BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Komunikasi Manusia diciptakan sebagai mahkluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, membutuhkan komunikasi untuk berinteraksi dengan sesama manusia. Melalui komunikasi manusia dapat menyampaikan apa yang diinginkan dan mengerti akan apa yang diinginkan oleh sesamanya. Maka dari itu komunikasi menjadi sebuah kebutuhan primer dalam hidup manusia. 2. 1. 1 Pengertian Komunikasi Komunikasi didefiniskan sebagai berikut: 12 “Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan dalam bentuk lambang, yang memiliki makna sebagai panduan pikiran serta perasaan berupa ide, informasi, gagasan, harapan, imbauan, kepercayaan dan lain, baik secara tatap muka maupun secara tidak langsung (melalui media) dengan tujuan mengubah sikap, pandanan dan perilaku.” Brent D. Ruben 13 memberikan definisi mengenai komunikasi manusia yang lebih komprehensif sebagai berikut: “Komunikasi manusia adalah suatu proses melalui mana individu 12 13 Onong Uchjana Effendy. Dinamika Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003. Hal. 28 Muhammad, Arni. Op. Cit. Hal. 3 10 11 dalam hubungannya, dalam kelompok, dalam organisasi, dan dalam masyarakat menciptakan, mengirimkan, dan menggunakan informasi untuk mengkoordinasi lingkungannya dan orang lain.“ Berdasarkan argumentasi di atas maka komunikasi dapat disimpulkan sebagai proses penyampaian pesan antara satu individu dengan individu lainnya dalam suatu bentuk dan wadah tertentu yang digunakan untuk mempengaruhi tindakan sesuai dengan isi pesan yang disampaikan. 2. 1. 2 Model Komunikasi Definisi model komunikasi menurut Serena dan Mortensen 14 ialah “Model komunikasi adalah deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk tejadinya komunikasi.” Vardiansyah 15 mendefinisikan model komunikasi sebagai: “Representasi fenomena komunikasi dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting guna memahami suatu proses komunikasi tersebut.” Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss 16 menguraikan ada tiga model dalam komunikasi: 1. Model Komunikasi Linier (one-way communication) Dalam model ini komunikator memberikan suatu stimuli dan komunikan melakukan respon yang diharapkan tanpa mengadakan seleksi dan 14 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung. Remaja Rosdakarya. 2004. Hal. 132 15 Dani Vardiansyah. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia 2004Hal. 113 16 Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss. Human Communications. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2005. Hal. 170 12 interpretasi. Komunikasinya bersifat monolog. 2. Model Komunikasi Interaksional Sebagai kelanjutan dari model yang pertama, pada tahap ini sudah terjadi feedback atau umpan balik. Komunikasi yang berlangsung bersifat dua arah dan ada dialog, di mana setiap partisipan memiliki peran ganda, dalam arti pada satu saat bertindak sebagai komunikator, pada saat yang lain bertindak sebagai komunikan. 3. Model Komunikasi Transaksional. Dalam model ini komunikasi hanya dapat dipahami dalam konteks hubungan (relationship) antara dua orang atau lebih. Pandangan ini menekankan bahwa semua perilaku adalah komunikatif. Tidak ada satupun yang tidak dapat dikomunikasikan. Sesuai konteks penelitian ini komunikasi internal berbasis komputerisasi lebih difokuskan sebagai model komunikasi interaksional dimana setiap pelaku komunikasi dapat langsung menanggapi pesan yang diterima dan menciptakan topik baru. 2. 1. 3 Unsur-unsur Komunikasi Shannon dan Weaver 17 menyatakan bahwa “terjadinya proses komunikasi memerlukan 5 unsur yang mendukungnya, yakni pengirim, transmitter, signal, penerima, tujuan”. Berdasarkan 5 unsur yang dikemukakan 17 Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor. Ghalia Indonesia 2004. Hal. 15 13 oleh Shannon dan Weaver, dapat diketahui dengan jelas mengenai bagian-bagian penting yang membentuk proses komunikasi. Selanjutnya Laswell 18 memaparkan unsur-unsur komunikasi yang terdapat di dalam proses komunikasi sebagai berikut: 1. Sumber (source, sender, communicator) Disebut juga komunikator yang menjadi pencetus terjadinya komunikasi. Dalam realita, komunikator bisa berupa penemu, pemimpin, bahkan di era komunikasi horizontal ini komunikator bisa jadi orang-orang awan yang menyebarkan berita melalui internet. 2. Penyandian (encoding) Penyandian adalah proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang atau simbol tertentu. 3. Pesan (message) Pesan adalah gagasan, informasi, ide yang hendak disampaikan oleh komunikator. Isinya berupa ilmu, hiburan, informasi, nasehat, atau propaganda, bersifat informatif, persuasif, dan koersif. 4. Media (channel) Media adalah saluran komunikasi yang digunakan dalam proses komunikasi. Jenis media yang dipakai sangat penting demi menjangkau target audience yang ingin dicapai. Untuk itu, kegiatan segmentasi audience dan media sangat penting. 18 Onong Uchjana Effendy. Op. Cit. Hal. 18-19 14 5. Pengawasandian (decoding) Pengawasandian adalah proses dimana komunikan mengartikan atau memberi makna pada setiap simbol yang disampaikan oleh komunikator kepadanya. 6. Komunikan (audience, receiver) Penerima disebut juga komunikan yang menjadi sasaran dan hendak diubah pola pikir, prilaku, ataupun persepsinya. Komunikan hadir sebagai unsur komunikasi yang memiliki latar belakang, karakter, dan kebutuhan tertentu. 7. Respon (response) Efek adalah seperangkat reaksi pada komunikan sebagai akibat dari proses komunikasi. Efek ini mencakup kognitif, afektif dan prilaku komunikan. 