TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya di Brazil. Spesies E. oleifera dan E. odora berasal dari kawasan Sel Amerika Selatan sedangkan speseis E. guineensis berasal dari Afrika. Kelapa A Am m ssawit sa aw merupakan subfamili Cocoideae yang paling besar habitusnya (Pahan, 2007). 220 00 Klasifikasi tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut: Divisi Di D iv : Spematophyta Kelas Ke K e : Angiospermae Ordo Or O r : Monocotyledone Famili F Fa am : Arecaceae (dahulu disebut Palmae) Subfamili Su S u : Cocoideae Genus Ge G e : Elaeis Spesies Sp S p : 1. E. guineensis Jacq. 2. E. oleifera (H. B. K.) Cortes. 3. E. odora. Tanaman kelapa sawit adalah tanaman berumah satu (monocious), bunga jan jantan dan bunga betinanya berada dalam satu pohon tetapi berkembang secara ter terpisah. Dalam satu tandan bunga jantan dapat menghasilkan 200 spikelet, dan set setiap spikelet terdiri atas ± 750 bunga jantan. Bunga jantan memiliki 6 benang sar sari dan dari satu tandan bunga jantan dapat menghasilkan 25 - 50 g serbuk sari. Da Dalam satu tandan bunga betina terdapat 100 - 200 spikelet dan setiap spikelet ter terdiri atas 30 bunga betina. Menurut Corley dan Gray (1976) inisiasi bunga tte erj r terjadi pada 44 bulan sebelum masak fisiologi (SMF), tandan bunga kelapa sawit ddi ib dibentuk pada ketiak daun segera setelah diferensiasi dari sel batang (17 bulan SM S M dan jenis kelamin jantan atau betina dapat diidentifikasi ± 8 bulan SMF. SMF) Lu L u (1992) menerangkan waktu masak (anthesis) bunga jantan dan bunga betina Lubis ddi it ditandai dengan pecahnya seludang bunga (6 bulan SMF), masa reseptif stigma hha an berlangsung 3-5 hari. Waktu masak bunga jantan dan bunga betina tidak hanya bersamaan, sehingga pada umumnya tanaman kelapa sawit menyerbuk silang. bbe er 4 Akar tanaman kelapa sawit bermula tumbuh dari calon akar yang keluar dari ben kelapa sawit yang dikecambahkan atau yang disebut dengan radikula. benih Pan Panjang radikula kira-kira 10 - 15 mm. Radikula berkembang menjadi akar pri primer. Akar primer tumbuh dari pangkal batang (bole) dan mempunyai diameter ant antara 8 - 10 mm serta panjangnya dapat mencapai 18 m. Akar sekunder tumbuh dar akar primer dan mempunyai diameter antara 2 - 4 mm. Dari akar sekunder dari tuum tu m tumbuh akar tersier dan mempunyai diameter 0.7 - 1.5 mm serta panjangnya sek se sekitar 15 cm. Akar kuarter berdiameter 0.1 - 0.5 mm tumbuh dari akar tersier dan ppaan panjangnya sekitar 1 - 4 mm. Akar tersier dan kuarter berjumlah sangat banyak ddaan membentuk masa yang sangat lebat dekat permukaan tanah. Tanaman kelapa dan saw tidak mempunyai rambut akar, sehingga diperkirakan bahwa penyerapan sa sawit uunn hara dilakukan oleh akar kuarter (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008). unsur Batang kelapa sawit tumbuh tegak ke atas dengan diameter batang antara 40 - 60 cm. Pohon kelapa sawit hanya memiliki satu titik terminal ujung batang 40 bbeer berbentuk kerucut diselimuti oleh daun-daun muda yang masih kecil dan lembut ((M M (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008). Menurut Fauzi et al., (2008) per pe pertambahan tinggi batang baru terlihat secara jelas sesudah tanaman berumur eem m empat tahun. Pertambahan tinggi tanaman kelapa sawit dapat mencapai 25 - 45 cm pertahun. Daun pertama kelapa sawit yang tumbuh pada stadia bibit berbentuk lanset, kem kemudian tumbuh daun berbelah dua (bifurcate) dan menyusul bentuk daun me menyirip (pinnate). Pada bibit yang berumur 5 bulan akan dijumpai 5 daun yang ber berbentuk lanset, 4 daun berbelah dua dan 10 daun berbentuk menyirip (Fauzi et al. 2008). Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2008), daun kelapa sawit al., me me membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap dan bertulang daun sejajar. Paan P Panjang pelepah daun dapat mencapai 7.5 - 9 m jumlah anak daun perpelepah ada ad adalah 250 - 400 helai. Pertumbuhan pelepah daun mempunyai filotaksi 1/8, yang aarrt artinya setiap satu kali berputar melingkari batang terdapat 8 pelepah daun. Prro P Produksi daun per tahun tanaman dewasa dapat mencapai 20 - 24 helai. Buah kelapa sawit termasuk jenis buah keras (drupe), menempel dan be ber be bergerombol pada tandan buah. Jumlah buah per tandan dapat mencapai 1 600 bua berbentuk lonjong sampai membulat. Panjang buah berkisar 2 - 5 cm dan bu buah, 5 ber beratnya sampai 30 gram. Bagian-bagian buah terdiri atas eksokarp (kulit buah), me mesokarp (sabut), dan biji. Eksokarp dan mesokarp disebut perikarp sedangkan bij terdiri atas endokarp (cangkang) dan inti (kernel). Inti (kernel) terdiri atas biji end endosperm (putih lembaga) dan embrio. Dalam embrio terdapat bakal daun (pl (plumula), haustorium, dan bakal akar (radicula). Bagian-bagian buah yang me menghasilkan minyak adalah mesokarp dan inti. Buah kelapa sawit mencapai kem ke kematangan (siap untuk panen) sekitar 5 - 6 bulan setelah terjadinya penyerbukan. W Wa Warna buah bergantung pada varietas dan umurnya (Mangoensoekarjo dan Sem Se Semangun, 2008). Syarat Tumbuh Kelapa Sawit Faa F Faktor Iklim Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis. Komponen yang menentukan ppeer persyaratan agronomis untuk kelapa sawit meliputi curah hujan, bulan kering, dan kkee ket ketinggian dari permukaan laut (Adiwiganda, 2007). Iklim dan media tumbuh yyaan baik merupakan syarat umum bagi tanaman tahunan untuk dapat tumbuh dan yang bbeer berkembangbiak dengan baik. Kelapa sawit dapat tumbuh baik di daerah antara 16 LU dan 10° LS. Suhu optimal untuk pertumbuhan sekitar 24 - 28°C tetapi 16° dap juga tumbuh pada kisaran antara 18 - 32°C dengan kelembaban tinggi yaitu dapat 80% dan curah hujan rata-rata tahunan berkisar 2 000 - 2 500 mm per tahun. Suhu ren rendah (<27°C) dapat meningkatkan aborsi tandan bunga sebelum anthesis dan me memperlambat pemasakan tandan buah, suhu tinggi (>35°C) berpengaruh seb sebaliknya (Fauzi et al., 2008). Faa F Faktor Tanah Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit yang terbaik didapat pada lahan ddeen dengan elevasi 0 - 100 m di atas permukaan laut. Pada lahan-lahan tertentu waa w walaupun ketinggian tempat lebih dari 500 m di atas permukaan laut asalkan me me mendapatkan pengaruh iklim mikro yang lebih hangat, kelapa sawit masih dapat tum tu tumbuh dan berproduksi. Bentuk wilayah sangat erat kaitannya dengan kedalaman eefffee efektif tanah. Pada lahan datar dengan kemiringan 0 - 3 persen umumnya 6 me memiliki kedalaman efektif tanah yang