LAPORAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT F5. Pencegahan

advertisement
LAPORAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT
F5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular
DEMAM THYPHOID
Disusun oleh :
dr. Misbah Hari Cahyadi
DOKTER INTERNSHIP ANGKATAN XIII
PERIODE 16 APRIL – 15 AGUSTUS 2014
PUSKESMAS DHARMA RINI KABUPATEN TEMANGGUNG
1
BAB I
LATAR BELAKANG
Demam typhoid merupakan permasalahan kesehatan penting di banyak
negara berkembang. Secara global, diperkirakan 17 juta orang mengidap penyakit
ini tiap tahunnya. Di Indonesia diperkirakan insiden demam typhoid adalah 300 –
810 kasus per 100.000 penduduk pertahun, dengan angka kematian 2%. Demam
typhoid merupakan salah satu dari penyakit infeksi terpenting. Penyakit ini di
seluruh daerah di provinsi ini merupakan penyakit infeksi terbanyak keempat
yang dilaporkan dari seluruh 24 kabupaten. Di Sulawesi Selatan melaporkan
demam typhoid melebihi 2500/100.000 penduduk.
Demam tifoid atau typhus abdominalls adalah penyakit sistemik akut
yang ditandai demam akut akibat infeksi Salmonella sp (lebih dari 500 sp).
Spesies yang sering dikenal di klinik adalah Salmonella typhi, Salmonella
paratyphi A, B, C. Demam tifoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung
pada iklim. Kebersihan perorangan yang buruk merupakan sumber dari penyakit
ini meskipun lingkungan hidup umumnya adalah baik.
Besarnya angka pasti kasus demam tifoid di dunia sangat sulit ditentukan
karena penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spektrum klinis yang sangat
luas. Data World Health Organization (WHO) tahun 2003 memperkirakan
terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi
600.000 kasus kematian tiap tahun. Di negara berkembang, kasus demam tifoid
dilaporkan sebagai penyakit endemis dimana 95% merupakan kasus rawat jalan
sehingga insidensi yang sebenarnya adalah 15-25 kali lebih besar dari laporan
rawat inap di rumah sakit. Di Indonesia penderita Demam Tifoid cukup banyak
diperkirakan 800/100.000 penduduk per tahun dan tersebar secara merata.
Ditemukan hampir sepanjang tahun, terutama pada musim panas. Demam tifoid
dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling sering pada anak besar,
umur 5- 9 tahun dan laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan perbandingan
2-3. Insidensi Demam tifoid di daerah pedesaan 358/100.000 penduduk/tahun dan
di daerah perkotaan 760/100.000 penduduk/tahun atau sekitar 600.000 dan 1.5
2
juta kasus per tahun. Umur penderita yang terkena di Indonesia dilaporkan antara
3-19 tahun pada 91% kasus.
Penularan dapat terjadi dimana saja, kapan saja, sejak usia seseorang
mulai dapat mengkonsumsi makanan dari luar, apabila makanan atau minuman
yang dikonsumsi kurang bersih. Biasanya baru dipikirkan suatu demam tifoid bila
terdapat demam terus-menerus lebih dari 1 minggu yang tidak dapat turun dengan
obat demam dan diperkuat dengan kesan pasien baring pasif, nampak pucat, sakit
perut, tidak buang air besar atau diare beberapa hari.
3
BAB II
PERMASALAHAN
Permasalahan yang penulis jumpai adalah seorang ibu berusia 45 tahun dengan demam
thyphoid.
Data Pribadi
Nama
: Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia
: 45 tahun
Agama
: Islam
Alamat
: Banyuurip Temanggung
Anamnesis dilakukan tanggal 21 Juli 2014 di ruang BP umum Puskesmas Dharma Rini
Anamnesis
Keluhan Utama : Demam
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan demam sejak 6 hari. Demam dirasakan
terutama sore hari, naik perlahan, kadang disertai menggigil (hari pertama dan kedua)
Demam disertai mual, muntah sebanyak 2 kali, pusing yang sangat, lidah terasa pahit
jika makan dan nafsu makan berkurang. Demam tidak disertai pilek dan batuk. Pasien
juga mengeluh sulit buang air besar, buang air kecil seperti biasa.
Pasien sebelumnya sudah mengkonsumsi obat warung (paramec). Demam dirasakan
berkurang, tetapi demam kembali terjadi jika obat dihentikan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat demam berdarah (-)
Riwayat demam thyphoid (-)
Riwayat alergi (-)
Riwayat penyakit jantung (-), penyakit ginjal (-)
Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan
Tidak ada yang mengalami keluhan serupa.
Riwayat sakit jantung (-)
Riwayat alergi (-)
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal bersama suami, dan 2 orang anak.suami bekerja sebagai pedagang.
Penghasilan rata-rata 1 bulan ± Rp 2.000.000,00. Biaya pengobatan ditanggung sendiri.
Kesan sosial ekonomi cukup.
