fakultas ekonomi dan bisnis universitas dian nuswantoro semarang

advertisement
PENGARUH KOMPENSASI DAN PENGEMBANGAN KARIR
TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN MELALUI MOTIVASI
KERJA PADA PT. PISMATEX TEXTILE INDUSTRY
KABUPATEN PEKALONGAN
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Menyelesaikan Program Sarjana (S1)
Pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi
Universitas Dian Nuswantoro
Disusun Oleh:
RISTANTO PRASETYO AJI
B11.2008.01514
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2016
PERSETUJUAN SKRIPSI
Saya bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: RISTANTO PRASETYO AJI
Nomor Induk Mahasiswa
: B11.2008.01514
Fakultas
: EKONOMI DAN BISNIS
Program Studi
: MANAJEMEN S1
Judul Skripsi
:
PENGARUH
KOMPENSASI
PENGEMBANGAN
KEPUASAN
KARIR
KERJA
DAN
TERHADAP
KARYAWAN
MELALUI MOTIVASI KERJA PADA PT.
PISMATEX
TEXTILE
INDUSTRY
KABUPATEN PEKALONGAN
Dosen Pembimbing
: Guruh Taufan H, SE, MKom
Semarang, Februari 2016
Dosen Pembimbing
(Guruh Taufan H, SE, MKom)
PENGESAHAN SKRIPSI
Saya bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: RISTANTO PRASETYO AJI
Nomor Induk Mahasiswa
: B11.2008.01514
Fakultas
: EKONOMI DAN BISNIS
Program Studi
: MANAJEMEN S1
Judul Skripsi
:
PENGARUH
KOMPENSASI
PENGEMBANGAN
KEPUASAN
KARIR
KERJA
DAN
TERHADAP
KARYAWAN
MELALUI MOTIVASI KERJA PADA PT.
PISMATEX
TEXTILE
INDUSTRY
KABUPATEN PEKALONGAN
Dosen Pembimbing
: Guruh Taufan H, SE, MKom
Semarang, Februari 2016
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi.
( Dr. Agus Prayitno,MM)
)
Dosen Pembimbing.
(Guruh Taufan H, SE, MKom
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: RISTANTO PRASETYO AJI
Nomor Induk Mahasiswa
: B11.2008.01514
Fakultas
: EKONOMI DAN BISNIS
Program Studi
: MANAJEMEN S1
Judul Skripsi
:
PENGARUH
KOMPENSASI
PENGEMBANGAN
KEPUASAN
KARIR
KERJA
DAN
TERHADAP
KARYAWAN
MELALUI MOTIVASI KERJA PADA PT.
PISMATEX
TEXTILE
INDUSTRY
KABUPATEN PEKALONGAN
Dosen Pembimbing
: Guruh Taufan H, SE, MKom
Menyatakan bahwa skripsi yang ditulis ini adalah hasil karya sendiri,
dan apabila dikemudian hari ditemukan adanya bukti plagiasi, manipulasi
dan
/
atau
pemalsuan data maupun bentuk-bentuk kecurangan lain,saya
bersedia untuk menerima sanksi
dari
Fakultas Ekonomi Universitas Dian
Nuswantoro Semarang.
Semarang,
Februari 2016
(RISTANTO PRASETYO AJI)
PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN SKRIPSI
Nama
: RISTANTO PRASETYO AJI
Nomor Induk Mahasiswa
: B11.2008.01514
Fakultas
: EKONOMI DAN BISNIS
Program Studi
: MANAJEMEN S1
Judul Skripsi
:
PENGARUH
KOMPENSASI
PENGEMBANGAN
KEPUASAN
KARIR
KERJA
DAN
TERHADAP
KARYAWAN
MELALUI MOTIVASI KERJA PADA PT.
PISMATEX
TEXTILE
INDUSTRY
KABUPATEN PEKALONGAN
Dosen Pembimbing
: Guruh Taufan H, SE, MKom
Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal 3 Maret 2016
Tim Penguji :
1.
Guruh Taufan H, SE, MKom
(
)
2.
Hertiana Ikasari, SE, MSi
(
)
3.
Dr. Amron, SE, MM
(
)
ABSTRAK
Sumberdaya Manusia sebagai Sumberdaya terpenting dalam organisasi,
maka satu diantara implikasinya adalah menempatkan faktor manusia sebagai
sumber modal dalam mencapai tujuan organisasi. Dengan mengelola
Sumberdaya manusia secara baik akan memberikan dampak yang positif bagi
organisasi, sebaliknya bila penanganan Sumberdaya manusia tidak dilakukan
dengan baik akan menyebabkan ketidakefisienan aktivitas di dalam suatu
organisasi
Populasi dalam penelitian ini adalah 3154 karyawan PT Pismatex Textile
Industry. sampel yang digunakan adalah sebanyak 97 responden. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cluster
Sampling yaitu teknik sampling yang digunakan untuk menentukan sampel bila
obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat lurus. Alat analisis yang
digunakan Regresi Linier Berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh kompensasi,
pengembangan karir, kompensasi terhadap kepuasan kerja, pengembangan karir
dan motivasi terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT. Pismatex Textile
Industry Kabupaten Pekalongan baik secara parsial dan simulta.
Kata Kunci : kompensasi, pengembangan karir, kepuasan kerja karyawan dan
motivasi kerja
ABSTRACT
Human Resources as the most important resource in the organization,
then one among the implication is putting the human factor as a source of capital
to achieve organizational goals. By properly managing human resources will
have a positive impact for the organization, otherwise when handling human
resources is not done properly will lead to inefficiency activity within an
organization
The population in this study were 3154 employees of PT Pismatex
Textile Industry. sample used is as much as 97 respondents. The sampling
technique used in this study is Cluster Sampling is a sampling technique that is
used to determine the sample when the object to be examined or the data source
is very straight. The analytical tool used Multiple Linear Regression.
The results showed that there is the effect of compensation, career
development, compensation to job satisfaction, career development and
motivation to job satisfaction of employees at PT. Pismatex Textile Industry
Pekalongan both partial and simultan
Keywords: compensation, career development, employee satisfaction and
motivation
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang
telah diberikan sehingga skripsi yang berjudul PENGARUH KOMPENSASI
DAN PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP KEPUASAN KERJA
KARYAWAN MELALUI MOTIVASI KERJA PADA PT. PISMATEX
TEXTILE INDUSTRY KABUPATEN PEKALONGAN
telah diselesaikan sebagai suatu syarat utuk menyelesaikan studi pada
program Strata 1 (S1) Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Dian
Nuswantoro Semarang.
Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan seluruh pihak, baik
secara langsung maupun tidak. Oleh karena itu disampaikan rasa terima kasih
kepada :
1.
Dr. Ir. Edi Noersasongko M.Kom, selaku Rektor
Universitas Dian
Nuswantoro Semarang.
2.
Dr. Agus Prayitno, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Dian
Nuswantoro Semarang
3.
Guruh Taufan H, SE, MKom selaku Dosen Pembimbing yang penuh dengan
kesabaran
membimbing
penyelesaian skripsi.
dan
mengarahkan
penulis
dalam
proses
4.
Dr. Kusni SE MM selaku dosen wali yang selama ini telah membimbing
saya dari awal masuk kuliah sampai penyusunan skripsi.
5. Segenap Dosen dan Staf Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Dian
Nuswantoro Semarang yang secara langsung maupun tidak, telah
memberikan petunjuk kepada penulis dalam penyusunan skripsi.
6. Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan doa, kasih sayang, semangat,
dan dukungan sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.
7. Semua teman-teman Universitas Dian Nuswantoro Semarang yang telah
memberikan dorongan dan semangat. Penulis tidak akan melupakan saat
kebersamaan.
8. Pihak-pihak yang membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna karena
keterbatasan kemampuan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dari semua
pihak yang membaca skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi para pembaca.
Semarang, Agustus 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman judul...................................................................................................
i
Halaman Keaslian Skripsi ...............................................................................
ii
Halaman pengesahan........................................................................................
iii
Halaman pengesahan kelulusan skripsi..........................................................
iv
Abstraksi ............................................................................................................
v
Kata pengantar..................................................................................................
vi
Daftar Isi ............................................................................................................
viii
Daftar Tabel ......................................................................................................
xii
Daftar Gambar..................................................................................................
xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ..........................................................................
1
BAB 1 PENDAHULUAN ...........................................................................
1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................
10
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................
11
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................
12
2.1 Landasan Teori .......................................................................................
12
2.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia ......................................
12
2.1.2 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia ....................
13
2.1.3 Pentingnya Sumber Daya Manusia dalam Organisasi ..........
15
2.1.4 Kepuasan Kerja .....................................................................
17
2.1.5 Motivasi ................................................................................
20
2.1.6 Kompensasi ...........................................................................
24
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kompensasi ...................
30
2.1.7 Pengembangan Karir .............................................................
35
2.1.3.5 Faktor-faktor Penentu Pengembangan Karir ......
38
2.3 Hipotesis ..................................................................................
46
BAB III METODE PENELITIAN ..............................................................
47
3.1 Variabel Penelitian dan Devinisi Oprasional .........................................
47
3.1.1 Variabel Penelitian ................................................................
47
3.1.2 Devinisi Oprasional ..............................................................
47
3.2 Obyek Penelitian, Unit Sampel, Populasi dan Sampel ..........................
49
3.2.2 Sampel ..................................................................................
49
3.3 Jenis dan Sumber Data ...........................................................................
50
3.1.1 Jenis Data ..............................................................................
50
3.3.2 Sumber Data .........................................................................
51
3.4 Metode Pengumpulan Data ....................................................................
51
3.5 Metode Analisis .....................................................................................
52
3.5.1 Analisis Kuantitatif ...............................................................
52
3.5.1.1 Uji Validitas ............................................................
52
3.5.1.2 Uji Reliabilitas ........................................................
53
3.5.2 Uji Asumsi Klasik .................................................................
53
3.5.2.1 Uji Normalitas ........................................................
53
3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas ...........................................
54
3.5.2.4 Uji Multikolinieritas ...............................................
55
3.5.3 Analisis Regresi Linier Berganda .........................................
56
3.5.4 Pengujian Hipotesis ..............................................................
57
3.6 Koefisien Determinasi (R2) ...................................................................
59
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................
61
4.1 Identitas Responden ...............................................................................
61
4.1.1 Jenis Kelamin Responden .....................................................
61
4.3.2 Berdasarkan Usia Responden ...............................................
61
4.4 Diskripsi Data ........................................................................................
62
4.4.1 Variabel Kepuasan Kerja ......................................................
63
4.4.2 Variabel Motivasi .................................................................
64
4.4.5 Variabel Kompensasi ............................................................
65
4.4.4 Variabel Pengembangan Karir ..............................................
66
4.5 Uji Validitas dan Reliabilitas .................................................................
67
4.5.1 Uji Validitas ..........................................................................
67
4.6 Pengujian Asumsi Klasik .......................................................................
69
4.6.1 Pengujian Normalitas Data ...................................................
69
4.6.2 Pengujian Multikolineritas ....................................................
71
4.6.3 Pengujian Heterokedastisitas ................................................
72
4.7 Analisis Regresi Linier Berganda ..........................................................
73
4.8 Analisis Koefisien Determinasi .............................................................
76
4.9 Pengujian Hipotesis Secara Simultan (uji f) ..........................................
77
4.10 Pengujian Hipotesis Secara Simultan (uji f) ........................................
79
4.11 Pengujian Hipotesis .............................................................................
80
4.12 Analisis Jalur (Path Analysis) ..............................................................
83
4.12.1 Pengaruh Kompensasi Terhadap Kepuasan Kerja melalui .
Mo
4.12.2 Pengaruh Pengembangan Karir Terhadap Kepuasan Kerja
Melalui Motivasi ................................................................
85
4.8 Pembahasan ............................................................................................
85
4.6.1 Pengaruh antara Motivasi terhadap Kepuasan Kerja ............
85
4.6.2 Pengaruh antara Kompensasi terhadap Kepuasan Kerja ...... 87
4.8.2 Pengaruh Pengembangan Karir terhadap Kepuasan Kerja ... 88
BAB V PENUTUP ......................................................................................
90
5.1 Kesimpulan ............................................................................................
90
5.2 Saran ......................................................................................................
90
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Penurunan Pendapatan PT.Pismatex Textile Industry Kabupaten
Pekalongan Periode tahun 2009-2013 .........................................
8
Tabel 1.1 Hasil prasurvey terhadap Karyawan PT.Prismatex Industry
Kabupaten Pekalongan ................................................................
9
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ....................................................................
42
Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden ............................................................
61
Tabel 4.2 Karakteristik Responden berdasarkan Usia .................................
61
Tabel 4.3 Penelitian Responden terhadap Kepuasan kerja ..........................
63
Tabel 4.4 Penelitian Responden terhadap Motivasi .....................................
64
Tabel 4.5 Penelitian Responden Terhadap Kompensasi ..............................
65
Tabel 4.6 Penilaian Responden terhadap Pengembangan Karir ..................
67
Tabel 4.8 Uji Validitas .................................................................................
68
Tabel 4.9 Uji Reliabilitas Indikator Variabel ...............................................
69
Tabel 4.10 Uji Multikolinearitas ..................................................................
71
Tabel 4.11 Hasil Pengolahan Data Regresi Linier Berganda Persamaan I .. 74
Tabel 4.11 Hasil Pengolahan Data Regresi Linier Berganda Persamaan II.. 75
Tabel 4.11 Koefisien Determinasi ...............................................................
76
Tabel 4.11 Koefisien Determinasi Persamaan II .........................................
77
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran .................................................................
46
Gambar 4.1 P-Plot Normalitas Data ............................................................
70
Gambar 4.2 Uji Heterokedastisitas ..............................................................
73
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumberdaya Manusia sebagai Sumberdaya terpenting dalam organisasi,
maka satu diantara implikasinya adalah menempatkan faktor manusia sebagai
sumber modal dalam mencapai tujuan organisasi. Dengan mengelola
Sumberdaya manusia secara baik akan memberikan dampak yang positif bagi
organisasi, sebaliknya bila penanganan Sumberdaya manusia tidak dilakukan
dengan baik akan menyebabkan ketidakefisienan aktivitas di dalam suatu
organisasi (Rahman dkk, 2013)
Perkembangan organisasi sangatlah bergantung pada produktivitas
Sumberdaya manusia yang ada pada organisasi tersebut. Hal ini dimaksudkan
agar penggunaan Sumberdaya manusia dapat dilakukan secara efektif, yang
merupakan kunci kearah tercapainya efisiensi kerja dan peningkatan
produktivitas dari pegawai itu sendiri. Dalam era globalisasi dan era reformasi
ini, pemerintah dalam menjalankan aktivitas organisasinya perlu mengelola
pegawainya atau Sumberdaya Manusianya berdasarkan falsafah yang tidak
hanya mengakui pentingnya efisiensi dan efektivitas kerja saja, tetapi juga
mengakui pentingnya nilai pegawai sebagai individu. Karena salah satu unsur
pokok dalam organisasi adalah kesediaan dan kemauan para pegawai untuk
memberikan sebagian daya upaya masing-masing secara nyata pada sistem
kerjasama organisasi. Konsep ini memfokuskan perhatian pada bagaimana
memotivasi orang untuk bekerja secara manusiawi, bagaimana bentuk
pengawasan yang dilakukan, pemberian lingkungan kerja , disamping itu
lingkungan yang menyenangkan akan memacu seseorang pegawai untuk bekerja
dengan lebih baik dan yang terpenting adalah bagaimana menciptakan
komunikasi antara sesama pegawai, yang akhirnya juga akan mempengaruhi
kepuasan kerja pegawai yang bersangkutan.
Untuk dapat mengatasi berbagai permasalahan tersebut diperlukan
sumber daya manusia yang mempunyai penguasaan akan ilmu pengetahuan dan
teknologi, sehingga perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas
sumber daya manusianya. Pada saat ini peran sumber daya manusia menjadi
sangat luas dengan semakin dihargainya sumber daya manusia sebagai aset
utama organisasi. Dengan diakuinya peran sumber daya manusia yang menjadi
lebih bersifat lebih meghargai manusia sebagai manusia seutuhnya dan bukan
hanya sebagai salah satu faktor produksi saja. Rasa aman akan suasana kerja
yang mampu mendorong pegawai/karyawan untuk lebih berdedikasi tinggi
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh pimpinan baik suasana aman
sebelum kerja, saat kerja maupun setelah kerja. Kondisi kerja yang aman
semacam ini, serta didukung rekan kerja yang dapat diajak untuk bekerja sama
dalam berbagai aktifitas merupakan keinginan dari setiap karyawan/karyawan
disuatu instansi/organisasi. Dengan situasi semacam itu diharapkan para
karyawan dapat bekerja secara maksimal dan senang terhadap pekerjaan yang
dilakukan.
Kepuasan kerja merupakan cerminan dan perasaan orang/karyawan
terhadap pekerjaannya. Pegawai/karyawan tidak hanya formalitas bekerja
dikantor, tetapi harus mampu merasakan dan menikmati pekerjaannya, sehingga
ia tidak akan merasa bosan dan lebih tekun dalam beraktifitas. Para karyawan
akan lebih senang dalam bekerja apabila didukung oleh berbagai situasi yang
kondusif, sehingga dapat mengembangkan ketrampilan yang dimiliki (Rivai,
2009).
Kebutuhan
karyawan
dalam
memenuhi
keinginannya
semakin
meningkat. Para karyawan bekerja dengan harapan akan memperoleh upah/gaji
yang dapat untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan yang saat ini sangat
begitu kompleks dari hal yang paling pokok/primes terutama masalah kebutuhan
sandang, pangan, perumahan, pendidikan, istirahat kerja yang cukup, perlu
mendapatkan skala prioritas utama dalam hal pemenuhannya. Selain itu,
pemenuhan kebutuhan dari para karyawan akan pelayanan dan penghargaan oleh
atasan terhadap prestasi kerja yang dihasilkan yang sesuai dengan prinsip
keadilan dapat memotivasi kerja mereka. Sehingga dengan seringnya para
pegawai/karyawan termotivasi untuk melakukan pekerjaan dengan baik, akan
meningkatkan kualitas dan kepuasan kerja yang diingkan, karena kuat lemahnya
dorongan atau motivasi kerja seseorang akan menentukan besar kecilnya
kepuasan kerja (Rivai, 2008).
Kepuasan kerja karyawan dapat terwujud jika segala keinginan dan
harapan sesuai dengan yang diinginkan karyawan. Kepuasan kerja karyawan
dapat diberikan oleh perusahaan dalam bentuk pemberian gaji yang memadai,
prestasi yang dicapai, pekerjaan yang diselesaikan secara tepat waktu dan
pengakuan yang diperoleh. (Sopiah, 2009: 56)
Karyawan sebagai sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan
menempati posisi strategis dalam sebuah perusahaan diantara sumber daya
lainnya, sehingga untuk dapat menghasilkan output yang sesuai dengan harapan
perusahaan, sudah seharusnya sumber daya manusia dikelola dan dimanfaatkan
dengan sebaik-baiknya. Seringkali masalah yang berkaitan dengan sumber daya
manusia terus meningkat, khususnya berhubungan dengan supply tenaga kerja
yang terampil, memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi, dan mampu
menghadapi ambiguitas atau kerancuan yang terjadi. (Kartika dan Kaihatu,
2010)
Sumber daya manusia mempunyai andil yang besar bagi keberhasilan
bisnis, khususnya apabila sumber daya manusia tersebut sudah siap pakai dan
berpengalaman. Namun perusahaan juga tidak dapat menentukan secara pasti
juga bagaimana caranya untuk merekrut, mempertahankan, dan memotivasi
sumber daya manusia yang semakin beragam. Selain hal tersebut, perusahaan
sering kali juga terkendala dengan bagaimana caranya untuk mendapatkan
individu yang memiliki ketrampilan, pengetahuan, dan kemampuan yang tepat.
Hal itu semua akhirnya bermuara pada bagaimana mengarahkan sumber daya
manusia yang ada supaya dapat menjadi sumber keunggulan yang kompetitif.
