PUISI ‘KEMUNING’ KARYA SANUSI PANE ANALISIS SKALA, KATEGORI, LINGUISTIK SISTEMIK FUNGSIONAL HALLIDAY, DAN SEMIOTIKA PEIRCE Suddin M. Saleh Djumadil (Dosen Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Khairun Ternate) E-mail: [email protected] ABSTRAK. Pada studi ini mencoba untuk menganalisis suatu puisi berjudul ‘Kemuning’. Skala, kategori, linguistik sistemik fungsional yang dikembangkan oleh Halliday dan semiotik Pierce akan digunakan sebagai alat untuk menganalisisnya. Skala dan kategori terdiri dari empat kategori dasar yaitu unit, struktur, kelas dan sistem, tetapi ada hanya dua kategori yaitu unit dan struktur yang diambil untuk didiskusikan dalam tulisan ini. Analisis puisi dibagi kedalam tiga bagian. Bagian pertama dihubungkan pada skala dan kategori. Bagian kedua dihubungkan dengan linguistik sistemik fungsional dan bagian ketiga merujuk ke pendekatan semiotik. Kata Kunci: Puisi ‘Kemuning’, Skala, Kategori, Linguistik Sistemik Fungsional ABSTRACT.This study is try to analyse a poem which titled ‘Kemuning.’ The scale, category, systemic functional linguistics which are developed by Halliday, and Pierce’ semiotics used to back analyzing up. Scale and category consists of four basic categories namely unit, structure, classand system, but there are just two categories namely unit and structure taken in order to discussed here. The analyzing of poem is devided into three parts. Part one is related to scale and category. Part two deal with systemic functional linguistics and the part three refere to semiotics. Keywords: Poem ‘Kemuning’, Scale, Category, Systemic Functional Linguistics PENDAHULUAN unsur yang diutamakan. Hubungan dengan Menurut Dave Smith, puisi adalah budaya intelek atau dengan suara hati hanya dialek bahasa memiliki kepadatan metafora, merupakan hubungan yang serasi. Jika yang dikodekan dengan makna resonan, bukan secara kebetulan, ia tidak dapat Edwin Arlington Robinson berpendapat, berhubungan langsung dengan kebenaran. puisi adalah bahasa yang menyampaikan Puisi merupakan sebuah teks, karena sesuatu yang sukar hendak dinyatakan. ia adalah bahasa yang dikomunikasikan. Edgar Allan Poe mengatakan bahwa puisi Dan ia juga merupakan salah satu produk adalah ciptaan tentang sesuatu keindahan budaya yang penuh dengan tanda-tanda. dalam bentuk berirama. Citarasa adalah Pengertian teks secara umum adalah dunia 64 Jurnal Penelitian Humano Vol. 7 No. 1 Edisi Juni 2016 semesta ini, bukan hanya teks tertulis atau gramatika sebagai bagian dari kebudayaan. teks lisan, akan tetapi adat istiadat, Halliday mewakili pandangan deskriptif- kebudayaan, film, drama adalah teks (lihat etnografis Sobur, 2004: 54). Menurut Halliday (1975: pandangan kebahasaan dikenal pendekatan 4-5, 1994: 311; Fairclough (1995b: 4), teks fungsional yang juga banyak diwarnai oleh dapat berbentuk lisan atau tulisan. Teks gagasan-gagasan Bronislow Malinowski juga dapat berbentuk prosa atau syair, tentang keterkaitan fungsi sosial dalam dialog atau monolog (Halliday, 1975: 1). bahasa. yang mengembangkan Selanjutnya Halliday (1975) menyatakan Oleh karena pandangan kebahasaan bahwa teks dapat berupa pribahasa atau Halliday selalu dikaitkan dengan unsur pepatah. Pandangan yang dikemukakan tautan