TUGAS AKHIR ANALISA PENGGUNAAN PERANGKAT “BANDWIDTH MANAGEMENT” PADA SUATU SALURAN TCP/IP Nama: Lawu Argo Antono NIM: 4140411-050 Peminatan Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas Mercu Buana 2010 ANALISA PENGGUNAAN PERANGKAT “BANDWIDTH MANAGEMENT” PADA SUATU SALURAN TCP/IP Disusun oleh : Nama : Lawu Argo Antono NIM : 4140411-050 Jurusan : Teknik Elektro Peminatan : Telekomunikasi Pembimbing : Ir. Said Atamimi, MT Menyetujui, Pembimbing ( Ir. Said Atamimi, MT ) Mengetahui, Ketua Program Studi Teknik Elektro ( Ir. Yudhi Gunardi, MT ) LEMBAR PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Lawu Argo Antono NIM : 4140411-050 Jurusan : Teknik Elektro Fakultas : Teknologi Industri Judul Skripsi : ANALISA PENGGUNAAN PERANGKAT “BANDWIDTH MANAGEMENT” PADA SUATU SALURAN TCP/IP Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di kemudian hari penulisan Skripsi ini merupakan hasil plagiat terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan dan bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib Universitas Mercu Buana. Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan. Penulis. ABSTRAKSI Saluran TCP/IP adalah saluran yang sangat popular didalam jaringan computer dewasa ini. Jaringan TCP/IP berkembang sangat pesat setelah saluran atau protocol TCP/IP dijadikan jaringan Internet. Perkembangan jaringan intrenet diimbangi dengan perkembangan aplikasi jaringan. Aplikasi dapat berupa data, voice atau video dan lalulintas data dapat berjenis poin ke multi poin atau client Server dan poin to poin atau peer to peer. Perkembangan aplikasi internet yang sangat pesat ini melingkupi applikasi bisnis korporasi, aplikasi hiburan dan aplikasi yang bersifat pribadi atau personal. Aplikasi pribadi umumnya bersifat hiburan juga dan untuk kepentingan pemakai seperti blog pribadi, chating, audio streaming, video streaming dan jejaring sosial. Aplikasi video streaming yang populer yaitu Youtube dan jejaring sosial internet yang sedang populer adalah Facebook. Suatu saluran TCP/IP internet yang terbatas didalam suatu organisasi atau perusahaan tidak akan efisien dan efektif apabila dalam penggunaannya tidak ada aturan atau manajemen jaringan terhadap lalu lintas aplikasi. Tugas akhir ini adalah menganalisa efektifitas penggunaan atau penerapan suatu alat pengatur bandwidth (bandwidth manajemen) pada saluran TCP/IP terhadap lalu lintas aplikasi. Aplikasi yang melalui aluran TCP/IP dapat diatur berdasarkan prioritas yang ditetapkan sehingga saluran tetap efisien dan efektif. Dari hasil perhitungan simulasi didapatkan bahwa pengaturan bandwidth dapat meningkatkan efektifitas suatu saluran terhadap aplikasi yang diprioritaskan. DAFTAR ISI 1. Pendahuluan ………………………………………………………………..1 1.1. Latar Belakang Masalah ………………………………………………1 1.2. Rumusan Masalah ……………………………………………………….2 1.3. Batasan Masalah ……………………………………………………….2 1.4. Tujuan dan Kegunaan 1.5. Metode Penelitian ………………………………………………2 ……………………………………………………….3 1.6. Sistematika Penulisan 2. Teori Dasar ………………………………………………3 ………………………………………………………………..5 2.1. Teori Dasar TCP/IP ……………………………………………………….5 2.2. Prinsip Kerja TCP/IP …………………………………………………..10 2.3. Teori Pengaturan Bandwidth …………………………………………..13 3. Konfigurasi Sistem untuk Analisa Efektifitas Bandwidth Management Dalam Saluran Transmisi TCP/IP …………………….............................17 3.1. Sistem Perangkat Keras ……………………………………………..17 3.2. Sistem Perangkat Lunak ……………………………………………..18 3.3. Simulasi ………………………………………………………………19 3.4. Konfigurasi Web Site Server …………………………………….20 3.5. Konfigurasi Perangkat Bandwidth Manager 3.6. Konfigurasi Web Client 3.7. Metode Simulasi ………………………...23 ……………………………………………..24 ……………………………………………………...29 4. Simulasi Bandwidth Management dan Analisa 4.1. Konfigurasi Simulasi Bandwidth Manager 4.2. Hasil Simulasi Traffic ………………….. 31 ……………………………31 ……………………………………………. 32 4.3. Analisa Hasil Simulasi Traffic …………………………………….36 5. Penutup ……………………………………………………………………….38 5.1. Kesimpulan ……………………………………………………………… 38 5.2. Saran ……………………………………………………………….39 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1. Konfigurasi perangkat simulasi pengaturan traffic TCP/IP ………………...3 Gambar 2.1. Ilustrasi Model OSI 7 lapis ………………………………………………...….5 Gambar 2.2. Ilustrasi cara kerja CBQ ……………………………………………………...14 Gambar 2.3. Konsep Link Sharing ………………………………………………………....15 Gambar 3.1. Skematik diagram konfigurasi perangkat sumulasi traffic …..…………. ..17 Gambar 3.2. Konfigurasi Web Site berdasarkan prioritas pada Windows 2003 Server..20 Gambar 3.3. Konfigurasi Web Site untuk TCP/IP port 4401 …………………………...…21 Gambar 3.4. Konfigurasi Web Site untuk TCP/IP port 4402 …………………………...…21 Gambar 3.5. Konfigurasi Web Site untuk TCP/IP port 4403 ……………………………...22 Gambar 3.6. Konfigurasi Web Site untuk TCP/IP port 80 …………………………………22 Gambar 3.7. Konfigurasi saluran TCP/IP sebesar 512 Kbps pada bandwidth manager ……………………………………………………………………… 25 Gambar 3.8. Konfigurasi jumlah saluran sebanyak satu partisi saluran dengan kapasitas maksimum 512kbps ………………………………………………..25 Gambar 3.9. Konfigurasi bandwidth manager untuk aplikasi prioritas 1 ………………..26 Gambar 3.10. Konfigurasi bandwidth manager untuk aplikasi prioritas 2 ……………….26 Gambar 3.11. Konfigurasi bandwidth manager untuk aplikasi prioritas 3 ……………….27 Gambar 3.12. Konfigurasi bandwidth manager untuk aplikasi prioritas 4 ………………27 Gambar 3.13. Aplikasi simulasi traffic berdasarkan prioritas aplikasi dan ukuran file aplikasi ……………………………………………………………28 Gambar 3.14. Infomasi hasil simulasi kapasitas saluran dan waktu downloading ……..29 Gambar 4.1. Hasil grafik kecepatan konfigurasi A ……………………………………… ..32 Gambar 4.2. Hasil Grafik kecepatan konfigurasi B………………………………………....33 Gambar 4.3. Hasil Grafik kecepatan konfigurasi C. ………………………………………. 34 Gambar 4.4. Hasil Grafik kecepatan konfigurasi D ……………………………………...…35 DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Penempatan 7 lapisan OSI……………..………………………………...……….6 Tabel 2.2. Model OSI model internet……………………………………………………….....7 Tabel 3.1. Konfigurasi Port TCP/IP berdasarkan prioritas aplikasi ……………………....19 Tabel 3.2. Besar ukuran file sebagai pemicu simulasi trafik ….………………………..…19 Tabel 3.3. Konfigurasi Web Site berdasarkan prioritas aplikasi ………………………….20 Tabel 3.4. Konfigurasi-konfigurasi kapasitas saluran dalam simulasi trafik …………….24 Tabel 4.1. Konfigurasi simulasi terhadap besaran file dan prioritas aplikasi ……………31 Tabel 4.2. Hasil Simulasi Konfigurasi A ………………………………… ………………….32 Tabel 4.3. Hasil Simulasi Konfigurasi B ……………………………………………………..33 Tabel 4.4. Hasil Simulasi Konfigurasi C …………………………………………………….34 Tabel 4.5. Hasil Simulasi Konfigurasi D ……………………………………………………..35 Tabel 4.6. Hasil Simulasi kecepatan rata-rata ……………………………………………. 36 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Layanan komunikasi data menjadi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Hampir di setiap bidang kehidupan telah mengadopsi layanan ini. Layanan inipun tidak hanya digunakan secara individual tetapi juga digunakan secara massal. Banyak sekali organisasi atau lembaga yang menggunakan akses internetnya secara massal. Lembaga pendidikan, perkantoran, warnet, dan masih banyak lagi lembaga-lembaga lainnya menggunakan akses internetnya secara massal. Perusahaan skala kecil hingga perusahaan skala internasional tidak lepas dari akses internet untuk menunjang bussines mereka. Penggunaan akses internet di sebuah perusahaan besar dengan ribuan karyawan apabila tidak dikekola dengan baik turunnya performansi jaringan seiring dengan peningkatan jumlah pengguna dan berkembangnya aplikasi internet. Perkembangan aplikasi internet akhir-akhir ini sangat pesat termasuk applikasi bisnis korporasi atau aplikasi pribadi. Aplikasi pribadi umumnya bersifat hiburan dan untuk kepentingan pemakai seperti blog pribadi, chating, audio streaming, video streaming dan jejaring sosial. Aplikasi video streaming yang populer yaitu Youtube dan jejaring sosial internet yang sedang naik daun adalah Facebook. Akan tetapi pengguna internet sebagian besar adalah karyawan yang menggunakan fasilitas atau infrastruktur perusahaan dan melakukan koneksi internet selama jam kerja. Situasi ini sangat sulit bagi perusahan untuk mengawasi penggunaan internet pada setiap karyawan yang jumlahnya mungkin ratusan atau bahkan ribuan. Hal ini akan menurunkan produktifitas perusahaan karena bandwidth internet sebagian besar terpakai untuk aplikasi pribadi, sehingga aplikasi perusahaan yang kritikal seperti aplikasi keuangan, produksi, personalia akan sulit diakses atau berjalan lambat. Quality of Service (QoS) dalam suatu aplikasi perusahaan yang berbasis internet memegang peranan yang sangat penting dalam hal ini. Di pasaran terdapat beberapa perangkat pengatur bandwitdh internet yang menawarkan berbagai teknik QoS untuk memfasilitasi proses manajemen bandwidth pada suatu jaringan. Salah satunya adalah produk perangkat keluaran Packeter yang menawarkan para pengguna jaringan untuk mendapatkan bandwidth yang sesuai dengan yang telah didefinisikan, dan juga terdapat 1 fungsi pembagian bandwidth yang adil di antara para pengguna jaringan sehingga performansi jaringan tetap dapat terjaga. Perangkat pengatur bandwidth tersebut akan dianalisa dari sisi efektifitas sebagai bahan tugas akhir. 