Seringkali yang terjadi, para karyawan yang bekerja di perusahaan memiliki
ketrampilan, pengetahuan, dan kemampuan yang cukup untuk bekerja sesuai
standar yang ditetapkan. Namun permasalahan yang muncul terletak pada
bagaimana mempertahankan karyawan untuk tetap dapat bekerja sesuai dengan
tuntutan yang ada, dan selalu bersemangat dalam setiap pekerjaannya. Salah satu
penyebab yang terjadi adalah berkaitan dengan kepuasan kerja karyawan
(Kartika dan Kaihatu, 2010)
Pekerjaan menuntut interaksi dengan rekan kerja, atasan, peraturan dan
kebijakan organisasi, standar kinerja, kondisi kerja dan sebagainya. Seorang
dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap positif terhadap kerja
itu, sebaliknya seseorang tidak puas dengan pekerjaannya menunjukkan sikap
negatif terhadap kerja itu.” Dari pernyataan Robbins diketahui bahwa kepuasan
kerja cenderung bersifat subjektif karena berkaitan dengan individu masingmasing. (Kartika dan Kaihatu, 2010)
Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan organisasi untuk
mewujudkan visi dan misinya sangat tergantung dari peran dan kualitas sumber
daya manusia yang ada didalam organisasi. Oleh karenanya diperlukan
pengembangan sumber daya manusia secara kontinyu agar diperoleh sumber
daya manusia yang berkualitas, sehingga dalam bekerja dapat memberikan hasil
yang optimal. Menurut Gomes (2006) tugas manajemen sumber daya manusia
berkaitan dengan upaya mengelola unsur manusia dengan segala potensi yang
dimilikinya harus dilakukan seefektif mungkin sehingga dapat diperoleh sumber
daya manusia yang puas (satisfied) dan memuaskan (satisfactory) bagi
organisasi. (Nugroho dan Kunartinah, 2012)
Salah satu industri yang cukup mengalami penurunan daya saing
beberapa tahun terakhir adalah industri tekstil. Industri tekstil adalah salah satu
kelompok industri yang masuk dalam kluster industri prioritas berdasarkan
Perpres Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Kebijakan Industri Nasional. Dengan
dikeluarkannya Perpres ini seharusnya daya saing industri tekstil terutama
industri yang bersaing di pasar domestic, tidak mengalami penurunan seperti
yang terjadi saat ini. Penurunan ini ditandai oleh banyaknya perusahaan tekstil
yang harus ditutup karena produknya tidak mampu bersaing dengan produk
pesaing dan produk impor. Data dari Asosiasi Perpekstilan Indonesia (API)
wilayah Jawa Barat misalnya, menunjukkan bahwa terdapat 50 perusahaan
tekstil yang tidak dapat dikonfirmasi pada tahun 2011 (data API Jabar).
Penurunan daya saing industri tekstil dapat ditinjau dari berbagai aspek.
Sanchita Banerjee Saxena dan Véronique Salze-Lozac’h, yang melakukan
penelitian terhadap daya saing produk tekstil dan garmen di Bangladesh
menyimpulkan bahwa lemahnya daya saing industri tekstil dan garmen di
Bangladesh disebabkan oleh buruknya infrastruktur, fluktuasi nilai tukar mata
uang, bunga pinjaman yang tinggi, tenaga kerja yang tidak terampil, banyaknya
pesaing di dalam negeri, rendahnya teknologi produksi, dan citra negative yang
digambarkan oleh media (www.asiafoundation.org. Occasional Paper, No. 1,
July 2010). Demikian juga halnya dengan penelitian tekstil di dalam negeri,
seperti penelitian yang dilakukan oleh Balai Penelitian dan Pengembangan
Propinsi Jawa Tengah, menyimpulkan bahwa industri tekstil Jawa Tengah masih
menghadapi masalah berkaitan dengan ketersediaan bahan baku benang sutera
sehingga harus dikirim dari luar daerah atau di impor. Pada industri pemintalan,
masalah yang dihadapi adalah kualitas tenaga kerja yang rendah dan
keterbatasan teknologi (http://www.balitbangjateng.go.id).
Alasan memilih PT. Pismatex Textile Industry Kabupaten Pekalongan
adalah keberadaan PT. Pismatex Textile Industry Kabupaten Pekalongan sebagai
sebuah perusahaan pertenunan yang didirikan pada tahun 1974 oleh alm. Ghozi
Salim, merupakan perusahaan perseorangan dengan produksi sarung tenun
bermerk GAJAH DUDUK. kemudian diubah status badan hukumnya menjadi
Perseroan Terbatas (PT) dengan akte Notaris No. 1 Tanggal 1 Maret 1994
Notaris Soepirman Soetarman, SH Pekalongan. Mengingat kebutuhan bahan
baku (benang) dengan kuantitas dan kualitas yang terus meningkat dan dengan
harga yang cukup bersaing, maka manajemen mulai berpikir untuk mendirikan
pabrik pemintalan benang guna mensuplai kebutuhan PT. Pismatex Textile
Industry Kabupaten Pekalongan .
Pendirian pabrik pemintalan benang yang kemudian diberi nama PT.
Pismatex Textile Industry Kabupaten Pekalongan
ini, dari proses persiapan
pengadaan lahan hingga pembentukan badan hukum dimulai sejak tahun 1994.
Namun dengan berbagai pertimbangan, pembangunan proyek baru dilaksanakan
pada tahun 1997. Kemudian diresmikan (sesuai Akte Notaris Soepirman
Soetarman, SH No. 35 Tanggal 14 Juni 1994) pada tanggal 20 Februari oleh
Menteri Dalam Negeri Soerjadi Soedirja mewakili Presiden Republik Indonesia
Abdurrahman Wahid. Dan mulai beroperasi dengan kapasitas 30.000 mata pintal
untuk spinning I. Empat tahun kemudian, PT. Pismatex Textile Industry
Kabupaten Pekalongan
melakukan perluasan Spinning II dengan 30.000 mata
pintal.
PT. Pismatex Textile Industry Kabupaten Pekalongan
yang beralamat
di Jl. Raya Pait Km. 10 Pekalongan 51155, Jawa Tengah, Indonesia. Dengan
luas lahan 97.530 m2 + 43.478 m2, Luas bangunan Spinning I = 13.974 m2,
perluasan Spinning II seluas 9.660 m2. Kapasitas produksi 4000 bale dengan
jumlah karyawan sebanyak 850 orang.
Hasil Produksi PT. PISMA TEXTILE dipakai PT. Pismatex Textile
Industry Kabupaten Pekalongan
dan beberapa perusahaan pertenunan di
wilayah Pekalongan, Bandung, Semarang, Solo dan sekitarnya, sejak akhir 2001
mulai diekspor ke Toyoshima, Jepang, Mesir, Turki, dan beberapa negara asing
lainnya. Untuk target ke depan hasil produksi ini di rencanakan akan dipasok ke
PT. Pismatex Textile Industry Kabupaten Pekalongan
sebesar 40% pemasaran
dalam negeri / lokal sebesar 20% dan di ekspor sebesar 40% .
Pendapatan PT Pismatex Textile Industry
dari tahun 2009 -2013
sebesar :
Tabel 1.1
Penurunan Pendapatan PT. Pismatex Textile Industry Kabupaten
Pekalongan
Periode tahun 2009-2013.
Tahun
Pendapatan
Persentase
(%)
2009
2.732.793.506
2010
2.709.022.000
-0,88
2011
2.660.003.250
-1,84
2012
2.597.540.300
-2,40
2013
2.590.708.936
-0,26
Sumber : PT. Pismatex Textile Industry Kabupaten Pekalongan , 2014
Berdasarkan data penjualan diatas dapat diketahui bahwa terjadi
penurunan kinerja dari tahun 2009 -2013, tabel diatas diketahui bahwa terjadi
penurunan data kinerja tahun 2009 sebesar 0,88%, pada tahun 2011 sebesar
1,84%, pada tahun 2012 sebesar 2,40%, pada tahun 2011 sebesar 0,23. Dari
uraian diatas diketahui bahwa terjadi penurunan pendapatan pada tahun 2012 di
PT. Pismatex Textile Industry Kabupaten Pekalongan
. Berdasarkan tabel
diatas dapat diketahui bahwa terjadi penurunan kinerja sehingga target yang
ditentukan tidak tercapai dari tahun 2009-2010.
Permasalahan-permasalahan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
kinerja karyawan mengalami penurunan. Serta dari data dan keterangan diatas
penelti juga melakukan prasurvey terhadap 30 karyawan PT. Pismatex Textile
Industry Kabupaten Pekalongan dapat diketahui hasilnya sebagai berikut :
Tabel 1.1
Hasil prasurvey terhadap Karyawan
PT. Pismatex Textile Industry Kabupaten Pekalongan
Tidak setuju
Setuju
No.
Keterangan
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
1.
Kompensasi
a. Karyawan puas dengan
15
50
15
50
tunjangan-tunjangan
yang diterima.
26
86,67
4
13,33
b. Gaji yang karyawan
terima sesuai dengan
harapan karyawan
2.
Pengembangan karir
a. Adanya peningkatan
17
56,67
13
43,33
karir
dalam
perusahaan
21
70
9
30
b. Kesempatan promosi
jabatan yang diberikan
pada setiap karyawan
selama
ini
sudah
memadai
3.
Kepuasan Kerja
1. Selama ini saya telah
puas dengan hasil kerja
yang saya berikan
kepada organisasi
2. Saya puas dengan
pengakuan
dan
penghargaan
yang
diberikan organisasi
4.
Motivasi kerja
1. Penghargaan yang saya
terima
dapat
memberikan dorongan
kepada saya untuk
bekerja
2. Kepedulian
instansi
terhadap
karyawan
selama ini sudah baik
Sumber : Hasil Prasurvey, 2015
19
63,33
11
36,67
16
53,33
14
46,67
24
80,00
6
20
18
60,00
12
40
Hal inilah yang mendorong peneliti melakukan penelitian mengenai kinerja
PT. Pismatex Textile Industry Kabupaten Pekalongan. Dapat dilihat dari tabel
diatas bahwa kompensasi sebagian besar menyatakan tidak setuju dengan
tunjangan-tunjangan yang diterima dan gaji yang karyawan terima belum sesuai
dengan harapan karyawan, pada variabel kompetensi juga sebagian besar
menyatakan tidak setuju mengenai pendidikan dan adanya pelatihan kerja di
instansi tempat karyawan bekerja, sedangkan pada variabel disiplin kerja dan
pengembangan karir juga menunjukkan hasil yang sama dan untuk variabel
kepemimpinan lingkungan kerja juga menyatakan tidak setuju dengan
pernyataan tersebut.
Dengan latar belakang yang menarik inilah sehingga ingin diketahui
lebih lanjut dengan mengadakan penelitian yang berjudul “PENGARUH
KOMPENSASI
DAN
PENGEMBANGAN
KARIR
TERHADAP
KEPUASAN KERJA KARYAWAN MELALUI MOTIVASI KERJA
PADA
PT.
PISMATEX
TEXTILE
INDUSTRY
KABUPATEN
PEKALONGAN ”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil permasalahan dalam
penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1.
Bagaimana pengaruh kompensasi terhadap motivasi kerja pada PT.
Pismatex Textile Industry Kabupaten Pekalongan
2.
Bagaimana pengaruh pengembangan karir terhadap motivasi kerja pada PT.
Pismatex Textile Industry Kabupaten Pekalongan
3.
?
?
Bagaimana pengaruh kompensasi terhadap kepuasan kerja karyawan pada
PT. Pismatex Textile Industry Kabupaten Pekalongan
4.
?
Bagaimana pengaruh pengembangan karir terhadap kepuasan kerja
karyawan pada PT. Pismatex Textile Industry Kabupaten Pekalongan
5.
?
Bagaimana pengaruh motivasi terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT.
Pismatex Textile Industry Kabupaten Pekalongan
?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis pengaruh kompensasi terhadap motivasi kerja pada
PT. Pismatex Textile Industry Kabupaten Pekalongan
2. Untuk menganalisis pengaruh pengembangan karir terhadap motivasi
kerja pada PT. Pismatex Textile Industry Kabupaten Pekalongan
3. Untuk menganalisis pengaruh kompensasi terhadap kepuasan kerja
karyawan pada PT. Pismatex Textile Industry Kabupaten Pekalongan
4. Untuk menganalisis pengaruh pengembangan karir terhadap kepuasan
kerja karyawan pada PT. Pismatex Textile Industry Kabupaten
Pekalongan
5. Untuk menganalisis pengaruh motivasi terhadap kepuasan kerja
karyawan pada PT. Pismatex Textile Industry Kabupaten Pekalongan
1.4 Manfaat Penelitian
Kegunaan yang hendak ditulis adalah sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis
Untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan tentang
perilaku khususnya dalam hal faktor-faktor yang mempengaruhi
kepuasan kerja.
2. Kegunaan Praktis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai gambaran akan pentingnya
memotivasi karyawan serta dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi
PT. Pismatex Textile Industry Kabupaten Pekalongan
pengambilan
keputusan
yang
berhubungan
kepuasan kerja para pegawai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia
dengan
untuk
peningkatan
Menurut
Simamora
(2006)
mendefinisikan
sumber
daya
manusia
merupakan aset organisasi yang paling penting, dan membuat sumber daya
organisasi ataupun perusahaan maka terasa hambar rasanya, suatu organisasi
ataupun perusahaan dapat meningkatkan kepuasan kerjanya. Baik itu kepuasan
kerja organisasinya berdampak pada kepuasan kerja karyawannya, dimana
menjelaskan bahwa kepuasan kerja organisasi tergantung pada kepuasan kerja
pegawainya. Kepuasan kerja pegawai adalah salah satu aspek penting yang
wajib diperhatikan oleh organisasi, karena kepuasan kerja pegawai menuntut
organisasi untuk mencapai tujuannya. Menurut S.P Hasibuan, kepuasan kerja
merupakan hasil kerja yang dicapai seorang dalam melaksanakan tugas-tugas
yang
dibebankan
kepadanya
didasarkan
atas
kecakapan,
pengalaman,
kesungguhan serta waktu. Dengan maksud itulah kepuasan kerja patut diukur,
apakah baik atau buruk. Pada dasarnya kepuasan kerja sangat dipengaruhi oleh
gaya kepemimpinan dan motivasi kerja. Gaya kepemimpinan setiap pemimpin
memberikan suatu metode kepemimpinan yang dapat memberikan dampak
signifikan dirasa sangat penting, karena pemimpin memiliki peranan yang
strategis dalam mencapai tujuan organisasi yang biasa tertuang dalam visi dan
misi organisasi.
Manajemen sebagai ilmu dan seni untuk mencapai suatu tujuan melalui
kegiatan orang lain. Ini berarti, tujuan dapat dicapai bila dilakukan oleh satu
orang lain atau lebih (Rivai dan Sagala, 2009). Sementara itu manajemen
sumber daya manusia sebagai suatu bidang manajemen yang khusus
mempelajari hubungan dan peranan manusia dalam suatu perusahaan. Unsur
dalam manajemen sumber daya manusia faktor yang diperlihatkan adalah
manusianya itu sendiri. Saat ini banyak perusahaan menyadari bahwa sumber
daya manusia merupakan masalah perusahaan yang paling penting, karena
melalui sumber daya manusia yang menyebabkan sumber daya yang lain dalam
perusahaan dapat berfungsi/dijalankan atau dilaksanakan. Disamping itu, sumber
daya manusia yang efektif mengharuskan manajer atau pimpinan untuk
menentukan cara terbaik dalam mendayagunakan orang-orang yang ada dalam
lingkungan organisasinya agar tujuan-tujuan yang diinginkan dapat tercapai.
Pada umumnya, kegiatan-kegiatan di bidang sumber daya manusia dapat dilihat
dari sisi pekerjaan dan sisi pekerja (Panggabean,2006). Dari sisi pekerjaan,
kegiatan-kegiatan itu terdiri atas analisis pekerjaan dan evakuasi pekerjaan.
Sedangkan dari sisi pekerja, kegiatan-kegiatan menyelesaikan berbagai masalah
yang sedang dihadapi ataupun yang mungkin muncul di kemudian hari (Rivai
dan Sagala,2009).
2.1.2 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen Sumber Daya Manusia adalah suatu proses menangani berbagai
masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, dan tenaga kerja lainnya
untuk menunjang aktivitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Ada pula pengertian manajemen sumber daya manusia
menurut para ahli :
1.
Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) menurut Mary
Parker Follett Manajemen Sumber Daya Manusia adalah suatu seni untuk
mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain
untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlukan, atau dengan kata
lain tidak melakukan pekerjaan itu sendiri.
2.
Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
(MSDM) menurut
Sastrohadiwijono, menggunakan istilah manajemen tenaga kerja sebagai
pengganti manajemen sumber daya manusia. Menurutnya, manajemen
tenaga
kerja
merupakan
pendayagunaan,
pembinaan,
pengaturan,
pengurusan, pengembangan unsur tenaga kerja, baik yang berstatus sebagai
buruh, karyawan, maupun pegawai dengan segala kegiatannya dalam usaha
mencapai hasil guna dan daya guna yang sebesar-besarnya, sesuai dengan
harapan usaha perseorangan, badan usaha, perusahaan, lembaga, maupun
instansi.
3.
Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) menurut Hadari
Nawawi, mengemukakan bahwa MSDM adalah :
“Proses mendayagunakan manusia sebagai tenaga kerja secara manusiawi
agar potensi fisik dan psikis yang dimiliki berfungsi maksimal bagi
tercapainya tujuan perusahaan”.
4.
Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) menurut Henry
Simamora,
Manajemen
Sumber
Daya
Manusia
adalah
sebagai
pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balasan jasa terhadap
individu anggota organisasi atau kelompok bekerja. Manajemen Sumber
Daya Manusia juga menyangkut desain dan implementasi sistem
perencanaan, penyusunan, pengelolaan karir, evaluasi kerja, kompensasi
karyawan dan hubungan perburuhan yang mulus (Rivai dan Sagala, 2009).
2.1.3 Pentingnya Sumber Daya Manusia dalam Organisasi
Manajemen sumber daya manusia merupakan proses terdiri dari
perencanaan, pengorganisasian, pimpinan dan pengendalian kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan analisis pekerjaan, evaluasi pekerjaan, pengadaan,
pengembangan, kompensasi, promosi dan pemutusan hubungan kerja guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari definisi diatas, menurut Mutiara
S.Pangabean bahwa kegiatan di bidang sumber daya manusia dapat dilihat dari
dua sudut pandang, yaitu dari sisi pekerjaan dan pekerja. Dari sisi pekerjaan
terdiri dari analisis dan evaluasi pekerjaan. Sedangkan dari sisi pekerjaan
meliputi kegiatan-kegiatan pengadaan tenaga kerja, penilaian prestasi kerja,
pelatihan dan pengembangan, promosi, kompensasi dan pemutusan hubungan
kerja. Dengan definisi diatas yang dikemukakan di dalam mencapai tujuan
perusahaan, karyawan dan masyarakat. Sumber daya manusia adalah faktor
sentral dalam suatu organisasi. Apapun bentuk serta tujuannya, organisasi dibuat
berdasarkan berbagai visi untuk kepentingan manusia merupakan faktor strategis
dalam semua kegiatan institusi/organisasi. Selanjutnya manajemen sumber daya
manusia berarti mengatur, mengurus sumber daya manusia berdasarkan visi
perusahaan agar tujuan organisasi dapat dicapai secara optimum. Karenanya
manajemen sumber daya manusia juga menjadi bagian dari Ilmu Manajemen
(Management Science) yang mengacu kepada fungsi manajemen dalam
pelaksanaan, pengorganisasian, staffing, memimpin dan mengendalikan.
Manajemen sumber daya manusia juga meliputi semua aktivitas yang
berhubungan dengan sumber daya manusia menangani berbagai masalah pada
ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya
untuk dapat menunjang aktivitas organisasi atau perusahaan demi mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Dalam mencapai tujuannya tentu suatu organisasi
memerlukan sumber daya manusia sebagai pengelola sistem, agar sistem ini
berjalan tentu dalam pengelolaannya harus memperhatikan beberapa aspek
penting seperti pelatihan, pengembangan, motivasi dan aspek-apek lainnya hal
ini akan menjadikan manajemen sumber daya manusia sebagai salah satu
indikator penting pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien.
Sumber daya manusia merupakan aset organisasi yang sangat vital, karena itu
peran dan fungsinya tidak bisa digantikan oleh sumber daya lainnya. Banyaknya
teknologi modern yang digunakan, atau seberapa banyak dana yang disiapkan,
namun tanpa sumber daya manusia yang profesional semuanya menjadi tidak
bermakna.
Pentingnya manajemen sumber daya manusia dapat dilihat dari berbagai
perspektif. Menurut (Siagian, 2008) perspektif tersebut yakni :
a. Politik
b. Ekonomi
c. Hukum
d. Sosio-kultural
e. Administrative
Manajemen Sumber Daya Manusia adalah faktor sentral dalam suatu organisasi.
Apapun bentuk serta tujuannya, organisasi dibuat berdasarkan berbagai visi
untuk kepentingan manusia dan dalam pelaksanaan misinya dikelola dan diurus
oleh manusia. Jadi, manusia merupakan faktor strategis dalam semua kegiatan
intuisi/organisasi.
