Analisis Efisiensi Pasar Valuta Asing: Studi Empiris pada Pasar Valuta Asing Indonesia Periode 2000-2012 Dwi Khairani Departemen Ilmu Ekonomi, Universitas Indonesia [email protected] Abstrak Penelitian ini berusaha meneliti efisiensi pasar valuta asing Indonesia setelah mereformasi rezim nilai tukarnya menjadi nilai tukar mengambang. Data nilai tukar yang digunakan untuk makalah ini adalah nilai tukar rupiah (Rp) terhadap dolar Amerika Serikat (USD), rupiah terhadap yen Jepang (JPY), dan rupiah terhadap won Korea Selatan (KRW) sejak Januari 2000 sampai dengan November 2012, dimana Indonesia pada 14 Agustus 1997 merubah rezim nilai tukarnya yang semula berupa rezim managed floating regime menjadi free floating regime. Penelitian ini menguji efisiensi pasar valuta asing bentuk lemah (weak form), dengan menggunakan Unit Root Test, dan regresi dengan pendekatan Efficient Market Hypothesis. Selain itu, penelitian ini juga mencoba menguji dengan menggunakan pendekatan paritas suku bunga baik terbuka maupun tertutup. Hasil yang di dapat bahwa pasar valuta asing Indonesia telah efisien bentuk lemah. Namun, jika ditinjau dengan pendekatan paritas suku bunga, pasar valuta asing Indonesia belum efisien. Abstract This study sought to assess the efficiency of Indonesia's foreign exchange market after the reform of its exchange rate regime to a floating exchange rate. Data exchange rates used for this paper is the rupiah (IDR) against the U.S. dollar (USD), the rupiah against the Japanese yen (JPY), and the rupiah against the South Korean won (KRW) from January 2000 to November 2012, where Indonesia on August 14, 1997 to change its exchange rate regime which was originally a regime of managed floating regime became free floating regime. This study examined the efficiency of the foreign exchange market is weak form (weak form), by using the Unit Root Test, and regression to the Efficient Market Hypothesis approach. In addition, this study also attempted to examine the use of interest rate parity approach either open or closed. The result shows that the Indonesian foreign exchange market has been weak form efficient. However, if the review with interest rate parity approach, Indonesia's foreign exchange market has not been efficient. Keywords: Foreign Exchange Market, Exchange Rate, Efficient Market Hypothesis, Covered Interest Rate Parity, Uncovered Interest Rate Parity Analisis Efisiensi ..., Dwi Khairani, FE UI, 2013 Latar Belakang Sejak pertengahan tahun 1997, pergerakan nilai tukar rupiah terus berfluktuasi. Hal tersebut sangat terkait dengan krisis di Asia pada tahun 1997-1998, dimana karena krisis yang terjadi, pemerintah menghapus rentang intervensi yang semula dilakukan untuk menjaga nilai tukar rupiah agar tetap stabil. Pada tanggal 14 Agustus 1997, Indonesia resmi merubah rezim nilai tukarnya, yang semula berupa manage floating regime, menjadi free floating.1 Saat ini ketertarikan dari peneliti, pedagang mata uang, dan politisi mengenai apakah nilai tukar sebuah mata uang ditentukan secara efisien di pasar valuta asing kian meningkat. Konsep mengenai efisiensi pasar dipelopori oleh Fama pada tahun 1965, dimana Fama mendeskripsikan bahwa pasar yang efisien adalah pasar yang memiliki banyak pelaku yang berusaha memaksimalkan profitnya dan berinteraksi di dalam pasar menggunakan semua data yang tersedia dan relevan. Pada pasar yang efisien, harga yang terbentuk harus mencerminkan semua informasi yang tersedia dan relevan, sehingga tidak ada kesempatan untuk menciptakan profit yang tidak wajar karena semua kesempatan untuk meraih keuntungan lebih sudah tereksploitasi. Selain itu, jika pasar sudah efisien, nilai tukar forward akan menjadi prediktor yang baik untuk menentukan nilai tukar di masa mendatang, sehingga kesempatan untuk mendapat keuntungan berlebih akan hilang. Untuk kasus Indonesia pada periode krisis tahun 1997-1998, kecenderungan pergerakan rupiah yang berlebihan dengan tingkat volatilitas yang tinggi dapat membahayakan stabilitas perekonomian dan menghambat proses para pelaku ekonomi untuk membuat perencanaan usaha untuk masa mendatang. Setelah Bank Indonesia merubah rezim nilai tukar Indonesia, tingkat volatilitas nilai tukar rupiah berangsur-angsur berkurang pada periode setelah krisis. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dibutuhkan penelitian mengenai kondisi pasar valuta asing di Indonesia pada periode setelah krisis, apakah sudah berjalan secara efisien atau belum. Jika pasar belum efisien, menandakan masih ada sebagian pihak (spekulan) yang dapat meramalkan pergerakan nilai tukar untuk mendapat keuntungan, maka spekulasi nilai mata uang dapat menyebabkan pergerakan nilai tukar yang berlebihan dan hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu masih mungkin terjadi. Namun, jika pasar sudah efisien, dimana nilai tukar 1 http://www.bi.go.id/ Analisis Efisiensi ..., Dwi Khairani, FE UI, 2013 yang terbentuk telah mencerminkan semua informasi yang ada dan tidak ada yang bisa meramalkan nilai tukar, kemungkinan spekulasi nilai tukar dapat ditekan. B. Landasan Teori Pasar valuta asing yang efisien adalah jika harga mata uang yang terbentuk di pasar tersebut mencerminkan semua informasi yang relevan. Semakin cepat informasi baru tercermin pada harga mata uang di pasar tersebut semakin efisien pasar yang bersangkutan. Jika pasar sudah efisien, maka para pelaku pasar akan sulit untuk mendapatkan keuntungan di atas tingkat keseimbngan keuntungan. Menurut Fama (1970) pasar yang efisien adalah jika seluruh informasi yang tersedia tercermin dari nilai tukar saat ini dan peramalan juga tidak dapat dilakukan jika pasar valuta asing efisien. Hipotesa pasar efisien juga diterapkan pada spot dan forward pada pasar valuta asing. Terdapat tiga jenis bentuk pasar efisien, yaitu: 1. Weak form market efficiency (pasar efisien bentuk lemah), 2. Semi-strong form market efficiency (pasar efisien bentuk semi-kuat), dan 3. Strongly efficient market (pasar efisien bentuk kuat). 1. Weak form market efficiency Disebut efisien bentuk lemah jika nilai tukar yang terjadi saat ini (current spot exchange rate) menunjukkan informasi nilai tukar yang terjadi di masa lalu. Jika hal tersebut terjadi, maka tidak ada pelaku pasar yang bisa mendapat keuntungan di atas normal. Nilai tukar yang bergerak secara acak di sekitar tingkat keseimbangan yang diharapkan disebut random-walk hypothesis. 2. Semi-strong form market efficiency Pada bentuk pasar efisien semi-kuat, nilai tukar spot di masa mendatang tidak hanya mencerminkan nilai tukar di masa lalu, melainkan juga dipengaruhi oleh informasi yang dipublikasikan. Informasi yang dipublikasikan berkaitan dengan pasar valuta asing antara lain adalah pendapatan riil, penawaran uang, tingkat suku bunga, indeks harga dua negara yang digunakan untuk melihat keseimbangan nilai tukar. 3. Strongly efficient market Pada pasar efisien bentuk kuat, nilai tukar yang terbentuk tidak hanya dipengaruhi oleh informasi yang dipublikasikan melainkan dipengaruhi oleh Analisis Efisiensi ..., Dwi Khairani, FE UI, 2013 semua informasi yang ada. Hal tersebut membuat pasar valuta asing bentuk ini sangat kompleks dan sangat sulit untuk diuji. Strong Form Semi-Strong Weak Form Gambar 1. Ilustrasi Efficient Market Hypothesis Efisiensi pasar bentuk lemah mencakup jumlah informasi paling sedikit diantara ketiga bentuk efisiensi pasar. Sedangkan efisiensi pasar bentuk kuat mencakup semua informasi yang ada dan relevan. Setiap tingkatan bentuk efisiensi pasar yang lebih tinggi mencakup informasi yang terdapat pada bentuk efisiensi pasar sebelumnya, seperti yang digambarkan pada Gambar 2.4. dimana pada bentuk efisiensi pasar semistrong juga mencakup informasi yang terkandung pada bentuk weak dan untuk bentuk strong mencakup semua informasi pada bentuk semi-strong dan weak. Paritas suku bunga merupakan teori yang menjelaskan bagaimana sebuah nilai tukar mata uang ditentukan dan mengapa nilai tukar berfluktuasi. Paritas suku bunga merujuk pada sebuah kondisi dimana terjadi persamaan tingkat pengembalian antara aset yang sebanding di dua negara yang berbeda dan dengan demikian tidak ada lagi keuntungan dari arbitrase kapital. Jika proses arbitrase terjadi terus-menerus, lamakelamaan keuntungan yang didapat dari kegiatan arbitrase suku bunga akan berkurang sampai akhirnya tidak ada keuntungan lagi yang bisa didapat. Jika keuntungannya sudah tidak ada, maka valuta asing tersebut dikatakan telah berada pada kondisi paritas suku bunga. Cara sederhana, untuk memahami kondisi paritas suku bunga adalah dengan membayangkan bagaimana seorang investor dapat menyimpan modalnya di lokasilokasi