BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori Harga Saham a. Teori Signal (Signalling Theory) Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini, maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Menurut Jama’an (2008) dalam Wijaya (2013) Signalling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Teori signal juga dapat membantu pihak perusahaan (agent), pemilik (prinsipal), dan pihak luar perusahaan mengurangi asimetri informasi dengan menghasilkan kualitas atau integritas informasi laporan keuangan. 10 11 Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi signal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan informasi non-akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan dengan laporan keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar. Semua investor memerlukan informasi untuk mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan sehingga dapat melakukan diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan preferensi risiko yang diinginkan. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor maka perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan secara terbuka dan transparan. 2. Pasar Modal a. Pengertian Pasar Modal Menurut Kasmir (2008:207) pengertian pasar modal secara umum merupakan suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh modal. Penjual dalam pasar modal merupakan perusahaan yang membutuhkan modal (emiten), sehingga mereka berusaha menjual efek-efek di pasar modal. Sedangkan pembeli (investor) adalah pihak yang ingin membeli modal di perusahaan yang menurut mereka menguntungkan. 12 Definisi pasar modal menurut Kamus Pasar Uang dan Modal adalah pasar konkret atau abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan yang memerlukan dana jangka panjang, yaitu jangka satu tahun ke atas (Triandaru dan Budisantoso, 2006:3) Pasar modal disebut sebagai lembaga perantara (intermediaries). Fungsi ini merupakan peran penting dari pasar modal dalam menunjang perekonomian karena pasar modal menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang mempunyai kelebihan dana. Selain itu, pasar modal dapat mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien, sebab dengan adanya pasar modal, pihak yang kelebihan dana (investor) dapat memilih alternatif investasi yang memberikan return yang paling optimal. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa investasi yang memberikan return yang relatif besar adalah sektor-sektor yang paling produktif yang terdapat di pasar. Dengan demikian, dana yang berasal dari investor dapat digunakan secara produktif oleh perusahaan-perusahaan tersebut (Tandelilin, 2010:26). Yang dimaksud dengan instrumen pasar modal adalah semua surat-surat berharga (securities) yang di perdagangkan di bursa. Instrumen pasar modal ini umumnya bersifat jangka panjang. 13 Dewasa ini instrumen yang sudah ada di pasar modal terdiri dari saham, obligasi dan sertifikat (Anoraga dan Pakarti, 2008:54). Tempat dimana instrumen (sekuritas) tersebut diperdagangkan disebut dengan bursa efek. Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal mendefinisikan bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek antara mereka (Tandelilin, 2010 : 67) Bursa Efek merupakan arti dari pasar modal secara fisik. Di Indonesia terdapat satu bursa efek, yaitu Bursa Efek Indonesia. Sejak tahun 2007, Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) bergabung dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) (Tandelilin, 2010:26). b. Manfaat Pasar Modal Dalam Samsul (2006:44) manfaat pasar modal dapat dilihat dari 3 sudut pandang, yaitu dari sudut pandang negara, sudut pandang emiten, dan sudut pandang masyarakat. 1) Sudut Pandang Negara Berdasarkan sudut pandang negara, pasar modal dibangun dengan tujuan menggerakkan perekonomian negara melalui kekuatan swasta dan mengurangi beban negara. Tanpa harus memiliki perusahaan sendiri, negara memiliki kekuatan dan 14 kekuasaan untuk mengatur bidang perekonomiannya. Negara tidak perlu membiayai pembangunan ekonominya dengan cara meminjam dana dari pihak asing, sepanjang pasar modal dapat difungsikan dengan baik. Pinjaman yang diperoleh dari pihak asing hanya akan selalu membebani APBN, yang pada akhirnya dibebankan kepada rakyat melalui pungutan pajak. 