Untuk mencapai visi, misi dan tujuan tersebut tentu manusia tersebut harus
mempunyai nilai kompetensi karakteristik yaitu :
1.
Motif (motive), apa yang secara konsisten dipikirkan atau keinginankeinginan yang menyebabkan melakukan tindakan. Apa yang mendorong,
perilaku yang mengarah dan dipilih terhadap kegiatan atau tujuan tertentu.
2.
Sifat/ciri bawahan (trait), ciri fisik dan reaksi-reaksi yang bersifat konsisten
terhadap situasi atau informasi.
3.
Konsep diri (self concept), sikap, nilai dari orang-orang.
4.
Pengetahuan (knowledge), yaitu suatu informasi yang dimiliki seseorang
pada bidang yang spesifik. Pengetahuan merupakan kompetensi yang
kompleks seseorang dapat melakukan pekerjaan berdasarkan pengetahuan
yang dimilikinya itu.
5.
Keterampilan (skill), kemampuan untuk mampu melaksanakan tugas-tugas
fisik dan mental tertentu. Walaupun demikian agar peran sumber daya
manusia tersebut dapat sinkron dengan visi, misi, tujuan dan harapan
organisasi maka manusia sebagai salah satu sumber daya harus dapat
melakukan penyesuaian terhadap perkembangan organisasi yang semakin
competitive.
2.1.4
Kepuasan Kerja
Koesmono (2005) mengemukakan bahwa kepuasan kerja merupakan
kegembiraan atau pernyataan emosi yang positif hasil dari penilaian salah satu
pekerjaan atau pengalaman-pengalaman pekerjaan. Lebih lanjut Koesmono
(2005) mengemukakan bahwa kepuasan kerja merupakan penilaian, perasaan
atau sikap seseorang atau karyawan terhadap pekerjaannya dan berhubungan
dengan lingkungan kerja, jenis pekerjaan, kompensasi, hubungan antar teman
kerja, hubungan sosial ditempat kerja, motivasi, kompetensi, dan sebagainya.
Sehingga dapat dikatakan bahwa kepuasan kerja adalah dipenuhinya beberapa
keinginan dan kebutuhannya melalui kegiatan kerja atau bekerja.
Sylvana (2002:4) mengemukakan bahwa kepuasan kerja merupakan
bagian dari proses motivasi. Kepuasan anggota organisasi dapat dihubungkan
dengan kepuasan kerja dan hasil kerja mereka serta imbalan dan hukuman yang
mereka terima. Oleh karena itu, tingkat kepuasan kerja dalam organisasi dapat
ditunjukkan dengan hasil seperti sikap anggota organisasi, pergantian pekerjaan
anggota organisasi, kemangkiran atau absensi, keterlambatan, dan keluhan yang
biasa terjadi dalam suatu organisasi.
Robbins (2011) mengemukakan bahwa kepuasan kerja adalah sebagai
suatu sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya. Pekerjaan menuntut
interaksi dengan rekan sekerja dan atasan, mengikuti aturan dan kebijakan
organisasi, memenuhi standar kepuasan kerja , hidup pada kondisi kerja yang
sering kurang dari ideal, dan hal serupa lainnya. Ini berarti penilaian (assesment)
seorang karyawan terhadap puas atau tidak puasnya dia terhadap pekerjaan
merupakan penjumlahan yang rumit dari sejumlah unsur pekerjaan yang
terpisahkan satu sama lain.
Koesmono (2005) mengemukakan bahwa seorang manajer akan sangat
peduli pada aspek kepuasan kerja, karena mempunyai tanggung jawab moral
apakah dapat memberikan lingkungan yang memuaskan kepada karyawannya
dan percaya bahwa perilaku pekerja yang puas akan membuat kontribusi yang
positif terhadap organisasi. Para manajer merasakan usaha dan kepuasan kerja
mereka berhasil apabila keadilan dalam penghargaan memberikan tingkat
kepuasan kerja dan kepuasan kerja . Situasi pekerjaan yang seimbang akan
meningkatkan perasaan
dalam control terhadap kehidupan kerja
dan
menghasilkan kepuasan kerja. Sehingga para manajer mempunyai tanggung
jawab untuk meningkatkan kepuasan kerja para bawahannya agar dapat
memberikan kontribusi yang positif pada organisasinya.
Mangkunegara (2010) mengemukakan bahwa job satisfaction is related
to a number of major employee variables, such as turnover, absences, age,
occupation, and size of the organization in which an employee works. Berdasar
pendapat tersebut, Mangkunegara (2010) mengemukakan bahwa kepuasan kerja
berhubungan dengan variabel-variabel seperti turnover, tingkat absensi, umur,
tingkat pekerjaan, dan ukuran organisasi perusahaan. Kepuasan kerja
berhubungan dengan turnover mengandung arti bahwa kepuasan kerja yang
tinggi selalu dihubungkan dengan turnover pegawai yang rendah, dan sebaliknya
jika pegawai banyak yang merasa tidak puas maka turnover pegawai tinggi.
Kepuasan kerja berhubungan dengan tingkat absensi (kehadiran)
mengandung arti bahwa pegawai yang kurang puas cenderung tingkat
ketidakhadirannya
tinggi.
Kepuasan
kerja
berhubungan
dengan
umur
mengandung arti bahwa pegawai yang cenderung lebih tua akan merasa lebih
puas daripada pegawai yang berumur relatif lebih muda, karena diasumsikan
bahwa pegawai yang tua lebih berpengalaman menyesuaikan diri dengan
lingkungan pekerjaan dan pegawai dengan usia muda biasanya mempunyai
harapan yang ideal tentang dunia kerjanya, sehingga apabila antara harapannya
dengan realita kerja terdapat kesenjangan atau ketidak seimbangan dapat
menyebabkan mereka menjadi tidak puas.
Kepuasan kerja dihubungkan dengan tingkat pekerjaan mengandung arti
bahwa pegawai yang menduduki tingkat pekerjaan yang lebih tinggi cenderung
lebih puas daripada pegawai yang menduduki pekerjaan yang lebih rendah,
karena pegawai yang tingkat pekerjaannya lebih tinggi menunjukkan
kemampuan kerja yang baik dan aktif dalam mengemukakan ide-ide serta kreatif
dalam bekerja. Kepuasan kerja berhubungan dengan ukuran organisasi
perusahaan mengandung arti bahwa besar kecilnya perusahaan dapat
mempengaruhi proses komunikasi, koordinasi, dan partisipasi pegawai sehingga
dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan.
Mangkunegara (2010) mengemukakan bahwa ada 2 (dua) faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja yaitu faktor yang ada pada diri pegawai dan
faktor pekerjaannya. Faktor yang ada pada diri pegawai yaitu kecerdasan (IQ),
kecakapan khusus, umur, jenis kelamin, kondisi fisik, pendidikan, pengalaman
kerja, masa kerja, kepribadian, emosi, cara berpikir, persepsi, dan sikap kerja.
Sedangkan faktor pekerjaan yaitu jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat
(golongan), kedudukan, mutu pengawasan, jaminan keuangan, kesempatan
promosi jabatan, interaksi sosial, dan hubungan kerja.
2.1.5 Motivasi
Motivasi adalah suatu kondisi yang menggerakkan seseorang ke arah suatu
tujuan tertentu yang berkaitan dengan tugasnya (Pramudyo, 2010). Sedangkan
Rivai dan Sagala (2009), mendefinisikan motivasi adalah serangkaian sikap dan
nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik yang
sesuai dengan tujuan individu.
Teori motivasi disini membantu kita memahami dunia keterlibatan dinamis
tempat organisasi beroperasi dengan menggambarkan manajer dan karyawan
saling terlibat dalam organisasi setiap hari. Karena teori motivasi menyangkut
pengembangan manusia, isi dari teori motivasi juga membantu manajer dan
karyawan beroperasi dalam kehidupan organisasi. Adapun teori motivasi
menurut para ahli, yaitu :
a.
Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
Abraham Maslow (Mangkunegara, 2010) mengemukakakan bahwa hierarki
kebutuhan manusia adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan
fisiologis,
yaitu
kebutuhan
untuk
makan,
minum,
perlindungan fisik, bernafas. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan
tingkat terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan yang paling
mendasar.
2. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan diri dari
ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup.
3. Kebutuhan untuk rasa memiliki (sosial), yaitu kebutuhan untuk diterima
oleh kelompok, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai dan dicintai.
4. Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai
oleh orang lain.
5. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk
menggunakan kemampuan, skill dan potensi. Kebutuhan untuk
berpendapat dengan mengemukakan ide-ide, gagasan dan kritik terhadap
sesuatu.
b.
Teori Kebutuhan McClelland
Teori ini dikemukakan oleh David McClelland dan kawan-kawannya. Teori
ini berfokus pada tiga kebutuhan, yaitu (Robbins, 2011) :
1. Kebutuhan
pencapaian
yaitu,
dorongan
untuk
berprestasi
dan
mengungguli, mencapai standar-standar, dan berusaha keras untuk
berhasil.
2. Kebutuhan akan kekuatan yaitu, kebutuhan untuk membuat orang lain
berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak berperilaku
sebaliknya.
3. Kebutuhan hubungan yaitu, keinginan untuk menjalin hubungan antar
pribadi yang ramah dan akrab.
c. Teori Kebutuhan Douglas McGregor
Mengemukakan dua pandangan manusia yaitu teori X (negatif) dan teori Y
(positif), menurut teori X empat pengandaian yang dipegang manajer :
1. Karyawan secara intern tertanam dalam dirinya tidak menyukai kerja.
2. Karyawan tidak menyukai kerja mereka harus diawasi atau diancam
dengan hukuman untuk mencapai tujuan.
3. Karyawan akan menghindari tanggung jawab.
4. Kebanyakan karyawan menaruh keamanan diatas semua faktor yang
dikaitkan dengan kerja.
Kontras dengan pandangan negatif ini mengenai kodrat manusia ada empat
teori Y :
1. Karyawan dapat memandang kerjasama dengan sewajarnya seperti
istirahat dan bermain.
2. Orang akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan diri jika
mereka komitmen pada sasaran.
3. Rata-rata orang akan menerima tanggung jawab.
4. Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif.
d.
Teori Dua Faktor Herzberg
Teori ini dikemukakan oleh Frederick Herzberg dengan asumsi bahwa
hubungan seorang individu dengan pekerjaan adalah mendasar dan bahwa
sikap individu terhadap pekerjaan bisa sangat baik menentukan keberhasilan
atau kegagalan. (Robbins, 2011)
Herzberg memandang bahwa kepuasan kerja berasal dari keberadaan
motivator
intrinsik
dan
bahwa
ketidakpuasan
kerja
berasal
dari
ketidakberadaan faktor-faktor ekstrinsik. Faktor-faktor ekstrinsik meliputi :
1. Upah
2. Kondisi kerja
3. Keamanan kerja
4. Status
5. Prosedur
6. Mutu hubungan interpersonal antar sesama rekan kerja, atasan, dan
bawahan.
Keberadaan kondisi-kondisi ini terhadap kepuasan karyawan tidak selalu
memotivasi mereka. Tetapi ketidakberadaannya menyebabkan ketidakpuasan
bagi karyawan, karena mereka perlu mempertahankan setidaknya suatu tingkat
tetapi jika tidak ada, akan membentuk motivasi yang kuat menghasilkan prestasi
kerja yang baik bagi para karyawan.
2.1.6
Kompensasi
Departemen personalia dalam usaha untuk meningkatkan motivasi kerja
karyawan adalah melalui pemberian kompensasi. Kompensasi merupakan segala
sesuatu yang diterima para karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka.
Maksud dari tujuan pemberian kompensasi ini yaitu untuk membantu pegawai
memenuhi kebutuhan diluar kebutuhan rasa adil, serta meningkatkan motivasi
kerja karyawan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi tanggung
jawabnya. Untuk lebih jelasnya, definisi kompensasi menurut beberapa para ahli
antara lain sebagai berikut :
Kompensasi menurut Mutiara S. Panggabean (2004:75) mengemukakan:
“Kompensasi dapat didefinisikan sebagai setiap bentuk penghargaan yang
diberikan kepada karyawan sebagai balas jasa atas kontribusi yang mereka
berikan kepada organisasi”. Menurut
Veithzal
Rivai
(2004:357)
Mengemukakan bahwa: “Kompensasi merupakan sesuatu yang diterima
karyawan sebagai pengganti kontribusi jasa mereka pada perusahaan”.
Kompensasi menurut A. Sihotang (2007 :220) ”Kompensasi adalah
pengaturan keseluruhan pemberian balas jasa begi pegawai dan para manajer
baik berupa finansial maupun barang dan jasa pelayanan yang diterima oleh
setiap orang karyawan”.
Menurut Andrew E. Sikula (1981:283) yang dikutip oleh Anwar Prabu
Mangkunegara (2007:83) bahwa : ”Kompensasi merupakan sesuatu yang
dipertimbangkan sebagai sesuatu yang sebanding. Dalam kepegawaian, hadiah
yang bersifat uang merupakan kompensasi yang diberikan kepada pegawai
sebagai penghargaan dari pelayanan mereka”. Menurut Marihot Tua Efendi
Hariandja (2005:244) mengemukakan
bahwa : ”Kompensasi adalah
keseluruhan balas jasa yang diterima oleh pegawai sebagai akibat dari
pelaksanaan pekerjaan di organisasi dalam bentuk uang atau lainnya, yang dapat
berupa gaji upah, bonus, insentif, dan tunjangan hari raya, uang makan, uang
cuti, dan lain-lain”.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka penulis mencoba
menyimpulkan bahwa kompensasi merupakan bentuk penghargaan atau balas
jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawannya baik yang berbentuk
finansial maupun barang dan jasa pelayanan agar karyawan merasa dihargai
dalam bekerja. Pemberian kompensasi merupakan salah satu pelaksanaan fungsi
MSDM yang berhubngan dengan semua jenis pemberian penghargaan individual
sebagai pertukaran dalam melakukan tugas organisasian..
Menurut Veithzal Rivai (2004 : 358) kompensasi terbagi menjadi dua
yaitu sebagai berikut :
1. Kompensasi Finansial,
Kompensasi finansial terdiri atas dua yaitu kompensasi langsung dan
kompensasi tidak langsung (tunjangan).
a. Kompensasi finansial langsung terdiri atas Pembayaran pokok (
gaji, upah), pembayaran prestasi, pembayaran insentif, komisi,
bonus, bagian keuntungan, opsi saham, sedangkan pembayaran
tertangguh meliputi tabungan hari tua, saham komulatif.
b. Kompensasi finansial tidak langsung terdiri atas proteksi yang
meliputi asuransi, pesangon, sekolah anak, pensiun. Kompensasi
luar jam kerja meliputi lembur, hari besar, cuti sakit, cuti hamil,
sedangkan berdasarkan fasilitas meliputi rumah, biaya pindah,
dan kendaraan.
2. Kompensasi Non Finansial.
Kompensasi non finansial terdiri atas karena karir yang meliputi
aman pada jabatan, peluang promosi, pengakuan karya, temuan baru,
prestasi istimewa, sedangkan lingkungan kerja meliputi dapat pujian,
bersahabat, nyaman bertugas, menyenangkan dan kondusif.
Pada dasarnya kompensasi dikelompokkan kedalam dua kelompok, yaitu
kompensasi finansial dan kompensasi bukan finansial. Selanjutnya kompensasi
finansial ada yang langsung dan ada yang tidak langsung. Sedangkan
kompensasi nonfinansial dapat berupa pekerjaan dan lingkungan pekerjaan.
Menurut Mondy dan Noe (1996:374) yang dikutip oleh Mutiara S. Panggabean
(2004:76) mengemukakan bahwa:
1. Kompensasi keuangan langsung terdiri atas:
a. Gaji
Gaji adalah imbalan finansial yang dibayarkan kepada karyawan
secara teratur, seperti tahunan, caturwulan, bulanan atau
mingguan. Gaji merupakan jenis penghargaan yang paling
penting dalam organisasi.
b. Upah
Upah merupakan imbalan finansial langsung dibayarkan kepada
para pekerja berdasarkan jam kerja, jumlah barang yang
dihasilkan atau banyaknya pelayanan yang diberikan. Jadi tidak
seperti gaji yang jumlahnya relatif tetap, besarnya upah dapat
berubah-ubah. Pada dasarnya, gaji atau upah diberikan untuk
menarik calon pegawai agar mau masuk menjadi karyawan.
c. Insentif
Insentif merupakan imbalan langsung yang dibayarkan kepada
karyawan karena kinerjanya melebihi standar yang ditentukan.
Dengan mengasumsikan bahwa uang dapat digunakan untuk
mendorong karyawan bekerja lebih giat lagi, maka mereka yang
produktif lebih menyukai gajinya dibayarkan berdasarkan hasil
kerja. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk menentukan
standar yang tepat. Tidak terlalu mudah untuk dicapai dan juga
tidak terlalu sulit. Standar yang terlalu mudah tentunya tidak
menguntungkan bagi perusahaan. Sedangakan yang terlalu sulit
menyebabkan karyawan frustasi.
2. Kompensasi tidak langsung (Fringe benefit)
Fringe benefit merupakan kompensasi tambahan yang diberikan
berdasarkan kebijaksanaan perusahaan terhadap semua karyawan
dalam usaha meningkatkan kesejahteraan karyawan. Contohnya
asuransi kesehatan, asuransi jiwa, dan bantuan perumahan.
Secara umum tujuan manajemen kompensasi adalah untuk membantu
perusahaan mencapai tujuan keberhasilan strategi perusahaan dan menjamin
terciptanya keadilan internal dan eksternal.
Menurut Veithzal Rivai (2004:359) tujuan kompensasi yaitu :
Tujuan manajemen kompensasi efektif, meliputi :
a. Memperoleh SDM yang berkualitas
Kompensasi yang cukup tinggi sangat dibutuhkan untuk memberi
daya tarik kepada para pelamar. Tingkat pembayaran harus
responsive terhadap penawaran dan permintaan pasar kerja karena
para pengusaha berkompetisi untuk mendapatkan karyawan yang
diharapkan.
b. Mempertahankan karyawan yang ada
Para karyawan dapat keluar jika besaran kompensasi tidak kompetitif
dan akibatnya akan menimbulkan perputaran karyawan yang semakin
tinggi.
c. Menjamin keadilan
Manajemen kompensasi selalu berupaya agar keadilan internal dan
eksternal dapat terwujud. Keadilan internal mensyaratkan bahwa
pembayaran dikaitkan dengan nilai relatif sebuah pekerjaan sehingga
pekerjaan yang sama dibayar dengan besaran yang sama. Keadilan
eksternal berarti pembayaran terhadap pekerja merupakan yang dapat
dibandingkan dengan perusahaan lain di pasar kerja.
d. Penghargaan terhadap perilaku yang di inginkan
Pembayaran hendaknya memperkuat perilaku yang di inginkan dan
bertindak sebagai insentif untuk perbaikan perilaku dimasa depan,
rencana
kompensasi
efektif,
menghargai
kinerja,
ketaatan,
pengalaman, tanggung jawab, dan perilaku-perilaku lainnya.
e. Mengendalikan biaya
System
kompensasi
yang
rasional
membantu
perusahaan
memperoleh dan mempertahankan para karyawan dengan biaya yang
beralasan. Tanpa manajemen kompensasi efektif, bisa jadi pekerja
dibayar dibawah atau diatas standar.
f.. Mengikuti aturan hukum
system gaji dan upah yang sehat mempertimbangkan faktor-faktor
legal yang dikeluarkan pemerintah dan menjamin pemenuhan
kebutuhan karyawan.
g. Memfasilitasi pengertian
System manajemen kompensasi hendaknya dengan mudah dipahami
oleh spesialis SDM, manajer operasi, dan para karyawan.
h. Meningkatkan efisiensi administrasi
Program pengupahan dan penggajian hendaknya dirancang untuk
dapat dikelola dengan efisien, membuat system informasi SDM
optimal, meskipun tujuan ini hendaknya sebagai pertimbangan
sekunder dibandingkan dengan tujuan-tujuan lain.