situasi sosial misalnya penutur, Eggins, 1994:2 tempat, waktu, dan pokok bahasa, maka bahwa (1) bahasa itu fungsional, (2) fungsi atau kegunaan pandangan menciptakan makna atau fungsi yang Pandangan Halliday yang banyak mendapat bermakna, bahasa masukan dari Aliran Praha, Glossematik, dipengaruhi oleh konteks budaya dan Tagmemik terdiri atas dua tahapan (Gusti, konteks 1990: 62). Tahap pertama dikenal dengan (3) sosial fungsi-fungsi tempat fungsi itu itu and bersifat dipertukarkan, dan (4) proses penggunaan Scale bahasa adalah proses semiotik, yaitu proses berlangsung hingga tahun 1960-an. Tahap membuat makna melalui pemilihan. kedua ialah Category fungsional. Theory pengembangan yang aspek Selanjutnya, perdebatan sengit dari fungsional bahasa yang memulai tahun dua pandangan tentang hakekat bahasa 1960 sampai sekarang ini (Morly, 1985: v) yaitu pandangan kaum naturalis dan kaum dan Gusti (1990: 62). Teori skala dan konvensionalis, maka Halliday (1977: 37) kategori (Scale and Category Theory) melihat kedua kelompok besar itu, ternyata memperkenalkan empat kategori dasar, kelompok naturalis didasari oleh sudut yaitu unit, struktur, kelas, dan sistem pandang lebih (Halliday, 1961). Namun, artikel ini, hanya mengaitkan bahasa dengan filsafat, dari dijelaskan dua kategori dasar saja, yakni situlah unit dan struktur. filosofi-logis peranan yang gramatika merupakan bagian dari logika. Sedangkan kelompok Unit meliputi klausa, kelompok kata, konvensionalis didasari oleh sudut pandang kata, dan morfem (Halliday 1961: 58). deskriptif-etnografis, dari situlah peranan Menurut linguistik sistemik fungsional, ada Jurnal Penelitian Humano Vol. 7 No. 1 Edisi Juni 2016 65 dua jenis unit, yaitu unit bahasa tulis dan tertinggi dari tanda baca pada jenjang unit tata bahasa. Konsep unit dapat grafologi. Satu kalimat direalisasikan oleh dipahami dalam kaitannya dengan teks. Jadi satu klausa saja (Rose, 2001, dan 2006). Hal unit yang dikaji disini ialah bisa bahasa yang sama juga dikatakan oleh Halliday dan tulisan dan lisan, maksudnya bahasa atau Matthiessen (2004: 371) bahwa kalimat tuturan di dalam teks, bukan suatu tata adalah unit tertinggi dari tanda baca pada bahasa. sebuah jenjang grafologi, kedua unit tersebut kalimat bukan merupakan unit tata bahasa, selanjutnya diberikan terminologi yang melainkan unit bahasa tulis yang diawali berbeda, yaitu unit untuk bahasa tulisan dan dengan huruf kapital dan diakhiri dengan jenjang titik. Singkatnya, dapat dikatakan bahwa unit Halliday memandang kelompok kata, kata, dan morfem (Halliday, 1961: 58). (rank) untuk tata bahasa. Selanjutnya, merupakan tata urutan yang dimulai dari dikatakan bahwa unit, menurut linguistik morfem, kata, kelompok kata, klausa, dan sistemik, ada dua jenis, yaitu unit bahasa kalimat. tulis dan unit tata bahasa. Konsep unit dapat Struktur adalah susunan unsur-unsur dipahami dalam kaitannya dengan teks. secara horizontal. Setiap struktur disusun Pada teks tulis, misalnya, setiap paragraf berupa terdiri atas beberapa unit mulai dari unit fungsional terkecil, yaitu morfem, kata, kelompok predikat, komplemen dan ajung untuk kata, klausa, dan kalimat. Sementara itu, klausa; kalimat dibedakan dengan klausa karena sintagmatik (Halliday