1.2 Rumusan Masalah Aplikasi-aplikasi di internet sangatlah banyak dan beragam dengan masing-masing sifatnya. Ada yang membutuhkan delay yang minim seperti apilkasi multimedia, ada yang akan merebut bandwidth sebesar-besarnya seperti aplikasi pada ftp, dan ada pula yang hanya memakan bandwidth sangat kecil seperti icmp dan web statis. Apabila semua aplikasi ini tidak dikontrol, maka satu aplikasi dapat memakan jumlah bandwidth yang ada dan aplikasi yang lain tidak mendapatkan jatahnya sehingga performansi jaringan akan terasa menurun. Pada tugas akhir ini akan disimulasikan beberapa aplikasi HTTP yang menggunakan port TCP/IP yang berbeda-beda. Setiap bandwidth dan prioritas port TCP/IP akan diatur melalui perangkat bandwidth management. 1.3 Batasan Masalah Batasan masalah pada tugas akhir ini adalah Implementasi sistem pengaturan bandwidth hanya didasarkan pada kapasitas, port aplikasi, IP address, dan prioritas trafik pada jaringan berbasis TCP/IP. 1.4 Tujuan dan Kegunaan 1. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah mengimplementasikan suatu perangkat bandwidth management untuk manajemen banwidth pada jaringan TCP/IP sehingga akan diketahui efektifitas kerja sistem. 2. Kegunaan Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk memberikan panduan bagi masyarakat dalam mengatur bandwidth pada jaringan berbasis TCP/IP sehingga dapat digunakan secara optimal dan efisien dari pada hanya sekedar memperbesar bandwidth. 2 1.5 Metode Penelitian Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah simulasi performansi suatu applikasi internet yang dilewatkan beberapa port TCP/IP. Performansi setiap aplikasi akan dianalisa pada saat sebelum menggunakan perangkat bandwidth management dan sesudah menggunakan perangkat bandwidth management. Metode penelitian dan simulasi menggunakan 3 unit perangkat yaitu komputer server, bandwith manager dan komputer client. Konfigurasi perangkat dapat dilihat pada gambar 1.1. Gambar 1.1. Konfigurasi perangkat simulasi pengaturan traffic TCP/IP 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan Tugas Akhir ini adalah : BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan kegunaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II PENGANTAR JARINGAN TCP/IP Berisi uraian beberapa landasan teori jaringan berbasis TCP/IP yang akan digunakan sebagai teori pendukung dalam pengimplementasian sistem. BAB III KONFIGURASI SIMULASI BANDWIDTH TCP/IP DAN PERANGKAT BANDWIDTH MANAGEMENT Bab ini akan membahas pengaturan bandwidth dan implementasinya pada jaringan TCP/IP. 3 BAB IV SIMULASI MANAJEMEN BANDWIDTH DAN ANALISA Berisi tentang hasil simulasi dan analisa terhadap performansi aplikasi dalam jaringan TCP/IP tanpa perangkat bandwidth management terhadap jaringan dengan penggunaan management. BAB V PENUTUP Berisi kesimpulan dan saran-saran. 4 perangkat bandwidth BAB II DASAR TEORI 2.1. Teori Protokol TCP/IP TCP/IP (Transfer Control Protocol / Internet Protocol) merupakan protocol yang digunakan dalam jaringan internet yang berbasiskan packet switching. Model lapisan/layer yang mendominasi literatur komunikasi data dan jaringan adalah Model Open System Interconnection (OSI). Model OSI menjadi standar untuk komunikasi data dan berkembang menjadi protokol TCP/IP yang menjadi arsitektur model lapisan dari protokol internet yang sangat dominan bahkan terus menerus diuji, dikembangkan dan diperluas standarnya. Ilustrasi pemrosesan data untuk dikirim dengan menggunakan protocol TCP/IP seperti pada gambar 2.1. Gambar 2.1. Ilustrasi Model OSI 7 lapis 5 Penempatan konsep TCP/IP dalam 7 OSI model dapat dilihat dalam table 2.1. Tabel 2.1 . Penempatan 7 lapisan OSI Layer 7 - Application HTTP, SMTP, SNMP, FTP, Telnet, NFS, NTP 6 - Presentation XDR, SSL, TLS 5 - Session Session establishment for TCP 4 - Transport TCP, UDP, RTP, SCTP 3 - Network IP, ICMP, IPsec, ARP, RIP, OSPF, BGP 2 - Data Link Ethernet, Token Ring, HDLC, Frame Relay, ATM, Fibre Channel 1 - Physical UTP, Coaxial Cable, V.35 Tiga lapisan teratas biasa dikenal sebagai "upper lever protocol" sedangkan empat lapisan terbawah dikenal sebagai "lower level protocol". Tiap lapisan berdiri sendiri tetapi fungsi dari masing-masing lapisan bergantung dari keberhasilan operasi layer sebe-lumnya. Sebuah lapisan di pengirim hanya perlu berhubungan dengan lapisan yang sama di penerima (jadi misalnya lapisan data link penerima hanya berhubungan dengan data link pengirim) selain dengan satu layer di atas atau dibawahnya (misalnya lapisan network berhubungan dengan lapisan transport diatasnya atau dengan lapisan data link diba-wahnya). Model dengan menggunakan lapisan ini merupakan sebuah konsep yang penting karena suatu fungsi yang rumit yang berkaitan dengan komunikasi dapat dipecahkan menjadi sejumlah unit yang lebih kecil. Tiap lapisan bertugas memberikan layanan tertentu pada lapisan diatasnya dan juga melindungi lapisan diatasnya dari rincian cara pemberian layanan tersebut. Tiap lapisan harus transparan sehingga modifikasi yang dilakukan atasnya tidak akan menyebabkan perubahan pada lapisan yang lain. Lapisan menjalankan perannya dalam pengalihan data dengan mengikuti peraturan yang berlaku untuknya dan hanya 6 berkomunikasi dengan lapisan yang setingkat. Akibatnya sebuah lapisan pada satu sistem tertentu hanya akan berhubungan dengan lapisan yang sama dari sistem yang lain. Proses ini dikenal sebagai "Peer process". Dalam keadaan sebenarnya tidak ada data yang langsung dialihkan antar lapisan yang sama dari dua sistem yang berbeda ini. Lapisan atas akan memberikan data dan kendali ke lapisan dibawahnya sampai lapisan yang terendah dicapai. Antara dua lapisan yang berdekatan terdapat "interface" (antarmuka). Interface ini mendifinisikan operasi dan layanan yang diberikan olehnya ke lapisan lebih atas. Tiap lapisan harus melaksanakan sekumpulan fungsi khusus yang dipahami dengan sempurna. Himpunan lapisan dan protokol dikenal sebagai "arsitektur jaringan". Pengendalian komunikasi dalam bentuk lapisan menambah overhead karena tiap lapisan berkomunikasi dengan lawannya melalui "header". Walaupun rumit tetapi fungsi tiap lapisan dapat dibuat dalam bentuk modul sehingga kerumitan dapat ditanggulangi dengan mudah. Disini kita tidak akan membahas model OSI secara mendalam secara keseluruhannya, karena protokol TCP/IP tidak mengikuti benar model referensi OSI tersebut. Walaupun demikian, TCP/IP model akan terlihat dalam table 2.2. Tabel 2.2 Model OSI model internet Application layer Application layer Presentation layer Session layer Transport layer Transport layer / Host to host Network layer Network layer / Internet Layer Data Link layer Network access Physical layer 2.1.1. Network Access Lapisan ini hanya menggambarkan bagaimana data dikodekan menjadi sinyalsinyal dan karakteristik antarmuka tambahan media. Dengan demikian lapisan ini bertanggung jawab menerima dan mengirim data dan dari media fisik. Media fisiknya dapat berupa kabel, serat optik, atau gelombang radio. Karena tugasnya ini, protokol yang ada di layer ini harus mampu menerjemahkan sinyal listrik menjadi data digital yang dapat dimengerti oleh komputer, yang berasal dari peralatan lain yang sejenis 7 2.1.2. Internet layer/ network layer Protokol yang berada di layer ini bertanggung jawab dalam proses pengiriman paket ke alamat yang tepat. Pada layer ini terdapat tiga macam protokol, yaitu IP, ARP (Addres Resolution Protocol), dan ICMP (Internet Control Message Protocol) Untuk mengirimkan pesan pada suatu internetwork (suatu jaringan yang mengandung beberapa segmen jaringan), tiap jaringan harus secara unik diidentifikasi oleh alamat jaringan. Ketika jaringan menerima suatu pesan dari lapisan yang lebih atas, lapisan network akan menambahkan header pada pesan yang termasuk alamat asal dan tujuan jaringan. Kombinasi dari data dan lapisan network disebut "paket". Informasi alamat jaringan digunakan untuk mengirimkan pesan ke jaringan yang benar, setelah pesan tersebut sampai pada jaringan yang benar, lapisan data link dapat menggunakan alamat node untuk mengirimkan pesan ke node tertentu.meneruskan paket ke jaringan yang benar disebut "routing" dan peralatan yang meneruskan paket adalah "routers". Suatu antar jaringan mempunyai dua tipe node : • "End nodes", menyediakan pelayanan kepada pemakai. End nodes menggunakan lapisan network utk menambah informasi alamat jaringan kepada paket, tetapi tidak melakukan routing. End nodes kadang-kadang disebut "end system" (istilah OSI) atau "host" (istilah TCP/IP) • Router memasukan mekanisme khusus untuk melakukan routing. Karena routing merupakan tugas yang kompleks, router biasanya merupakan peralatan tersendiri yang tidak menyediakan pelayanan kepada pengguna akhir. Router kadang-kadang disebut "intermediate system" (istilah OSI) atau "gateway" (istilah TCP/IP). Selain itu