7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Sebagai Sebuah Proses Komuniksai secara sederhana diartikan sebagai proses penyampaian pesan dari sumber ke penerima. Demikian juga komunikasi pemasaran seperti halnya proses komunikasi yang lain, pada hakekatnya merupakan suatu proses penyampaian pesan melalui sumber ke penerima yang diperantarai oleh suatu media tertentu. Perbedaannnya hanya, dalam komunikasi pemasaran diperlukannya kegaiatan atau aktivitas iklan yang dilakukan oleh orang-orang yang berkompeten dalam bidang iklan. Dalam kegiatan komunikasi pemasaran, para pelaku iklan tentunya memiliki harapan pada khalayak berupa efek iklan yang ditayangkan dimedia, efek yang dihasilkan berupa feedback atau umpan balik dari khalayak. Seperti yang dikemukakan oleh Lasswell, “who say what in which chanel to whom with what effect”2. Dapat dijabarkan bila dalam komunikasi pemasaran, who adalah sumber atau orang yang didaulat menjadi penyampaian pesan dalam aktivitas pemasaran, say what adalah pesan iklan yang disampaikan, in which chanel adalah media atau sarana penghubung dalam penyampaian pesan iklan, to whom tentunya adalah penerima dalam hal pemasaran adalah 2 Endah Murwani, Dasar – Dasar Periklanan, Wacana Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi Universitas Prof Dr. Moestopo (Beragama) , Jakarta, hal 15 8 konsumen, dan terakhir with what effect adalah efek yang terjadi setelah komunikasi pemasaran berlangsung. 2.2 Pengertian Iklan dan Periklanan Periklanan adalah komunikasi komersil dan noonpersonal tentang sebuah organisasi dan produk-produknya yang ditransmisikan ke suatu khalayak target melalui media bersifat massal seperti televisi, radio, koran, majalah, direct mail, reklame luar ruang, atau kendaraan umum.3 Periklanan merupakan sarana perusahaan untuk mempengaruhi konsumen dan sebagai alat persaingan dengan perusahaan lain dalam usaha mendapatkan perhatian dan kesan dari pasar sasaran. Alat-alat promosi periklanan antara lain : iklan media cetak, media elektronik, media luar ruang, media dalam ruang. Pengertian periklanan secara komprehensif adalah “semua bentuk aktivitas untuk menghadirkan, menginformasikan dan mempromosikan barang, atau jasa secara nonpersonal yang dibayar oleh sponsor. Dengan menginformasikan iklan tersebut, pengiklan tentunya mengharapkan dapat mencapai tujuan dari beriklan. Hal ini juga dikatakan oleh Frank Jefkins, tujuan periklanan adalah membujuk konsumen untuk membeli.4 Periklanan merupakan satu dari empat alat penting yang digunakan oleh perusahaan untuk memperlancar komunikasi persuasif terhadap pembelian dan masyarakat yang ditargetkan. Kemudian juga definisi iklan dan periklanan yang dipopulerkan oleh AMA (American Marketing 3 Lee Monle & Carla Johnson, Prinsip-prinsip Pokok Periklanan Dalam Perspektif Global, Kencana, 2007, hal 23 4 Panggih Sudoro, Dasar – Dasar Periklanan, Univ.Prof. Dr. Moestopo Beragama 9 Association) adalah iklan sebagai semua bentuk bayaran untuk mengimplementasikan dan mempromosikan ide, barang atau jasa secara nonpersonal oleh sponsor yang jelas, sedangkan periklanan adalah seluruh proses yang meliputi penyiapan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan iklan. Perilaku periklanan merupakan suatu komunikasi massa berbayar untuk menarik kesadaran, menanamkan informasi, mengembangkan sikap atau mengharapkan adanya tindakan yang menguntungkan bagi pengiklan. 