View/Open - Repository | UNHAS

advertisement
24
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari
kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama.
Sama disini maksudnya adalah satu makna. Jadi, jika dua orang terlibat dalam
komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi
atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan.
Pengertian tersebut sifatnya dasariah, dalam arti kata bahwa komunikasi itu
minimal harus mengandung kesamaan maknaantara dua pihak yang terlibat.
Dalam “bahasa” komunikasi pernyataan dinamika pesan (message), orang yang
menyampaikan pesan disebut komunikator (communicator), sedangkan orang
yang menerima pernyataan diberi nama komunikan (communicate). Untuk
tegasnya komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan. (Effendy, 2003:28)
Menurut Hafied Cangara dalam bukunya “Pengantar Ilmu Komunikasi”
mengatakan bahwa: komunikasi sebagai kata yang abstrak, pada dasarnya sulit
didefinisikan. Komunikasi memiliki sejumlah arti. Para pakar telah membuat
banyak upaya untuk mendefinisikan komunikasi, namun menetapkan definisi
25
tunggal terbukti tidak mungkin dan tidak berguna. Definisi mana yang kita pilih,
tergantung kegunaannya dalam hal apa definisi itu kita perlukan. Ia pun
mendefinisikan komunikasi sebagai usaha penyampaian pesan antarmanusia.
(Cangara, 2006:19)
Ada beberapa definisi yang diungkapkan oleh para ahli dan pakar
komunikasi seperti yang di ungkapkan oleh Carl. I. Hovland yang dikutip oleh
Effendy dalam buku “Ilmu Komunikasi Teori dan Peraktek” bahwa: Ilmu
Komunikasi adalah: Upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asasasas penyampain informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. (Effendy,
2002:10) Definisi Hovland di atas menunjukan bahwa yang dijadikan objek studi
ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan jugam
pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public attitude)
yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang
amat penting. Dalam definisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasi,
Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses pengubahan perilaku
orang lain.
2.
Proses Komunikasi
Menurut Onong Uchjana Effendy, Proses komunikasi pada intinya terbagi
menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder.
26
a. Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pesan dan
atau perasaan kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol)
sebagai media. Lambang atau simbol berupa bahasa, kial, syarat, gambar,
warna
dan
lain
sebagainya,
yang
secara
langsung
mampu
”menerjemahkan” pikiran, perasaan komunikator kepada komunikan.
Bahasa yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah jelas
karena bahasalah yang paling mampu “menerjemahkan” pikiran seseorang
kepada orang lain. Berkat kemampuan bahasa, maka kita dapat
mempelajari ilmu pengetahuan sejak ditampilkan oleh Aristoteles, Plato,
dan Socrates, dapat menjadi manusia yang beradap dan berbudaya, dan
dapat memperkirakan apa yang akan terjadi pada tahun, decade, bahkan
abad yang akan datang. Media primer atau lambang yang paling banyak
digunakan dalam komunikasi adalah bahasa. Akan tetapi tidak semua
orang pandai mencari kata-kata yang tepat dan lengkap yang dapat
mencerminkan pikiran dan perasaan yang sesungguhnya. Komunikasi
berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima
oleh komunikan. Dengan perkataan lain, komunikasi adalah proses
membuat sebuah pesan setala (tuned) bagi komunikator dan komunikan.
b.
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan
oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana
sebagai media kedua, setelah memakai lambang sebagai media pertama.
Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan
komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat
27
yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat
kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi adalah media kedua
yang seringa digunakan dalam komunikasi. Karena proses komunikasi
sekunder ini merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk
menembus dimensi ruang dan waktu, maka dalam menata lambanglambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator
harus memperhitungkan ciri-ciri atau sifat-sifat media yang akan
digunakan. Penentuan media yang akan dipergunakan sebagai hasil pilihan
dari sekian banyak alternatif perlu didasari pertimbangan mengenai siapa
komunikan yang akan dituju.
3. Tujuan Komunikasi
Setiap individu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan tujuan dari
komunikasi itu sendiri, secara umum tujuan berkomunikasi adalah mengharapkan
adanya umpan yang diberikan oleh lawan berbicara kita serta semua pesan yang
kita sampaikan dapat diterima oleh lawan bicara kita dan adanya efek yang terjadi
setelah melakukan komunikasi tersebut. Menurut Onong Uchjana dalam buku
Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek mengatakan ada pun beberapa tujuan
berkomunikasi:
a. Supaya gagasan kita dapat diterima oleh orang lain dengan pendekatan
yang persuasive bukan memaksakan kehendak.
b. Memahami orang lain, kita sebagai pejabat atau pimpinan harus
mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkannya,
28
jangan mereka menginginkan arah ke barat tapi kita memberi jalur ke
timur.
c. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakkan
sesuatu itu dapat bermacam-macam mungkin berupa kegiatan yang
dimaksudkan ini adalah kegiatan yang banyak mendorong, namun yang
penting harus diingat adalah bagaimana cara yang terbaik melakukannya.
d. Supaya yang kita sampaikan itu dapat dimengerti sebagai pejabat ataupun
komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) atau
bawahan dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat
mengikuti apa yang kita maksudkan. (Effendy, 2002 : 18)
Jadi secara singkat dapat dikatakan tujuan komunikasi itu adalah
mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan. Serta tujuan yang
utama adalah agar semua pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti dan
diterima oleh komunikan.
4. Fungsi Komunikasi
Berbicara mengenai fungsi komunikasi, Onong Uchjana Effendy,
mengemukakan bahwa fungsi komunikasi adalah:
a.
Menginformasikan (To Inform)
Adalah memberikan informasi kepada masyarakat, memberitahukan
kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, idea tau pikiran dan
tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain.
29
b.
Mendidik (To Educate)
Adalah komunikasi merupakan sarana pendidikan, dengan komunikasi
manusia dapat menyampaikan idea tau pikirannya kepada orang lain,
sehingga orang lain mendapat informasi dan ilmu pengetahuan.
c.
Menghibur (To Entertain)
Adalah komunikasi selain berguna untuk menyampaikan komunikasi,
pendidikan dan mempengaruhi juga berfungsi untuk menyampaikan
hiburan atau menghibur orang lain.
d.
Mempengaruhi (To Influence)
Adalah fungsi mempengaruhi setiap individu yang berkomunikasi
tentunya berusaha saling mempengaruhi jalan pikiran komunikasi dan
lebih jauhnya lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan
sesuai dengan yang diharapkan. (Effendy, 2002:36).