yang berbeda. Hubungan antara kurs dan suku bunga merupakan dasar dari Analisis Efisiensi ..., Dwi Khairani, FE UI, 2013 kondisi paritas suku bunga. Sebagai contoh, misalkan mata uang domestik adalah rupiah dan mata uang asing adalah dolar. Dengan mengasumsikan adanya pasar valuta asing forward, investor dapat menginvestasikan uangnya di dalam negeri dan di luar negeri. Jika id merupakan tingkat suku bunga domestik dan ia adalah tingkat suku bunga di luar negeri, dan s merupakan nilai tukar spot mata uang domestik terhadap mata uang asing dan f merupakan nilai tukar forward-nya, seorang investor yang ingin menginvestasikan uangnya di pasar uang dapat menghadapi dua macam skenario, seperti berikut: 1. Berinvestasi pada mata uang domestik dengan keuntungan yang akan didapat sebesar (1 + id) dari jumlah rupiah yang diinvestasikan. 2. Melakukan konversi rupiah dengan nilai tukar s dan keuntungan yang akan didapat sebesar (1 + ia) di luar negeri, kemudian melakukan konversi kembali ke rupiah dengan kurs forward f yang ditentukan pada waktu t untuk perdagangan yang dilakukan pada waktu t+1. Kedua skenario tersebut baru dapat dilihat hasilnya setelah paling tidak satu periode terlewati. Agar hasil dari kedua scenario dapat dibandingkan maka hasilnya akan dibuat ke dalam mata uang domestik. Karena tidak ada pihak yang bisa memastikan nilai kurs spot di masa mendatang, dibuatlah kurs forward untuk mengatasi ketidakpastian tersebut. Investor dapat menggunakan kontrak forward untuk mengatasi masalah ketidakpastian nilai spot untuk skenario yang kedua. Sehingga: ( 1 + id ) versus ( 1 + ia ) x !!,!!! !! Apabila tingkat pengembalian pada persamaan disebelah kiri, tingkat pengembalian jika berinvestasi di dalam negeri, lebih besar dari pada persamaan di sebelah kanan, tingkat pengembalian investasi di luar negeri, maka investor akan melakukan investasi di dalam negeri. Jika terjadi kebalikannya, maka investor akan melakukan investasi di luar negeri. Dengan kapital yang terus bergerak mencari keuntungan yang terbesar, lama-kelamaan tingkat pengembalian antara dalam dan luar negeri akan sama, !! − !! !!,!!! − !! = 1 + !! !! Kondisi pada persamaan diatas merupakan kondisi paritas suku bunga tertutup (covered interest rate parity), mengacu pada fakta bahwa investor “terlindungi” dari ketidakpastian nominal nilai tukar dengan adanya pasar forward. Analisis Efisiensi ..., Dwi Khairani, FE UI, 2013 Jika kurs forward sama dengan nilai kurs spot di masa mendatang maka !!,!!! = !!!! ,maka: !! − !! !!!! − !! = 1 + !! !! Kondisi pada seperti diatas merupakan kondisi paritas suku bunga terbuka (uncovered interest rate parity). Kondisi seperti ini tercipta ketika investor tidak memerlukan kompensasi dari ketidakpastian yang terkait dengan perdagangan mata uang di masa mendatang. Berdasarkan persamaan-persamaan diatas, kondisi paritas suku bunga terjadi jika selisih suku bunga antara deposito yang dinyatakan dalam berbagai macam mata uang sama dengan selisih nilai tukar mata uang mata uang yang bersangkutan. Jika kondisi paritas suku bunga terjadi maka kurs forward akan sama dengan kurs spot di masa mendatang, yang dengan kata lain bahwa pasar valuta asing telah efisien. Terdapat beberapa studi yang telah dilakukan sebelumnya untuk mengetahui efisiensi pasar valuta asing dengan metode Efficient Market Hypothesis (EMH), Uncovered Interest Rate Parity (UIRP), dan Covered Interest Rate Parity (CIRP) sperti yang terangkum pada tabel dibawah ini No. 1. Penulis Perumusan Metodologi Masalah Penelitian Hasil Penelitian Rapp dan Sharma Meneliti efisiensi Digunakan metode Hanya pasangan (1999) pasar valuta asing cointegration testing mata uang negara untuk mata uang dan common feature Italia dan Britania negara-negara testing dengan data Raya yang pasar anggota G-7 nilai tukar spot dan valuta asingnya (Kanada, forward harian dari tidak efisien. Perancis, Jerman, negara-negara Italia, Jepang, anggota G-7 periode Amerika Serikat 1973-1996. dan Britania Raya). 