dan Matthiessen, satu proses direalisasikan oleh sebuah 2004: 22). Selanjutnya, Halliday (1985, klausa. Kalimat secara tradisional, menurut 2004) Rose (2001, 2006), merujuk pada unit fungsional semantik meliputi pelaku - dalam bentuk teks tertulis, dan klausa proses – sirkumstan. Sedangkan fungsi secara luas dalam linguistik merujuk pada gramatika meliputi subjek dan predikat. bahasa lisan. Kalimat bukan merupakan Dengan kata lain, susunan fungsional unit tata bahasa, melainkan unit bahasa tulis semantik meliputi pelaku, proses, dan yang diawali dengan huruf kapital dan sirkumstan diakhiri dengan titik. direalisasikan Halliday dan Matthiessen (2004: 371) menyatakan bahwa kalimat adalah unit 66 susunan kanonik, gramatika, dan (urutan oleh partisipan/peristiwa kelompok seperti modifier, menyatakan nomina, morfologis, subjek, head, bahwa secara susunan informasi). Proses kelompok verba, direalisasikan dan oleh sirkumstan Jurnal Penelitian Humano Vol. 7 No. 1 Edisi Juni 2016 direalisasikan oleh kelompok keterangan meliputi dan frasa preposisional. Sedangkan fungsi eksperiensial, interpersonal dan tekstual gramatika (Halliday, 1985) via I. Gusti (1990: 68). meliputi subjek, predikat, subfungsi komplemen, ajung, dan objek. Pandangan logical dan Linguistik sistemik fungsional Halliday adalah teori linguistik yang digunakan mengenai pengkajian bahasa sebagaimana untuk menganalisis teks, atau suatu bahasa dituangkan di dalam bukunya berjudul yang berfungsi di dalam konteks. Teori ini Language as Social Semiotic: The Social mempertimbangkan fungsi dan makna Interpretation of Language and Meaning sebagai dasar bahasa manusia untuk tahun (1978). Domain-domain pengkajian melakukan komunikasi. Teori ini pada bahasa sangat luas. Pengembangan yang awalnya dikenal dengan nama tata bahasa berkesinambungan dari teori Skala dan fungsional sistemik (systemic functional Kategori yang dilakukan oleh Halliday. Hal grammar). itu lahirnya berkembang menjadi linguistik fungsional pandangan fungsional yakni keterkaitan sistemik (systemic functional linguistics). bahasa dengan jalinan sosialnya. Dengan Teori itu merupakan suatu model tata kata leksikogramatika bahasa yang dikembangkan oleh Michael dengan makna. Kemudian, karangannya Halliday pada tahun enam puluhan. Teori yang berjudul Note on Ttransitivity and tersebut merupakan bagian dari pendekatan Theme in English yang termuat dalam semiotika sosial terhadap bahasa yang Journal disebut merintis lain, M.A.K. jalan orientasi hubungan of Linguistics tahun (1967), Kemudian, istilah itu linguistik sistemik (bv). Istilah penjelasan hubungan paradigmatis dan sistemik merujuk pada pandangan bahasa sintagmatiis semakin kokoh, lagi pula sebagai suatu jaringan. Teori linguistik hubungan itu dijadikan kunci dasar oleh sistemik fungsional juga merupakan suatu Halliday untuk mengembangkan lagi fungsi teori bahasa yang mengkaji fungsi bahasa makna dari gramatika. dalam penggunaannya (konteks). Teori Halliday menawarkan empat komponen fungsi yakni (1) eksperiensial, (2) logical, wacana, Setelah mengalami perkembangan, dalam Halliday merevisi fungsi-fungsi bahasa itu perkembangan, keempat fungsi itu direvisi menjadi fungsi-fungsi ideasional meliputi lagi menjadi