8. Umpan Balik Umpan balik adalah respon komunikan terhadap pesan yang diterima. Umpan balik ini bisa bersifat positif (menyetujui pesan yang dikirimkan) atau negatif (menolak pesan yang dikirimkan). Umpan balik ini bisa berwujud verbal maupun nonverbal. Karena pada dasarnya umpan balik ini adalah informasi maka umpan balik ini dapat memicu kembali terjadinya proses komunikasi. 9. Gangguan (noise) Gangguan yang tidak terencana dapat terjadi dalam proses komunikasi 15 sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda maknanya seperti yang dimaksudkan oleh komunikator. Berdasarkan pemikiran Kotler 19 dapat diketahui unsur-unsur komunikasi dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Sumber Divisi Corporate Information Centre selaku komunikan bertugas untuk mengatur arus informasi yang ada pada Media Intra Net dan juga bertanggung jawab atas ketersediaan data informasi mengenai Garuda yang dibutuhkan oleh karyawan-karyawan PT. Garuda Indonesia. 2. Penyandian Proses pengolahan data menjadi informasi yang atraktif dalam Media Intra Net menjadi tangung jawab divisi Corporate Information System dibawah naungan direktorat IT. 3. Pesan Bentuk informasi yang akan diedarkan dalam Media Intra diatur oleh Corporate Information System setelah mendapat input dari masingmasing divisi yang ada pada PT Garuda Indonesia (Persero). 4. Media Media sebagai kunci keberhasilan sebuah proses komunikasi merupakan alasan PT Garuda Indonesia (Persero) memiliki Media Intra Net sebagai sarana komunikasi internal yang berbasis komputerisasi sehingga 19 Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran. Jakarta. Prenhalindo. 2003. Hal. 565 16 menjadi lebih cepat dan komunikatif. 5. Pengawasandian Setiap komunikasi yang terjadi diawasi oleh divisi Corporate Secretary yang berperan sebagai humas perusahaan penerbangan nasional ini. 6. Komunikan Komunikan adalah karyawan Garuda yang merupakan pengguna dan bagian dari Media Intra Garuda Intranet. Karyawan PT. Garuda Indonesia Persero mencakup 3 bagian yakni: karyawan terbang, karyawan kantor, karyawan teknis. 7. Respon Respon adalah sikap yang muncul dalam benak karyawan Garuda setelah terekspos infromasi yang disalurkan melalui Media Intra Garuda. Respon positif ditunjukkan dengan sikap karyawan yang memiliki pandangan positif terhadap Media Intra Garuda. Respon negatif ditunjukkan dengan sikap konsumen yang merasa Media Intra Garuda belum mampu menjadi saluran informasi yang efektif. 8. Umpan Balik Umpan balik adalah aksi yang dilakukan oleh para pengguna Media Intra Net, dalam hal ini seluruh karyawan PT Garuda Indonesia sebagai bentuk respon nyata. Umpan balik ini dapat berbentuk ide karyawan maupun saran dan kritik yang merupakan salah satu sarana yang ada dalam Media Intra Net. 17 9. Gangguan Gangguan bisa terjadi di setiap unsur komunikasi dalam hal ini bisa berwujud gangguan teknis seperti system error maupun gangguan dari Sumber Daya Manusia itu sendiri (SDM) yang kurang dapat menggunakan Media Intra secara maksimal. 2. 1. 4 Proses Komunikasi Menurut Shaum Tyson dan Tony Jackson 20 proses komunikasi memiliki dua perspektif pengertian, yaitu: 1. Perspektif Kognitif. Komunikasi yang mewakili perspektif kognitif adalah penggunaan lambang-lambang (symbols) untuk mencapai kesamaan makna atau berbagi informasi tentang satu objek atau kejadian. Informasi adalah sesuatu (fakta, opini, gagasan) dari satu partisipan kepada partisipan lain melalui penggunaan kata-kata atau lambang lainnya. Jika pesan yang disampaikan diterima secara akurat, receiver akan memiliki informasi yang sama seperti yang dimiliki sender, oleh karena itu tindak komunikasi telah terjadi. 2. Perspektif Perilaku Dari perspektif perilaku memandang komunikasi sebagai perilaku verbal atau simbolik di mana sender berusaha mendapatkan satu efek yang 20 Wiryanto. Op. Cit. Hal. 87 18 dikehendakinya pada receiver. Kedua perspektif yang ada menunjukan bagaimana proses komunikasi yang terjadi pada suatu organisasi. Bagi suatu organisasi, perspektif perilaku dipandang lebih praktis karena komunikasi dalam organisasi bertujuan untuk mempengaruhi penerima (receiver). Sebuah respons khusus diharapkan oleh pengirim pesan (sender) dari setiap pesan yang disampaikannya. Ketika satu pesan mempunyai efek yang dikehendaki, bukan suatu persoalan apakah informasi yang disampaikan tersebut merupakan tindakan berbagi informasi atau tidak. 2. 1. 5 Fungsi Komunikasi dalam organisasi Bungin 21 menjelaskan mengenai fungsi komunikasi dalam organisasi 1. Fungsi Informatif Organisasi dipandang sebagai suatu sistem proses informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik,dan lebih tepat. 2. Fungsi Regulatif Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif. Yang pertama yakni atasan atau orang yang berada dalam tataran 21 manajemen, yaitu Burhan Bungin. Op. Cit. Hal. 274-276 mereka dengan kewenangan untuk 19 mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Kemudian yang kedua berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. 3. Fungsi Persuasif Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan lebih suka mempengaruhi bawahannya dari pada memberi perintah. 4. Fungsi integratif Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan baik. 2. 1. 