BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Teori Harga Saham
a. Teori Signal (Signalling Theory)
Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang
dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar
perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis
karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran
baik untuk keadaan masa lalu, saat ini, maupun keadaan masa yang akan datang
bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana efeknya. Informasi
yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di
pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi.
Menurut Jama’an (2008) dalam Wijaya (2013) Signalling Theory
mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan
sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Teori sinyal menjelaskan bahwa
pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi.
Teori signal juga dapat membantu pihak perusahaan (agent), pemilik (prinsipal),
dan pihak luar perusahaan mengurangi asimetri informasi dengan menghasilkan
kualitas atau integritas informasi laporan keuangan.
10
11
Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat
menjadi signal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah
laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat
berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan
keuangan dan informasi non-akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan
dengan laporan keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang
relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui
oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar. Semua investor
memerlukan informasi untuk mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan
sehingga dapat melakukan diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan
preferensi risiko yang diinginkan. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli
oleh investor maka perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan
secara terbuka dan transparan.
2. Pasar Modal
a. Pengertian Pasar Modal
Menurut Kasmir (2008:207) pengertian pasar modal secara
umum merupakan suatu tempat bertemunya para penjual dan
pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh
modal. Penjual dalam pasar modal merupakan perusahaan yang
membutuhkan modal (emiten), sehingga mereka berusaha menjual
efek-efek di pasar modal. Sedangkan pembeli (investor) adalah
pihak yang ingin membeli modal di perusahaan yang menurut
mereka menguntungkan.
12
Definisi pasar modal menurut Kamus Pasar Uang dan
Modal adalah pasar konkret atau abstrak yang mempertemukan
pihak yang menawarkan dan yang memerlukan dana jangka
panjang, yaitu jangka satu tahun ke atas (Triandaru dan
Budisantoso, 2006:3)
Pasar
modal
disebut
sebagai
lembaga
perantara
(intermediaries). Fungsi ini merupakan peran penting dari pasar
modal dalam menunjang perekonomian karena pasar modal
menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak
yang mempunyai kelebihan dana.
Selain itu, pasar modal dapat mendorong terciptanya
alokasi dana yang efisien, sebab dengan adanya pasar modal, pihak
yang kelebihan dana (investor) dapat memilih alternatif investasi
yang memberikan return yang paling optimal. Hal ini berdasarkan
asumsi bahwa investasi yang memberikan return yang relatif besar
adalah sektor-sektor yang paling produktif yang terdapat di pasar.
Dengan demikian, dana yang berasal dari investor dapat digunakan
secara produktif oleh perusahaan-perusahaan tersebut (Tandelilin,
2010:26).
Yang dimaksud dengan instrumen pasar modal adalah
semua surat-surat berharga (securities) yang di perdagangkan di
bursa. Instrumen pasar modal ini umumnya bersifat jangka
panjang.
13
Dewasa ini instrumen yang sudah ada di pasar modal terdiri dari
saham, obligasi dan sertifikat (Anoraga dan Pakarti, 2008:54).
Tempat
dimana
instrumen
(sekuritas)
tersebut
diperdagangkan disebut dengan bursa efek. Undang-Undang No. 8
tahun 1995 tentang pasar modal mendefinisikan bursa efek adalah
pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan sarana
untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak
lain dengan tujuan memperdagangkan efek antara mereka
(Tandelilin, 2010 : 67)
Bursa Efek merupakan arti dari pasar modal secara fisik. Di
Indonesia terdapat satu bursa efek, yaitu Bursa Efek Indonesia.
Sejak tahun 2007, Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek
Surabaya (BES) bergabung dan berubah nama menjadi Bursa Efek
Indonesia (BEI) (Tandelilin, 2010:26).
b. Manfaat Pasar Modal
Dalam Samsul (2006:44) manfaat pasar modal dapat dilihat
dari 3 sudut pandang, yaitu dari sudut pandang negara, sudut
pandang emiten, dan sudut pandang masyarakat.