2. Wickremasinghe Penelitian ini Untuk bentuk lemah Hasil dari (2004) menguji efisiensi digunakan uji unit penelitian ini pasar valuta asing root dan untuk bahwa nilai tukar Analisis Efisiensi ..., Dwi Khairani, FE UI, 2013 bentuk lemah bentuk semi-kuat mata uang Sri (weak form) dan digunakan Granger Lanka terhadap 6 semi-kuat (semi- Casuality Test mata uang negara strong form) pada dengan data nilai rekannya pasar valuta asing tukar bulanan mata merupakan pasar Sri Lanka. uang Sri Lanka valuta asing yang terhadap 6 mata uang efisien dalam negara yang bentuk lemah. memiliki hubungan Namun, pasar bilateral dengan Sri valuta asing Sri Lanka, yaitu mata Lanka belum uang Jepang, efisien pada Britania Raya, bentuk semi-kuat. Amerika Serikat, Perancis, India, dan Jerman. 3. Wickremasinghe Penelitian ini Untuk bentuk lemah Hasil dari (2004) membahas digunakan uji unit penelitian ini validitas hipotesis root dan untuk bahwa nilai tukar pasar yang efisien bentuk semi-kuat mata uang Papua pada pasar valuta digunakan Granger Nugini terhadap 4 asing Papua Casuality Test mata uang asing Nugini pada dengan data nilai merupakan pasar bentuk lemah dan tukar spot mata uang valuta asing yang semi-kuat. Papua Nugini efisien dalam terhadap 4 mata uang bentuk lemah. asing, yakni Namun, pasar Australia, Britania valuta asing Raya, Jepang, dan Papua Nugini Amerika Serikat. belum efisien pada bentuk semi-kuat. 4. Wong dan Ahmad Untuk menguji Metode yang Secara umum (2011) efisiensi pasar digunakan pada pasar valuta asing valuta asing penelitian ini adalah negara-negara negara-negara bivariate Asia Pasifik Analisis Efisiensi ..., Dwi Khairani, FE UI, 2013 Asia Pasifik cointegration method merupakan pasar pasca krisis dan multivariate valuta asing yang finansial Asia method. efisien ketika 1997. diuji dengan bivariate cointegration test. Namun, ketika diuji dengan multivariate method, pasar valuta asing menunjukkan inefisiensi. 5. Alper, Ardic, dan Meninjau Metode yang Literatur tentang Fendoglu (2007) literature terkait dilakukan adalah pasar negara mengenai melakukan regresi berkembang pengujian pada perbedaan menunjukkan efisiensi pasar paritas suku bunga bahwa negara- valuta asing pada negara-negara negara tersebut dengan ekonomi maju dan layak menggunakan negara-negara mendapatkan paritas suku berkembang. perlakuan khusus bunga terbuka dengan pada ekonomi memperhitungkan maju. adanya tambahan jenis premi risiko, masa-masa inflasi yang tinggi, penularan keuangan, dan masalah simultanitas. 6. Olmo dan Menunjukkan Digunakan uji Metodologi Pilbeam (2011) bahwa profitabilitas berbasis alternative pendekatan paritas suku bunga berbasis paritas tradisional terbuka dengan 4 suku bunga Analisis Efisiensi ..., Dwi Khairani, FE UI, 2013 pengujian paritas strategi untuk terbuka suku bunga menghilangkan diperlukan untuk terbuka dapat kemungkinan menguji efisiensi menghasilkan kesalahan yang pasar valuta hasil yang salah. terjadi pada asing. pendekatan tradisional paritas suku bunga terbuka. Digunakan data tingkat suku bunga, kurs spot, dan forward dari euro, poundsterling, dolar Amerika Serikat, mark Jerman, yen, dan franc Swiss. . Metodologi a) Efficient Market Hypothesis Model yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. St+1 = β0 + β1St + β2RPt + ε t (1) dimana: St+1 : nilai tukar pada satu periode kemudian β0 : intercept β1 : koefisien parameter nilai tukar saat ini St : nilai tukar saat ini β2 : RPt : premi εt : error koefisien parameter premi resiko resiko saat ini Model tersebut bermakna bahwa nilai tukar yang terjadi telah menyerap informasi dari nilai tukar pada periode sebelumnya. Model tersebut berasal dari E[St+1|It] = St . Forward rate nilainya dapat berada diatas atau dibawah nilai spot rate di masa mendatang. Hal tersebut bukan berarti karena pasar valuta asing tidak efisien Analisis Efisiensi ..., Dwi Khairani, FE UI, 2013 melainkan karena adanya premi resiko yang positif maupun negatif. Maka modifikasi persamaan dengan menggunakan premi resiko menjadi persamaan 1. Model tersebut diregresi menggunakan metode OLS untuk mendapatkan hasilnya yaitu efisiensi pasar valuta asing Indonesia. Jika β1 = 1, maka pasar valuta asing tersebut efisien, yang artinya nilai tukar pada satu periode mendatang hanya dipengaruhi oleh nilai tukar pada periode sebelumnya. Untuk unit root test dilakukan dengan uji ADF, PP, dan KPSS. b) Paritas Suku Bunga Terbuka Metode selanjutnya yang digunakan adalah menguji efisiensi pasar valuta asing dengan menggunakan paritas suku bunga terbuka. Untuk pengujian efisiensi pasar valuta asing dengan paritas suku bunga terbuka digunakan model regresi linear sebagai