Menurut Hill, Bergma, dan Scarpello (1994) yang dikutip oleh Mutiara
S. Panggabean (2004:77) menemukakan bahwa kompensasi diberikan
untuk :
a. Menarik karyawan dalam jumlah dan kualitas yang diinginkan
b. Mendorong agar lebih berprestasi
c. Agar dapat mempertahankan mereka
2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kompensasi
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2007:84) ada enam factor yang
mempengaruhi kebijakan kompensasi yaitu :
a. Faktor Pemerintah
Peraturan pemerintah yang berhubungan dengan penentuang standar
gaji minimal, pajak penghasilan, penetapan harga bahan baku, biaya
transportasi/angkutan,
inflasi
maupun
devaluasi
sangat
mempengaruhi perusahaan dalam menentukan kebijakan kompensasi
pegawai.
b. Penawaran Bersama antara Perusahaan dan Pegawai
Kebijakan dalam menentukan kompensasi dapat dipengaruhi pula
pada saat terjadinya tawar menawar mengenai besarnya upah yang
harus diberikan oleh perusahaan kepada pegawainya. Hal ini
terutama dilakukan oleh perusahaan dalam merekrut pegawai yang
mempunyai keahlian dalam bidang tertentu yang sangat dibutuhkan
diperusahaan.
c. Standard Biaya Hidup Pegawai
Kebijakan kompensasi perlu dipertimbangkan standard biaya hidup
minimal pegawai. Hal ini karena kebutuhan dasar pegawai harus
terpenuhi. Dengan terpanuhinya kebutuhan dasar pagawai dan
keluarganya, maka pegawai akan merasa aman. Terpenuhinya
kebutuhan dasar dan rasa aman pegawai akan memnungkinkan
pagawai dapat bekerja dengan penuh motivasi untuk mencapai tujuan
perusahaan. Banyak penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi
tinggi antara motivasi kerja pegawai dan prestasi kerjanya, ada
korelasi positif antara motivasi kerja dan pencapaian tujuan
perusahaan.
d. Ukuran Perbandingan Upah
Kebijakan dalam menentukan kompensasi dipengaruhi pula oleh
ukuran besar kecilnya perusahaan, tingkat pendidikan pegawai, masa
kerja pegawai. Artinya, perbandingan tingkat upah pegawai perlu
memperhatikan tingkat pendidikan, masa kerja, dan ukuran
perusahaan.
e. Permintaan dan Persediaan
Dalam
menentukan
kebijakan
kompensasi
pegawai
perlu
mempertimbangkan tingkat persediaan dan permintaan pasar.
Artinya, kondisi pasar pada saat ini perlu dijadikan bahan
pertimbangan dalam menentukan tingkat upah pegawai.
f. Kemampuan Membayar
Dalam menentukan kebijakan kompensasi pegawai perlu didasarkan
pada kemampuan perusahaan dalam membayar upah pegawai.
Artinya, jangan sampai mementukan kebijakan kompensasi diluar
batas kemampuan yang ada pada perusahaan.
Menurut Veithzal Rivai (2004:363) mengemukakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi kompensasi terbagi menjadi dua yaitu :
1. Pengaruh Lingkungan Eksternal pada Kompensasi
Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi upah dan kebijakan
kompensasi adalah sesuatu yang berada diluar perusahaan, seperti:
pasar tenaga kerja, kondisi ekonomi, peraturan pemerintah, dan
serikat pekerja.
a. Pasar Tenaga Kerja
pasar tenaga kerja mempengaruhi desain kompensasi dalam dua
cara. Pertama, tingkat persaingan tenaga kerja sebagian
menentukan batas rendah atau floor tingkat pembayaran. Jika
tingkat pembayaran suatu perusahaan terlalu rendah, tenaga kerja
yang memenuhi syarat tidak akan bersedia bekerja diperusahaan
itu. Kedua, pada saat yang sama, mereka menekan pengusaha
untuk mencari alternatif, seperti penyediaan tenaga kerja asing,
yang harganya mungkin lebih rendah, atau teknologi yang
mengurangi kebutuhan tenaga kerja.
b. Kondisi Ekonomi
salah satu aspek yang juga mempengaruhi kompensasi sebagai
salah satu faktor eksternal adalah kondisi-kondisi ekonomi
industri, terutama derajat tingkat persaingan, yang mempengaruhi
kesanggupan untuk membayar perusahaan itu dengan gaji tinggi.
d. Peraturan Pemerintah
pemerintah secara langsung mempengaruhi tingkat kompensasi
melalui pengendalian upah dan petunjuk yang melarang
peningkatan dalam kompensasi untuk para pekerja tertentu pada
waktu tertentu, dan hukum yang menetapkan tingkat tarif upah
minimum,
gaji,
diskriminasi.
pengaturan
Pemerintah
jam
juga
kerja,
dan
melarang
mencegah
perusahaan
mempekerjakan pekerja anak-anak dibawah umur (yang telah
ditetapkan).
d. Serikat Pekerja
Pengaruh eksternal penting lain pada suatu program kompensasi
kerja dalah serikat kerja. Kehadiran serikat pekerja diperusahaan
sektor swasta diperkirakan meningkat upah 10 sampai 15 persen
dan menaikan tunjangan sekitar 20 sampai 30 persen. Juga,
perbedaan upah antara perusahaan yang mempunyai serikat
pekerja dengan yang tidak mempunyai serikat pekerja tampak
paling besar selama periode resesi dan paling kecil selama
periode infalsi.
1.
Pengaruh Lingkungan Internal pada Kompensasi
Ada beberapa faktor internal yang mempengaruhi upah: ukuran,
umur, anggaran tenaga kerja perusahaan dan siapa yang dilibatkan
untuk membuat keputusan upah untuk organisasi.
a. Anggaran Tenaga Kerja
Anggaran tenaga kerja secara normal, identik dengan jumlah
uang yang tersedia untuk kompensasi karyawan tahunan. Tiaptiap unit perusahaan dipengaruhi oleh ukuran anggaran tenaga
kerja.
Suatu
anggaran
perusahaan
tidak
secara
normal
menyatakan secara tepat jumlah uang yang dialokasikan
kemasing-masing karyawan melainkan berapa banyak yang
tersedia untuk unit atau divisi.
b. Siapa yang membuat keputusan kompensasi
Kita
lebih
mengetahui
siapa
yang
membuat
keputusan
kompensasi disbanding sekitar beberapa faktor lain, tetapi
masalah ini bukan suatu hal sederhana. Keputusan atas berapa
banyak yang harus dibayar, system apa yang dipakai, manfaat apa
untuk ditawarkan, dan sebagainya, dipengaruhi dari bagian atas
hingga dibawah perusahaan.
Menurut Mutiara S. Panggabean (2004:81) mengemukakan bahwa tinggi
rendahnya kompensasi dipengaruhi oleh faktor :
a. Penawaran dan permintaan
b. Serikat pekerja
c. Kemampuan untuk membayar
d. Produktivitas
e. Biaya hidup
f. Pemerintah
Perlu dicatat bahwa tidak setiap perusahaan memberikan bentuk
kompensasi seperti yang telah disebutkan diatas kepada karyawannya. Hal ini
tergantung pada kondisi dari perusahaan tersebut. Di satu pihak perusahaan
harus dapat memenuhi kebutuhan karyawannya, tetapi dilain pihak perusahaan
juga harus memperhitungkan kemampuan perusahaan dalam membiayai
karyawan tersebut. Kompensasi ini memerlukan biaya yang tidak sedikit oleh
karena itu perlu diperhatikan apakah pemberian kompensasi yang dilakukan
dapat memberi manfaat bagi karyawan maupun bagi perusahaan.
2.1.7 Pengembangan Karir
Pengertian Karir adalah perbaikan dan persiapan yang dilakukan
seseorang atau pegawai didalam meningkatkan kemampuan, baik secara
langsung maupun melalui pelatihan, demi terciptanya keinginan seseorang atau
perusahaan.
Menurut R.Wayne Mondy (2008:243) ”Pengembangan karir adalah
pendekatan formal yang digunakan organisasi untuk memastikan bahwa orang
dengan kualifikasi dan pengalaman yang tepat tersedia jika dibutuhkan”.
Pengertian pengembangan karir menurut Edwin B. Flippo (2000:243)
dapat diartikan sebagai sederetan kegiatan kerja yang terpisah-pisah namun
masih merupakan atau mempunyai hubungan yang saling melengkapi,
berkelanjutan dan memberikan makna bagi kehidupan seseorang.
Andrew J. Dubrin yang dialih bahasakan oleh AA. Anwar Prabu
Mangkunegara, (2006:77) ”pengembangan karir adalah perbaikan pribadi yang
diusahakan oleh seseorang untuk mencapai rencana karir pribadi”.
Menurut Sondang P. Siagian (2003:316) ”pengembangan karir adalah
seseorang pegawai ingin berkarya dalam organisasi tempatnya bekerja untuk
waktu yang lama sampai usia pensiun”.
Menurut Veithzal Rivai (2003:290)
menyatakan bahwa pengembangan karir adalah proses peningkatan kemampuan
kerja individu yang dicapai dalam rangka mencapai karir yang diinginkan.
Definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Pengembangan Karir
adalah kegiatan untuk melakukan perencanaan karir dalam rangka meningkatkan
pribadi dimasa yang akan datang agar kehidupannya menjadi lebih baik.
Menurut Veitzhal Rivai (2006 : 290) indikator pengembangan karir
adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan karir
Pegawai harus merencanakan karirnya untuk masa yang akan datang.
2. Pengembangan karir individu
Setiap pegawai harus menerima tanggung jawab atas perkembangan karir
atau kemajuan karir yang dialami.
3. Pengembangan karir yang didukung oleh departemen SDM
Pengembangan karir pegawai tidak hanya tergantung pada pegawai
tersebut tetapi juga pada peranan dan bimbingan manajer dan
departemen SDM.
4. Peran umpan balik terhadap kinerja
Tanpa umpan balik yang menyangkut upaya-upaya pengembangan karir
maka relatif sulit bagi pegawai bertahun-tahun untuk persiapan yang
kadang dibutuhkan untuk mencapai tujuan-tujuan pengembangan karir.
Umpan balik didalam usaha pengembangan karir pegawai mempunyai
beberapa sasaran:
a) Untuk menjamin bahwa pegawai yang gagal menduduki suatu
posisi dalam rangka pengembangan karirnya masih tetap
berharga dan akan dipertimbangkan lagi untuk promosi diwaktu
mendatang bila memang mereka memenuhi syarat,
b) Untuk menjelaskan kepada pegawai yang gagal kenapa mereka
tidak terpilih.
c) Untuk mengidentifikasi apa tindakan-tindakan pengembangan
karir spesifik yang harus mereka laksanakan.
Hendry Simamora (2004 :551), bahwa ada tiga tahap dalam
pengembangan karir, yaitu :
1. Karir awal
Selama tahap memasuki sebuah perusahaan, pegawai mencoba
mendapatkan gambaran realities mengenai perusahaan dan mencari
pekerjaan yang paling sesuai dengan keahlian, pengalaman dan
minatnya.
2. Tahap pertengahan ini meliputi pengalaman baru seperti penugasan
khusus, transfer dan promosi yang lebih jauh, tawaran dari organisasi
lain, kesempatan untuk jenjang perusahaan yang lebih tinggi dan
pembentukan nilai seseorang bagi perusahaan.
3. Tahap akhir
Pada akhirnya mereka melepaskan diri dari tugas-tugasnya dan
bersifat untuk pensiun.
Karir melalui suatu rangkaian fase atau tahap yang relative dapat
dipredisikan, dimulai eksplorasi dan investigasi awal terhadap kesempatan karir
dan diakhiri dengan pensiun. Agar efektif, program karir perlu disesuaikan guna
memenuhi kebutuhan individu pada berbagai tahap kehidupan dan karir mereka.
Menurut Ambar Teguh Sulistiyani dan Rosidah (2003 :176), tujuan
pengembangan karir adalah :
1. Membantu memecahkan persoalan operasional.
2. Mempersiapkan pegawai untuk promosi.
3. Meningkatkan rangsangan agar pegawai mampu berprestasi secara
optimal.
4. Meningkatkan perkembangan pribadi pegawai.
Perkembangan karir seseorang pegawai sangat ditentukan oleh
kinerjanya, meskipun didalam sebuah promosi menduduki suatu posisi tertentu
ada yang mendasarkan pada siapa yang dikenal untuk memberikan umpan balik
pegawai tentang prestasi kerjanya departemen SDM mengembangkan prosedur
pekerjaan secara formal. Hal ini akan memungkinkan pegawai tersebut untuk
menyesuaikan prestasi kerjanya, kesempatan pengembangan karir guna
memenuhi kebutuhan perusahaan diwaktu mendatang dan juga keinginan para
pegawainya.
2.1.3.5 Faktor-Faktor Penentu Pengembangan Karir
Ahmad Tohardi (2002 :281), mengemukakan ada lima faktor yang
mempengaruhi pengembangan karir seorang pegawai diantaranya adalah :
1. Sikap atasan, rekan sejajar dan bawahan
Orang yang berprestasi dalam bekerja namun tidak disukai oleh
orang disekelilingnya tempat ia bekerja, maka orang yang demikian
tidak akan mendapat dukungan untuk meraih karir yang lebih baik.
Untuk itu, bila ingin karir berjalan dengan mulus, seseorang harus
menjaga diri, menjaga hubungan baik kepada semua orang yang ada
dalam perusahaan tersebut.
Baik hubungan baik dengan atasan, bawahan dan rekan-rekan
sekerja.
2. Pengalaman
Pengalaman dalam konteks ini berkaitan dengan tingkat golongan
(senioritas) seseorang pegawai, walaupun sampai sekarang masih
banyak diperdebatkan. Namun beberapa pengamat menilai bahwa
dalam mempromosikan para senior buka hanya mempertimbangkan
pengalaman saja tetapi semacam pemberian penghargaan terhadap
pengabdian kepada perusahaan.
3. Pendidikan
Pendidikan merupakan syarat untuk duduk disebuah jabatan, maka
dapat dikatakan bahwa pendidikan mempunyai kemulusan karir
seseorang. Dengan melihat seseorang lebih objektif, bahwa semakin
pendidikan seseorang akan semakin baik, atau dengan kata lain
orang-orang yang pendidikan tinggi akan memiliki pemikiran yang
lebih baik pula, walaupun dalam kenyataannya tidak selalu benar.
4. Prestasi
Prestasi dapat saja terjadi dari akumulasi pengalaman, pendidikan
dan lingkungan kerja yang baik. Namun prestasi yang baik tentunya
merupakan usaha yang kuat dari dalam diri seseorang, walaupun ada
keterbatasan pendidikan, pengalaman dan dukungan rekan-rekan
sekerja. Pengaruh prestasi dalam menentukan jenjang akan semakin
jelas terlihat bila indicator atau standar untuk menduduki jabatan
tertentu dominant berdasarkan prestasi.
5. Nasib
Nasib turut menentukan, walaupun porsinya sangat kecil, bahkan
para ahli mengatakan factor nasib berpengaruh terhadap keberhasilan
hanya 10% saja. Ada factor nasib yang turut mempengaruhi harus
kita yakini adanya, karena dalam kenyataanya ada yang berprestasi
tetapi tidak pernah mendapat peluang untuk dipromosikan. Untuk itu,
dalam meraih karir yang baik, selain kita harus berusaha keras harus
pula diikuti dengan doa.
Bentuk-bentuk pengembangan karir yang dilaksanakan oleh setiap
perusahaan disesuaikan dengan jalur karir yang direncanakan, perkembangan,
kebutuhan dan fungsi perusahaan itu sendiri. Bentuk pengembangan karir
menurut Veithzal Rivai (2005 : 291-293), dapat dibagi menjadi empat, yaitu :
1. Pengembangan karir pribadi
Setiap pegawai harus menerima tanggung jawab atas perkembangan
karir atau kemajuan karir yang dialami.
2. Pengembangan karir yang didukung departemen SDM
Pengembangan karir seseorang tidak hanya tergantung pada usaha
pegawai tersebut, tetapi juga tergantung pada peranan dan bimbingan
manajer dan departemen SDM terutama dalam penyediaan informasi
tentang karir yang ada dan juga didalam perencanaan karir pegawai
tersebut. Departemen SDM membantu perkembangan karir pegawai
melalui program pelatihan dan pengembangan karywan.
3. Peran pemimpin dalam pengembangan karir
Upaya-upaya depertemen SDM untuk meningkatkan dengan
memberikan dukungan perkembangan karir para pegawai harus
didukung oleh pimpinan tingkat atas dan pimpinan tingkat
menengah. Tanpa adanya dukungan mereka, maka perkembangan
karir pegawai tidak akan berlangsung baik.
4. Peran umpan balik terhadap pengembangan karir
Tanpa umpan balik yang menyangkut upaya-upaya pengembangan
karir, maka relative sulit bagi pegawai bertahan pada tahun-tahun
persiapan yang terkadang dibutuhkan untuk mencapai tujuan-tujuan
karir. Departemen SDM bisa memberikan umpan balik melalui
beberapa cara didalam usaha pengembangan karir pegawai,
diantaranya adalah memberikan informasi kepada pegawai tentang
keputusan penempatan pegawai berikut alasannya.
Perkembangan karir seorang pegawai sangat ditentukan oleh kinerjanya,
meskipun didalam promosi menduduki suatu posisi tertentu ada yang
mendasarkan pada setiap yang dikenal untuk memberikan umpan balik kepada
pegawai tentang prestasi kerjanya, departemen SDM mengembangkan prosedur
pekerjaan secara formal. Hal ini akan memungkinkan pegawai tersebut untuk
menyesuaikan prestasi kerjanya dengan perencanaan karirnya.kemudian dibuat
keputusan penempatan kerja,kesempatan pengembangan karir serta kompensasi
yang diberikan guna memenuhi kebutuhan perusahaan diwaktu mendatang dan
juga keinginan para pegawainya.
2.2
Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti dan
Tahun Penelitian
Variabel dan Alat Analisis
Hasil Penelitian
Nama Peneliti dan
Tahun Penelitian
1
Endo Wijaya Kartika,
Thomas S. Kaihatu
(2010)
Analisis
Pengaruh
Motivasi
Kerja
Terhadap Kepuasan
Kerja (Studi Kasus
pada
Karyawan
Restoran di Pakuwon
Food
Festival
Surabaya)
2
Muhamad
Agus
Rakhman, Masjaya,
Sugandi (2013)
Variabel dan Alat Analisis
Regresi Linier Berganda
Uji t
Variable independen :
1. Variabel
motivasi
kerja
berpengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan kerja
X1 = Motivasi Kerja
Variable dependen
Y = Kepuasan Kerja
Regresi Linier Berganda
Uji t
Variable independen :
1. Variabel promosi mempunyai
pengaruh
yang signifikan
terhadap kepuasan kerja
2. Pengawasan
mempunyai
pengaruh
yang signifikan
terhadap kepuasan kerja
3. Kompensasi
mempunyai
pengaruh
yang signifikan
terhadap kepuasan kerja
4. lingkungan kerja mempunyai
pengaruh
yang signifikan
terhadap kepuasan kerja
5. komunikasi
mempunyai
pengaruh
yang signifikan
terhadap kepuasan kerja
Uji t
X1 = Promosi
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi
Kepuasan
Kerja
Pegawai Pada Dinas
Perhubungan Provinsi
Kalimantan Timur
3
Wendi
Amsuri
Nasution (2013)
pengaruh kompensasi
dan lingkungan kerja
terhadap kepuasan
4
X2 = pengawasan,
X3 = Kompensasi
X4 = lingkungan Kerja
X5 = Komunikasi
Variabel dependen :
Y = kepuasan kerja
Regresi Linier Berganda
Variable independen
X1 = kompensasi
X2 = lingkungan kerja
kerja karyawan pada
pt. karya deli stelindo
medan
Variabel dependen :
Y = kepuasan kerja.
Fajar Maya Sari
Regresi Linier Berganda
(2013)
Pengaruh Kompetensi
Dan
Lingkungan
Kerja
Terhadap
Kepuasan Kerja Dan
Kinerja Guru Di Sd
Negeri
Kecamatan
Gondang Mojokerto
Hasil Penelitian
Variable independen :
X1 = Kompetensi
X2 = Lingkungan Kerja
Variabel dependen :
1. variabel
kompensasi
berpengaruh positif kepuasan
kerja
2. lingkungan kerja berpengaruh
positif kepuasan kerja
Uji t
1. Kompetensi
berpengaruh
signifikan dan positif terhadap
kepuasan kerja guru SD Negeri
di Kecamatan Gondang
2. lingkungan kerja berpengaruh
signifikan dan positif terhadap
kepuasan kerja guru SD Negeri
di Kecamatan Gondang,
3. Kompetensi tidak berpengaruh
signifikan terhadap kepuasan
kerja
guru SD Negeri di
Nama Peneliti dan
Tahun Penelitian
Variabel dan Alat Analisis
Y = Kepuasan Kerja
5
6
Anak Agung Ngurah
Bagus Dhermawan
Regresi Linier Berganda
I Gde Adnyana
Sudibya
Variable independen :
X2= lingkungan kerja
(2012)
X3= kompetensi
Pengaruh motivasi,
lingkungan kerja,
kompetensi, dan
kompensasi terhadap
kepuasan kerja dan
kinerja Pegawai di
Lingkungan Kantor
Dinas Pekerjaan
Umum Provinsi Bali
X4= kompensasi
Elviera Sari (2009)
Pengaruh
Kompensasi dan
Iklim Organisasi
Regresi linier Berganda
Variable independen :
terhadap
Kerja
7
X1 = Motivasi
I Wayan Mudiartha
Utama
Kepuasan
Agus Dwi Nugroho,
Kunartinah (2012)
ANALISIS
PENGARUH
KOMPENSASI DAN
PENGEMBANGAN
KARIER
TERHADAP
KEPUASAN KERJA
DENGAN MEDIASI
MOTIVASI KERJA
(Studi pada PNS di
Sekretariat Daerah
Kabupaten
Variabel dependen :
Hasil Penelitian
Kecamatan Gondang.