Dilihat dari fungsi dan keberadaannya di masyarakat, komunikasi tidak
bisa lepas dari kehidupan karena komunikasi akan selalu berada dalam
kehidupan sehari-hari.
5.
Konteks Komunikasi
Komunikasi tidak berlangsung dalam suatu ruangan hampa sosial,
melainkan dalam suatu konteks atau situasi tertentu. secara luas konteks
disini berarti semua faktor diluar orang-orang yang berkomunikasi terdiri
dari:
30
1) Aspek bersifat fisik: seperti iklim, suhu, cuaca, bentuk ruangan, warna
dinding, tempat duduk, jumlah peserta komunikasi dan alat untuk
menyampaikan pesan.
2) Aspek psikologis: seperti sikap, kecenderungan, prasangka dan emosi
para peserta komunikasi.
3) Aspek sosial: seperti norma kelompok, nilai sosial, dan karakteristik
budaya.
4) Aspek waktu: yakni kapan berkomunikasi (hari apa, jam berapa, pagi,
siang, sore, malam).
Indikator paling umum untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan
konteks atau tingkatannya adalah jumlah peserta yang terlibat dalam
komunikasi. Maka dikenalah komunikasi intrapribadi, komunikasi diadik,
komunikasi
antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi public, komunikasi
organisasi dan komunikasi massa.
6.
Faktor Penunjang Komunikasi Efektif
Wilbur schramm menampilkan apa yang ia sebut “The Condition Of
Success in Communication”, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita
menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita
kehendaki.
Kondisi tersebut dirumuskan sebagai berikut:
31
1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga
dapat menarik perhatian komunikan.
2.
Pesan
harus
menggunakan
lambang-lambang
tertuju
kepada
pengalaman yang sama anatara komunikator dan komunikan, sehingga
sama-sama mengerti.
3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan
menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi
yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikasi berada pada saat ia
digerakan untuk memberikan tanggapan yang ia kehendaki (Effendy,
2002:41).
B. Komunikasi Politik
1. Definisi Komunikasi Politik
Komunikasi politik adalah suatu proses komunikasi yang memiliki implikasi atau
konsekuensiterhadap aktivitas politik. (Cangara, 2009:36)
2. Unsur-unsur komunikasi politik
Seperti halnya ilmu-ilmu social lainnya komunikasi politik sebagai body
of knowledge juga terdiri atas beberapa unsure di antaranya sebagai berikut :
a. Komunikator
politik,
adalah
menyampaikan pesan politik
orang
atau
lembaga
politik
yang
32
b. Pesan politik, adalah Hal yang disampaikan oleh komunikator politik baik
yang bersifat verbal maupun unverbal, tersembunyi maupun terlihat, atau
disadari maupun tidak disadari
c. Saluran politik, adalah saluran atau media yang menjadi sarana dari
penyampaian pesan politik baik melalui media cetak seperti surat kabar,
majalah, tabloid, dll maupun media elektronik seperti televisi, internet, dll
d. Sasaran politik, adalah sasaran dari pesan politik yaitu anggota
masyarakat dengan tujuan agar memberikan suara kepada tokoh atau
partai politik dalam pemilihan umum
e. Efek atau pengaruh komunikasi politik, pengaruh komunikasi politik
diharapkan agar dapat memberikan pemahaman politik kepada anggota
masyarakat yang bermuara pada pemberian suara pada pemilihan umum.
(Cangara, 2009:37)
3. Telaah ilmu komunikasi pada komunikasi politik
Jika komunikasi politik diletakkan pada telaah kritis ilmu komunikasi
yakni komunikasi teknik, komunikasi terapan dan teori komunikasi. Pada
tingkat teknis komunikasi politik menyangkut kiat komunikasi yang spesifik
misalnya cara melepaskan desas-desus, membuat pesan yang membangkitkan
keresahan, memanipulasi informasi dari angle liputan kamera atau penampilan
gambar yang memberi kesan pengikut kampanye yang sepi. Kiat seperti ini
biasanya berkembang dari lapangan kemudian didesain sedemikian rupa .
Akan tetapi penggunaannya lebih tergantung pada keterampilan, naluri,
33
kejelian, dan improvisasi dari pelaku dengan berbagai ragam variasi.
(Cangara, 2009:41)
C. Komunikasi Massa
1. Pengertian Komunikasi Massa
Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia yang lahir
bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat mekanik, yang mampu
melipatgandakan pesan-pesan komunikasi. Pada dekade sebelum abad ke-20, alatalat mekanik yang menyertai lahirnya publisistik atau komunikasi massa adalah
alat-alat percetakan (press printed) yang menghasilkan surat kabar, buku-buku,
majalah, brosur, dan materi cetakan lain.
Komunikasi massa berasal dari istilah bahasa inggris yang berarti mass
communication, kependekan dari massmedia communication (komunikasi media
massa). Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi
yang “mass mediated”. Kata massa dalam komunikasi massa dapat diartikan lebih
dari sekedar “orang banyak”. Seperti yang di kutip oleh Wiryanto dalam bukunya
“Teori Komunikasi Massa” mengatakan bahwa Massa kita artikan sebagai
“meliputi semua orang yang menjadi sasaran alat-alat komunikasi massa atau
orang-orang pada ujung lain dari saluran”. (Wiryanto, 2000:2)
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh
Bittner yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui
media massa pada sejumlah besar orang. (Ardianto, 2007:3)
34
Sedangkan ahli komunikasi Joseph A. Devito merumuskan definisi
komunikasi massa yang pada intinya merupakan penjelasan tentang pengertian
massa, serta tentang media yang digunakannya. Ia mengemukakan definisinya
dalam dua item, yakni “pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang
ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Kedua,
komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar
yang audio dan/atau visual. (Ardianto, 2007:6)
2. Karakteristik Komunikasi Massa
a. Komunikator Terlembaga
Ciri
komunikasi
massa
yang
pertama
adalah
komunikatornya.
Komunikasi massa itu melibatkan lembaga, dan komunikatornya
bergerak dalam organisasi yang kompleks. Komunikator dalam
menyebarluaskan pesannya bertindak atas nama lembaga, ia tidak
mempunyai kebebasan individual. Sebagai konsekuensinya, peranan
komunikator dalam proses komunikasi ditunjang oleh orang-orang lain.
b. Pesan Bersifat Umum
Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu
ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok
orang tertentu. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa,
atau opini. Pesan komunikasi massa yang dalam bentuk apa pun harus
memenuhi kriteria penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik,
bagi sebagian besar komunikan.
