二零 - GKA GLORIA

advertisement
|
215
| 二零
BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 215 | APRIL 2014
“Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa
yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan,
dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan." — Matius 20:19
Saran-saran Praktis
Bersaat Teduh
PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat
penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan
sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible!
PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu
tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab.
Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut:
Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit.
Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda.
Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan
Tuhan.
Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga
paham benar, kemudian renungkanlah.
Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan
refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan
pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu.
Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu
kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman
Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari
sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan)
PERSPEKTIF
www.gkagloria.or.id
Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya
Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272
Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282
Email: [email protected]
Rekening Bank: BCA a/c 256 532 5777
a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria
Penulis edisi 216:
Alex Lim, Alfred Jobeanto, Andree Kho, Bambang Tedjokusumo
Elok Chrisinar, Frengky Yohanes A., Ie David, Liem Sien Liong,
Liona Margareth, Musa Akbar HIM., Otniol H. Seba, Rohani,
Sahala Marpaung
Penerjemah: Tertiusanto
EDITORIAL
Allah Berdiam
M
anusia seringkali lebih mudah mempertanyakan
apa yang Tuhan kerjakan daripada mempertanyakan apa yang mereka lakukan dalam hidup
mereka. Sebagai contoh, manusia sering mempertanyakan, “Mengapa Tuhan hanya berdiam diri dan tidak menyatakan kuasa-Nya ketika manusia mengalami musibah
bencana alam dan sebagainya?” Apakah Allah tidak
mengasihi mereka? Apakah Allah telah kehilangan kuasa-Nya untuk mengatasi
hal-hal buruk yang menimpa manusia ciptaan-Nya?
Ketika mendengar pertanyaan ini, atau kita sendiri mempertanyakannya,
maka ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dan renungkan:
(1) Tuhan adalah Tuhan. Sejumlah pertanyaan yang kita ajukan kepada
Tuhan mengenai tindakan-Nya yang berdiam diri, ketika manusia mengalami
bencana alam dan sebagainya, sesungguhnya mencerminkan bahwa kita tidak
pernah mengakui Dia sebagai Tuhan. Sebaliknya, kita menempatkan Dia
sebagai pelayan manusia, yang layak dijejali sejumlah pertanyaan ketika dia
tidak berbuat apa-apa, atau tidak mengerjakan tugasnya dengan baik. Apakah
Tuhan seperti itu? Jelas tidak! Tuhan adalah Tuhan. Ia memiliki hak untuk
berdiam. Ia memiliki hak untuk mengerjakan kehendak-Nya. Ia memiliki hak
dalam segala sesuatu. Dia adalah Tuhan yang berkuasa dan berdaulat dalam
segala hal. Jika Dia adalah Tuhan dan kita adalah ciptaan-Nya, apakah ciptaan
berhak mempertanyakan apa yang dikerjakan sang Pencipta? Karena itu, jangan
pernah ragu dan bimbang terhadap sikap Tuhan yang berdiam diri dan nampak
tidak berbuat apa-apa ketika peristiwa buruk menimpa hidup kita. Bukankah Dia
adalah Tuhan yang dapat mereka-rekakan yang buruk menjadi kebaikan? (Kej.
50:20; Rm. 8:28).
(2) Akibat Dosa. Selain Tuhan berdiam diri karena Ia mengerjakan apa yang
dikehendaki-Nya, Ia juga berdiam diri karena dosa manusia. Ironisnya adalah,
manusia seringkali mempertanyakan perbuatan Tuhan, tetapi tidak
mempertanyakan perbuatannya sendiri. Banyak dosa yang telah manusia
lakukan, sehingga kehidupan manusia menjadi sulit. Tuhan berdiam diri karena
Ia tidak berkenan melihat dosa menusia; dan dosalah yang menjauhkan manusia
dari Tuhan dan segala berkat-Nya (Yes. 59:1-8).
(3) Serangan kuasa gelap. Peristiwa buruk yang menimpa manusia, tidak
saja akibat dosa, tetapi juga serangan kuasa gelap. Jika kuasa gelap melakukan
serangan, maka kondisi manusia menjadi buruk. Tujuannya adalah melalui
penderitaan itu, kita meragukan dan menyangkali kasih Allah. Masih ingatkah
Anda bagaimana Iblis mencobai Ayub agar menyangkal Allah dan kasih-Nya?
(4) Ujian. Tidak semua peristiwa buruk yang menimpa kita adalah akibat
kesalahan kita, tetapi ada maksud Tuhan di dalamnya, bagi pertumbuhan iman
kita. Allah mencoba (menguji) Abraham, agar imannya semakin kuat dan hidup
benar di hadapan-Nya. Allah membiarkan Ayub dicobai Iblis, agar semakin
mengenal Allah dengan benar. Karena itu, jika kita sedang dalam keadaan yang
buruk, ingatlah bahwa itu dapat melatih keteguhan iman kita.