berikut. (St+1 - St) = β0 + β1 (id – ia)t + ε t (2) Dimana: (St+1 - St) : selisih kurs spot pada saat t+1 dengan kurs spot pada saat t β0 : intercept β1 : parameter selisih suku bunga deposito domestik dan luar negeri pada saat t id – ia : selisih suku bunga deposito domestik dan luar negeri εt : error Model regresi tersebut bermakna perubahan yang terjadi pada nilai tukar akan memicu pergerakan dari tingkat suku bunga dengan arah yang berbeda sebagai kompensasi untuk investor atas investasi yang dipilihnya. Jika βo = 0 dan β1 = 1, maka pasar valuta asing tersebut efisien, yang artinya selisih nilai tukar pada satu dengan periode mendatang sama dengan selisih tingkat suku bunga domestik dan luar negeri sehingga tidak ada keuntungan berlebih yang bisa didapat (tidak ada arbitrase lagi). Hipotesisnya sebagai berikut. Analisis Efisiensi ..., Dwi Khairani, FE UI, 2013 c) Paritas Suku Bunga Tertutup Metode selanjutnya yang digunakan adalah menguji efisiensi pasar valuta asing dengan menggunakan paritas suku bunga tertutup. Untuk pengujian efisiensi pasar valuta asing dengan paritas suku bunga tertutup digunakan model regresi sebagai berikut. (Ft - St) = β0 + β1 (id – ia)t + ε t (3) Dimana: (Ft - St) : selisih kurs forward pada saat t dengan kurs spot pada saat t β0 : intercept β1 : parameter selisih suku bunga deposito domestik dan luar negeri pada saat t id – ia εt : selisih suku bunga deposito domestik dan luar negeri : error Model tersebut bermakna tingkat suku bunga dalam dan luar negeri mempengaruhi pembentukan nilai kurs forward. Jika tingkat suku bunga domestik lebih tinggi dari tingkat suku bunga di luar negeri, seharusnya selisih tingkat suku bunga tersebut terkompensasi dari kurs forward yang positif (forward premium) begitu pula sebaliknya. Khusus metode ini, data yang digunakan merupakan data nilai kurs forward rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dari tahun 2005 sampai 2012 karena terbatasnya ketersediaan data. Analisi dan Pembahasan a) Random Walk Hypothesis Menurut teori ini, jika suatu pasar telah efisien, pergerakan nilai tukar yang terjadi menyerap informasi-informasi yang ada, sehingga nilai tukar bergerak secara acak sesuai dengan keadaan informasi pada masa itu. Pada penelitian kali ini digunakan tiga cara untuk menguji apakah nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, yen Jepang, dan won Korea Selatan bergerak secara acak (random) atau stasioner, yakni Augmented Dickey-Fuller (ADF), Phillips-Perron (PP), dan Kwiatkowski–Phillips– Schmidt–Shin (KPSS). Jika pergerakan nilai tukar bergerak secara acak dapat dikatakan pasar telah efisien. Analisis Efisiensi ..., Dwi Khairani, FE UI, 2013 Tabel 1. Hasil Uji Stasioneritas Augmented Dickey-Fuller Phillips-Perron KPSS IDR/USD Stasioner Stasioner Random Walk IDR/JPY Random Walk Random Walk Random Walk IDR/KRW Random Walk Random Walk Random Walk Jika kita lihat hasil uji stasioneritas pada Tabel 5.6 di atas, terdapat sedikit perbedaan dari hasil uji dengan metode-metode yang berbeda tersebut. Menurut hasil uji ADF dan PP, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat bergerak secara stasioner. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pasar belum menyerap informasi yang ada sehingga bergerak secara stasioner, yang berarti pasar belum efisien. Namun, menurut hasil uji KPSS, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat telah bergerak secara acak yang berarti bahwa pasar sudah efisien karena pasar bergerak dengan menyerap informasi yang ada sehingga pergerakannya tidak stasioner. Untuk nilai tukar rupiah terhadap yen Jepang dan won Korea Selatan, ketiga uji yang dilakukan menghasilkan kesimpulan yang seragam, dimana nilai tukar rupiah terhadap kedua mata uang tersebut bergerak secara acak. Hal tersebut mengindikasikan pasar valuta asing Indonesia untuk yen Jepang dan won Korea Selatan telah menyerap informasi yang ada yang berarti bahwa pasar valuta asing Indonesia telah efisien. b) Efficient Market Hypothesis (Weak Form) Pengujian selanjutnya akan melihat efisiensi pasar valuta asing Indonesia berdasarkan hipotesis efisiensi pasar bentuk lemah (efficient market hypothesis-weak form). Pasar efisien bentuk lemah menyatakan bahwa nilai tukar yang terjadi saat ini (current spot exchange rate) menunjukkan informasi nilai tukar yang