35
c. Media Massa Menimbulkan Keserempakan
Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya
adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif
banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak
itu secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang
sama pula.
d. Komunikasi mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan
Komunikasi mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan karena komunikasi
massa tidak menimbulkan relasi-relasi. Dalam komunikasi massa, pesan
harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan
disesuaikan dengan karakter media massa yang akan digunakan.
e. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah
Komunikasi massa itu adalah komunikasi dengan menggunakan atau
melalui media massa. Karena melalui media massa maka komunikator
dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator
aktif menyampaikan pesan sedangakan komunikan aktif menerima pesan,
namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana
halnya terjadi dalam komunikasi antarpersona.
36
3. Komponen Komunikasi Massa
Untuk membahas komponen-komponen komunikassi massa,
Hiebert, Ungurait dan Bohn, yang sering kita singkat menjadi HUB
(1975), yang di kutip oleh Elvinaro Ardianto dalam bukunya Komunikasi
Massa, mengemukakan komponen-komponen komunikasi massa meliputi
sebagai berikut :
a. Communicator (komunikator)
Proses komunikasi massa diawali oleh komunikator (communicator).
Komunikator komunikasi massa pada media cetak adalah para pengisi
rubrik, reporter, redaktur, pemasang iklan, dan lain-lain. Sedangkan
media elektronik komunikatornya adalah para pengisi program,
pemasok program, penulis naskah, produser, aktor, presenter, dan lainlain. Komunikator dalam media massa berbeda dengan komunikator
dalam komunikasi antarpersonal.
b. Codes and Content
Codes and content dapat dibedakan sebagai berikut : codes adalah
sistem
simbol
yang
digunakan
untuk
menyampaikan
pesan
komunikasi. Content atau isi media merujuk pada makna dari sebuah
pesan, bisa berupa informasi mengenai berita yang serius atau sebuah
lelucon. Pada media cetak, codes nya adalah tulisan atau huruf-huruf.
c. Gatekeeper
Sering sekali diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai
penjaga gawang. Gawang yang dimaksudkan disini adalah gawang
37
dari sebuah media massa, agar media massa tersebut tidak
“kebobolan”. Kebobolan dalam pengertian media massa tersebut tidak
diajukan ke pengadilan oleh pembacanya karena menyampaikan berita
yang tidak akurat, menyinggung reputasi seseorang, mencemarkan
nama baik seseorang dan lain-lain.
d. Regulator
Dalam proses komunikasi massa, regulasi media massa adalah suatu
proses yang rumit dan melibatkan banyak pihak. Peran regulator
hampir sama dengan gatekeeper, namun regurator bekerja di luar di
luar institusi media yang menghasilkan berita.
e.
Media
Media massa terdiri dari : media cetak yaitu surat kabar dan majalah,
dan media elektronik yaitu radio siaran, televisi, dan media online.
f. Audience (audiens)
Marshall McLuhan menjabarkan audience sebagai sentral komunikasi
massa yang secara konstan dibombardir oleh media. Audience hampir
tidak bisa menghindar dari media massa, sehingga beberapa individu
menjadi anggota audience yang besar, yang menerima ribuan pesan
media massa.
g.
Filter
Pada setiap pembahasan komponen komunikasi massa, kita harus
mempertimbangkan masalah budaya, karena sering kali proses
komunikasi massa menghadapi hambatan berupa perbedaan budaya.
38
Masalahnya sekarang, bagaimana media massa mengantisipasi
hambatan dengan mempertimbangkan faktor yang menjadi sumber
hambatan. Filter boleh juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
sebagai saringan. Filter komunikasi dipengaruhi oleh tiga kondisi
yaitu, cultural (budaya), pychological (tatanan psikologi) dan physical
(kondisi fisik).
h. Feedback (umpan balik)
Komunikasi adalah proses dua arah antara pengirim dan penerima
pesan. Proses komunikasi belum lengkap apabila audiens tidak
mengirimkan respons atau anggapan kepada komunikaor terhadap
pesan yang disampaikan. Respon atau tanggapan ini disebut feedback
(Ardianto, 2007:31).
4. Hambatan Dalam Komunikasi Massa
Hambatan dalam kegiatan komunikasi yang mana pun tertentu akan
mempengaruhi efektifitas proses komunikasi massa, jenis hambatannya relatif
lebih kompleks sejalan dengan kompleksitas komponen komunikasi massa.
Hambatan komunikasi massa terdapat tiga hambatan yaitu :
a. Hambatan Psikologis
b. Hambatan Sosiokultural
c. Hambatan Interaksi Verbal (Ardianto, 2007:89).
Hambatan komunikasi massa yang termasuk dalam hambatan psikologis
adalah kepentingan (interest), prasangka (prejudice), stereotip (stereotype)
39
dan motivasi (motivation). Disebut sebagai hambatan psikologis karena
hambatan-hambatan tersebut merupakan unsur-unsur dari kegiatan psikis
manusia (Ardianto, 2007:89).
Hambatan
komunikasi
massa
yang
termasuk
dalam
hambatan
sosiokultural (Ardianto, 2007:94) adalah aneka etnik, perbedaan norma
sosial, kurang mampu berbahasa Indonesia, faktor semantik, pendidikan
belum merata, dan hambatan mekanis.
DeVito (1984) mengemukakan tujuh jenis hambatan yang sering terjadi
pada komunikasi antarpersona. Dari ketujuh jenis hambatan interaksi
verbal tersebut, beberapa diantaranya dapat pula terjadi pada komunikasi
massa, namun dengan sedikit perbedaan. Jenis-jenis hambatan itu di
antaranya : polarisasi, orientasi intensional, evaluasi statis, dan
indiskriminasi (Ardianto, 2007:98).
