24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Komunikasi 1. Pengertian Komunikasi Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah satu makna. Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Pengertian tersebut sifatnya dasariah, dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan maknaantara dua pihak yang terlibat. Dalam “bahasa” komunikasi pernyataan dinamika pesan (message), orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator (communicator), sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama komunikan (communicate). Untuk tegasnya komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. (Effendy, 2003:28) Menurut Hafied Cangara dalam bukunya “Pengantar Ilmu Komunikasi” mengatakan bahwa: komunikasi sebagai kata yang abstrak, pada dasarnya sulit didefinisikan. Komunikasi memiliki sejumlah arti. Para pakar telah membuat banyak upaya untuk mendefinisikan komunikasi, namun menetapkan definisi 25 tunggal terbukti tidak mungkin dan tidak berguna. Definisi mana yang kita pilih, tergantung kegunaannya dalam hal apa definisi itu kita perlukan. Ia pun mendefinisikan komunikasi sebagai usaha penyampaian pesan antarmanusia. (Cangara, 2006:19) Ada beberapa definisi yang diungkapkan oleh para ahli dan pakar komunikasi seperti yang di ungkapkan oleh Carl. I. Hovland yang dikutip oleh Effendy dalam buku “Ilmu Komunikasi Teori dan Peraktek” bahwa: Ilmu Komunikasi adalah: Upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asasasas penyampain informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. (Effendy, 2002:10) Definisi Hovland di atas menunjukan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan jugam pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting. Dalam definisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasi, Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses pengubahan perilaku orang lain. 2. Proses Komunikasi Menurut Onong Uchjana Effendy, Proses komunikasi pada intinya terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder. 26 a. Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pesan dan atau perasaan kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang atau simbol berupa bahasa, kial, syarat, gambar, warna dan lain sebagainya, yang secara langsung mampu ”menerjemahkan” pikiran, perasaan komunikator kepada komunikan. Bahasa yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah jelas karena bahasalah yang paling mampu “menerjemahkan” pikiran seseorang kepada orang lain. Berkat kemampuan bahasa, maka kita dapat mempelajari ilmu pengetahuan sejak ditampilkan oleh Aristoteles, Plato, dan Socrates, dapat menjadi manusia yang beradap dan berbudaya, dan dapat memperkirakan apa yang akan terjadi pada tahun, decade, bahkan abad yang akan datang. Media primer atau lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa. Akan tetapi tidak semua orang pandai mencari kata-kata yang tepat dan lengkap yang dapat mencerminkan pikiran dan perasaan yang sesungguhnya. Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan perkataan lain, komunikasi adalah proses membuat sebuah pesan setala (tuned) bagi komunikator dan komunikan. b. Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua, setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat 27 yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi adalah media kedua yang seringa digunakan dalam komunikasi. Karena proses komunikasi sekunder ini merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, maka dalam menata lambanglambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus memperhitungkan ciri-ciri atau sifat-sifat media yang akan digunakan. Penentuan media yang akan dipergunakan sebagai hasil pilihan dari sekian banyak alternatif perlu didasari pertimbangan mengenai siapa komunikan yang akan dituju. 3. Tujuan Komunikasi Setiap individu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan tujuan dari komunikasi itu sendiri, secara umum tujuan berkomunikasi adalah mengharapkan adanya umpan yang diberikan oleh lawan berbicara kita serta semua pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh lawan bicara kita dan adanya efek yang terjadi setelah melakukan komunikasi tersebut. Menurut Onong Uchjana dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek mengatakan ada pun beberapa tujuan berkomunikasi: a. Supaya gagasan kita dapat diterima oleh orang lain dengan pendekatan yang persuasive bukan memaksakan kehendak. b. Memahami orang lain, kita sebagai pejabat atau pimpinan harus mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkannya, 28 jangan mereka menginginkan arah ke barat tapi kita memberi jalur ke timur. c. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakkan sesuatu itu dapat bermacam-macam mungkin berupa kegiatan yang dimaksudkan ini adalah kegiatan yang banyak mendorong, namun yang penting harus diingat adalah bagaimana cara yang terbaik melakukannya. d. Supaya yang kita sampaikan itu dapat dimengerti sebagai pejabat ataupun komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) atau bawahan dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengikuti apa yang kita maksudkan. (Effendy, 2002 : 18) Jadi secara singkat dapat dikatakan tujuan komunikasi itu adalah mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan. Serta tujuan yang utama adalah agar semua pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti dan diterima oleh komunikan. 