2) Sudut Pandang Emiten Bagi emiten, kehadiran pasar modal merupakan sarana untuk mencari tambahan modal. Perusahaan berkepentingan untuk mendapatkan dana dengan biaya yang lebih murah dan hal itu hanya bisa diperoleh di pasar modal. Modal pinjaman dalam bentuk obligasi jauh lebih murah daripada kredit jangka panjang perbankan. Bagi perusahaan, dalam menghadapi persaingan yang semakin tajam di era globalisasi ini, meningkatkan modal sendiri jauh lebih baik daripada meningkatkan modal pinjaman. Pasar modal juga merupakan sarana untuk memperbaiki struktur permodalan perusahaan. 3) Sudut Pandang Masyarakat Masyarakat memiliki sarana baru untuk menginvestasikan uangnya dengan adanya pasar modal. Investasi yang semula dilakukan dalam bentuk deposito, emas, tanah, atau rumah, sekarang dapat dilakukan dalam bentuk saham, dan obligasi. Investasi dalam bentuk efek dapat dilakukan dengan dana di bawah Rp 5 juta, sehingga pasar modal dapat menjadi sarana yang baik 15 untuk melakukan investasi dalam jumlah yang tidak terlalu besar bagi kebanyakan masyarakat. Jika pasar modal itu berjalan dengan baik, jujur, pertumbuhannya stabil, dan harganya tidak terlalu bergejolak, maka sarana itu akan mendatangkan kemakmuran bagi masyarakat. 3. Harga Saham a. Pengertian Saham Secara sederhana saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut ( Triandaru dan Budisantoso, 2006:293 ). Saham dibedakan menjadi dua, yaitu saham biasa dan saham preferen. Saham biasa (common stock) adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan (Tandelilin, 2010 : 33). Saham biasa memiliki beberapa karakteristik, seperti (Rusdin, 2006:70) : 1) Hak klaim terakhir atas aktiva perusahaan jika perusahaan di likuidasi 2) Hak suara proporsional pada pemilihan direksi serta keputusan lain yang ditetapkan pada Rapat Umum Pemegang Saham. 16 3) Pembagian dividen jika perusahaan memperoleh laba dan disetujui di dalam Rapat Umum PemegangSaham. 4) Hak tanggungjawab yang terbatas. 5) Hak memesan efek terlebih dahulu sebelum efek tersebut ditawarkan kepada masyarakat. Saham preferen (preference stock) merupakan satu jenis sekuritas ekuitas yang berbeda dalam beberapa hal dengan saham biasa (Tandelilin, 2010 : 36). Saham preferen (preference stock) memiliki beberapa karakteristik, seperti berikut ini (Rusdin, 2006:71) : 1) Pembayaran dividen dalam jumlah yang tetap. 2) Hak klaim lebih dahulu dibanding saham biasa jika perusahaan dilikuidasi. 3) Dapat dikonversikan menjadi saham biasa. b. Pengertian Harga Saham Sawidji Widiatmojo (2005:102) mendefinisikan harga saham sebagai berikut: “Harga pasar saham adalah harga jual dari investor yang satu kepada investor yang lain setelah saham tersebut dicantumkan di bursa, baik bursa utama maupun OTC (Over the counter market)”. Harga saham dibedakan menjadi dua golongan, yaitu: a. Harga saham perdana, yaitu harga saham yang ditawarkan kepada masyarakat dan dibayar penuh pada waktu mengajukan 17 formulir pesanan saham yang telah ditetapkan oleh underwriter atau emiten. b. Harga saham sekunder, yaitu harga yang terjadi setelah saham tersebut dicatat (listing) dilantai bursa dan telah diperdagangkan, harga saham ini ditentukan oleh kondisi pasar. c. Nilai Saham Setiap saham yang diperdagangkan dipasar modal memiliki 3 jenis nilai yang melekat pada suatu perusahaan go-public. Nilai dari saham tersebut perlu dipahami investor karena akan sangat membantu para investor dalam mempertimbangkan melakukan investasi saham di pasar modal (Simatupang, 2010 : 20). Adapun nilai dari saham tersebut yaitu : 1) Nilai Nominal (Nilai Pari Saham) Nilai nominal saham adalah nilai yang tertera didalam saham, yang diperoleh dari hasil pembagian total modal perusahaan terhadap jumlah saham yang beredar. (Simatupang, 2010 : 20). 