6 Hambatan Komunikasi Kegiatan komunikasi itu sendiri memiliki hambatan-hambatan, seperti yang dipaparkan oleh Cruden dan Sherman berikut: 22 1. Hambatan Teknis Hambatan teknis mengacu pada keterbatasan fasilitas dan peralatan komunikasi. Dari sisi teknologi, semakin berkurang dengan adanya temuan baru di bidang kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, sehingga saluran komunikasi dapat diandalkan dan efesien sebagai media komunikasi. Penyebab terjadinya hambatan teknis: 22 Cruden and Sherman. Personnel Management. Minnesota. Prentice Hall. 1976. Hal. 75-77 20 a. Tidak adanya rencana atau prosedur kerja yang jelas b. Kurangnya informasi atau penjelasan c. Kurangnya ketrampilan membaca d. Pemilihan media [saluran] yang kurang tepat 2. Hambatan Semantik Gangguan semantik menjadi hambatan dalam proses penyampaian pengertian atau idea secara efektif. Definisi semantik sebagai studi atas pengertian, yang diungkapkan lewat bahasa. 3. Hambatan Manusiawi Terjadi karena adanya faktor, emosi dan prasangka pribadi, persepsi, kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alatalat pancaindera seseorang, dan lain-lain. 4. Hambatan yang ditimbulkan Oleh Iklim Psikologis dalam Organisasi. Suasana iklim kerja pada suatu organisasi menentukan sikap dan perilaku para pekerja yang kemudian mempengaruhi efektivitas kerja organisasi tersebut. 2. 2 Organisasi Kotler 23 mengatakan bahwa organisasi adalah “Sistem hubungan yang terstruktur yang mengkoordinasi usaha suatu kelompok orang untuk mencapai 23 Arni Muhammad. Op. Cit. Hal. 23-24 21 tujuan tertentu.” Sedangkan Wright 24 mendefinisikan “Organisasi sebagai bentuk suatu sistem terbuka dari aktivitas yang dikoordinasi oleh dua orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan bersama.” Peneliti dapat mengkaitkan korelasi antar ilmu komunikasi dengan organisasi adalah terletak pada peninjauannya yang terfokus pada manusiamanusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi. Selanjutnya Everet M. Rogers 25 dalam bukunya Communication in Organization mendefinisikan organisasi sebagai “Suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan, dan pembagian tugas.” 2. 2. 1 Karakteristik Organisasi Secara umum organisasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 26 1. Ada pembagian tugas dan tanggung jawab. Dimaksudkan untuk mempermudah pencapaian tujuan. 2. Adanya pusat kekuasaan. Pusat kekuasaan akan menentukan pengawasan dan kepemimpinan. 3. Adanya substitusi sumber daya manusia. Berkaitan dengan perihal pensiun, mutasi, dan promosi dalam organisasi. 4. Adanya ketergantungan antar organisasi. Sebagai suatu sistem, organisasi 24 Arni Muhammad. Op. Cit. Hal. 24 Deddy Mulyana. Op. Cit. Hal. 62 26 Herimanto, Bambang. Komunikasi Bisnis. Yogyakarta. Amara Books 2005. Hal. 24-25 25 22 akan terdiri dari subsistem-subsistem yang saling ketergantungan. 5. Adanya koordinasi antar komponen. Ditujukan agar semuanya berjalan ke arah pencapaian tujuan. 6. Adanya interaksi yang berulang-ulang. Berkaitan dengan kontinuitas dan permanennya organisasi. 2. 3 Teori Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi 27 ialah “Proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling bergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Berdasarkan pernyataan Muhammad diketahui bahwa sebuah organisasi perlu melakukan komunikasi untuk mencapai kesatuan visi dan misi dan integrasi dalam kegiatan operasional sehari-hari. 2. 3. 1 Bentuk Komunikasi Organisasi Bentuk-bentuk dari komunikasi organisasi tersebut menurut Poole dan Mcphee 28 ada tiga, yaitu: 1. Komunikasi Vertikal Alur komunikasi yang dijalankan dengan ciri utama informasi mengalir dari jabatan yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah. Umumnya jenis 27 Arni Muhammad. Op. Cit. Hal. 67 McPhee, R. D. dan Poole, M. S. Organizational Structures & Configurations. California. Jablin & LL. Putnam Editions. 2001. Hal. 196 28 23 informasi yang disampaikan sangat erat kaitannya dengan aktifitas kerja yang harus dilakukan oleh anggota organisasi, seperti memo, instruksi kerja, pernyatan kebijakan. Arus komunikasi ini terbagi lagi menjadi dua, yaitu Bottom Up dan Up Bottom. Untuk jenis bottom up berfungsi untuk memberikan input dalam proses pengambilan keputusan organisasi. Komunikasi jenis ini mendukung terlaksananya komunikasi dua arah dalam suatu organisasi dan juga sebagai salah satu cara untuk mengetahui dan menjawab kebutuhan para anggotanya. 2. Komunikasi Horizontal Memfokuskan pada penyampaian informasi kepada para anggota organisasi, baik secara individu maupun divisi, yang berada pada level atau otoritas yang sama atau sederajat. Fungsinya antara lain memberikan dukungan dalam hubungan kerja yang produktif. 3. Komunikasi Eksternal Merupakan komunikasi kepada pihak luar atau komunikasi kepada stakeholder daripada organisasi tersebut dan memiliki aspek yang cukup luas yang disesuaikan dengan visi dan misi dari organisasi. Tujuan utamanya adalah untuk mencapai citra yang positif dari khalayak umum dan mendatangkan keuntungan bagi organisasi tersebut, serta mengurangi rumor-rumor negatif pada saat menghadapi krisis. Sesuai kajian penelitian ini, bentuk komunikasi internal dapat 24 diaplikasikan dalam bentuk komunikasi vertikal dan horizontal, dimana isi pesan yang disampaikan berupa tugas, maupun dukungan, saran, ataupun berita baru seputar karyawan organisasi. 2. 3. 2 Arus Komunikasi Organisasi Arus komunikasi organisasi mencakup: 29 1. Komunikasi ke Bawah (Downward Communication) Komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah. 2. Komunikasi ke Atas (Upward Communication) Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir di antara orang-orang dan jabatan-jabatan yang otoritasnya lebih rendah kepada yang otoritasnya lebih tinggi. 3. Komunikasi Horisontal Komunikasi horisontal dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir di antara orang-orang dan jabatan-jabatan yang sama tingkat otoritasnya. 