juga lapisan ini bertanggung jawab untuk pengiriman data melalui antar jaringan. Protokol lapisan intenet yang utama adalah internet protokol, IP. IP menggunakan protokol-protokol lain untuk tugas-tugas khusus internet. ICMP(dibahas nanti) digunakan untuk mengirimkan pesan-pesan ke lapisan host ke host. Adapun fungsi IP : 1. Pengalamatan 2. Fragmentasi datagram pada antar jaringan 3. Pengiriman datagram pada antar jaringan 8 2.1.3. Transport layer /host to host Layer ini berisi protokol yang bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi antara dua host/komputer. Protokol tersebut adalah TCP dan UDP (User Datagram Protocol),. Disamping itu, salah satu tanggung jawab lapisan ini adalah membagi pesanpesan menjadi fragment-fragment yang cocok dengan pembatasan ukuran yang dibentuk oleh jaringan. Pada sisi penerima, lapisan transport menggabungkan kembali fragment untuk mengembalikan pesan aslinya, sehingga dapat diketahui bahwa lapisan transport memerlukan proses khusus pada satu komputer ke proses yang bersesuaian pada komputer tujuan. Hal ini dikenal sebagai Service Access Point (SAP) ID kepada setiap paket (berlaku pada model OSI, istilah TCP/IP untuk SAP ini disebut port *). Mengenali pesan-pesan dari beberapa proses sedemikian rupa sehingga pesan tersebut dikirimkan melalui media jaringan yang sama disebut “multiplexing”. Prosedur mengembalikan pesan dan mengarahkannya pada proses yang benar disebut “demultiplexing”. Tanggung jawab lapisan transport yang paling berat dalam hal pengirim-an pesan adalah mendeteksi kesalahan dalam pengiriman data tersebut. Ada dua kategori umum deteksi kesalahan dapat dilakukan oleh lapisan transport : a. Reliable delivery, berarti kesalahan tidak dapat terjadi, tetapi kesalahan akan dideteksi jika terjadi. Pemulihan kesalahan dilakukan engan jalan memberitahuan lapisan atas bahwa kesalahan telah terjadi dan meminta pengirimna kembali paket yang kesalahannya terdeteksi. b. Unreliable delivery, bukan berarti kesalahan mungkin terjadi, tetapi menunjukan bahwa lapisan transport tidak memeriksa kesalahan tersebut. Karena pemeriksaan kesalahan memerlukan waktu dan mengurangi penampil-an jaringan. Biasanya kategori ini digunakan jika setiap paket mengandung pesan yang lengkap, sedangkan reliable delivery, jika mengandung banyak paket. Unreliable delivery, sering disebut “datagram delivery” dan paket-paket bebas yang dikirimkan dengan cara ini sering disebut “datagram”. Karena proses lapisan atas (application layer) memiliki kebutuhan yang bervariasi, terdapat dua protokol lapisan transport /host to host, TCP dan UDP. TCP adalah protokol yang handal. Protokol ini berusaha secara seksama untuk mengirimkan data ke tujuan, memeriksa kesalahan, mengirimkan data ulang bila diperlukan dan mengirimkan error ke lapisan ats hanya bila TCP tidak berhasil mengadakan 9 komunikasi. Tetapi perlu dicatat bahwa kehandalan TCP tercapai dengan mengorbankan bandwidth jaringan yang besar. UDP (User Datagram Protocol) disisi lain adalah protokol yang tidak handal. Protokol ini hanya “semampunya” saja mengirimkan data. UDP tidak akan berusaha untuk mengembalikan datagram yang hilang dan proses pada lapisan atas harus bertanggung jawab untuk mendeteksi data yang hilang atau rusak dan mengirimkan ulang data tersebut bila dibutuhkan. 1.4. Application layer Lapisan inilah biasa disebut lapisan akhir (front end) atau bisa disebut user program. Lapisan inilah yang menjadi alasan keberadaan lapisan sebelumnya. Lapisan sebelumnya hanya bertugas mengirimkan pesan yang ditujukan utk lapisan ini. Di lapisan ini dapat ditemukan program yang menyediakan pelayanan jaringan, seperti mail server (email program), file transfer server (FTP program), remote terminal. 2.2. Prinsip Kerja TCP dan IP Seperti yang telah dikemukakan di atas TCP/IP hanyalah merupakan suatu lapisan protokol (penghubung) antara satu komputer dengan yang lainnya dalam network, meskipun ke dua komputer tersebut memiliki OS yang berbeda. Untuk mengerti lebih jauh marilah kita tinjau pengiriman sebuah email. Dalam pengiriman email ada beberapa prinsip dasar yang harus dilakukan. Pertama, mencakup hal-hal umum berupa siapa yang mengirim email, siapa yang menerima email tersebut serta isi dari email tersebut. Kedua, bagaimana cara agar email tersebut sampai pada tujuannya.Dari konsep ini kita dapat mengetahui bahwa pengirim email memerlukan "perantara" yang memungkinkan emailnya sampai ke tujuan (seperti layaknya pak pos). Dan ini adalah tugas dari TCP/IP. Antara TCP dan IP ada pembagian tugas masingmasing. TCP merupakan connection-oriented, yang berarti bahwa kedua komputer yang ikut serta dalam pertukaran data harus melakukan hubungan terlebih dulu sebelum pertukaran data (dalam hal ini email) berlangsung. Selain itu TCP juga bertanggung jawab untuk me-nyakinkan bahwa email tersebut sampai ke tujuan, memeriksa kesalahan dan mengirim-kan error ke lapisan atas hanya bila TCP tidak berhasil melakukan hubungan (hal inilah yang membuat TCP sukar untuk dikelabuhi). Jika isi 10 email tersebut terlalu besar untuk satu datagram, TCP akan membaginya kedalam beberapa datagram. IP bertanggung jawab setelah hubungan berlangsung, tugasnya adalah untuk meroute data packet di dalam network. IP hanya bertugas sebagai kurir dari TCP dalam penyam-paian datagram dan "tidak bertanggung jawab" jika data tersebut tidak sampai dengan utuh (hal ini disebabkan IP tidak memiliki informasi mengenai isi data yang dikirimkan) maka IP akan mengirimkan pesan kesalahan ICMP. Jika hal ini terjadi maka IP hanya akan memberikan pesan kesalahan (error message) kembali ke sumber data. Karena IP "hanya" mengirimkan data "tanpa" mengetahui mana data yang akan disusun berikutnya menyebabkan IP mudah untuk dimodifikasi daerah "sumber dan tujuan" datagram. Hal inilah penyebab banyak paket hilang sebelum sampai kembali ke sumber awalnya. Kata-kata Datagram dan paket sering dipertukarkan penggunaanya. Secara teknis, datagram adalah kalimat yang digunakan jika kita hendak menggambarkan TCP/IP. Datagram adalah unit dari data, yang tercakup dalam protokol. ICPM adalah kependekan dari Internet Control Message Protocol yang bertugas memberikan pesan dalam IP. Berikut adalah beberapa pesan potensial sering timbul. a. Destination unreachable, terjadi jika host,jaringan,port atau protokol tertentu tidak dapat dijangkau. b. Time exceded, dimana datagram tidak bisa dikirim karena time to live habis. c. Parameter problem, terjadi kesalahan parameter dan letak oktert dimana kesalahan terdeteksi. d. Source quench, terjadi karena router/host tujuan membuang datagram karena batasan ruang buffer atau karena datagram tidak dapat diproses. e. Redirect, pesan ini memberi saran kepada host asal datagram mengenai router yang lebih tepat untuk menerima datagram tersebut f. Echo request dan echo reply message, pesan ini saling mempertukarkan data antara host. 11 2.2.1. User Datagram Protocol (UDP) UDP memberikan alternatif transport untuk proses yang tidak membutuhkan pengiriman yang handal. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, UDP merupakan protokol yang tidak handal, karena tidak menjamin pengiriman data atau perlindungan duplikasi. UDP tidak mengurus masalah penerimaan aliran data dan pembuatan segmen yang sesuai untuk IP.Akibatnya, UDP adalah protokol sederhana yang berjalan dengan kemampuan jauh dibawah TCP. 2.2.2. Transfer Control Protocol (TCP) Seperti yang telah dibahas sebelumnya, TCP merupakan protokol yang handal dan bertanggung jawab untuk mengirimkan aliran data ke tujuannya secara handal dan berurutan. Untuk memastikan diterimanya data, TCP menggunakan nomor urutan segmen dan acknowlegement (jawaban). TCP mempunyai bagian header ini terlibat sewaktu hubungan berlangsung. - Seperti 'acknowledenganement number' misalnya, yang bertugas untuk menunggu jawaban apakah datagram yang dikirim sudah sampai atau belum. Jika tidak ada jawaban (acknowledenganement) dalam batas waktu tertentu, maka data akan dikirim lagi. - Window berfungsi untuk mengontrol berapa banyak data yang bisa singgah dalam satu waktu. Jika Window sudah terisi, ia akan segera langsung mengirim data tersebut dan tidak akan menunggu data yang terlambat, karena akan menyebabkan hubungan menjadi lambat. - Urgent pointer menunjukan nomor urutan oktet menyusul data yang mendesak. Urgent pointer adalah bilangan positif berisi posisi dari nomor urutan pada segmen. Reser-ved selalu berisi nol. Dicadangkan untuk penggunaan mendatang. - Control bit (samping kanan reserved, baca dari atas ke bawah). Ada enam kontrol bit : URG, Saat di set 1 ruang urgent pointer memiliki makna, set 0 diabaikan. ACK saat di set ruang acknowledenganement number memiliki arti. PSH, memulai fungsi push. RST, memaksa hubungan di reset. SYN, melakukan sinkronisasi nomor urutan untuk hubungan. Bila diset maka hubungan di buka. 12 FIN, hubungan tidak ada lagi. 2.2.3. Internet Protocol (IP) TCP akan mengirim setiap datagram ke IP dan meminta IP untuk mengirimkannya ke tujuan (tentu saja dengan cara mengirimkan IP alamat tujuan). Inilah tugas IP sebenarnya. IP tidak peduli apa isi dari datagram, atau isi dari TCP header. Tugas IP sangat sederhana, yaitu hanya mengantarkan datagram tersebut sampai tujuan (lihat bahasan sebelumnya). Jika IP melewati suatu gateway, maka ia kemudian akan menambahkan header miliknya. Hal yang penting dari header ini adalah “source address” dan “Destination address”, “protocol number” dan “checksum”. “source address” adalah alamat asal datagram. “Destination address” adalah alamat tujuan datagram (ini penting agar gateway mengetahui ke mana datagram akan pergi). “Protocol number” meminta IP tujuan untuk mengirim datagram ke TCP. Karena meskipun jalannya IP menggunakan TCP, tetapi ada juga protokol tertentu yang dapat menggunakan IP, jadi kita harus memastikan IP menggunakan protokol apa untuk mengirim datagram tersebut. Akhirnya, “checksum” akan meminta IP tujuan untuk meyakinkan bahwa header tidak mengalami kerusakan. Yang perlu dicatat yaitu bahwa TCP dan IP menggunakan checksum yang berbeda. 