atau
gerakan dari COG dekat dengan batas stabilitas). Stepping strategies, melangkah
ke depan atau belakang untuk untuk memperlebar BOS dan mengembalikan
kontrol keseimbangan (jika ada kekuatan besar yang menggeser COM keluar dari
batas stabilitas) (Kisner and Colby, 2007).
2.2 Tahap Perkembangan Anak
Anak merupakan individu yang berada dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan. Proses pertumbuhan dan berkembang dimulai sejak konsepsi
sampai berakhirnya masa remaja. Anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan
perkembangan yang sesuai dengan usia.
Pertumbuhan merupakan bertambahnya jumlah dan besarnya sel di bagian
tubuh yang dapat diukur secara kuantitatif (Neeraja, 2006). Hasil pertumbuhan
berupa bertambahnya panjang tulang-tulang terutama lengan dan tungkai,
bertambah tinggi dan berat badan serta makin bertambah sempurnanya susunan
17
tulang dan jaringan saraf. Pertumbuhan akan terhenti setelah adanya maturasi
pada individu (Neir, 2008).
Perkembangan adalah pola perubahan yang dimulai sejak pembuahan dan
berlanjut disepanjang rentang kehidupan individu. Pekembangan sebagian besar
melibatkan pertumbuhan, namun juga melibatkan kemunduran akibat adanya
proses penuaan (Santrock, 2007). Perkembangan merupakan bertambahnya
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar,
gerak halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian pada individu
(Fida dan Maya, 2012).
Faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
adalah sebagai berikut :
1. Faktor Herediter
Supartini (2004) menjelaskan bahwa faktor herediter merupakan faktor
pertumbuhan yang dapat diturunkan, yaitu suku, ras dan jenis kelamin.
2. Faktor lingkungan (Hidayat, 2008)
Faktor lingkungan merupakan faktor yang berperan penting dalam
menentukan tercapai dan tidak suatu potensi yang sudah dimiliki. Faktor
lingkungan dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Faktor pranatal
Faktor pranatal merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai dari konsepsi
sampai lahir yang meliputi gizi ibu hamil, lingkungan mekanis, toksin/zat kimia,
hormon, radiasi, infeksi, kelainan imunologis dan kondisi psikologis ibu.
18
b) Faktor paskanatal
Faktor paska natal merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi anak setelah
lahir. Secara umum dapat digolongkan menjadi :

Lingkungan biologis, antara lain ras atau suku bangsa, jenis kelamin,
umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit dan hormon.

Faktor fisik, antara lain cuaca, sanitasi, keadaan rumah dan radiasi.

Faktor psikososial, antara lain stimulasi, motivasi belajar, kelompok
sebaya, kasih sayang dan kualitas interaksi anak ke orang tua.
Faktor keluarga, antara lain pekerjaan, pendidikan, jumlah saudara, adat
istiadat, norma dan agama.
Pertumbuhan dan perkembangan anak memiliki pembagian periode
berdasar usia dan ciri khas kemampuan yang dimiliki seorang anak. Berk (2007)
membuat pembagian periode perkembangan anak-anak beserta ciri khasnya dapat
dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Tahapan Perkembangan Individu Beserta Ciri Khas Periode
Periode
Masa pranatal
Usia
konsepsi- lahir
Masa bayi
Lahir-2 tahun
Masa kanak- 2-6 tahun
kanak awal
Ciri kasar
Sel organisme yang membentuk menjadi
bayi dan bertahan hidup selama dalam
kandungan.
Perubahan cepat yang terjadi pada tubuh
dan otak, motor perceptual, kemampuan
intelektual dan hubungan dengan orang
sekitar.
Tahun bermain, kemampuan motorik
mulai baik, pikiran dan bahasa meluas,
kesusilaan jelas dan anak mulai mandiri
dengan teman sebaya.
19
Masa
6-11 tahun
pertengahan
dan
akhir
kanak-kanak
2.2.1
Tahun sekolah terjadi peningkatan pada
kemampuan atletik, proses pemikiran
yang logis, mampu mengenal huruf,
mengerti
diri
sendiri,
kesusilaan,
persahabatan dan teman sebaya yang
tergabung dalam grup.