4. Fungsi Komunikasi Berbicara mengenai fungsi komunikasi, Onong Uchjana Effendy, mengemukakan bahwa fungsi komunikasi adalah: a. Menginformasikan (To Inform) Adalah memberikan informasi kepada masyarakat, memberitahukan kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, idea tau pikiran dan tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain. 29 b. Mendidik (To Educate) Adalah komunikasi merupakan sarana pendidikan, dengan komunikasi manusia dapat menyampaikan idea tau pikirannya kepada orang lain, sehingga orang lain mendapat informasi dan ilmu pengetahuan. c. Menghibur (To Entertain) Adalah komunikasi selain berguna untuk menyampaikan komunikasi, pendidikan dan mempengaruhi juga berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain. d. Mempengaruhi (To Influence) Adalah fungsi mempengaruhi setiap individu yang berkomunikasi tentunya berusaha saling mempengaruhi jalan pikiran komunikasi dan lebih jauhnya lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang diharapkan. (Effendy, 2002:36). Dilihat dari fungsi dan keberadaannya di masyarakat, komunikasi tidak bisa lepas dari kehidupan karena komunikasi akan selalu berada dalam kehidupan sehari-hari. 5. Konteks Komunikasi Komunikasi tidak berlangsung dalam suatu ruangan hampa sosial, melainkan dalam suatu konteks atau situasi tertentu. secara luas konteks disini berarti semua faktor diluar orang-orang yang berkomunikasi terdiri dari: 30 1) Aspek bersifat fisik: seperti iklim, suhu, cuaca, bentuk ruangan, warna dinding, tempat duduk, jumlah peserta komunikasi dan alat untuk menyampaikan pesan. 2) Aspek psikologis: seperti sikap, kecenderungan, prasangka dan emosi para peserta komunikasi. 3) Aspek sosial: seperti norma kelompok, nilai sosial, dan karakteristik budaya. 4) Aspek waktu: yakni kapan berkomunikasi (hari apa, jam berapa, pagi, siang, sore, malam). Indikator paling umum untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteks atau tingkatannya adalah jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi. Maka dikenalah komunikasi intrapribadi, komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi public, komunikasi organisasi dan komunikasi massa. 6. Faktor Penunjang Komunikasi Efektif Wilbur schramm menampilkan apa yang ia sebut “The Condition Of Success in Communication”, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki. Kondisi tersebut dirumuskan sebagai berikut: 31 1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik perhatian komunikan. 2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama anatara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti. 3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut. 4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikasi berada pada saat ia digerakan untuk memberikan tanggapan yang ia kehendaki (Effendy, 2002:41). B. Komunikasi Politik 1. Definisi Komunikasi Politik Komunikasi politik adalah suatu proses komunikasi yang memiliki implikasi atau konsekuensiterhadap aktivitas politik. (Cangara, 2009:36) 2. Unsur-unsur komunikasi politik Seperti halnya ilmu-ilmu social lainnya komunikasi politik sebagai body of knowledge juga terdiri atas beberapa unsure di antaranya sebagai berikut : a. Komunikator politik, adalah menyampaikan pesan politik orang atau lembaga politik yang 32 b. Pesan politik, adalah Hal yang disampaikan oleh komunikator politik baik yang bersifat verbal maupun unverbal, tersembunyi maupun terlihat, atau disadari maupun tidak disadari c. Saluran politik, adalah saluran atau media yang menjadi sarana dari penyampaian pesan politik baik melalui media cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid, dll maupun media elektronik seperti televisi, internet, dll d. Sasaran politik, adalah sasaran dari pesan politik yaitu anggota masyarakat dengan tujuan agar memberikan suara kepada tokoh atau partai politik dalam pemilihan umum e. Efek atau pengaruh komunikasi politik, pengaruh komunikasi politik diharapkan agar dapat memberikan pemahaman politik kepada anggota masyarakat yang bermuara pada pemberian suara pada pemilihan umum. (Cangara, 2009:37) 3. Telaah ilmu komunikasi pada komunikasi politik Jika komunikasi politik diletakkan pada telaah kritis ilmu komunikasi yakni komunikasi teknik, komunikasi terapan dan teori komunikasi. Pada tingkat teknis komunikasi politik menyangkut kiat komunikasi yang spesifik misalnya cara melepaskan desas-desus, membuat pesan yang membangkitkan keresahan, memanipulasi informasi dari angle liputan kamera atau penampilan gambar yang memberi kesan pengikut kampanye yang sepi. Kiat seperti ini biasanya berkembang dari lapangan kemudian didesain sedemikian rupa . Akan tetapi penggunaannya lebih tergantung pada keterampilan, naluri, 33 kejelian, dan improvisasi dari pelaku dengan berbagai ragam variasi. (Cangara, 2009:41) C. Komunikasi Massa 1. Pengertian Komunikasi Massa Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat mekanik, yang mampu melipatgandakan pesan-pesan komunikasi. Pada dekade sebelum abad ke-20, alatalat mekanik yang menyertai lahirnya publisistik atau komunikasi massa adalah alat-alat percetakan (press printed) yang menghasilkan surat kabar, buku-buku, majalah, brosur, dan materi cetakan lain. Komunikasi massa berasal dari istilah bahasa inggris yang berarti mass communication, kependekan dari massmedia communication (komunikasi media massa). Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang “mass mediated”. Kata massa dalam komunikasi massa dapat diartikan lebih dari sekedar “orang banyak”. Seperti yang di kutip oleh Wiryanto dalam bukunya “Teori Komunikasi Massa” mengatakan bahwa Massa kita artikan sebagai “meliputi semua orang yang menjadi sasaran alat-alat komunikasi massa atau orang-orang pada ujung lain dari saluran”. (Wiryanto, 2000:2) Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. (Ardianto, 2007:3) 34 Sedangkan ahli komunikasi Joseph A. Devito merumuskan definisi komunikasi massa yang pada intinya merupakan penjelasan tentang pengertian massa, serta tentang media yang digunakannya. Ia mengemukakan definisinya dalam dua item, yakni “pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan/atau visual. (Ardianto, 2007:6) 2. Karakteristik Komunikasi Massa a. Komunikator Terlembaga Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Komunikasi massa itu melibatkan lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks. Komunikator dalam menyebarluaskan pesannya bertindak atas nama lembaga, ia tidak mempunyai kebebasan individual. Sebagai konsekuensinya, peranan komunikator dalam proses komunikasi ditunjang oleh orang-orang lain. b. Pesan Bersifat Umum Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa, atau opini. Pesan komunikasi massa yang dalam bentuk apa pun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik, bagi sebagian besar komunikan. 35 c. Media Massa Menimbulkan Keserempakan Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak itu secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula. d. Komunikasi mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan Komunikasi mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan karena komunikasi massa tidak menimbulkan relasi-relasi. Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakter media massa yang akan digunakan. e. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah Komunikasi massa itu adalah komunikasi dengan menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan sedangakan komunikan aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antarpersona. 36 3. Komponen Komunikasi Massa Untuk membahas komponen-komponen komunikassi massa, Hiebert, Ungurait dan Bohn, yang sering kita singkat menjadi HUB (1975), yang di kutip oleh Elvinaro Ardianto dalam bukunya Komunikasi Massa, mengemukakan komponen-komponen komunikasi massa meliputi sebagai berikut : a. Communicator (komunikator) Proses komunikasi massa diawali oleh komunikator (communicator). Komunikator komunikasi massa pada media cetak adalah para pengisi rubrik, reporter, redaktur, pemasang iklan, dan lain-lain. Sedangkan media elektronik komunikatornya adalah para pengisi program, pemasok program, penulis naskah, produser, aktor, presenter, dan lainlain. Komunikator dalam media massa berbeda dengan komunikator dalam komunikasi antarpersonal. b. Codes and Content Codes and content dapat dibedakan sebagai berikut : codes adalah sistem simbol yang digunakan untuk menyampaikan pesan komunikasi. Content atau isi media merujuk pada makna dari sebuah pesan, bisa berupa informasi mengenai berita yang serius atau sebuah lelucon. Pada media cetak, codes nya adalah tulisan atau huruf-huruf. c. Gatekeeper Sering sekali diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai penjaga gawang. Gawang yang dimaksudkan disini adalah gawang 37 dari sebuah media massa, agar media massa tersebut tidak “kebobolan”. Kebobolan dalam pengertian media massa tersebut tidak diajukan ke pengadilan oleh pembacanya karena menyampaikan berita yang tidak akurat, menyinggung reputasi seseorang, mencemarkan nama baik seseorang dan lain-lain. d. Regulator Dalam proses komunikasi massa, regulasi media massa adalah suatu proses yang rumit dan melibatkan banyak pihak. Peran regulator hampir sama dengan gatekeeper, namun regurator bekerja di luar di luar institusi media yang menghasilkan berita. e. Media Media massa terdiri dari : media cetak yaitu surat kabar dan majalah, dan media elektronik yaitu radio siaran, televisi, dan media online. f. Audience (audiens) Marshall McLuhan menjabarkan audience sebagai sentral komunikasi massa yang secara konstan dibombardir oleh media. Audience hampir tidak bisa menghindar dari media massa, sehingga beberapa individu menjadi anggota audience yang besar, yang menerima ribuan pesan media massa. g. Filter Pada setiap pembahasan komponen komunikasi massa, kita harus mempertimbangkan masalah budaya, karena sering kali proses komunikasi massa menghadapi hambatan berupa perbedaan budaya. 38 Masalahnya sekarang, bagaimana media massa mengantisipasi hambatan dengan mempertimbangkan faktor yang menjadi sumber hambatan. Filter boleh juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai saringan. Filter komunikasi dipengaruhi oleh tiga kondisi yaitu, cultural (budaya), pychological (tatanan psikologi) dan physical (kondisi fisik). h. Feedback (umpan balik) Komunikasi adalah proses dua arah antara pengirim dan penerima pesan. Proses komunikasi belum lengkap apabila audiens tidak mengirimkan respons atau anggapan kepada komunikaor terhadap pesan yang disampaikan. Respon atau tanggapan ini disebut feedback (Ardianto, 2007:31). 4. Hambatan Dalam Komunikasi Massa Hambatan dalam kegiatan komunikasi yang mana pun tertentu akan mempengaruhi efektifitas proses komunikasi massa, jenis hambatannya relatif lebih kompleks sejalan dengan kompleksitas komponen komunikasi massa. Hambatan komunikasi massa terdapat tiga hambatan yaitu : a. Hambatan Psikologis b. Hambatan Sosiokultural c. Hambatan Interaksi Verbal (Ardianto, 2007:89). Hambatan komunikasi massa yang termasuk dalam hambatan psikologis adalah kepentingan (interest), prasangka (prejudice), stereotip (stereotype) 39 dan motivasi (motivation). Disebut sebagai hambatan psikologis karena hambatan-hambatan tersebut merupakan unsur-unsur dari kegiatan psikis manusia (Ardianto, 2007:89). Hambatan komunikasi massa yang termasuk dalam hambatan sosiokultural (Ardianto, 2007:94) adalah aneka etnik, perbedaan norma sosial, kurang mampu berbahasa Indonesia, faktor semantik, pendidikan belum merata, dan hambatan mekanis. DeVito (1984) mengemukakan tujuh jenis hambatan yang sering terjadi pada komunikasi antarpersona. Dari