5 Pada dasarnya, periklanan merupakan sebuah proses komunikasi yang bertujuan untuk membujuk orang untuk mengambil tindakan yang menguntungkan bagi pihak pembuat iklan. Iklan ditujukan untuk mempengaruhi perasaan, pengetahuan, makna, kepercayaan, sikap, pendapat, pemikiran dan citra konsumen yang berkaitan dengan suatu produk atau merek, tujuan periklanan ini bermuara pada upaya untuk dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli sebuah produk yang ditawarkan. Dari hal tersebut kita dapat melihat bahwa pihak pembuat iklan akan melakukan berbagai hal demi mendatangkan keuntungan bagi mereka. Tanpa disadari, para pemakai suatu produk tertentu telah terpengaruh oleh kekuatan dari sebuah iklan. Dan tidak sedikit pula masyarakat yang sangat fanatik terhadap suatu produk tertentu akibat pengaruh iklan. 5 Kasali, Rhenald, Manajemen Periklanan , Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, Jakarta: PT Pustaka Grafiti 1993, hal.51 10 2.3 Efek Periklanan Penggunaan media sebagai saluran untuk menyampaikan pesan iklan kepada konsumennya tentunya mempunyai harapan untuk mendapat feedback atau umpan balik yang berujung si konsumen dapat mengetahui, mengerti, merasakan sampai berniat dan akhirnya membeli produk yang mereka iklan kan memlaui media tersebut. Hal tersebut dapat terjadi apabila frekuensi beriklan dilakukan secara terus menerus. Ardianto, Komala, dan Karlinah menyatakan bahwa efek pesan media massa terbagi atas efek kognitif, afektif dan terakhir konatif (behavioral).6 1. Kognitif Menyangkut kesadaran dan pengetahuan apakah pesan yang disampaikan dapat menyadarakan dan memberikan pengetahuan baru kepada khalayak. Misalnya: menjadi sadar atau ingin menjadi tahu atau kenal, dampak ini terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, atau dipersepsi khalayak, dengan kata lain dampak ini berkaitan dengan penyampaian informasi, pengetahuan, keterampilan maupun kepercayaan oleh media massa. 2. Afektif Menyangkut sikap atau perasaam emosi, menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap, seperti 6 Elvirano Ardianto, Lukiati Komala, Siti Karlinah, Komunikasi Massa Suatu pengantar Edisi Revisi, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2007, hal 58 11 rasa benci, suka, sangat suka dan lain-lain. Tahap afektif adalah berupa tanggapan, reaksi jawaban yang diberikan oleh responden pada tahap perasaan sikap serta evaluasi terhadap suatu yang didengar atau dilihat. 3. Konatif (Behavioral) Menyangkut perilaku atau tindakan apakah pesan tersebut pata mendorong atau menimbulkan hasrat ingin berperilaku sesuai dengan yang diinginkan. Contohnya: berbuat seperti apa yang disarankan atau berbuat sesuatu tidak seperti apa yang disarankan (menentang). Sebagai dasar teori pada penelitian ini, maka dipakai model teori Hierarchy Effect dari Lavidge dan Steiner untuk memperjelas secara rinci proses komunikasi yang terjadi dan menjelaskan tahapan-tahapan ketika khalayak melewati tingkat kesadaran, memahami, menyukai, memilih, memastikan dan membeli suatu produk atau jasa. Menurut Robert J. Lavidge dan Gray Stainer7, tingkatan yang berlaku dalam proses komunikasi periklanan adalah: 7 1. Awareness (Tingkat Kesadaran) 2. Knowledge ( Tingkat Pengetahuan) Russel H. Colley, Defining Goals For Measured Advertising Result, (New York: 1961) terjemahan Rhenald Khasali, Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, ( Jakarta: Pustaka Umum Grafity, 1995), hal 51. 12 3. Liking (Tingkat kesukaan) 4. Preference (Tingkat Pilihan) 5. Cinviction (Tingkat Keyakinan) 6. Purchase (Tingkat Pembelian) Proses komunikasi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Awareness (Tingkat kesadaran) Tahap dimana konsumen mengetahui adanya produk tetapi hanya sekedar tahu, misalnya tahu merek atau jenis produknya. 