Kisruh “Rebutan Lapak”, SPTI dan SP3 Berujung Damai DUMAI, SUARAPERSADA.com – Kisruh soal “rebutan” lapak bongkar muat barang di pergudangan PT Multi Mas Chemindo (MMC), di Kecamatan Bukit Kapur, Kota Dumai, berujung ke meja pertemuan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kota Dumai-Riau. Federasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (F-SPSI) – Konfederasi Serikat Pekerja Transport Indonesia (K-SPTI) Cabang Dumai, yang sudah lama menduduki atau memegang aktivitas bongkar muat di pergudangan MMC itu, tidak mau diganggu atau “direbut” pihak lain, yakni oleh Serikat Pekerja Pemuda Pancasila (SP3) Kota Dumai. Berangkat dari timbulnya perselisihan antara F-SPSI – K-SPTI dan SP3 saling mempertahankan kewenangan resmi untuk bongkar muat barang di pergudangan MMC tersebut, persoalan itu pun dibawa ke instansi berwenang Disnakertrans Pemko Dumai. F-SPSI – K-SPTI Cabang Dumai yang merupakan organisasi serikat pekerja tertua di Indonesia ini, melakukan pertemuan dengan SP3 yang dilahirkan oleh organisasi Pemuda Pancasila (PP) Kota Dumai. Pertemuan ini dimediasi oleh pihak Disnakertrans Pemko Dumai, Rabu, (3/8). Dalam pertemuan mediasi itu, muncul statement dari pengurus SP3, bahwa pihak perusahaan atau PT. MMC, telah menunjuk SP3 yang berhak melakukan bongkar muat barang di pergudangan MMC tersebut. Menurut sekretaris SP3, Zulfadli, bahwa pihaknya (SP3-red), telah menerima Surat Keputusan Penetapan Pelaksaan Bongkar Muat di Gudang PT. MMC. Surat dimaksud dengan Nomor: 04/MMC/PT/VII/16 tertanggal 22 Juli 2016. “Pihak PT MMC sudah memberikan surat keputusan pelaksanaan bongkar muat kepada kami. Surat itu intinya, bahwa kamilah yang ditunjuk untuk bekerja di tempat itu,” ungkap Zulfadli dalam forum mediasi itu. Atas pengakuan dari sekretaris SP3 tersebut, Kabid Pengawasan dan Syarat Kerja Disnakertrans Pemko Dumai, Muhammad Fadly SH, selaku mediator dalam pertemuan itu, sempat bertanya soal surat pengangkatan Pelaksana Unit Kerja (PUK) SP3, namun pengurus SP3 itu menjawab mediator belum memiliki berita acaranya. “Kami akan berikan nanti siang kepada bapak” Jawab Zulfadli kepada mediator itu. Muhammad Fadhly SH dalam kesempatan itu, sempat melemparkan protesnya kepada pengurus SP3 dalam forum itu. Menurut Muhammad Fadly, Ketua pekerja dari pihak SP3 yang melakukan aktivitas di gudang MMC harus diangkat oleh para pekerja, bukan diangkat oleh DPC, singgung mediator itu. Sementara itu, pengurus pihak F-SPTI menerangkan, bahwa DPC F-SPTI – K-SPSI, yang hadir dalam pertemuan, mengakui kalau pengurus DPC F-SPSI – K-SPTI Dumai, telah lama mendaftarkan PUK di PT MMC Bukit Nenas pada Disnakertrans Kota Dumai sejak tahun 2010 silam. Sebagaimana informasi diperoleh suarapersada.com, kisruh “rebutan” lapak di gudang PT MMC, antara DPC F-SPSI – K-SPTI Dumai dengan SP3 Dumai, disebut bermula ketika Ketua SP3 PUK di gudang PT.MMC, Ridwan yang sebelumnya pengurus SPSI, dicabut dari kepengurusan sekretaris PUK SPSI di gudang MMC menjadi posisi sebagai anggota oleh DPC F-SPTI-K-SPSI Dumai. Ridwan, sempat menjabat sebagai Sekretaris SPSI di PUK PT. MMC Bukit Nenas. Akan tetapi, karena Ridwan bermasalah dalam pekerjaan, pihak DPC. F-SPTI menggantikan posisinya dan menjadikan Ridwan hanya sebagai anggota PUK PT.MMC Bukit Nenas atau bukan lagi anggota SPSI Dumai. bang 'Mora Jumat, Agustus 5, 2016 Kisruh “Rebutan Lapak”, SPTI dan SP3 Berujung Damai Karena Ridwan telah ditarik mandatnya sekretaris SPSI sebagai PUK di PT MMC tersebut dan buka lagi anggota SPSI, kabarnya Ridwan pun “mengngandeng” SP3 untuk bergabung di pergudangan tersebut dan Ridwan pun juga masuk dalam kepengurusan SP3 itu. Hal inilah disebut pemicu persoalan kedua organisasi itu. Ridwan diketahui sudah lama bekerja di gudang MMC itu ketika mulai anggota SPSI sebagai sekretaris PUK di gudang PT MMC. Akan tetapi, karena Ridwan “menggandeng” organisasi lain atau yang baru masuk ke gudang PT MMC tersebut, DPS F-SPSI – K-SPTI Dumai pun keberatan. Dalam kesempatan itu, menyikapi adanya kisruh pekerja di dalam guang MMC itu, sekretaris DPC FSPSI – K-SPTI DumaiI, Cassarolly Sinaga, SH, mengungkapakan karena adanya campur tangan pihak perusahaan terhadap pekerja. Disebut Cassarolly, bahwa dalam UU RI No 21 Tahun 2000, tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh pasal 9, jelas dikatakan, bahwa serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh, adalah dibentuk atas kehendak bebas pekerja/buruh tanpa tekanan arau campur tangan pengusaha baik pemerintah, partai politik, maupun pihak manapun, tandas Cassarolly.**(Tambunan) bang 'Mora Jumat, Agustus 5, 2016