MATERI PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL (PPHI) DISAMPAIKAN DALAM PERKULIAHAN HUKUM PERBURUHAN DI FAKULTAS HUKUM UNIV. COKROAMINOTO YOGYAKARTA, SABTU, 20 JUNI 2015 OLEH : MARHENDRA HANDOKO, SHI., MH., MEDIATOR PEKERJAAN : 1. ADVOCATE and MANAGING PARTNER LAW FIRM MARHENDRA & PARTNER KOMPLEKS PERKANTORAN THEATRE MATARAM BLOK B-3 JLN. DR. SUTOMO NO. 57 YOGYAKARTA, TELP (0274) 547405, FAX (0274) 547406, HP. 081804120187 2. KETUA ASOSIASI PENGACARA SYARI'AH INDONESIA DEWAN PIMPINAN CABANG KOTA YOGYAKARTA (DPC APSI KOTA YOGYAKARTA) 3. MEDIATOR EKONOMI SYARI'AH (BERSERTIFIKAT) LATAR BELAKANG DI KELUARKANNYA UU NO. 2 TAHUN 2004 1. HUBUNGAN INDUSTRIAL YANG MERUPAKAN KETERKAITAN KEPENTINGAN ANTARA PEKERJA/BURUH DENGAN PENGUSAHA, BERPOTENSI MENIMBULKAN PERBEDAAN PENDAPAT, BAHKAN PERSELISIHAN ANTARA KEDUA BELAH PIHAK; 2. PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL ADAKALANYA SULIT DIHINDARI; 3. UU NO.22/1957 DAN UU 12/1964 TIDAK MEMADAI LAGI UNTUK MENGAKOMODIR KONDISI YANG BERKEMBANG : A. BELUM MENGATUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN ANTARA SP/SB; B. TIDAK MENGENAL PERSELISIHAN PERSEORANGAN; C. TIDAK MENGATUR PERSELISIHAN DI LINGKUNGAN BUMN PENGERTIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL Adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau sarikat buruh karena perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan, perselisihan PHK dan perselisihan antar sarikat pekerja/sarikat buruh dalam satu perusahaan. (BAB 1 Ketentuan Umum pasal 1 ayat 1) PENGERTIAN PERSELISIHAN HAK Adalah Perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya hak, akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama (BAB 1 Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 2) PENGERTIAN PERSELISIHAN KEPENTINGAN Adalah perselisihan yang timbul dalam hubungan kerja karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pembutan, dan/atau perubahan syarat-syarat kerja yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, atau peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama (BAB 1 Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 3) PENGERTIAN PERSELISIHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) Adalah perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak (BAB 1 Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 4) PENGERTIAN PERSELISIHAN ANTAR SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH Adalah perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dengan serikat pekerja/serikat buruh lainnya dalam satu perusahaan, karena tidak adanya persesuaian paham mengenai keanggotaan, pelaksanaan hak, dan kewajiban keserikatanpekerjaan (BAB 1 Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 5) BAGAN I: MEKANISME PENYELESAIAN PHI Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 UU No.2 Tahun 2004 Tata Cara Penyelesaian PHI BIPARTIT TRIPARTIT Mediasi PHI Konsiliasi Arbitrase Di luar PHI Pengadilan Hubungan Industri (PHI) POINT-POINT BERACARA DI PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL 1. Hukum acara dalam PPHI sama dengan hukum acara perdata (pasal 57 UU PHI); 2. Gugatan PHK sesuai dengan pasal 159, 171 UU No. 13/2003 ketenagakerjaan) tenggang waktu daluarsa 1 tahun sejak pemberitahuan putusan dari pengusaha (pasal 82 UU PHI); 3. Gugatan harus dilampiri RISALAH MEDIASI/Konsiliasi yang gagal pasal 83 UU PHI jo. Perma 02/2003; 4. Selambatnya 7 hari setelah penerimaan gugatan KPN menetapkan majelis hakim, 1 ketua majelis hakim, 2 anggota hakim ad-hoc (pasal 88 UU PHI); 5. 7 hari setelah penetapan majelis hakim harus sudah melakukan sidang pertama (pasal 89 UU PHI); 6. Proses beracara sejak sidang pertama s.d. putusan adalah 50 hari (pasal 103 UU PHI); 7. Proses beracara cepat dapat dimohonkan apabila ada alasan mendesak (pasal 98 UU PHI); 8. Proses acara cepat sejak penetapan majelis hakim s.d. pembuktian adalah 21 hari (pasal 99 UU PHI) PRAKTIK TATA CARA JALANNYA PERSIDANGAN DI PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL 1. Persidangan pertama a. kemungkinan hadirnya para pihak 1). Mediasi /perdamaian; 2). Pembacaan surat gugatan. b. kemungkinan tidak hadirnya para pihak 1). Gugatan gugur; 2). Putusan verstek/verstek vonnis. 2. Persidangan Kedua (Jawaban Gugatan) a. Eksepsi b. Dalam Pokok Perkara (konvensi) dan gugatan balik (rekonpensi) c. Permohonan (petitum) 3. Persidangan ketiga (Replik). 4. Persidangan keempat (duplik). 5. Persidangan kelima (pembuktian Penggugat). 6. Persidangan keenam (pembuktian Tergugat). 