BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Perkembangan isu terkini tentang penelitian mengenai sistem pengukuran kinerja semakin mengarah kepada perspektif individual sebagai perbandingan dari perspektif organisasional yang salah satunya berkaitan dengan hubungan antara sistem pengukuran kinerja dengan perilaku yang dihasilkan oleh karyawan (behavioral outcomes). Penelitian-penelitian dalam sistem evaluasi kinerja multidimensi (misalnya Balanced Scorecard) juga telah memperluas fokusnya dari tingkat organisasional (Davis dan Albright, 2004; Abdel-Maksoud dkk., 2005; Grafton dkk., 2010) ke tingkat individual (Hall, 2008; Hartman dan Slapnicar, 2009; Lau, 2011; Lau dan Roopnarain, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa para peneliti meningkatkan kepedulian mereka tidak hanya pada bagaimana sistem pengukuran kinerja mempengaruhi outcomes organisasi, tetapi juga bagaimana sistem tersebut mampu mempengaruhi outcomes individu dalam organisasi. Perspektif karyawan dianggap penting untuk diangkat dalam penelitian akuntansi manajemen, khususnya sistem pengukuran kinerja, karena ukuran-ukuran yang digunakan dalam sistem pengukuran kinerja organisasi nantinya akan berpengaruh terhadap perilaku serta kinerja (outcomes) individu atau karyawan dalam organisasi tersebut (Lau, 2011; Lau dan Roopnarain, 2014). Alasan penting lain, bagi karyawan, nantinya akan memahami mengapa segala sesuatu yang berkaitan dengan 1 kinerja mereka perlu diukur serta mereka dapat mengetahui bagaimana tujuan individu maupun tim berkaitan dengan tujuan organisasi secara keseluruhan (Ukko dkk., 2007). Hasil penelitian mengenai hubungan sistem pengukuran kinerja dengan perilaku individu karyawan menemukan bukti bahwa sistem pengukuran kinerja serta ukuran-ukuran yang digunakan dapat mempengaruhi perilaku serta kinerja (outcomes) karyawan melalui variabel-variabel seperti motivasi karyawan, role clarity, keadilan persepsian, psychological empowerment, dan feedback quality (Hall, 2008; Hartman dan Slapnicar, 2009; Lau, 2011; Lau dan Oger, 2012; Lau dan Roopnarain, 2014). Hal ini menyimpulkan bahwa desain pengukuran kinerja mempengaruhi outcomes atau kinerja individu tersebut cenderung tidak langsung atau melalui variabel-variabel yang memediasi. Lau dan Sholihin (2005) mengungkapkan bahwa salah satu dari beberapa variabel yang telah teridentifikasi sebagai variabel yang memiliki pengaruh intervensi terpenting adalah kepercayaan (trust). Penelitian terkini telah memberikan bukti empiris mengenai dukungan terhadap proposisi bahwa kepercayaan merupakan variabel yang dapat dipengaruhi oleh desain sistem pengukuran kinerja dan merupakan intervensi penting dalam hubungan sistem pengukuran kinerja dengan kinerja manajerial tersebut. Hartman dan Slapnicar (2009) misalnya, mereka beragumen bahwa kepercayaan interpersonal dipengaruhi oleh formalitas evaluasi kinerja. Argumen tersebut diperkuat dengan hasil penelitian mereka yang menemukan bahwa formalitas sistem evaluasi kinerja yang digunakan (highcontractibility) dapat menurunkan kepercayaan bawahan terhadap atasan. Hasil 2 berbeda ditemukan oleh Coletti dkk. (2005), mereka menemukan bukti bahwa penggunaan sistem pengukuran kinerja yang formal memiliki pengaruh yang positif terhadap kepercayaan antar anggota tim dalam organisasi. Lau dan Oger (2012) juga menemukan hasil yang sama, mereka melaporkan bahwa keadilan dalam evaluasi kinerja formal akan berpengaruh secara positif terhadap kepercayaan karyawan kepada atasannya (interpersonal trust). Secara lebih lanjut, Lau dan Sholihin (2005) menggunakan kepercayaan interpersonal sebagai variabel intervensi pada penelitian mereka dan menemukan bahwa evaluasi kinerja berdasarkan kedua ukuran (nonfinansial dan finansial) berhubungan