4. Komunikasi Lintas Saluran Komunikasi lintas saluran dalam sebuah organisasi berarti bahwa 29 Pace, R. Wayne dan Faules, Don. Komunikasi Organisasi. Bandung. Remaja Rosdakarya. 2001. Hal. 184 25 informasi mengalir di antara jabatan-jabatan yang tidak memiliki atasan maupun bawahan satu dengan lainnya dan mereka menempati bagian fungsional yang berbeda. Dalam Media Intra Net yang dimiliki Garuda, bentuk komunikasi yang dilakukan adalah komunikasi lintas saluran karena informasi ditujukan kepada segenap karyawan PT. Garuda Indonesia. 2. 3. 3 Jenis-Jenis Komunikasi Organisasi Menurut Jefkins 30 , “Khalayak (public) adalah kelompok atau orang- orang yang berkomunikasi dengan suatu organisasi, baik secara internal maupun eksternal”. Mengacu pada dua golongan khalayak yang ada, maka bentuk komunikasi organisasi dapat berupa: 1. Komunikasi Eksternal Menurut Moore 31 komunikasi eksternal dapat juga diartikan sebagai pertukaran informasi antara manajemen dengan external public yaitu pelanggan, masyarakat sekitar, penyalur dan pengedar, pemasok, lembaga pemerintahan, para pendidik, dan lain-lain. 2. Komunikasi Visual dan Multimedia “Desain komunikasi visual senantiasa berhubungan dengan penampilan rupa yang dapat diserap orang banyak dengan pikiran maupun 30 Frank Jefkins. Public Relations. Jakarta: Erlangga, 2004. Hal. 80 Moore, Frazier. Membangun Citra dengan Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya 2004. Hal. 88 31 26 perasaannya. Rupa yang mengandung pengertian atau makna, karakter serta suasana, yang mampu dipahami (diraba dan dirasakan) oleh khalayak umum atau terbatas.” 3. Komunikasi Internal Menurut Brennan 32 komunikasi internal adalah: “Interchange of ideas among the administration and its particular structure (organization) and interchange of ideas horizontally and vertically within the firm which gets works done (operation and management).” (Pertukaran gagasan di antara administrator dan struktur organisasi perusahaan (karyawan) dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertikal di dalam perusahaan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan manajemen). 2.4. Public Relations (PR) 2.4.1. Pengertian Public Relations (PR) Public Relations (PR) merupakan pendekatan yang sangat strategis dengan menggunakan konsep-konsep komunikasi. Sebagai ilmu pengetahuan, PR masih relatif baru bagi masyarakat Indonesia. PR sendiri merupakan gabungan berbagai ilmu dan termasuk dalam jajaran ilmu-ilmu sosial seperti halnya ilmu politik, ekonomi, sejarah, psikologi, sosiologi, komunikasi, dan lain-lain. Menurut para pakar, hingga saat ini belum terdapat konsensus mutlak tentang definisi PR. Hal ini disebabkan beragamnya definisi PR yang telah dirumuskan oleh pakar maupun profesional PR, perbedaan latar belakang para 32 Onong Uchjana Effendy. Op. Cit. Hal. 122 27 pakar tersebut, dan adanya indikasi bahwa kegiatan PR bersifat dinamis dan fleksibel. 33 Berikut pengertian PR menurut Cutlip-Center-Broom: 34 “The planned effort to influence opinion through good character and responsible performance, based on mutually satisfactory two-way communications”. (Usaha terencana untuk mempengaruhi pandangan melalui karakter yang baik serta tindakan yang bertanggungjawab, didasarkan atas komunikasi dua arah yang saling memuaskan). Pengertian lain menurut The British Institute of Public Relations 35 adalah: “Public Relations practice is deliberate, planned and substain effort to establish and maintain mutual understanding between an organization and its publics”. (Praktek Public Relations adalah memikirkan, merencanakan dan mencurahkan daya untuk membangun dan menjaga saling pengertian antara organisasi dengan publiknya). Berdasarkan pengertian di atas, terlihat jelas bahwa Public Relations memiliki peranan yang penting dalam membangun hubungan dan menciptakan saling pengertian antara perusahaan dengan publik organisasi yaitu publik internal dan publik eksternal perusahaan. Berbeda dengan pendapat Cutlip dan Frank Jefkins, menurut Anggoro 36 public relations terdiri dari semua bentuk komunikasi yang terselenggara antara organisasi yang bersangkutan dengan siapa saja yang berkepentingan. 33 Rosady Ruslan. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2003. Hal.54 34 Scott M Cutlip, Allen H Center, Glen M Broom.. Effective Public Relations. Prentice Hall Int’l 2007. Hal 3 35 Frank Jefkins, Public Relations. Edisi Kelima (Alih bahasa Daniel Yadin) Jakarta. Penerbit Erlangga, 2000. Hal. 71 36 M. Linggar Anggoro. Teori & Profesi Kehumasan serta aplikasinya di Indonesia. Bumi Aksara 2001. Hal. 1 28 Sedangkan, pengertian Public Relations oleh The Brirish Institute of Public Relations adalah: “Public Relations activity is management of communications between an organization and its public”. (Aktivitas Public Relations adalah mengelola komunikasi antara organisasi dan publiknya). Pengertian lain menurut The British Institute of Public Relations 37 adalah: “Public Relations practice is deliberate, planned and substain effort to establish and maintain mutual inderstanding between an organization and its publics”. (Praktek Public Relations adalah memikirkan, merencanakan dan mencurahkan daya untuk membangun dan menjaga saling pengertian antara organisasi dengan publiknya). Tokoh profesional dan akademik di bidang kehumasan telah mengumpulkan hampir 500 definisi mengenai PR antara tahun 1900-an dan 1976. Definisi yang disampaikan mencakup aspek konseptual dan operasional sebagai berikut: 38 Public Relations adalah fungsi manajemen tertentu yang membangun dan menjaga lini komunikasi, pemahaman