tebal. Sebagian besar lahan kelapa sawit ber berada pada wilayah berombak sampai bergelombang dengan kemiringan lereng 3 - 15 persen dengan kedalaman efektif berkisar antara 80 - 120 cm (Lubis, 1992). Kh Khusus untuk tanah gambut, ketebalan gambut tidak menjadi pedoman untuk per persyaratan agronomis. Kelapa sawit tumbuh pada beberapa jenis tanah seperti Podsolik, Latosol, Hid Hi Hidromorfik Kelabu, Regosol, dan tanah Aluvial. Tanaman kelapa sawit tumbuh baai pada tanah gembur, subur, berdrainase baik, dan permeabilitas sedang, ba baik tteek tek tekstur tanah ringan dengan komposisi pasir 20 - 60 %, debu 10 - 40 % dan liat 20 - 50 persen. Sifat kimia tanah yang dibutuhkan tanaman kelapa sawit untuk 20 tum tu tumbuh baik meliputi pH tanah antara 4.0 - 6.5 dengan pH optimum 5.0 - 5.5, rraas C/N mendekati 10 dengan kandungan C ± 1% dan N ± 0.1%, kapasitas tukar rasio K+ dan Mg2+ berada pada batas normal sekitar 0.15 - 1.20 me/100 gram untuk K+, sseed sedangkan Mg2+ 0.4 - 1.0 me/100 gram. Apabila kurang dari itu maka kelapa ssa aw akan kekurangan unsur K+dan Mg2+ (Fauzi et al., 2008). Selain faktor iklim sawit dda an tanah, faktor pengelolaan budidaya atau teknis agronomis dan sifat genetik dan ind iin n induk tanaman kelapa sawit juga sangat menentukan produksi kelapa sawit. Varietas Kelapa Sawit Varietas kelapa sawit dibedakan atas ciri-ciri morfologinya seperti warna eks eksokarp, tebal mesokarp dan endokarp, atau berdasarkan keunggulan yang dim dimiliki bila dibandingkan dengan varietas lainnya seperti sifat Toleransi terhadap ham hama penyakit, tingkat produktivitas, kadar minyak dan penambahan tinggi tta an tanaman per tahunnya. Menurut Lubis (1992) terdapat tiga varietas kelapa sawit bbe eer berdasarkan warna eksokarpnya yaitu: (1) Nigrescens, eksokarp berwarna violet ssa am sampai hitam waktu muda dan menjadi merah-kuning (orange) saat masak; (2) Vi V iir Virescens, berwarna hijau waktu muda dan menjadi merah-kuning (orange) saat ma m a masak; (3) Albenscens, berwarna kuning pucat dan tembus cahaya (karena m me mengandung sedikit karoten). Menurut Fauzi et al., (2008), berdasarkan tebal me m mesokarp dan endokarp terdapat 4 varietas yaitu; (1) Dura, mempunyai tebal eendokarp en nd 2 - 8 mm dan mesokarp yang relatif tipis (35 - 50 % dari buah); (2) 7 Psi Psifera, mempunyai endokarp yang sangat tipis bahkan hampir tidak ada dan me mempunyai mesokarp yang tebal; (3) Tenera, mempunyai tebal endokarp yang tip (0.5 - 4 mm) dan mesokarp yang sangat tebal (60 - 96 % dari buah); (4) tipis Ma Macro Carya, mempunyai tebal endocarp 6 - 8 mm dan mesokarp yang sangat tip tipis. Tanaman komersial yang umumnya digunakan adalah varietas Tenera yang mee m merupakan hasil persilangan verietas Dura sebagai tanaman induk betina dan Pssi Ps Psifera sebagai tanaman induk jantan. Varietas Dura di Indonesia ada 2 ssuub subvarietas, yaitu Dura Deli dan Dura Dumpy. Varietas Dura Deli yang berasal ddaar daerah Deli Sumatera Utara telah mengalami seleksi sehingga hampir semua dari per pe persilangan untuk menghasilan varietas Tenera menggunakan Dura Deli sebagai ttaan tanaman induk betina (Lubis, 1992). Varietas Dura Dumpy ditemukan oleh Jagoe ppaad tahun 1930-an di antara populasi Dura Deli yang mempunyai sifat