Sumber : Berk (2007)
Kemampuan Motorik Anak Usia 5-6 Tahun
Motorik kasar berkembang terlebih dulu daripada ketrampilan motorik
halus. Hal ini dapat terlihat saat anak sudah dapat menggunakan otot-otot kakinya
untuk berjalan sebelum ia dapat mengontrol tangan dan jari-jarinya untuk
menggunting atau meronce. Gerakan motorik halus perlu dilatih dan
dikembangkan setelah otot-otot besarnya mencapai kematangan seperti dalam
aktivitas berjalan di atas papan, olahraga, menari atau bermain drama (Sujiono
dan Bambang 2007).
Kemampuan fisik motorik kasar dan motorik halus pada anak usia 5 - 6
tahun berkembang dengan cepat. Anak mendapatkan kendali yang lebih besar atas
tubuh mereka, meskipun masih jauh dari matang secara fisik sehingga mereka
harus aktif. Kemampuan berjalan dan memegang akan semakin baik yang dapat
dilakukannya dengan berbagai macam variasi gerakan (Rahyubi, 2012).
Sebagai anak yang sedang tumbuh, anak usia 5 – 6 tahun menjadi lebih
terampil dalam tindakan fisik dasar. Keseimbangan badan anak sudah
berkembang cukup baik. Anak dapat berjalan dengan lebih nyaman dalam
berbagai cara, seperti berjalan maju dan mundur, cepat dan lambat, melompat dan
berlari serta memanjat dengan koordinasi tubuh yang lebih baik. Sedangkan
meningkatnya keseimbangan tubuh meningkatkan pula keleluasaan rentangan
20
gerak dalam melakukan gerakan-gerakan ketrampilan (Sujiono dan Bambang,
2007).
Peningkatan kemampuan gerak anak usia 5 – 6 tahun terjadi seiring
dengan
meningkatnya
kemampuan
koordinasi
mata,
tangan
dan
kaki.
Perkembangan gerak ini akan lebih optimal apabila anak diberi kesempatan cukup
besar untuk melibatkan aktivitas fisik dalam bentuk gerakan-gerakan yang
melibatkan keseluruhan bagian anggota tubuh.
2.3 Bermain
2.3.1
Pengertian Bermain
Bermain merupakan kegiatan yang penting dilakukan anak, dengan
bermain anak akan bertambah pengalaman dan pengetahuannya. Menurut Andang
Ismail (2009) semakin besar fantasi yang bisa dikembangkan oleh anak dari
sebuah mainan, akan lebih lama mainan itu menarik baginya. Bermain merupakan
suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa alat yang dapat menghasilkan
pengertian atau memberikan informasi, memberikan kesenangan maupun
mengembangkan imajinasi pada anak.
Menurut Harun (2009) bermain adalah aktivitas yang dilakukan anak demi
kesenangan. Sedangkan menurut Moeslichatoen (2006) mengemukakan bahwa
bermain merupakan kegiatan yang memberikan kesenangan dan dilaksanakan
untuk kegiatan itu sendiri, yang lebih ditekankan pada caranya dari pada hasil
yang diperoleh dari kegiatan itu. Ada dua jenis yaitu bermain aktif dan bermain
pasif. Bermain aktif adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam rangka
memperoleh kesenangan dan kepuasan dari aktivitas yang dilakukannya sendiri
21
atau kegiatan yang melibatkan banyak aktivitas tubuh dan gerakan tubuh. Bermain
pasif adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan seseorang dengan mengikuti
pola atau aturan yang datang dari luar dirinya. Jenis kegiatan bermain pasif
misalnya membaca, menonton film atau televisi, mendengarkan radio.
2.3.2
Karakteristik Bermain
Adapun karakteristik bermain menurut B.E.F Montolalu (2009) di
antaranya sebagai berikut:
a.
Bermain adalah Sukarela
Kegiatan bermain didorong oleh motivasi dari dalam diri seseorang
sehingga akan dilakukan oleh anak apabila hal itu, memang betul-betul
memuaskan dirinya.
b.
Bermain adalah Pilihan Anak
Anak-anak memilih secara bebas sehingga apabila anak dipaksa untuk
bermain, hal ini merupakan aktivitas dan bukan lagi kegiatan bermain.
c.
Bermain adalah Kegiatan yang Menyenangkan
Anak-anak merasa gembira dan bahagia dalam melakukan aktivitas
bermain tersebut, bukan menjadi tegang atau stress.
d.
Bermain adalah Simbolik
Bermain tidak harus meggambarkan hal yang sebenarnya, khususnya
pada anak usia prasekolah dikaitkan dengan fantasi atau imajinasi
mereka.
e.