1) Sudut Pandang Negara
Berdasarkan sudut pandang negara, pasar modal dibangun
dengan tujuan menggerakkan perekonomian negara melalui
kekuatan swasta dan mengurangi beban negara. Tanpa harus
memiliki perusahaan sendiri,
negara memiliki kekuatan dan
14
kekuasaan untuk mengatur bidang perekonomiannya. Negara tidak
perlu membiayai pembangunan ekonominya dengan cara meminjam
dana dari pihak asing, sepanjang pasar modal dapat difungsikan
dengan baik. Pinjaman yang diperoleh dari pihak asing hanya akan
selalu membebani APBN, yang pada akhirnya dibebankan kepada
rakyat melalui pungutan pajak.
2) Sudut Pandang Emiten
Bagi emiten, kehadiran pasar modal merupakan sarana
untuk mencari tambahan modal. Perusahaan berkepentingan untuk
mendapatkan dana dengan biaya yang lebih murah dan hal itu
hanya bisa diperoleh di pasar modal. Modal pinjaman dalam
bentuk obligasi jauh lebih murah daripada kredit jangka panjang
perbankan. Bagi perusahaan, dalam menghadapi persaingan yang
semakin tajam di era globalisasi ini, meningkatkan modal sendiri
jauh lebih baik daripada meningkatkan modal pinjaman. Pasar
modal juga merupakan sarana untuk memperbaiki struktur
permodalan perusahaan.
3) Sudut Pandang Masyarakat
Masyarakat memiliki sarana baru untuk menginvestasikan
uangnya dengan adanya pasar modal. Investasi yang semula
dilakukan dalam bentuk deposito, emas, tanah, atau rumah,
sekarang dapat dilakukan dalam bentuk saham, dan obligasi.
Investasi dalam bentuk efek dapat dilakukan dengan dana di bawah
Rp 5 juta, sehingga pasar modal dapat menjadi sarana yang baik
15
untuk melakukan investasi dalam jumlah yang tidak terlalu besar
bagi kebanyakan masyarakat. Jika pasar modal itu berjalan dengan
baik, jujur, pertumbuhannya stabil, dan harganya tidak terlalu
bergejolak, maka sarana itu akan mendatangkan kemakmuran bagi
masyarakat.
3.
Harga Saham
a. Pengertian Saham
Secara sederhana saham dapat didefinisikan sebagai tanda
penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu
perusahaan.
Wujud
saham
adalah
selembar
kertas
yang
menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan
yang menerbitkan kertas tersebut ( Triandaru dan Budisantoso,
2006:293 ).
Saham dibedakan menjadi dua, yaitu saham biasa dan
saham preferen. Saham biasa (common stock) adalah sertifikat
yang
menunjukkan
bukti
kepemilikan
suatu
perusahaan
(Tandelilin, 2010 : 33). Saham biasa memiliki beberapa
karakteristik, seperti (Rusdin, 2006:70) :
1) Hak klaim terakhir atas aktiva perusahaan jika perusahaan di
likuidasi
2) Hak suara proporsional pada pemilihan direksi serta keputusan
lain yang ditetapkan pada Rapat Umum Pemegang Saham.
16
3) Pembagian dividen jika perusahaan memperoleh laba dan
disetujui di dalam Rapat Umum PemegangSaham.
4) Hak tanggungjawab yang terbatas.
5) Hak memesan efek terlebih dahulu sebelum efek tersebut
ditawarkan kepada masyarakat.
Saham preferen (preference stock) merupakan satu jenis
sekuritas ekuitas yang berbeda dalam beberapa hal dengan saham
biasa (Tandelilin, 2010 : 36). Saham preferen (preference stock)
memiliki beberapa karakteristik, seperti berikut ini (Rusdin,
2006:71) :
1) Pembayaran dividen dalam jumlah yang tetap.
2) Hak klaim lebih dahulu dibanding saham biasa jika
perusahaan dilikuidasi.
3) Dapat dikonversikan menjadi saham biasa.
b. Pengertian Harga Saham
Sawidji Widiatmojo (2005:102) mendefinisikan harga
saham sebagai berikut: “Harga pasar saham adalah harga jual dari
investor yang satu kepada investor yang lain setelah saham tersebut
dicantumkan di bursa, baik bursa utama maupun OTC (Over the
counter market)”.