ketujuh jenis hambatan interaksi verbal tersebut, beberapa diantaranya dapat pula terjadi pada komunikasi massa, namun dengan sedikit perbedaan. Jenis-jenis hambatan itu di antaranya : polarisasi, orientasi intensional, evaluasi statis, dan indiskriminasi (Ardianto, 2007:98). D. Analisis Isi 1. Definisi Analisis Isi Menurut Berelson Analisis isi adalah suatu teknik penelitian yan dilakukan secara objektif, sistematis dan deskripsi kuantitatif dari isi komunikasi yang tampak (manifest) Menurut Krippendorff Analisis Isi adalah sutu teknik penelitian untuk membuat inferensi yang dapat direplikasi (ditiru) dansahih datanya dengan memerhatikan konteksnya (Eriyanto, 2011:15) 40 2. Tujuan analisis isi yaitu: a. Menggambarkan karakteristik pesan Analisis isi menggambarkan secara detail deskripsi dari suatu pesan. Ada analisis isi yang hanya menggambarkan pesan (teks). Tetapi ada juga analisis isi yang didesain untuk melakukan perbandingan misalnya perbandingan antarwaktu, antarkomunikator yang berbeda, dan antar khalayak yang berbeda b. Menarik kesimpulan penyebab dari suatu pesan Analisis isi tidak hanya dapat dipakai untuk melihat gambaran atau karakteristik dari suatu pesan. Analisis isi juga dapat digunakan untuk menarik kesimpulan penyebab dari suatu pesan. Yang menjadi focus analisis isi di sini bukan deskripsi dari pesan, tetapi menjawab pertanyaan mengapa pesan muncul dalam bentuk tertentu. (Eriyanto,2011:32) 3. Ciri atau karakteristik dari analisis isi: a. Objektif Penelitian dilakukan untuk mendapatkan gambaran dari suatu isi secara apa adanya, tanpa adanya campur tangan dari peneliti. b. Sistematis Sistematis ini bermakna, semua tahapan dan proses penelitian telah dirumuskan secara jelas dan sistematis. Kategori diturunkan dari variabel, variabel diturunkan berdasarkan teori, pengujian dibuat berdasarkan hipotesis. 41 c. Replikabel Penelitian dengan temuan tertentu dapat diulang dengan menghasilkan temuan yang sama pula. d. Isi yang tampak Neuendorf dan Krippendorf menyatakan bahwa analisis isi dapat dipakai untuk melihat semua karakteristik dari isi, baik yang tampak ataupun yang tidak tampak e. Perangkuman Analisis isi umumnya dibuat untuk membuat gambaran umum karakteristik dari suatu isi/pesan. Analisis isi sebaliknya tidak berpretensi untuk menyajikan secara detail satu atau beberapa kasus isi. f. Generalisasi Analisis isi tidak hanya bertujuan untuk melakukan perangkuman tetapi juga berpretensi untuk melakukan generalisasi. Ini terutama jikalau analisis isi menggunakan sampel. Hasil dari analisis isi dimaksudkan untuk mmberikan gambaran populasi. (Eriyanto, 2011:16) E. Tinjauan tentang surat kabar Media cetak (surat kabar) merupakan salah satu sarana atau alat komunikasi dalam mencapai tujuan media massa. 42 Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa media cetak adalah alat komunikasi massa yang diterbitkan dalam bentuk cetakan seperti koran, majalah dan sebagainya. Media cetak terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna dan halaman putih atau berwarna yang mempunyai fungsi utama memberi informasi dan menghibur. Adapun menurut strukturnya media cetak mengenai media cetak dapat dibedakan atas dasar frekuensi penerbitan, khalayak pembacanya, ukuran, sirkulasi dan format isi: 1. Frekuensi Penerbitan Media cetak di Indonesia umumnya terbit harian dan mingguan, namun di samping terbit harian dan mingguan, untuk majalah ada pula yang terbit bulanan. 2. Khalayak Pembaca Sebagian masayarakat Indonesia yang berada di kotakota besar baik dari golongan menengah ke atas sampai golongan menengah ke bawah menganggap media cetak sangat penting. Media cetak tidak hanya dibeli secara pribadi, tetapi juga dibeli oleh perusahaan-perusahaan. Media cetak disediakan di lobi-lobi atau ruang tunggu dan di perpustakaan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya media cetak bagi masyarakat Indonesia kebutuhannya. yang memerlukan informasi untuk memenuhi 43 a. Ukuran Media Cetak Bentuk dan ukuran media cetak sangat beragam. Keberagaman ukuran media cetak berkaitan dengan daya tarik media cetak untuk menarik minat pembacanya, selain itu sebagai salah satu munculnya keragaman ukuran media cetak. b. Sirkulasi Media Cetak Media cetat memiliki sirkulasi yang beragam. Sirkulasi media cetak yang menjangkau seluruh Indonesia paling banyak dibaca daripada media cetak dengan jangkauan sirkulasi lokal suatu daerah tertentu saja yang hanya dibaca oleh masyarakat lingkungan sekitar. c. Format Isi Media Cetak Format isi media cetak sangat beragam, hal ini membuat pembaca media cetak tersegmentasi sesuai dengan kebutuhan informasi yang diperlukan. Adapun surat kabar di Indonesia hadir dalam berbagai macam bentuk ukuran, frekuensi terbit dan kelas ekonomi, pembaca serta jangkauan peredarannya. 1. Frekuensi Terbit Berdasarkan frekuensi penerbitannya, surat kabar umumnya dibedakan atas surat kabar harian dan surat kabar mingguan. Tetapi berdasarkan data yang dihimpun oleh persatuan perusahaan periklanan di Indonesia dibedakan menjadi lima macam sebagai berikut: 44 - 7x seminggu - 6x seminggu - 3x seminggu - 2x seminggu - 1x seminggu Berdasarkan frekuensi terbitan surat kabar, dapat diketahui usia berita surat kabar tersebut. Surat kabar harian mempunyai usia berita hanya satu hari, karena hari berikutnya sudah ada surat kabar hari itu dengan berita yang baru. 2. Ukuran Di Indonesia dikenal dua jenis ukuran surat kabar, yakni ukuran standard dan ukuran tabloid. Dan sebagian besar surat kabar di Indonesia menggunakan ukuran yang standar. 