terjadi di masa lalu. Jika hal tersebut terjadi, maka tidak ada pelaku pasar yang bisa mendapat keuntungan di atas normal. Model regresi yang digunakan adalah persamaan 1. Hasil regresi efisiensi pasar valuta asing Indonesia bentuk lemah (weak form) dapat kita lihat pada Tabel 5.7. Koefisien konstanta model rupiah per dolar Amerika Serikat, Analisis Efisiensi ..., Dwi Khairani, FE UI, 2013 yen Jepang, dan won Korea Selatan memiliki nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05. Hal tersebut berarti semua konstanta tersebut signifikan mempengaruhi pembentukan nilai tukar. Jika tidak ada nilai tukar periode sebelumnya, maka depresiasi yang terjadi pada rupiah terhadap dolar Amerika Serikat adalah 2,736702 satuan, rupiah terhadap yen Jepang sebesar 0,717871 satuan, dan ruiah terhadap won Korea Selatan sebesar 0,149215 satuan. Tabel 2. Hasil Regresi Efficient Market Hypothesis – Weak Form β0 IDR/USD IDR/JPY IDR/KRW β1 β2 Nilai Koefisien Probabilitas Nilai Koefisien Probabilitas Nilai Koefisien Probabilitas 2.736702 0.0258 0.700551 0.0000 -0.000910 0.5145 0.717871 0.0065 0.853788 0.0000 -0.009389 0.149215 0.0218 0.0000 -0.000186 0.930818 0.0165 0.8945 Koefisien β1 merupakan koefisien dari variabel St dimana St merupakan nilai tukar pada waktu t. Teori ini menyatakan bahwa nilai tukar yang terjadi saat ini ( St+1 ) menunjukkan informasi nilai tukar yang terjadi di masa lalu. Jika β1 memiliki probabilitas kurang dari 0,05, maka H0 dapat ditolak, yang berarti St secara signifikan mempengaruhi nilai St+1 yang terbentuk. Nilai koefisien β1 untuk semua regresi dengan hipotesis efisiensi pasar nilainya positif dan mendekati 1. Selain itu kesemuanya memiliki probabilitas yang nilainya dibawah 0,05, maka variabel nilai tukar sebelumnya signifikan mempengaruhi nilai tukar yang terbentuk pada periode setelahnya pada derajat kepercayaan 5%. Hal ini mengindikasikan bahwa pasar valuta asing telah menyerap informasi berupa nilai tukar yang terjadi sebelumnya sebagai bagian dalam pembentukan nilai tukar, yang berarti bahwa keadaan tersebut telah memenuhi kriteria pasar valuta asing telah efisien bentuk lemah. Variabel premi resiko dimasukkan sebagai variabel kontrol pada penelitian ini. Hasil regresi menunjukkan bahwa premi resiko tidak mempengaruhi nilai tukar yang terbentuk untuk nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dan Korea Selatan pada derajat kepercayaan 5%. Dengan kata lain, informasi mengenai premi resiko tidak terserap oleh pasar. Namun, berbeda dengan temuan pada nilai tukar rupiah- Analisis Efisiensi ..., Dwi Khairani, FE UI, 2013 dolar Amerika Serikat dan rupiah-won Korea Selatan, premi resiko signifikan mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap yen Jepang. Hal tersebut berarti informasi mengenai premiresiko terserap oleh pasar untuk perdagangan rupiah dengan yen Jepang. Hal tersebut terjadi karena dengan naiknya premi resiko, maka tingkat pengembalian yang akan didapat dengan memegang mata uang rupiah akan lebih besar, sehingga investor tergerak untuk memegang rupiah. Hal tersebut mempengaruhi permintaan terhadap rupiah sehingga ketika permintaan akan rupiah meningkat, nilai rupiah akan terapresiasi. c. Paritas Suku Bunga Terbuka (Uncovered Interest Rate Parity) Untuk menganalisis efisiensi pasar valuta asing, juga dapat menggunakan pendekatan paritas suku bunga terbuka. Model regresi yang digunakan pada penelitian kali ini adalah persamaan 2. Berdasarkan hasil regresi dengan paritas suku bunga terbuka, didapat koefisien regresi yang menunjukkan hubungan yang negatif antara tingkat depresiasi atau apresiasi rupiah dengan selisih suku bunga. Selain itu nilai probabilitas β1 untuk semua model menunjukkan nilai lebih dari 0,05, yang berarti selisih suku bunga yang terjadi tidak signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa informasi mengenai selisih suku bunga tidak terserap oleh pasar dalam membentuk nilai tukar, dengan kata lain pasar valuta asing Indonesia belum efisien karena kondisi paritas suku bunga tidak tercipta. Tabel 3. Hasil Regresi Paritas Suku Bungan Terbuka β0 R2 β1 Nilai Koefisien Probabilitas Nilai Koefisien Probabilitas IDR/USD 0,014346 0,0670 -0,014346 0,0770 0.059252 IDR/JPY 0,981619 0,3166 -0,072771 0,5229 0.075793 IDR/KRW 0,040892 0,3591 -0,005076 0,5879 0.019138 Terdapat beberapa