BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Tahu (tauhu) adalah makanan yang dibuat dari endapan perasan biji kedelai yang difermentasi, merupakan makanan yang populer di masyarakat Indonesia. Makanan ini berasal dari negeri Cina. Kepopuleran tahu tidak hanya terbatas karena rasanya enak, tetapi di Indonesia muncul berbagai varian tahu serta panganan berbahan tahu, serta harganya murah. Selain memiliki kelebihan, tahu juga mempunyai kelemahan, yaitu kandungan airnya yang tinggi sehingga mudah rusak karena mudah ditumbuhi mikroba. Untuk memperpanjang masa simpan, ada industri tahu menambahkan pengawet. Bahan pengawet yang ditambahkan tidak terbatas pada pengawet yang diizinkan, tetapi banyak pengusaha yang nakal dengan menambahkan formalin. (Suwahono, dkk, 2009). Formalin memang terbukti mampu memperpanjang umur simpan tahu, seperti dibuktikan oleh hasil penelitian Winarno tahun 1978 berikut ini: perendaman dalam larutan formalin 2% selama 3 menit saja, terbukti mampu memperpanjang umur simpan tahu sampai 4 – 5 hari, sedangkan tahu yang direndam air hanya mampu bertahan 1 – 2 hari. Beberapa contoh produk yang sering diketahui mengandung formalin misalnya ikan, ayam potong, mie basah, tahu, ikan asin. (Dir. Jen. POM, 2003). Hasil tersebut diperoleh melalui sejumlah survei dan pemeriksaan laboratorium, ditemukan sejumlah produk pangan yang menggunakan formalin sebagai pengawet. Praktek yang salah seperti ini dilakukan oleh produsen atau pengelola pangan yang tidak bertanggung jawab. Formalin sangat berbahaya bagi kesehatan, bagi tubuh manusia diketahui sebagai zat beracun, karsinogen (menyebabkan kanker), mutagen yang menyebabkan perubahan sel dan jaringan tubuh, korosif dan iritatif. (Pratama, 2014). Beberapa metode analisis kimia yang sering digunakan, untuk penetapan kandungan formalin, borak, dan zat pewarna berbahaya salah satunya dapat dilakukan dengan metode spot test. Metode analisis kimia ini menggunakan reagent 1 2 kit (kit tester). Spot test dapat digunakan untuk menentukan bahan individu tertentu dan susunan dalam suatu campuran. Reaksi-reaksi spot test memberikan efek yang khas terhadap zat tertentu atau pada contoh yang jumlahnya sedikit spot test pada senyawa organik dan anorganik dapat digunakan untuk menentukan bahan individu tertentu dan susunan dalam suatu campuran. Spot test ini memeriksa ion-ion dalam suatu campuran yang memberi efek yang khas terhadap zat tertentu yang dicampur dengan ion tersebut (Schenk, 1981). Namun sayangnya metode ini masih mahal dan diperlukan tenaga ahli untuk menganalisisnya. Electronic nose adalah sebuah instrument yang digunakan untuk mendeteksi bau atau aroma. Sistem ini dikenal dengan sistem olfaktori elektronik karena electronic nose mempunyai kemampuan meniru kerja indera penciuman manusia. Electronic nose dibangun atas larik beberapa sensor gas yang mempunyai selektivitas global. Dengan larik sensor gas tersebut, electronic nose telah meniru struktur larik syaraf penciuman dalam olfaktori manusia. Itulah sebabnya keluaran electronic nose dapat berupa pola-pola yang mewakili masing-masing aroma sehingga dapat diterapkan untuk aplikasi identifikasi, perbandingan, kuantifikasi dan klasifikasi berdasarkan aroma. (Triyana, dkk, 2012). Disamping itu oleh karena cara kerja dari sensor aroma ini menyerupai indra penciuman manusia, maka untuk melakukan pengenalan aroma dilakukan tanpa memisahkan gas-gas penyusun aroma menjadi komponen-komponen kimia tunggal. Demikian pula kemampuan dari sistem tersebut dapat menganalisis sampel yang memiliki komposisi yang kompleks sehingga dapat diketahui karakteristiknya dan analisis kualitatifnya telah banyak diimplementasikan diberbagai bidang seperti minuman anggur, daging, ikan, dsb. Kemudian di bidang diagnosa medis dan pemantauan lingkungan dsb. (Lelono, 2014). Berdasarkan penjelasan di atas, maka skripsi tugas akhir ini menitik beratkan pada rancang bangun hidung elektronik yang dapat digunakan untuk mengklasifikasi tahu murni dengan tahu berformalin kemudian hasil yang diperoleh diperkuat dengan analisis data berbasis PCA (Principle component analysis). 3 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut: Bagaimana mengimplementasikan rancangan sistem electronic nose untuk mengklasifikasikan pola bau tahu murni dan tahu berformalin. 1.3. Batasan Masalah Batasan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Sampel yang digunakan adalah tahu murni dan tahu berformalin dengan perendaman larutan formalin (0,5%), (1%), (2%), dan (3%) selama 5 – 10 menit. 