Harga saham dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
a. Harga saham perdana, yaitu harga saham yang ditawarkan
kepada masyarakat dan dibayar penuh pada waktu mengajukan
17
formulir pesanan saham yang telah ditetapkan oleh underwriter
atau emiten.
b. Harga saham sekunder, yaitu harga yang terjadi setelah saham
tersebut
dicatat
(listing)
dilantai
bursa
dan
telah
diperdagangkan, harga saham ini ditentukan oleh kondisi pasar.
c. Nilai Saham
Setiap saham yang diperdagangkan dipasar modal memiliki
3 jenis nilai yang melekat pada suatu perusahaan go-public. Nilai
dari saham tersebut perlu dipahami investor karena akan sangat
membantu para investor dalam mempertimbangkan melakukan
investasi saham di pasar modal (Simatupang, 2010 : 20). Adapun
nilai dari saham tersebut yaitu :
1) Nilai Nominal (Nilai Pari Saham)
Nilai nominal saham adalah nilai yang tertera didalam
saham, yang diperoleh dari hasil pembagian total modal
perusahaan terhadap jumlah saham yang beredar. (Simatupang,
2010 : 20).
2) Nilai Wajar (Nilai Intrinsik Saham)
Nilai intrinsik atau nilai wajar merupakan nilai yang
diberikan oleh para investor atau analisis pasar modal terhadap
setiap saham yang diperdagangkan di bursa efek dengan
berpedoman kepada masing-masing industri dari setiap
18
perusahaan
tersebut
dan
penggunaan
metode-metode
perhitungan nilai/harga suatu saham yang berlaku umum. Nilai
wajar saham menjadi dasar bagi para investor untuk
melakukan keputusan membeli, menahan atau menjual saham
(Simatupang, 2010 : 21).
3) Nilai Pasar
Nilai pasar atau harga pasar saham suatu perusahaan
go-public adalah nilai yang diperdagangkan di bursa efek.
Nilai pasar berbeda dengan nilai nominal dan nilai wajar. Nilai
pasar terbentuk dari perkiraan para investor terhadap prospek
perusahaan.
Semakin
banyak
para
investor
yang
memperkirakan kinerja perusahaan akan semakin baik dimasa
akan datang, maka semakin banyak para investor melakukan
pembelian dan semakin tinggi harga pasar saham dan
sebaliknya semakin banyak investor memperkirakan kinerja
perusahaan akan menurun maka akan semakin banyak
investor yang melakukan penjualan saham dan harga saham
akan menurun.
Nilai intrinsik dan nilai pasar saham merupakan
informasi
yang
menggunakannya
penting
bagi
sebagai dasar
investor.
Investor
pengambilan
keputusan
membeli atau menjual saham. Jika suatu saham memiliki nilai
pasar yang lebih besar dari nilai intrinsiknya, berarti saham
19
tersebut tergolong mahal (overvalued). Saat saham dinilai
overvalued maka investor mengambil keputusan untuk menjual
saham tersebut. Sebaliknya, jika nilai pasar saham berada di
bawah nilai intrinsiknya, saham tersebut dikatakan murah
(undervalued). Saat kondisi seperti ini, investor disarankan
untuk membeli saham tersebut (Tandelilin, 2010 : 302).
d. Return Saham
Saham merupakan bukti kepemilikan suatu perusahaan.