fungsi-fungsi ideasional yang subfungsi atau tuturan. dan unsur yang utama (Halliday, 1985:17). (4) interpersonal (3) tersebut menempatkan bahasa sebagai Di Jurnal Penelitian Humano Vol. 7 No. 1 Edisi Juni 2016 logikal dan eksperiensial, 67 interpersonal, dan tekstual (Halliday, 1985) dewasa via Gusti (1990: 68). Fungsi ideasional (Nurgiyantoro, 2002: 41). Proses pewakilan berperan sebagai pengungkap isi atau tanda terhadap acuannya terjadi pada saat makna. berperan tanda itu ditafsirkan dalam hubungannya membentuk dan memelihara hubungan- dengan yang diwakili disebut interpretant, hubungan sosial. Fungsi tekstual berperan yakni pemahaman makna yang timbul untuk memberikan kemungkinan bagi dalam kognisi lewat interpretasi. Hoed penutur/penulis untuk menghasilkan teks (1992: 3) dalam Nurgiyantoro (2002: 41) atau wacana yang runtut berdasarkan tautan mendeskripsikan bahwa semiosis adalah suatu situasi. suatu proses dimana suatu tanda berfungsi Fungsi Untuk interpersonal tautan biasa disebut referen Halliday sebagai tanda yaitu mewakili sesuatu yang menawarkan tiga unsur yakni field yang ditandai. Proses semiosis yang menuntut mengacu pada apa yang tengah terjadi dan kehadiran bersama antara tanda, objek, dan sifat hubungan sosialnya. Tenor mengacu interpretant itu oleh Peirce disebut sebagai pada Triadik partisipan situasi, ini yang terlibat. Mode mengacu pada bagian makna dari bahasa Peirce membedakan hubungan antara yang digunakan (Gusti, 1990: 68-69). tanda dengan acuanya ke dalam tiga jenis Halliday (1985, 2004) menyatakan bahwa hubungan yaitu (1) ikon, jika ia berupa susunan fungsional semantik meliputi hubungan kemiripan (2) indeks, jika ia pelaku - proses - sirkumstan ataupun urutan berupa hubungan kedekatan eksistensi, dan informasi. Proses oleh (3) simbol, jika ia berupa hubungan yang kelompok verba, partisipan/peristiwa sudah terbentuk secara konvensi (Abrams, direalisasikan oleh kelompok nomina, dan 1981: 172; van Zoest, 1992: 8-9) via sirkumstan direalisasikan oleh kelompok Nurgiyantoro (2002: 24). Charles Sanders keterangan dan frasa preposisional. Peirce melihat tanda sebagai sesuatu yang Selanjutnya, direalisasikan Peirce mewakili seuatu. Sesuatu itu dapat berupa mengatakan bahwa sesuatu itu dapat hal yang konkret, kemudian melalui suatu disebut sebagai tanda jika ia mewakili proses mewakili sesuatu yang ada di dalam sesuatu yang lain. Sebuah tanda yang kognisi manusia, tanda bukanlah suatu disebutnya sebagai representamen haruslah struktur melainkan suatu proses kognitif mengacu atau mewakili sesuatu yang yang berasal dari apa yang ditangkap oleh disebut sebagai objek atau acuan yang panca indra. Sesuatu perwakilan yang 68 semiotika Jurnal Penelitian Humano Vol. 7 No. 1 Edisi Juni 2016 konkret itu disebut representamen atau dan aku selalu terdapat 1 frasa koordinatf, ground, sesuatu yang ada di dalam kognisi 6 kata, 7 morfem. Melihat adinda disebut objek, dan ada satu proses lagi yang mendapatkan daku terdapat 1 kalimat, 2 disebut interpretant atau proses penafsiran. klausa, 2 grup verba, 4 kata, 6 morfem. Ketiga proses itu dikenal teori semiotika Kami membisikkan cinta berganti-ganti trikotomis atau dengan istilah lain triadik terdapat 1 klausa, 1 grup verba, 