BAB III KESIMPULAN Masakan Jepang atau nihon ryoori adalah masakan yang dimasak dengan menggunakan bahan-bahan yang diambil di wilayah Jepang dan sekitarnya. Teknik memasak masakan Jepang dibuat oleh nenek moyang orang Jepang dan secara turun-temurun digunakan sebagai panduan sampai sekarang. Masakan Jepang sama sekali tidak menggunakan bumbu berupa rempah-rempah dari bijibijian ataupun penyedap berupa biji-bijian yang harus ditumbuk atau dihaluskan. Masakan Jepang juga tidak menggunakan bumbu yang berbau tajam seperti bawang putih. Bumbu yang digunakan dalam masakan Jepang sangat sederhana namun dapat membuat sebuah masakan menjadi lezat. Masakan Jepang memiliki lima bumbu dasar yang selalu digunakan dalam sebagian besar masakan di Jepang. Kelima bumbu dasar tersebut adalah satoo yang berarti gula, shio yang berarti garam, su yang berarti cuka, seuyu atau shoyu, dan miso yang dikenal denan istilah choomiryoo no sa-shi-su-se-so. Sa-shi-su-seso merupakan urutan dalam daftar huruf hiragana, yang pelafalannya digunakan untuk mempermudah dalam menghafal kelima bumbu dasar tersebut beserta urutan memasukkannya ke dalam masakan. Tata cara penggunaan choomiryoo no sa-shi-su-se-so juga penting. Choomiryoo no sa-shi-su-se-so harus digunakan sesuai dengan urutannya, meskipun dalam masakan Jepang hanya digunakan sekitar dua sampai tiga bumbu 44 45 dari kelima bumbu dasar tersebut untuk setiap masakan. Ada beberapa bumbu yang rentan terhadap panas seperti shoyu dan miso, sehingga selalu ditambahkan terakhir pada masakan. Kelima bumbu dasar tersebut mewakili lima rasa yang kuat, yaitu rasa manis, rasa asin, rasa asam, rasa pahit dan rasa gurih atau umami. Penggunaan choomiryoo no sa-shi-su-se-so secara berurutan pada suatu masakan bukan semata-mata untuk memberikan kesan praktis dan unik, tetapi juga bisa membuat masakan menjadi kaya rasa. Setiap unsur dari sa-shi-su-se-so mempunyai fungsi dan manfaat tersendiri dalam masakan. Penyerapan rasa manis pada proses memasak membutuhkan waktu yang lama. Penambahan gula ke dalam masakan Jepang sebagai bumbu urutan pertama sangat dianjurkan. Garam atau bumbu lainnya yang digunakan sebelum gula akan menyebabkan gula sulit menyerap ke dalam masakan. Gula akan memberikan rasa manis dan gurih pada masakan. Garam juga ditambahkan pada awal setelah penambahan gula dalam masakan. Molekul garam yang kecil memudahkan garam menyerap ke dalam bahan masakan. Penyerapan garam yang tinggi tidak hanya menyedapkan masakan tetapi juga berfungsi mengeluarkan kandungan air dari dalam bahan masakan, khususnya pada sayur sehingga kelembapan dalam masakan dapat berkurang. Garam juga dapat menghilangkan bau amis pada ikan. Kemampuan garam yang dapat mengurangi kelembapan pada masakan menjadikan cuka digunakan setelah garam. Penggunaannya harus diperhatikan karena cuka tidak akan meserap ke dalam bahan masakan apabila masakan 46 tersebut dalam kondisi lembab. Cuka yang diberikan saat masakan akan matang membuat aroma khas yang ada pada cuka tidak hilang dari masakan. Shoyu dan miso ditambahkan terakhir karena keduanya merupakan bumbu masakan yang mengalami proses fermentasi, sama dengan cuka. Shoyu dan miso rentan terhadap panas. Shoyu dan miso sama-sama memiliki aroma yang khas, apabila dimasukkan pada awal mengakibatkan aroma khas pada shoyu dan miso akan hilang karena panas saat proses memasak. Shoyu dan miso adalah bumbu masak khas dari Jepang yang berfungsi menyedapkan masakan. Aturan dalam choomiryoo no sa-shi-su-se-so menjadi acuan penting dalam setiap masakan Jepang apabila masih perlu menambahkan beberapa bumbu yang ada pada choomiryoo no sa-shi-su-se-so dapat ditambahkan kembali sesudah penggunaan choumiryoo no sa-shi-su-se-so dan juga harus sesuai dengan aturan penggunaannya. Pengurutan choomiryoo no sa-shi-su-se-so bukan semata-mata karena sama dengan pelafalan huruf hiragana dalam bahasa Jepang, lebih dari itu karena setiap bumbu dalam choomiryoo no sa-shi-su-se-so memiliki fungsi tersendiri pada masakan sehingga masakan menjadi tidak hanya enak tapi juga masih tetap terjaga kandungan nutrisinya.