D. Analisis Isi
1. Definisi Analisis Isi
Menurut Berelson Analisis isi adalah suatu teknik penelitian yan dilakukan
secara objektif, sistematis dan deskripsi kuantitatif dari isi komunikasi yang
tampak (manifest)
Menurut Krippendorff Analisis Isi adalah sutu teknik penelitian untuk
membuat inferensi yang dapat direplikasi (ditiru) dansahih datanya dengan
memerhatikan konteksnya (Eriyanto, 2011:15)
40
2. Tujuan analisis isi yaitu:
a. Menggambarkan karakteristik pesan
Analisis isi menggambarkan secara detail deskripsi dari suatu pesan. Ada
analisis isi yang hanya menggambarkan pesan (teks). Tetapi ada juga
analisis isi yang didesain untuk melakukan perbandingan misalnya
perbandingan antarwaktu, antarkomunikator yang berbeda, dan antar
khalayak yang berbeda
b. Menarik kesimpulan penyebab dari suatu pesan
Analisis isi tidak hanya dapat dipakai untuk melihat gambaran atau
karakteristik dari suatu pesan. Analisis isi juga dapat digunakan untuk
menarik kesimpulan penyebab dari suatu pesan. Yang menjadi focus
analisis isi di sini bukan deskripsi dari pesan, tetapi menjawab pertanyaan
mengapa pesan muncul dalam bentuk tertentu. (Eriyanto,2011:32)
3. Ciri atau karakteristik dari analisis isi:
a. Objektif
Penelitian dilakukan untuk mendapatkan gambaran dari suatu isi secara
apa adanya, tanpa adanya campur tangan dari peneliti.
b. Sistematis
Sistematis ini bermakna, semua tahapan dan proses penelitian telah
dirumuskan secara jelas dan sistematis. Kategori diturunkan dari variabel,
variabel diturunkan berdasarkan teori, pengujian dibuat berdasarkan
hipotesis.
41
c. Replikabel
Penelitian dengan temuan tertentu dapat diulang dengan menghasilkan
temuan yang sama pula.
d. Isi yang tampak
Neuendorf dan Krippendorf menyatakan bahwa analisis isi dapat dipakai
untuk melihat semua karakteristik dari isi, baik yang tampak ataupun yang
tidak tampak
e. Perangkuman
Analisis isi umumnya dibuat untuk membuat gambaran umum
karakteristik dari suatu isi/pesan. Analisis isi sebaliknya tidak berpretensi
untuk menyajikan secara detail satu atau beberapa kasus isi.
f. Generalisasi
Analisis isi tidak hanya bertujuan untuk melakukan perangkuman tetapi
juga berpretensi untuk melakukan generalisasi. Ini terutama jikalau
analisis isi menggunakan sampel. Hasil dari analisis isi dimaksudkan
untuk mmberikan gambaran populasi. (Eriyanto, 2011:16)
E. Tinjauan tentang surat kabar
Media cetak (surat kabar) merupakan salah satu sarana atau alat
komunikasi dalam mencapai tujuan media massa.
42
Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa media cetak
adalah alat komunikasi massa yang diterbitkan dalam bentuk cetakan seperti
koran, majalah dan sebagainya.
Media cetak terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambar atau foto
dalam tata warna dan halaman putih atau berwarna yang mempunyai fungsi utama
memberi informasi dan menghibur. Adapun menurut strukturnya media cetak
mengenai media cetak dapat dibedakan atas dasar frekuensi penerbitan, khalayak
pembacanya, ukuran, sirkulasi dan format isi:
1. Frekuensi Penerbitan
Media cetak di Indonesia umumnya terbit harian dan mingguan, namun di
samping terbit harian dan mingguan, untuk majalah ada pula yang terbit
bulanan.
2. Khalayak Pembaca
Sebagian masayarakat Indonesia yang berada di kotakota besar baik dari
golongan menengah ke atas sampai golongan menengah ke bawah
menganggap media cetak sangat penting. Media cetak tidak hanya dibeli
secara pribadi, tetapi juga dibeli oleh perusahaan-perusahaan.
Media cetak disediakan di lobi-lobi atau ruang tunggu dan di
perpustakaan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya media cetak bagi
masyarakat
Indonesia
kebutuhannya.
yang
memerlukan
informasi
untuk
memenuhi
43
a.
Ukuran Media Cetak
Bentuk dan ukuran media cetak sangat beragam. Keberagaman ukuran
media cetak berkaitan dengan daya tarik media cetak untuk menarik
minat pembacanya, selain itu sebagai salah satu munculnya keragaman
ukuran media cetak.
b.
Sirkulasi Media Cetak
Media cetat memiliki sirkulasi yang beragam. Sirkulasi media cetak yang
menjangkau seluruh Indonesia paling banyak dibaca daripada media
cetak dengan jangkauan sirkulasi lokal suatu daerah tertentu saja yang
hanya dibaca oleh masyarakat lingkungan sekitar.
c. Format Isi Media Cetak
Format isi media cetak sangat beragam, hal ini membuat pembaca media
cetak tersegmentasi sesuai dengan kebutuhan informasi yang diperlukan.
Adapun surat kabar di Indonesia hadir dalam berbagai macam bentuk ukuran,
frekuensi terbit dan kelas ekonomi, pembaca serta jangkauan peredarannya.
1.
Frekuensi Terbit
Berdasarkan frekuensi penerbitannya, surat kabar umumnya dibedakan atas surat
kabar harian dan surat kabar mingguan. Tetapi berdasarkan data yang dihimpun
oleh persatuan perusahaan periklanan di Indonesia dibedakan menjadi lima
macam sebagai berikut:
44
- 7x seminggu
- 6x seminggu
- 3x seminggu
- 2x seminggu
- 1x seminggu
Berdasarkan frekuensi terbitan surat kabar, dapat diketahui usia berita surat kabar
tersebut. Surat kabar harian mempunyai usia berita hanya satu hari, karena hari
berikutnya sudah ada surat kabar hari itu dengan berita yang baru.
2.
Ukuran
Di Indonesia dikenal dua jenis ukuran surat kabar, yakni ukuran standard
dan ukuran tabloid. Dan sebagian besar surat kabar di Indonesia
menggunakan ukuran yang standar.
3.
Sirkulasi
• Surat kabar nasional
Jangkauannya bersifat nasional. Contoh Kompas, Media Indonesia, dll.
• Surat kabar regional
Jangkauannya bersifat nasional maupun daerah. Contoh: KR, Jawa Pos, Suara
Merdeka, dll.
45
• Surat kabar lokal
Surat kabar lokal sirkulasinya lebih sempit dibandingkan dengan surat kabar
regional. Padaumumnya surat kabar lokal ini merupakan surat kabar yang baru
terbit. Ada kemungkinan untuk perkembangan selanjutnya dapat menjadi surat
kabar regional. Berita-berita yang muncul pada surat kabar ini adalah berita yang
mempunyai nilai berita lokal yang biasanya benar dekat dengan masyarakat
(Rumanti, 2005:122-125).