hal yang mungkin menyebabkan hubungan yang negatif antara selisih suku bunga dengan tingkat depresiasi atau apresiasi pada rupiah. Skenario pertama adanya kebijakan Bank Indonesia menaikkan tingkat suku bunga untuk Analisis Efisiensi ..., Dwi Khairani, FE UI, 2013 membuat investasi dalam rupiah menjadi lebih menarik bagi investor gagal menarik para pelaku pasar untuk berinvestasi di pasar valuta asing Indonesia. Skenario kedua, menurut teori jika selisih suku bunga yang terjadi bernilai positif, seharusnya nilai mata uang akan terdepresiasi. Namun, kenyataannya, rupiah mengalami apresiasi pada periode setelah krisis finansial Asia 1997-1998 sehingga tidak sejalan dengan teori. Apresiasi pada rupiah disebabkan beberapa faktor seperti intervensi Bank Indonesia untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. Selain itu, penguatan rupiah juga didorong oleh melemahnya dolar Amerika Serikat secara struktural akibat krisis yang terjadi di tahun 2008. Membaiknya kondisi kestabilan politik Indonesia juga turut menguatkan nilai tukar rupiah sehingga rupiah terapresiasi pasca krisis 19971998. Faktor-faktor tersebut menyebabkan informasi selisih suku bunga yang terjadi tidak dapat memberikan arahan pergerakan nilai tukar rupiah. Nilai R2 yang rendah dari ketiga regresi tersebut mengindikasikan bahwa masih banyak variabel-variabel lain yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap ketiga mata uang yang diuji yang tidak tercakup dalam model. Hal ini berarti informasi selisih suku bunga yang terjadi sangat kecil pengaruhnya terhadap depresiasi atau apresiasi yang terjadi pada nilai tukar rupiah. Karena hasil pengujian koefisien selisih suku bunga tidak signifikan maka dapat disimpulkan menurut metode ini, pasar valuta asing Indonesia belum berjalan dengan efisien. d) Paritas Suku Bunga Tertutup (Covered Interest Rate Parity) Selain dengan menggunakan peritas suku bunga terbuka, analisis efisiensi pasar valuta asing juga dapat dilakukan dengan pendekatan paritas suku bunga tertutup. Khusus untuk pengujian dengan paritas suku bunga tertutup, hanya diujikan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dan data yang digunakan merupakan data nilai kurs forward rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dari tahun 2005 sampai 2012 karena terbatasnya ketersediaan data. Model regresi yang digunakan adalah persamaan 3. Tabel 4. Hasil Regresi Paritas Suku Bunga Tertutup β0 β1 R2 Nilai Probabilitas Nilai Probabilitas Analisis Efisiensi ..., Dwi Khairani, FE UI, 2013 Koefisien IDR/USD Koefisien 30,90201 0,6747 6,532056 0,6163 0,096304 Menurut konsep paritas suku bunga tertutup, selisih suku bunga yang terjadi akan terkompensasi dari diskon atau premium kurs forward yang tercipta. Pada keadaan seperti itu lah dinyatakan kondisi paritas suku bunga tercipta dan pasar valuta asing dapat dinyatakan telah efisien. Tidak seperti hasil regresi dengan paritas suku bunga terbuka, hasil regresi dengan paritas suku bunga tertutup menunjukkan hubungan yang positif antara selisih suku bunga yang terjadi dengan pergerakan premium atau diskon kurs forward. Namun, nilai probabilitas dari koefisien β1 jauh lebih besar dari 0,05 yang berarti variabel selisih suku bunga tidak signifikan mempengaruhi forward premium atau diskon yang terbentuk dengan derajat kepercayaan 5%. Hal ini mengindikasikan bahwa informasi mengenai selisih suku bunga tidak terserap oleh pasar dalam membentuk nilai tukar forward, dengan kata lain pasar valuta asing Indonesia belum efisien karena kondisi paritas suku bunga tidak tercipta. Nilai R2 yang juga rendah dari regresi tersebut mengindikasikan bahwa masih banyak variabel-variabel lain yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar forward rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang tidak tercakup dalam model. Hal ini berarti informasi selisih suku bunga yang terjadi sangat kecil pengaruhnya terhadap diskon atau premium pada kurs forward yang terjadi. Karena hasil pengujian koefisien selisih suku bunga tidak signifikan maka dapat disimpulkan menurut metode ini, pasar valuta asing Indonesia Kesimpulan Penelitian ini bertujuan menganalisis efisiensi pasar valuta asing Indonesia dengan tiga pendekatan, yakni Efficient Market Hypothesis (EMH) dengan random walk hypothesis dan weak form (bentuk lemah), Paritas