Pemeriksaan fisik
4
Dilakukan di BP umum Puskesmas Dharma Rini pada hari senin 21 Juli 2014
Keadaan Umum : pucat, tampak sakit sedang
Kesadaran
: E4M6V5 = 15, Composmentis
Tanda vital
:
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 87 x/menit, regular, isi cukup
RR
: 22 x / menit
Suhu
: 38,6 °C
Pemeriksaan status generalis :
Kepala
: tidak tampak kelainan
Mata
: mata tampak cekung (+), konjungtiva anemis (-),sclera
ikterik (-)
Telinga
: sekret (-), nyeri tekan tragus -/-
Hidung
: sekret (-), nafas cuping hidung (-), epistaksis (-)
Mulut
: faring hiperemis (-), tonsil T1-T1, lidah tampak kotor
Leher
: tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thorax
: bentuk normal, simetris statis dinamis
Paru
:
Inspeksi
: dalam keadaan statis simetris, dalam keadaan dinamis tidak
ada ketinggalan gerak.
Palpasi
: stem fremitus paru kanan sama dengan paru kiri
Perkusi
: sonor di kedua lapang paru, batas paru normal
Auskultasi
: suara nafas vesikuler, ronkhi (-)
Jantung
:
Inspeksi
: iktus kordis tidak tampak
Palpasi
: iktus kordis teraba di SIC V
Perkusi
: konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi
: 87 kali/menit, regular, gallop(-), murmur (-)
Abdomen
:
Inspeksi
: datar
Palpasi
: supel, nyeri tekan epigastrium (+), turgor baik, hepar dan lien
tidak teraba
Perkusi
: timpani, PS (+), PA (-)
Auskultasi
: bising usus normal
5
Ekstremitas
:
Superior
Inferior
Oedem
-/-
- /-
Sianosis
- /-
- /-
Clubbing
-/-
-/-
Ptekie
(-)
Capp. Refill
<2/<2 detik
<2/<2 detik
Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien dilakukan pemeriksaan Widal pada tanggal 21 Juli 2014 untuk mengkonfirmasi
diagnosis penyakit didapatkan hasil :
Titer Salmonella thypii H : 1/80
Titer Salmonella thypii O : 1/160
6
BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
Setelah mendapat permasalahan, maka yang dilakukan selanjutnya adalah intervensi.
Intervensi
yang
akan
dilakukan
adalah
dengan
memberikan
terapi
baik
terapi
nonmedikamentosa dan terapi medikamentosa. Terapi nonmedikamentosa adalah dengan
melakukan edukasi langsung kepada keluarga pasien , sedangkan terapi medikamentosa
adalah dengan pemberian obat.
7
BAB IV
PELAKSANAAN
Terapi non medikamentosa dan terapi medikamentosa diberikan pada hari Senin, 21 Juli
2014. Terapi non medikamentosa berupa edukasi kepada ibu pasien meliputi :
 Informasi mengenai penyakit yang diderita pasien saat ini
 Informasi mengenai cara penularan penyakit
Terapi medikamentosa yang diberikan yaitu :
R/ Chloramphenicol tab 500 mg 3 x 1 tab p.c.
Paracetamol tab 500 mg 3 x 1 tab p.c.
Ranitidin tab 150 mg 2 x 1 tab a.c.
Vitamin Bc tab 1 x 1 tab p.c.
8
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan balik
kepada pasien anak perempuan pasien yang ikut mendampingi pasien setelah diberikan
edukasi mengenai penyakit, cara pencegahan, diet yang harus dikonsumsi selama masih
dalam masa penyembuhan, guna mengetahui seberapa besar ibu pasien telah menerima
semua informasi yang diberikan. Selain itu diedukasi pula cara meminum obat yang sesuai,
dan perintah untuk menghabiskan obat yang diberikan walaupun kondisi pasien telah
membaik, serta kontrol jika obat habis.
Komentar/Feedback
Temanggung,
Mengetahui,
Pendamping Dokter Internship
Juli 2014
Peserta
dr. Novelia Dian T.
NIP. 19621104 199010 2001
dr. Misbah Hari Cahyadi
9
DAFTAR PUSTAKA
Background Document.2003.The Diagnosis, Treatment and Prevention of Thypoid
Fever. Comunicable Disease Surveillance and Response Vaccinase and
Biologicals. WHO.
Bhutta ZA. 2006.Clinical Review. Current Concepts in the Diagnosis and Treatment
of Thypoid Fever. BMJ; 333: 78-82
Braunwald. 2008.Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th Edition, New York,
Brush, John L. 2009. Typhoid Fever, in http:// emedicine.medscape.com/article
231135-overview dikunjungi pada 20 Februari 2011.
Jawetz Ernest et al. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Alih Bahasa : Nugroho Edi,
Maulani RF. Jakarta EGC
Ranjan L.Fernando et al. 2001. Tropical Infectious Diseases Epidemiology,
Investigation, Diagnosis and Management, London,;45:270-272
Widodo Djoko. 2007. Demam Tifoid didalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
III edisi IV. Jakarta FKUI
10
Download