bersama, penerimaan mutual dan kerjasama antara organisasi dan publiknya; PR melibatkan manajemen problem atau manajemen isu; PR membantu manajemen agar tetap responsif dan mendapat informasi terkini tentang opini publik; PR mendefinisikan dan menekankan tanggung jawab manajemen untuk melayani kepentingan publik; PR membantu 37 38 Frank Jefkins. Op. Cit. Hal.73 Scott M Cutlip, Allen H Center, Glen M Broom, Op. Cit. Hal. 5 29 manajemen tetap mangikuti perubahan dan memanfaatkan perubahan secara efektif, dan PR dalam hal ini adalah sebagai sistem peringatan dini untuk mengantisipasi arah perubahan (trends; dan PR menggunakan riset dan komunikasi yang sehat dan etis sebagai alat utamanya. Dengan demikian, definisi Public Relations (PR) adalah funfsi manajemen yang membangun dan mempertahankanhubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut. Publik atau khalayak PR terdiri dari publik internal dan publik eksternal dan kedua publik merupakan hal yang terpenting yang harus diperhatikan oleh Public Relations dalam organisasi sangat penting. 2.4.2. Fungsi Public Relations Konsep fungsi public relations ketika menjalankan tugas dan operasionalnya, baik sebagai komunikator dan mediator, maupun negosiator, menjelaskan sebagai berikut: 39 a. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi. b. Membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publik internal dan eksternal. c. Menciptakan komunikasi dua arah dengan menyebarkan informasi dari organisasi kepada publiknya dan menyalurkan opini publik kepada 39 Onong Uchjana Effendy. Op. Cit. Hal 137 30 organisasi. Melayani publik dan memberikan nasehat kepada pimpinan organisasi demi kepentingan umum. d. Operasionalisasi public relations adalah bagaimana membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publiknya. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi utama Public Relations adalah sebagai berikut: 40 a. Sebagai communicator atau penghubung antara organisasi atau lembaga yang diwakili dengan publiknya. b. Membina relationship, yaitu berupaya membina hubungan yang positif dan saling menguntungkan dengan pihak publiknya. c. Peranan back up management, artinya peranan Public Relations berupaya menciptakan citra bagi organisasi atau lembaganya. d. Membentuk corporate image artinya peranan Public Relations berupaya menciptakan citra bagi organisasi atau lembaganya. 2.4.3. Khalayak Public Relations Khalayak (public) adalah kelompok atau orang-orang yang berkomunikasi dengan suatu organisasi, baik secara internal maupun eksternal. 41 Penyebaran suatu pesan PR tidak dilakukan secara merata ke semua orang seperti halnya pesan-pesan iklan melalui media massa, Dalam memilih khalayak, PR bersifat 40 Rosady Ruslan. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations. Raja Grafindo Persada 2002. Hal 10 41 Frank Jefkins, Op.Cit. hal. 80 31 diskriminatif, unsur atau segmen tertentu sengaja dipilih dalam rangka lebih mengefektifkan peranan pesan-pesan. Setiap organisasi atau perusahaan memiliki sendiri khalayak khususnya. Kepada khalayak yang terbatas itulah organisasi senantiasa menjalin komunikasi, baik secara internal maupun eksternal. Oleh karena itu, suatu organisasi atau perusahaan tidak hanya menyelenggarakan komunikasi dengan staf atau konsumennya saja. Meskipun khalayak dari suatu organisasi boleh jadi berbeda dari khalayak organisasi-organisasi lainnya, tetapi khalayak utama organisasi dapat diidentifikasi yaitu sebagai khalayak utama organisasi dan sebagai khalayak yang paling sering menjadi subjek khalayak dari berbagai macam organisasi secara umum. Menurut Frank Jefkins 42 ada sepuluh khalayak utama pada sebuah orgaisasi yaitu: a. Masyarakat luas b. Calon pegawai atau anggota c. Para pegawai atau anggota d. Pemasok jasa dan berbagai macam barang e. Para investor – pasar uang f. Para distributor g. Konsumen dan pemakai produk organisasi h. Para pemimpin pendapat umum i. Serikat-serikat pekerja 42 Frank Jefkins. Op. Cit. Hal. 81 32 j. Media massa Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa khalayak public relations terdiri dari khalayak internal dan eksternal. Khalayak internal terdiri dari Menurut Kasali 43 “Karyawan adalah orang-orang di dalam perusahaan yang tidak memegang jabatan structural”. 2. 5. Komunikasi Internal Lawrence D. Brennan 44 mendefinisikan komunikasi internal sebagai: “Pertukaran gagasan di antara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan atau jawatan yang menyebabkan terwujudnya perusahaan atau jawatan tersebut lengkap dengan strukturnya yang khas (organisasi) dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertikal di dalam perusahaan atau jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan manajemen).” Definisi lainnya 45 ialah “Komunikasi internal yaitu komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang berada dalam suatu perusahaan.” Menurut Effendy 46 komunikasi internal meliputi berbagai cara yang dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yakni: 1. 43 Komunikasi persona (Personal Communication) Rhenald Kasali. Manajemen Public Relations. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti 2005. Hal. 72 Onong Uchjana Effendy. Human Relations & Public Relations. Bandung. Remaja Rosdakarya. 