Bermain adalah Aktif Melakukan Kegiatan
22
Dalam bermain, anak-anak bereksplorasi, bereksperimen, meyelidiki
dan bertanya tentang manusia, benda-benda, kejadian atau peristiwa.
Jadi dapat disimpulkan bahwa suatu aktivitas dapat dikatakan bermain
jika dilakukan tanpa paksaan atau sukarela, aktivitas tersebut membuat
senang atau menyenangkan, bermain tidak selalu menggambarkan keadaan
sebenarnya
terkadang
bermain
bersifat
pura-pura
sehingga
dapat
mengembangkan imajinasi anak dan aktivitasnya yang membuat anak aktif
melakukan suatu kegiatan.
2.3.3
Arti Bermain Bagi Anak
Arti bermain bagi anak berdasarkan pengamatan, pengalaman dan hasil
penelitian para ahli (B.E.F Montolalu, 2009) mengatakan bahwa bermain
mempunyai arti: (a) memperoleh kesempatan mengembangkan potensi-potensi
yang ada padanya, (b) anak akan menemukan dirinya, yaitu kekuatan dan
kelemahannya, kemampuannya serta minat dan kebutuhannya, (c) memberikan
peluang bagi anak untuk berkembang seutuhnya, baik fisik, intelektual, bahasa
dan perilaku (emosional), (d) anak terbiasa menggunakan seluruh aspek panca
indranya sehingga terlatih dengan baik, (e) secara alamiah memotivasi anak untuk
mengetahui sesuatu lebih mendalam lagi.
Melalui bermain anak memperoleh pelajaran, yang mengandung aspek
perkembangan kognitif, sosial, emosi dan perkembangan fisik. Melalui bermain
daya pikir anak terangsang untuk merangsang perkembangan emosi, sosial dan
fisik (Andang Ismail, 2009). Secara garis besar menurut Andang Ismail (2009)
23
bermain bagi anak memilki arti sebagai alat pendidikan dan sebagai salah satu alat
perawatan.
a.
Sebagai alat pendidikan
Para ahli pendidikan anak dalam risetnya mengatakan cara belajar anak
yang paling efektif adalah dengan bermain di dalam kegiatan belajar
mengajarnya. Dalam bermain anak dapat mengembangkan motorik
kasar dan motorik halusnya, meningkatkan penalaran dan memahami
keberadaannya di lingkungan teman sebayanya, membentuk daya
imainasi, mengikuti peraturan tata tertib, disiplin yang tinggi.
b.
Sebagai salah satu alat perawatan
Permainan dapat dijadikan alat dalam merawat anak-anak yang
mengalami
gangguan
kejiwaan.
Dalam
bermain
anak
dapat
mengungkapkan pertentangan batin, kecemasan dan ketakutannya.
Selain itu,melalui bermain dapat pula menyingkap rahasia hubungan
antara mereka dengan orang tua, saudara, teman dan orang-orang yang
dekat pada mereka. Anak dapat mengungkapkan kesukaran-kesukaran
itu dalam permainan.
2.4 Papan Keseimbangan (Balance Board)
2.4.1
Pengertian Papan Keseimbangan (Balance Board)
Pada awalnya balance board diproduksi untuk pemain ski dan peselancar
untuk melatih kemampuan mereka di off season dan pada malam hari, balance
board adalah sebuah perangkat papan keseimbangan yang digunakan untuk
pelatihan olahraga dan seni bela diri, untuk kebugaran fisik dan non-atletik.
24
Balance Board Exercise adalah alat yang digunakan untuk rekreasi, latihan
keseimbangan, pelatihan atletik, perkembangan otak, terapi, dan fungsi lain untuk
pengembangan diri. Alat ini sama halnya seperti tuas (pengungkit) dimana kaki
kiri dan kanan pengguna berada disamping papan, dan tubuh pengguna harus
berdiri tegak dan hindarkan papan atau kaki kita jatuh menyentuh lantai
(Waddington & Adams, 2004).
Balance board digunakan untuk melatih keseimbangan tidak hanya pada
usia muda tetapi pada usia tua agar terhindar dari terjatuh, untuk koordinasi
keterampilan motorik, weight distribution, core strength, mencegah cedera
olahraga, terutama pergelangan kaki dan lutut, rehabilitasi setelah cedera pada
beberapa bagian tubuh. Penggunaan papan keseimbangan yang jauh dari tujuan
atletik awalnya perlahan-lahan digunakan secara umum, untuk memperluas
jaringan saraf yang memungkinkan belahan otak kiri dan kanan saling
berkomunikasi satu sama lain, sehingga meningkatkan efisiensi, untuk
mengembangkan sensori integrasi dan keterampilan kognitif pada anak-anak
dengan gangguan perkembangan, untuk membuat penari lebih lincah pada kaki
mereka saat menari, pada penyanyi postur yang optimal untuk mengontrol aliran
udara, musisi cara memegang instrument mereka, sebagai aksesori untuk yoga dan
sebagai bentuk yoga, kesehatan holistik, kesadaran dan ketenangan diri (Kisner &
Allen, 2007).