2.3. TEORI PENGATURAN BANDWITDH Dalam teori pengaturan bandwidth (Shaping Bandwidth) dikenal istilah Classful Queueing Discipline. Classful Queueing Discipline merupakan suatu disiplin antrian yang akan membagi trafik berdasarkan kelas-kelas. Classful qdisc sangat berguna apabila kita memiliki traffik yang berbeda-beda yang harus memiliki pembedaan penanganan. Ketika traffik memasuki suatu classful queueing discipline, maka paket tersebut akan dikirimkan ke kelas-kelas di dalam qdisc, dengan kata lain paket tersebut perlu diklasifikasikan terlebih dahulu. Untuk menentukan apa yang harus dilakukan dengan sebuah paket yang datang, maka filter-filter akan digunakan. Harus dipahami bahwa filter-filter ini dipanggil dari dalam sebuah qdisc, bukan sebaliknya. Filter-filter yang terdapat pada qdisc tersebut akan menghasilkan suatu keputusan, dan qdisc akan menggunakan hasil ini untuk mengantrikan paket ke salah satu kelas yang telah tersedia. Setiap subklas mungkin saja akan mencoba filter-filter yang lainnya untuk melihat apakah ada instruksi lain yang berlaku. Jika tidak, maka kelas akan mengantrikan paket tersebut ke qdisc yang ia miliki. 13 Di samping memiliki suatu qdisc, kebanyakan dari classful qdisc juga menerapkan fungsi shaping. Ini sangat berguna untuk melakukan penjadwalan paket (misal dengan SFQ) dan pengontrolan rate sekaligus. Kita akan sangat membutuhkan proses ini apabila kita memiliki suatu interface dengan kecepatan tinggi (misal ethernet) ke suatu alat yang lebih lambat (misal modem). Beberapa contoh classful queueing discipline adalah: 2.3.1 CBQ (Class Based Queueing) CBQ dapat menerapkan pembagian kelas dan menshare link bandwidth melalui struktur kelas-kelas secara hirarki. Setiap kelas memiliki antriannya masing-masing dan diberikan jatah bandwidthnya. Sebuah kelas child dapat meminjam bandwidth dari kelas parent selama terdapat kelebihan bandwidth. Gambar di bawah ini menunjukkan komponen dasar dari CBQ. CBQ bekerja sebagai berikut: classifier akan mengarahkan paket-paket yang datang ke kelas-kelas yang bersesuaian. Estimator akan mengestimasi bandwidth yang sedang digunakan oleh sebuah kelas. Jika sebuah kelas telah melampaui limit yang telah ditentukannya, maka estimator akan menandai kelas tersebut sebagai kelas yang overlimit. Scheduler menentukan paket selanjutnya yang akan dikirim dari kelas-kelas yang berbeda-beda, berdasarkan pada prioritas dan keadaan dari kelas-kelas. Weighted round robin scheduling digunakan antara kelaskelas dengan prioritas yang sama. Gambar 2.2. Ilustrasi cara kerja CBQ 14 2.3.2. PRIO Priority queueing memungkinkan manajer jaringan untuk menentukan bagaimana traffik diprioritaskan dalam suatu jaringan. Dengan menentukan serangkaian filter berdasarkan karakteristik dari paket, traffik ditempatkan pada suatu antrian; antrian dengan prioritas yang lebih tinggi dilayani lebih dahulu, kemudian antrian yang lebih rendah lagi dilayani sesuai urutannya. Jika antrian dengan prioritas paling tinggi selalu penuh, maka antrian ini akan secara kontinyu dilayani dan paket-paket dari antrian yang lain akan didrop. Dalam algoritma antrian ini, maka satu jenis traffik jaringan dapat mendominasi traffik-traffik lainnya. Priority queueing akan menentukan traffik ke dalam salah satu dari 4 antrian: tinggi, sedang, normal, dan rendah. Priority Queueing dapat menjamin bahwa traffik-traffik yang penting mendapatkan penanganan yang tercepat pada setiap titik di mana ia digunakan. Queueing ini di buat untuk memberikan prioritas yang ketat pada traffik-traffik yang penting. Priority queueing dapat secara fleksibel membagi prioritas berdasarkan protokol jaringan (misal IP, IPX, atau AppleTalk), interface yang masuk, ukuran paket, alamat asal/tujuan, dan sebagainya. 2.3.3. HTB (Hierarchical Token Bucket) HTB merupakan salah satu disiplin antrian yang memiliki tujuan untuk menerapkan link sharing secara presisi dan adil. Dalam konsep link sharing, jika suatu kelas meminta kurang dari jumlah service yang telah ditetapkan untuknya, sisa bandwidth akan didistribusikan ke kelas-kelas yang lain yang meminta service. Gambar 2.3. Konsep Link Sharing HTB menggunakan TBF sebagai estimator yang sangat mudah diimplementasikan. TBF sangat mudah diset karena banyak dari administrator jaringan yang memiliki ilmu tentangnya. Estimator ini hanya menggunakan parameter rate, sebagai akibatnya seseorang hanya perlu mengeset rate yang akan diberikan ke suatu kelas. Oleh karena itu HTB lebih mudah dan intuitif dibandingkan CBQ. 15 Pada HTB terdapat parameter ceil sehingga kelas akan selalu mendapatkan bandwidth di antara base rate dan nilai ceil ratenya. Parameter ini dapat dianggap sebagai estimator kedua, sehingga setiap kelas dapat meminjam bandwidth selama bandwidth total yang diperoleh memiliki nilai di bawah nilai ceil. Hal ini mudah diimplementasikan dengan cara tidak mengijinkan proses peminjaman bandwidth pada saat kelas telah melampaui rate ini (keduanya leaves dan interior dapat memiliki ceil). Sebagai catatan, apabila nilai ceil sama dengan nilai base rate, maka akan memiliki fungsi yang sama seperti parameter bounded pada CBQ, di mana kelas-kelas tidak diijinkan untuk meminjam bandwidth. Sedangkan jika nilai ceil diset tak terbatas atau dengan nilai yang lebih tinggi seperti kecepatan link yang dimiliki, maka akan didapat fungsi yang sama seperti kelas non-bounded. Sebagai contoh, seseorang dapat menjamin bandwidth 1 Mbit untuk suatu kelas, dan mengijinkan penggunaan bandwidth sampai dengan 2 Mbit pada kelas tersebut apabila link dalam keadaan idle. Parameter ceil ini sangatlah berguna untuk ISP karena para ISP kemungkinan besar akan memakainya untuk membatasi jumlah servis yang akan diterima oleh suatu pelanggan walaupun pelanggan lain tidak melakukan permintaan servis, dengan kata lain kebanyakan ISP menginginkan pelanggan untuk membayar sejumlah uang lagi untuk memperoleh pelayanan yang lebih baik. Untuk menjadwalkan pengiriman paket dari antrian, maka HTB menggunakan suatu proses penjadwalan. 16 BAB III Konfigurasi Sistem untuk Analisa Efektifitas Bandwidth Management Dalam Saluran Transmisi TCP/IP 3.1. Sistem Perangkat Keras Perangkat keras yang digunakan untuk mensimulasikan dan menganalisa efektifitas Bandwidth Manager dalam Saluran TCP/IP untuk tugas akhir ini mempunyai spesifikasi sebagai berikut: 1. 1 buah computer sebagai web server, dengan spesifikasi AMD Athlon dual core processor 2 Ghz, RAM 2 GB, HDD 160 Gb dan NIC (Network Interface Card) 1 Gbps. 2. 1 buah Notebook sebagai web client, dengan spesifikasi Intel Core Duo 1.8 Ghz, RAM 1 GB, HDD 120 Gb dan NIC 1 Gbps 3. 1 buah perangkat pengatur saluran (Bandwidth Management) keluaran Packeter dengan kapasitas pengaturan bandwidth sebesar 512 Kbps. 4. Kabel UTP kategori 5 sebagai media transmisi untuk hubungan dari Server ke client. Konfigurasi perangkat dapat dilihat pada gambar 3.1 Gambar 3.1. Skematik diagram konfigurasi perangkat sumulasi traffic 17 3.2. Sistem Perangkat Lunak Perangkat lunak yang digunakan dalam implementasi ini sebagai berikut : 1. Windows Server 2003 Evaluation Edition, yaitu sistem operasi Server berbasis windows yang mempunyai fasilitas sebagai web server dengan kemampuan penggunaan TCP/IP multi ports. Operating system ini dijalankan di komputer Server. 2. Windows XP Evaluation Edition, yaitu sistem operasi berbasis Windows yang mempunyai fasilitas web browser sebagai web client didalamnya. Operating system ini dijalankan di notebook sebagai client. 3. Packeter operating system yang merupakan operating system khusus yang didesain untuk perangkat Bandwidth Management Packeter. Operating system sudah terintegrasi dengan perangkat keras Packeter. Operating system ini berbasis UNIX. 4. Microsoft Excel, perangkat lunak untuk membuat tabel dan grafik. 