2) Nilai Wajar (Nilai Intrinsik Saham) Nilai intrinsik atau nilai wajar merupakan nilai yang diberikan oleh para investor atau analisis pasar modal terhadap setiap saham yang diperdagangkan di bursa efek dengan berpedoman kepada masing-masing industri dari setiap 18 perusahaan tersebut dan penggunaan metode-metode perhitungan nilai/harga suatu saham yang berlaku umum. Nilai wajar saham menjadi dasar bagi para investor untuk melakukan keputusan membeli, menahan atau menjual saham (Simatupang, 2010 : 21). 3) Nilai Pasar Nilai pasar atau harga pasar saham suatu perusahaan go-public adalah nilai yang diperdagangkan di bursa efek. Nilai pasar berbeda dengan nilai nominal dan nilai wajar. Nilai pasar terbentuk dari perkiraan para investor terhadap prospek perusahaan. Semakin banyak para investor yang memperkirakan kinerja perusahaan akan semakin baik dimasa akan datang, maka semakin banyak para investor melakukan pembelian dan semakin tinggi harga pasar saham dan sebaliknya semakin banyak investor memperkirakan kinerja perusahaan akan menurun maka akan semakin banyak investor yang melakukan penjualan saham dan harga saham akan menurun. Nilai intrinsik dan nilai pasar saham merupakan informasi yang menggunakannya penting bagi sebagai dasar investor. Investor pengambilan keputusan membeli atau menjual saham. Jika suatu saham memiliki nilai pasar yang lebih besar dari nilai intrinsiknya, berarti saham 19 tersebut tergolong mahal (overvalued). Saat saham dinilai overvalued maka investor mengambil keputusan untuk menjual saham tersebut. Sebaliknya, jika nilai pasar saham berada di bawah nilai intrinsiknya, saham tersebut dikatakan murah (undervalued). Saat kondisi seperti ini, investor disarankan untuk membeli saham tersebut (Tandelilin, 2010 : 302). d. Return Saham Saham merupakan bukti kepemilikan suatu perusahaan. Dengan bukti kepemilikan tersebut, maka para pemegang saham memiliki hak atas bagian laba yang dibagikan sesuai dengan proporsi kepemilikannya (Zubir, 2011 : 4). Investor melakukan investasi dengan harapan mendapatkan tingkat pengembalian (return) yang besar dari investasi yang dilakukannya. Tandelilin (2010 : 102) mengatakan bahwa salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi adalah return, dan return merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung resiko akan investasi yang dilakukannya. Terdapat dua bentuk return yang diterima oleh investor dari kegiatan investasi saham, yaitu : 1) Dividen Dividen adalah keuntungan bersih setelah dikurangi pajak yang diberikan perusahaan penerbit saham kepada para pemegang saham (Simatupang, 2010 : 39). Sering dijumpai perusahaan tidak membagikan dividen kepada para pemegang sahamnya. Hal ini 20 didasarkan pada pengembangan pertimbangan usaha, kebutuhan memprioritaskan dana pembayaran untuk utang perusahaan, dan pertimbangan lainnya. Oleh sebab itu, investor harus dapat mengamati dan mempertimbangkannya sebelum melakukan investasi (Simatupang, 2010 : 40) . 2) Capital Gain Capital gain merupakan keutungan yang diperoleh oleh para investor di pasar modal, yang berasal dari selisih antara harga beli dan harga jual. Data-data transaksi di Bursa Efek menunjukkan bahwa banyak para investor di pasar modal melakukan investasi saham lebih memprioritaskan mendapatkan capital gain daripada dividen. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya investor melakukan investasi bersifat jangka pendek dengan membeli saham pada pagi hari dan kemudian akan menjualnya lagi pada sore hari atau satu dua hari kemudian setelah harganya naik (Simatupang, 2010 : 42). e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Harga saham dipengaruhi oleh kinerja perusahaan dan kemungkinan risiko yang dihadapi perusahaan. Kinerja perusahaan dan resiko yang dihadapi perusahaan dipengaruhi oleh faktor makro dan mikro ekonomi (Samsul, 2006 : 200). 