Dengan bukti kepemilikan tersebut, maka para pemegang saham
memiliki hak atas bagian laba yang dibagikan sesuai dengan
proporsi kepemilikannya (Zubir, 2011 : 4). Investor melakukan
investasi dengan harapan mendapatkan tingkat pengembalian
(return) yang besar dari investasi yang dilakukannya. Tandelilin
(2010 : 102) mengatakan bahwa salah satu faktor yang memotivasi
investor berinvestasi adalah return, dan return merupakan imbalan
atas keberanian investor menanggung resiko akan investasi yang
dilakukannya. Terdapat dua bentuk return yang diterima oleh
investor dari kegiatan investasi saham, yaitu :
1) Dividen
Dividen adalah keuntungan bersih setelah dikurangi pajak
yang diberikan perusahaan penerbit saham kepada para pemegang
saham (Simatupang, 2010 : 39). Sering dijumpai perusahaan tidak
membagikan dividen kepada para pemegang sahamnya. Hal ini
20
didasarkan
pada
pengembangan
pertimbangan
usaha,
kebutuhan
memprioritaskan
dana
pembayaran
untuk
utang
perusahaan, dan pertimbangan lainnya. Oleh sebab itu, investor
harus dapat mengamati dan mempertimbangkannya sebelum
melakukan investasi (Simatupang, 2010 : 40) .
2)
Capital Gain
Capital gain merupakan keutungan yang diperoleh oleh
para investor di pasar modal, yang berasal dari selisih antara harga
beli dan harga jual. Data-data transaksi di Bursa Efek menunjukkan
bahwa banyak para investor di pasar modal melakukan investasi
saham lebih memprioritaskan mendapatkan capital gain daripada
dividen. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya investor melakukan
investasi bersifat jangka pendek dengan membeli saham pada pagi
hari dan kemudian akan menjualnya lagi pada sore hari atau satu
dua hari kemudian setelah harganya naik (Simatupang, 2010 : 42).
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Harga saham dipengaruhi oleh kinerja perusahaan dan
kemungkinan risiko yang dihadapi perusahaan. Kinerja perusahaan
dan resiko yang dihadapi perusahaan dipengaruhi oleh faktor
makro dan mikro ekonomi (Samsul, 2006 : 200).
1) Faktor Makro
Faktor makro merupakan faktor yang berada di luar
perusahaan, tetapi mempunyai pengaruh terhadap kenaikan atau
21
penurunan kinerja perusahaan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Faktor makro terdiri dari makro ekonomi dan makro
nonekonomi. Faktor makro ekonomi yang secara langsung dapat
mempengaruhi kinerja saham maupun kinerja perusahaan antara
lain (Samsul, 2006 : 200) :
a. Tingkat bunga umum domestic
b. Tingkat inflasi
c. Peraturan perpajakan
d. Kebijakan
khusus
pemerintah
yang
terkait
dengan
perusahaan tertentu
e. Kurs valuta asing
f. Tingkat bunga pinjaman luar negeri
g. Kondisi perekonomian internasional
h. Siklus ekonomi
i.
Faham ekonomi
j.
Peredaran uang
Perubahan pada faktor makro ekonomi ini terjadi perlahan
dan akan mempengaruhi kinerja perusahaan dalam jangka panjang.
Namun, akan mempengaruhi harga saham dengan seketika karena
para investor lebih cepat bereaksi. Faktor makro mempengaruhi
kinerja perusahaan dan perubahan kinerja perusahaan secara
fundamental mempengaruhi harga saham di pasar. Investor
fundamentalis akan menilai saham sesuai dengan kinerja
22
perusahaan saat ini dan prospek kinerja perusahaan di masa yang
akan datang (Samsul, 2006 : 200).
Jika kinerjanya meningkat, maka harga saham akan
meningkat dan jika kinerja menurun, maka harga saham akan
menurun. Jika salah satu variabel makro berubah, maka investor
akan bereaksi positif atau negatif, tergantung pada apakah
perubahan variabel makro itu bersifat positif atau negatif di mata
investor (Samsul, 2006 : 201). Setiap investor memiliki respon
yang berbeda-beda terhadap perubahan variabel makro. Ada yang
memberikan reaksi positif atau negatif yang kesemuanya
tergantung pada kekuatan investor yang paling dominan. Kualitas
reaksi positif ataupun reaksi negatif investor tidak sama satu sama
lain, ada yang lemah, ada yang normal, dan ada pula yang
berlebihan (overreaction).