Surat kabar sebagai salah satu komunukasi massa juga mempunyai
kelebihan dan kelemahan seperti yang lainnya (TV, radio, dll). Adapun kelebihan
dan kelemahannya adalah:
a. Kekuatan surat kabar
1. Market coverage, surat kabar dapat menjangkau daerahdaerah perkotaan sesuai
dengan cakupan pasarnya (lokal, regional, nasional)
2. Catalog value (comparleon shopping), menyangkut kebiasaan konsumen
membawa surat kabar sebagai referensi untuk memilih barang
3. Positive consumer attitudes, konsumen memandang surat kabar memuat hal-hal
yang aktual yang perlu segera diketahui pembacanya
4. Mengutamakan pesan-pesan yang bersifat visual, berita-berita tertulis, gambargambar, foto dengan warna dan tata letak yang
46
b. Kelemahan surat kabar
1. Short life span, sekalipun jangkauannya bersifat massa, surat kabar dibaca
orang dalam waktu singkat dan biasanya hanya sekali dibaca, selain itu surat
kabar juga cepat basi
2. Cluter, isi yang dipaksakan di halaman surat kabar yang tidak punya
manajemen redaksi dan tata letak yang baik bisa mengacaukan mata dan daya
serap membaca
3. Limited coverage of certain groups, sekalipun surat kabar mempunyai sirkulasi
yang luas, beberapa kelompok pasar tertentu tetap tidak dapat dilayani dengan
baik (Rumanti, 2005:125).
Surat kabar di Indonesia sebagai media komunikasi mengalami
perkembangan yang begitu pesat setelah adanya kebebasan pers pada era
reformasi Mei 1998 yaitu kebebasan jurnalistik yang sebesar-besarnya. Hal
tersebut dengan ditandainya pembubaran Departemen Penerangan. UU Pokok
Pers No. 21/1982 diganti UU Pokok Pers No. 40/1999. Namun, kebebasan itu
kemudian disalah artikan, kode etik yang telah ada menjadi kabur oleh
kepentingan bisnis media yang kemudian melahirkan jurnalisme baru di Indonesia
yaitu jurnalisme kuning.
Yellow journalism atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan
sebutan koran kuning adalah sebuah jurnalisme yang merendahkan dengan
mengedepankan skandal, sensasional atau tidak pantas/tidak profesional yang
47
diterbitkan
oleh
organisasi
media
baru
atau
jurnalis
http://en.wikipedia.org/wiki/yellow_journalism).
Jurnalisme kuning lahir di Amerika pada tahun 1898 oleh William
Randolph di Harian Hearts New York dan juga Joseph Pulitzer dari The New York
World. Jurnalisme kuning adalah pendapat yang bias yang terlihat seperti
faktanya, padahal dalam prakteknya jurnalisme kuning adalah jurnalisme yang
mengedepankan sensasional, cerita yang dipilih dan gambar yang menyesatkan
dengan
tujuan
untuk
peningkatan
penjualan
(http://library.thinkquest.org/C0111500/spanamer/yellow.htm).
F. Berita
1. Defenisi Berita
Secara sosiologis, berita adalah semua hal yang terjadi di dunia.
Dalam gambaran yang sederhana, seperti dilukiskan dengan baik oleh para
pakar jurnalistik, berita adalah apa yang ditulis surat kabar, apa yang
disiarkan radio, dan apa yang ditayangkan televisi. Berita menampilkan
fakta, tetapi tidak setiap fakta merupakan berita. Berita biasanya
menyangkut orang-orang, tetapi tidak setiap orang bisa dijadikan berita.
Berita merupakan sejumlah peristiwa yang terjadi di dunia, tetapi hanya
sebagian kecil saja yang dilaporkan.
Banyak orang mendefinisikan berita sesuai dengan sudut pandangnya
masing-masing. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa belum ada
48
definisi berita secara universal. Untuk memperkuat penyajian atas
peristiwa apa yang sedang kita pantau dan bagaimana menyajikannya,
reporter pencari berita harus mempunyai definisi sendiri mengenai lingkup
pekerjaannya.
Menurut Doug Newson dan James A. Wollert dalam Media Writing :
News for the Mass Media (1985:11) mengemukakan dalam definisi
sederhana, berita adalah apa saja yang ingin dan perlu diketahui orang atau
lebih luas lagi oleh masyarakat (dalam Sumadiria, 2005:64). Dengan
melaporkan
berita,
media
massa
memberikan
informasi
kepada
masyarakat mengenai apa yang mereka butuhkan.
2. Nilai Berita
Nilai berita (News Value) merupakan acuan yang dapat digunakan oleh
para jurnalis, yakni para reporter dan editor, untuk memutuskan fakta yang
pantas dijadikan berita dan memilih mana yang lebih baik. Kriteria
mengenai nilai berita merupakan patokan berarti bagi reporter. Dengan
kriteria tersebut, seorang reporter dapat dengan mudah mendeteksi mana
peristiwa yang harus diliput dan dilaporkan, dan mana peristiwa yang tak
perlu diliput dan harus dilupakan. Kriteria nilai berita juga sangat penting
bagi para editor dalam mempertimbangkan dan memutuskan, mana berita
terpenting dan terbaik untuk dimuat, disiarkan, atau ditayangkan melalui
medianya kepada masyarakat luas.
Kriteria umum nilai berita, menurut Brian S. Brooks, George
Kennedy, Darly R. Moen, dan Don Ranly dalam News Reporting and
49
Editing (1980:6-17), menunjukkan kepada sembilan hal mengenai nilai
berita. Beberapa pakar lain menyebutkan, ketertarikan manusiawi (human
interest) dan seks (sex) dalam segala dimensi dan manifestasinya, juga
termasuk ke dalam kriteria umum nilai berita yang harus diperhatikan
dengan seksama oleh para reporter dan editor media massa. (Sumadiria,
2005:80) Sejumlah faktor yang membuat sebuah kejadian memiliki nilai
berita, adalah :
1.
Keluarbiasaan (unusualness)
Dalam pandangan jurnalistik, berita bukanlah suatu peristiwa biasa. Berita
adalah suatu peristiwa luar biasa (news is unusual). Untuk menunjukkan
berita bukanlah suatu peristiwa biasa, Lord Northchliffe, pujangga dan
editor di Inggeris abad 18, menyatakan dalam sebuah ungkapan yang
kemudian sangat populer dan kerap dikutip oleh para teoritis dan praktisi
jurnalistik. Lord menegaskan (Mot, 1958 dalam Sumadiria, 2005:81),
apabila ada orang digigit anjing maka itu bukanlah berita, tetapi
sebaliknya apabila orang menggigit anjing maka itulah berita. Prinsip
seperti itu hingga kini masih berlaku dan dijadikan acuan para reporter dan
editor dimana pun.