tidak langsung dengan kepuasan kerja karyawan melalui variabel kepercayaan kepada atasan. Oleh karena itu, penelitian ini menjadikan kepercayaan sebagai variabel mediasi untuk mencoba menutup kesenjangan (gap) beberapa penelitian tersebut terkait peranan variabel kepercayaan interpersonal dalam hubungan antara sistem pengukuran kinerja dengan outcomes atau kinerja individu dalam organisasi. Beberapa disiplin ilmu mengungkapkan bahwa kepercayaan merupakan sesuatu yang menunjang dalam sebuah organisasi meskipun belum diketahui secara pasti bagaimana manfaat penunjang dari kepercayaan tersebut bisa diperoleh (Dirks dan Ferrin, 2001). Konsep kepercayaan telah lama menjadi sebuah area studi bagi para ahli pengembang teori-teori sosiologi dan organisasi, akan tetapi secara relatif masih sedikit dan mengundang perhatian baru pada bidang ekonomi dan bisnis (Nooteboom, 2004). Dengan memasukkan konsep kepercayaan ke dalam penelitianpenelitian di bidang akuntansi, khususnya akuntansi manajemen, diharapkan dapat 3 menjawab masalah generalisasi konsep tersebut di berbagai ilmu sosial mengingat bahwa konsep tersebut disepekati oleh banyak peneliti dari berbagai disiplin ilmu sebagai hal yang bermanfaat bagi organisasi (Dirks dan Ferrin, 2001). Selain itu, para peneliti di bidang akuntansi manajemen (misalnya, Lau and Buckland, 2001; Malhotra dan Munighan, 2002; Lau dan Roopnarain, 2014) mengungkapkan bahwa kepercayaan yang dipengaruhi oleh sistem pengukuran kinerja serta ukuran-ukuran yang digunakan dianggap penting dan memiliki potensi yang signifikan untuk terus diteliti sehingga penulis juga menjadikan alasan tersebut untuk mengobservasi variabel kepercayaan dalam penelitian ini. Hasil ketiga penelitian yang dibahas sebelumnya (Hartman dan Slapnicar, 2009; Coletti dkk., 2005; Lau dan Oger, 2012) memberikan bukti empiris yang menunjukkan bahwa sistem pengukuran kinerja berpengaruh terhadap kepercayaan individu. Namun, sebagai sebuah sistem pengukuran kinerja yang formal dan komprehensif, tentunya sistem tersebut terdiri dari ukuran-ukuran kinerja yang beragam baik itu nonfinansial maupun finansial sehingga menimbulkan beberapa pertanyaan terhadap hasil pengaruh sistem pengukuran kinerja yang ditemukan dalam ketiga studi tersebut. Beberapa pertanyaan yang muncul seperti (1) apakah pengaruh dari sistem pengukuran kinerja yang mereka temukan berasal dari penggunaan ukuran nonfinansial atau merupakan pengaruh dari penggunaan ukuran finansial? (2) apakah ketika menggunakan salah satu ukuran saja (misalnya hanya ukuran nonfinansial) dapat menimbulkan pengaruh yang sama? dan (3) apakah hasil yang ditemukan oleh ketiga studi tersebut lebih dipengaruhi oleh ukuran finansial atau ukuran nonfinansial 4 yang memiliki peran utama dalam pengaruh tersebut?. Berdasarkan beberapa pertanyaan yang merupakan keresahan persepsi terhadap pengaruh sistem pengukuran kinerja, maka sebuah penelitian yang menginvestigasi peranan masingmasing ukuran dalam sistem pengukuran kinerja terhadap kepercayaan dan kinerja perlu untuk dilakukan sebagai kontribusi untuk mengatasi isu yang belum terselesaikan. Lau (2011) memberikan sebuah argumen yang cukup berharga bagi perkembangan penelitian mengenai isu pengaruh dari pentingnya penggunaan masing-masing ukuran terhadap perilaku serta kinerja yang dihasilkan oleh individu. Argumen Lau (2011) tersebut menyebutkan bahwa dengan memisahkan masingmasing ukuran dapat memungkinkan kita untuk memastikan apakah pengaruh dari sistem pengukuran kinerja terhadap perilaku serta kinerja individu hanya dipengaruhi oleh penggunaan ukuran nonfinansial saja, penggunaan ukuran finansial saja, atau bahkan pengaruh tersebut berasal dari kombinasi keduanya. Pada dasarnya, penelitian ini merupakan respon