2.4.2
Tujuan Bermain Papan Keseimbangan (Balance Board)
Tujuan dari balance board exercise adalah untuk melatih secara bertahap
anggota gerak bawah seperti, ankle, knee, dan hip agar menjadi lebih kuat dan
25
reaktif. Yang pada saatnya akan meningkatkan fungsi, mengurangi nyeri lutut,
memperlambat penuaan sendi, meningkatkan keseimbangan dan membantu
mencegah cedera pada akhirnya.
Latihan balance board juga dapat membantu menguatkan otot-otot core,
bukan hanya otot core saja tetapi dapat meningkatkan kekuatan otot ekstremitas
bawah, latihan balance board sangat membantu dalam mencegah terjadinya
cidera serta dapat meningkatkan performa atlet, dan menjaga stabilitas postural
(Waddington & Adams, 2007).
a. Meningkatkan Kemampuan Tactile & Proprioception
Tujuan dari latihan balance board adalah untuk meningkatkan
proprioception seseorang. Proprioceptive adalah persepsi sendi saat
berada di ruang bebas dan terjadi pergerakan. Pada saat menutup mata,
seseorang masih dapat menyentuh ujung hidung dengan jari telunjuk.
Melalui reseptor saraf di dalam sendi tubuh manusia, manusia dapat
mengetahui yang sedang dilakukan. Contoh lain dari fungsi proprioceptive
adalah kemampuan untuk beradaptasi dengan tanah pada saat berjalan.
Reseptor saraf dalam sendi pergelangan kaki menginformasikan ke otak
tentang struktur tanah, gundukan kecil dan lubang, memungkinkan
seseorang untuk berjalan dengan cara yang halus. Memiliki system
proprioseptif yang efisien memungkinkan tubuh untuk beradaptasi dengan
cara halus dengan lingkungannya. Kurangnya aktivitas fisik atau cedera
sendi dapat mempengaruhi kualitas proprioceptive kita. Untungnya, hal ini
dapat dilatih melalui latihan yang tepat).
26
b. Meningkatkan kemampuan vestibular
Tidak hanya meningkatkan proprioceptive saja latihan balance board
juga melatih kemampuan vestibular dimana, saat kita berada di atas
balance board maka terjadi mekanisme bahwa didalam system vestibular
terdapat reseptor berupa cairan bernama endolymph saat kepala bergerak
atau berpindah. Reseptor ini yang akan memberikan informasi ke
Cerebellum dan basal ganglia sehingga tubuh akan melakukan gerakan
kompensasi agar tetap stabil (seimbang). Balance board memiliki tujuan
untuk menantang keseimbangan dan memaksa kita untuk melatih
proprioceptive & vestibular. Hal yang menarik saat sudah berlatih
keseimbangan dengan menggunakan papan keseimbangan adalah akan
terus berlatih sampai merasa bahwa kita dapat bertahan diatas papan
keseimbangan, sehingga tanpa disadari keseimbangan dapat meningkat
dan dapat terhindar dari cidera.
2.5 Balok Keseimbangan (Balance Beam)
2.5.1
Pengertian Balok Keseimbangan (Balance Beam)
Hasan Alwi dkk dalam KBBI (2005) menyebutkan balok keseimbangan
merupakan jembatan kecil dari kayu atau besi atau batu yang lebar dan tipis yang
digunakan untuk berjalan, meniti, menyeberang misal menyeberang sungai.
Balok keseimbangan (mainan kayu, 2010) adalah permainan untuk melatih
keseimbangan anak, terbuat dari kayu ringan dan kuat, sehingga dapat dipindah
pindahkan di area sekolah. Menurut Ika PH (2010) bermain balok keseimbangan
adalah salah satu kegiatan bermain aktif. Kegiatan bermain aktif adalah kegiatan
27
yang melibatkan banyak aktivitas tubuh atau gerakan tubuh. Kegiatan bermain
aktif adalah kegiatan yang dapat memberikan rasa senang atau gembira dan rasa
puas bagi anak, karena aktivitas yang telah mereka lakukan sendiri.