2. Knowledge ( Tingkat Pengetahuan) Tahap dimana konsumen mempunyai pengetahuan tentang produk, tidak hanya terbatas pada pengetahuan tentang adanya suatu produk tetapi lebih mendalam lagi. 3. Liking ( Tingkat Kesukaan) Tahap dimana konsumen sudah membuat suatu penilaian terhadap produk yang dimaksud. 4. Preference (Tingkat Pilihan) Yahap dimana konsumen sedang menetapkan pilihannya pada suatu produk. 13 5. Conviction (Tingkat Keyakinan) Tahap dimana konsumen sedang menetapkan suatu produk tetapi belum menentukan apakah memang benar produk pilihannya sudah tepat untuk memenuhi kebutuhannya. 6. Purchase ( Tingkat pemebelian) Adalah tahap tingkat laku atau action konsumen untuk akhirnya membeli produk yang dimaksud. 2.4 Elemen-elemen Dalam Iklan Elemen-elemen iklan ditelevisi ada 2 bagian yaitu elemn audio dan visual. 1. Elemen visual meliputi: a. Produk Produk merupakan objek yang ingin dipersuasikan khalayak dalam hal ini produk tersebut adalah artis yang mendukung sampo Pantene yaitu Anggun C Sasmi b. Urutan / Adegan Jalan cerita yang menggambarkan khalayak akan pesan yang akan disampaikan c. Latar Belakang / Setting Berfungsi untuk menghidupkan suasana, sehingga sesuai dengan jalan cerita. 14 d. Model Merupakan orang yang muncul dalam iklan tersebut dspst memainkan berbagai macam peranan sebagai announcer, spoke person, character type, maupun celebrity. e. Naskah Naskah atau tulisan yang muncul dalam iklan.8 2. Elemen Audio Meliputi: a. Suara (sound) Suara merupakan elemen penting dalam iklan. Suara dapat terdengar dalam jingle atau musik dalam iklan, spoken dialogue (percakapan) dan announcement. Suara dialog biasanya menggunakan suara dari karakter untuk mempertegas siapa yang sedang berbicara dalam iklan tersebut. 9 2.5 Teori Kredibilitas Dalam kegiatan atau aktivitas periklanan, kredibilitas dari komunikator merupakan alasan utama untuk memilih selebriti pendukung dalam periklanan. Orang yang dapat dipercaya dan dianggap memiliki wawasan tentang hal-hal tertentu, seperti keahlian seseorang dalam suatu merek akan menjadi salah satu faktor untuk meyakinkan orang lain dalam mengambil suatu tindakan. Dengan kata lain, selebriti dapat dijadikan 8 George E. Blech & Michael A. Blceh, Advertising and Promotion, fiffty edition. New York. Me Graw Hill, tahun 2002, hal 393 9 William Wells, John Burnett & Sandra Moriarty, advertising: principle and practice, 5th Edition, New Jersey: Prentice Hall, Inc 2000 hal 347 15 influencer yang sangat berpengaruh dalam membuat suatu brand sekalipun hanya sekedar memperhatikan iklan produk atau jasa tersebut, atau mungkin bisa sampai ke tahan action atau konsumen benar-benar membeli produk atau jasa yang di endors oleh selebriti tertentu. Ada beberapa artis yang didaulat menjadi endorser sebuah produk dan produk tersebut sangat lah sukses dipasaran berkat kepercayaan konsumen terhadap artis yang mengendors produk tersebut. Seperti contohnya diluar negri, kita mengenal atlet basket sekelas Michael Jordan didaulat untuk mendukung produk minuman isotonik merek Gatorade dengan karakteristik personal publiknya adalah penuh kepercayaan, dan sebagai atlet berikan segala yang kau miliki ia harus tau sesuatu mengenai manfaat minuman olahraga. 10 2.5.1 Trustworthwiness Trustworthwiness dapat diartikan kejujuran, intergritas, dan dapat dipercaya atau tidaknya sumber yang menyampaikan informasi melalui iklan tersebut. Dapat dipercaya seorang pendukung tergantung kepada persepsi khalayak akan motivasi dukungannya. Bila khalayak percaya bahwa seorang pendukung dimotivasi murni oleh dukungan diri, ia akan kurang persuasif dari pada orang yang oleh khalayak dianggap tidak ingin mencapai apa-apa dengan mendukung produk atau sepenuhnya objektif. 