3.3. Simulasi Simulasi dilakukan dengan cara membangkitkan trafik dari server ke client dengan cara mendownload sebuah file atau beberapa file dengan ukuran tertentu. Filefile tersebut diletakkan pada web server dengan konfigurasi port TCP/IP yang berbeda. Dalam simulasi ini digunakan 4 web directory server dengan port TCP/IP yang berbeda untuk memberikan hasil simulasi trafik terhadap prioritas yang diberikan oleh perangkat bandwidth management. Data yang akan diambil pada simulasi ini adalah response time dalam simulasi mendownload file dengan ukuran tertentu. Simulasi trafik akan didapat dengan kombinasi antara prioritas saluran (port) dan besar ukuran file. Data trafik yang dihasilkan adalah respon waktu yang diperlukan dan kecepatan saluran sewaktu mendownload file yang ukurannya telah ditentukan. Efektifitas pengaturan didapat dengan membandingkan setiap saluran sebelum diatur dan sesudah diatur. Perbandingan peningkatan atau penurunan setiap saluran dihitung dalam presentase. 18 Simulasi trafik menggunakan 4 web site Server dengan konfigurasi port yang berbeda untuk setiap web site. Setiap web site akan diberikan sebuah prioritas di dalam satu saluran TCP/IP. Konfigurasi port web site dan prioritas dapat dilihat pada tabel 3.1. Tabel 3.1. Konfigurasi Port TCP/IP berdasarkan prioritas aplikasi Nomor urut Prioritas Port Web Site Server Prioritas 1 4001 Prioritas 2 4002 Prioritas 3 4003 Prioritas 4 80 Didalam web tersebut akan diletakkan beberapa file dengan ukuran tertentu. File-file yang mempunyai ukuran yang sama dalam setiap web site akan didownload oleh web client secara bersamaan untuk membangkitkan trafik. Ukuran file-file tersebut dapat dilihat pada table 3.2. Tabel 3.2. Besar ukuran file sebagai pemicu simulasi traffic Nama File Ukuran File (kilobyte) File1 1000 File2 2000 File3 3000 File4 4000 Web client akan mendownload file-file tersebut dengan menggunakan web browser. Web browser mempunyai fasilitas perhitungan waktu respon dan kecepatan saluran selama download dilakukan. Data-data tersebut akan didata didalam tabel dan dianalisa didalam bentuk grafik. 19 3.4. Konfigurasi Web Site Server Web site server yang digunakan dalam simulasi ini adalah Internet Information Service (IIS) dari server Windows 2003 server. Konfigurasi untuk setiap web site dapat dilihat pada tabel 3.3. Tabel 3.3. Konfigurasi Web Site berdasarkan prioritas aplikasi Nomor urut Prioritas Name Web Site Port Web Site Server Prioritas 1 Prio1 4001 Prioritas 2 Prio2 4002 Prioritas 3 Prio3 4003 Prioritas 4 Default Website 80 Hasil konfigurasi IIS pada Windows 2003 berdasarkan tabel 3.3 dapat dilihat pada gambar 3.2. Gambar 3.2. Konfigurasi Web Site berdasarkan prioritas pada Windows 2003 Server 20 Hasil konfigurasi setiap web site berdasarkan port dapat dilihat sebagai berikut: Konfigurasi web site Prio1 menggunakan port 4401 dapat dilihat pada gambar 3.3. Gambar 3.3. Konfigurasi Web Site untuk TCP/IP port 4401 Konfigurasi web site Prio2 menggunakan port 4402 dapat dilihat pada gambar 3.4. Gambar 3.4. Konfigurasi Web Site untuk TCP/IP port 4402 21 Konfigurasi web site Prio3 menggunakan port 4403 dapat dilihat pada gambar 3.5. Gambar 3.5. Konfigurasi Web Site untuk TCP/IP port 4403 Konfigurasi web site prio4 menggunakan port 80 dapat dilihat pada gambar 3.6. Gambar 3.6. Konfigurasi Web Site untuk TCP/IP port 80 22 3.5. Konfigurasi Perangkat Bandwith Manager Perangkat bandwith manager yang digunakan dalam simulasi ini adalah produk keluaran Packeter yang berbentuk box tanpa monitor dan keyboard. Kapasitas pengaturan yang tersedia maksimum bandwidth adalah sebesar 512kbps. Kapasitas tersebut adalah kapasitas sesuai lisensi sewaktu pembelian produk. Kapasitas dapat ditingkatkan dengan penambahan lisensi terhadap produk tersebut. Dengan demikian saluran TCP/IP maksimum yang dapat dilalui oleh perangkat tersebut dalam simulasi ini adalah 512kbps. Koneksi antara web server, bandwidth manager dan web client menggunakan kabel Ethernet Unshield Twister Pair (UTP) dengan konektor RJ45 pada kedua ujungnya. Perangkat bandwidth manager mempunyai dua buah port Ethernet, yaitu port pertama berfungsi sebagai Outside dan port kedua berfungsi sebagai Inside. Port Outside dihubungkan ke web server sedangkan port inside dihubungkan ke web client. Pengaturan konfigurasi bandwidth manager menggunakan Internet Explorer yang dapat dilakukan dari sisi server maupun sisi client. Operating System dari bandwidth manager menggunakan Unix yang sudah terintegrasi dengan perangkat dan tidak dapat dimodifikasi. Simulasi yang akan dilakukan terhadap saluran ini adalah berdasarkan prioritas. Web site dengan nomor prioritas yang lebih kecil akan didahulukan atau diprioritaskan dibanding dengan nomor prioritas yang lebih besar. Sebagai contoh, prioritas 2 akan dihahulukan dibanding prioritas 3 dan 4. Sehingga web site dengan nomor prioritas yang lebih kecil seharusnya lebih baik waktu responnya dibanding dengan web site dengan nomor prioritas yang lebih besar di sisi client karena sudah dilewatkan suatu saluran yang sudah diatur juga prioritasnya. Dalam simulasi pengaturan saluran kapasitas di setiap web site dalam bandwith manager dilakukan dengan beberapa konfigurasi kapasitas dengan batasan jumlah total kapasitas adalah 512kbps sesuai dengan lisensi bandwith manager. Dengan demikian kita dapat membandingkan performa dari setiap konfigurasi. Disamping itu juga performa akan dibandingkan dengan saluran tanpa pengaturan. saluran dapat dilihat dalam tabel 3.4. 23 Konfigurasi kapasitas Tabel 3.4. Konfigurasi-konfigurasi kapasitas saluran dalam simulasi trafik Nama Konfigurasi Konfigurasi A Konfigurasi B Konfigurasi C Konfigurasi D Nama Prioritas Kapasitas saluran (Kbps) Prioritas 1 Off Prioritas 2 Off Prioritas 3 Off Prioritas 4 Off Prioritas 1 128 Prioritas 2 128 Prioritas 3 128 Prioritas 4 128 Prioritas 1 288 Prioritas 2 128 Prioritas 3 64 Prioritas 4 32 Prioritas 1 384 Prioritas 2 56 Prioritas 3 40 Prioritas 4 32 Setiap konfigurasi dilakukan simulasi traffic dengan cara melakukan download file dari setiap prioritas aplikasi web server secara bersamaan dalam satu saluran TCP/IP. Simulasi juga dilakukan berulang dengan ukuran file download yang berbedabeda seperti tercantum pada table 3.2. Secara umum untuk downloading file yang berukuran lebih besar diperlukan waktu yang lebih lama karena bandwidth saluran tersebut adalah tetap yaitu 512 kbps. Tetapi waktu downloading dari setiap prioritas aplikasi akan berbeda-beda. 24 Konfigurasi maksimum keluaran dan masukan sebesar 512kbps pada bandwidth manager dapat dilihat pada gambar 3.7. Gambar 3.7. Konfigurasi saluran TCP/IP sebesar 512 Kbps pada bandwidth manager Konfigurasi jumlah saluran (Partition) dalam perangkat bandwidth manager hanya menggunakan satu buah atau satu partisi saluran dan kapasitas maksimum partisi saluran tersebut adalah sebesar 512 kbps. Konfigurasi partisi saluran dapat dilihat pada gambar 3.8. Gambar 3.8. Konfigurasi jumlah saluran sebanyak satu partisi saluran dengan kapasitas maksimum 512kbps 25 Konfigurasi saluran untuk setiap prioritas yaitu prio1, prio2, prio3 dan prio4 dalam perangkat bandwidth manager untuk konfigurasi D sebagai referensi yaitu prio1 sebesar 384 Kbp/s, prio2 sebesar 56 kbp/s, prio3 sebesar 40 kbp/s dan prio 4 sebesar 32 kbp/s Kapasitas bandwidth prio1 sebesar 384 kbp/s dapat dilihat pada gambar 3.9. Gambar 3.9. Konfigurasi bandwidth manager untuk aplikasi prioritas 1 Kapasitas bandwidth prio2 sebesar 56 kbp/s dapat dilihat pada gambar 3.10. Gambar 3.10. Konfigurasi bandwidth manager untuk aplikasi prioritas 2 26 Kapasitas bandwidth prio3 sebesar 40 kbp/s dapat dilihat pada gambar 3.11. Gambar 3.11. Konfigurasi bandwidth manager untuk aplikasi prioritas 3 Kapasitas bandwidth prio4sebesar 32 kbp/s dapat dilihat pada gambar 3.12. Gambar 3.12. Konfigurasi bandwidth manager untuk aplikasi prioritas 4 27 3.6. Konfigurai Web Client Web client menggunan sebuah notebook dengan system operasi Windows XP dengan Internet Explorer. Internet Explorer (IE) akan digunakan untuk mengakses web server dan mendownload file-file untuk menimbulkan traffic. IE mempunyai fasilitas untuk memonitor data traffic seperti besar bandwidth saluran dan respon time. Data traffic dari IE tersebut akan direkam didalam tabel dan akan dihadirkan dalam bentuk grafik. Web client akan melakukan download 4 file yang berukuran sama yang terdapat pada web site prio1, prio2, prio3 dan prio 4 dalam waktu yang bersamaan. Dikarenakan setiap web site dan web client dilewatkan sebuah saluran yang dilengkapi dengan bandwidth manager maka performa downloading akan berbeda dari setiap web site. Web server sudah dilengkapi menu downloading untuk setiap prioritas web site sehingga akan memudahkan web client mengakses setiap web site dengan port yang berbeda berserta ukuran file yang akan didownload. Konfigurasi web site beserta nomor port dapat dilihat pada tabel 3.3 dan ukuran file simulasi dapat dilihat pada tabel 3.2. Menu downloading berdasarkan ukuran dan prioritas web site pada IE web client dapat dilihat pada gambar 3.13. Gambar 3.13. Aplikasi simulasi traffic berdasarkan prioritas aplikasi dan ukuran file aplikasi 28 Setelah selesai melakukan downloading IE akan memberikan informasi mengenai kapasitas rata-rata dan waktu respon