2001. Hal. 122 45 Yulianita, Neni. Dasar-dasar Public Relations. Bandung: Pusat Penerbitan Universitas (P2U), 2005. Hal. 90 46 Onong Uchjana Effendy. Loc. Cit. Hal. 125 44 33 Komunikasi persona ialah komunikasi antara dua orang dan dapat berlangsung dengan dua cara: a. Komunikasi Tatap Muka (Face to Face Communication) Komunikasi persona tatap muka berlangsung secara dialogis sambil saling menatap sehingga terjadi kontak pribadi (personal contact). b. Komunikasi Bermedia (Mediated Communication) Komunikasi persona bermedia adalah komunikasi dengan menggunakan alat, umpamanya telepon atau memorandum. Karena melalui alat, maka antara kedua orang tersebut tidak terdapat kontak pribadi. 2. Komunikasi Kelompok (Group Communication) Komunikasi kelompok ialah komunikasi antara seseorang dengan sekelompok orang dalam situasi tatap muka. Kelompok ini bisa kecil dapat juga besar, tetapi berapa jumlah orang yang termasuk kelompok kecil dan berapa jumlah orang yang termasuk kelompok besar tidak ditentukan dengan perhitungan secara eksak. Komunikasi kelompok ini ditentukan berdasarkan ciri dan sifat komunikan dalam hubungannya dengan proses komunikasi. Oleh karena itu, dalam komunikasi kelompok dibedakan antara komunikasi kelompok kecil dan komunikasi kelompok besar. a. Komunikasi Kelompok Kecil (Small Group Communication) Komunikasi kelompok kecil ialah komunikasi antara seorang 34 manajer atau administrator dengan sekelompok karyawan yang memungkinkan terdapatnya kesempatan bagi salah seorang untuk memberikan tanggapan secara verbal. b. Komunikasi Kelompok Besar (Large Group Communication) Kelompok besar (large group) adalah kelompok komunikasi yang karena jumlahnya yang banyak, dalam suatu situasi komunikasi hampir tidak terdapat kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal. 2. 5. 1 Tujuan Komunikasi Internal Maksud dan tujuan komunikasi internal yang dilaksanakan dalam sebuah organisasi menurut Ruslan ialah: 47 1. Sebagai sarana komunikasi internal secara timbal balik yang dipergunakan dalam suatu organisasi atau perusahaan. 2. Untuk menghilangkan kesalahpahaman atau hambatan komunikasi antara manajemen perusahaan dengan para karyawan. 3. Sebagai sarana atau alat komunikasi dalam upaya menjelaskan tentang kebijaksanaan, peraturan dan pekerjaan dalam sebuah organisasi atau perusahaan. 4. Sebagai media komunikasi internal bagi pihak karyawan untuk 47 Ruslan, Rosady. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi: Konsepsi & aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2003. Hal. 258-259 35 menyampaikan keinginan-keinginan atau sumbang saran dan informasi serta laporan kepada pihak manajemen perusahaan (pimpinan). 2. 5. 2. Media Komunikasi Internal Media komunikasi internal memiliki pengertian sebagai berikut: 48 “Semua sarana penyampaian dan penerimaan informasi di kalangan publik internal perusahaan, dan biasanya bersifat non komersial. Baik penerima maupun pengirim informasi ialah orang dalam atau publik internal, terdiri atas pimpinan, anggota, pegawai,maupun unit-unit kerja di dalam perusahaan tersebut.” Menurut Frank Jefkins 49, wahana komunikasi internal memiliki berbagai bentuk, antara lain: 1. Jurnal Internal (house journals) 2. Video 3. Slide 4. Kaset-kaset rekaman audio 5. Kursus-kursus pendidikan tambahan 6. Ucapan-ucapan lisan 7. Seminar dan konferensi 8. Eksibisi khusus Menurut Sutedjo 48 50 saat ini perusahaan semakin dituntut untuk Suranto. Komunikasi Perkantoran. Yogyakarta: Media Wacana. 2005. Hal. 124 Frank Jefkins. Op. Cit. 2004. Hal. 127 50 Sutedjo. Budi Dharma Oetomo. Terminologi Populer Sistem Informasi Yogyakarta: Graha ilmu 2003. Hal. 178 49 36 menemukan dan meningkatkan keunggulan kompetitif. Hal ini yang mendesak perusahaan untuk segera melakukan otomatisasi, yang diharapkan dapat mengintegrasikan data agar dapat meningkatkan kualitas informasi guna pengambilan keputusan, meningkatkan kualitas komunikasi dan kontrol, serta meningkatkan produktivitas. 2.6. Informasi Setiap organisasi menganggap bahwa informasi meruapakn suatu hal yang penting sehingga perlu bagi semua anggota organisasi untuk mengetahui berbagai informasi mengenai perusahaan ataupun karyawannya. Menurut R. Wayne Pace dan Don F. Faules, informasi adalah: 51 “suatu istilah untuk merujuk kepada apa yang disebut pertunjukan informasi dan sering digunakan untuk merujuk kepada nilai keberuntungan dan kerugian, evaluasi kinerja, dan pendapat pribadi yang dinyatakan dalam surat, memo, laporan teknis dan data”. Sedangkan menurut Ference (1970), informasi adalah setiap masukanbagi seseorang dalam suatu sistem komunikasi. 52 Dalam suatu organisasi, penyebaran informasi dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu secara serentak, berurutan, maupun kombinasi dari keduanya: 1. Secara Serentak. dilakukan 51 apabila Penyebaran informasi dengan cara serentak semua anggota/pihak–pihak berkepentingan R. Wayne and Don F. Faules. Komunikasi Organisasi “Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan”. Editor Deddy Mulyana. Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2006. Hal. 29 52 Ference, T.P. Organizational Communication System and The Decision Process. Management Science. 1970. Hal. 83 37 menerima informasi dalam waktu bersamaan. Teknik penyebaran informasi ini dipilih dengan pertimbangan apakah informasi dapat didistribusikan secara bersamaan. Sejalan dengan berkembangnya media telekomunikasi, penyebaran informasi secara serentak menjadi lebih sederhana dan dapat dengan mudah dilakukan, misalnya melalui media televisi, radio, surat elektronik, intranet, sehingga proses penyebaran informasi menjadi lebih efektif dan efisien. 2. Secara Berurutan. Penyebaran informasi dengan cara berurutan dilakukan melalui beberapa pihak dengan waktu yang tidak bersamaan, misalnya suatu informasi disampaikan oleh A kepada B dan kemudian disampaikan kembali kepada C, Sehingga proses penyebaran informasi cara ini memutuhkan waktu yang berbeda dan dirasakan kurang efektif dan efisien. 