2. Kebaruan (newness)
Suatu berita akan menarik perhatian bila informasi yang dijadikan berita
itu merupakan sesuatu yang baru. Semua media akan berusaha memberitakan
informasi tersebut secepatnya, sesuai dengan periodesasinya.
50
Namun demikian, satu hal yang perlu diketahui tentang barunya suatu
informasi, yaitu selain peristiwanya yang baru, suatu berita yang sudah lama
terjadi, tetapi kemudian ditemukan sesuatu yang baru dari peristiwa itu, dapat
juga dikatakan berita tersebut menjadi baru lagi.
3. Akibat (impact)
Berita adalah segala sesuatu yang berdampak luas. Suatu peristiwa tidak
jarang menimbulkan dampak besar dalam kehidupan masyarakat. Kenaikan
harga bahan minyak (BBM), tarif angkutan umum, tarif telepon, bunga kredit
pemilikan rumah (KPR), bagaimanapun sangat berpengaruh terhadap
anggaran keuangan semua lapisan masyarakat dan keluarga. Apa saja yang
menimbulkan akibat sangat berarti bagi masyarakat, itulah berita. Semakin
besar dampak sosial, budaya, ekonomi atau politik yang ditimbulkannya,
maka semakin besar nilai berita yang dikandungnya. Dampak suatu
pemberitaan bergantung pada beberapa hal, yakni seberapa banyak khalayak
yang terpengaruh, pmberitaan itu langsung mengena kepada khalayak atau
tidak, dan segera tidaknya efek berita itu menyentuh khalayak media surat
kabar, radio, atau televisi yang melaporkannya.
4. Aktual (timeliness)
Berita adalah peristiwa yang sedang atau baru terjadi. Secara sederhana
aktual berarti menunjuk pada peristiwa yang baru atau yang sedang terjadi.
Sesuai dengan definisi jurnalistik, media massa haruslah memuat atau
menyiarkan berita-berita aktual yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
51
Dalam memperoleh dan menyajikan berita-berita atau laporan peristiwa yang
aktual ini, media massa mengerahkan semua sumber daya yang dimilikinya
mulai dari wartawan sampai kepada daya dukung peralatan paling modern dan
canggih untuk menjangkau nara sumber dan melaporkannya pada masyarakat
seluas dan secepat mungkin. Aktualitas adalah salah satu ciri utama media
massa. Kebaruan atau aktualitas itu terbagi dalam tiga kategori, yaitu :
aktualitas kalender, aktualitas waktu dan aktualitas masalah.
5. Kedekatan (proximity)
Berita adalah kedekatan, yang mengandung dua arti yaitu kedekatan
geogarfis dan kedekatan psikologis. Kedekatan geografis menunjuk pada
suatu peristiwa atau berita yang terjadi di sekitar tempat tinggal kita. Semakin
dekat suatu peristiwa yang terjadi dengan domisili kita, maka semakin terusik
dan semakin tertarik kita untuk menyimak dan mengikutinya. Sedangkan
kedekatan psikologis lebih banyak ditentukan oleh tingkat keterikatan pikiran,
perasaan, atau kejiwaan seseorang dengan suatu objek peristiwa atau berita.
6. Informasi (information)
Menurut
Wilbur
Schramm,
informasi
adalah
segala
yang
bisa
menghilangkan ketidakpastian. Tidak setiap informasi mengandung dan
memiliki nilai berita. Setiap informasi yang tidak memiliki nilai berita,
menurut pandangan jurnalistik tidak layak untuk dimuat, disiarkan atau
52
ditayangkan media massa. Hanya informasi yang memiliki nilai berita atau
memberi banyak manfaat kepada publik yang patut mendapat perhatian media.
7. Konflik (conflict)
Berita adalah konflik atau segala sesuatu yang mengandung unsur atau
sarat dengan dimensi pertentangan. Konflik atau pertentangan merupakan
sumber berita yang tak pernah kering dan tak akan pernah habis. Selama orang
menyukai dan menganggap penting olah raga, perbedaan pendapat dihalalkan,
demokrasi dijadikan acuan, kebenaran masih diperdebatkan, peperangan
masih terus berkecambuk di berbagai belahan bumi, dan perdamaian masih
sebatas angan-angan, selama itu pula konflik masih akan tetap menghiasi
halaman surat kabar, mengganggu pendengaran karena disiarkan radio dan
menusuk mata karena selalu ditayangkan di televisi.
Ketika terjadi perselisihan antara dua individu yang makin menajam dan
tersebar luas, serta banyak orang yang menganggap perselisihan tersebut
dianggap penting untuk diketahui, maka perselisihan yang semula urusan
individual, berubah menjadi masalah sosial. Disanalah letak nilai berita
konflik. Tiap orang secara naluriah, menyukai konflik sejauh konflik itu tak
menyangkut dirinya dan tidak mengganggu kepentingannya. Berita konflik,
berita tentang pertentangan dua belah pihak atau lebih, menimbulkan dua sisi
reaksi dan akibat yang berlawanan. Ada pihak yang setuju (pro) dan ada juga
pihak yang kontra.
53
8. Orang Penting (news maker, prominence)
Berita adalah tentang orang-orang penting, orang-orang ternama, pesohor,
selebriti, publik figur. Orang-orang penting, orang-orang terkemuka, dimana
pun selalu membuat berita. Jangakan ucapan dan tingkah lakunya, namanya
saja sudah membuat berita. Teori jurnalistik menegaskan, nama menciptakan
berita (names makes news). Di Indonesia, apa saja yang dikatakan dan
dilakukan bintang film, bintang sinetron, penyanyi, penari, pembawa acara,
pejabat, dan bahkan para koruptor sekalipun, selalu dikutip pers. Kehidupan
para publik figur memang dijadikan ladang emas bagi pers dan media massa
terutama televisi. Mereka menabur perkataan dan mengukuhkan perbuatan,
sedangkan pers melaporkan dan menyebarluaskannya. Semua dikemas lewat
sajian acara paduan informasi dan hiburan (information dan entertainment),
maka jadilah infotainment. Masyarakat kita sangat menyukai acara-acara
ringan semacam ini.