untuk setiap file. Karena simulasi melakukan downloading 4 file secara bersamaan maka akan didapat 4 informasi. Informasi mengenai kapasitas rata-rata dan waktu respon downloading untuk setiap file dapat dilihat pada gambar 3.14. Gambar 3.14. Infomasi hasil simulasi kapasitas saluran dan waktu downloading 3.7. Metode Simulasi Kita tentu sering merasa kesal ketika kita sedang menjalankan aplikasi – aplikasi yang lebih penting kemudian ada orang lain yang mendownload file dengan ukuran yang besar yang dianggap tidak penting melalui saluran yang sama. Hal ini akan berakibat pada habisnya bandwidth saluran oleh aplikasiaplikasi yang tidak penting tadi dan akan sangat berpengaruh terhadap kecepatan atau respon dari aplikasi yang penting. Simulasi ini bertujuan untuk memperlihatkan bahwa penerapan perangkat bandwidth management dapat meningkatkan kualitas atau respon time dengan memberikan jaminan bandwidth untuk prioritas aplikasi-aplikasi tersebut. Simulasi akan dilakukan dengan membuat 4 prioritas aplikasi yang berbeda dan akan dilakukan simulasi download sebanyak 4 buah file yang 29 mempunyai ukuran yang berbeda. Kombinasi 4 prioritas aplikasi dan 4 buah file akan dilakukan terhadap 4 konfigurasi perangkat bandwidth management yang berbeda-beda. Hasil simulasi akan dimasukkan ke dalam tabel dan akan dihadirkan dalam bentuk grafik untuk dianalisa. 30 BAB IV SIMULASI MANAJEMEN BANDWIDTH DAN ANALISA 4.1. Konfigurasi Simulasi Perangkat Bandwidth Manager Dalam simulasi pengaturan saluran kapasitas di setiap web site dalam bandwith manager dilakukan dengan beberapa konfigurasi kapasitas dengan batasan jumlah total kapasitas adalah 512kbps sesuai dengan lisensi bandwith manager. Dengan demikian kita dapat membandingkan performa dari setiap konfigurasi. Disamping itu juga performa akan dibandingkan dengan saluran tanpa pengaturan. Simulasi dilakukan dengan menggunakan 4 macam konfigurasi bandwidth yang berbeda yaitu konfigurasi A, Konfigurasi B, Konfigurasi C dan Konfigurasi D. Konfigurasi simulasi terhadap kapasitas saluran, besaran file dan prioritas aplikasi untuk setiap konfigurasi simulasi dapat dilihat dalam tabel 4.1. Tabel 4.1. Konfigurasi simulasi terhadap besaran file dan prioritas aplikasi Nama Konfigurasi Konfigurasi A Konfigurasi B Konfigurasi C Konfigurasi D Nama Prioritas File Aplikasi Simulasi Kapasitas (Kbps) 1 Megabyte Prioritas 1 Off 2 Megabyte Prioritas 2 Off 3 Megabyte Prioritas 3 Off 4 Megabyte Prioritas 4 Off 1 Megabyte Prioritas 1 128 2 Megabyte Prioritas 2 128 3 Megabyte Prioritas 3 128 4 Megabyte Prioritas 4 128 1 Megabyte Prioritas 1 288 2 Megabyte Prioritas 2 128 3 Megabyte Prioritas 3 64 4 Megabyte Prioritas 4 32 1 Megabyte Prioritas 1 384 2 Megabyte Prioritas 2 56 3 Megabyte Prioritas 3 40 4 Megabyte Prioritas 4 32 31 saluran 4.2. Hasil Simulasi Traffic Konfigurasi A adalah konfigurasi trafik tanpa menggunakan bandwidth management dimana saluran 512kbps akan dipakai 4 prioritas aplikasi secara bersamasama. Hasil simulasi konfigurasi A dapat dilihat dalam tabel 4.2. Tabel 4.2. Hasil Simulasi Konfigurasi A 1 Mb 2 Mb 3Mb 4Mb Rata-Rata (Kbp/s) Prioritas 1 Prioritas 2 Prioritas 3 Prioritas 4 Durasi (Min:Detik) 0:42 1:39 3:13 4:24 Kecepatan(Kbp/s) 17.5 15.8 11.2 13.0 Durasi (Min:Detik) 0:44 1:16 1:52 4:14 Kecepatan(Kbp/s) 16.4 17.2 17.3 15.2 Durasi (Min:Detik) 0:55 2:11 3:17 3:43 Kecepatan(Kbp/s) 14.5 14 11.6 17.4 Durasi (Min;Detik) 0:44 2:01 2:17 3:07 Kecepatan(Kbp/s) 16.4 13.5 15.5 19 Grafik kecepatan saluran terhadap ukuran file konfigurasi A dapat dilihat pada gambar 4.1. Kecepatan Saluran Kecepatan kbps 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Prioritas 1 Prioritas 2 Prioritas 3 Prioritas 4 1 Mb 2 Mb 3Mb 4Mb Besar File Aplikasi Gambar 4.1. Hasil grafik kecepatan konfigurasi A. 32 14.3 16.5 14.3 16.1 Konfigurasi B adalah konfigurasi traffic dengan menggunakan bandwidth management dimana saluran dibagi rata untuk setiap 4 prioritas aplikasi dan digunakan secara bersama-sama. Hasil simulasi konfigurasi B dapat dilihat dalam tabel 4.3 Tabel 4.3. Hasil Simulasi Konfigurasi B 1 Mb 2 Mb 3Mb 4Mb Rata-Rata (Kbp/s) Prioritas 1 Prioritas 2 Prioritas 3 Prioritas 4 Durasi (Min:Detik) 1:05 2:17 3:27 4:38 Kecepatan(Kbp/s) 17.5 15.0 14.9 14.8 Durasi (Min:Detik) 1:08 2:17 3:26 4:38 Kecepatan(Kbp/s) 15.8 15.0 14.9 14.8 Durasi (Min:Detik) 1:07 2:17 3:28 4:39 Kecepatan(Kbp/s) 16.0 15.0 14.8 14.7 Durasi (Min;Detik) 1:08 2:17 3:27 4:39 Kecepatan(Kbp/s) 15.8 15.0 14.9 14.7 15.5 15.1 15.1 15.1 Grafik kecepatan saluran terhadap ukuran file konfigurasi B dapat dilihat pada gambar 4.2. Kecepatan kbps Kecepatan Saluran 30 28 26 24 22 20 18 16 14 12 10 Prioritas 1 Prioritas 2 Prioritas 3 Prioritas 4 1 Mb 2 Mb 3Mb 4Mb Besar File Aplikasi Gambar 4.2. Hasil Grafik kecepatan konfigurasi B. 33 Konfigurasi C adalah konfigurasi traffic dengan menggunakan bandwidth management dimana saluran diberikan besarnya berdasarkan urutan prioritas aplikasi dan digunakan secara bersama-sama. Hasil simulasi konfigurasi C dapat dilihat dalam tabel 4.4 Tabel 4.4. Hasil Simulasi Konfigurasi C 1 Mb 2 Mb 3Mb 4Mb Rata-Rata (Kbp/s) Prioritas 1 Prioritas 2 Prioritas 3 Prioritas 4 Durasi (Min:Detik) 0:31 1:03 1:35 2:06 Kecepatan(Kbp/s) 34.6 32.8 32.5 32.7 Durasi (Min:Detik) 1:05 2:10 3:17 4:32 Kecepatan(Kbp/s) 16.5 15.4 15.6 15.1 Durasi (Min:Detik) 2:18 4:37 6:49 9:19 Kecepatan(Kbp/s) 7.8 7.5 7.5 7.4 Durasi (Min;Detik) 4:23 8:53 13:30 18:05 Kecepatan(Kbp/s) 4.0 3.9 3.8 3.8 33.1 15.7 7.6 3.9 Grafik kecepatan saluran terhadap ukuran file konfigurasi C dapat dilihat pada gambar 4.3. Kecepatan Kbps Kecepatan Saluran 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Prioritas 1 Prioritas 2 Prioritas 3 Prioritas 4 1 Mb 2 Mb 3Mb 4Mb Besar File Aplikasi Gambar 4.3. Hasil Grafik kecepatan konfigurasi C. 34 Konfigurasi D adalah konfigurasi traffic dengan menggunakan bandwidth management dimana saluran diberikan besarnya berdasarkan urutan prioritas aplikasi lebih ektrem dan digunakan secara bersama-sama. Hasil simulasi konfigurasi D dapat dilihat dalam tabel 4.5. Tabel 4.5. Hasil Simulasi Konfigurasi D 1 Mb 2 Mb 3Mb 4Mb Rata-Rata (Kbp/s) Prioritas 1 Prioritas 2 Prioritas 3 Prioritas 4 Durasi (Min:Detik) 0:23 0:46 1:09 1:33 Kecepatan(Kbp/s) 46.7 44.9 44.7 44.4 Durasi (Min:Detik) 2:34 5:08 7:53 10:30 Kecepatan(Kbp/s) 7.0 6.7 6.5 6.5 Durasi (Min:Detik) 3:30 7:02 10:40 14:20 Kecepatan(Kbp/s) 5.1 4.9 4.8 4.8 Durasi (Min;Detik) 4:32 9:03 13:30 18:09 Kecepatan(Kbp/s) 3.9 3.9 3.8 3.8 45.2 6.7 4.9 3.9 Grafik kecepatan saluran terhadap ukuran file konfigurasi D dapat dilihat pada gambar 4.4. Kecepatan Kbps Kecepatan Saluran 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Prioritas 1 Prioritas 2 Prioritas 3 Prioritas 4 1 Mb 2 Mb 3Mb 4Mb Besar File Aplikasi Gambar 4.4. Hasil Grafik kecepatan konfigurasi D. 35 4.3. Analisa Hasil Simulasi Traffic Setelah mendapatkan data maka kita dapat menganalisa kecepatan setiap prioritas terdahap berbagai macam konfigurasi perangkat. Hasil kecepatan rata-rata secara keseluruhan dapat dilihat pada table 4.6. Tabel 4.6. Hasil Simulasi kecepatan rata-rata Nama Konfigurasi Konfigurasi A Konfigurasi B Konfigurasi C Konfigurasi D Nama Kapasitas Kecepatan Presentase terhadap Prioritas saluran Rata-Rata total Bandwidth (%) (Kbp/s) (Kbp/s) Pttb (Kr) Pttb = (Kr/512) x 100% Prioritas 1 Off 14.3 Prioritas 2 Off 16.5 Prioritas 3 Off 14.3 Prioritas 4 Off 16.1 Prioritas 1 128 15.5 Prioritas 2 128 15.1 Prioritas 3 128 15.1 Prioritas 4 128 15.1 Prioritas 1 288 33.1 Prioritas 2 128 15.7 Prioritas 3 64 7.6 Prioritas 4 32 3.9 Prioritas 1 384 45.2 Prioritas 2 56 6.7 Prioritas 3 40 4.9 Prioritas 4 32 3.9 23.37 26.96 23.37 26.31 25.49 24.84 24.84 24.84 54.89 26.04 12.60 6.47 74.46 11.04 8.07 6.43 Dalam tabel 4.6, konfigurasi A dapat disimpulkan saluran diperebutkan secara acak dan prioritas aplikasi yang lebih tinggi kadangkala tidak mendapatkan bandwidth yang lebih besar dibanding dengan prioritas aplikasi yang lebih rendah. Sehingga kualitas saluran dianggap rendah untuk prioritas aplikasi yang lebih penting. Hal ini tentu saja tidak diinginkan. 36 Konfigurasi B dapat dianalisa bahwa setiap prioritas aplikasi mendapat jaminan bandwidth yang sama rata sehingga setiap prioritas mendapatkan kualitas saluran yang sama tanpa melihat prioritas aplikasi tersebut apakah lebih tinggi atau lebih rendah. Dapat dilihat, setiap prioritas aplikasi mendapatkan 25% dari total bandwidth. Konfigurasi C dapat dianalisa bahwa prioritas aplikasi yang lebih tinggi mendapatkan bandwidth yang lebih besar dibanding dengan prioritas aplikasi yang lebih rendah. Prioritas aplikasi 1 atau prioritas yang paling tinggi mendapatkan 55.89% dari total bandwidth yang tersedia dan prioritas aplikasi 4 atau yang paling rendah hanya mendapatkan 6.47 % dari total bandwidth. Dengan demikian prioritas aplikasi yang lebih tinggi akan mendapatkan kualitas saluran yang lebih baik dibanding dengan konfigurasi A dan konfigurasi B. Dalam konfigurasi D, dilakukan pengaturan perangkat bandwidth management untuk memberikan bandwidth yang lebih besar lagi pada prioritas aplikasi1 atau prioritas yang paling tinggi. Konfigurasi D dapat dianalisa prioritas aplikasi 1 mendapatkan 74.46 % dari total bandwidth dan bandwidth tersebut lebih tinggi dibanding dengan konfigurasi C yang hanya 55.89%. Sedangkan prioritas aplikasi 4 atau yang paling rendah mendapat bandwidth 6.43% dari total bandwidth. Berdasarkan analisa-analisa diatas dapat disimpulkan penggunaan perangkat bandwidth management adalah efektif dalam meningkatkan kualitas suatu saluran yang terbatas yang didasari pengelompokan aplikasi berdasarkan prioritas. 