Suku Bunga Terbuka, dan Paritas Suku Bunga Tertutup. Hasil yang didapat dari seluruh metode tersebut terangkum dalam Tabel 5. berikut ini. Tabel 5. Ringkasan Hasil Analisis Analisis Efisiensi ..., Dwi Khairani, FE UI, 2013 Efficient Market Hypothesis Kesimpulan Paritas Kesimpulan Suku IDR/USD IDR/JPY Kesimpulan Suku Random Walk Hypothesis Weak Pasar Bunga Pasar Bunga Pasar ADF PP KPSS Form Valuta Terbuka Valuta Tertutup Valuta Tidak Tidak Efisien Efisien Asing Tidak Asing Tidak Asing Efisien Efisien Indonesia Efisien Indonesia Efisien Indonesia Efisien Efisien Efisien Efisien Efisien Tidak Tidak Bentuk Efisien; Efisien; Kondisi Kondisi Paritas Paritas Suku Suku Bunga Bunga Tidak Tidak Tercipta Tercipta Lemah Tidak Efisien IDR/KRW Paritas Efisien Efisien Efisien Efisien Tidak Efisien Dari hasil pengujian dengan pendekatan efficient market hypothesis baik random walk hypothesis maupun pengujian efisiensi pasar dalam bentuk lemah menunujukkan hasil bahwa pasar valuta asing Indonesia telah berjalan dengan efisien. Hal ini mengindikasikan bahwa pasar valuta asing telah menyerap informasi berupa nilai tukar pada periode sebelumnya. Namun, jika dilihat dari hasil analisis dengan pendekatan paritas suku bunga, baik terbuka maupun tertutup, kondisi paritas suku bunga tidak tercipta. Hal tersebut berarti pasar valuta asing Indonesia belum berjalan dengan efisien jika dilihat dari sudut pandang penyerapan informasi selisih suku bunga yang terjadi. Referensi Alper, C.; Ardic, O. & Fedoglu, S. 2007. The Economics of Uncovered Interest Parity Condition for Emerging Markets: A Survey. MPRA Paper No.4079. Bank for International Settlements. Triennial Survey 2007. Bank for International Settlements. Triennial Survey 2010. Bank Indonesia. 2013. Tinjauan Kebijakan Moneter. Bank Indonesia. Fungsi Bank Indonesia. http://www.bi.go.id/web/id/Tentang+BI/Fungsi+Bank+Indonesia/Tujuan+dan+Tugas/ pilar1.htm. Diakses pada November 2012. Analisis Efisiensi ..., Dwi Khairani, FE UI, 2013 Bednarik, R. 2008. Covered Interest Rate Parity: The Case of the Czech Republic. MPRA Paper No. 14696. Copeland,Laurance. 2008. Exchange Rates and International Finances. Prentice Hall: London. Coyle, B. 2000. Foreign Exchange Market. Financial World Publishing: Canterbury. Czech, A. & Waszkowski, A. 2012. Foreign Exchange Market Efficiency: Empirical Result for the USD/EUR Market. Financial Internet Quarterly Vol.8 No.2. www.efinanse.com. Fama, E. 1970. Efficient Capital Markets: A Review of Theoryand Empirical Work. The Journal of Finance Vol.25 No.2. Galati, G. 2001. Why Has Global FX Turnover Declined? Explaining the 2001 Triennial Survey. BIS Quarterly. Bank for International Settlements. Goyal, R.; Marsh C.; Raman, N.; Wang, S.; Ahmed, S. 2011. Financial Deepening and International Monetary Stability. IMF Staff Discussion Note. Gujarati, D. (2003). Basic Econometrics (4 ed.). Singapore: McGraw-Hill. Krugman, P., Obstfeld, M. 2009. International Economics Theory and Policy 8th Ed. Pearson Education Inc.: Boston Mishkin, Frederic S. 2010. The Economics of Money, Banking, and Financial Markets. Columbia : Pearson Education. Olmo, J. & Pilbeam, K. 2011. Uncovered Interest Rate Parity and the Efficiency of the Foreign Excange Market: A Re-Examination of the Evidence. City University, London. Pilbeam, K. 2006. International Finance. Palgrave Macmillan: New York. Rapp, T. & Sharma, S. 1999. Exchange Rate Market Efficiency: Across and Within Countries. Journal of Economics and Bussiness 51: 423-439. Sargent, T. 2008. Rational Expectations. The Concise Encyclopedia of Economics. http://www.econlib.org/library/Enc/RationalExpectations.html. Diakses pada Maret 2013. Suranovic, S. 2010. International Economics v.1.0.Flat World Knowledge. http://www.saylor.org/courses/polsc411/. Diakses pada 21 Maret 2013. Wickremasinghe, G. 2004. Efficiency of Foreign Exchange Markets: A Developing Country Perspective. Monash University, Australia. Wickremasinghe, G. 2004. Efficiency of the Foreign Exchange Market of Papua New Guinea During the Recent Float. Monash University, Australia. Analisis Efisiensi ..., Dwi Khairani, FE UI, 2013 Wong, Y., and Ahmad, R. 2011. Foreign Exchange Market Efficiency in Asia Pacific: 1997-2010. University of Malaya, Malaysia. Analisis Efisiensi ..., Dwi Khairani, FE UI, 2013