atas harapan Lau (2011) serta Lau dan Roopnarain (2014) yang menginginkan adanya suatu pengembangan terhadap isu utama penelitian yang mereka angkat berkaitan dengan pengaruh pentingnya ukuran-ukuran dalam sistem pengukuran kinerja (nonfinansial dan finansial) terhadap behavioral outcomes individu organisasi. Pengembangan ini dilakukan dengan mengobservasi variabel mediasi lain yang dianggap berpotensi untuk memiliki hubungan dengan pentingnya penggunaan ukuran-ukuran yang digunakan dalam sistem pengukuran kinerja dan belum ada dalam penelitian Lau 5 (2011) serta Lau dan Roopnarain (2014). Alasan dilakukannya pengembangan penelitian tersebut karena meskipun Lau (2011) telah mengklaim hubungan antara ukuran nonfinansial dan finansial yang digunakan sebagai kriteria evaluasi kinerja berpengaruh secara tidak langsung terhadap kinerja manajerial melalui variabel kejelasan peran atau tugas (role clarity), mereka mengakui bahwa hasil penelitian mereka masih sempit dan terbatas pada variabel mediasi tersebut. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Lau dan Roopnarain (2014) yang meresahkan keterbatasan penelitian mereka yang sempit karena hanya menggunakan variabel mediasi motivasi untuk berpartisipasi dalam penentuan target. Penelitian ini menjadikan alasan keterbatasan dari kedua penelitian tersebut dan termotivasi untuk mengobservasi variabel mediasi lain yaitu kepercayaan interpersonal atau dalam penelitian Lau dan Sholihin (2005) dikonseptualisasi sebagai “trust in supervisor” atau kepercayaan bawahan terhadap atasan yang merujuk pada konseptualisasi Read (1962). Penggunaan kepercayaan interpersonal sebagai variabel mediasi dalam penelitian ini juga diharapkan mampu menjelaskan penggunaan ukuran-ukuran sistem pengukuran kinerja dalam konteks hubungan antara atasan dan bawahan yang belum terjelaskan dalam penelitian Lau (2011) serta Lau dan Roopnarain (2014). Hal ini juga dapat mendukung simbiosis antara kepercayaan dengan sistem evaluasi kinerja dalam konteks hubungan antara atasan dengan bawahan yang secara umum tidak dianggap cukup bagi atasan jika hanya menggunakan salah satu dari kedua ukuran (nonfinansial dan finansial) untuk mengontrol perilaku bawahan mereka (Das dan Teng, 1998). 6 Alasan lain dilakukannya penelitian ini adalah mengacu pada hasil penelitian dari Lau dan Sholihin (2005) yang juga mengangkat isu utama penelitian tentang bagaimana pengaruh ukuran nonfinansial dan finansial terhadap behavioral outcomes melalui variabel kepercayaan interpersonal dan keadilan dalam prosedur evaluasi kinerja yang peneliti anggap perlu untuk dilakukan pengujian lebih lanjut terkait peranan konsep kepercayaan yang digunakan. Lau dan Sholihin (2005) melalui survei yang dilakukan terhadap 70 manajer pada organisasi manufaktur yang terdaftar di Indonesian Capital Market Directory menemukan salah satu hasil bahwa pengaruh dari penggunaan ukuran nonfinansial dan finansial terhadap outcomes individu adalah negatif (salah satu hipotesis penelitian tidak terdukung). Hasil penelitian Lau dan Sholihin (2005) tersebut menyimpulkan bahwa pengaruh pentingnya (relative importance) penggunaan kedua ukuran (nonfinansial dan finansial) dalam penilaian kinerja tidak terlalu signifikan untuk mempengaruhi outcomes individu yang dalam penelitian mereka menggunakan variabel kepuasan kerja. Hasil penelitain Lau dan Sholihin (2005) tersebut berbeda dengan hasil penelitian Lau (2011) serta Lau dan Roopnarain (2014) yang menemukan bahwa penggunaan ukuran nonfinansial dan finansial sangat penting untuk mempengaruhi outcomes individu karyawan. Namun, hasil penelitian Lau (2011) serta Lau dan Roopnarain (2014) masih menunjukkan ketidakkonsistenan antara satu dengan yang lainnya mengenai konteks pengaruh penggunaan