157 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB IV 4.1 Kesimpulan Dari data yang sudah disajikan dan dianalisa pada bab sebelumnya, maka dapat diperoleh kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Goal atau tujuan dari komunikasi yang dilakukan guide batik adalah pesan yang disampaikan itu sampai dan tepat kepada sasaran yaitu tamu atau wisatawan. Isi dari pesan yang dimaksud adalah memperkenalkan Kampung Batik Kauman. Seperti tujuan komunikasi pada hakikatnya adalah untuk mengubah sikap (to change the attitude), mengubah opini atau pandangan (to change the opinion), mengubah perilaku (change behavior). Sehingga dari komunikasi yang dilakukan oleh guide dengan tamu, guide berharap dapat mengubah sikap tamu yang sebelumnya tidak tahu letak kampong Batik Kauman menjadi tahu kemudian mengubah opini tamu dengan memperusasi tamu mengenai pakaian batik di kampong Batik hingga mengubah perilaku sehingga tamu mengunjungi kampong Batik Kauman. Komunikasi ini dikatakan efektif apabila komunikasi yang dilakukan guide tersebut memberikan efek secara kognitif, afektif dan efek perilaku pada tamu. kognitif berkaitan dengan pikiran, afektif berkaitan dengan perasaan dan konatif berupa tindakan. 2. Bentuk komunikasi pada guide kampong Wisata Batik Kauman dalam Memandu Wisatawan adalah interpersonal communication (komunikasi antarpribadi). Hal ini ditandai dengan cara berkomunikasi guide dengan 158 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id tamu ata face to face sekunder. Sehingga efek yang diberikan juga bersifat immediate atau langsung. Guide ataupun tamu dapat saling langsung merespon dengan noise yang minim sehingga bentuk komunikasi ini dianggap paling efektif untuk berinteraksi. Komunikasi antar guide dan komunikasi guide dengan tamu dikatakan berbentuk interpersonal communication karena memenuhi karakteristik interpersonal communication yaitu: - komunikasi tersebut terjadi pada satu tempat yang sama, di lingkungan yang sama dan pada waktu yang sama. - Merupakan suatu proses komunikasi yang berkelanjutan, tidak hanya sekedar saling sapa antar guide maupun dengan tamu. - Mempunyai tujuan tertentu, untuk guide yaitu mempersuasi tamu memasuki kampong Batik. - Menghasilkan hubungan yaitu antar sesame guide dan antara guide dengan toko Batik. - Menciptakan serta mempertukarkan makna yaitu proses interkasi antar guide dan guide dengan tamu, juga guide dengan pemilik toko. Komunikasi interpersonal antar sesama guide banyak didominasi oleh komunikasi nonverbal. Hal ini sangat terlihat ketika mereka melakukan komunikasi di hadapan tamu dalam bentuk symbol-simbol dan kode atau biasa disebut interaksi simbolik. Symbol dan kode antar guide tersebut merupakan bentuk pesan yang didasari pada suatu kesamaan pengalaman (field of experience) sedemikian hingga antar partisipan dalam satu proses perpustakaan.uns.ac.id 159 digilib.uns.ac.id komunikasi memahami makna pesan yang ditransmisikan. Pola interaksi guide khususnya ketika bekerja secara estafet dalam menafsirkan stimuli bergantung pada faktor kesamaan pengalaman, latar belakang, pengaruh kebutuhan dan emosional. Tidak ada komunikasi kelompok karena pola komunikasi dengan karakteristik khusus yang dijalani guide adalah dengan bekerja secara tersamar sehingga guide tidak menjadi satu bagian kelompok rombongan yang diguidenya. 3. Pola komunikasi guide Kampong Wisata Batik Kauman dalam Memandu Wisatawan adalah satu arah, dua arah ketika terjadi hubungan timbal balik dan multi arah ketika disinggungkan dengan toko dalam penebusan fee. Berpola satu arah ketika tamu atau wisatawan dianggap pasif dan tidak melakukan respon balik kepada guide atas penawaran guide sehingga guide bekerja hanya dengan menguntit si tamu. Komunikasi guide berkembang menjadi berpola dua arah ketika tamu aktif melakukan interaksi timbal balik kepada guide salah satu contoh misalnya dengan mengajukan sebuah pertanyaan, dan timbal balik antara guide A dengan guide B ketika memandu dengan system estafet. Komunikasi guide satu arah dan dua arah akan berkembang menjadi multi arah jika dikombinasikan. Dikatakan komunikasi multi arah karena parisipan dalam satu proses komunikasi saling melakukan interaksi tidak hanya dengan satu orang partisipan tapi juga partisipan lainnya dalam satu lingkaran proses komunikasi. perpustakaan.uns.ac.id 160 digilib.uns.ac.id Namun demikian bisa ditarik benang merah pola komunikasi yang dilakukan guide dalam memandu wisatawan adalah dengan menawarkan Kampung Batik Kauman kepada tamu melalui strategi lobiying. Dalam mengguide ada aturan yang harus ditaati dan kecenderungan toko yang dikunjungi tersentra di dekitar gang wijaya karena di situlah terdapat banyak toko batik yang saling berjejer tanpa jarak sehingga terbentuk satu blok. 4.2 Saran Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis, terdapat beberapa saran yang bisa dijadikan koreksi dan pertimbangan demi eksistensi Kampung Wisata Batik Kauman sebagai salah satu obyek wisata social dan budaya milik kota Solo, yaitu sebagai berikut: 1. Jumlah guide yang tentative membuat koordinasi fungsi kelompok guide dalam membantu mempertahakankan citra dan eksistensi kampong Kauman sebagai Kampung Wisata Batik sedikit terhambat sehingga diperlukan perekapan data pasti semua guide yang ada di Kauman. 2. Perlu adanya pembekalan pengetahuan dan pelatihan keterampilan guiding secara rutin dan merata untuk semua guide demi mengembangkan potensi guiding di Kampung Batik Kauman. 3. Meskipun system guiding sudah ada dan rapi namun diperlukan penyempurnaan system melalui mufakat bersama di bawah PKWBK sebagai wadah paguyuban agar tercipta kesepahaman dan tidak ada tumpang tindih kepentingan yang berpotensi menimbulkan konflik antar 161 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id guide dan pemilik toko/showroom sehingga meningkatkan kenyamanan seluruh elemen social yang ada di kampong Batik Kauman. Penyempurnaan system salah satunya bisa memanfaatkan media sekunder berupa web dan jejaring social yang terintegrasi yang berisi panduan/guiding Kampung Batik Kauman untuk lebih menarik perhatian wisatawan secara luas. 4. Meskipun masih banyak kekurangan, namun melalui penelitian ini bisa melengkapi penelitian sebelumnya yang dilakukan Apolonia (2007:135) yang menyimpulkan bahwa salah satu kendala yang dihadapi Kampung Batik Kauman adalah terbatasnya akses informasi menuju lokasi Kampung Batik Kauman yang terletak di dalam sentra tanpa bantuan seorang guide. Sehingga dari penelitian yang penulis lakukan ini dapat dilihat bagaimana pola komunikasi guide dalam memandu wisatawan dan bisa dijadikan acuan untuk mengambil tindakan menyusun inovasi strategi pengemasan Kampung Wisata Batik Kauman.