berbatang pada ppeeen pendek dan sifat tersebut diturunkan. Respon Tanaman terhadap Kekeringan Cekaman kekeringan merupakan suatu kondisi dimana air tanah yang ter tersedia tidak cukup untuk menjamin pertumbuhan tanaman sampai maksimal (G (Ghildyal dan Tomar, 1982). Keadaan tersebut disebabkan oleh evapotranspirasi lap lapisan bajak yang lebih besar daripada air irigasi yang tersedia. Kekeringan dapat me menurunkan potensial air tanah sehingga lebih besar daripada potensial air dalam tan tanaman. Akibat dari kondisi tersebut terjadi plasmolisis yaitu keluarnya air dari jar jaringan tanaman. Kekeringan pada tanaman dipengaruhi oleh sistem perakaran yang cceen cenderung menyebar dekat dengan permukaan tanah sehingga sangat peka tteer terhadap fluktuasi kadar air tanah. Dengan sistem perakaran seperti tersebut di aatta maka akar tidak dapat menjangkau air pada lapisan tanah terdalam sehingga atas ttaan tanaman sering mengalami kekeringan. Sebagian besar lahan di Indonesia mengalami kekurangan air pada tingkat yan berbeda. Tanaman memperlihatkan berbagai respon terhadap cekaman air ya yang tteer tersebut seperti menggugurkan daun sebagai mekanisme tanaman dalam usaha 8 me mengurangi cekaman, mengurangi luas permukaan daun sehingga transpirasi me menurun. Mekanisme lain untuk mengurangi cekaman kekeringan adalah me mempercepat perkembangan perakaran terutama ke arah bawah yang me menyebabkan nisbah pupus akar mengecil, sehingga tanaman meningkatkan kem kemampuan penghisapan air dari lapisan tanah yang lebih dalam sementara tra transpirasi dari bagian atas tanaman menurun. Menurut Levitt (1980), respon tanaman terhadap cekaman kekeringan diibb di dibagi menjadi 3 mekanisme pertahanan, yaitu: (1) penghindaran terhadap waktu tteerj ter terjadinya cekaman kekeringan (drought avoidance), yaitu tanaman akan m me menyelesaikan siklus hidupnya sebelum terjadi cekaman kekeringan; (2) pen pe penghindaran terhadap cekaman kekeringan (drought escape), yaitu tanaman akan m me mempertahankan status air dalam jaringan dengan meningkatkan absorbsi air oleh aak ka dan mengurangi kehilangan air lewat tajuk; (3) toleransi terhadap kekeringan akar (dr (drought tolerance), tanaman tetap dapat melangsungkan metabolismenya pada kko on kondisi status air yang rendah dengan mengakumulasi senyawa terlarut, sehingga ddaap mempertahankan turgor sel tetap tinggi. dapat Menurut Hartley (1977), salah satu respon bibit kelapa sawit yang me mengalami cekaman kekeringan adalah dengan memperkecil jumlah stomata yang me membuka sehingga menurunkan proses transpirasi. Apabila cekaman berlangsung dal dalam waktu yang cukup lama maka dapat menyebabkan patah pucuk dan kem kematian tanaman (Lubis, 1992). Respon lainnya dari tanaman kelapa sawit yang me mengalami cekaman kekeringan adalah terhambatnya perkembangan per pertumbuhan daun dan bertambahnya jumlah akar yang mati, ditandai dengan aka yang berwarna hitam (Bahri, 1996). Tanaman yang mampu beradaptasi pada akar kon ko kondisi kekeringan akan dapat mempertahankan pertumbuhan yang relatif tinggi ddiiibb dibandingkan dengan tanaman yang peka. Menurut Aluko dan Oard (2004) tingkat kep ke kepekaan tanaman terhadap cekaman kekeringan dapat dikaji dengan indeks sseen sensitivitas.