2) Faktor Mikro
Faktor mikro ekonomi adalah faktor yang berada dalam
perusahaan itu sendiri dan dapat mempengaruhi harga saham
perusahaan. Faktor-faktor tersebut seperti (Samsul, 2006 : 204) :
a. Laba bersih per saham
b. Laba usaha per saham
c. Nilai buku per saham
d. Rasio ekuitas terhadap utang
e. Rasio laba bersih terhadap ekuitas
23
f. Cash Flow per saham
4.
Suku Bunga
a. Pengertian Suku Bunga
Suku bunga adalah harga yang harus dibayar atas modal
pinjaman, dan dividen serta keuntungan modal yang merupakan
hasil dari modal ekuitas (Brigham, 2001:158). Suku bunga yang
dibayarkan kepada penabung tergantung pada :
1) Tingkat pengembalian yang diharapkan produsen akan
perolehan dari modal yang ditanamkan.
2) Saat mengkonsumsi yang disukai oleh konsumen /
penabung (preferensi waktu dalam mengkonsumsi).
3) Risiko yang terkandung dalam pinjaman tersebut.
4) Tingkat inflasi yang diperkirakan.
Dalam penelitian ini, suku bunga yang dipakai adalah suku
bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia), Berdasarkan Surat Edaran
Bank Indonesia No.8/13/DPM tentang Penerbitan Sertifikat Bank
Indonesia Melalui Lelang, Sertifikat Bank Indonesia yang
selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang
Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan
utang berjangka waktu pendek.
Samuelson dan Nordhaus (2004) membagi suku bunga menjadi:
24
1.
Suku Bunga Nominal
Suku bunga nominal (kadang juga disebut dengan suku
bunga uang) adalah suku bunga atas uang dalam ukuran uang.
Suku bunga nominal mengukur pendapatan dalam uang per tahun
per uang yang diinvestasikan. Suku bunga dalam uang tidak
mengukur berapa banyak yang sebenarnya didapatkan oleh seorang
pemberi pinjaman dalam satuan barang dan jasa.
2.
Suku Bunga Riil
Suku bunga riil mengukur jumlah barang yang kita dapat
nanti untuk barang yang kita korbankan sekarang. Suku bunga
nyata didapat dengan mengoreksi suku bunga nominal dengan
tingkat inflasi. Suku bunga riil dikoreksi karena inflasi dan
dihitung sebagai suku bunga nominal dikurangi tingkat inflasi.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat umum suku
bunga selain perkiraan inflasi, tingkat likuiditas aktiva yang
dikehendaki, dan keadaan permintaan dan penawaran (Brigham,
2001:158) adalah :
a. Kebijakan Bank Sentral
b. Besarnya defisit anggaran pendapatan dan belanja negara
c. Neraca perdagangan luar negeri
d. Tingkat kegiatan usaha
25
c. Hubungan Tingkat Suku Bunga Dengan Harga Saham
Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham
secara terbalik, cateris paribus. Artinya, jika suku bunga
meningkat, maka harga saham akan turun. Demikian sebaliknya,
jika suku bunga turun, maka harga saham akan naik ( Tandelilin,
2010 : 103).
Kenaikan
tingkat
bunga
menyebabkan
return
yang
diperoleh dari investasi beresiko rendah (deposito) lebih tinggi
daripada return investasi yang beresiko tinggi (saham), sehingga
investor akan lebih tertarik untuk menempatkan dananya dalam
bentuk deposito daripada membeli saham. Hal ini dapat
menyebabkan harga saham mengalami penurunan (Zubir, 2011 :
20).
Setiap emiten akan merasakan pengaruh negatif akibat
terjadinya kenaikan tingkat bunga pinjaman, karena hal itu akan
meningkatkan beban bunga kredit dan menurunkan laba bersih.
Penurunan laba bersih akan mengakibatkan laba per saham juga
menurun dan akhirnya akan berakibat pada turunnya harga saham
di pasar. Disisi lain, kenaikan suku bunga deposito akan
mendorong investor menjual saham, dan menabung uangnya dalam
deposito. Penjualan saham secara besar-besaran akan menjatuhkan
harga saham di pasar.