10 Till D. Brian dan A. Shimp Terence. ”Endorser Advertising,” Journal of Advertising 27, 1998 16 Beberapa khalayak ada yang memiliki kesamaan karakteristik dengan endorser, dengan adanya kesamaan karakteristik tentu akan meningkatkan kepercayaan kepada komunikator (selebritis pendukung) dan juga citra merek yang diiklankan. Para pemasang iklan memanfaatkan nilai kepercayaan dengan memilih para pendukung yang secara luas dipandang jujur, dapat dipercaya, dan dapat diandalkan. Hal ini dapat menjelaskan mengapa kaum selebriti seperti misalnya Anggun C Sasmi berhasil menjadi bintang iklan sampo Pantene karena anggun dirasa dapat dipercaya. Suatu ekperimen menguji apakan seorang pendukung dengan kamera tersembunyi (seseorang yang memuji suatu produk tanpa menyadari kalau sedang direkam) lebih persuasif dibandingkan dengan seorang pendukung biasa (yang menyadari perannya sebagai pendukung produk). Para peneliti menyimpulkan bahwa pendukung yang direkam dengan kamera tersembunyi harus dianggap lebih dapat dipercaya karena ia menyatakan produk yang disenangi tanpa motif apa pun. Pembicara melalui kamera tersembunyi, dalam kenyatan ternyata dapat lebih dipercaya. Pada umumnya, para pendukung harus ditetapkan bahwa mereka tidak berusaha untuk memanipulasi khalayak dan mereka objektif dalam presentasi mereka. Dengan demikian, mereka dapat menempatkan diri 17 mereka sendiri sebagai peran pendukung yang dapat dipercaya dan kredibel.11 2.5.2 Keahlian (Expertise) Keahlian expertise mengacu pada pengetahuan, pengalaman, atau keterampilan yang dimiliki serorang pendukung yang berhubungan dengan topik iklannya. Keahlian menjadi salah satu alasan khalayak untuk memperhatikan sang endorser dalam iklan tersebut. Seorang pendukung yang dianggap sebagai seorang ahli dalam subjek tertentu akan lebih persuasif didalam mungubah pendapat khalayak yang berhubungan dengan bidang keahliannya dari pada pendukung yang tidak dianggap sebagai memiliki karakteristik yang sama. Ini jelas menjelaskan pemakaian atlet secara luas dalam mendukung produkproduk olahraga. Keahlian (expertise) dapat dicontohkan misalnya di Indonesia pemain sepak bola team Persija Bambang Pamungkas di daulat menjadi brand ambasador produk sepatu olah raga Nike, pemilihan brand ambasador ini dirasa pas dan ahli dalam mendukung produk-produk olahraga seperti produk sepatu Nike tadi.12 11 12 Till D. Brian dan A. Shimp Terence, OpCit.,hal. 470-471 Till D. Brian dan A. Shimp Terence, OpCit.,hal. 470-471 18 2.5.3 Attractiveness Attractiveness adalah perlakuan yang menjadi pusat perhatian seperti kekerasan untuk melihat pada jangka waktu dari konsep yang menjadi daya tarik dari kelompok tertentu, seorang selebritis yang disukai dari dirinya karena ia mampu menjadi pusat perhatian seperti Cindy Crawford dengan bentuk tubuh yang proposional, kecantikannya, dan profesinya sebagai model internasional diakui oleh seluruh dunia dimana tidak ada satu orangpun mempunyai aggapan buruk tentang dirinya.13 2.6 Televisi Sebagai Media Beriklan Perkembangan media promosi telah mealului tahap-tahap penting sejalan dengan perkembangan sosial dan teknologi informasi. Perkembnagan teknologi informasi dan komunikasi serta perubahan sosial masyarakat telah memotivasi perusahaan untuk melakukan inovasi dan perbaikan strategi promosi. Komunikasi massa telah meraih publik secara langsung dan serentak. Melaului satelit komunikasi sekarang ini, secara teoritis kita dapat memperlihatkan gembar, memperdengarkan suara, pada miliaran manusia di seluruh dunia secara simultan. Komunikator hanya perlu menyambungkan alat pemancar dan jutaan orang hanya tinggal menghidupkan alat penerima. 