9. Kejutan (suprising)
Kejutan adalah sesuatu yang datangnya tiba-tiba di luar dugaan, tidak
direncanakan, di luar perhitungan, tidak diketahui sebelumnya. Kejutan bisa
menunjuk pada ucapan dan perbuatan manusia. Bisa juga menyangkut
binatang dan perubahan yang terjadi pada lingkungan alam, benda-benda mati.
Semuanya bisa mengundang dan menciptakan informasi serta tindakan yang
mengejutkan, mengguncang dunia, seakan langit akan runtuh, bukit akan
terbelah dan laut akan musnah.
54
10. Ketertarikan Manusiawi (human interest)
Kadang-kadang suatu peristiwa tak menimbulkan efek berarti pada
seseorang, sekelompok orang, atau bahkan lebih jauh lagi pada suatu
masyarakat tetapi telah menimbulkan getaran pada suasana hati, suasana
kejiwaan, dan alam perasaannya. Peristiwa tersebut tidak menguncangkan,
tidak mendorong aparat keamanan siap-siaga atau segera merapatkan barisan
dan tak menimbulkan perubahan pada agenda sosial-ekonomi masyarakat.
Hanya karena naluri, nurani dan suasana hati kita merasa terusik, maka
peristiwa itu tetap mengandung nilai berita. Para praktisi jurnalistik
mengelompokkan kisah-kisah human interest ke dalam berita ringan, berita
lunak (soft news).
11. Seks (sex)
Berita adalah seks; seks adalah berita. Sepanjang sejarah peradaban
manusia, segala hal yang berkaitan dengan perempuan pasti menarik dan
menjadi sumber berita. Seks memang identik dengan perempuan. Perempuan
identik dengan seks. Dua sisi mata uang yang tak terpisahkan, selalu menyatu.
Tak ada berita tanpa perempuan, sama halnya dengan tak ada perempuan
tanpa berita. Di berbagai belahan dunia, perempuan dengan segala aktifitasnya
selalu layak muat, layak siar, layak tayang. Segala macam berita tentang
perempuan, tentang seks, selalu banyak peminatnya. Selalu dinanti dan
bahkan dicari. Seks bisa menunjuk pada keindahan anatomi perempuan, seks
55
bisa menyentuh masalah poligami. Seks begitu akrab dengan dunia
perselingkuhan para petinggi negara hingga selebriti. Dalam hal-hal khusus,
seks juga kerap disandingkan dengan kekuasaan. Seks juga sumber bencana
bagi kedudukan dan jabatan seseorang.
G. Korupsi
1. Definisi korupsi
Korupsi berasal dari bahasa Latin: corruptio dari kata kerja
corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik,
menyogok. Secara harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik
politikus, politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan
tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat
dengannya,
dengan
menyalahgunakan
kekuasaan
publik
yang
dipercayakan kepada mereka.
Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah
penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk
pemerintah|pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya
korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan
pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan,
sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung
korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para
56
pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.
(Hamzah,1991:7)
2. Penyebab Korupsi
a. Ketentuan peraturan perundang-undangan yang kurang jelas dan tegas.
Ketentuan peraturan perundang-undangan yang lemah, kurang jelas dan
tegas, dapat memberikan celah atau peluang bagi seseorang atau
sekelompok orang untuk melakuakan tindakan korupsi karena mereka
dapat terhindar dari jerat hukum.
b. Lemahnya penegakan hukum
Lemahnya dan tidak tegasnya penegakan hukum merupakan faktor
tumbuh dan berkembangnya tindakan korupsi. Penegakan hukum yang
lemah akan dapat menghindarkan para pelaku korupsi dari sanksi hukum.
c. Adanya Peluang
Ada kalanya kejahatan muncul bukan karena niat jahat dari para pelaku
melainkan karena adanya kesempatan atau peluang untuk melakukan
korupsi.
d. Birokrasi yang rumit
Birokrasi yang rumit seperti prosedur pengurusan sesuatu (contoh : paspor,
surat tanah, SIM, dan sebagainya) di kantor pemerintahan atau lembaga
lainnya, akan mendorong orang untuk melakukan tindakan korupsi,
misalnya
mereka
melakuakan
penyuapan
terhadap
aparat
untuk
57
memperlancar segala urusan tersebut, tanpa harus melalui prosedur yang
benar dan telah ditetapkan.
e. Kurangnya sosialisasi dan penyuluhan pada masyarakat
Kurangnya sosialisasi dan penyuluhan mengenai korupsi dan ketentuan
hukumnya, dapat menyebabkan masyarakat tidak tahu mengenai bentukbentuk tindakan korupsi, ketentuan dan sanksi hukumnya, cara
mengindarinya dan cara melaporkannya apabila menemukan perbuatan
yang dikategorikan sebagai tindakan korupsi.
3. Macam-Macam Korupsi
a. Penyuapan
Penyuapan merupakan salah satu bentuk korupsi, yang antara lain
dilakukan dengan cara memberikan sejumlah uang kepada pejabat atau
aparatur pemerintahan, dengan maksud agar urusan & kepentingan dapat
terselesaikan dengan cepat, meskipun kurang memenuhi syarat &
prosedurnya tisak sesuai dengan ketentuan.
b. Komersialisme jabatan
Komersalisme jabatan dilakuakn dengan cara menggunakan jabatannya
demi keuntungan finansial (keuangan) yang digunakan untuk kepentingan
pribadi atau kelompoknya. Hal ini jelas melangar ketentuan yang berlaku,
apalagi jabatan tersebut diamanahkan padanya demi kepentingan bangsa
dan negara.
58
c. Pungutan liar (Pungli)
Melakukan pungut-pungutan di luar ketentuan yang berlaku, pada
dasarnya juga merupakan tindakan korupsi. Misalnya, seorang petugas
memungut sejumlah uang kepada setiap sopir kendaraan umum yang
lewat, bukan berdasarkan ketentuan peraturan yang berlaku, tetapi demi
kepentingan diri sendiri dan kelompoknya.
Salah satu isu yang paling krusial untuk dipecahkan oleh bangsa
dan pemerintah Indonesia adalah masalah korupsi. Hal ini disebabkan
semakin lama tindak pidana korupsi di Indonesia semakin sulit untuk
diatasi. Maraknya korupsi di Indonesia disinyalir terjadi di semua bidang
dan sektor pembangunan. Apalagi setelah ditetapkannya pelaksanaan
otonomi daerah, berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah yang diperbaharui dengan Undang-Undang
Nomor 32 tahun 2004, disinyalir korupsi terjadi bukan hanya pada tingkat
pusat tetapi juga pada tingkat daerah dan bahkan menembus ke tingkat
pemerintahan yang paling kecil di daerah.