ukuran-ukuran dalam sistem pengukuran kinerja terhadap kinerja manajerial. Lau (2011) menemukan hasil yang menyebutkan bahwa semua ukuran baik itu nonfiansial maupun finansial memiliki 7 hubungan dengan kinerja manajerial melaui variabel kejelasan peran (fully mediated) sedangkan Lau dan Roopnarain (2014) menemukan hasil bahwa untuk ukuran nonfinansial, pengaruhnya terhadap kinerja hanya termediasi sebagian (partially mediated) melalui variabel motivasi dalam penentuan target. Meskipun hasil penelitian Lau (2011) serta Lau dan Roopnarain (2014) telah memberikan penjelasan yang baik mengenai pengaruh penggunaan ukuran nonfinansial dan finansial terhadap perilaku yang dihasilkan karyawan serta kinerja, ketidakkonsistenan kedua hasil penelitian tersebut kemudian menjadi polemik dan masih perlu untuk dicermati lebih lanjut. Penulis beranggapan bahwa ketidakkonsistenan hasil dari kedua penelitian tersebut bersumber dari perbedaan variabel mediasi yang mereka observasi sehingga perlu suatu pengembangan pada konteks observasi variabel mediasi yang digunakan. Kontradiksi penelitian Lau dan Sholihin (2005) dengan penelitian Lau (2011) serta Lau dan Roopnarain (2014) tersebut merupakan permasalahan yang memerlukan perhatian untuk segera diatasi melalui pengembangan-pengembangan penelitian yang nantinya akan memberikan bukti relevan sebagai penyempurnaan untuk menutup kesenjangan yang ada. Oleh karena itu, penelitian ini dirasakan perlu dilakukan agar memperjelas pengaruh pentingnya penggunaan masing-masing ukuran (nonfinansial dan finansial) serta secara teoritis melihat perbandingan pengaruh masing-masing ukuran (nonfinansial versus finansial) yang digunakan dalam sistem pengukuran kinerja terhadap variabel mediasi kepercayaan interpersonal dalam penelitian ini, serta job outcomes karyawan seperti kinerja individu atau job performance yang masih sangat sedikit bukti empirisnya (Burney dan Widener, 2007; 8 Lau, 2011). Sejauh pengetahuan terbaik penulis, penelitian mengenai topik utama tersebut di Indonesia masih tergolong sedikit dan salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Lau dan Sholihin (2005). Penggunaan ukuran nonfinansial dan finansial dalam sistem pengukuran kinerja yang dimaksud dalam penelitian ini berkaitan dengan tingkat kepentingan (degree of importance) penggunaan tiap-tiap ukuran sebagai kriteria dalam pengukuran kinerja. Hal ini sesuai dengan konseptualisasi ukuran kinerja dalam sistem pengukuran kinerja pada penelitian Lau (2011) serta Lau dan Roopnarain (2014) yang melihat dari konteks kepentingan dari penggunaan ukuran nonfiansial dan finansial yang juga berdasarkan perspektif Balanced Scorecard. Khusus ukuran nonfinansial, hanya berdasarkan pada perspektif “Learning and Growth” saja karena dianggap sebagai perspektif yang paling berterima secara umum di semua unit departemen pada organisasi mana pun. Alasan ini didukung oleh pernyataan Atkinson (2006) yang mengatakan bahwa pentingnya dimensi Learning and Growth dalam pengukuran kinerja adalah sebagai atau kekuatan pendorong (driving force) dari Balanced Scorecard. Penelitian ini kemudian menghubungkan pentingnya penggunaan ukuran nonfinansial dan finansial tersebut terhadap pengaruhnya pada kinerja yang dalam penelitian ini disebut sebagai peningkatan prestasi kerja individu (job performance) melalui variabel mediasi kepercayaan interpersonal yang diobservasi. Tingkatan kepercayaan yang dipengaruhi oleh persepsi pentingnya penggunaan ukuran-ukuran nonfinansial dan finansial sebagai kriteria pengukuran kinerja nantinya dapat dilihat 9 dari job outcomes karyawan dan diharapkan akan berpengaruh terhadap prestasi kerja karyawan. Hal ini disimpulkan dari beberapa bukti penelitian yang menunjukkan bahwa kepercayaan memiliki peran, pengaruh, serta hubungan terhadap job outcomes atau kinerja (Oldham, 1975; Robinson, 1996; Rich, 1997; Lau dan Buckland, 2001; Yang dan Holzer, 2006) serta pengukuran atau evaluasi kinerja memiliki pengaruh penting terhadap outcomes atau perilaku individu (Hartman dan Slapnicar, 2009; Lau dan Sholihin, 2005; Lau, 2011; Lau dan Roopnarain, 2014). 