1) Faktor Makro Faktor makro merupakan faktor yang berada di luar perusahaan, tetapi mempunyai pengaruh terhadap kenaikan atau 21 penurunan kinerja perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Faktor makro terdiri dari makro ekonomi dan makro nonekonomi. Faktor makro ekonomi yang secara langsung dapat mempengaruhi kinerja saham maupun kinerja perusahaan antara lain (Samsul, 2006 : 200) : a. Tingkat bunga umum domestic b. Tingkat inflasi c. Peraturan perpajakan d. Kebijakan khusus pemerintah yang terkait dengan perusahaan tertentu e. Kurs valuta asing f. Tingkat bunga pinjaman luar negeri g. Kondisi perekonomian internasional h. Siklus ekonomi i. Faham ekonomi j. Peredaran uang Perubahan pada faktor makro ekonomi ini terjadi perlahan dan akan mempengaruhi kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Namun, akan mempengaruhi harga saham dengan seketika karena para investor lebih cepat bereaksi. Faktor makro mempengaruhi kinerja perusahaan dan perubahan kinerja perusahaan secara fundamental mempengaruhi harga saham di pasar. Investor fundamentalis akan menilai saham sesuai dengan kinerja 22 perusahaan saat ini dan prospek kinerja perusahaan di masa yang akan datang (Samsul, 2006 : 200). Jika kinerjanya meningkat, maka harga saham akan meningkat dan jika kinerja menurun, maka harga saham akan menurun. Jika salah satu variabel makro berubah, maka investor akan bereaksi positif atau negatif, tergantung pada apakah perubahan variabel makro itu bersifat positif atau negatif di mata investor (Samsul, 2006 : 201). Setiap investor memiliki respon yang berbeda-beda terhadap perubahan variabel makro. Ada yang memberikan reaksi positif atau negatif yang kesemuanya tergantung pada kekuatan investor yang paling dominan. Kualitas reaksi positif ataupun reaksi negatif investor tidak sama satu sama lain, ada yang lemah, ada yang normal, dan ada pula yang berlebihan (overreaction). 2) Faktor Mikro Faktor mikro ekonomi adalah faktor yang berada dalam perusahaan itu sendiri dan dapat mempengaruhi harga saham perusahaan. Faktor-faktor tersebut seperti (Samsul, 2006 : 204) : a. Laba bersih per saham b. Laba usaha per saham c. Nilai buku per saham d. Rasio ekuitas terhadap utang e. Rasio laba bersih terhadap ekuitas 23 f. Cash Flow per saham 4. Suku Bunga a. Pengertian Suku Bunga Suku bunga adalah harga yang harus dibayar atas modal pinjaman, dan dividen serta keuntungan modal yang merupakan hasil dari modal ekuitas (Brigham, 2001:158). Suku bunga yang dibayarkan kepada penabung tergantung pada : 1) Tingkat pengembalian yang diharapkan produsen akan perolehan dari modal yang ditanamkan. 2) Saat mengkonsumsi yang disukai oleh konsumen / penabung (preferensi waktu dalam mengkonsumsi). 3) Risiko yang terkandung dalam pinjaman tersebut. 4) Tingkat inflasi yang diperkirakan. Dalam penelitian ini, suku bunga yang dipakai adalah suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia), Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.8/13/DPM tentang Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Melalui Lelang, Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. Samuelson dan Nordhaus (2004) membagi suku bunga menjadi: 24 1. Suku Bunga Nominal Suku bunga nominal (kadang juga disebut dengan suku bunga uang) adalah suku bunga atas uang dalam ukuran uang. Suku bunga nominal mengukur pendapatan dalam uang per tahun per uang yang diinvestasikan. Suku bunga dalam uang tidak mengukur berapa banyak yang sebenarnya didapatkan oleh seorang pemberi pinjaman dalam satuan barang dan jasa. 2. Suku Bunga Riil Suku bunga riil mengukur jumlah barang yang kita dapat nanti untuk barang yang kita korbankan sekarang. Suku bunga nyata didapat dengan mengoreksi suku bunga nominal dengan tingkat inflasi. Suku bunga riil dikoreksi karena inflasi dan dihitung sebagai suku bunga nominal dikurangi tingkat inflasi. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat umum suku bunga selain perkiraan inflasi, tingkat likuiditas aktiva yang dikehendaki, dan keadaan permintaan dan penawaran (Brigham, 2001:158) adalah : a. Kebijakan Bank Sentral b. Besarnya defisit anggaran pendapatan dan belanja negara c. Neraca perdagangan luar negeri d. Tingkat kegiatan usaha 25 c. Hubungan Tingkat Suku Bunga Dengan Harga Saham Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara terbalik, cateris paribus. Artinya, jika suku bunga meningkat, maka harga saham akan turun. Demikian sebaliknya, jika suku bunga turun, maka harga saham akan naik ( Tandelilin, 2010 : 103). Kenaikan tingkat bunga menyebabkan return yang diperoleh dari investasi beresiko rendah (deposito) lebih tinggi daripada return investasi yang beresiko tinggi (saham), sehingga investor akan lebih tertarik untuk menempatkan dananya dalam bentuk deposito daripada membeli saham. Hal ini dapat menyebabkan harga saham mengalami penurunan (Zubir, 2011 : 20). Setiap emiten akan merasakan pengaruh negatif akibat terjadinya kenaikan tingkat bunga pinjaman, karena hal itu akan meningkatkan beban bunga kredit dan menurunkan laba bersih. Penurunan laba bersih akan mengakibatkan laba per saham juga menurun dan akhirnya akan berakibat pada turunnya harga saham di pasar. Disisi lain, kenaikan suku bunga deposito akan mendorong investor menjual saham, dan menabung uangnya dalam deposito. Penjualan saham secara besar-besaran akan menjatuhkan harga saham di pasar. 26 Sebaliknya, penurunan tingkat bunga pinjaman atau tingkat bunga deposito akan menaikkan laba bersih per saham, dan mendorong para investor mengalihkan investasinya dari perbankan ke pasar modal. Hal ini menyebabkan permintaan saham di pasar modal, sehingga harga saham terdorong naik (Samsul, 2006 : 201). 5. Nilai Tukar a. Pengertian Nilai Tukar Kurs (exchange rate) antara dua negara merupakan tingkat harga yang telah disepakati oleh penduduk kedua negara tersebut, dan akan digunakan dalam melakukan perdagangan (Mankiw, 2006 : 128). b. Jenis Nilai Tukar atau Kurs (Exchange Rate) Kurs dibedakan menjadi dua jenis (Mankiw, 2006 : 128) , yaitu : 1. Kurs Nominal (Nominal Exchange Rate) Kurs nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara. 2. Kurs Riil (Real Exchange Rate) Kurs riil adalah harga relatif dari barang-barang kedua negara, yaitu kurs riil menyatakan tingkat di mana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari negara lain. Kurs riil kadang-kadang disebut terms of trade. 27 c. Sistem Nilai Tukar Sistem nilai tukar dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis berdasarkan seberapa kuat pengawasan pemerintah pada nilai tukar. Secara umum nilai tukar dapat dibagi menjadi : 1. Sistem Nilai Tukar Tetap (Fixed Exchange Rate System) Dalam sistem ini, nilai tukar mata uang dibuat konstan ataupun hanya diperbolehkan berfluktuasi dalam kisaran yang sempit. Bila nilai tukar mulai berfluktuasi terlalu besar, maka pemerintah akan melakukan intervensi untuk menjaga agar fluktuasi tetap berada dalam kisaran yang diinginkan. Pada kondisi tertentu bila diperlukan pemerintah akan melakukan pemotongan nilai mata uangnya (devalue) terhadap mata uang negara lain. Pada kondisi lain, pemerintah dapat mengembalikan nilai mata uang (revalue) atau meningkatkan nilai mata uangnya terhadap mata uang lain (Madura, 2006 : 220). 2. Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas (Freely Floating Exchange Rate System) Pada sistem nilai tukar mengambang bebas, nilai tukar ditentukan sepenuhnya oleh pasar tanpa intervensi dari pemerintah. Pada kondisi nilai tukar yang mengambang, nilai tukar akan disesuaikan secara terus-menerus, sesuai dengan kondisi penawaran dan permintaan dari mata uang tersebut (Madura, 2006 : 222). 28 3. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali (Managed Float Exchange Rate System) Pada sistem nilai tukar mengambang, fluktuasi nilai tukar dibiarkan mengambang dari hari ke hari dan tidak ada batasanbatasan resmi. Hal ini sama dengan sistem tetap, dalam hal pemerintah sewaktu-waktu dapat melakukan intervensi untuk menghindarkan fluktuasi yang terlalu jauh dari mata uangnya (Madura, 2006 : 224). 