BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi dapat meningkatkan kemakmuran bagi para pemegang saham, sehingga para pemegang saham akan menginvestasikan modalnya kepada perusahaan tersebut (Haruman, 2007). Tujuan perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen keuangan (keputusan investasi, pendanaan, dan kebijakan dividen). Kombinasi optimal dari keputusan manajemen tersebut dapat memaksimumkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan diartikan sebagai harga yang bersedia dibayar calon investor seandainya suatu perusahaan akan dijual. Optimalisasi nilai perusahaan merupakan tujuan perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen keuangan, dimana satu keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan lainnya dan berdampak pada nilai perusahaan (Fama dan French, 1998). Nilai perusahaan pada perusahaan yang go public tercermin dari harga saham yang stabil dalam jangka panjang dan mengalami kenaikan, semakin tinggi harga saham maka nilai perusahaan juga semakin tinggi, begitu pula sebaliknya semakin rendah harga saham suatu perusahaan mencerminkan nilai perusahaan yang rendah. Nilai perusahaan yang tinggi akan menarik minat investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Investor melakukan pembelian saham-saham pada perusahaan yang go public dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dari investasi yang dilakukan. 1 2 Menurut Ajie (2003), seorang investor di pasar modal yang ingin memperoleh keuntungan harus memiliki perencanaan investasi yang efektif. Para investor yang menginvestasikan dananya pasti memiliki ekspektasi untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dengan risiko investasi tertentu. Semakin tinggi tingkat keuntungan yang diharapkan maka semakin tinggi juga tingkat risiko yang dihadapi, sehingga calon investor memerlukan informasi-informasi yang akurat untuk meminimalkan risiko tersebut. Calon investor harus mengetahui keadaan serta prospek perusahaan yang menjual surat berharga, dapat diperoleh dengan mempelajari dan menganalisis informasi yang relevan. Informasi yang relevan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk dapat meminimalkan risiko kerugian dalam bentuk capital loss dan bentuk kerugian lainnya akibat kesalahan penggunaan dana yang ditanamkan. Informasi tersebut berupa informasi keuangan, untuk itu investor yang menanamkan dana di pasar modal harus mampu memanfaatkan semua informasi untuk menganalisa pasar dengan harapan memperoleh keuntungan yang maksimal atau meminimalkan risiko. Pengambilan keputusan investasi dalam saham memerlukan berbagai pertimbangan dan perhitungan, serta analisis yang mendalam untuk menjamin keamanan dana yang diinvestasikan serta besarnya dividen yang diharapkan oleh investor. Dividen adalah pembagian hak atas laba perusahaan kepada pemegang saham atas jumlah lembar mempertimbangkan saham antara yang besarnya dimiliki. laba Perusahaan yang akan harus dapat ditahan untuk mengembangkan perusahaan, maupun menentukan berapa besarnya yang 3 dibagikan dalam bentuk dividen (Nurmala, 2006). Berbagai pertimbangan tersebut, tiap perusahaan akan menentukan kebijakan dividen yang berbeda-beda, hal ini disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Kebijakan dividen sangat penting karena mempengaruhi kesempatan investasi perusahaan, harga saham, struktur finansial, arus pendanaan dan posisi likuiditas, dengan kata lain akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Secara fundamental nilai perusahaan juga dipengaruhi oleh kinerja keuangan. Besarnya kinerja keuangan dari suatu perusahaan dapat diketahui dengan melakukan suatu analisis terhadap laporan keuangan perusahaan yang meliputi rasio keuangan. Rasio tersebut dapat memberikan indikasi apakah suatu perusahaan memiliki kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban finansialnya, besarnya piutang yang cukup rasional, efisiensi manajemen persediaan, perencanaan pengeluaran investasi yang baik, dan struktur modal yang sehat sehingga tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat tercapai (Sartono, 2001). Resmi (2002) menyatakan bahwa salah satu faktor penting yang mempengaruhi pengharapan investor adalah kinerja keuangan dari tahun ke tahun. Kinerja keuangan perusahaan dapat menjadi petunjuk arah naik turunnya harga saham suatu perusahaan yang dapat berpengaruh pula pada nilai perusahaan. Kinerja keuangan dapat dianalisis melalui perhitungan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Pemilihan aspek-aspek yang akan dinilai dikaitkan dengan tujuan dan harapan yang ingin dicapai. Rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan antara lain adalah rasio likuiditas, leverage, dan, profitabilitas. 4 Likuiditas perusahaan merupakan kemampuan finansial dari suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial pada saat ditagih (Hanafi dan Halim, 2008). Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid. Bagi perusahaan, tingkat likuiditas merupakan masalah penting karena mewakili kepentingan perusahaan dalam berhubungan dengan pihak intern maupun ekstern perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, maka digunakan rasio likuiditas yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar. Secara umum semakin tinggi tingkat likuiditas, kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya akan semakin baik, hal ini mampu meningkatkan kredibilitas perusahaan dimata kreditur dan di mata investor itu sendiri (Hanafi dan Halim, 2008). Likuiditas perusahaan yang tinggi akan mendorong perusahaan memiliki kesempatan untuk meningkatkan nilai perusahaan karena dapat digunakan sebagai salah satu alternatif sumber investasi yang akan berdampak pada penciptaan nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang dinilai baik dimata investor menyebabkan permintaan akan saham perusahaan meningkat dan selanjutnya akan meningkatkan harga saham perusahaan tersebut. Meningkatnya harga saham perusahaan akan menyebabkan peningkatan pada nilai perusahaan. Leverage menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar. Tong & Green (2004) menemukan adanya korelasi antara tingkat leverage di masa kini dengan pembagian dividen di masa lalu. Semakin kecil rasio ini semakin baik, sebaliknya semakin besar 5 leverage menandakan struktur permodalan perusahaan lebih banyak memanfaatkan hutang. Risiko yang tinggi akibat membesarnya hutang cenderung menurunkan nilai perusahaan, tetapi meningkatnya tingkat pengembalian karena penggunaan dana yang tepat akan menaikkan nilai perusahaan tersebut. Penganut pendekatan tradisional berpendapat bahwa dalam pasar modal yang sempurna dan tidak ada pajak, nilai perusahaan bisa diubah dengan cara mengubah struktur modalnya, dengan penggunaan hutang nilai perusahaan mula-mula akan meningkat dan akan menurun jika penggunaan hutang semakin besar (Husnan dan Pudjiastuti, 2006). Penambahan jumlah hutang akan menurunkan tingkat kepercayaan investor sehingga akan berakibat pada menurunnya nilai perusahaan. Hal ini juga akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang diterima karena kewajiban untuk membayar hutang lebih diutamakan daripada pembagian dividen (Marlina dan Danica, 2009). Profitabilitas dapat mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba, baik dalam hubungannya dengan penjualan, assets maupun modal sendiri. Husnan dan Pudjiastuti, (2006) menyatakan bahwa keberhasilan kinerja keuangan suatu perusahaan salah satunya dapat diukur dari profitabilitasnya sehingga dalam penelitian ini digunakan profitabilitas yang merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih dari modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Menurut Resmi (2002), investor atau calon investor akan tertarik dengan ukuran profitabilitas ini karena merupakan bagian dari total keuntungan yang dialokasikan kepada pemegang saham. 6 Perusahaan besar yang sudah mapan dan mempunyai catatan profitabilitas yang baik dan laba yang stabil, akan mempunyai peluang yang lebih besar untuk masuk ke pasar modal dan bentuk-bentuk pembiayaan eksternal lainnya dibandingkan dengan perusahaan kecil yang baru. Perusahaan tersebut cenderung mempunyai tingkat pembayaran dividen yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan kecil dan baru, karena perusahaan kecil dan baru membiayai investasinya dengan dana intern. Bila perusahaan menerbitkan saham baru, maka pemilik saham lama akan mempunyai proporsi kepemilikan yang semakin kecil, akibatnya kendali terhadap perusahaan oleh pemilik saham lama akan berkurang, dan untuk mempertahankan kendali perusahaan maka pembiayaan terhadap investasi dilakukan dengan dana intern sehingga dividen yang dibayarkan kecil. Kebijakan dividen perusahaan tercermin dalam rasio pembayaran dividen, di mana kebijakan dividen merupakan tingkat pengembalian investasi pada sisi investor. Menurut Marlina dan Danica (2009), para pemegang saham umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil karena hal tersebut akan mengurangi ketidakpastian akan hasil yang diharapkan dari investasi yang mereka lakukan dan juga dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap perusahaan sehingga nilai saham juga dapat meningkat. Pertimbangan mengenai kebijakan dividen ini sangat berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan. Penelitian Ghosh and Ghosh (2008) yang menguji pengaruh kebijakan dividen, leverage dan profitabilitas masa lalu terhadap peningkatan nilai perusahaan di masa depan di Indian Stock Market menunjukkan bahwa profitabilitas dan leverage berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, namun kebijakan 7 dividen berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian Amidu dan Abor (2006) terhadap perusahaan di Ghana menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara kebijakan dividen, profitabilitas, cash flow dan tax. Hasil penelitian Hairani (2001) juga menunjukkan bahwa pembagian dividen dipengaruhi oleh leverage dan profitabilitas, Suherli dan Harahap (2004) menunjukkan likuiditas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen, demikian pula penelitian Sumariyati (2008), diperoleh hasil bahwa likuiditas dan leverage berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Perusahaan yang mampu membagikan dividen selalu mengkomunikasikan bahwa perusahaannya memiliki prospek ke depan yang cerah dan tidak memiliki masalah keuangan. Perusahaan yang kurang prospektif dan menghadapi masalah keuangan tentu akan kesulitan untuk membayarkan dividen. Hal ini dapat memberikan tanda pada pasar bahwa perusahaan tersebut memiliki prospek ke depan yang cerah dan mampu mempertahankan tingkat kebijakan dividen. Menurut Miller dan Modigliani (1961) dalam Talla (2003), kebijakan dividen tetap menjadi isu kontroversial. Lintner (1956) dalam Talla (2003), menyatakan bahwa pembagian dividen bergantung pada penghasilan perusahaan saat ini, perubahan laba merupakan penentu kebijakan dividen perusahaan. Brealey dan Myers, (2000) berpendapat bahwa peningkatan dividen adalah sinyal kepada investor bahwa manajemen perusahaan memprediksi laba yang lebih baik di masa depan. Penurunan pembagian dividen merupakan sinyal dari pendapatan yang menurun di masa depan, penurunan ini di mata investor dapat di nilai sebagai penurunan terhadap nilai perusahaan. Hal ini sesuai dengan penelitian Taswan 8 (2003) yang menyatakan bahwa kebijakan dividen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, sebaliknya bertentangan dengan penelitian Werner (2008) menemukan bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Kinerja keuangan yang baik membuat perusahaan mampu menetapkan besarnya pembayaran dividen sesuai dengan harapan pemegang saham dan tentu saja tanpa mengabaikan kepentingan perusahaan untuk tetap sehat dan tumbuh. Menurut teori bird in the hand yang dikemukakan oleh Gordon dan Lintner, investor lebih merasa nyaman untuk memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen daripada menunggu capital gain. Sebagian besar investor beranggapan, apabila menginvestasikan kelebihan dana yang dimiliki pada perusahaan yang menjanjikan pembayaran dividen yang besar, maka akan memperoleh tingkat keuntungan yang besar pula (Sartono, 2001). Saat perusahaan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham sering kali terjadi konflik kepentingan antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan. Pada prakteknya manajemen akan berusaha menahan laba yang diperoleh untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan dan di satu sisi para pemegang saham menginginkan pembagian dividen yang tinggi. Kebijakan dividen yang diambil diharapkan dapat memenuhi keinginan dari para investor dan sekaligus tidak menghambat pertumbuhan perusahaan. Penelitian Munte (2009) dan Ferawati (2010), menunjukkan bahwa secara parsial return on equity berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan saham, berbeda dengan penelitian Natarsah (2000) menunjukkan bahwa secara 9 parsial return on equity berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham. Penelitian Munte (2009), Ulupui (2005), dan Prihantini (2009) menunjukkan bahwa current ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham, sedangkan Auliah dan Hamzah (2006), Hermendiastoro (2005), dan Subalno (2009) menunjukkan bahwa current ratio berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian Natarsah (2000), Ulupui (2005), Ratnasari (2003) serta Prihantini (2009) menunjukkan debt to equity ratio berpengaruh signifikan terhadap return saham, sebaliknya hasil penelitian Triayuningsih (2003) dan Hermendiastoro (2005), Subalno (2009) menunjukkan debt to equity ratio berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham. Hasil-hasil dari penelitian tersebut menunjukkan masih adanya ketidakkonsistenan mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. Diduga ada faktor lain yang menyebabkan ketidakkonsistenan tersebut. Salah satu faktor tersebut adalah kontroversi perusahaan mengenai kebijakan dividen. Penelitian Amihud dan Li (2002) mengenai kandungan informasi yang ada dalam kebijakan pembayaran dividen, diperoleh kesimpulan bahwa terjadi fenomena disappering dividend yang menunjukkan penurunan kandungan informasi yang ada dalam kebijakan pembayaran dividen. Hal ini berdampak pada saat pengumuman dividen, informasi yang ada dalam pembayaran dividen telah tercermin dari harga saham yang ada di pasar. Perusahaan umumnya menolak untuk mengurangi pembayaran dividen, dan menganut kebijakan konservatif dengan pembayaran dividen yang stabil. 