ANALISIS PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE EVA (ECONOMIC VALUE ADDED), MVA (MARKET VALUE ADDED) DAN CVA (CASH VALUE ADDED) PADA SUB SEKTOR SEMEN YANG TERDAFTAR DI BEI (PERIODE 2012-2015) Ayu Widya Rachmawati 21212301 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang dan berada dalam tahap pembangunan yang pesat. Pembangunannya antara lain dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya. Indonesia juga tak lepas dari pembangunan fisik Dalam pembangunan fisik tersebut bahan pokok utama yang diperlukan salah satunya adalah semen. PENDAHULUAN (Lanjutan) • Asosiasi Semen Indonesia (ASI) menyatakan perkembangan industri semen di Indonesia untuk semen, terhitung sejak tahun 2012 telah mengalami beberapa perubahan dengan dilakukannya pembangunan atau perluasan dari pabrik-pabrik existing sebagai upaya dalam meningkatkan kemampuan pasok semen terutama untuk memenuhi kebutuhan pasar semen di dalam negeri akan diperkirakan terus mengalami peningkatan hingga tahun 2016. PENDAHULUAN (Lanjutan) • Pengukuran kinerja pada penciptaan nilai (value creation), atau Value Based Management (VBM) diharapkan perusahaan tidak hanya dapat menghasilkan keuntungan (profit) yang sebesar-besarnya, akan tetapi perusahaan juga dapat memberikan nilai tambah kepada para pemegang saham dan stakeholders yang lainnya dapat diukur dengan beberapa alat, yaitu Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA) dan Cash Value Added (CVA). PENDAHULUAN (Lanjutan) • Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) mulai digunakan untuk mengukur kinerja keuangan oleh perusahaan sebagai salah satu upaya untuk menghubungkan antara kepentingan manajemen perusahaan dengan pemegang saham perusahaan. EVA dan MVA merupakan salah satu cara yang tepat untuk dapat mengetahui kinerja keuangan perusahaan dalam rangka peningkatan kesejahteraan para penyandang dana (Nanda Karprilano & Siti Aisjah:2012). • Metode Cash Value Added (CVA) memiliki konsep yang mirip dengan EVA. Perbedaan dari keduanya adalah CVA menggunakan aliran kas dari operasi sebagai dasar perhitungan laba perusahaan. (Edriaty, 2012) PENDAHULUAN (Lanjutan) Rumusan Masalah • Bagaimana kinerja keuangan perusahaan pada sub sektor semen yang terdaftar di BEI periode 2012-2015 diukur dengan menggunakan metode EVA (Economic Value Added), MVA (Market Value Added) dan CVA (Cash Value Added)? Batasan Masalah • Hanya membahas masalah pada pengukuran kinerja keuangan perusahaan pada sub sektor semen yang terdaftar di BEI periode 2012-2015 diukur dengan menggunakan metode EVA (Economic Value Added), MVA (Market Value Added) dan CVA (Cash Value Added). PENDAHULUAN (Lanjutan) Tujuan Penelitian • Untuk menganalisa kinerja keuangan perusahaan pada sub sektor semen yang terdaftar di BEI periode 2012-2015 diukur dengan menggunakan metode EVA (Economic Value Added). • Untuk menganalisa kinerja keuangan perusahaan pada sub sektor semen yang terdaftar di BEI periode 2012-2015 diukur dengan menggunakan metode MVA (Market Value Added). • Untuk menganalisa kinerja keuangan perusahaan pada sub sektor semen yang terdaftar di BEI periode 2012-2015 diukur dengan menggunakan metode CVA (Cash Value Added). PENDAHULUAN (Lanjutan) Objek Penelitian • Perusahaan sektor industri dasar dan kimia dalam sub sektor semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu: 1. Indocement Tunggal Prakasa Tbk 2. Semen Baturaja (Persero) Tbk 3. Holcim Indonesia Tbk 4. Semen Indonesia (Persero) Tbk 5. Wijaya Karya Beton Tbk • Namun adanya ketersediaan data yang didapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) maupun dalam sistem online pada periode tahun 2012-2015, maka perusahaan yang diteliti adalah 1. Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) 2. Holcim Indonesia Tbk (SMCB) 3. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) PEMBAHASAN Hasil Penelitian • Menggunakan metode EVA (Economic Value Added) PEMBAHASAN Hasil Penelitian • Menggunakan metode MVA (Market Value Added) PEMBAHASAN Hasil Penelitian • Menggunakan metode CVA (Cash Value Added) KESIMPULAN Metode EVA (Economic Value Added) Metode MVA (Market Value Added) Metode CVA (Cash Value Added) • PT Indocement Tunggal Prakasa TBK sepanjang tahun 2012-2015 dapat menghasilkan EVA > 0 (positif) • PT Holcim Indonesia TBK sepanjang tahun 2012-2015 tidak sepanjang tahun periode tersebut mendapatkan hasil EVA yang positif, pada tahun 2015 triwulan kedua dan ketiga menghasilkan EVA < 0 (negatif) • PT Semen Indonesia (persero) TBK sepanjang tahun 20122015 dapat menghasilkan EVA > 0 (positif) • PT Indocement Tunggal Prakasa TBK sepanjang tahun 2012-2015 dapat menghasilkan MVA > 0 (positif) • PT Holcim Indonesia TBK sepanjang tahun 2012-2015 dapat menghasilkan MVA > 0 (positif) • PT Semen Indonesia (persero) TBK sepanjang tahun 2012-2015 dapat menghasilkan MVA > 0 (positif) • PT Indocement Tunggal Prakasa TBK sepanjang tahun 2012-2015 secara umum dapat menghasilkan CVA > 0 (positif). Kecuali pada triwulan pertama 2014 CVA yang dimiliki memiliki nilai yang negatif. • PT Holcim Indonesia TBK sepanjang tahun 2012-2015 kurang mendapatkan hasil CVA yang baik. Pada tahun 2012 triwulan pertama dan kedua, tahun 2014 triwulan pertama, kedua dan ketiga serta sepanjang tahun 2015 menghasilkan CVA yang mencapai kurang dari nol (negatif). • PT Semen Indonesia (persero) TBK sepanjang tahun 2012-2015 dapat menghasilkan CVA yang tinggi atau CVA > 0 (positif). KESIMPULAN (Lanjutan) • Kinerja keuangan perusahaan triwulan periode 2012-2015 dengan menggunakan metode EVA (Economic Value Added), MVA (Market Value Added) dan CVA (Cash Value Added) secara umum menghasilkan EVA, MVA dan CVA yang positif. Meskipun masih ada beberapa nilai yang negatif pada PT Holcim Indonesia TBK. Nilai positif ini menggambarkan perusahaan memiliki nilai tambah ekonomis dalam kegiatan operasinya, mampu meningkatkan kekayaan pemegang saham dan mampu menghasilkan kas untuk menciptakan keuntungan yang likuid. • Peringkat dari yang tertinggi hingga terendah penilaian kinerja perusahaan menggunakan metode EVA, MVA dan CVA : 1. PT Semen Indonesia (persero) TBK 2. PT Indocement Tunggal Prakasa TBK 3. PT Holcim Indonesia TBK SARAN • Perusahaan harus memperhatikan pendapatan seperti NOPAT agar menciptakan nilai EVA yang lebih besar. • Perusahaan juga harus memperhatikan Capital Charge seperti Ekuitas, Total Hutang dan Modal dari Hutangnya, sehingga tidak membuat Capital Charge menjadi besar dan mengurangi dari nilai EVA itu sendiri. • Dilihat dari sisi MVA, perusahaan harus mampu mempertahankan nilai saham dipasaran dengan cara mempertahankan mutu produk yang akan mempengaruhi nilai harga saham itu sendiri. • Untuk metode CVA, perusahaan hendaknya mampu menghasilkan kas yang lebih untuk tahun mendatang untuk menciptakan keuntungan yang likuid dari satu periode ke periode berikutnya. TERIMA KASIH