1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola konsumsi karbohidrat dalam bentuk beras bagi sebagian besar masyarakat Indonesia justru akan menimbulkan masalah karena tingkat konsumsi beras yang sangat tinggi namun tidak diimbangi dengan peningkatan produksi padi. Meskipun masyarakat di beberapa daerah di Indonesia masih ada yang mengonsumsi jagung atau sagu, konsumsi rata-rata beras masyarakat Indonesia masih mencapai angka 130 kg per kapita per tahun pada tahun 2012 (Susakti, 2013). Diversifikasi pangan dapat dijadikan solusi untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras dengan memanfaatkan serealia dan umbiumbian sebagai sumber karbohidrat dan alternatif pengganti beras. Jagung merupakan salah satu komoditas yang perlu dipertimbangkan dengan produksi di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 19,38 juta ton (Anonim 1, 2013). Selain itu, ketersediaan jagung untuk bahan makanan per kapita/tahun mencapai 58.89 Kg dengan tingkat konsumsi di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 1,69 Kg per kapita/tahun. Hal ini memberikan gambaran potensi jagung untuk dikembangkaan sebagai makanan pokok alternatif pengganti beras (Respati dkk, 2013). Di daerah Jawa Tengah khususnya di Kabupaten Grobogan, produksi jagung tahun 2012 mencapai 565.000 ton dengan luas areal panen mencapai 2 113.152 Ha dan menjadi pemasok jagung terbesar di Jawa Tengah (Anonim 2, 2012). Namun sebagian besar hanya dijual dalam bentuk pipilan kering untuk selanjutnya diolah menjadi pakan burung dan sebagian diolah menjadi beras jagung secara tradisional sehingga penambahan nilai pada jagung masih kurang. Pada saat panen jagung basah hanya dihargai Rp1.300 per-Kg. Pengolahan komoditi jagung menjadi produk makanan pokok sebagai pengganti beras sudah berkembang. Namun masih ada kendala dalam mengonsumsi bahan tersebut, disebabkan kurangnya pengetahuan gizi masyarakat, kurangnya kesiapan masyarakat secara psikologis untuk mengganti makanan pokok dan kurangnya ketersediaan produk pangan yang memenuhi selera masyarakat (Hidayah, 2011). Indonesia menempati nomor tujuh negara dengan penderita diabetes terbanyak di dunia (Sari, 2013). Pengolahan jagung sebagai alternatif pengganti beras memiliki nilai lebih dengan nilai indeks glikemik jagung yaitu 40 lebih rendah dibandingkan beras yaitu 89 sehingga cocok sebagai pilihan makanan sumber karbohidrat untuk penderita diabetes (Anonim 3, 2011). Pengembangan produk dilakukan dengan menggunakan metode value engineering yaitu suatu susunan metode untuk mengurangi biaya produksi atau penggunaan barang dan jasa, tanpa mengurangi mutu yang diperlukan atau performansi. Metode ini bertujuan untuk mencapai karakteristik esensial produk yaitu: performansi, durabilitas, reliabilitas, dan kualitas (Ulrich and Eppinger, 2003). 3 B. Perumusan Masalah Pengolahan komoditi jagung sebagai pengganti beras sudah berkembang namun belum banyak tersedia dalam bentuk bahan yang mudah diolah dan masih secara tradisional. Beras jagung yang beredar dipasaran umumnya masih berbentuk butiran kecil, pipilan kecil, dan granul serta membutuhkan waktu proses pengolahan yang lama sehingga kurang praktis. Pengembangan produk ini diharapkan bisa menghasilkan produk beras analog dari jagung dengan karakteristik menyerupai beras, lebih praktis dalam proses pengolahan dibandingkan beras jagung tradisional dan menjadi solusi pengganti beras bagi penderita diabetes. C. Batasan Masalah 1. Penelitian dilakukan di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah dan Yogyakarta dari September 2013 sampai Januari 2014. 2. Penelitian hanya dilakukan sampai tahap pembuatan beras analog dari jagung. 3. Perhitungan analisia kelayakan ekonomi tidak memperhitungkan perubahan harga per periode waktu. D. Tujuan 1. Mengembangkan produk beras analog dari jagung sebagai alternatif pengganti beras. 2. Mengidentifikasi atribut penting dari produk beras analog jagung. 3. Menentukan konsep pengembangan terbaik yang dapat diterima konsumen 4 E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai proses pembuatan beras analog dari jagung berbentuk bulir. 2. Memperkenalkan produk beras analog dari jagung sebagai alternatif pengganti beras untuk diet diabetes. 3. Meningkatkan nilai tambah dari beras jagung tradisional