Ringkasan Khotbah Minggu, 29 Januari 2017, oleh Pdt. Julius Anthony MENIKMATI HIDUP DAN BERBAGI KEBAHAGIAAN Pengkotbah 6 : 1 – 12 Waktu yang Tuhan berikan bagi kita adalah selalu yang terbaik. Meskipun waktuwaktu yang sudah kita lewati di tahun-tahun lalu meninggalkan beragam kesan dan pengalaman: baik dan buruk, namun sebagai orang percaya, kita tahu bahwa penyertaan Tuhan dari hari ke hari semakin baik dan semakin baik. Halhal yang terlalu, biarlah berlalu, karena Tuhan selalu memberikan harapan yang baru bagi kita dan di dalam Yesus, kita dapat menanggung segala perkara. Kalau kita pelajari, waktu terdiri dari tiga bagian penting: 1) kemarin, 2) hari ini, dan 3) yang akan datang. Di dalam bahasa Yunani, waktu juga disebutkan dalam tiga kata yang berbeda: 1) kronos, 2) kairos, 3) aionos. Waktu “kronos” adalah waktu di mana Tuhan hadir dalam kehidupan kita sejak lahir sampai dengan hari ini. Perayaan hari ulang tahun, perayaan pernikahan, ada berkat-berkat yang Tuhan limpahkan. Sampai hari ini Tuhan tidak meninggalkan dan kita bisa menikmati waktu dengan sukacita menunjukkan bahwa waktu “kronos” yang Tuhan berikan harus dinikmati dengan sukacita, bukan dengan kesedihan. Masalah memang masih menghampiri hidup kita, tetapi ketika kita percaya dengan iman yang sungguh-sungguh bahwa Tuhan pasti menolong, maka disitulah waktu “kronos” berpihak kepada kita karena ada ketenteraman yang bisa kita rasakan. Waktu “aionos” berasal dari kata “aion” adalah era/konsep baru. Aion berbicara tentang kefanaan (tidak berarti/tidak abadi) menuju pada kemuliaan (abadi). Orang percaya sedang berjalan menuju ke sana. Oleh sebab itu, perhatikanlah jalan hidup kita karena banyak jerat dan jebakan. Amsal berkata, “Ada jalan yang disangka lurus, tetapi ujungnya menuju maut.” (Ams. 16:25). Ambillah keputusan dengan bijaksana, agar tidak salah langkah dan akhirnya merugikan diri sendiri. Allah tidak pernah memisahkan Diri-Nya dari kita, tetapi kitalah yang memisahkan diri dari Allah. Dosa-dosa yang kita perbuat membuat terpisah dari Allah. Mengenai kehidupan di dunia, kitab Pengkotbah berkata bahwa: 1) Ada orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda, dan kemuliaan sehingga tidak kekurangan apa-apa, tetapi tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmati, melainkan orang lain yang menikmatinya (ay. 2). Semua manusia mengejar kebahagiaan, namun seringkali salah mengartikan bahwa kebahagiaan adalah berlimpah dengan harta dan kekayaan. Harta dan kekayaan sebetulnya hanyalah sarana mencapai kebahagiaan. Firman Tuhan berkata, “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Mat. 6:33). Jadi, priotitas yang utama adalah Tuhan. Harta menyusul kemudian ketika kita mengutamakan Dia. 2) Ada orang memiliki banyak keturunan dan mencapai umur panjang, tetapi tidak puas dengan apa yang dimilikinya (ay. 3). Berapa pun banyaknya berkat yang diterima, jika tidak pernah mensyukurinya, maka kita tidak akan pernah puas dengan penyertaan Tuhan. Bahagia itu sederhana dan harus dinikmati bersama orang lain. Kebahagiaan tidak bisa dinikmati sendiri, melainkan harus dibagi. Ketika kebahagiaan dibagi, maka akan bertambah banyak. Kebahagiaan tidak tergantung dengan harta kekayaan dan merupakan tanggung jawab diri sendiri. Jangan bergantung pada kekayaan atau pada orang lain untuk mendapatkan kebahagiaan. Nikmatilah hidup yang sudah Tuhan karuniakan kepada kita. Hati-hati kalau kita tidak pernah puas dengan berkatberkat yang sudah Tuhan berikan, karena sikap hati yang tidak bersyukur dan bersungut-sungut akan menutup pintu berkat-Nya dalam kehidupan kita. Percayalah bahwa ada tangan Tuhan yang tidak kelihatan sedang bekerja dan mempromosikan kita. Amin!