4. Sistem Nilai Tukar Terikat (Pegged Exchange Rate System) Dengan menggunakan sistem nilai tukar terikat, negara akan mengaitkan mata uangnya kepada sebuah valuta asing atau pada mata uang tertentu. Nilai mata uang lokal akan mengikuti fluktuasi dari nilai mata uang yang dijadikan ikatan tersebut (Madura, 2006 : 224). d. Hubungan Nilai Tukar Dengan Harga Saham Data-data transaksi perdagangan di bursa efek, menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara pergerakan fluktuasi nilai mata uang dengan fluktuasi harga-harga saham yang diperdagangkan di bursa (Simatupang, 2010 : 76). Kenaikan kurs dolar Amerika yang tajam terhadap rupiah akan berdampak negatif terhadap emiten yang memiliki utang dalam dolar, sementara produknya dijual secara lokal. Di lain pihak, emiten yang berorientasi ekspor akan menerima dampak positif dari kenaikan 29 dolar tersebut. Hal ini berarti harga saham emiten yang terkena dampak negatif akan mengalami penurunan di Bursa Efek, sementara emiten yang terkena dampak positif akan meningkat harga sahamnya (Samsul, 2006 : 202). 6. Inflasi a. Pengertian Inflasi Inflasi merupakan masalah utama di banyak negara berkembang. Defenisi inflasi menurut Nanga (2005 : 237) adalah “suatu gejala dimana tingkat harga mengalami kenaikan secara terus menerus”. Venieris dan Sebold (1978 : 603) dalam Nanga (2005 : 237), mendefenisikan inflasi sebagai suatu kecenderungan meningkatnya tingkat harga umum secara terus-menerus sepanjang waktu (a sustained tendency for the general level prices to rise over time). Laju inflasi adalah tingkat perubahan kenaikan tingkat harga umum. Sementara lawan dari inflasi adalah deflasi, yang timbul pada saat tingkat harga umum menurun. Inflasi di ukur sebagai berikut : = – −1 −1 X100% Secara konseptual, tingkat harga diukur sebagai rata-rata tertimbang dari barang-barang dan jasa-jasa dalam perekonomian. 30 b. Indeks Harga Menurut Prasetyo (2009), “inflasi dapat diukur dengan menghitung perubahan persentase perubahan sebuah indeks harga”. Indeks harga tersebut yaitu: 1. Indeks Harga Konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI) adalah indeks yang mengukur rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen. 2. Indeks Biaya Hidup atau Cost of Living Index (COLI) adalah indeks yang digunakan untuk mengetahui perkembangan biaya hidup suatu masyarakat pada umumnya. 3. Indeks Harga Produsen (IHP) adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. 4. Indeks Harga Komoditas, adalah indeks yang mengukur harga komoditas-komoditas tertentu. c. Jenis-jenis Inflasi Iskandar Putong dan ND Andjaswati (2008:138) mendefinisikan jenis-jenis inflasi sebagai berikut: 1. Berdasarkan asalnya inflasi dapat dibedakan menjadi : a. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation), yaitu inflasi yang timbul karena terjadinya defisit dalam pembiayaan dan belanja negara yang terlihat pada anggaran belanja negara. Untuk mengatasinya biasanya 31 pemerintah mencetak uang baru. Selain itu harga-harga naik dikarenakan musim paceklik (gagal panen), bencana alam yang berkepanjangan, dan lain sebagainya. b. Inflasi yang berasal dari luar negeri, yaitu inflasi yang terjadi di luar negeri. Karena negara-negara yang menjadi mitra dagang suatu negara mengalami inflasi yang tinggi, dapat diketahui bahwa harga barang-barang dan juga ongkos produksi relatif mahal, sehingga bila terpaksa negara lain harus mengimpor barang tersebut maka harga jualnya didalam negeri tentu saja bertambah mahal. 2. Berdasarkan sebabnya inflasi dapat dibedakan menjadi : a. Demand Pull Inflation adalah inflasi yang timbul karena adanya permintaan keseluruhan yang tinggi disatu pihak, dipihak lain kondisi produksi telah mencapai kesempatan kerja penuh (full employment). b. Cost Push Inflation adalah inflasi yang disebabkan turunnya produksi karena naiknya biaya produksi. 3. Berdasarkan sifatnya inflasi dapat dibedakan menjadi : a. inflasi merayap/rendah (creeping inflation) adalah inflasi yang besarnya kurang dari 10% pertahun. b. Inflasi menengah (galloping inflation) adalah inflasi yang besarnya antara 10-30% pertahun. Inflasi ini biasanya ditandai oleh naiknya harga-harga secara cepat dan relatif