3. Sirkulasi • Surat kabar nasional Jangkauannya bersifat nasional. Contoh Kompas, Media Indonesia, dll. • Surat kabar regional Jangkauannya bersifat nasional maupun daerah. Contoh: KR, Jawa Pos, Suara Merdeka, dll. 45 • Surat kabar lokal Surat kabar lokal sirkulasinya lebih sempit dibandingkan dengan surat kabar regional. Padaumumnya surat kabar lokal ini merupakan surat kabar yang baru terbit. Ada kemungkinan untuk perkembangan selanjutnya dapat menjadi surat kabar regional. Berita-berita yang muncul pada surat kabar ini adalah berita yang mempunyai nilai berita lokal yang biasanya benar dekat dengan masyarakat (Rumanti, 2005:122-125). Surat kabar sebagai salah satu komunukasi massa juga mempunyai kelebihan dan kelemahan seperti yang lainnya (TV, radio, dll). Adapun kelebihan dan kelemahannya adalah: a. Kekuatan surat kabar 1. Market coverage, surat kabar dapat menjangkau daerahdaerah perkotaan sesuai dengan cakupan pasarnya (lokal, regional, nasional) 2. Catalog value (comparleon shopping), menyangkut kebiasaan konsumen membawa surat kabar sebagai referensi untuk memilih barang 3. Positive consumer attitudes, konsumen memandang surat kabar memuat hal-hal yang aktual yang perlu segera diketahui pembacanya 4. Mengutamakan pesan-pesan yang bersifat visual, berita-berita tertulis, gambargambar, foto dengan warna dan tata letak yang 46 b. Kelemahan surat kabar 1. Short life span, sekalipun jangkauannya bersifat massa, surat kabar dibaca orang dalam waktu singkat dan biasanya hanya sekali dibaca, selain itu surat kabar juga cepat basi 2. Cluter, isi yang dipaksakan di halaman surat kabar yang tidak punya manajemen redaksi dan tata letak yang baik bisa mengacaukan mata dan daya serap membaca 3. Limited coverage of certain groups, sekalipun surat kabar mempunyai sirkulasi yang luas, beberapa kelompok pasar tertentu tetap tidak dapat dilayani dengan baik (Rumanti, 2005:125). Surat kabar di Indonesia sebagai media komunikasi mengalami perkembangan yang begitu pesat setelah adanya kebebasan pers pada era reformasi Mei 1998 yaitu kebebasan jurnalistik yang sebesar-besarnya. Hal tersebut dengan ditandainya pembubaran Departemen Penerangan. UU Pokok Pers No. 21/1982 diganti UU Pokok Pers No. 40/1999. Namun, kebebasan itu kemudian disalah artikan, kode etik yang telah ada menjadi kabur oleh kepentingan bisnis media yang kemudian melahirkan jurnalisme baru di Indonesia yaitu jurnalisme kuning. Yellow journalism atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan sebutan koran kuning adalah sebuah jurnalisme yang merendahkan dengan mengedepankan skandal, sensasional atau tidak pantas/tidak profesional yang 47 diterbitkan oleh organisasi media baru atau jurnalis http://en.wikipedia.org/wiki/yellow_journalism). Jurnalisme kuning lahir di Amerika pada tahun 1898 oleh William Randolph di Harian Hearts New York dan juga Joseph Pulitzer dari The New York World. Jurnalisme kuning adalah pendapat yang bias yang terlihat seperti faktanya, padahal dalam prakteknya jurnalisme kuning adalah jurnalisme yang mengedepankan sensasional, cerita yang dipilih dan gambar yang menyesatkan dengan tujuan untuk peningkatan penjualan (http://library.thinkquest.org/C0111500/spanamer/yellow.htm). F. Berita 1. Defenisi Berita Secara sosiologis, berita adalah semua hal yang terjadi di dunia. Dalam gambaran yang sederhana, seperti dilukiskan dengan baik oleh para pakar jurnalistik, berita adalah apa yang ditulis surat kabar, apa yang disiarkan radio, dan apa yang ditayangkan televisi. Berita menampilkan fakta, tetapi tidak setiap fakta merupakan berita. Berita biasanya menyangkut orang-orang, tetapi tidak setiap orang bisa dijadikan berita. Berita merupakan sejumlah peristiwa yang terjadi di dunia, tetapi hanya sebagian kecil saja yang dilaporkan. Banyak orang mendefinisikan berita sesuai dengan sudut pandangnya masing-masing. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa belum ada 48 definisi berita secara universal. Untuk memperkuat penyajian atas peristiwa apa yang sedang kita pantau dan bagaimana menyajikannya, reporter pencari berita harus mempunyai definisi sendiri mengenai lingkup pekerjaannya. Menurut Doug Newson dan James A. Wollert dalam Media Writing : News for the Mass Media (1985:11) mengemukakan dalam definisi sederhana, berita adalah apa saja yang ingin dan perlu diketahui orang atau lebih luas lagi oleh masyarakat (dalam Sumadiria, 2005:64). Dengan melaporkan berita, media massa memberikan informasi kepada masyarakat mengenai apa yang mereka butuhkan. 2. Nilai Berita Nilai berita (News Value) merupakan acuan yang dapat digunakan oleh para jurnalis, yakni para reporter dan editor, untuk memutuskan fakta yang pantas dijadikan berita dan memilih mana yang lebih baik. Kriteria mengenai nilai berita merupakan patokan berarti bagi reporter. Dengan kriteria tersebut, seorang reporter dapat dengan mudah mendeteksi mana peristiwa yang harus diliput dan dilaporkan, dan mana peristiwa yang tak perlu diliput dan harus dilupakan. Kriteria nilai berita juga sangat penting bagi para editor dalam mempertimbangkan dan memutuskan, mana berita terpenting dan terbaik untuk dimuat, disiarkan, atau ditayangkan melalui medianya kepada masyarakat luas. Kriteria umum nilai berita, menurut Brian S. Brooks, George Kennedy, Darly R. Moen, dan Don Ranly dalam News Reporting and 49 Editing (1980:6-17), menunjukkan kepada sembilan hal mengenai nilai berita. Beberapa pakar lain menyebutkan, ketertarikan manusiawi (human interest) dan seks (sex) dalam segala dimensi dan manifestasinya, juga termasuk ke dalam kriteria umum nilai berita yang harus diperhatikan dengan seksama oleh para reporter dan editor media massa. (Sumadiria, 2005:80) Sejumlah faktor yang membuat sebuah kejadian memiliki nilai berita, adalah : 1. Keluarbiasaan (unusualness) Dalam