4. Lingkungan
kerja
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap kepuasan kerja guru
SD Negeri di Kecamatan
Gondang.
5. Kepuasan kerja mempunyai
pengaruh yang signifikan dan
positif terhadap kepuasan kerja
guru SD Negeri di Kecamatan
Gondang.
Uji t
1. motivasi berpengaruh tidak
signifikan terhadap kepuasan
kerja
2. lingkungan kerja berpengaruh
tidak
signifikan
terhadap
kepuasan kerja
3. kompetensi
berpengaruh
signifikan terhadap kepuasan
kerja
4. kompensasi
berpengaruh
signifikan. terhadap kepuasan
kerja
Y = kepuasan kerja
X1 = kompensasi
X2= iklim organisasi
Variabel dependen :
Y = kepuasan kerja
Regresi linier Berganda
Variable independen :
Uji t
1. kompensasi
berpengaruh
signifikan terhadap kepuasan
kerja
2. iklim
organisasi
yang
berpengaruh
signifikan
terhadap kepuasan kerja
Uji t
1.
X1 = kompensasi
X2= pengembangan karir
2.
Variabel dependen :
3.
Y1 = motivasi
Y2 = kepuasan kerja
4.
variabel
kompensasi
berpengaruh positif dan
signifikan
terhadap
variabel motivasi kerja
pengembangan
karier
berpengaruh positif dan
signifikan
terhadap
variabel motivasi kerja.
variabel
kompensasi
berpengaruh positif dan
signifikan
terhadap
variabel kepuasan kerja
pengembangan
karier
Nama Peneliti dan
Tahun Penelitian
Variabel dan Alat Analisis
Pekalongan)
8
Sunarso (2009)
DAMPAK BUDAYA
ORGANISASI
TERHADAP
Analisis kualitatif
KEPUASAN KERJA
9
Edi Sumarno, Ari
Pradhanawati, Naili
Farida (2013)
Pengaruh
Kompensasi dan
Motivasi Terhadap
Produktivitas Kerja
Melalui Kepuasan
Kerja Sebagai
Variabel Intervening
uji regresi berganda
Hasil Penelitian
berpengaruh positif dan
signifikan
terhadap
variabel kepuasan kerja.
kepemimpinan
memberikan
kontribusi besar terhadap kekuatan
budaya organisasi,
pemimpin
diharapkan
mengikuti
asas
dinamika kepemimpinan,yakni: di
depan memberi teladan, di tengah
memberi
semangat,
di
belakangmemberi pengarahan dan
dorongan, dari atas memberi
pengayoman, dari bawah memberi
dukungan dan pengejawantahan
dalam bentuk pengabdian
Uji t
Variable independen :
Y1 = kepuasan kerja
1. kompensasi
berpengaruh
terhadap kepuasan kerja
2. Variabel motivasi berpengaruh
terhadap kepuasan kerja
3. Variabel
kepuasan
kerja
berpengaruh
terhadap
produktivitas kerja
4. kompensasi
berpengaruh
terhadap produktivitas kerja
Uji Regresi Berganda
Uji t
X1 = kompensasi
X2= motivasi
Variabel dependen :
(Studi Kasus pada
Karyawan
Bagian
Produksi PT. Estika
Pulau Mas Tegal)
10
Z. A. Kadir dan
Nurhaedah (2012)
Variable independen :
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
tingkat
kepuasan
kerja karyawan pada
pt. indofood sukses
makmur
kota
makassar
X1 = insentif
X2= promosi jabatan
X3= diklat
X4 = kondisi kerja
X5= perilaku rekan kerja
Variabel dependen :
Y = kepuasan kerja
2.3 Kerangka Pemikiran
1. Insentif berpengaruh terhadap
kepuasan kerja
2. promosi jabatan berpengaruh
terhadap kepuasan kerja
3. diklat berpengaruh terhadap
kepuasan kerja
4. kondisi kerja berpengaruh
terhadap kepuasan kerja
5. perilaku
rekan
kerja
berpengaruh
terhadap
kepuasan kerja
Kerangka pemikiran bertujuan untuk mendefinisikan permasalahan yang
ada berdasarkan hasil telaah teoritis seperti yang telah diuraikan sebelumnya.
Dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh antara variabel-varibel yaitu :
Lingkungan kerja, Kompetensi, Motivasi (variabel bebas) dan Kepuasan kerja
(variabel terikat), sehingga konsep kerangka pemikiran dapat digambarkan
sebagai berikut :
H3
H5
Kompensasi
H1
Pengembanga
n Karir
Motivasi
H2
Kepuasan
kerja
H4
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
2.3
Hipotesis
H1 : Kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja
pada PT. Pismatex Textile Industry Kabupaten Pekalongan
H2 : Pengembangan karir berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi
kerja pada PT. Pismatex Textile Industry Kabupaten Pekalongan
H3 : Kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja
karyawan pada PT. Pismatex Textile Industry Kabupaten Pekalongan
H4 : Pengembangan karir berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan
kerja karyawan pada PT. Pismatex Textile Industry Kabupaten Pekalongan
H5 : motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja
karyawan pada PT. Pismatex Textile Industry Kabupaten Pekalongan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.1.1 Variabel Penelitian
Sesuai dengan kerangka pemikiran maka penentuan variabel dalam
penelitian ini adalah :
1) Variabel dependen adalah sejumlah gejala dengan berbagai unsur atau
faktor didalamnya yang ada ditentukan dan dipengaruhi oleh adanya
variabel lain, yaitu kepuasan kerja karyawan dan motivasi kerja
2) Variabel independen adalah sejumlah gejala dengan berbagai unsur atau
faktor yang didalamnya menentukan dan mempengaruhi adanya
variabelvariabel yang lain, yaitu : kompensasi dan pengembangan karir
3.1.2 Definisi Operasional
Dengan adanya definisi operasional pada variabel yang dipilih dan
digunakan dalam penelitian maka akan mudah diukur. Variabel tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja adalah suatu sikap karyawan terhadap pekerjaan yang
berhubungan dengan situasi kerja, kerjasama antar karyawan, imbalan yang
diterima dalam kerja, kompetensi karyawan, dan motivasi yang dirasakan
oleh karyawan. Indikator kepuasan kerja meliputi Sutrisno (2009) :
1) Kesukaan dengan pekerjaan
2) Kepuasan bekerja di perusahaan
3) Ketepatan pekerjaan bagi karyawan
2. Motivasi
Motivasi adalah kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan
dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja.
Brahmasari dan Suprayetno (2008) Indikator yang digunakan adalah :
a) Kebutuhan berprestasi adalah kebutuhan akan penghargaan bagi
karyawan berprestasi
b) Kebutuhan fisik adalah kebutuhan akan kesehatan yang diberikan
c) Kebutuhan rasa aman adalah kebutuhan karyawan atas rasa aman yang
dirasakan karyawan selama ini.
d) Bekerja tanpa pengawasan
3. Kompensasi (X1)
Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima karyawan sebagai balas jasa
untuk kerja mereka. Indikator yang digunakan adalah : Handoko (2001 : 155)
a.
Kompensasi yang diterima karyawan dalam bentuk non-finansial seperti
memberikan penghargaan
b.
Kompensasi yang diterima karyawan dalam bentuk finansial seperti
memberikan gaji, upah, bonus dan tunjangan
4. Pengembangan Karir (X4)
Pengembangan karir adalah peningkatan-peningkatan pribadi karyawan
yang dilakukan untuk mencapai suatu rencana karir. Sutrisno (2009)
Indikator dalam penelitian ini adalah :
1) Peningkatan pribadi
2) Peningkatan karir
3) Kenaikan jabatan
4) Kenaikan pangkat atau golongan
3.2 Obyek Penelitian, Unit Sampel, Populasi dan Sampel
Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang
mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro dan Bambang, 1999 : 155).
Populasi dalam penelitian ini adalah 3154 karyawan PT Pismatex Textile
Industry
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
populasi tersebut (Sugiyono, 2009 : 73). Sampel dalam penelitian ini adalah
karyawan PT Pismatex Textile Industry. Perhitungan jumlah sampel dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin, yaitu :
?=
?
1 − ???
Keterangan :
n
=
ukuran sampel
N
=
jumlah populasi, dalam hal ini 3154 orang
e
=
nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan.
Ukuran sampel yang digunakan dihitung sebagai berikut :
n = 3154
1+ 3154 (0,1)2
n=
3154
1+ 31,54
n = 97,32
Jadi, sampel yang digunakan adalah sebanyak 97 responden
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Cluster Sampling yaitu teknik sampling yang digunakan untuk menentukan
sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat lurus
(Sugiyono, 2010).
3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung
dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Data tersebut
biasanya didapat
dengan
menggunakan
survey lapangan
yang
menggunakan semua metode pengumpulan data original Sugiyono
(2011).
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau
melalui pihak lain, atau laporan historis yang telah disusun dalam arsip
yang dipublikasikan atau tidak dalam bentuk yang sudah jadi Sugiyono
(2011).
3.3.2 Sumber Data
1. Data Primer
Sumber data yang diperoleh dari kuisioner yang diisi oleh responden,
meliputi identitas dan tanggapan responden.
2. Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa studi
kepustakaan, jurnal, literatur – literatur yang berkaitan dengan
permasalahan dan informasi dokumentasi lain yang dapat diambil
melalui sistem on-line ( internet ), serta data – data yang berasal dari
perusahaan yang menjadi objek penelitian.
3.4
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket atau kuesioner.
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan kepada orang lain yang dijadikan
responden untuk dijawabnya. Meskipun terlihat mudah , teknik pengumpulan
data melalui angket/ kuesioner cukup sulit dilakukan jika respondennya cukup
besar dan tebesar diberbagai wilayah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam penyusunan angket/ kuesioner menurut Sugiyono (2011) terkait dengan
prinsip penulisan angket/ kuesioner, prinsip pengukuran dan penampilan fisik.
Skala yang sering dipakai dalam penyusunan kuesioner adalah skala ordinal atau
yang sering disebut skala LIKERT, yaitu skala yang dapat digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang suatu gejala atau fenomena pendidikan. Skala yang berisi tingkat
preferensi jawaban pilihan sebagai berikut :
3.5
Untuk jawaban Sangat Tidak Setuju
maka diberi nilai = 1
Untuk jawaban Tidak Setuju
maka diberi nilai = 2
Untuk Netral atau Ragu-ragu
maka diberi nilai = 3
Untuk jawaban Setuju
maka diberi nilai = 4
Untuk jawaban Sangat Setuju
maka diberi nilai = 5
Metode Analisis
3.5.1 Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif merupakan pengelolaan data berupa angka-angka,
dalam penelitian ini pengelolaan data dengan menggunakan alat analisis sebagai
berikut :
3.5.1.1 Uji Validitas
Uji validitas biasanya digunakan sebagai alat ukur instrumen yang
dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang dipergunakan untuk
mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur (Sugiyono, 2011). Dengan demikian, instrumen yang valid
merupakan instrumen yang benar-benar tepat untuk mengukur apa yang akan
diukur. Suatu kuesinoner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu
untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Masing-masing indikator dikatakan valid jika r hitung lebih besar dari r tabel
(Ghozali,2011). Sebagai contoh penggaris, dinyatakan valid jika digunakan
untuk mengukur panjang, namun tidak valid jika digunakan untuk menggunakan
berat. Artinya, penggaris memang tepat digunakan untuk mengukur panjang,
namun menjadi tidak valid jika penggaris digunakan untuk mengukur berat.
3.5.1.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa sesuatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik. Adapun rumus yang digunakan untuk
mencari realibilitas instrumen yang berbentuk kuesioner adalah rumus alpha
(Ghozali, 2011). Indikator diangggap reliabel jika r α > 0,7 (Ghozali: 2011).
Untuk mempermudah analisis data, uji reliabilitas akan dilakukan dengan
bantuan program SPSS.
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
3.5.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Dalam uji-t atau
uji-F diasumsikan bahwa residual mengikuti distribusi normal. Untuk
mengetahui bahwa residual terdistribusi secara normal atau baik yaitu dengan
analisis grafik dan uji statistik. Analisis grafik yaitu normalitas dilihat dari
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik aau dengan melihat
histrogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusannya yaitu :
a.
Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal dan mengikuti grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi
normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b.
Jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal,
maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Sedangkan Analisis Statistik yaitu dengan menggunakan uji KolmogrovSmirnov (K-S) menurut Ghozali (2011) menyatakan bahwa dasar pengambilan
keputusannya sebagai berikut :
a.
Jika nilai Kolmogrov-Smirnov Z Ztabel, atau nilai signifikan variabel residual
terdistribusi >, maka data residual terdistribusi normal.
b.
Jika nilai Kolmogrov-Smirnov Z > Ztabel, atau nilai signifikan variabel
residual <, maka data residual terdistribusi tidak normal.
3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah terjadiya
penyimpangan model karena gangguan varian yang berbeda antar observasi satu
k observasi lain. Dalam regresi linier diasumsikan bahwa varian bersyarat dari
E(ei)2 = Var(ei) = s2 (homokedastisitas), apabila varian bersyarat ei
=
s2 untuk
setiap 1, ini berarti variannya homogen atau homokedastisitas. Untuk
mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dalam model regresi bisa dilihat
dari pola prngujian heteroskedastisitas dilakukan dengan mengamati pada titiktitik grafik scatter plotoutput, dimana menurut Ghozali, (2011) ketentuannya
sebagai berikut :
a. Jika titik-titiknya membentuk pola tertentu yang teratur maka diindikasikan
terdapat masalah heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titiknya menyebar diatas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka diindikasikan tidak terdapat masalah
heteroskedastisitas.
3.5.2.4 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas adalah keadaan dimana antara dua variabel
independen pada model regresi terjadi hubungan linier yang sempurna atau
mendekati sempurna. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya
multikolinearitas
antara
dua
variabel
independen.
Tujuan
multikolinearitas menurut Ghozali (2011) adalah sebagai berikut :
dari
uji
a.
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas (independen). Karena model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi diantara variabel
independen.
b.
Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat Tolerance Value atau
dengan menggunakan Variance Inflation Factors (VIF) dari hasil analisis
dengan menggunakan SPSS.
c.
Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat Tolerance Value dan
Variance Inflation Factors (VIF). Multikolineartitas tidak terjadi bila nili
VIF diatas nilai 10 atau Tolerance Value dibawah 0,10. Multikolinearitas
tidak terjadi bilai nilai VIF dibawah 10 atau Tolerance Value diatas 0,10.
3.5.3 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menafsir bagaimana
keadaan (naik turunnya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel.
Dependen sebagai faktor prediksi dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya).
(Sugiyono, 2011). Bila dijabarkan secara matematis bentuk persamaa dari
regresi linier berganda adalah sebagai berikut :
Y1 = bo + b1X1 + b2X2
Y2 = bo + Y1X1
Keterangan :
a = Konstanta
b = Koefisien Regresi
Y1 = Motivasi
Y2 = kepuasan kerja
X1 = kompensasi
X2 = pengembangan karir
e
= eror
3.5.4 Pengujian Hipotesis
Untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini apakah variabel bebas
berpengaruh terhadap variabel terkat, maka digunakan beberapa pengujian yaitu,
uji-t dan uji-F
Uji-t
Pengujian hipotesis dilakukan melalui model regresi linier berganda.
Tingkat signifikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah α = 5% dan juga
penerimaan atau penolakan hipotesis maka dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
A. Merumuskan Hipotesis
Hubungan variabel independen secara parsial dengan variabek dependen,
akan diuji dengan uji t ( menguji signifikan korelasin product moment)
dengan membandingkan t
tabel
dengan t
hitung.
Setelah melakukan uji
hipotesis (uji t) maka kriteria yang ditetapkan, yaitu dengan
membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel yang diperoleh
berdasarkan tingkat signifikan (α) tertentu dan derajatnya kebebasan (df)
= n-k. Kriteria pengambilan keputusan yang digunakan adalah sebagai
berikut :
Ho diterima jika t hitung ≤ t tabel
Ho ditolak jika thitung >ttabel
Apabila Ho diterima, maka hal ini menunjukkan bahwa variabel independen
tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan variabel dependen dan
independen mempunyai hubungan yang signifikan dengan variabel dependen.
Dalam memudahkan dan mempercepat proses pengolahan data, penulis
menggunakan program sofware SPSS dan Excel.
Untuk menguji signifikan hubungan variabel independen dengan variabel
dependen secara simultan, maka digunakan uji F. Menurut Sugiyono (2011),
rumus yang dapat digunakan untuk dapat melakukan pengujian ini adalah :
Fh =
R2/ k
(1-R2) / (n-k-1)
Dimana :
R2
= Koefisien Korelasi Berganda
k
= Jumlah Variabel Independen
n
= Jumlah Anggota Sampel
fh
= Fhitung yang selanjutnya dibandingkan dengan Ftabel
Kriteria pengambilan keputusan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Ho diterima jika Fhitung ≤ Ftabel
Ho ditolak jika Fhitung >Ftabel
α = 0,05
F didasarkan pada derajat kebebasan sebagai berikut :
Derajat pembilang (df1) = k
Derajat penyebut (df2) = n-k-1
Dalam memudahkan dan mempercepat proses pengolahan data, penulis
menggunakan program SPSS dan Excel. Untuk menguji apakah masing-masing
bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat secara bersamasama dengan α = 0,05 dan juga penerimaan atau penolakan hipotesis, maka cara
yang dilakukan adalah :
A. Merumuskan Hipotesis
Alat uji yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis, yaitu
Fhitung dibandingkan dengan nilai Ftabel dengan kriteria pengambilan keputusan :
a.
H0 diterima jika Fhitung < Ftabel pada = 5%
b.
H0 ditolak (H1 diterima ) jika Fhitung> Ftabel pada = 5%
Rumus Uji F (Sugiyono, 2006), yaitu :
Dimana :
R2 = Koefisien Korelasi Ganda
k = Jumlah Variabel Independen
n = Jumlah Anggota Sampel
3.6 Koefisien Determinasi (R2)
Uji R2 atau uji determinasi merupakan ukuran yang penting dalam
regresi, karena dapat menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang
terestiminasi, atau dengan kata lain angka tersebut dapat mengukur seberapa
dekat garis regresi yang terestiminasi dengan data yang sesungguhnya. Nilai
koefisien determinasi (R2) ini mencerminkan seberapa besar variasi dari variabel
terikat Y dapat diterangkan oleh variabel bebas X. Bila nilai koefisien
determinasi sama dengan 0 (R2= 0), artinya variasi dari Y tidak dapat
diterangkan oleh X. Dengan kata lain bila R2 = 1, maka semua titik pengamatan
berada tepat pada garis regresi. Dengan demikian baik atau buruknya suatu
persamaan regresi ditentukan oleh R2 nya yang mempunyai nilai antara nol dan
satu. Menurut Santoso dalam buku, Adjusted R Square adalah R Square yang
telah disesuaikan nilai ini selalu lebih kecil dari R Square dari angka ini bisa
memiliki harga negatif, bahwa untuk regresi dengan lebih dari dua variabel
bebas digunakan Adjusted R2 sebagai koefisien determinasi.
Sedangkan menurut (Gujarat, 2011) dalam (Ghozali, 2011) jika dalam
uji empiris didapat nilai Adjusted R2 negatif, maka nilai Adjusted R2 dianggap
bernilai nol. Secara matematis jika nilai R2 = 1, maka Adjusted R2 = R2 = 1
sedangkan jika nilai R2 = 0, maka Adjusted R2 = (1-k) / (n-k), jika k > 1, maka
Adjusted R2 akan bernilai negatif.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
PT
Pismatex
merupakan
produsen
Gajah
Duduk.