10 Adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian tersebut, maka digunakanlah kebijakan dividen sebagai variabel interverning. Kebijakan dividen digunakan sebagai variabel interverning karena pembagian dividen masih menjadi kontroversi pihak perusahaan apakah akan dibagikan dalam bentuk dividen atau ditahan dalam bentuk laba ditahan. Menurut Hatta (2002), kebijakan dividen sering dianggap sebagai signal bagi investor dalam menilai baik buruknya perusahaan, hal ini disebabkan karena kebijakan deviden dapat membawa pengaruh terhadap harga saham perusahaan, dengan demikian seberapa besar porsi laba yang akan dibagikan dalam bentuk deviden dan seberapa besar porsi laba yang akan ditahan untuk diinvestasikan kembali, merupakan masalah yang cukup serius bagi pihak manajemen. Perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang baik, tanpa didukung pembayaran dividen yang tinggi belum tentu akan direspon positif oleh investor. Menurut Desmukh (2005) para manajer memotong dividen ketika sedang menghadapi kesulitan keuangan untuk menghindari kemungkinan tidak membayar di masa datang. Para manajer lebih menyukai mengurangi dividen dibandingkan dengan pemutusan pembagian dividen, perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan akan membagi dividen yang lebih rendah untuk menjaga kebijakan dividen tetap stabil. Menurut Emilia (2003), investor menggunakan informasi tentang pengumuman dividen untuk melakukan analisis dalam menilai prospek perusahaan yang bersangkutan. Terdapat dua alat untuk mengirimkan informasi kepada publik mengenai prospek masa depan perusahaan yaitu gambaran earnings dan dividend. Informasi yang relevan ini dapat mempengaruhi harga 11 saham, harga saham yang meningkat maka return yang diterima investor pun meningkat. Dalam teori dividend signaling, pengumuman perubahan pembayaran dividen mempunyai kandungan informasi penting yang dapat mempengaruhi tingkat keuntungan yang diharapkan (Emilia, 2003). Perusahaan manufaktur memberikan sumbangan yang besar dalam perekonomian Indonesia, hal ini berarti perusahaan manufaktur merupakan leading industry bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Perusahaan akan selalu membutuhkan dana yang cukup besar untuk memenuhi target produksi mereka. Hal ini dimulai dengan menjual produknya dengan proses produksi yang tidak terputus dari pembelian bahan baku dilanjutkan dengan proses pengolahan bahan baku serta menjadi produk yang siap dijual dilakukan sendiri oleh perusahaan tersebut, sehingga sumber dana yang ada akan terikat lama pada berbagai aktiva. Perusahaan manufaktur lebih membutuhkan sumber dana jangka panjang untuk membiayai operasi perusahaan mereka salah satunya dengan penerbitan saham yang tentunya berhubungan dengan pembagian deviden. Perusahaan yang memperoleh laba tinggi belum tentu bersedia membagikan dividen dalam jumlah besar, bahkan perusahaan yang tidak memperoleh laba yang terlalu tinggi bersedia membagikan sebagian keuntungannya dalam bentuk dividen. Bila perusahaan lebih memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka hal tersebut akan mengurangi porsi laba yang ditahan dan mengurangi sumber dana intern, namun tentu saja akan meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham. Kestabilan harga saham serta informasi keuangan maupun non keuangan yang akurat juga dapat mempengaruhi ekspektasi investor mengenai dividen yang dibagikan. 12 Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, dan konflik kepentingan antara perusahaan dengan investor mengenai kebijakan dividen, maka akan diteliti pengaruh variabel-variabel likuiditas, leverage, profitabilitas dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Apakah likuiditas berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan ? 2. Apakah leverage berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan ? 3. Apakah profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan ? 4. Apakah likuiditas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen ? 5. Apakah leverage berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen ? 6. Apakah profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen ? 7. Apakah kebijakan dividen berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui signifikansi pengaruh likuiditas terhadap nilai perusahaan 2. Untuk mengetahui signifikansi pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan. 13 3. Untuk mengetahui signifikansi pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan. 4. Untuk mengetahui signifikansi pengaruh likuiditas terhadap kebijakan dividen 5. Untuk mengetahui signifikansi pengaruh leverage terhadap kebijakan dividen 6. Untuk mengetahui signifikansi pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan dividen. 7. Untuk mengetahui signifikansi pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Kegunaan teoretis Penelitian ini dapat memberikan gambaran, pemahaman dan wawasan tentang beberapa konsep mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan serta pemahaman tentang kebijakan dividen sebagai variabel interverning yang mampu memperkuat hubungan antara kinerja keuangan dengan nilai perusahaan. 2. Kegunaan praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi tambahan dan bahan pertimbangan bagi para investor maupun manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan-keputusan keuangan dan kebijakan-kebijakan fungsi perusahaan memaksimalkan nilai perusahaan. lainnya, untuk dapat