Pemerintah Indonesia sebenarnya tidak tinggal diam dalam
mengatasi praktek-praktek korupsi. Upaya pemerintah dilaksanakan
melalui berbagai kebijakan berupa peraturan perundang-undangan dari
yang tertinggi yaitu Undang-Undang Dasar 1945 sampai dengan UndangUndang tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Selain itu,
pemerintah juga membentuk komisi-komisi yang berhubungan langsung
dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi seperti
59
Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN) dan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK).
Upaya pencegahan praktek korupsi juga dilakukan di lingkungan
eksekutif atau penyelenggara negara, dimana masing-masing instansi
memiliki Internal Control Unit (unit pengawas dan pengendali dalam
instansi) yang berupa inspektorat. Fungsi inspektorat mengawasi dan
memeriksa penyelenggaraan kegiatan pembangunan di instansi masingmasing,
terutama
pengelolaan
keuangan
negara,
agar
kegiatan
pembangunan berjalan secara efektif, efisien dan ekonomis sesuai sasaran.
Di samping pengawasan internal, ada juga pengawasan dan pemeriksaan
kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh instansi eksternal yaitu Badan
Pemeriksa
Keuangan
(BPK)
dan
Badan
Pengawas
Keuangan
Pembangunan (BPKP).
Selain lembaga internal
dan eksternal,
lembaga swadaya
masyarakat (LSM) juga ikut berperan dalam melakukan pengawasan
kegiatan pembangunan, terutama kasus-kasus korupsi yang dilakukan oleh
penyelenggara negara. Beberapa LSM yang aktif dan gencar mengawasi
dan melaporkan praktek korupsi yang dilakukan penyelenggara negara
antara lain adalah Indonesian Corruption Watch (ICW), Government
Watch (GOWA), dan Masyarakat Tranparansi Indonesia (MTI).
60
H. Jurnalistik
Dari segi etimologi kita melihat istilah jurnalistik terdiri dari dua
suku kata, jurnal dan istik. Kata jurnalistik berasal dari bahasa Prancis,
journal, yang berarti catatan harian. Hampir sama bunyi ucapanya dengan
kata itu kita temukan dalam bahasa Latin, diurna yang menggandung arti
hari ini. Sehubungan dengan kegiatan jurnalistik, pada zaman kerajaan
Romawi Kuno yang diperintahkan oleh Julius Caesar dikenal dengan
istilah acta diurna yang mengandung makna rangkaian akta (gerakan,
kegiatan, dan kejadian) hari ini.
Adapun kata istik merujuk pada istilah estetika yang berarti ilmu
pengetahuan tentang keindahan. Keindahan dimaksud adalah mewujudkan
berbagai produk seni dan keterampilan dengan menggunakan bahan-bahan
yang diperlukannya seperti kayu, batu, kertas, cat, atau suara. Dalam hal
ini meliputi semua macam bangunan, kesusastraan, dan musik
Dengan demikian secara etimologis jurnalistik dapat diartikan
sebagai suatu karya seni dalam hal membuat catatan tentang peristiwa
sehari-hari, karya mana memiliki nilai keindahan yang dapat menarik
perhatian khalayaknya sehingga dapat dinikmati dan dimanfaatkan untuk
keperluan hidupnya.
Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu, Teori dan
Filsafat Komunikasi (2003:95). Jurnalistik adalah istilah yang berasal dari
bahasa Belanda “Journalistiek” atau bahasa Inggris Journalism, yang
61
bersumber pada perkataan “Journal” sebagai terjemahan dari bahasa Latin
diurnal yang berarti “harian” atau “setiap hari”.
Karena itu pula para filosof memberikan batasan jurnalistik sebagai
sarana pemberitahuan dengan pernyataannya yang berbunyi berilah publik
apa yang mereka inginkan dan berilah publik suatu kebenaran yang
dimilikinya.
Jurnalistik adalah seni dan keterampilan mencari, mengumpulkan,
mengolah, menyusun, dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi
sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati
nurani khalayaknya, sehingga terjadi perubahan sikap, sifat, pendapat dan
perilaku khalayak sesuai dengan kehendak para jurnalisnya.
Kustadi Suhandang dalam bukunya Pengantar Jurnalistik (2010:38)
membedakan jurnalistik dari publisistik dengan menegaskan bahwa
jurnalistik adalah kepandaian yang ilmiah. Sebagai kepandaian praktis,
jurnalistik adalah salah satu obyek di samping obyek-obyek lainnya dari
ilmu publisistik, yang mempelajari seluk beluk penyiaranberita-berita
dalam keseluruhannya dengan meninjau segala saluran, bukan saja pers,
tapi juga radio, televisi, film, teater, rapat-rapat umum, dan segala
lapangan.
Onong Uchjana Effendy (2003:102) menyatakan bahwa jurnalistik
merupakan kegiatan pengelolaan laporan harian yang menarik minat
khalayak, mulai dari peliputan sampai penyebarannya kepada masyarakat.
62
Sebaliknya Ensiklopedi Indonesia secara rinci menerangkan jurnalistik
sebagai bidang profesi yang mengusahakan penyajian informasi tentang
kejadian dan kehidupan sehari-hari (pada hakikatnya dalam bentuk
penerangan,
penafsiran,
dan
pengkajian)
secara
berkala,
dengan
menggunakan sarana-sarana penerbitan yang ada. Pengertian jurnalistik
adalah kegiatan mencari, menulis, dan menyebarkan informasi melalui
sarana media cetak (surat kabar, majalah, buletin, tabloid) dan media
elektronik (televisi, radio, internet).
Pada tahun 1950-an jurnalistik dikelompokkan yang sebagai mana
di tulis oleh Kustadi Suhandang dalam bukunya Pengantar Jurnalistik
yaitu sebagai :
1. Sarana (media) :
a. Media cetak : jurnalistik harian, majalah, dan kantor berita.
b. Media elektronik : jurnalistik radio, televisi, dan film.
2. Bidang kerja : dalam negeri, luar negeri, parlemen, ekonomi, keuangan,
olah raga, kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan lain-lain (Suhandang,
2010:22).
Jurnalistik
adalah
seni
dan
atau
keterampilan
mencari,
mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan berita tentang
peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi
segala kebutuhan hati nurani khalayaknya. Indah di situ punya arti dapat
63
diminati dan dinikmati sehingga bisa mengubah sikap, sifat, pendapat, dan
tingkah laku khalayaknya.
Download