26
Sebaliknya, penurunan tingkat bunga pinjaman atau tingkat
bunga deposito akan menaikkan laba bersih per saham, dan
mendorong para investor mengalihkan investasinya dari perbankan
ke pasar modal. Hal ini menyebabkan permintaan saham di pasar
modal, sehingga harga saham terdorong naik (Samsul, 2006 : 201).
5. Nilai Tukar
a. Pengertian Nilai Tukar
Kurs (exchange rate) antara dua negara merupakan tingkat
harga yang telah disepakati oleh penduduk kedua negara tersebut,
dan akan digunakan dalam melakukan perdagangan (Mankiw,
2006 : 128).
b. Jenis Nilai Tukar atau Kurs (Exchange Rate)
Kurs dibedakan menjadi dua jenis (Mankiw, 2006 : 128) ,
yaitu :
1. Kurs Nominal (Nominal Exchange Rate)
Kurs nominal adalah harga relatif dari mata uang dua
negara.
2. Kurs Riil (Real Exchange Rate)
Kurs riil adalah harga relatif dari barang-barang kedua
negara, yaitu kurs riil menyatakan tingkat di mana kita bisa
memperdagangkan barang-barang dari negara lain. Kurs riil
kadang-kadang disebut terms of trade.
27
c. Sistem Nilai Tukar
Sistem nilai tukar dapat dikategorikan ke dalam beberapa
jenis berdasarkan seberapa kuat pengawasan pemerintah pada nilai
tukar. Secara umum nilai tukar dapat dibagi menjadi :
1. Sistem Nilai Tukar Tetap (Fixed Exchange Rate System)
Dalam sistem ini, nilai tukar mata uang dibuat konstan
ataupun hanya diperbolehkan berfluktuasi dalam kisaran yang
sempit. Bila nilai tukar mulai berfluktuasi terlalu besar, maka
pemerintah akan melakukan intervensi untuk menjaga agar
fluktuasi tetap berada dalam kisaran yang diinginkan. Pada kondisi
tertentu bila diperlukan pemerintah akan melakukan pemotongan
nilai mata uangnya (devalue) terhadap mata uang negara lain. Pada
kondisi lain, pemerintah dapat mengembalikan nilai mata uang
(revalue) atau meningkatkan nilai mata uangnya terhadap mata
uang lain (Madura, 2006 : 220).
2. Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas (Freely Floating
Exchange Rate System)
Pada sistem nilai tukar mengambang bebas, nilai tukar
ditentukan sepenuhnya oleh pasar tanpa intervensi dari pemerintah.
Pada kondisi nilai tukar yang mengambang, nilai tukar akan
disesuaikan
secara
terus-menerus,
sesuai
dengan
kondisi
penawaran dan permintaan dari mata uang tersebut (Madura, 2006
: 222).
28
3.
Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali (Managed Float
Exchange Rate System)
Pada sistem nilai tukar mengambang, fluktuasi nilai tukar
dibiarkan mengambang dari hari ke hari dan tidak ada batasanbatasan resmi. Hal ini sama dengan sistem tetap, dalam hal
pemerintah sewaktu-waktu dapat melakukan intervensi untuk
menghindarkan fluktuasi yang terlalu jauh dari mata uangnya
(Madura, 2006 : 224).
4.
Sistem Nilai Tukar Terikat (Pegged Exchange Rate System)
Dengan menggunakan sistem nilai tukar terikat, negara
akan mengaitkan mata uangnya kepada sebuah valuta asing atau
pada mata uang tertentu. Nilai mata uang lokal akan mengikuti
fluktuasi dari nilai mata uang yang dijadikan ikatan tersebut
(Madura, 2006 : 224).
d. Hubungan Nilai Tukar Dengan Harga Saham
Data-data
transaksi
perdagangan
di
bursa
efek,
menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara pergerakan
fluktuasi nilai mata uang dengan fluktuasi harga-harga saham yang
diperdagangkan di bursa (Simatupang, 2010 : 76). Kenaikan kurs
dolar Amerika yang tajam terhadap rupiah akan berdampak negatif
terhadap emiten yang memiliki utang dalam dolar, sementara
produknya dijual secara lokal. Di lain pihak, emiten yang
berorientasi ekspor akan menerima dampak positif dari kenaikan
29
dolar tersebut. Hal ini berarti harga saham emiten yang terkena
dampak negatif akan mengalami penurunan di Bursa Efek,
sementara emiten yang terkena dampak positif akan meningkat
harga sahamnya (Samsul, 2006 : 202).