13 Terence.Ashimp, Advertising, Promotion and Suplemental Aspect of Integrated Marketing Communications, hal. 225 19 Dalam memahami karakteristik media massa perlu adanya pemahaman tentang proses awal berkembangnya media itu. Efek komunikasi massa sampai saat ini masih menjadi sebuah perdebatan yang tidak kunjung selesai dan dalam waktu relatif singkat, jumlah media massa semakin meningkat.14 Ini disebabkan semakin murahnya biaya operasional dan besarnya perolehan pendapat dari sewa ruang iklan yang disajikan. Dapat dibayangkan, dalam satu putaran sajian acara yang berlangsung selama 30 menit, TV 7 memasang 27 slot iklan yang masing-masingnya berdurasi30 detik dengan besar biaya per slot mencapai Rp 12 juta pada sebuah acara berkategori prime time, dan dari 27 slot itu, rata-rata terisi 70% iklan atau 19 slot iklan. Dalam pemilihan media promosi di media massa, perusahaan diberi berbagai pilihan yang sesuai dengan kebutuhan dan segmentasi pasar yang dituju.15 2.6.1 Kekuatan dan Kelamahan Televisi Televisi memiliki berbagai kelebihan dibandingkan dengan jenis media lainnya antara lain: 1. Daya jangkau luas, 2. Selektivitas dan Fleksibilitas, 3. Fokus perhatian, 4. Kreativitas dan efek 14 Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, hal 198 Kennedy E,. Jhon & Soemanagara R, Dermawan, Marketing Communications: Taktik & Strategi,PT. Buana Ilmu Populer kelompok Gramedia, Jakarta, 2006. Hal 94-95 15 20 5. Waktu tertentu Adapun kelemahan dari media televisi, antara lain: 1. Biaya mahal 2. Informasi terbatas 3. Selektivitas terbatas 4. Pengindraan 5. Tempat terbatas16 2.7 Khalayak Khalayak adalah sekelompok individu yang memiliki kepentingan bersama dan memiliki kebudayaan serta lembaga khas. Khalayak bisa mencakup sekelompok orang tertentu, misalnya keluarga; tetapi juga bisa merujuk pada kelompok orang yang lebih luas. Khalayak juga bisa dipahami sebagai kelompok orang yang terorganisasi karena memiliki tujuan bersama seperti agama, olahraga, politik, dan lain-lain.17 2.8 Sumber Sumber (source) adalah pengirim pesan. Dalam komunikasi pemasaran sumber komunikasi pemasaran ini bisa bersifat formal dan tidak formal. Sumber formal adalah pihak-pihak yang secara resmi ditugaskan perusahaan untuk menyampaikan pesan (berkomunikasi) kepada pihak lain (konsumen dan masyarakat) dan juga lembaga-lembaga resmi baik yang 16 17 Morisan, Periklanan, Ramdina Prakasa, Jakarta, 2007, hal 187 Sapto & Bambang Suteng, Sosiologi , Phibeta Aneka Gama, Jakarta, 2006 21 sifatnya profit atau non profit. Sedangkan sumber yang non formal adalah konsumen dan masyarakat luas. Sumber tidak formal ini biasanya menyampaikan informasi dari mulut ke mulut. Dalam proses komunikasi pemasaran, sumber melakukan fungsi mengkodekan pesan (encode) dalam bentuk bahasa, simbol-simbol, isyaratisyarat lainnya yang nantinya akan diterima oleh sipenerima (receiver). Contohnya seorang pemasar menuliskan kata-kata unik yang mudah iingat dan langsung menancap pada benak konsumen dilengkapi gambar-gambar pelawak serta ilustrasi yang jenaka untuk menyampaikan pesan produknya kepada konsumen. Nike menuliskan pesan diikuti dengan kata “just do it “ untuk menyampaikan pada konsumen bahwa pilihan si konsumen tepat dan tag line Nike tadi juga mengisyaratkan untuk si konsumen membeli dan memakai produk Nike. Itulah pesan yang ditangkap oleh konsumen. Kepercayaan konsumen terhadap sumber (pengirim pesan) dipengaruhi oleh kredibilitasnya. Konsumen tentu lebih percaya pada pemasar yang terbukti tidak mengobral janji dan bersifat objektif dari pada pemasar yang menutup-nutupi kelemahan dan menjelek-jelekan produk pesaing serta