1.2 RUMUSAN MASALAH Fenomena yang kerap menjadi perdebatan serta polemik dalam penelitian akuntansi manajemen, khususnya mengenai sistem pengukuran kinerja, adalah menyangkut aspek, karakteristik atau ukuran mana dari sistem pengukuran tersebut yang secara signifikan dan penting dapat mempengaruhi kinerja atau perilaku individu dalam organisasi (Hartman dan Slapnicar, 2009). Misalnya hasil penelitian Ittner dkk. (2003) yang menemukan bukti bahwa karakteristik pengukuran yang beragam (multiple measures) sebagai pelengkap ukuran-ukuran tradisional mampu menangkap kunci dimensi-dimensi kinerja strategis yang nantinya akan meningkatkan kinerja sedangkan Hartman dan Slapnicar (2009) menemukan bahwa aspek formalitas dari pengukuran kinerja yang memiliki pengaruh terhadap kinerja dan perilaku karyawan. Selain itu, hasil lain dilaporkan oleh Malina dan Selto (2001) yang menemukan bahwa sistem pengukuran kinerja komprehensif akan berguna 10 untuk perubahan dan peningkatan kinerja ketika menyediakan ukuran-ukuran yang sesuai dengan strategi suatu organisasi. Beberapa hasil penelitian di atas kemudian memicu munculnya motivasi untuk mengobservasi serta menjelaskan aspek sistem pengukurangan kinerja seperti apa yang nantinya berpengaruh terhadap behavioral outcomes dan kinerja yang dihasilkan oleh individu dalam organisasi. Berbagai penelitian juga telah dilakukan sebagai upaya untuk memberi pencerahan terhadap perdebatan yang terjadi (lihat Lau dan Sholihin, 2005; Hall, 2008; Hartman dan Slapnicar, 2009; Lau, 2011; Lau dan Roopnarain, 2014) tetapi belum mampu menutup kesenjangan (gap) yang ada, utamanya mengenai aspek atau ukuran sistem evaluasi kinerja mana yang lebih kuat mempengaruhi kinerja yang dihasilkan individu karyawan. Pembahasan pada latar belakang sebelumnya menyebutkan bahwa kesimpulan dari hasil penelitian yang mengobservasi peranan dan pengaruh dari sistem pengukuran kinerja adalah memberikan bukti bahwa penggunaan ukuran dalam sistem pengukuran kinerja komprehensif memiliki pengaruh terhadap kinerja manajerial (Kaplan dan Norton, 1992; Lau, 2011) serta outcomes individu organisasi lainnya (Lau dan Sholihin, 2005; Lau dan Roopnarain, 2014). Meskipun demikian, ketidakkonsistenan hasil tetap terjadi. Hasil penelitian Lau (2011) seperti yang telah dijelaskan sebelumnya menemukan bahwa melalui variabel mediasi role clarity, penggunaan ukuran nonfinansial dan finansial masing-masing memiliki pengaruh secara penuh pada kinerja individu atau manajerial. Lau dan Roopnarain (2014) memberikan hasil yang berbeda, mereka menemukan bahwa hanya ukuran finansial 11 saja yang berpengaruh terhadap kinerja individu melalui variabel mediasi motivasi untuk berpartisipasi dalam penentuan target sedangkan ukuran nonfinansial tidak berhubungan secara penuh (partially mediated) bahkan hampir tidak memiliki pengaruh melalui variabel mediasi tersebut. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut dirasakan sangat perlu untuk dilakukan dengan harapan akan menjadi amunisi untuk menutup kesenjangan hasil tersebut dan sebagai bukti tambahan untuk generalisasi terhadap aspek, karakteristik serta ukuran dari sistem pengukuran kinerja yang berpengaruh pada perilaku hasilan individu. Alasan tersebut membuka peluang bagi peneliti untuk melakukan observasi variabel lain agar dapat menutup kesenjangan yang terjadi dari hasil penelitian-penelitian tersebut di atas dan juga mampu menjelaskan secara lebih rinci mengenai aspek serta ukuran dari sistem pengukuran kinerja yang nantinya berpengaruh terhadap perilaku serta kinerja individu (Lau, 2011). Penelitian ini akan menjawab beberapa pertanyaan penelitian dengan menggunakan model yang dikembangkan oleh Lau (2011) serta Lau dan Roopnarain (2014) mengenai pengaruh pentingnya penggunaan ukuran nonfinansial dan finansial sebagai kriteria dalam sistem pengukuran kinerja terhadap prestasi kerja individu (job performance) melalui variabel mediasi kepercayaan interpersonal yang merupakan variabel pengganti untuk diobservasi dalam penelitian ini. Pertanyaan penelitian yang akan dijawab merupakan tindak lanjut atau ekstensi dari penelitian Lau (2011) serta Lau dan Roopnarain (2014) tentang pentingnya penggunaan ukuran-ukuran nonfinansial dan finansial dalam sistem pengukuran kinerja serta pengaruhnya 12 terhadap role clarity (lihat Lau, 2011) dan motivasi karyawan untuk berpartisipasi dalam penentuan target (lihat Lau dan Roopnarain, 2014) sebagai variabel mediasi yang nantinya akan tercermin pada prestasi kerja atau kinerja yang dihasilkan individu. Namun dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi variabel mediasi berbeda dari kedua penelitian tersebut yaitu kepercayaan interpersonal (kepercayaan bawahan kepada atasan) yang digunakan dalam penelitian Lau dan Sholihin (2005) yang dianggap perlu dilakukan pengujian kembali karena menunjukan hasil yang negatif atau tidak ada pengaruh mengenai pentingnya (relative importance) penggunaan ukuran nonfinansial dan finansial terhadap outcomes individu. Penggunaan kepercayaan dalam penelitian ini juga dilakukan dengan argumen bahwa kepercayaan karyawan terhadap pentingnya penggunaan ukuran-ukuran nonfinansial dan finansial yang digunakan atasan sebagai kriteria untuk mengukur kinerja mereka akan menciptakan motivasi dalam peningkatan prestasi kerja karyawan. Kepercayaan dalam sistem pengukuran kinerja juga diyakini akan mengatasi masalah keagenan dengan memitigasi adanya asimetri informasi (Desriani dan Sholihin, 2011) sehingga akan berpengaruh terhadap kinerja karyawan (job performance). Pertanyaan-pertanyaan penelitian yang ingin dijawab dalam penelitian ini secara spesifik adalah sebagai berikut: 1. Apakah tingkat kepentingan (degree of importance) penggunaan ukuran nonfinansial oleh atasan untuk mengevaluasi kinerja karyawan berhubungan dengan kepercayaan interpersonal karyawan (trust in supervisor)? 13 2. Apakah tingkat kepentingan (degree of importance) penggunaan ukuran finansial oleh atasan untuk mengevaluasi kinerja karyawan berhubungan dengan kepercayaan interpersonal karyawan (trust in supervisor)? 3. Apakah kepercayaan interpersonal karyawan (trust in supervisor) berhubungan dengan kinerja karyawan (job performance)? 4. Apakah tingkat kepentingan (degree of importance) penggunaan ukuran nonfinansial oleh atasan untuk mengevaluasi kinerja karyawan berhubungan dengan job performance melalui kepercayaan interpersonal karyawan (trust in supervisor)? 5. Apakah tingkat kepentingan (degree of importance) penggunaan ukuran finansial oleh atasan untuk mengevaluasi kinerja karyawan berhubungan dengan job performance melalui kepercayaan interpersonal karyawan (trust in supervisor)? 