pandangan jurnalistik, berita bukanlah suatu peristiwa biasa. Berita adalah suatu peristiwa luar biasa (news is unusual). Untuk menunjukkan berita bukanlah suatu peristiwa biasa, Lord Northchliffe, pujangga dan editor di Inggeris abad 18, menyatakan dalam sebuah ungkapan yang kemudian sangat populer dan kerap dikutip oleh para teoritis dan praktisi jurnalistik. Lord menegaskan (Mot, 1958 dalam Sumadiria, 2005:81), apabila ada orang digigit anjing maka itu bukanlah berita, tetapi sebaliknya apabila orang menggigit anjing maka itulah berita. Prinsip seperti itu hingga kini masih berlaku dan dijadikan acuan para reporter dan editor dimana pun. 2. Kebaruan (newness) Suatu berita akan menarik perhatian bila informasi yang dijadikan berita itu merupakan sesuatu yang baru. Semua media akan berusaha memberitakan informasi tersebut secepatnya, sesuai dengan periodesasinya. 50 Namun demikian, satu hal yang perlu diketahui tentang barunya suatu informasi, yaitu selain peristiwanya yang baru, suatu berita yang sudah lama terjadi, tetapi kemudian ditemukan sesuatu yang baru dari peristiwa itu, dapat juga dikatakan berita tersebut menjadi baru lagi. 3. Akibat (impact) Berita adalah segala sesuatu yang berdampak luas. Suatu peristiwa tidak jarang menimbulkan dampak besar dalam kehidupan masyarakat. Kenaikan harga bahan minyak (BBM), tarif angkutan umum, tarif telepon, bunga kredit pemilikan rumah (KPR), bagaimanapun sangat berpengaruh terhadap anggaran keuangan semua lapisan masyarakat dan keluarga. Apa saja yang menimbulkan akibat sangat berarti bagi masyarakat, itulah berita. Semakin besar dampak sosial, budaya, ekonomi atau politik yang ditimbulkannya, maka semakin besar nilai berita yang dikandungnya. Dampak suatu pemberitaan bergantung pada beberapa hal, yakni seberapa banyak khalayak yang terpengaruh, pmberitaan itu langsung mengena kepada khalayak atau tidak, dan segera tidaknya efek berita itu menyentuh khalayak media surat kabar, radio, atau televisi yang melaporkannya. 4. Aktual (timeliness) Berita adalah peristiwa yang sedang atau baru terjadi. Secara sederhana aktual berarti menunjuk pada peristiwa yang baru atau yang sedang terjadi. Sesuai dengan definisi jurnalistik, media massa haruslah memuat atau menyiarkan berita-berita aktual yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. 51 Dalam memperoleh dan menyajikan berita-berita atau laporan peristiwa yang aktual ini, media massa mengerahkan semua sumber daya yang dimilikinya mulai dari wartawan sampai kepada daya dukung peralatan paling modern dan canggih untuk menjangkau nara sumber dan melaporkannya pada masyarakat seluas dan secepat mungkin. Aktualitas adalah salah satu ciri utama media massa. Kebaruan atau aktualitas itu terbagi dalam tiga kategori, yaitu : aktualitas kalender, aktualitas waktu dan aktualitas masalah. 5. Kedekatan (proximity) Berita adalah kedekatan, yang mengandung dua arti yaitu kedekatan geogarfis dan kedekatan psikologis. Kedekatan geografis menunjuk pada suatu peristiwa atau berita yang terjadi di sekitar tempat tinggal kita. Semakin dekat suatu peristiwa yang terjadi dengan domisili kita, maka semakin terusik dan semakin tertarik kita untuk menyimak dan mengikutinya. Sedangkan kedekatan psikologis lebih banyak ditentukan oleh tingkat keterikatan pikiran, perasaan, atau kejiwaan seseorang dengan suatu objek peristiwa atau berita. 6. Informasi (information) Menurut Wilbur Schramm, informasi adalah segala yang bisa menghilangkan ketidakpastian. Tidak setiap informasi mengandung dan memiliki nilai berita. Setiap informasi yang tidak memiliki nilai berita, menurut pandangan jurnalistik tidak layak untuk dimuat, disiarkan atau 52 ditayangkan media massa. Hanya informasi yang memiliki nilai berita atau memberi banyak manfaat kepada publik yang patut mendapat perhatian media. 7. Konflik (conflict) Berita adalah konflik atau segala sesuatu yang mengandung unsur atau sarat dengan dimensi pertentangan. Konflik atau pertentangan merupakan sumber berita yang tak pernah kering dan tak akan pernah habis. Selama orang menyukai dan menganggap penting olah raga, perbedaan pendapat dihalalkan, demokrasi dijadikan acuan, kebenaran masih diperdebatkan, peperangan masih terus berkecambuk di berbagai belahan bumi, dan perdamaian masih sebatas angan-angan, selama itu pula konflik masih akan tetap menghiasi halaman surat kabar, mengganggu pendengaran karena disiarkan radio dan menusuk mata karena selalu ditayangkan di televisi. Ketika terjadi perselisihan antara dua individu yang makin menajam dan tersebar luas, serta banyak orang yang menganggap perselisihan tersebut dianggap penting untuk diketahui, maka perselisihan yang semula urusan individual, berubah menjadi masalah sosial. Disanalah letak nilai berita konflik. Tiap orang secara naluriah, menyukai konflik sejauh konflik itu tak menyangkut dirinya dan tidak mengganggu kepentingannya. Berita konflik, berita tentang pertentangan dua belah pihak atau lebih, menimbulkan dua sisi reaksi dan akibat yang berlawanan. Ada pihak yang setuju (pro) dan ada juga pihak yang kontra. 