6. Inflasi
a. Pengertian Inflasi
Inflasi merupakan masalah utama di banyak negara
berkembang. Defenisi inflasi menurut Nanga (2005 : 237) adalah
“suatu gejala dimana tingkat harga mengalami kenaikan secara
terus menerus”. Venieris dan Sebold (1978 : 603) dalam Nanga
(2005 : 237), mendefenisikan inflasi sebagai suatu kecenderungan
meningkatnya tingkat harga umum secara terus-menerus sepanjang
waktu (a sustained tendency for the general level prices to rise
over time).
Laju inflasi adalah tingkat perubahan kenaikan tingkat
harga umum. Sementara lawan dari inflasi adalah deflasi, yang
timbul pada saat tingkat harga umum menurun. Inflasi di ukur
sebagai berikut :
=
–
−1
−1
X100%
Secara konseptual, tingkat harga diukur sebagai rata-rata
tertimbang dari barang-barang dan jasa-jasa dalam perekonomian.
30
b. Indeks Harga
Menurut Prasetyo (2009), “inflasi dapat diukur dengan
menghitung perubahan persentase perubahan sebuah indeks harga”.
Indeks harga tersebut yaitu:
1.
Indeks Harga Konsumen (IHK) atau consumer price index
(CPI) adalah indeks yang mengukur rata-rata dari barang
tertentu yang dibeli oleh konsumen.
2.
Indeks Biaya Hidup atau Cost of Living Index (COLI) adalah
indeks yang digunakan untuk mengetahui perkembangan biaya
hidup suatu masyarakat pada umumnya.
3.
Indeks Harga Produsen (IHP) adalah indeks yang mengukur
harga rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen
untuk melakukan proses produksi.
4.
Indeks Harga Komoditas, adalah indeks yang mengukur harga
komoditas-komoditas tertentu.
c. Jenis-jenis Inflasi
Iskandar
Putong
dan
ND
Andjaswati
(2008:138)
mendefinisikan jenis-jenis inflasi sebagai berikut:
1.
Berdasarkan asalnya inflasi dapat dibedakan menjadi :
a.
Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation),
yaitu inflasi yang timbul karena terjadinya defisit dalam
pembiayaan dan belanja negara yang terlihat pada
anggaran belanja negara. Untuk mengatasinya biasanya
31
pemerintah mencetak uang baru. Selain itu harga-harga
naik dikarenakan musim paceklik (gagal panen), bencana
alam yang berkepanjangan, dan lain sebagainya.
b.
Inflasi yang berasal dari luar negeri, yaitu inflasi yang
terjadi di luar negeri. Karena negara-negara yang menjadi
mitra dagang suatu negara mengalami inflasi yang tinggi,
dapat diketahui bahwa harga barang-barang dan juga
ongkos produksi relatif mahal, sehingga bila terpaksa
negara lain harus mengimpor barang tersebut maka harga
jualnya didalam negeri tentu saja bertambah mahal.
2.
Berdasarkan sebabnya inflasi dapat dibedakan menjadi :
a.
Demand Pull Inflation adalah inflasi yang timbul karena
adanya permintaan keseluruhan yang tinggi disatu pihak,
dipihak lain kondisi produksi telah mencapai kesempatan
kerja penuh (full employment).
b.
Cost Push Inflation adalah inflasi yang disebabkan
turunnya produksi karena naiknya biaya produksi.
3.
Berdasarkan sifatnya inflasi dapat dibedakan menjadi :
a.
inflasi merayap/rendah (creeping inflation) adalah inflasi
yang besarnya kurang dari 10% pertahun.
b.
Inflasi menengah (galloping inflation) adalah inflasi yang
besarnya antara 10-30% pertahun. Inflasi ini biasanya
ditandai oleh naiknya harga-harga secara cepat dan relatif
Download