Perusahaan yang didirikan tahun 1972, di Pekalongan Jawa Tengah ini,
mengadopsi teknologi modern untuk memproduksi berbagai produk dengan
merek Gajah Duduk. Saat ini, Pismatex telah berkembang menjadi industri
tekstil yang terintegrasi. Ini merupakan bukti dari ketekunan, keseriusan dan
keberhasilan selama lebih dari 30 tahun.
Pismatex menjamin kualitas dan kesempurnaan produk Gajah Duduk.
Proses pemilihan bahan mentah, proses pembuatan sampai proses pengiriman
akhir, selalu diawasi dengan ketat. Secara berkelanjutan, Pismatex terus
berinovasi, menciptakan berbagai produk yang nyaman dipakai. Dengan 3.500
ribu karyawan, perusahaan di bawah bendera Pisma Grup ini telah melebarkan
sayap hingga Jakarta dan Surabaya.
Sarung
Gajah
Duduk
merupakan
merek
sarung
unggulan
PT Pismatex. Sarung ini pertama kali, beredar di pasaran tahun 1972.
dari
Image Gajah Duduk melambangkan pemimpin pasar sarung di Indonesia.
Binatang Gajah juga melambangkan sarung yang kuat dan besar.
Sejak pertama kali beredar di pasar, Gajah Duduk selalu menjadi pemimpin
pasar sarung di Indonesia. Sekarang, Gajah Duduk menguasai 40 persen pangsa
pasar domestik. Gajah Duduk identik dengan gengsi. Merek ini termasuk merek
paling bergengsi di pasaran. Buktinya, Gajah Duduk meraih beberapa kali
Selama lebih dari 30 tahun, Gajah Duduk memegang teguh komitmen
mempertahankan kualitas. Gajah Duduk selalu menjadi yang terbaik. Buktinya,
Gajah Duduk mendapat beberapa kali penghargaan Superbrands. Penghargaan
Internasional, untuk merek-merek terpopuler dan terpercaya di Indonesia.
Penghargaan ini didapat pada tahun 2004, 2008, dan 2010. Tahun 2010, Gajah
Duduk juga menerima penghargaan Topbrand, penghargaan nasional untuk
merek paling dipercaya. Pada Tahun 2015 PT. Pismatex sebagai perusahaan
yang memproduksi produk textile dengan merk Gajah Duduk berhasil
mempertahankan sertifikasi ISO 9001:2008 sebagai bukti unggulnya mutu yang
dimiliki oleh PT Pismatex.
ISO 9001:2008 adalah standar internasional yang digunakan untuk
menetapkan kebijakan dan sasaran mutu (quality objective) serta pencapaiannya
yang bisa diterapkan dalam setiap jenis organisasi/perusahaan berdasarkan
persyaratan 8 klausul ISO 9001:2008. Sertifikasi ISO 9001:2008 ini dikeluarkan
melalui suatu badan nasional yang memiliki kewenangan dalam mengurusi
setiap lisensi sertifikasi dan akreditasi, di indonesia lembaga tersebut biasa kita
kenal dengan nama Komite Akreditasi Nasional (KAN), dan badan/lembaga
sertifikasi sistem menajemen mutu yang melakukan proses sertifikasi untuk
periode ini adalah SGS. Dimana diawal raihan sertifikasi manajemen mutu, PT
Pismatex menggunakan BISQA sebagai lembaga sertifikasi menejemen mutu.
ISO 9001:2008 merupakan bukti bahwa sistem penjaminan mutu telah
berjalan dengan baik. Diharapkan kedepannya prestasi ini akan terus
dipertahankan dan ditingkatkan demi mewujudkan Visi PT Pismatex menjadi
Perusahaan textile berskala global yang berdaya saing tinggi, terpercaya dalam
kualitas dan pelayanan.
PT. PT Pismatex mempunyai struktur organisasi yang dapat dilihat pada
gambar 3.1
DIREKTUR
Manager
Keuangan
Penyelia
Keuangan
Adm.
Keuangan
Kolektor
Manager
Penjualan
Manager
Gudang
Manager
Personalia
Penyelia
Penjualan
Penyelia
Gudang
Penyelia
Personalia
Salesman
Admin
Sales
Adm.
Gudang
Adm.
Ekspedisi
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Pismatex
Penata
Barang
Sopir/
Kernet
Adm.
Personalia
Dari struktur organisasi di atas akan dijelaskan mengenai tugas dan
kewajiban bagian – bagian yang berhubungan dengan dengan judul yang di
ambil oleh penulis yaitu bagian penjualan.Tugas dan kewajibannya adalah
sebagai berikut:
1.Manager bertanggung jawab untuk:
a. Melakukan pembelian ke supplier.
b. Pelaksanaan kegiatan promosi agar dapat berjalan sesuai dengan prosedur
yang ditetapkan.
c. Pelaksanaan kegiatan kepersonaliaan agar dapat berjalan sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan.
d. Membuat dan merealisasikan departemen plan.
e. Memastikan seluruh keluhan pelanggan dapat tertangani dengan baik.
f. Membuat tinjauan manajemen.
g.
Melakukan koordinasi dengan departemen lain sehingga pelaksanaan
sistem dan prosedur secara keseluruhan dapat berjalan dengan baik.
h.
Mensosialisasikan manual mutu,visi dan misi,dan budaya kerja
perusahaan
i.
Pengembangan dan perubahan sistem dan prosedur yang ada.
j.
Mengoptimalkan penggarapan wilayah distribusi dan penjualan.
k. Membina hubungan baik dan kerjasama dangan rekan kerja dan atasan,
membangun di siplin diri dan meningkatkan aktualisasi diri.
2. Penyelia Penjualan bertanggung jawab untuk:
a. Membuat jadwal kunjungan salesman /kanvaser tradisional market.
b.
Memeriksa dan menyetujui form–form yang berhubungan dengan
prosedur penjualan.
c. Membantu menyelesaikan masalah–masalah yang timbul di outlet.
d. Melakukan kunjungan ke outlet yang menjadi tanggung jawabnya secara
rutin.
e.
Mengkoordinir dan mengevaluasi tugas–tugas yang telah dilakukan
oleh salesman.
f. Membuat analisa kualitatif dan kuantitatif setiap salesman yang menjadi
bawahannya secara periodik.
g. Merealisir meeting–meeting dengan salesman sesuai dengan jadwal.
h. Mengenal dengan baik wilayah penjualan yang menjadi tanggung
jawabnya.
3. Salesman bertanggung jawab untuk:
a. Membina hubungan baik dengan seluruh
pelanggan yang menjadi
tanggung jawabnya.
b. Merealisasikan proyeksi penjualan yang telah ditetapkan dengan optimal.
c. Mentaati semua ketentuan administrasi penjualan sesuai dengan prosedur
kerja yang berlaku.
e. Merealisasikan penambahan outlet baru secara optimal.
f. Melakukan penagihan ke outlet yang diberi kondisi kredit dengan waktu
tepat sesuai dengan kesepakatan.
g. Menyetujui retur toko sesuai dengan kelayakannya.
h. Mengikuti meeting rutin sesuai dengan jadwal.
4. Sales Admin bertanggung jawab untuk:
a. Mengarsipkan form–form yang telah ditetapkan.
b. Melakukan aktivitas korespondensi.
c. Membuat laporan penjualan.
d. Menerima pesanan dari outlet via tlp/fax.
e. Mengisi field wilayah, tipe outlet, dan salesman pada kesepakatan
discount dan lama pembayaran.
f. Memberikan masukan yang berkaitan dengan peningkatan penjualan dan
atau pendistribusian produk, lingkungan kerja, serta sistem dan prosedur
yang berlaku.
g. Membina hubungan baik dengan rekan kerja dan atasan, membangun
disiplin pribadi dan meningkatkan aktualisasi pribadi
4.2 Identitas Responden
4.2.1 Jenis Kelamin Responden
Untuk mengetahui identitas responden, dalam penelitian ini akan
dijelaskan tentang jenis kelamin responden yang diambil dari sampel
sebanyak 97 orang yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.1
Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin
Jumlah
Presentase
Perempuan
35
36,08
Laki-laki
62
63,93
Jumlah
97
100
Sumber : Data Primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa jumlah
responden sebanyak 97 orang yang terdiri dari 35 orang atau 36,08%
adalah perempuan dan 62 orang atau 63,93% adalah laki-laki.
4.2.2 Berdasarkan Usia Responden
Data karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
No.
Frekuensi
Presentase
16
11,54
29
36,54
3.
39
25,00
4.
14
26,92
Jumlah
100
100
1.
2.
Usia
21 – 23
24 – 26
27 – 29
≥30
Sumber : Data Primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa usia responden
sangat variatif. Responden dengan usia
21-23 tahun sebanyak 16
responden atau 11,54%, responden dengan usia 24-26 tahun sebanyak 29
responden atau 36,54%, responden dengan usia 27-29 tahun sebanyak 39
responden atau 25,00% dan responden dengan usia 30 tahun ke atas
sebanyak 14 responden atau 26,92%.
4.3 Diskripsi Data
Deskripsi hasil penelitian ini digunakan untuk mengungkapkan
persepsi yang diberikan oleh para responden terhadap variabel kepuasan
kerja
kerja, motivasi, kompensasi dan pengembangan karir dari para
responden
tersebut.
Dalam
mengungkapkan
responden
dilakukan
berdasarkan dari nilai rata-rata pertanyaan responden dan untuk
penilaiannya didasarkan pada rentang berikut ini :
Nilai maksimum : 5
Nilai minimum : 1
Rentang skala :
5 -1
= 0,8
5
Kategori :
1. 1,0 – 1,80
= sangat rendah/sangat buruk
2. 1,81 – 2,60
= rendah/buruk
3. 2,61 – 3,40
= sedang/cukup
4. 3,41 – 4,20
= baik/tinggi
5. 4,21– 5,00
= sangat baik/sangat tinggi
4.2.1 Variabel Kepuasan Kerja
Untuk mengetahui tanggapan responden mengenai kepuasan kerja
dapat dilihat dalam tabel 4.4 di bawah ini:
Tabel 4.4
Tanggapan Responden Terhadap Kepuasan kerja
STS
Indikator
Kesukaan
dengan
pekerjaan
Kepuasan
bekerja
di
perusahaan
Ketepatan
pekerjaan bagi
karyawan
TS
KS
S
SS
Rerata
F
S
F
S
F
S
F
S
F
S
0
0
6
12
17
51
56
224
18
90
3,89
0
0
0
0
22
66
36
144
39
195
4,18
0
0
0
0
14
42
50
200
33
165
4,20
Nilai rerata variabel kepuasan kerja
4,09
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan data yang diperoleh dari jawaban responden pada kuesioner,
secara keseluruhan karyawan PT Pismatex
memiliki persepsi yang baik
mengenai kepuasan kerja, tercermin pada besarnya nilai rata-rata total sebesar
4,09 (interval 3,76 – 4,19) yang berkategori tinggi
Kepuasan kerja diukur dengan menggunakan Kesukaan dengan pekerjaan
sebesar 3,89 yang berkategori tinggi, Kepuasan bekerja di perusahaan sebesar
4,18 yang berkategori tinggi dan Ketepatan pekerjaan bagi karyawan sebesar
4,20 yang berkategori tinggi.
4.2.1 Variabel Motivasi
Untuk mengetahui tanggapan responden mengenai motivasi dapat
dilihat dalam tabel 4.4 di bawah ini:
Tabel 4.4
Tanggapan Responden Terhadap motivasi
Indikator
Kebutuhan
berprestasi
STS
TS
KS
S
SS
F
S
F
S
F
S
F
S
F
S
0
0
1
2
32
96
41
164
23
115
Rerata
3,89
adalah
kebutuhan akan
penghargaan
bagi karyawan
berprestasi
Kebutuhan fisik
adalah
kebutuhan akan
kesehatan yang
diberikan
Kebutuhan rasa
aman
adalah
kebutuhan
karyawan atas
rasa aman yang
dirasakan
karyawan
selama ini.
Saya
bekerja
dengan
baik
meskipun tanpa
pengawasan
0
0
3
6
19
57
55
220
20
100
3,95
0
0
1
2
23
69
39
156
34
170
4,09
0
0
0
0
25
75
48
192
24
120
3,99
Nilai rerata variabel motivasi
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan data yang diperoleh dari jawaban responden pada kuesioner,
secara keseluruhan karyawan PT Pismatex
memiliki persepsi yang baik
mengenai motivasi, tercermin pada besarnya nilai rata-rata total sebesar 3,98
(interval 3,76 – 4,19) yang berkategori tinggi
Motivasi diukur dengan menggunakan Kebutuhan berprestasi adalah
kebutuhan akan penghargaan bagi karyawan berprestasi sebesar 3,89 yang
berkategori tinggi, Kebutuhan fisik adalah kebutuhan akan kesehatan yang
diberikan sebesar 3,95 yang berkategori tinggi, Kebutuhan rasa aman adalah
kebutuhan karyawan atas rasa aman yang dirasakan karyawan selama ini sebesar
4,09 yang berkategori tinggi dan Bekerja tanpa pengawasan sebesar 3,99 yang
berkategori tinggi
3,98
4.2.1 Variabel Kompensasi
Untuk mengetahui tanggapan responden mengenai kompensasi dapat
dilihat dalam tabel 4.4 di bawah ini:
Tabel 4.4
Tanggapan Responden Terhadap Kompensasi
Indikator
Kompensasi
yang
diterima
karyawan
dalam bentuk nonfinansial
seperti
memberikan
penghargaan
Kompensasi
yang
diterima
karyawan
dalam
bentuk
finansial
seperti
memberikan
gaji,
upah, bonus dan
tunjangan
F
STS
S
F
TS
S
0
0
2
4
30
0
0
9
18
15
F
KS
S
S
SS
S
S
F
90
36
144
29
145
3,95
45
50
200
23
115
3,90
Nilai rerata variabel Kompensasi
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan data yang diperoleh dari jawaban responden pada kuesioner,
secara keseluruhan karyawan PT Pismatex
memiliki persepsi yang baik
mengenai kompensasi, tercermin pada besarnya nilai rata-rata total sebesar 393
(interval 3,76 – 4,19) yang berkategori tinggi
Kompensasi diukur dengan menggunakan Kebutuhan berprestasi adalah
kebutuhan akan penghargaan bagi karyawan berprestasi sebesar 3,89 yang
berkategori tinggi, Kebutuhan fisik adalah kebutuhan akan kesehatan yang
diberikan sebesar 3,95 yang berkategori tinggi, Kebutuhan rasa aman adalah
kebutuhan karyawan atas rasa aman yang dirasakan karyawan selama ini sebesar
4,09 yang berkategori tinggi dan Bekerja tanpa pengawasan sebesar 3,99 yang
berkategori tinggi
Rerata
F
3,93
4.2.1 Variabel Pengembangan Karir
Untuk mengetahui tanggapan responden mengenai pengembangan
karir dapat dilihat dalam tabel 4.4 di bawah ini:
Tabel 4.4
Tanggapan Responden Terhadap Pengembangan Karir
STS
Indikator
Peningkatan
pribadi
Peningkatan
karir
Kenaikan
jabatan
Kenaikan
pangkat
atau
golongan
TS
KS
S
SS
F
S
F
S
F
S
F
S
F
S
0
0
0
0
15
45
67
268
15
75
4,00
0
0
6
12
26
78
49
196
16
80
3,77
0
0
7
14
35
105
38
156
17
85
3,71
0
0
0
0
32
96
49
196
16
80
3,86
Nilai rerata variabel Pengembangan Karir
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan data yang diperoleh dari jawaban responden pada kuesioner,
secara keseluruhan karyawan PT Pismatex
memiliki persepsi yang baik
mengenai pengembangan karir, tercermin pada besarnya nilai rata-rata total
sebesar 3,84 (interval 3,76 – 4,19) yang berkategori tinggi
Pengembangan karir diukur dengan menggunakan Kebutuhan berprestasi
adalah kebutuhan akan penghargaan bagi karyawan berprestasi sebesar 3,89
yang berkategori tinggi, Kebutuhan fisik adalah kebutuhan akan kesehatan yang
diberikan sebesar 3,95 yang berkategori tinggi, Kebutuhan rasa aman adalah
kebutuhan karyawan atas rasa aman yang dirasakan karyawan selama ini sebesar
4,09 yang berkategori tinggi dan Bekerja tanpa pengawasan sebesar 3,99 yang
berkategori tinggi
Rerata
3,84
4.5 Uji Validitas dan Reliabilitas
4.5.1 Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat – tingkat
kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto,2006:168).
Berdasarkan tabel 4.8 dibawah ini menunjukkan bahwa pada pegujian
validitas untuk masing-masing variabel motivasi
pengembangan karir
, Kompensasi dan
hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak
terdapat item pertanyaan yang tidak valid. Adapun hasil dari pengujian
validitas ditetapkan antara lain :
Tabel 4.8
Uji Validitas
Variabel
Indikator
c. Kompensasi yang diterima
karyawan dalam bentuk
non-finansial
seperti
memberikan penghargaan
d. Kompensasi yang diterima
karyawan dalam bentuk
finansial
seperti
memberikan gaji, upah,
bonus dan tunjangan
Pengembangan 5) Peningkatan pribadi
karir
6) Peningkatan karir
7) Kenaikan jabatan
8) Kenaikan pangkat atau
golongan
Motivasi
e) Kebutuhan
berprestasi
adalah kebutuhan akan
penghargaan
bagi
karyawan berprestasi
f) Kebutuhan fisik adalah
kebutuhan
akan
kesehatan yang diberikan
Kompensasi
0,05
0,05
R
tabel
0,200
0,200
r
Ket
Hitung
0,465 Valid
0,465 Valid
0,05
0,05
0,05
0,200
0,200
0,200
0,521
0,661
0,682
0,607
Valid
Valid
Valid
0,05
0,05
0,05
0,200
0,200
0,200
0,524
0,702
0,555
Valid
Valid
Valid
0,05
0,200
0,425
Valid
a
Kebutuhan rasa aman
adalah
kebutuhan
karyawan atas rasa aman
yang dirasakan karyawan
selama ini.
Kepuasan
4) Kesukaan
dengan 0,05
kerja
0,05
pekerjaan
0,05
5) Kepuasan bekerja di
perusahaan
6) Ketepatan pekerjaan bagi
karyawan
7) Kepuasan atas hasil kerja
yang dicapai karyawan
Sumber : Data primer yang diolah, 2016
g)
4.5.2
0,200
0,200
0,200
0,651
0,657
0,686
Valid
Valid
Valid
Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik, sehingga mampu mengungkap
data yang bisa dipercaya. Rumus yang digunakan untuk mencari
reliabilitas yang berbentuk angket atau kuesioner adalah rumus Alpha
(Arikunto, 2010). Berikut hasil pengujian reliabilitas yang dilakukan
terhadap variabel motivasi
, Kompensasi kerja , pengembangan karir
dan kepuasan kerja .
Tabel 4.9
Uji Relibilitas Indikator Variabel
Nilai
No
Variabel
Cronbach
a
alpha
1. Kepuasan kerja
0,05
0,812
2. Motivasi
0,05
0,752
3. Kompensasi
0,05
0,635
4. Pengembangan karir
0,05
0,797
Sumber : Data primer yang diolah, 2,015
Cut of
value
Keterangan
0,6
0,6
0.6
0,6
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Berdasarkan tabel 4.9 diatas dapat diketahui bahwa masing-masing
variabel variabel Kompensasi, motivasi
serta pengembangan karir dan
kepuasan kerja diperoleh nilai r alpha lebih besar dari 0,6. Dengan demikian,
hasil uji reliabilitas terhadap keseluruhan variabel adalah reliabel.
4.6 Pengujian Asumsi Klasik
4.6.1 Pengujian Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel dalam
penelitian ini telah terdistribusi secara normal. Model yang baik adalah yang
memiliki ditribusi data yang normal atau mendekati normal (Ghozali, 2001).