Menurut Yani Mulyani & Juliska Gracinia (2007) balok keseimbangan
merupakan papan atau bangku panjang dengan ketinggian ± 30-50 cm dan
panjang 1,5-2 m. Balok keseimbangan merupakan alat untuk melatih
keseimbangan tubuh, kekuatan otot kaki. Dengan melakukan kegiatan berjalan
diatas balok keseimbangan, kegiatan ini dapat divariasikan dengan tangan
direntang, tangan dipinggang, membawa beban, ember kecil berisi air. Selain itu,
dapat juga dengan berjalan diatas balok dengan tangan sedekap, berjalan tangan
direntang dan memejamkan mata. Sedangkan balok keseimbangan untuk anak TK
menurut Slamet Suyanto (2005) balok keseimbangan dapat dibuat secara
sederhana dari satu papan kayu yang ditaruh pada dua tempat yang lebih tinggi
dari tanah. Anak dapat mencoba meniti dengan tangan lurus kesamping untuk
menjaga keseimbangan badan agar tidak terjatuh.
2.5.2
Tujuan Bermain Balok Keseimbangan (Balance Beam)
Menurut Yani Mulyani & Juliska Gracinia (2007) adapun beberapa tujuan
dari kegiatan bermain balok keseimbangan ini di antaranya: (a) Melatih kekuatan
otot kaki, (b) Melatih keseimbangan tubuh, (c) Melatih menggerakkan badan dan
kaki untuk kekuatan otot, koordinasi, (d) Melatih keberanian dan percaya diri.
Menurut Mohammad Muhyi Faruq (2007) balok keseimbangan bermanfaat untuk
mengembangkan gerak keberanian, keseimbangan dan partisipasi anak. Dengan
balok keseimbangan anak dapat melakukan melangkah di atas balok
28
keseimbangan dengan langkah menyamping. Dalam melakukan langkah dengan
berjalan menyamping, dapat dilakukan secara perorangan atau berpasangan. Jika
berpasangan, mereka harus saling berpegangan tangan, berjalan menyamping
bersama, dan tidak ada yang boleh jatuh. Anak-anak harus berjalan menyamping
secara perlahan-lahan.
2.6
Modified Bass Test
Pengukuran keseimbangan dinamis dilakukan dengan menggunakan tes
keseimbangan dinamis (Modified Bass Test of Dynamic Balance). Fasilitas dan
sarana yang diperlukan ialah lantai yang padat dan rata, sepuluh kotak dengan
ukuran masing-masing kotak 30 cm x 30 cm dan stop watch.
Prosedur dari pengukuran keseimbangan dinamis ini ialah peserta berdiri
di kotak awal dengan bertumpu pada salah satu kaki, tumit diangkat setinggi 5 cm
(jingkat). Kedua lengan ditekuk di depan dada sedangkan posisi kepala tegak.
Selanjutnya peserta tes melompat tepat di atas kotak no 1 yang tersedia dan
mendarat dengan kaki sisi lainnya sebagai tumpuan dengan posisi tumit diangkat
setinggi 5 cm (jingkat) dan posisi kepala tegak, kaki satunya diangkat menempel
di samping lutut, sedang posisi kedua lengan ditekuk di depan dada. Posisi ini
dipertahankan selama 5 detik pada kotak no 1, dilanjutkan ke kotak no 2 dengan
posisi sama seperti posisi awal, demikian gerakan ini dilakukan seterusnya sampai
kotak ke 10, kaki yang bertempu pada kotak bergantian antara kaki kanan dan kiri.
Ketentuan dari pengukuran ini ialah tiap komponen pada kotak anak harus
berhenti selama 5 detik. Apabila kaki yang menempel di samping limit bergerak
menjauh dari lutut dan kaki tumpu atau tumit menyentuh lantai, maka dianggap
29
gagal. Begitu pula apabila kaki jingkat berpindah atau bergeser keluar dari daerah
(kotak) yang telah ditentukan. Hasil pengukuran adalah skor yang terbaik dari tiga
kali percobaan, dimana skor diambil berdasarkan banyaknya kotak yang dapat
dilalui dalam setiap tes, dengan ketentuan 1 kotak keberhasilan nilai 10. Jadi tiap
kotak yang ada yaitu kotak 1 sampai kotak terakhir masing-masing diberi nilai
(Laak, 2013).
Gambar 2.3 Modified Bass Test (Mappaompo, 2012)
Download