2.7. Sistem Informasi Berbasis Komputer (CBIS / Computer-Based Information System) Sistem informasi berbasis komputerisasi adalah 53 suatu sistem informasi yang menggunakan komputer untuk mengolah informasi yang akan disebarkan 53 Gaol, Chr. Jimmy I. Sistem Informasi Manajemen: Pemahaman dan Aplikasi. Jakarta: Grasindo, 2008. Ghalia Indonesia 2008. Hal. 25 38 Gambar 1 Computer Based Information System Masuk an (input) Pengolah an (processi ng) Dokumen dan Keluaran Lainnya (d Laporan Informasi (informatio ) Informasi dari Sumber Lain (information from other ) Manajer Pengola han (Process Sumber: Gaol, 2008: 26 2. 7.1. Computer Mediated Communications (CMC): 54 CMC menurut John December: “A process of human communication via computers, involving people, situated in particular contexts, engaging in processes to shape media for a variety of purposes.” (Komunikasi dengan menggunakan media komputer ialah sebuah proses dari komunikasi manusia via komputer, melibatkan manusia, berlokasi dalam suatu konteks lingkungan, menjembatani proses untuk mengelompokan media untuk berbagai macam tujuan) Sedangkan menurut Susan Herring CMC ialah “Communiaction that takes place between human beings via instrumentality of computers.” (Komunikasi yang mengambil tempat di antara manusia via suatu intrumen komputer). 2.8. Teknologi Informasi Teknologi informasi menurut Kenneth C. Laudon yang diikutip yaitu: 55 Teknologi informasi adalah salah satu alat yang digunakan para 54 Thurlow, Lengel dan Tomic. Computer Mediated Communication, Social Interaction on the Internet. London: Sage Publication 2004. Hal. 15 55 Chr. Jimmy L. Gaol. Op. Cit.. Hal. 33-34 39 manajer untuk mengatasi masalah. Perangkat keras komputer adalah peralatan fisik yang digunakan untuk masukan, mengolah, dan mengeluarkan aktivitas dalam sebuah sistem informasi. Perangkat lunak terdiri atas perintah program yang terinci yang mengendalikan dan menyelaraskan komponen perangkat keras dalam suatu sistem informasi. 2.9. Definisi Intranet Menurut Kenneth C. Lauden 56 “Intranet adalah jaringan organisasi internal yang bisa memberikan akses data di lintas perusahaan.” Pendapat lainnya adalah: 57 “Intranet adalah sistem jaringan yang hanya bisa digunakan untuk keperluan internal dan hanya bisa diakses oleh anggota organisasi. Biasanya hanya bisa digunakan untuk saling mengirimkan dan menerima informasi dan laporan antar karyawan.” Peneliti menyimpulkan intranet adalah sistem jaringan komunikasi yang hanya bisa diakses dalam internal perusahaan dan bersifat seperti internet, yang memungkinkan kita untuk melakukan komunikasi interaktif dan akses data internal perusahaan. 2. 9.1. Kelebihan Intranet Intranet membantu organisasi untuk menciptakan lingkungan informasi yang responsif dan kaya. Prinsip penggunaan intranet adalah menciptakan tempat penyimpanan untuk informasi yang bisa diperbarui sesering mungkin. 56 Lauden, Kenneth C. dan Lauden, Jane P. Management Information System: Managing the Digital Firm. New Jersey: Prentice-Hall, Inc 2004. Hal. 410 57 Sutedjo, 2003. Op. Cit. Hal. 92 40 Keuntungan-keuntungan Organisasi dari pemanfaatan intranet adalah: 58 1. Konektivitas: mudah diakses dari sebagian besar platform komputer 2. Bisa diikat dengan sistem internal perusahaan dan database dari transaksi inti 3. Mudah diperluas atau diringkas sesuai kebutuhan perubahan platform 4. Mudah digunakan, antar muka Web universal 5. Biaya pemasangan murah 6. Informasi yang dibawanya lebih kaya dan responsif 7. Mengurangi biaya distribusi informasi Selain itu, Agung Laksamana 59 juga mengatakan bahwa dengan maraknya intranet kita bisa melihat beberapa manfaat positif yang nyata berikut: 1. Implementasi tidak mahal 2. Mudah digunakan, tinggal klik saja 3. Hemat waktu dan uang, informasi lebih banyak dan cepat 4. Mengacu pada standar keterbukaan 5. Terukur dan fleksibel 6. Koneksi di seluruh akses 7. Pengguna bisa mengontrol datanya 8. Akses cepat pada informasi 58 59 Lauden. Op. Cit. 2004. Hal. 178 Agung Laksamana.. Internal Public Relations. Republika. Jakarta. 2010. Hal. 71 41 9. Pengambilan keputusan bisa cepat 10. Berbagi ilmu Berikut adalah gambar pengguna Intranet menurut Agung Laksamana 60: Gambar 2. Pengguna Intranet 2.10. Komputer Sudarman 61 memberikan pengertian mengenai komputer yaitu perangkat elektronik yang dapat dipakai untuk mengolah data dengan perantaraan sebuah program yang mampu memberikan informasi dan hasil dari pengolahan tersebut. 2.11 Pengertian Efektivitas Pengertian efektivitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektivitas menurut Hidayat (1986) 62 yang menjelaskan bahwa: 60 Agung Laksamana. Op. Cit. Hal. 71 Sudarman P. Belajar Efektif di Perguruan Tinggi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media 2007. Hal. 8 62 http://dansite.wordpress.com/2009/03/28/pengertian-efektivitas 61 42 “Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya”. Sedangkan pengertian efektivitas menurut Schemerhon John R. Jr. (1986:35) adalah sebagai berikut: “Efektivitas adalah pencapaian target output yang diukur dengan cara membandingkan output anggaran atau seharusnya (OA) dengan output realisasi atau sesungguhnya (OS), jika (OA) > (OS) disebut efektif”. Adapun pengertian efektivitas menurut Prasetyo Budi Saksono (1984) adalah: 63 “Efektivitas adalah seberapa besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan output yang diharapkan dari sejumlah input“. Dari pengertian-pengertian efektivitas tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Berdasarkan hal tersebut maka untuk mencari tingkat efektivitas dapat digunakan rumus sebagai berikut: Efektivitas = Ouput Aktual/Output Target >=1 Ø Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan lebih besar atau sama dengan 1 (satu), maka akan tercapai efektivitas. Ø Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan kurang daripada 1 (satu), maka efektivitas tidak tercapai. 