53 8. Orang Penting (news maker, prominence) Berita adalah tentang orang-orang penting, orang-orang ternama, pesohor, selebriti, publik figur. Orang-orang penting, orang-orang terkemuka, dimana pun selalu membuat berita. Jangakan ucapan dan tingkah lakunya, namanya saja sudah membuat berita. Teori jurnalistik menegaskan, nama menciptakan berita (names makes news). Di Indonesia, apa saja yang dikatakan dan dilakukan bintang film, bintang sinetron, penyanyi, penari, pembawa acara, pejabat, dan bahkan para koruptor sekalipun, selalu dikutip pers. Kehidupan para publik figur memang dijadikan ladang emas bagi pers dan media massa terutama televisi. Mereka menabur perkataan dan mengukuhkan perbuatan, sedangkan pers melaporkan dan menyebarluaskannya. Semua dikemas lewat sajian acara paduan informasi dan hiburan (information dan entertainment), maka jadilah infotainment. Masyarakat kita sangat menyukai acara-acara ringan semacam ini. 9. Kejutan (suprising) Kejutan adalah sesuatu yang datangnya tiba-tiba di luar dugaan, tidak direncanakan, di luar perhitungan, tidak diketahui sebelumnya. Kejutan bisa menunjuk pada ucapan dan perbuatan manusia. Bisa juga menyangkut binatang dan perubahan yang terjadi pada lingkungan alam, benda-benda mati. Semuanya bisa mengundang dan menciptakan informasi serta tindakan yang mengejutkan, mengguncang dunia, seakan langit akan runtuh, bukit akan terbelah dan laut akan musnah. 54 10. Ketertarikan Manusiawi (human interest) Kadang-kadang suatu peristiwa tak menimbulkan efek berarti pada seseorang, sekelompok orang, atau bahkan lebih jauh lagi pada suatu masyarakat tetapi telah menimbulkan getaran pada suasana hati, suasana kejiwaan, dan alam perasaannya. Peristiwa tersebut tidak menguncangkan, tidak mendorong aparat keamanan siap-siaga atau segera merapatkan barisan dan tak menimbulkan perubahan pada agenda sosial-ekonomi masyarakat. Hanya karena naluri, nurani dan suasana hati kita merasa terusik, maka peristiwa itu tetap mengandung nilai berita. Para praktisi jurnalistik mengelompokkan kisah-kisah human interest ke dalam berita ringan, berita lunak (soft news). 11. Seks (sex) Berita adalah seks; seks adalah berita. Sepanjang sejarah peradaban manusia, segala hal yang berkaitan dengan perempuan pasti menarik dan menjadi sumber berita. Seks memang identik dengan perempuan. Perempuan identik dengan seks. Dua sisi mata uang yang tak terpisahkan, selalu menyatu. Tak ada berita tanpa perempuan, sama halnya dengan tak ada perempuan tanpa berita. Di berbagai belahan dunia, perempuan dengan segala aktifitasnya selalu layak muat, layak siar, layak tayang. Segala macam berita tentang perempuan, tentang seks, selalu banyak peminatnya. Selalu dinanti dan bahkan dicari. Seks bisa menunjuk pada keindahan anatomi perempuan, seks 55 bisa menyentuh masalah poligami. Seks begitu akrab dengan dunia perselingkuhan para petinggi negara hingga selebriti. Dalam hal-hal khusus, seks juga kerap disandingkan dengan kekuasaan. Seks juga sumber bencana bagi kedudukan dan jabatan seseorang. G. Korupsi 1. Definisi korupsi Korupsi berasal dari bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Secara harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus, politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka. Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah|pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para 56 pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali. (Hamzah,1991:7) 2. Penyebab Korupsi a. Ketentuan peraturan perundang-undangan yang kurang jelas dan tegas. Ketentuan peraturan perundang-undangan yang lemah, kurang jelas dan tegas, dapat memberikan celah atau peluang bagi seseorang atau sekelompok orang untuk melakuakan tindakan korupsi karena mereka dapat terhindar dari jerat hukum. b. Lemahnya penegakan hukum Lemahnya dan tidak tegasnya penegakan hukum merupakan faktor tumbuh dan berkembangnya tindakan korupsi. Penegakan hukum yang lemah akan dapat menghindarkan para pelaku korupsi dari sanksi hukum. c. Adanya Peluang Ada kalanya kejahatan muncul bukan karena niat jahat dari para pelaku melainkan karena adanya kesempatan atau peluang untuk melakukan korupsi. d. Birokrasi yang rumit Birokrasi yang rumit seperti prosedur pengurusan sesuatu (contoh : paspor, surat tanah, SIM, dan sebagainya) di kantor pemerintahan atau lembaga lainnya, akan mendorong orang untuk melakukan tindakan korupsi, misalnya mereka melakuakan penyuapan terhadap aparat untuk 57 memperlancar segala urusan tersebut, tanpa harus melalui prosedur yang benar dan telah ditetapkan. e. Kurangnya sosialisasi dan penyuluhan pada masyarakat Kurangnya sosialisasi dan penyuluhan mengenai korupsi dan ketentuan hukumnya, dapat menyebabkan masyarakat tidak tahu mengenai bentukbentuk tindakan korupsi, ketentuan dan sanksi hukumnya, cara mengindarinya dan cara melaporkannya apabila menemukan perbuatan yang dikategorikan sebagai tindakan korupsi. 3. Macam-Macam Korupsi a. Penyuapan Penyuapan merupakan salah satu bentuk korupsi, yang antara lain dilakukan dengan cara memberikan sejumlah uang kepada pejabat atau aparatur pemerintahan, dengan maksud agar urusan & kepentingan dapat terselesaikan dengan cepat, meskipun kurang memenuhi syarat & prosedurnya tisak sesuai dengan ketentuan. b. Komersialisme jabatan Komersalisme jabatan dilakuakn dengan cara menggunakan jabatannya demi keuntungan finansial (keuangan) yang digunakan untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya. Hal ini jelas melangar ketentuan yang berlaku, apalagi jabatan tersebut diamanahkan padanya demi kepentingan bangsa dan negara. 