subjektif. Namun, peneilitian memperlihatkan bahwa sumber dari konsumen lain yang sudah pernah mnegkonsumsi produk jauh lebih dipercaya. Contohnya, kita umumnya lebih percaya pada tetangga yang membeli komputer merek X dari pada apa yang disampaikan oleh pemasar 22 komputer X. Kepercayaan ini tidak terlepas dari sifat sumber informasi itu sendiri yang dinilai oleh konsumen tidak mempunyai kepentingan atas apa yang disampaikan kepada pihak lain. Bagi masyarakat Indonesia komunikasi word of mouth (dari mulut ke mulut) mempunyai pengaruh yang kuat. Masyarakat yang cenderung lebih suka mendengarkan dari pada membaca, dalam mecari informasi pun lebih suka bertanya kepda orang lain yang lebih mereka percaya. Sumber formal yang dipercaya adalah sumber yang netral, tidak memihak dan tidak mempunyai kepentingan terkait dengan produk da perusahaan, artikel yang ditulis di koran, lebih dipercaya oleh konsumen dari pada iklan yang diterbitkan pada surat kabar. Kepercayaan konsumen terhadap sumber formal ini dipengaruhi oleh sejauhmana sumber formal mempunyai pengetahuan, keahlian dan reputasi. Semakin luas wawasan, semakin banyak pengetahuannya dan semakin ahli (yang ada kaitannya dengan produk) semakin dipercaya sumber tersebut.18 2.9 Peran Selebriti Pendukung Di Dalam Perikalanan (Endorsement) Produk – produk di dalam banyak iklan mendapat dukungan (endorsement) eksplisit dari berbagai tokoh umum yang populer. Para bintang televisi, aktor film, para atlet terkenal, digunakan secara luas didalam iklan-iklan di majalah, iklan radio, dan iklan televisi untuk mendukung produk. Menurut defnisi, selebriti adalah tokoh (aktor, 18 Suryani Tatik. Perilaku Konsumen: Implikasi pada Strateg Pemasaran hal 120 23 penghibur atau atlet) yang dikenal masyarakat karena prestasinya dalam bidang-bidang yang berbeda dari golongan produk yang didukung. Para selebriti banyak diminta sebagai juru bicara produk. Kemungkinan, sebanyak ¼ dari semua iklan menggunakan dukungan selebriti. Endorser merupakan salah satu cara untuk membentuk simbol-sombol dan image. Menurut Grant McCracken, endorser dapat membentuk simbolsimbol tertentu dengan sangat kuat yang kemudian ditransfer pada suatu merek yang mereka endorserkan. Endorser selebritis dalam suatu iklan produk dapat berupa model acuan (model iklan profesional) atau tokohtokoh terkenal seperti bintang film, atlet top penyanyi dan sebagainya. Selanjutnya endorser dapat menciptakan elemen emosional dari merek, yaitu bagaimana merek diekspresikan diinformasikan ditampilkan dan dijanjikan. Para pengiklan dan biro-biro periklanan bersedia membayar harga yang tinggi pada kaum selebriti tersebut yang disukai dan dihormati oleh khalayak yang menjadi sasaran dan yang diharapkan akan mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen yang baik terhadap produk yang didukung. Untuk sebagian besar, investasi demikian dibenarkan. Misalnya, persepsi dan sikap konsumen terhadap kualitas produk meningkat bila para selebriti mendukung produk. Lebih jauh, harga barang akan meningkat saat perusahaan-perusahaan mengumumkan kontrak dukungan selebriti. 