37 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan a. Saluran yang tidak menggunakan perangkat bandwidth management akan mengakibat pada throughput/bandwidth yang tidak terkontrol. Hal ini dapat terlihat pada hasil simulasi pada Konfigurasi A dimana prioritas aplikasi yang lebih tinggi tidak selalu mendapatkan bandwidth yang lebih besar dibanding prioritas aplikasi yang lebih rendah. Aplikasi Prioritas 1 hanya mendapatkan 14,3 % dari bandwith total 512 kbps. b. Implementasi atau penggunakan perangkat bandwidth manajemen dapat mengontrol throughput/bandwidth dari setiap prioritas aplikasi yang ada di saluran. Hal ini terbukti pada hasil simulasi konfigurasi B di mana kapasitas bandwidth 512 kbit/s dapat dibagi rata untuk setiap aplikasi, yaitu 128kbit/s atau 25% dari total bandwidth untuk setiap prioritas aplikasi dan hasilnya setiap prioritas aplikasi mendapat throughput/bandwidth yang relatif sama. c. Implementasi atau penggunakan perangkat bandwidth manajemen dapat mengontrol throughput/bandwidth untuk prioritas aplikasi yang paling tinggi yang ada di saluran. Hal ini terbukti pada hasil simulasi konfigurasi D di mana Aplikasi Prioritas 1 mendapatkan 74.64% dari total bandwidth dibanding Aplikasi Prioritas 2, Aplikasi Prioritas 3 dan Aplikasi Prioritas 4. d. Pada saluran dengan perangkat bandwidth management, penggunaan bandwidth pada salah satu prioritas aplikasi tidak akan mempengaruhi throughput/bandwidth pada prioritas aplikasi lainnya dalam satu saluran. Hal ini dapat dibuktikan pada hasil simulasi konfigurasi B, C dan D, bahwa throughput/bandwidth setiap prioritas aplikasi tetap konsisten. e. Implementasi atau penggunakan perangkat bandwidth manajemen berdasarkan port sangat berpengaruh terhadap throughput/bandwidth. Hal ini terlihat dari hasil simulasi konfigurasi B, C dan D berdasarkan port, di mana setiap prioritas aplikasi menggunakan port yang berbeda-beda. f. Penggunakan perangkat bandwidth manajemen yang digunakan dalam simulasi hanya mempunyai lisensi bandwidth sebesar 512 kbp/s dengan demikian throughput/bandwidth yang dapat diatur maksimum 512kbp/s 38 meskipun ethernet port yang digunakan adalah 100 mbp/s. Hal ini terlihat dari hasil simulasi konfigurasi A, B, C dan D di mana total throughput/bandwidth adalah 512 kbp/s. 5.2 Saran a. Untuk simulasi selanjutnya diharapkan menggunakan perangkat yang mempunyai kapasitas yang lebih besar untuk hasil pengukuran yang lebih baik lagi. b. Implementasi atau penggunakan perangkat bandwidth manajemen berdasarkan alamat IP dapat dilakukan dan dikombinasi dengan alamat port sehingga didapatkan optimisasi saluran lebih baik. 39 DAFTAR PUSTAKA Lydia Parziale, David T. Britt, Chuck Davis, 2006, TCP/IP Tutorial and Technical Overview, Redbooks, IBM Cooperation. GILBERT HELD, 2003, Ethernet Network – Design,Implementation, Operation, Management, John Wiley & Sons Ltd, The Atrium, Southern Gate, Chichester, West Sussex, England. Joseph Davies, 2006,TCP/IP Fundamentals for Microsoft Windows, Microsoft Corporation. Sally Floyd and Michael Francis Speer, 1998, Experimental Results for Class-Based Queueing, Office of Energy Research, Scientific Computing Staff, of the U.S. Department of Energy. PACKETSHAPER, GETTING STARTED GUIDE, Packeteer Inc. 10495 North De Anza Boulevard, Cupertino, CA, 95014. Jonathan Hassell, 2006, O'Reilly Media, Inc., 1005 Gravenstein Highway North, Sebastopol, CA 95472. Packeteer’s PacketShaper ® Unpredictable application performance undermines business performance. Large emails, peerto-peer downloads, and web browsing can swamp mission-critical applications such as Oracle or SAP. PacketShaper is the solution for eliminating these problems. PacketShaper is the bandwidth-management solution that brings efficient performance to applications running over wide-area networks and the Internet. With PacketShaper, you can control performance to suit applications’ characteristics, business requirements, and users’ needs. Then you can validate the results by utilizing PacketShaper’s extensive reporting features. Align Application Performance With Business Goals Ensure Critical Application Performance Control Non-Urgent Traffic Maximize WAN Throughput Analyze Response Times, Link Allocation, and Network Efficiency PacketShaper’s four-step approach to safeguarding application performance controls congested WAN access links. S T E P O N E : PacketShaper automatically classifies network traffic into categories based on application, protocol, subnet, URL, and other criteria — yielding thousands of potential categories. PacketShaper goes beyond static portmatching and IP address schemes. Its layer-7 classification capabilities pinpoint hundreds of applications, from Oracle and SAP to Gnutella and KaZaA. S T E P T W O : PacketShaper provides detailed analysis of application performance and network efficiency, describing peak and average bandwidth utilization, response times divided into network and server delays, top users, top web pages, top applications, and more. S T E P T H R E E : With policy-based bandwidth allocation and traffic shaping, PacketShaper protects critical applications, paces those that are less urgent, and optimizes performance of a limited WAN-access link. You specify bandwidth minimums and/or maximums on a persession or per-application basis. PacketShaper’s TCP Rate Control technology proactively prevents congestion on both inbound and outbound flows, eliminates unnecessary packet discards and retransmissions, and forces a smooth, even flow rate that maximizes throughput. In addition, PacketShaper’s UDP Rate Control technology effectively controls UDP-based applications. S T E P F O U R : PacketShaper has extensive reporting capabilities: reports, graphs, statistics, and SNMP MIBs. With service-level agreements, you can define performance standards, compare actual performance with service-level goals, and generate reports on compliance. PacketShaper & Your Network WAN PacketShaper brings applicationbased bandwidth management to a variety of business environments. r haper Route tS Packe r Cente The PacketShaper 1500 series is Data designed for small branch offices and WAN remote sites. The PacketShaper 2500 series handles large branch offices or mid-sized corporate data centers. The r Route er tShap Packe PacketShaper 4500 series is designed h Branc for larger sites such as corporate data r Route centers. And finally, the PacketShaper 6500 and 8500 series are the highest-capacity platforms intended for the largest data centers. rs quarte Head PacketShaper supports multiple 10/100 Mbps and 10/100/1000 Mbps Ethernet LAN interfaces and is installed on the LAN segment that connects to a WAN router. It integrates smoothly with existing networks and requires no new protocols, router reconfigurations, topology changes, or desktop changes. PacketShaper is not a point of network failure; if it goes down or is turned off, it acts like a piece of cable. Two PacketShapers can be deployed in parallel to provide redundancy and a hot standby. An easy web-based, password-protected interface brings PacketShaper to any web browser. PolicyCenter™, a Packeteer software product, conveniently provides centralized management for large PacketShaper deployments. Examples of Applications That PacketShaper Classifies & Controls Client/Server CORBA Folding@Home FIX (Finance) Java Rmt Mthd MATIP(Airline) MeetingMaker NetIQ AppMgr OpenConnectJCP SunRPC (dyn port) ERP Baan JavaClient JD Edwards Oracle SAP Internet ActiveX FTP Passive FTP Gopher IP, UDP, TCP IPv6 IRC Mime type NNTP SSHTCP SSL TFTP UUCP URL Particular web browsers Database FileMaker Pro MS SQL Oracle 7/8i Progress Directory Services CRS DHCP DNS DPA Finger Ident Kerberos LDAP RADIUS TACACS WINS whois E-mail, Collaboration Biff cc:MAIL IMAP LotusNotesMSSQ Microsoft-DCOM (MS Exchange) NovellGroupWise POP3 SMTP File Server AFS CVSup Lockd NetBIOS-IP NFS Novell NetWare5 Games Asheron's Call Battle.net Diablo II Doom Kali Half-Life MSN Zone Quake I, II, & III Starsiege Tribes Unreal Yahoo! Games Legacy LAN and Non-IP AFP AppleTalk DECnet IPX FNA LAT NetBEUI MOP-DL/RC SNA Messaging AOL Inst Msnger I Seek You Chat MSN Messenger Yahoo! Messenger Misc Time Server Date-Time Music P2P Aimster Host Access AudioGalaxy ATSTCP eDonkey2000 Attachmate Gnutella SHARESUDP iMesh Persoft Persona KaZaA SMTBF LimeWire TN3270 Mactella TN5250 Morpheus MusicCity Napster Scour WinMx Network Management Cisco Discovery ICMP by packet