4 kata, 7 (lihat Hoed, 2008: 4). Dengan demikian morfem. Sekarang, ah, ku menanti teori semiotika dapat diilustrasikan sebagai sudahlah lama terdiri atas 1 klausa, 1 grup berikut. verba, 6 kata, 6 morfem. Setelah bertahun tiada bersua terdiri atas 2 klausa, 2 grup Interpretant verba, 4 kata, 6 morfem. Tidak datang seorang pun juga terdiri atas 1 klausa, 1 grup verba, 5 kata, 5 morfem. Kemuning, Ground objek di mana gerang, dinda utama? Baris terakhir puisi terdiri atas ANALISIS klausa, 1 grup adjektiva, 6 kata, 6 mofem. Analisis 1 Kemuning 1 kalimat, 1 Struktur; Kemuning ialah subjek, waktu dahulu berupa ajung, aku ialah Kemuning waktu dahulu aku menanti di subjekdan menanti berupa predikat. Baris bawah daunmu dan aku selalu melihat kedua, di bawah daunmu merupakan adinda mendapatkan daku. keterangan dan aku selalu subjek. Pada Kami membisikkan cinta berganti- baris ketiga, melihat ialah predikat, adinda gantisekarang, ah, ku menanti sudahlah ialah objek, mendapatkan berupa predikat, lama, setelah bertahun tiada bersua, tidak daku ialah objek. Kami berupa subjek, datang seorang pun juga, kemuning, di membisikkan ialah predikat, cinta ialah mana gerang, dinda utama? objek Karya: Sanusi Pane (dikutip dalam Jakob Sumardjo, 1984: 82) Unit: pada baris pertama puisi ini, berganti-ganti merupakan keterangan. Sekarang, ah, merupakan keterangan, ku ialah subjek, menanti merupakan predikat, sudahlah lama kemuning waktu dahulu aku menanti merupakan keterangan. Setelah bertahun terdiri atas 1 klausa, 1 grup verba, 5 kata, merupakan ajung, tiada bersua ialah dan 5 morfem bebas. Di bawah daunmu predikat ingkar. Tidak datang merupakan Jurnal Penelitian Humano Vol. 7 No. 1 Edisi Juni 2016 69 predikat ingkar, seorang pun juga Peranan fungsi ideasional yang merupakan subjek. Kemuning merupkan dianggap sebagai bagian dari fungsional subjek, di mana gerang ialah keterangan, semantik dapat dianalisiskan lewat puisi dinda Sanusi Pane ini. berupa subjek, utama? ialah predikat Analisis 2 Kemuning waktu dahulu aku menanti actor keterangan actor proses partisipan waktu partisipan nomina nomina di bawah daunmu dan aku selalu frasa preposisi conjungtif actor ajung partisipan aktif nomina Melihat adinda mendapatkan daku. proses partisipan proses partisipan aktor actor nomina nomina kami membisikkan cinta berganti-ganti partisipan proses goal keterangan actor nomina sekarang, ah, ku menanti sudahlah lama, temporal partisipan proses temporal waktu actor waktu nomina 70 Jurnal Penelitian Humano Vol. 7 No. 1 Edisi Juni 2016 setelah bertahun tiada bersua, conjungtif proses proses (ingkar) pasif pasif tidak datang seorang pun juga, proses (ingkar) partisipan keterangan actor nomina kemuning, di mana gerang, dinda utama? partisipan keterangan partisipan proses actor actor pasif nomina nomina Tema atau pokok pembicaraan puisi makna ideasional yaitu elemen pertama Sanusi Pane terdapat pada baris terakhir dalam suatu klausa yang menyatakan kemuning, di mana gerang, dinda utama? representasi pengalaman. Secara teknis, Sanusi Pane melukiskan kehilangan orang tema topikal ini merupakan fungsi dari yang dicintainya. Oleh karenanya, banyak struktur transitivitas dari suatu klausa persoalan yang memperkuat timbulnya rasa (Martin,1997: 24). Ini berarti tema topikal kehilangan kekasihnya. Apabila hanya dapat pokok pembicaraan saja yang ditulis tanpa sirkumstan. disertakan yang dengan puitis, puisi gambaran-gambaran tidak poses, partisipan, dan Di dalam puisi Sanusi Pane tersebut akan di atas, topik dapat ditemukan pada memberikan persoalan yang berarti dan konstruksi aktor fokus, yakni kemuning lengkap. hanya karena kemuning yang dijadikan fokus penggambaran-penggambaran saja yang pembicaraan oleh pengarang. Kemuning uraikan oleh Sanusi Pane tanpa disertakan dimunculkan dua kali pada awal baris kalimat terakhir itu, maka puisi Sanusi akan pertama dan baris terakhir. Namun itu berupa sebaliknya menjadi kabur. Tema topikal disebut juga Jurnal Penelitian Humano Vol. 7 No. 1 Edisi Juni 2016 71 Analisis 3 sesuatu yang bersifat lokatif, daunmu itu Kemuning waktu dahulu aku menanti sendiri adalah tanda berupa indeksikalitas yang mengacu kepada diri kekasihnya. di bawah daunmu dan aku selalu Kemudian aku sebagai actor, partisipan, nomina adalah tanda yang dapat mewakili Melihat adinda seorang perjaka, atau manusia selalu ialah mendapatkan daku. keterangan yang menandakan bahwa actor kami membisikkan cinta berganti-ganti atau partisipan berulang-ulang melakukan sesuatu. sekarang, ah, ku Baris ketiga, melihat sebagai proses menanti sudahlah lama, verba adalah tanda yang dapat mengacu setelah bertahun tiada bersua, kepada aktivitas pengindraan, adinda sebagai aktor, partisipan, dan nomina ialah tidak datang seorang pun juga, tanda yang mengacu kepada seorang gadis, mendapatkan sebagai proses verba yang kemuning, di mana gerang, dinda utama? dapat mengacu kepada aktivitas yang suatu tindakan dilakukan oleh aktor Pada baris pertama puisi tersebut di (subjek), daku sebagai aktor, partisipan, atas terdiri atas satu klausa, kemuning dan nomina ialah tanda yang dapat mengacu aku sebagai aktor, partisipan, dan nomina kepada aktor (obejek) atau insan yang adalah tanda yang berupa simbol, yang bernyawa. yang Pada baris keempat, kami sebagai bernyawa gadis, manusia atau orang, aktor, partisipan, nomina yang dapat kemudian mewakili dapat mengacu kepada waktu insan dahulu sebagai aktor (subjek) atau insan keterangan waktu adalah tanda berupa bernyawa, membisikkan berfungsi sebagai indeks yang mengacu kepada keberadaan proses yang merupakan tanda mengacu subjek pada saat itu, menantisebagai proses kepada adalah tanda berupa indeks yang mengacu berfungsi sebagai objek, ia merupakan kepada suatu aktivitas yang dilakukan. Pada tanda indeksikalitas yang mengacu kepada baris kedua terdapat satu klausa , di bawah hubungan kasih sayang, berganti-ganti daunmu sebagai frasa preposisi ialah suatu sebagai proses yang dapat mengacu kepada tanda berupa indeks yang mengacu kepada suatu tindakan yang sering terjadi. Baris 72 penyampaian hasrat, cinta Jurnal Penelitian Humano Vol. 7 No. 1 Edisi Juni 2016 kelima, sekarang, sebagai keterangan mengacu kepada seorang gadis. Kemudian, waktu merupakan suatu tanda yang dapat di mana gerang, sebagai frasa preposisi, ia mengacu kepada kondisi yang temporal, ah, merupakan tanda yang dapat mengacu merupakan sebuah kalimat minor yang kepada rasa bimbang, dinda utama? biasanya digunakan untuk