19 19 Till D. Brian dan A. Shimp Terence. ”Endorser Advertising,” Journal of Advertising 27, 1998 24 Pada dasarnya, harus ada hubungan yang erat, atau kecocokan, antara selebriti, khalayak dan produk. Contohnya Bill Cosby merupakan pendukung yang ideal untuk produk Jell-O-Pudding. Pesona pemain film luar negri seperti Cosby identik sebagai tokoh yang memikat dan agak nakal menunjukan suatu kecocokan yang sempurna dengan sifat yang agak menyenangkan dari produk puding yang diiklankan oleh Cosby dan suasana yang menambah kesengangan yang diinginkan orang tua bagi anaka-anak mereka ketika menyajikan merek ini. Dalam memutuskan selebriti manakah yang cocok untuk menjadi endorser dari suau produk tentunya membutuhkan seleksi. Seleksi para selebriti pendukung periklanan yang dibayar tinggi dilakukan melalui banyak pertimbangan dari para manajer merek dan biro-biro periklanan mereka. Proses seleksi ini dipermudah dengan “perfomer Q-ratting” (tampilan peringkat Q) yang dapat diperoleh secara komersial dari perusahaan yang berpusat di New York, yang bernama Marketing Evolutions. Walau tampilan peringkat Q memberi informasi berharga kepada manajer merek dan biro-biro iklan, tetapi memilih selebriti untuk mendukung suatu merek adalah lebih dari hanya sekedar membuka-buka lembaran peringkat Q. Suatu survey para eksekutif periklanan menjelaskan tentang faktor-faktor yang mereka pertimbangkan ketika mengambil 25 keputusan seleksi selebritis mereka. Menurut urutan tingkat kepentingannya, pertimbangannya adalah: 1. Kredibilitas Selebriti: Dapat dipercaya dan keahlian seorang selebriti merupakan alasan utama untuk memilih selebriti sebagai pendukung periklanan. Orang yang dapat dipercaya dan dianggap memiliki wawasan tentang isu tertentu, seperti kahandalan merek, akan menjadi orang yang paling mampu untuk meyakinkan orang lain untuk mengambil keputusan. 2. Kecocokan Selebriti dengan Merek: para eksekutif periklanan menuntut agar citra selebriti, nilai dan perilakunya sesuai dengan kesan yang diinginkan untuk merek yang diiklankan. 3. Daya Tarik Selebriti: didalam memilih selebriti sebagai pembicara, para eksekutif periklanan mengevaluasi aspek yang berbeda yang dapat disatukan dibawah sebutan umum “daya tarik”. Daya tarik meliputi keramahan, menyenangkan, fisik, dan pekerjaan sebagai beberapa dari dimensi penting dari konsep daya tarik. 4. Pertimbangan Lainnya: akhirnya dalam memilih selebriti, para eksekutif periklanan mempertimbangkan faktor-faktor tambahan seperti biaya untuk memperoleh layanan dari selebriti, besar kecilnya kemungkinan bahwa selebriti akan berada dalam masalah setelah suatu dukungan dilakukan, sulit atau mudahnya dia akan bekerja sama, berapa banyak merek-merek lainnya yang di dukung selebriti. 26 Dari dua penjelasan diatas bisa penulis simpulkan endorser ialah komunikator yang digunakan oleh para pelaku iklan (pemilik produk atau jasa dan biro iklan yang didaulat membuat iklan) untuk menyampaikan pesan iklan dengan serangkaian seleksi sesuai dengan kriteria si komunikan atau khalayak sasaran. Tujuan dari penyeleksian endorser ialah agar endorser yang dihadirkan dapat benar-benar diperhatikan khalayak sasaran dan pesan yang disampaikan dapat langsung masuk dibenak khalayak. 2.10 Persepsi Konsumen Pada bukunya yang berjudul Psikologi Komunikasi, Jalaludin Rakhmat mengatakan yang menentukan persepsi tidak hanya stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli itu pun dapat menjadi faktor penentu seseorang mempersepsikan stimuli yang ada.20 Dalam buku lainya, proses persepsi bukan hanya proses psikologi semata, tetapi juga diawali dengan proses fisiologis yang dikenal sebagai sensasi. Sciffman dan Kanuk mendefinisikan persepsi sebagai proses dimana dalam proses tersebut individu memilih, mengorganisasikan dan mneginterpretasikan stimuli menjadi suatu yang bermakna. Suatu proses persepsi akan diawali oleh stimuli yang mengenai indera kita. Stimuli yang menimbulkan persepsi bisa bermacam-macam asal merupakan sesuatu yang langsung mengenai indera kita, seperti segala sesuatu yang bisa dicium, dilihat, didengar, dan diraba. Stimuli ini akan mengenai organ yang disebut sensory receptor (organ manusia yang 