2. Larik sensor yang digunakan adalah sensor TGS 2610, TGS 2620, TGS 2600, TGS 2602 dan TGS 2611 keluaran Figaro. 3. Data diolah dan ditampilkan dengan menggunakan grafik Radar. 4. Sebagai analisis lebih lanjut metode yang digunakan, metode Principle Component Analysis (PCA). 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk rancang bangun electronic nose yang dapat membedakan pola bau dari tahu murni dan tahu berformalin. 1.5. Manfaat Penelitian Dengan adanya alat ini diharapkan sensor bau dapat membedakan antara tahu murni dan tahu berformalin dengan mudah, murah dan praktis. 1.6. Metodologi Penelitian Langkah-langkah yang ditempuh di dalam penelitian meliputi: 1. Melakukan identifikasi masalah dari tema yang dilatar belakangi oleh keadaan dan permasalahan dari sistem deteksi dan pengenalan pola dengan mengamati kondisi saat ini, menganalisis berbagai permasalahan yang masih ada, dan mencari solusi atas masalah yang ditemukan. 2. Merumuskan tujuan dari penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk membuat rancang bangun electronic nose yang dapat membedakan 4 pola aroma dari tahu murni dan tahu berformalin. Alat ini dibuat menggunakan lima macam sensor gas dan perangkat mikrokontroler. 3. Melakukan pembelajaran lebih lanjut tentang sistem yang dibahas pada penelitian ini dengan metode : a. Studi literatur, yaitu mempelajari artikel, makalah, jurnal, karya tulis, serta buku-buku yang terkait dengan pendeteksi gas dan penggunaannya, sensor gas yang peka terhadapa gas-gas tertentu, board Arduino Mega ADK, dan teknologi-teknologi yang mendukung sistem tersebut. b. Studi konsultasi kepada dosen pembimbing mengenai rancangan sistem dan pengembangan yang bisa diterapkan pada sistem. 4. Membuat perancangan sistem yang terdiri dari dua bagian, yaitu : a. Perancangan desain perangkat keras sistem deteksi gas-gas yang dihasilkan oleh sampel yang menggunakan sensor gas sebagai input, mikrokontroler sebagai perangkat ADC dan pemroses sinyal. b. Perancangan software yang mencakup pengembangan program yang akan diinterigasikan ke mikrokontroler ATMega 2560 yang ada di development board Arduino Mega 2560 untuk menjalankan algoritma pemrosesan sinyal sehingga perangkat mampu melakukan kalibrasi dan pengolahan data yang diperoleh dari sensor sehingga pada akhirnya mampu mengenal pola tahu berformalin. 5. Pengujian pada setiap bagian sistem yang mencakup pengujian terhadap kinerja hardware, sensor, hasil perhitungan mikrokontroler dalam berbagai kondisi pola dari gas-gas yang dihasilkan dari sampel menggunakan nilai konstanta yang sudah dikalibrasi, pengujian mode operasi alat. 6. Analisis terhadap sistem yang telah dibuat dengan cara mencocokkan kesesuaian data antar data kalibrasi dengan data pengujian ulang dan dilanjutkan dengan analisis data yang didapatkan dari pengujian alat saat digunakan. Dari proses ini dapat dilakukan evaluasi dan ditarik kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan 5 1.7. Sistematika Penulisan Laporan penelitian ini terdiri dari tujuh bab, di mana isi dari setiap bab adalah : 3.1 BAB I : PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang masalah yang diteliti, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah pada penelitian, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan laporan penelitian. 3.2 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Memuat penjelasan singkat mengenai alat deteksi yang sudah pernah dibuat oleh penulis lain atau sistem terkait yang pernah diteliti yang berhubungan dengan sistem yang sedang penulis teliti. 3.3 BAB III : LANDASAN TEORI Berisi mengenai teori dan penjelasan mengenai komponen-komponen yang diterapkan pada sistem, sebagai dasar penulis untuk melakukan penelitian. Teoriteori tersebut berupa teori mengenai perangkat keras dan perangkat lunak dari sistem. 3.4 BAB IV : PERANCANGAN SISTEM Berisi penjelasan mengenai perancangan sistem keseluruhan yang dibuat. Mulai dari penjelasan sistem secara umum, hingga penjelasan mengenai komponen yang digunakan dalam pembangunan sistem. 3.5 BAB V : IMPLEMENTASI Berisi penjelasan tentang penerapan sistem dari rancangan yang telah dibuat sebelumnya yang meliputi implementasi rancangan secara hardware maupun secara software. 3.6 BAB VI : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berisi hasil pengujian fungsionalitas sistem, baik perbagian maupun sistem secara keseluruhan. Hasil yang diperoleh kemudian dianalisis dan dibahas. 3.7 BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN Memuat kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan masukan untuk perbaikan serta pengembangan sistem pada masa mendatang.