Hasil uji normalitas data dengan menggunakan analisis grafik yaitu grafik
normal plot menunjukkan titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta
penyebarannya mengikuti arah garis diagonal, hal ini berarti data berdistribusi
normal. Analisis grafik dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Motivasi
1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Gambar 4.1
P-Plot Normalitas Data Persamaan I
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Loyalitas
1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Sumber : Hasil SPSS, 2015
Gambar 4.1
P-Plot Normalitas Data Persamaan II
4.6.2 Pengujian Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel bebas (independent
variabel). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
diantara variabel bebas. Jika variabel independen saling berkorelasi,
maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah
variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen
sama dengan nol untuk mendeteksi ada tidaknya gejala multikolinearitas
dapat dilakukan dngan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan
Tolerance Multikolinearitas terjadi apabila VIF berada diatas 10 dan
nilai toleransi dibawah 0,1 (Imam Ghozali, 2011).
selengkapnya dapat dilihat dari tabel 4.10
Untuk hasil
Tabel 4.10
Uji Multikolinearitas Persamaan I
Coefficientsa
Model
1
Kompens asi
Karir
Collinearity Statistic s
Toleranc e
V IF
.782
1.279
.782
1.279
a. Dependent V ariable: Motivasi
Tabel 4.10
Uji Multikolinearitas Persamaan II
Coefficientsa
Model
1
Kompens asi
Karir
Motiv as i
Collinearity Statistic s
Toleranc e
V IF
.474
2.110
.672
1.488
.412
2.428
a. Dependent V ariable: Kepuasan
Sumber : Hasil Output data, 2016
Nilai VIF untuk masing-masing variabel independen dalam
persamaan memiliki nilai kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih besar
dari 0,10 maka semua variabel dalam model tidak terkena masalah
multikolinearitas.
4.6.3
Pengujian Heterokedastisitas
Pengujian ini bertujuan untuk mendeteksi apakah kesalahan pengganggu
dari model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari satu
observasi keobservasi lainnya. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala
heteroskedetisitas
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan
grafik
heteroskesdasitas untuk memprediksi nilai variabel dependen dengan
variabel independen. Dari scatterplots terlihat titik-titik yang menyebar
secara acak serta tersebar diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu
Y. Dibawah ini terdapat gambar heterokedastisitas :
Scatterplot
Dependent Variable: Motivasi
Regression Studentized Residual
4
3
2
1
0
-1
-2
-3
-3
-2
-1
0
1
Regression Standardized Predicted Value
Gambar 4.2
Uji Heterokedastisitas Persamaan I
Scatterplot
Dependent Variable: Kepuasan
Regression Studentized Residual
2
1
0
-1
-2
-3
-2
-1
0
1
2
Regression Standardized Predicted Value
Gambar 4.2
Uji Heterokedastisitas Persamaan II
4.7 Analisis Regresi Linier Berganda
Berikut hasil perhitungan regresi linier berganda antara variabel
kompensasi,pengembangan klarir, motivasi dan kepuasan kerja. Melalui
proses perhitungan SPSS dapat diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.11
Hasil Pengolahan Data Regresi linier berganda Persamaan I
Coe fficientsa
Model
1
(Cons tant)
Kompensasi
Karir
Unstandardiz ed
Coef f icients
B
Std. Error
4.326
1.083
.914
.117
.290
.074
Standardized
Coef f icients
Beta
t
3.995
7.813
3.915
.585
.293
Sig.
.000
.000
.000
a. Dependent Variable: Motivas i
Sumber : Data olahan SPSS, 2015
Sehingga dari persamaan rumus regresi linier berganda dapat
diperoleh hasil sebagai berikut :
Y = 4,326 + 0,914 X1 + 0,290 X2
Hasil persamaan regresi berganda tersebut diatas memberikan
pengertian bahwa :
a) Nilai konstanta 4,3263 mempunyai arti bahwa apabila nilai
variabel Kompensasi dan pengembangan karir
(konstan) maka perubahan variabel motivasi
adalah tetap
adalah positif
b) b1 (nilai koefisien regresi X1 ) sebesar 0,914 mempunyai arti
bahwa jika Kompensasi (X1) lebih ditingkatkan maka motivasi
akan lebih baik. Begitu juga sebaliknya jika motivasi
motivasi
menurun
juga akan mengalami penurunan
c) b2 (nilai koefisien regresi X2) sebesar 0,290 mempunyai arti
bahwa jika pengembangan karir (X2) lebih ditingkatkan maka
kepuasan kerja
akan lebih baik. Begitu juga sebaliknya jika
pengembangan karir
menurun maka motivasi
juga akan
mengalami penurunan
Tabel 4.11
Hasil Pengolahan Data Regresi linier berganda Persamaan II
Coe fficientsa
Model
1
(Cons tant)
Kompensasi
Karir
Motiv asi
Unstandardiz ed
Coef f icients
B
Std. Error
-.097
.721
.495
.092
.274
.049
.269
.063
Standardized
Coef f icients
Beta
.381
.333
.323
t
-.134
5.356
5.581
4.239
Sig.
.893
.000
.000
.000
a. Dependent Variable: Kepuas an
Sumber : Data olahan SPSS, 2,016
Sehingga dari persamaan rumus regresi linier berganda dapat
diperoleh hasil sebagai berikut :
Y = -0,097 + 0,495X1 + 0,274 X2 +0,269Y1
Hasil persamaan regresi berganda tersebut diatas memberikan
pengertian bahwa :
a) Nilai konstanta -0,097 mempunyai arti bahwa apabila nilai
variabel Kompensasi dan pengembangan karir
adalah tetap
(konstan) maka perubahan variabel kepuasan kerja adalah
negative.
b) b1 (nilai koefisien regresi X1 ) sebesar 0,495 mempunyai arti
bahwa jika Kompensasi (X1) lebih ditingkatkan maka motivasi
akan lebih baik. Begitu juga sebaliknya jika motivasi
kepuasan kerja juga akan mengalami penurunan
menurun
c) b2 (nilai koefisien regresi X2) sebesar 0,274 mempunyai arti
bahwa jika pengembangan karir (X2) lebih ditingkatkan maka
kepuasan kerja
akan lebih baik. Begitu juga sebaliknya jika
pengembangan karir menurun maka kepuasan kerja juga akan
mengalami penurunan
d) b2 (nilai koefisien regresi X2) sebesar 0,269 mempunyai arti
(X2) lebih ditingkatkan maka kepuasan
bahwa jika motivasi
kerja
akan lebih baik. Begitu juga sebaliknya jika motivasi
menurun maka kepuasan kerja juga akan mengalami penurunan
4.8 Analisis Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi di’gunakan untuk mengetahui seberapa besar
variabilitas variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen
yang ditunjukkan oleh nilai R square (R2) yaitu sebesar 0,579 artinya
variabilitas variabel motivasi, kompensasi kerja, pengembangan karir
mampu menjelaskan kepuasan kerja
(Y) sebesar 57,9%, sedangkan
sisanya sebesar 42,1% dijelaskan oleh variabilitas variabel lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini. Hasil Output SPSS dari Koefisien determinasi
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.11
Koefisien Determinasi
b
Model Sum m ary
Model
1
R
.767 a
R Square
.588
Adjusted
R Square
.579
a. Predictors: (Constant), Karir, Kompensasi
b. Dependent Variable: Motivasi
Std. Error of
the Estimate
1.479
Sumber : Hasil Output SPSS,2,015
Koefisien determinasi di’gunakan untuk mengetahui seberapa besar
variabilitas variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen
yang ditunjukkan oleh nilai R square (R2) yaitu sebesar 0,770 artinya
variabilitas variabel motivasi, Kompensasi kerja, pengembangan karir
mampu menjelaskan kepuasan kerja
(Y) sebesar 77,00%, sedangkan
sisanya sebesar 33,00% dijelaskan oleh variabilitas variabel lain yang
tidak diteliti dalam penelitian ini. Hasil Output SPSS dari Koefisien
determinasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.11
Koefisien Determinasi Persamaan II
b
Model Sum m ary
Model
1
R
.882 a
R Square
.778
Adjusted
R Square
.770
Std. Error of
the Estimate
.910
a. Predictors: (Constant), Motiv asi, Karir, Kompensasi
b. Dependent Variable: Kepuasan
Sumber : Hasil Output SPSS,2,015
4.9 Pengujian Hipotesis Secara Simultan (uji F)
Uji
Kompensasi
F
digunakan
untuk
mengetahui
serta pengembangan karir
pengaruh
antara
secara simultan terhadap
motivasi Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut :
ANOVAb
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
293.700
205.640
499.340
df
2
94
96
Mean Square
146.850
2.188
F
67.127
Sig.
.000 a
a. Predictors: (Constant), Karir, Kompens asi
b. Dependent Variable: Motivasi
Hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai F hitung
adalah sebesar 67,124 sedangkan degree of freedom pada angka 3
dan 97 dalam tabel F diperoleh nilai sebesar 2,71 sehingga ilai F
hitung sebesar 67,124 > nilai F tabel = 2,71. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh signifikan secara bersama-sama antara
Kompensasi
serta pengembangan karir
secara simultan
terhadap Kompensasi
4.10 Hipotesis Secara Simultan (uji F)
Uji
Kompensasi
F
digunakan
untuk
mengetahui
pengaruh
antara
serta pengembangan karir secara simultan terhadap
kepuasan kerja . Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai
berikut :
ANOVAb
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
269.475
77.082
346.557
df
3
93
96
Mean Square
89.825
.829
F
108.375
Sig.
.000 a
a. Predictors: (Constant), Motiv asi, Karir, Kompensasi
b. Dependent Variable: Kepuas an
ANOV Ab
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
269.475
77.082
346.557
df
3
93
96
Mean Square
89.825
.829
F
108.375
Sig.
.000 a
a. Predictors: (Constant), Motiv asi, Karir, Kompensasi
b. Dependent Va riable: Kepuas an
Hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai F
hitung adalah sebesar 108,375 sedangkan degree of freedom pada
angka 3 dan 97 dalam tabel F diperoleh nilai sebesar 2,71
sehingga ilai F hitung sebesar 108,3675 > nilai F tabel = 2,71. Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan secara
bersama-sama antara Kompensasi
serta pengembangan karir
secara simultan terhadap kepuasan kerja
4.11 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah persamaan
regresi yang diperoleh tersebut dapat dipertanggung jawabkan atau tidak.
Bila hasil analisis nanti menunjukkan bahwa persamaan regresi yang
bersangkutan adalah signifikan atau dapat dipertanggungjawabkan, maka
persamaan regresi tersebut dapat digunakan untuk meramalkan variabel Y
dan sekaligus untuk membuktikan hipotesis yang diajukan.
a. Pengujian Hipotesis Kompensasi terhadap Kepuasan kerja
Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan SPSS diperoleh nilai t
hitung untuk penjualan perorangan adalah 9,316 dengan signifikansinya
sebesar 0,000, sedangkan nilai t tabel diketahui sebesar 1,986 sehingga
nilai t hitung =9,316 > nilai t tabel = 1,986 . Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh signifikan antara Kompensasi
terhadap
kepuasan kerja
b. Pengujian Hipotesis Pengembangan karir
terhadap Kepuasan kerja
Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan SPSS diperoleh nilai t
hitung untuk pengembangan karir
adalah 4,173 dengan
signifikansinya sebesar 0,000, sedangkan nilai t tabel diketahui sebesar
1,986 sehingga nilai t hitung = 4,173 > nilai t tabel = 1,986 . Hal ini
menunjukkan
bahwa
pengembangan karir
terdapat
pengaruh
signifikan
antara
terhadap Kepuasan kerja
c. Pengujian Hipotesis motivasi
terhadap kepuasan kerja
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa nilai t hitung untuk
motivasi
adalah 3.843 dengan signifikansinya sebesar 0,000,
sedangkan pada taraf signifikansi sebesar 0,025 dengan df sebesar = 50
diperoleh nilai t tabel sebesar 1,986 sehingga nilai t hitung = 3,843 >
nilai t tabel = 1,986 . Dengan demikian menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh signifikan antara motivasi
4.12
Analisis Jalur (Path Analysis)
terhadap kepuasan kerja
Untuk menguji pengaruh variabel intervening digunakan metode analisis
jalur (path analysis). Maka perhitungan analisis jalur dalam penelitian ini dapat
dijabarkan sebagai berikut:
Berdasarkan uraian diatas maka dapat digambrkan sebagai berikut :
Kompensasi
X1
0,495
0,914
Motivasi Y1
0,269
Kepuasan
kerja Y2
0,290
Pengembangan
karir X2
0,274
Nilai koefisien regresi masing-masing variabel independen pada Persamaan I
dikalikan dengan nilai koefisien regresi motivasi
pada Persamaan II, hasil dari
perkalian tersebut harus > nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel
independen pada Persamaan II.
4.12.1 Pengaruh Kompensasi Terhadap Kepuasan kerja melalui motivasi
Hasil analisis jalur menunjukkan bahwa Kompensasi dapat berpengaruh
langsung terhadap kinerja karyawan dan dapat juga berpengaruh tidak langsung
yaitu dari ke motivasi
(sebagai intervening) lalu ke kepuasan kerja. Besarnya
pengaruh langsung Kompensasi terhadap kepuasan kerja adalah sebesar 0,495
sedangkan pengaruh besarnya pengaruh tidak langsung harus dihitung dengan
mengalikan koefisien tidak langsungnya yaitu :
1. Nilai koefisien regresi Kompensasi pada Persamaan I = 0,914
Nilai koefisien regresi motivasi
pada Persamaan II = 0,269
Nilai koefisien regresi Kompensasi pada Persamaan II = 0,495
0,914 x 0,269 = 0,246
Hasil 0,246 < 0,495. Maka motivasi
tidak menjadi variabel intervening
antara Kompensasi dengan kepuasan kerja
Berdasarkan perhitungan diatas maka hasil dalam penelitian ini adalah
terdapat pengaruh langsung antara Kompensasi ke kepuasan kerja lebih besar
yaitu 0,495 daripada Kompensasi melalui motivasi
yaitu sebesar 0,246,
maka variabel motivasi bukan variabel intervening.
4.12.2 Pengaruh pengembangan karir Terhadap Kepuasan kerja melalui
motivasi
Nilai koefisien regresi pengembangan karir pada Persamaan I = 0,290
Nilai koefisien regresi pengembangan karir pada Persamaan II = 0,269
Nilai koefisien regresi Kompensasi pada Persamaan II = 0,274
0,290 x 0,269 = 0,078
Hasil 0,078 < 0,274. Maka motivasi
tidak menjadi variabel intervening
antara pengembangan karir dengan kepuasan kerja
Berdasarkan perhitungan diatas maka hasil dalam penelitian ini adalah
terdapat pengaruh langsung antara pengembangan karis ke kepuasan kerja
lebih besar yaitu 0,274 daripada pengembangan karir
yaitu sebesar 0,078, maka variabel motivasi
melalui motivasi
bukan variabel intervening.
4.8 Pembahasan
4.6.1 Pengaruh Kompensasi terhadap motivasi
Berdasarkan analisis statistik inferensial dengan menggunakan analisis jalur
(path analysis), maka hipotesis pertama yang menyatakan terdapat pengaruh antara
Kompensasi Finansial terhadap Motivasi Kerja
sudah terbukti dan hipotesis
tersebut terbukti dan dapat diterima. Pengaruh tersebut signifikan positif, sehingga
semakin dilaksanakan dengan baik Kompensasi Finansial yang diberikan oleh
kepada karyawan akan dapat memotivasi karyawan untuk bekerja dengan lebih baik
lagi. Hipotesis kedua menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara Kompensasi Non
Finansial terhadap Motivasi Kerja. Hipotesis tersebut terbukti dan dapat diterima,
hubungan tersebut bersifat signifikan positif, sehingga dapat dikatakan bahwa
Kompensasi Non Finansial yang diberikan juga dapat memotivasi karyawan untuk
lebih bekerja dengan giat dan meningkatkan kualitas dari pekerjaannya. Hal ini juga
didukung oleh pernyataan Notoatmodjo (2003:153) yang menyatakan bahwa,
”Besar kecilnya kompensasi dapat mempengaruhi prestasi kerja, motivasi dan
kepuasan kerja karyawan. Apabila kompensasi diberikan secara tepat dan benar para
karyawan akan memperoleh kepuasan dalam bekerja dan termotivasi untuk
mencapai tujuan-tujuan organisasi. Akan tetapi bila kompensasi yang diberikan
tidak memadai atau kurang tepat, prestasi kerja, motivasi, dan kepuasan kerja
karyawan akan menurun.”
4.6.2 Pengaruh pengembangan karir terhadap motivasi
Pengembangan karir merupakan kegiatan SDM yang bertujuan untuk
memperbaiki dan meningkatkan efektifitas pelaksanaan pekerjaan oleh pegawai
agar mampu memberikan kontribusi terbaik dalam mewujudkan tujuan organisasi.
Pengembangan karir merupakan suatu usaha yang sangat penting dalam organisasi
karena dapat menimbulkan motivasi kerja lebih baik. Kepastian karir akan
memotivasi pegawai untuk terus berusaha meningkatkan kemampuan serta loyal
terhadap organisasi. Handoko (2013) menyatakan bahwa pengembangan karir
adalah peningkatanpeningkatan pribadi untuk mencapai suatu rencana karir.
Dessler (2012) berpendapat bahwa karir individu sebagai pegawai akan
memberikan keuntungan yaitu kepuasan, pengembangan pribadi dan kehidupan
promosi ke posisi atau jabatan yang lebih tinggi,tetapi merupakan dorongan atau
motivasi untuk maju dan berkembang dalam bekerja. Penelitian Septyaningsih
Ekayadi (2009), menyatakan bahwa pengembangan karir berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kepuasan kerja.
4.6.3 Pengaruh antara Kompensasi terhadap Kepuasan kerja
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
Kompensasi
kerja
berpengaruh terhadap kepuasan kerja . Kompensasi kerja diukur dengan
menggunakan Kepuasan atas prestasi yang dicapai yaitu kepuasan hasil
kerja yang dicapai guna meningkatkan prestasi, Pengakuan yang diperoleh
yaitu kepuasan karyawan karena adanya pengakuan yang diperoleh dari
organisasi, Pekerjaan yang telah diselesaikan yaitukepuasan karyawan
karena pekerjaan yang ditangani terselesaikan dan Gaji yang diterima yaitu
kepuasan karyawan akan gaji yang diterimanya.
Kompensasi kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat
individual. Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda
sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Makin tinggi
penilaian terhadap kegiatan dirasakan sesuai dengan keinginan individu,
maka makin tinggi kepuasannya terhadap kegiatan tersebut. Dengan
demikian, kepuasan merupakan evaluasi yang mengambarkan seseorang
atas perasaan sikapnya senang atau tidak senang, puas atau tidak puas
dalam bekerja.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Parlinda, 2008) yang menyatakan Kompensasi berpengaruh terhadap kepuasan
kerja
4.8.2 Pengaruh Pengembangan karir terhadap Kepuasan kerja
Hasil penelitian menunjukkan bahea pengembangan karir
terhadap kepuasan kerja . Pengembangan karir
berpengaruh
adalah sikap yang
mencerminkan sejauh mana seorang individu mengenal dan terikat pada
organisasinya. Seorang individu yang memiliki pengembangan karir
tinggi
kemungkinan akan melihat dirinya sebagai anggota sejati organisasi untuk
mengabaikan sumber-sumber kekesalan minor pada organisasi, dan untuk
melihat dirinya sendiri menjadi anggota jangka panjang dari organisasi.
Karyawan yang merasa lebih berpengembangan karir
pada organisasi memiliki
kebiasaan-kebiasaan yang bisa diandalkan, berencana untuk tinggal lebih lama
di dalam organisasi, dan mencurahkan lebih banyak upaya dalam bekerja.
Disiplin yang bersifat korektif adalah jika pegawai yang nyata-nyata
telah melakukan pelanggaran atas ketentuan-ketentuan yang berlaku atau gagal
memenuhi standar karyawan yang telah ditetapkan, kepadanya dikenakan sanksi
disipliner. Berat atau ringannya suatu sanksi tentunya tergantung pada bobot
pelanggaran yang telah terjadi. Pengenaan sanksi biasanya mengikuti prosedur
yang sifatnya hirarki. Artinya pengenaan sanksi diprakarsai oleh atasan langsung
pegawai yang bersangkutan, diteruskan kepada pimpinan yang lebih tinggi dan
keputusan akhir pengenaan sanksi terrsebut diambil oleh pejabat pimpinan yang
berwenang untuk itu. Prosedur tersebut ditempuh dengan dua maksud, yaitu
bahwa pengenaan sanksi dilakukan secara objektif dan sifat sanksi sesuai dengan
bobot pelangaran yang dilakukan. Disamping faktor objektivitas dan kesesuaian
bobot hukuman dan pelanggaran, pengenaan sanksi harus pula bersifat mendidik
dalam arti agar terjadi perubahan sikap dan perilaku di masa mendatang dan
bukan terutama menghukum seseorang karena tindakannya di masa lalu.
Pengenaan sanksi pun harus mempunyai nilai pelajaran dalam arti mencegah
orang melakukan pelanggaran yang serupa. Pihak manajemen harus mampu
menerapkan berbagai ketentuan yang berlaku secara efektif dan tidak hanya
sekedar merupakan pernyataan di atas kertas.