7. Persidangan ketujuh (kesimpulan/Conclusie) 8. Persidangan kedelapan (Putusan) BAGAN II : Penyelesaian Perselisihan Melalui Mediator MAHKAMAH AGUNG Perselisihan HAK & PHK (30 hari kerja) Perselisihan Kepentingan PHI & antar – SP/SB, putusan Bersifat FINAL & Mengikat PHK, HAK Kepentingan & antar –SP/SB 14 + 50 hari kerja PB didaftar ke PHI PERJANJIAN BERSAMA Para pihak tidak menerima. Pihak yang tidak menerima Mengajukan gugatan 10 hari Tercapai kesepakatan Masing-masing pihak menerima anjuran Tidak tercapai kesepakatan Konsiliatormengeluarkan Anjuran Tertulis KONSILIATOR Kepentingan PHK & antar-SP (30 hari) DINAS TENAGA KERJA Mencatat Perselisihan & Menetapkan sistem penyelesaian 7 hari PEKERJA BIPARTI GAGAL (30 hari) Para pihak Sepakat PENGUSAHA mengajukan permohonan PENGERTIAN PERUNDINGAN BIPARTIT Adalah perundingan antara pekerja/buruh atau serikat pekerja/buruh dengan pengusaha untuk menyelesaikan perselisihan hubungan industrial (Pasal 1 angka 10 UU PHI); Adalah perundingan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dan pekerja atau serikat pekerja/serikat buruh atau antara serikat pekerja/serikat buruh dan serikat pekerja/serikat buruh yang lain dalam satu perusahaan yang berselisih (pasal 3 ayat (1) UU PHI) PENGERTIAN PERUNDINGAN TRIPARTIT Pada dasarnya, perundingan yang melibatkan pihak ketiga yang netral. Pihak ketiga yang netral adalah : Mediator, Konsiliator, Arbiter (pasal 3 UU PHI). Ketentuan Mediator, Konsiliator, dan Arbiter Ketentuan mengenai MEDIATOR tertuang dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor Kep. 92/MEN/VI/ 2004 tentang pengangkatan dan pemberhentian mediator serta tata kerja mediasi. Ketentuan mengenai KONSILIATOR tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor Per. 01/MEN/V/2005 tentang pengangkatan dan pemberhentian konsiliator serta tata kerja konsiliasi. Ketentuan mengenai ARBITER tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor Per. 02/MEN/I/2005 tentang tata cara pendaftaran, pengujian, pemberian, dan pencabutan sanksi bagi arbiter hubungan industrial. HAK-HAK NORMATIF BURUH/PEKERJA 1. Hak Yang Bersifat Ekonomis : misalnya upah, tunjangan hari raya (THR), tunjangan hari tua, fasilitas perumahan dll; 2. Hak Yang Bersifat Politis : misalnya hak membentuk serikat buruh, hak menjadi atau tidak menjadi anggota serikat buruh/pekerja, hak mogok, hak tidak diskriminatif, dan lainnya; 3. Hak Yang Bersifat Medis : misalnya hak atas keselamatan dan kesehatan kerja, hak melahirkan, hak istirahat, hak menyusui anak, hak atas jaminan pemeliharaan kerja, larangan mempekerjakan anak dan lainnya; 4. Hak Yang Bersifat Sosial : misalnya hak cuti, kawin, libur resmi, pembatasan pekerjaan anak dan perempuan pada malam hari dan lainnya. TABEL PENGHITUNGAN PESANGON MASA KERJA PESANGON Kurang dari satu tahun 1 bulan gaji Setahun lebih tapi kurang dari 2 tahun 2 bulan gaji 2 tahun lebih tapi kurang dari 3 tahun 3 bulan gaji 3 bulan lebih tapi kurang dari 4 tahun 4 bulan upah 4 bulan lebih tapi kurang dari 5 tahun 5 bulan upah 5 bulan lebih tapi kurang dari 6 tahun 6 bulan upah 6 bulan lebh tapi kurang dari 7 7 bulan upah LANJUTAN TABEL PENGHITUNGAN PESANGON MASA KERJA PESANGON 7 tahun tapi kurang dari 8 tahun 8 bulan upah 8 tahun lebih 9 bulan upah TABEL PENGHITUNGAN PENGHARGAAN MASA KERJA MASA KERJA PENGHARGAAN MASA KERJA 3 tahun lebih tapi kurang dari 6 tahun 2 bulan upah 6 tahun lebih tapi kurang dari 9 tahun 3 bulan upah 9 tahun lebih tapi kurang dari 12 tahun 4 bulan upah 12 tahun lebih tapi kurang dari 15 tahun 5 bulan upah 15 tahun lebih tapi kurang dari 18 tahun 6 bulan upah 18 tahun lebih tapi kurang dari 21 tahun 7 bulan upah 21 tahun lebih tapi kurang dari 24 tahun 8 bulan upah 24 tahun lebih 10 bulan upah RUMUS MENGHITUNG UANG PESANGON Upah perbulan x (uang pesangon+uang penghargaan masa kerja) = A A x 15 % = B A + B = uang yang harus diterima buruh ketika di PHK RUMUS MENGHITUNG THR MASA KERJA x besar upah perbulan = THR 12 CONTOH SOAL Ana bekerja di PT Maju Jaya selama kurang lebih 17 tahun, kemudian PT Maju Jaya memPHK 100 karyawan sebagai dampat krisis ekonomi. Kemudian Ana termasuk salah satu dari karyawan yang di PHK. PT Maju Jaya hanya bersedia memberi uang pesangon sebesar Rp. 5 jt dan Ana menolak tawaran uang pesangon tersebut. Pertanyaannya : 1. Termasuk perselisihan apa antara Ana dan PT. Maju Jaya ? 2. Jelaskan langkah-langkah yang dapat ditempuh Ana guna menuntut kepastian hukum atas hak-hak normatifnya sebagai buruh/pekerja (baik di luar pengadilan ataupun di dalam pengadilan) ? 3. kemudian hitunglah besaran uang pesangon yang berhak diterima Ana? 4. terakhir, hitunglah uang THR yang berhak diterima Ana ?