20 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung 27 menerima input stimuli atau indera). Adanya stimulius yang mengenai sensory receptor mengakibatkan individu merespon. Respon langsung atau segera dari organ sensory receptor dinamakan sensasi. Tingkat kepekaan anatara individu satu dengan yang lain berbeda-beda. Contohnya bau masakan yang lezat yang “mampir” dikedua hidung dua individu yang berbeda, individu yang satu sudah mencium dan memberikan respon dengan mengatakan “bau yang sangat lezat”, sementara individu lain belum mencium bau sehingga tidak mengatakan apapun. Perbedaan sensitivitas diatas terjadi karena kemampuan reseptor antar individu yang sama. Ada individu yang peka sekali penciumannya dan sebaliknya. Selain faktor sensitivitas, faktor lain yang berpengaruh adalah intensitas dari stimuli. Stimuli yang mempunyai intensitas kuat akan memudahkan bagi reseptor untuk menerimanya. Dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal SELEKSI ORGANISASI INTERPRETASI 28 Gambar 2.2 Proses Persepsi21 Gambar 2.5 memperlihatkan bahwa terdapat tiga proses penting dalam persepsi yaitu menseleksi (memilih) stimuli, mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimuli tersebut agar memiliki arti atau makna. 2.9.1 Seleksi Proses persepsi diawali dengan adanya stimuli yang mengenai panca indera yang disebut dengan sensasi. Stimuli ini beragam bentuknya dan akan selalu menerpa indera konsumen. Jika dilihat dari asalnya, stimuli yang berasal dari luar individu (seperti aroma, iklan, dan lainlain) serta berasala dari dalam individu seperti harapan, kebutuhan dan pengalaman. Dalam perilaku konsumen stimuli yang berpengaruh pada persepsi konsumen adalah semua usaha-usaha yang dilakukan oleh pemasar melalui strategi pemasarannya. Seorang konsumen yang sedang asyik melihat program TV dikejutkan dengan suara radio yang keras. Ketika sedang membaca koran, ada bau masakan yang tertangkap oleh hidung. Daslam kondisi sererti inilah konsumen akan diperhatikan. Seandainya konsumen tadi sedang memperhatikan siaran iklan, tentunya tidak semua iklan diperhatikan 21 Suryani Tatik. Op,cit 95 29 dengan konsentrasi yang sama. Konsumen akan memilih stimuli (iklan) yang akan diperhatikan. 2.8.1 Pengorganisasian Setelah konsumen memilih iklan stimuli yang mana yang akan diperhatikan, konsumen akan mengorganisasikan stimuli yang ada. Konsumen akan mengelompokkan, menghubung-hubungkan stimuli yang dilihatnya agar dapat diinterpretasikan, sehingga mempunyai makna. 2.9.3 Interpretasi (Penafsiran) Interpretasi atau penafsiran dapat diartikan proses dimana penerima atau komunikan memberikan arti terhadap pesan yang diterimanya, mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya dan mengisinya dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang di persepsi22. Setelah konsumen mengorganisir stimuli yang ada dan mengkaitkannya dengan informasi yang dimiliki, maka agar stimuli tersebut mempunyai makna, konsumen menginterpretasikan atau memberi arti stimuli tersebut. Pada tahap interpretasi ini, konsumen secara sadar atau tidak sadar akan mengait-ngaitkan dengan semua informasi yang dimilikinya agar mampu memberikan makna yang tepat. 22 David A. Aaker and Jhon G. Mayer, Advertising Management, Practice Hall, New Jersey, 1996, hal 218 30 Dalam kebutuhan, harapan, dan , kepentingan akan berperan penting dalam menginterpretasikan stimuli. Stimuli yang tidak jelas atau ambigu seringkali menyulitkan konsumen untuk menginterpretasikan, proses ini pengalaman dan juga kondisi psikologis konsumen seperti bahkan bisa menyebabkan kesalahan dalam memberikan makna.23 23 Suryani, Tatik, op.cit 97