Ukuran pengembangan karir
karyawan
terhadap
pengembangan karir
kesuksesan
meliputi loyalitas serta keterlibatan
organisasi.
Seseorang
yang
memiliki
yang tinggi akan memiliki identifikasi dengan organisasi,
terlibat sungguh-sungguh dalam pekerjaan dan ada loyalitas serta afeksi positif
terhadap organisasi. Pengembangan karir
dianggap penting bagi organisasi
karena pengaruhnya terhadap turn over dan hubungan dengan kinerja yang
mengasumsikan
bahwa
individu
yang
memiliki
pengembangan
karir
cenderung mengembangkan upaya yang lebih besar pada pekerjaan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Brahmasari & Suprayetno (2008) yang menyatakan bahwa pengembangan karir
berpengaruh terhadap kepuasan kerja .
4.6.4 Pengaruh antara Motivasi
terhadap Kepuasan kerja
Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi berpengaruh terhadap
kepuasan kerja . Pada dasarnya manusia bekerja juga ingin memperoleh uang
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itulah seorang karyawan mulai
menghargai kerja keras dan semakin menunjukkan loyalitas terhadap perusahaan
dan karena itulah perusahaan memberikan penghargaan terhadap kepuasan kerja
yaitu dengan jalan memberikan motivasi
. Salah satu cara manajemen untuk
meningkatkan prestasi kerja, memotivasi
karyawan adalah melalui motivasi
dan meningkatkan kinerja para
. Motivasi
acapkali juga disebut
penghargaan dan dapat didefinisikan sebagai setiap bentuk penghargaan yang
diberikan kepada karyawan sebagai balas jasa atas kontribusi yang mereka
berikan kepada organisasi.
karyawan
motivasi
memiliki kinerja yang tinggi jika karyawan
memiliki
yang tinggi, dengan asumsi bahwa seorang pimpinan akan dapat
meningkatkan kepuasan kerja
nya jika pihak perusahaan memotivasi
karyawan nya dengan memberikan penghargaan kepada karyawan, memberikan
pengakuan yang lebih baik kepada karyawannya.
Terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas dan berKompensasi
tidak lepas dari adanya Kompensasi dan Kompensasi
dari orang yang
bersangkutan. Dengan kata lain, seseorang yang mempunyai Kompensasi yang
tinggi dan didukung oleh Kompensasi bekerja yang baik maka akan tercipta
kinerja yang tinggi pula. Motivasi
merupakan faktor psikologis yang
menunjukkan minat individu terhadap pekerjaan, rasa puas dan ikut bertanggung
jawab terhadap aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan. Motivasi
seseorang
biasanya ditunjukkan oleh aktivitas yang terus menerus dan selalu berorientasi
pada tujuan. karyawan yang mempunyai motivasi
tinggi adalah karyawan
yang perilakunya diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi. Menurut Flippo
(1984 : 117), motivasi
adalah tanggung jawab menajerial untuk memperoleh
perilaku karyawan yang sesuai dengan keinginan pimpinan dan merupakan
suatu ketrampilan dalam memadukan kepentingan organisasi sehingga
keinginan-keinginan karyawan dipuaskan bersama dengan tercapainya sasaran
organisasi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Brahmasari & Suprayetno (2008) yang menyatakan motivasi
terhadap kepuasan kerja .
berpengaruh
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada pengaruh antara Kompensasi terhadap motivasi, artinya apabila
Kompensasi tersebut meningkat maka hal itu akan meningkatkan kepuasan
kerja
2. Ada pengaruh antara pengembangan karir terhadap motivasi, artinya apabila
pengembangan karir
tersebut meningkat maka hal itu akan meningkatkan
kepuasan kerja
3. Ada pengaruh antara Kompensasi terhadap kepuasan kerja, artinya apabila
Kompensasi tersebut meningkat maka hal itu akan meningkatkan kepuasan
kerja
4. Ada pengaruh antara pengembangan karir terhadap kepuasan kerja3, artinya
apabila pengembangan karir
tersebut meningkat maka hal itu akan
meningkatkan kepuasan kerja
5. Ada pengaruh antara motivasi
motivasi
terhadap kepuasan kerja , artinya apabila
tersebut meningkat maka hal itu akan meningkatkan kepuasan
kerja .
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, maka peneliti perlu
memberikan saran-saran, antara lain:
1.
Kompensasi kerja memberikan pengaruh yang paling besar terhadap
kepuasan kerja . Dalam penilaian responden terhadap indikator dengan
persepsi paling kecil adalah Kompensasi untuk membuat strategi dalam
perusahaan
tempat
bekerja.
Diharapkan
perusahaan
memberikan
kesempatan untuk karyawan tersebut misalnya sebagai salah satu asset
perusahaan, setiap karyawan memiliki potensi yang mungkin sangat
menguntungkan dan dapat mendukung perkembangan perusahaan dengan
baik. Setiap karyawan mungkin memiliki ide – ide brilian yang ingin
diungkapkan untuk kebaikan perusahaan. Dengan mendengarkan dan
menampung aspirasi mereka, setiap karyawan tentunya akan merasa lebih
dihargai meski pendapatnya masih perlu dipertimbangkan. Sebaliknya, jika
aspirasi para karyawan tidak didengarkan, mereka akan merasa kehilangan
kebebasan dan peluang untuk mengembangkan potensi. Oleh karena itu,
mendengarkan
aspirasi
karyawan
merupakan
salah
satu
strategi
pengembangan SDM yang sangat penting agar perusahaan dapat
berkembang bersama – sama karyawan.
2.
Variabel yang mempengaruhi kepuasan kerja
yang kedua adalah
pengembangan karir . Dalam penilaian responden terhadap pengembangan
karir
indikator terkecil adalah tidak mangkir jika bekerja. Jika karyawan
mangkir dari pekerjaan maka hendaknya perusahaan memberikan sanksi
tegas dalam menghadapi karyawan yang mangkir dalam pekerjaan.
3.
Motivasi
merupakan variabel terkecil yang memengaruhi kepuasan kerja .
Berdasarkan data yang diperoleh dari jawaban responden pada kuesioner,
secara keseluruhan memiliki persepsi yang baik mengenai motivasi
.
Dalam penilaian responden terhadap persepsi paling kecil adalah
perusahaan
memberikan
pengakuan
yang
pantas
dalam
setiap
pelaksanaan.Hal ini harus menjadi perhatian bagi karena perusahaan
memberikan pengakuan yang pantas dalam setiap pelaksanaan masih
kurang.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Dwi Nugroho., dan Kunartinah. 2012. Analisis Pengaruh Kompensasi dan
Pengembangan Karier terhadap Kepuasan Kerja dengan Mediasi
Motivasi Kerja. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Vol.19, No.2.
A.S. Munandar, Bertina Sjabadhyni dan Rufus Patty Wutun. (2004). Peran
Budaya Organisasi dalam Peningkatan Unjuk Kerja Perusahaan .
Depok : Penerbit PIOFakultas Psikologi UI.
Anak Agung Ngurah Bagus Dhermawan, I Gde Adnyana Sudibya dan I Wayan
Mudiartha Utama. Pengaruh motivasi, lingkungan kerja, kompetensi,
Dan kompensasi terhadap kepuasan kerja dan kinerja Pegawai di
lingkungan kantor dinas pekerjaan umum Provinsi bali. Jurnal
manajemen, strategi bisnis, dan kewirausahaan vol. 6, 173 no. 2
agustus 2012
Brahmasari, Ida Ayu dan Agus Suprayetno, 2008, Pengaruh Motivasi Kerja,
Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja
Karyawan serta Dampaknya pada PT Pei Hai International Wiratama
Indonesia, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Volume 10 Nomor
2 September 2008.
Edi Sumarno, Ari Pradhanawati, Naili Farida.2013. Pengaruh Kompensasi dan
Motivasi Terhadap Produktivitas Kerja Melalui Kepuasan Kerja
Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus pada Karyawan Bagian
Produksi PT. Estika Pulau Mas Tegal). DIPONEGORO JOURNAL
OF SOCIAL AND POLITIC Tahun 2013, Hal 1-7
Elvira sari, 2009. Pengaruh Kompensasi dan Iklim Organisasi terhadap
Kepuasan Kerja. Bisnis & Birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi dan
Organisasi, Jan—Apr 2009, hlm. 18-24
Fajar Maya Sari. 2013. Pengaruh Kompetensi Dan Lingkungan Kerja Terhadap
Kepuasan Kerja Dan Kinerja Guru Di Sd Negeri Kecamatan Gondang
Mojokerto. DIE, Jurnal Ilmu Ekonomi & Manajemen April 2013,
Vol. 9 No.2. hal. 137 - 153
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan SPSS. Edisi Kedua.
Badan Penerbit Universitas Diponegora. Semarang
Handoko, Hani. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta
Hasibuan, S.P. M.2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara.
Irianto & Dwiastuti. 2005. Analisis pengaruh iklim kerja dan semangat kerja
terhadap kepuasan kerja (Studi kasus Kantor Sekretaris Daerah
Pemerintah Kabupaten Demak). Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol. II tahun
2005
Indriantoro, Nur, dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis.
BPFE. Yogyakarta
Jiwanto, Gunawan. 2012 Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: Pusat Pengembangan Manajemen
Kaihatu, Thomas Stefanus dan Wahju Astjarjo Rini. (2007). Kepemimpinan
Transformasional dan Pengaruhnya Terhadap Kepuasan atas Kualitas
Kehidupan Kerja, Komitmen Organisasi, dan Perilaku Ekstra Peran:
Studi pada Guru-Guru SMU di Kota Surabaya. Artikel ini diakses
pada
tanggal
10
September
2009
di
http://www.petra.ac.id/~puslit/journals
Koesmono, 2005. Manajemen Personalia. Cetakan ke-5. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Mangkuprawira, Tb. Sjafri. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia Stratejik.
Jakarta: Ghalia Indonesia
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2010. Evaluasi Kinerja Sumber
Manusia.Bandung:Rafiak Aditama
Daya
Mathis. James A. F. dan Alfonsus Jackson, 2012, Manajemen Jilid I, Edisi 8,
Erlangga, Jakarta.
Miftah Thoha. 2010, Kepemimpinan dan Manajemen, Devisi Buku Perguruan
Tinggi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Muhamad Agus Rakhman1, Masjaya2, Sugandi.2013. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja pegawai pada dinas perhubungan provinsi
kalimantan timur. eJournal Administrative Reform, 2013, 1 (1): 316-327
Nawawi, Hadari. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press
Nasution, Wendi Amsuri. 2013. Pengaruh Kompensasi Dan Lingkungan Kerja
Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada PT. Karya Deli Stelindo
Medan. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Medan.
Notoatmodjo, Suyadi. 2001. Manajemen Kinerja Karyawan. BPFE Yogyakarta
1
2
Mahasiswa Program Magister Ilmu Administrasi Negara Fisipol Universitas Mulawarman
Dosen Program Magister Ilmu Administrasi Negara Fisipol Universitas Mulawarman
Panggabean, M.S., 2004, Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Kedua.
Bogor: Ghalia Indonesia
Rienly gijoh. 2013. Motivasi, kompetensi dan budaya kerja Pengaruhnya
Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Outsourcing Pada Hotel Sintesa
Peninsula Manado. ISSN 2303-1174. Jurnal EMBA 1963 Vol.1 No.4
Desember 2013, Hal. 1963-1973
Rivai, Veithzal dan Ella Juavani Sagala. 2008. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta
Robbin, Steven. 2011. Organizations : Behavio, structure, Processes, 10th
edition
Setiawan, E. 2005, Metodologi Bisnis, Yayasan Widya Manggala Indonesia :
Semarang.
Sedarmayanti. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia: Reformasi Birokrasi
dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung: Reflika Aditama
Siagian Sondang P., 2008; Kepemimpinan dan Prilaku Administrasi , Jakarta,
Gunung Agung
Sulistiyani, A.T. dan Rosidah. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia
(Konsep, Teori, dan Pengembangan dalam Konteks organisasi
Publik). Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung
Sylvana Andi, 2002. Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja dan
Kepuasan Kerja Anggota Polri Polda Metro Jaya, Jurnal Universitas
Terbuka, Jakarta
Sukirman, 2009, Hubungan Kepuasan Kerja Dengan Disiplin kerja Karyawan
Bagian Produksi PT. Bintratex Semarang ,ISSN : 1979-6889, http:
//eprints. umk. ac. id/ 165/1/ HUBUNGAN_ KEPUASAN _ KERJA.
pdf. Universitas Muria Kudus (UMK), Kudus
Sutrisno, Edy 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia, Prenada Media Group,
Jakarta.
Umam, Khaerul. 2010. Perilaku Organisasi. Bandung : Pustaka Setia
Yoti, Gama. Ari, Pradhanawati. dan Wahyu, Hidayat. 2012. Pengaruh
Kompensasi dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan dengan
Motivasi Sebagai Intervening Variabel Pada Perum Perhutani Unit 1
Jawa Tengah . Jurnal Manajemen dan Bisnis. Volume 9, Nomor 3.
Reliability
Reliability Statis tics
Cronbac h's
A lpha
.635
N of Items
2
Item -Total Statis tics
X2.1
X2.2
Scale
V arianc e if
Item Deleted
.760
.695
Scale Mean if
Item Deleted
3.90
3.95
Corrected
Item-Total
Correlation
.465
.465
Cronbach's
A lpha if Item
Deleted
.a
.a
a. The value is negative due to a negative av erage covariance
among items . This violates reliability model assumptions. You
may w ant to check item codings.
Reliability
Reliability Statis tics
Cronbac h's
A lpha
.797
N of Items
4
Item -Total Statis tics
X3.1
X3.2
X3.3
X3.4
Scale Mean if
Item Deleted
11.28
11.51
11.61
11.44
Scale
Varianc e if
Item Deleted
3.870
2.898
2.699
3.333
Reliability
Reliability Statis tics
Cronbac h's
A lpha
.752
N of Items
4
Correc ted
Item-Total
Correlation
.521
.661
.682
.607
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
.790
.719
.711
.748
Item -Total Statis tics
Y1.1
Y1.2
Y1.3
Y1.4
Scale
Varianc e if
Item Deleted
3.155
2.926
3.042
3.547
Scale Mean if
Item Deleted
12.03
11.97
11.82
11.93
Correc ted
Item-Total
Correlation
.524
.702
.555
.425
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
.708
.609
.691
.757
Reliability
Reliability Statis tics
Cronbac h's
A lpha
.812
N of Items
3
Item -Total Statis tics
Y 2.1
Y 2.2
Y 2.3
Scale Mean if
Item Deleted
8.37
8.08
8.06
Scale
V arianc e if
Item Deleted
1.694
1.681
1.892
Corrected
Item-Total
Correlation
.651
.657
.686
Cronbach's
A lpha if Item
Deleted
.754
.748
.725
Regression
Variables Enter ed/Re movebd
Model
1
Variables
Entered
Karir,
Kompensa
a
si
Variables
Removed
.
Method
Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Motivasi
b
Model Sum m ary
Model
1
R
.767 a
R Square
.588
Adjusted
R Square
.579
Std. Error of
the Estimate
1.479
a. Predictors: (Constant), Karir, Kompensasi
b. Dependent Variable: Motivasi
ANOVAb
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
293.700
205.640
499.340
df
2
94
96
Mean Square
146.850
2.188
F
67.127
Sig.
.000 a
a. Predictors: (Constant), Karir, Kompens asi
b. Dependent Variable: Motivasi
Coe fficientsa
Model
1
(Cons tant)
Kompensasi
Karir
Unstandardiz ed
Coef f icients
B
Std. Error
4.326
1.083
.914
.117
.290
.074
a. Dependent Variable: Motivasi
Standardized
Coef f icients
Beta
.585
.293
t
3.995
7.813
3.915
Sig.
.000
.000
.000
Collinearity Statis
Toleranc e
V
.782
.782
1
1
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Motivasi
1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
Observed Cum Prob
Scatterplot
Dependent Variable: Motivasi
Regression Studentized Residual
4
3
2
1
0
-1
-2
-3
-3
-2
-1
0
Regression Standardized Predicted Value
1
1.0
Regression
Variables Enter ed/Re movebd
Model
1
Variables
Entered
Motiv as i,
Karir,
Kompensa
a
si
Variables
Removed
Method
.
Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Kepuasan
b
Model Sum m ary
Model
1
R
.882 a
R Square
.778
Adjusted
R Square
.770
Std. Error of
the Estimate
.910
a. Predictors: (Constant), Motiv asi, Karir, Kompensasi
b. Dependent Variable: Kepuasan
ANOVAb
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
269.475
77.082
346.557
df
3
93
96
Mean Square
89.825
.829
F
108.375
Sig.
.000 a
a. Predictors: (Constant), Motiv asi, Karir, Kompensasi
b. Dependent Variable: Kepuas an
Coe fficientsa
Model
1
(Cons tant)
Kompensasi
Karir
Motiv asi
Unstandardiz ed
Coef f icients
B
Std. Error
-.097
.721
.495
.092
.274
.049
.269
.063
a. Dependent Variable: Kepuasan
Standardized
Coeff icients
Beta
.381
.333
.323
t
-.134
5.356
5.581
4.239
Sig.
.893
.000
.000
.000
Collinearity Statis
Toleranc e
V
.474
.672
.412
2
1
2
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Kepuasan
1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Scatterplot
Dependent Variable: Kepuasan
Regression Studentized Residual
2
1
0
-1
-2
-3
-2
-1
0
1
Regression Standardized Predicted Value
2
KUESIONER
Nama saya RISTANTO PRASETYO AJI mahasiswa Universitas Dian
Nuswantoro Semarang yang sedang melakukan Skripsi. Pada saat ini kami
sedang melakukan penelitian mengenai PENGARUH KOMPENSASI DAN
PENGEMBANGAN
KARIR
TERHADAP
KEPUASAN
KERJA
KARYAWAN MELALUI MOTIVASI KERJA PADA PT. PISMATEX
TEXTILE INDUSTRY KABUPATEN PEKALONGAN. Kami mengucapkan
terima kasih kepada Bapak/Ibu/Saudara karena telah memberi waktu luangnya
untuk membantu penelitian kami.
Dibawah
ini
adalah
pertanyaan-pertanyaan
mengenai
pendapat
Bapak/Ibu/Saudara. Untuk pertanyaan di bawah ini, berilah tanda (X) pada butir
jawaban yang telah tersedia. Pilihlah jawaban yang paling sesuai menurut Anda.
Pernyataan (Skala 1-5)
Beri tanda (x) bila jawaban saudara sesuai dengan jawaban di bawah ini :
SS = Sangat setuju
TS
= Tidak Setuju.
S = Setuju
STS
= Sangat Tidak Setuju.
N = Netral
Identitas Responden
Nama
:
Jenis Kelamin
: Laki-laki / perempuan
Umur
: .......................Tahun
Status Marital
: Menikah / Belum Menikah
Pendidikan Terakhir :
a. SLTA
b. Diploma
c. S1
Variabel Kompensasi
No
Pernyataan
1.
Kompensasi yang diterima karyawan dalam
bentuk
non-finansial
seperti
STS
TS
N
S
SS
memberikan
penghargaan selama ini sudah memadai
2.
Kompensasi yang diterima karyawan dalam
bentuk finansial seperti memberikan gaji,
upah, bonus dan tunjangan selama ini sudah
memadai
Variabel Pengembangan Karir
No
Pernyataan
1.
Tahapan karir yang ditetapkan perusahaan
selama ini sudah sesuai
2.
Kesempatan promosi jabatan yang diberikan
pada setiap karyawan selama ini sudah
memadai
3.
Penyebaran informasi seputar kesempatan
promosi jabatan selama ini sudah merata
4.
Instansi memberikan umpan balik terhadap
kemajuan karier karyawan
Variabel Motivasi
STS
TS
N
S
SS
No
Pernyataan
1.
Kebutuhan berprestasi adalah kebutuhan akan
penghargaan bagi karyawan berprestasi
Kebutuhan fisik adalah kebutuhan akan
kesehatan yang diberikan
Kebutuhan rasa aman adalah kebutuhan
karyawan atas rasa aman yang dirasakan
karyawan selama ini.
Saya bekerja dengan baik meskipun tanpa
pengawasan
2.
3.
4.
STS
TS
N
S
SS
TS
N
S
SS
Variabel Kepuasan Kerja
No
Pernyataan
1.
Kesukaan dengan pekerjaan
2.
Kepuasan bekerja di perusahaan
3.
Ketepatan pekerjaan bagi karyawan
4.
Kepuasan atas hasil kerja yang dicapai
karyawan
STS
Download