1.3 TUJUAN PENELITIAN Melalui penggunaan dan pengujian model yang diekstensi dari model penelitian Lau (2011) serta Lau dan Roopnarain (2014), penulis bermaksud untuk menginvestigasi peranan tingkat kepentingan (degree of importance) penggunaan masing-masing ukuran kinerja (nonfinansial dan finansial) oleh atasan sebagai kriteria untuk evaluasi kinerja karyawan dalam mempengaruhi kepercayaan karyawan kepada atasan (interpersonal trust). Pengaruh tersebut juga nantinya akan 14 berimplikasi pada peningkatan prestasi kerja atau kinerja (job performance) para karyawan. Investigasi terhadap peranan kepercayaan (interpersonal trust) sebagai variabel mediasi juga dilakukan untuk menjelaskan lebih lanjut mengenai hubungan tidak langsung antara pentingnya penggunaan ukuran kinerja (nonfinansial dan finansial) dengan job performance. Selanjutnya, secara konseptual, peneliti ingin melihat penggunaan ukuran mana sebagai kriteria dalam pengukuran kinerja yang nantinya memiliki pengaruh lebih besar (nonfinansial versus finansial) terhadap interpersonal trust karyawan. 1.4 KONTRIBUSI PENELITIAN Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi untuk memperkaya literatur dan memberikan bukti empiris sebagai pedoman mengenai desain atau gaya sistem pengukuran kinerja komprehensif yang akan dipilih oleh supervisor atau atasan yang secara predominan berfokus pada ukuran kinerja akuntansi dengan menguji pengaruh pentingnya penggunaan ukuran nonfinansial dan finansial sebagai kriteria terhadap peningkatan kinerja karyawan serta bagaimana kedua ukuran tersebut berinteraksi dengan kepercayaan karyawan (interpersonal trust). Hasil penelitian ini juga nantinya diharapkan memberikan implikasi teoritis dengan memberikan kontribusi terhadap perluasan cakupan teori penetapan tujuan (goal-setting theory) melalui investigasi peranan ukuran-ukuran kinerja nonfinansial dan finansial dalam sistem pengukuran kinerja yang diyakini sebagai penetapan target 15 yang lebih spesifik bagi individu dalam organisasi. Penelitian ini sekiranya juga akan memberikan implikasi praktikal bagi organisasi, utamanya bagi atasan, untuk lebih berhati-hati mengembangkan dan menggunakan ukuran-ukuran kinerja spesifik karena memiliki makna yang esensial untuk mempengaruhi kinerja karyawan dalam organisasi serta tingkat kepercayaan antar anggota organisasi. 1.5 SISTEMATIKA PENULISAN Secara terorganisir, pembahasan tesis ini akan dibagi menjadi lima bagian atau lima bab sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini memberikan penjelasan secara umum mengenai motivasi penelitian serta permasalah yang mendasari perlu dilakukannya penelitian yang secara terstruktur berisikan latar belakang penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan kontribusi penelitian. BAB II KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pembahasan yang disajikan dalam bab kedua secara rinci memberikan uraian mengenai literatur dan kajian teoritis yang digunakan. Bab ini menjelaskan tentang konsep sistem pengukuran kinerja, ukuran-ukuran kinerja (nonfinansial dan finansial), kepercayaan interpersonal, dan job performance kemudian ditutup dengan penjabaran penelitian terdahulu serta penjelasan tentang pengembangan hipotesis penelitian. BAB III METODA PENELITIAN 16 Bab ini berisikan penjelesan rinci mengenai metoda yang digunakan sebagai pendekatan untuk menguji hipotesis serta menjawab pertanyaan dalam penelitian ini. Secara keseluruhan, bab ini menjelaskan mengenai sampel penelitian, teknik pengumpulan data, variabel-variabel dan definisi operasionalnya serta memberikan penjelasan tentang penggunaan teknik analisis terhadap data penelitian. BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Pada bab ini memberikan penjelasan mengenai data penelitian, hasil pengolahan data serta pengujian hipotesis penelitian. Selain itu, dibagian akhir bab ini diberikan pembahasan mengenai output statistic serta hasil dari pengujian hipotesis penelitian. BAB V PENUTUP Bab ini merupakan bagian penutup dari penelitian yang telah disusun. Secara garis besar, bab ini memaparkan mengenai kesimpulan dari penelitian yang dilakukan, mengungkapkan keterbatasan-keterbatasan yang terjadi serta memberikan saran pengembangan dari penelitian ini. 17