mengungkapkan sebagai frasa nomina, actor, dan partisipan. perasaan. Ia juga berupa sebuah tanda yang Ia merupakan tanda yang dapat mengacu dapat mewakili suatu kekokohan mental kepada gadis yang hanya satu-satu yang untuk bertindak. Kemudian, ku ialah aktor dapat diberi harapan. dan partisipan, yang merupakan tanda, yang mengacu kepada insan atau manusia, KESIMPULAN sudahlah lama ialah keterangan waktu. Ia Berdasarkan analisis puisi tersebut di merupakan tanda yang dapat merujuk atas, hasilnya dapat disimpulkan berikut kepada masa yang telah silam. ini. Penganalisisan unit ditemukan rank Pada baris keenam, setelah bertahun klausa, grup, kata, dan morfem. Analisis sebagai sebuah frasa verba dan sebagai struktur ditemukan fungsi gramatika antara fungsi proses, yang juga merupakan sebuah lain tanda yang dapat mengacu kepada suatu keterangan atau ajung. Analisis ideasional aktivitas yang kian berlangsung. Kemudian, atau tiada bersua sebagai frasa verba dan fungsi sintagmatik ditemukan actor, partisipan, proses. Ia juga merupakan suatu tanda yang proses aktif, proses pasif, temporal waktu, dapat merujuk kepada rasa rindu yang conjungtif, frasa preposisi, ajung atau mendalam. Pada baris ketujuh, tidak keterangan. datang sebagai frasa verba atau fungsi ialah subjek, fungsional objek, semantik predikat, secara Kemudian analisis puisi Sanusi Pane proses yang merupakan tanda yang dapat dengan mengacu tak ditemukan tanda yang berupa simbol dan terpenuhi. Kemudian, seorang pun juga sebagian besar ditemukan tanda berupa sebagai keterangan, aktor, dan partisipan ia indeks. Topik puisi dapat ditemukan pada merupakan tanda yang dapat merujuk awal baris puisi yakni Kemuning. Tema kepada kekasih yang dicintai. puisi terdapat pada baris terakhir yakni kepada harapan yang Pada baris kedelapan, kemuning, sebagai actor, partisipan, dan nomina, ia pendekatan semiotika Peirce Kemuning, di mana gerang, dinda utama? berupa tanda yang menyimbolkan atau Jurnal Penelitian Humano Vol. 7 No. 1 Edisi Juni 2016 73 DAFTAR PUSTAKA Gusti, I. 1990. Perkembangan Teori M.A.K. Halliday. PELLBA 3. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Halliday, M.A.K. 1978. Language as Social Semiotics; The Social Interpretationof Language and Meaning. London: Edward Arnold Ltd. Halliday, M.A.K. 1994. An Introduction to Functional Grammar 2nd Edition, London: Edward Arnold. Hoed, H. Benny. 2008. Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya. Depok: FIB UI Kaelan. 2009. Filsafat Bahasa Semiotika dan Hermeneutika. Yogyakarta: Penerbit Paradigma Noth, Winfried. 1990. Handbook Of Semiotics. Indiana University Press. 74 Nurgiyantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Rose, David. 2002. “Some Variation In Theme Across Language”. Discourse Studies Volume 4. London: Thousand Oaks, CA and New Delhi.: SAGE Publications. Saragih, Amrin. 2003. Bahasa dalam Konteks Sosial. Medan: PPs. Sinar, T. Luckman. 2001. Pantun dan Pepatah Melayu. Medan: LPPSBM MABMI. Sinar, T. Silvana. 2002. An Introduction to A Systemic-Functional LinguistikOriented Discourse Analysis, Singapore: DeeZed Consult. Sumardjo, Jakob. 1984. Memahami Kesusastraan. Bandung: Penerbit Alumni. Jurnal Penelitian Humano Vol. 7 No. 1 Edisi Juni 2016