58 c. Pungutan liar (Pungli) Melakukan pungut-pungutan di luar ketentuan yang berlaku, pada dasarnya juga merupakan tindakan korupsi. Misalnya, seorang petugas memungut sejumlah uang kepada setiap sopir kendaraan umum yang lewat, bukan berdasarkan ketentuan peraturan yang berlaku, tetapi demi kepentingan diri sendiri dan kelompoknya. Salah satu isu yang paling krusial untuk dipecahkan oleh bangsa dan pemerintah Indonesia adalah masalah korupsi. Hal ini disebabkan semakin lama tindak pidana korupsi di Indonesia semakin sulit untuk diatasi. Maraknya korupsi di Indonesia disinyalir terjadi di semua bidang dan sektor pembangunan. Apalagi setelah ditetapkannya pelaksanaan otonomi daerah, berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004, disinyalir korupsi terjadi bukan hanya pada tingkat pusat tetapi juga pada tingkat daerah dan bahkan menembus ke tingkat pemerintahan yang paling kecil di daerah. Pemerintah Indonesia sebenarnya tidak tinggal diam dalam mengatasi praktek-praktek korupsi. Upaya pemerintah dilaksanakan melalui berbagai kebijakan berupa peraturan perundang-undangan dari yang tertinggi yaitu Undang-Undang Dasar 1945 sampai dengan UndangUndang tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Selain itu, pemerintah juga membentuk komisi-komisi yang berhubungan langsung dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi seperti 59 Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Upaya pencegahan praktek korupsi juga dilakukan di lingkungan eksekutif atau penyelenggara negara, dimana masing-masing instansi memiliki Internal Control Unit (unit pengawas dan pengendali dalam instansi) yang berupa inspektorat. Fungsi inspektorat mengawasi dan memeriksa penyelenggaraan kegiatan pembangunan di instansi masingmasing, terutama pengelolaan keuangan negara, agar kegiatan pembangunan berjalan secara efektif, efisien dan ekonomis sesuai sasaran. Di samping pengawasan internal, ada juga pengawasan dan pemeriksaan kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh instansi eksternal yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Badan Pengawas Keuangan Pembangunan (BPKP). Selain lembaga internal dan eksternal, lembaga swadaya masyarakat (LSM) juga ikut berperan dalam melakukan pengawasan kegiatan pembangunan, terutama kasus-kasus korupsi yang dilakukan oleh penyelenggara negara. Beberapa LSM yang aktif dan gencar mengawasi dan melaporkan praktek korupsi yang dilakukan penyelenggara negara antara lain adalah Indonesian Corruption Watch (ICW), Government Watch (GOWA), dan Masyarakat Tranparansi Indonesia (MTI). 60 H. Jurnalistik Dari segi etimologi kita melihat istilah jurnalistik terdiri dari dua suku kata, jurnal dan istik. Kata jurnalistik berasal dari bahasa Prancis, journal, yang berarti catatan harian. Hampir sama bunyi ucapanya dengan kata itu kita temukan dalam bahasa Latin, diurna yang menggandung arti hari ini. Sehubungan dengan kegiatan jurnalistik, pada zaman kerajaan Romawi Kuno yang diperintahkan oleh Julius Caesar dikenal dengan istilah acta diurna yang mengandung makna rangkaian akta (gerakan, kegiatan, dan kejadian) hari ini. Adapun kata istik merujuk pada istilah estetika yang berarti ilmu pengetahuan tentang keindahan. Keindahan dimaksud adalah mewujudkan berbagai produk seni dan keterampilan dengan menggunakan bahan-bahan yang diperlukannya seperti kayu, batu, kertas, cat, atau suara. Dalam hal ini meliputi semua macam bangunan, kesusastraan, dan musik Dengan demikian secara etimologis jurnalistik dapat diartikan sebagai suatu karya seni dalam hal membuat catatan tentang peristiwa sehari-hari, karya mana memiliki nilai keindahan yang dapat menarik perhatian khalayaknya sehingga dapat dinikmati dan dimanfaatkan untuk keperluan hidupnya. Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (2003:95). Jurnalistik adalah istilah yang berasal dari bahasa Belanda “Journalistiek” atau bahasa Inggris Journalism, yang 61 bersumber pada perkataan “Journal” sebagai terjemahan dari bahasa Latin diurnal yang berarti “harian” atau “setiap hari”. Karena itu pula para filosof memberikan batasan jurnalistik sebagai sarana pemberitahuan dengan pernyataannya yang berbunyi berilah publik apa yang mereka inginkan dan berilah publik suatu kebenaran yang dimilikinya. Jurnalistik adalah seni dan keterampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya, sehingga terjadi perubahan sikap, sifat, pendapat dan perilaku khalayak sesuai dengan kehendak para jurnalisnya. Kustadi Suhandang dalam bukunya Pengantar Jurnalistik (2010:38) membedakan jurnalistik dari publisistik dengan menegaskan bahwa jurnalistik adalah kepandaian yang ilmiah. Sebagai kepandaian praktis, jurnalistik adalah salah satu obyek di samping obyek-obyek lainnya dari ilmu publisistik, yang mempelajari seluk beluk penyiaranberita-berita dalam keseluruhannya dengan meninjau segala saluran, bukan saja pers, tapi juga radio, televisi, film, teater, rapat-rapat umum, dan segala lapangan. Onong Uchjana Effendy (2003:102) menyatakan bahwa jurnalistik merupakan kegiatan pengelolaan laporan harian yang menarik minat khalayak, mulai dari peliputan sampai penyebarannya kepada masyarakat. 62 Sebaliknya Ensiklopedi Indonesia secara rinci menerangkan jurnalistik sebagai bidang profesi yang mengusahakan penyajian informasi tentang kejadian dan kehidupan sehari-hari (pada hakikatnya dalam bentuk penerangan, penafsiran, dan pengkajian) secara berkala, dengan menggunakan sarana-sarana penerbitan yang ada. Pengertian jurnalistik adalah kegiatan mencari, menulis, dan menyebarkan informasi melalui sarana media cetak (surat kabar, majalah, buletin, tabloid) dan media elektronik (televisi, radio, internet). Pada tahun 1950-an jurnalistik dikelompokkan yang sebagai mana di tulis oleh Kustadi Suhandang dalam bukunya Pengantar Jurnalistik yaitu sebagai : 1. Sarana (media) : a. Media cetak : jurnalistik harian, majalah, dan kantor berita. b. Media elektronik : jurnalistik radio, televisi, dan film. 2. Bidang kerja : dalam negeri, luar negeri, parlemen, ekonomi, keuangan, olah raga, kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan lain-lain (Suhandang, 2010:22). Jurnalistik adalah seni dan atau keterampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya. Indah di situ punya arti dapat 63 diminati dan dinikmati sehingga bisa mengubah sikap, sifat, pendapat, dan tingkah laku khalayaknya.