type Microsoft SMS NTP RSVP SNMP SYSLOG Print LPR IPP TN5250p TN3287 Push Backweb EntryPoint Marimba PointCast Routing AURP BGP CBT DRP EGP EIGRP IGMP IGP OSPF PIM RARP RIP Spanning Tree Security Protocol DLS DPA GRE IPSEC ISAKMP/IKE key exchange L2TP PPTP SOCKS Proxy Session REXEC rlogin rsh Telnet Timbuktu VNC Xwindows Streaming Media Multi-cast NetShow QuickTime RTP Real Audio Streamworks RTSP MPEG ST2 SHOUTcast WindowsMedia Thin Client or Server-Based Citrix Published Apps, VideoFrame RDP/Terminal Server Voice over IP Clarent CUSeeMe H.323 I-Phone MCK Commun. Micom VIP RTP RTCP T.120 VDOPhone Key PacketShaper Features Description Feature Examples Traffic Classification Classify traffic by application, protocol, port number, URL or wildcard, host name, LDAP host lists, Diffserv setting, ISL, 802.1p/q, MPLS tag, IP precedence bits, IP or MAC address, direction (inbound/outbound), source, destination, host speed range, Mime type, web browser, Oracle database, Citrix published application, and VLAN. Detect dynamic port assignments, track transactions with migrating port assignments, and differentiate among applications using the same port. — SAP traffic to/from a specific server — Oracle traffic to the sales database — Web traffic to e-commerce site from Netscape browser — Gnutella downloads — Passive FTP — PeopleSoft running on Citrix Response-Time Analysis and Management Track response times, divided into server and network delays. Identify clients and servers with slowest performance. SAP response times: Total Delay: 630 ms Server Delay: 210 ms Network Delay: 420 ms Find out who generates or receives the most traffic of a given type. Top Talkers for web traffic: yahoo.com, nasdaq.com, cnn.com, and espn.com Discover the percentage of bandwidth wasted by retransmissions. Correlate dropped packets with their corresponding applications or servers. Top Listeners: CfoPC, VpMarketingPC, DirEngineeringPC 12% of bandwidth goes to retransmissions; jumps to 68% for a particularly overburdened server. View more than 30 other measured variables. Service-Level Agreements Set response-time commitments in milliseconds. Measure and track service-level compliance. SLA states that 98% of JD Edwards' OneWorld transactions should complete in 1,100ms. Actual response time averages 867ms. But only 95% complete within limits, so SLA is in violation. Top 10 Zero in on the traffic types that generate the most traffic. Top Ten helps users spot trouble and fix it -quickly and without a big learning curve. 46% of bandwidth goes to web browsing, 22% to music downloads, 12% to MS Exchange, and 7% to SAP. Per-App Minimum Protect all the traffic in one class. You specify the size Reserve a minimum of 20% of the WAN link for MS of the reserved virtual link, choose if it can exceed that Exchange. Allow Exchange to exceed the minimum if size, and optionally cap its growth. bandwidth is available, but cap it at 60% of the link. Per-App Maximum Cap all the traffic in one class. Even when the traffic bursts, other applications are not impacted. Per-Session Minimum Reserve precisely 21 Kbps for each VoIP session to avoid Protect latency-sensitive sessions. Deliver a minimum rate for each individual session of a traffic class, allow jitter and static. that session prioritized access to excess bandwidth, and set a limit on the total bandwidth it can use. Per-Session Maximum Keep greedy traffic sessions in line. Limit FTP total to 128 Kbps in a T1 link. Cap each FTP download at 10 Kbps. Dynamic Per-User Dynamically control per-user bandwidth without need Give each dormitory student a minimum of 20 Kbps and a for tedious per-user configuration. Unused bandwidth maximum of 60 Kbps to use any way he/she wishes. Minimum & is loaned to others. Maximum Measure network latency; forecast packet inter-arrival throughput. Reduce latency on both inbound and out- times; adjust window size accordingly; meter acknowledgement to ensure just-in-time delivery. bound traffic. TCP Rate Control Force a smooth, even flow rate that maximizes UDP Rate Control Manage inbound and outbound UDP traffic to a very VoIP requires a minimum amount of bandwidth, and specific rate, guarantee precise amounts of bandwidth, PacketShaper provides the precise amount to de-jitter flows and control jitter. and ensure reliable performance. Denial-of-Service Use classification and control features to contain DoS Attack Avoidance attacks. Detect and stop SYN floods or similar DoS attacks. Detect and block ICMP variants that can plant malicious instructions. Block flows to the KeySales web server after 15,000 flows-per-minute exceeded. Software Specifications Hardware Specifications Classification Features Dimensions Differentiation based on: • Application, protocol • Subnet(s), user(s), server(s), IP Precedence, Diffserv, port, ISL, 802.1p/q, MPLS tag, VLAN, IP or MAC addresses, host speed • URL, Oracle database, Citrix Published Application, web browser • Standard 19-inch rack mount • Height: PS 1500: 1.75 in (4.45 cm) PS 2500, 4500, 6500, 8500: 3.5 in (8.89 cm) • Weight: PS 1500: 13 lb (5.90 Kg); PS 2500, 4500, 6500: 16 lb (7.26 Kg); PS 8500: 30 lb (13 Kg) • Width: PS 1500, 2500, 4500, 6500: 17.20 in (43.69 cm) PS 8500: 17.38 in (44 cm) • Depth: PS 1500: 14 in (35.56 cm); PS 2500, 4500, 6500: 15.3 in (38.7 cm, incl. handles); PS 8500: 17 in (43 cm) Analysis and Reporting Features • • • • • • • Application response times: server and network delays Network efficiency, utilization, bytes transferred TCP health, packets Top users, top applications, top web sites Slowest clients and servers Retransmissions, errors More than 30 other measured variables Power • PS 1500, 2500, 4500, 6500: 100/240 VAC, 50/60 Hz, 2A PS 8500: 100/240 VAC, 50/60 Hz, 6A • PS 4500, 6500: Dual, redundant, load-sharing power supplies and dual power source connections • PS 8500: Dual, redundant, load-sharing, hot-swappable power supplies and dual power source connections Interoperability Features • XML, Diffserv, IP COS, TOS, LDAP, SNMP, event-based traps • HP OpenView and PolicyXpert, Micromuse NETCOOL, InfoVista, Concord eHealth, Aprisma Spectrum, and other third-party products Interface Connections QoS Policy Features • Bandwidth settings: Minimum guaranteed; Maximum allowed • Choice of explicit bps, relative priority, absolute priority • Bandwidth settings can apply to individual applications, users, groups, VLANs, or combinations • Bandwidth settings can apply to aggregate total or each flow/session • Diffserv and 802.1p/q packet-marking for signaling QoS in network core • TCP Rate Control • UDP Rate Control • Admissions rate control Control Cap • Console port: RS-232 (AT-compatible), male DB-9 connectors • Network interface: PS 1500, 2500, 4500, 6500: 10/100 Mbps Ethernet RJ45; PS 8500 10/100/1000 Mbps Ethernet RJ45 • PS 2500, 4500, 6500, 8500: 2 PCI slots Device Management • DB-9 console port • Web-browser interface; Telnet command-line interface • SNMP Packeteer MIB and MIB-II support Agency Approval • • • Safety: CAN/CSA-C22.2 No. 1950-95/UL 1950, IEC 60950, EN 60950 Emissions: BSMI CNS 13438, CE EN55022, C-TICK (AS/NZS 3548), FCC Part 15, VCCI Immunity: EN 55024, EN 61000-3-2, EN 61000-3-3 Max Dynamic Max Max Max Classes Partitions Partitions Policies IP Hosts* Max IP Flows* Upgrades Available PacketShaper 1500 Monitor only 256 0 0 0 5,000 5,000/2,500 To 1500: 128K, 512K, 2M 128 Kbps 512 Kbps 2Mbps 256 256 128 128 128 ** ** ** 256 256 256 5,000 5,000 To 1500: 512K and 2M To 1500: 2M 5,000 5,000/2,500 5,000/2,500 5,000/2,500 To 2500: 2M and 10M 256 None PacketShaper 2500 Monitor only 256 0 0 0 5,000 5,000/2,500 2Mbps 10Mbps 256 512 128 256 256 512 256 512 5,000 10,000 5,000/2,500 20,000/10,000 To 2500: 10M None PacketShaper 4500 Monitor only 512 0 0 0 25,000 50,000/25,000 To 4500: 10M and 45M 10Mbps 512 256 512 512 25,000 To 4500: 45M 45Mbps 512 256 512 512 25,000 50,000/25,000 50,000/25,000 None PacketShaper 6500 Monitor only 100Mbps 1,024 0 0 100,000/50,000 To 6500: 100M 512 5,000 0 1,024 25,000 1,024 25,000 100,000/50,000 None PacketShaper 8500 Monitor only 200Mbps 1,024 1,024 0 512 0 10,000 0 1,024 100,000 100,000 200,000/100,000 200,000/100,000 To 8500: 1,000 or 2,000 classes To 8500: 2,000 classes 200Mbps 2,048 1,024 20,000 2,048 100,000 200,000/100,000 None *PacketShaper can support more hosts and flows, however these figures represent ideal maximums for producing optimal results; Figures represent TCP and other IP flows respectively. **No extra partitions are specifically allocated for dynamic partitions. This model can have a maximum of 128 partitions, which can be a combination of static and dynamic partitions. 1107.F 5/02 10495 N. De Anza Blvd. - Cupertino, CA 95014 Tel: (408) 873-4400 - Fax: (408) 873-4410 - www.packeteer.com 2000-2001 Packeteer, Inc. All rights reserved. Packeteer, PacketShaper, AppVantage, AppCelera, PacketWise and PolicyCenter are trademarks or registered trademarks of Packeteer, Inc. All other trademarks are property of their respective owners. LAMPIRAN