63 http://yudhim.blogspot.com/2008/01/contoh-karya-tulis.html 43 Menurut Hani T. Handoko 64 merumuskan definisi efektivitas sebagai berikut: "Efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang telah ditetapkan". Sementara ada yang mengatakan bahwa "Efektivitas adalah kesanggupan untuk mewujudkan suatu tujuan". Efektivitas menurut Henry Subiakto 65 adalah menyangkut bagaimana penerima tindakan melakukan sesuai dengan makna yang diinginkan oleh si pengirim. Menurut kamus bahasa Indonesia, efektivitas adalah suatu keadaan yang berhasil guna. Dari rumusan-rumusan tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas merupakan kemampuan atau kesanggupan memilih dan mewujudkan tujuan secara tepat. 2.11.1. Efektivitas Komunikasi dan Media Internal Efektivitas menurut Hidayat (1996) adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, dan waktu) yang dicapai. Semakin besar persentase target yang dicapai semakin tinggi tingkat efektivitasnya. Setiap organisasi memiliki suatu tujuan, salah satunya adalah peningkatan efektivitas. Hal tersebut karena adanya pengertian bahwa secara fungsional kinerja suatu sistem ditentukan oleh kehebatan dalam pencapaian sasaran atau tujuan. 64 65 Hani T. Handoko. Pengantar Manajemen. Edisi II BPFE Jogjakarta 1986. Hal. 31 Henry Subiakto. Studi Efek Media Massa dalam Komunikasi Politik, Jakarta, 1996, hal. 192 44 Pendapat lain tentang efektivitas menurut Gibson (1991) adalah pencapaian sasaran yang ditelah disepakati atas usaha bersama. Konsep ini berdasarkan pada pendekatan tujuan yang bertujuan untuk menentukan dan mengevaluasi tujuan itu sendiri. Definisi umum efektivitas menurut Andre Hardjana adalah: 66 1. Mengajarkan hal-hal yang benar, sesuai dengan yang seharusnya diselesaikan sesuai dengan rencana dan aturannya. 2. Mencapai tingkat di atas pesaing, mampu menjadi terbaik dengan lawan yang lain sebagai yang terbaik 3. Membawa hasil, apa yang telah dikerjakan mampu memberi hasil yang bermanfaat 4. Menangani tantangan masa depan, semua yang telah direncanakan dan hasil yang dicapai bermanfaat bagi masa depan 5. Meningkatkan keuntungan atau laba, hasil yang diperoleh memberi keuntungan atau laba 6. Mengoptimalkan penggunaan sumber daya, sumber daya yang dipakai telah optimal digunakan sampai tingkat maksimum Efektivitas dalam komunikasi adalah bagaimana komunikator (pengirim pesan) dan komunikan (penerima pesan) menimbulkan pengertian yang sama tentang suatu efek (pesan). Efektivitas suatu media internal dapat diukur dengan 66 Andre Hardjana. Audit Komunikasi. Teori Praktek. Jakarta. PT. Grasindo. 2000. Hal. 24 45 melakukan evaluasi terhadap media internal tersebut. Evaluasi merupakan salah satu fungsi manajemen yang menurut Steele 67 adalah proses penilaian secara sistematis tentang nilai, tujuan, efektivitas atau ketepatan sesuatu berdasarkan kriteria dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Artinya, dalam evaluasi kita memberi makna, tujuan, efektivitas atau kesesuaian program dengan acuan pada dua hal yaitu standar atau kriteria dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektivitas adalah kemampuan untuk menentukan sasaran yang tepat dan melakukan hal-hal yang benar, mencapai tingkat di atas pesaing, membawa hasil yang baik, menangani tantangan masa depan, meningkatkan keuntungan, mengoptimalkan penggunaan sumber daya. Dalam efektivitas komunikasi, kriteria yang digunakan adalah siapa penerima atau pemakai (receiver / user), isi pesan (content), ketepatan waktu (timing), media komunikasi (media), dan pengirim/sumber (sender/source). Efektivitas dalam penelitian ini adalah bagaimana Media Intra Garuda dapat memenuhi kebutuhan informasi karyawan Garuda Indonesia (Persero) di Cengkareng. Empat hal pokok yang sangat mempengaruhi tingkat efektivitas humas internal: 1. Transparansi pihak manajemen tentang segala aktivitas perusahaan 67 Yosal Iriantara. Community Relations. Konsep dan Aplikasinya. Bandung: Simbiosa Rekatama Media 2004. Hal. 147 46 2. Kesadaran pihak manajemen akan nilai dan arti penting komunikasi dengan para karyawan 3. Kompetensi seorang pemimpin 4. Dukungan seluruh sumber daya yang ada di perusahaan Menurut Andre Hardjana 68 , efektivitas media internal dapat diukur berdasarkan: 1. Penerima/pemakai: penerima pesan vs penerima yang dituju Artinya, penerima pesan merupakan obyek yang diharapkan untuk membina pesan tersebut 2. Isi: yang diterima/tersalur vs yang dimaksudkan Artinya, isi pesan yang diterima memang sesuai dengan yang dimaksudkan oleh pengirim pesan. 3. Ketepatan waktu: sesuai jadwal vs menyimpang jadwal Artinya: pesan yang dimaksudkan sampai kepada penerima pesan tepat pada waktunya. 4. Media: Saluran yang dimaksud vs saluran yang digunakan Artinya, media yang digunakan untuk menyampaikan pesan sesuai dengan kebutuhan dan diharapkan oleh pengirim pesan dan penerima pesan 5. Format: struktur yang diterima vs yang dikirim Artinya, terdapat kesesuaian format antara yang dimaksudkan oleh 68 Andre Harjana. Op. Cit. Hal. 24 47 pengirim dengan penerima 6. Sumber: orang yang melakukan vs bertanggung jawab Artinya, ada kejelasan sumber yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga pesan yang disampaikan akurat.