01
SELASA
APRIL 2014
“Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik
dari perbendaharaan hatinya yang baik
dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat
dari perbendaharaannya yang jahat…” (Lukas 6:45)
Bacaan hari ini: Lukas 6:43-45
Bacaan setahun: Lukas 6:27-49
KESELARASAN HATI DAN PERBUATAN
S
ering kali kita mendengarkan orang berbicara demikian: “Kelakuan
orang tersebut [orang Kristen tersebut] mirip dengan orang yang
tidak beragama. Katanya Kristen, tapi kok seperti itu; sifat dan
perilakunya tidak seperti keyakinannya!” Tentu pernyataan seperti ini lahir
dari sebuah pengamatan yang terjadi di sekitar kehidupan orang tersebut.
Kalimat ini menunjukkan adanya suatu perilaku yang tidak selaras antara
apa yang diyakini dengan yang dilakukan. Ini adalah suatu kemunafikan.
Orang yang munafik adalah orang yang berpura-pura memiliki keyakinan
untuk setia kepada keyakinannya, namun perkataan dan perilakunya tidak
menunjukkan hal yang demikian. Orang munafik dapat diartikan juga orang
yang berkata-kata tentang sesuatu yang baik dan benar, namun hati dan
pikirannya tidaklah demikian.
Teks yang kita baca ini merupakan sub bagian dari konteks yang lebih
luas dalam Lukas 6:39-49, yang secara khusus berbicara tentang karakter
dari seorang murid, dalam hal ini adalah murid Kristus. Melalui bagian ini,
Tuhan Yesus ingin mengingatkan para murid, bagaimanakah seharusnya
mereka bersikap. Seorang murid Kristus harus bersikap benar, dalam arti,
apa yang ada di hatinya akan terungkap melalui tutur kata dan perilakunya.
Tuhan Yesus sedang memperingatkan tentang 2 argumen yang ada pada
zaman itu, bahwa hati yang tidak baik dapat mengeluarkan tutur kata dan
perilaku yang baik, ataupun sebaliknya, hati yang baik dapat mengeluarkan
tutur kata dan perilaku yang tidak baik. Keselarasan antara apa yang ada di
dalam hati dan yang keluar dari tutur kata dan perilaku, adalah dua hal yang
tidak dapat dipisahkan.
Itulah sebabnya Amsal mengingatkan, “Jagalah hati dengan segala
kewaspadaan, karena dari situlah akan terpancar kehidupan.” Pernyataan
ini mengandung sebuah kebenaran yang hakiki bahwa apa yang ada dalam
hati seseorang akan terungkap melalui perkataan dan perilaku seseorang.
Karena itu, seorang murid Kristus harus benar-benar menunjukkan bahwa
hati dan perbuatannya selaras.
STUDI PRIBADI: Apakah hati yang baik dapat mengeluarkan perbendaharaan yang jahat?
Mengapa demikian? Jelaskan!
Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka hidup mengasihi Tuhan dengan
segenap hati, sehingga mereka berjuang untuk menjadi berkat bagi orang
lain melalui perkataan dan perilaku hidupnya.
02
RABU
APRIL 2014
“Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya
oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya:
Jangan Menangis!…” (Lukas 7:13)
Bacaan hari ini: Lukas 7:11-17
Bacaan setahun: Lukas 7:1-30
BELAS KASIHAN YESUS ATAS JANDA DI NAIN
I
njil Lukas 7 secara umum menujukkan tentang perjalanan Tuhan Yesus
untuk melayani orang-orang lain di kota-kota yang berbeda. Dalam
Lukas 7:11-17 merupakan mujizat yang dilakukan oleh Tuhan Yesus,
yang tidak dicatat di dalam kitab injil yang lain. Mujizat ini adalah Tuhan
Yesus membangkitkan anak muda di Nain. Secara umum bahwa di dalam
cerita mujizat ini tidak ditekankan soal “iman” seperti di dalam kisah Tuhan
Yesus menyembuhkan hamba seorang perwira di Kapernaum (Luk. 7:110). Persoalannya, apakah iman tidak diperlukan dalam penyembuhan
orang sakit atau membangkitkan orang mati, yang dilakukan oleh Tuhan
Yesus? Iman pasti sangat diperlukan. Namun dalam bagian ini, khususnya
Lukas 7:11-17, penulis Injil Lukas ingin menekankan tentang figur Yesus
Kristus di dalam pelayanan-Nya. Itu sebabnya sangat ditekankan kepada
“apa yang Tuhan Yesus lakukan”.
Setidaknya, hal yang ditekankan berkaitan dengan cerita mujizat ini
adalah tentang belas kasihan Tuhan Yesus atas seorang janda (ay. 13).
Belas kasihan adalah sifat yang melekat di dalam diri Tuhan Yesus, tatkala
melihat suatu kondisi yang “miris” dalam melayani-Nya. Sifat belas kasihan
inilah yang kemudian mendorong Tuhan Yesus untuk melakukan sesuatu
bagi orang lain, terlebih khusus untuk menghibur dan menolong janda ini,
yakni dengan cara membangkitkan anaknya dari kematian. Memang tidak
selamanya penulis kitab-kitab Injil memakai kata “belas kasihan” dalam
seluruh pelayanan Tuhan Yesus. Namun kita dapat memahami bahwa
belas kasihan itu akan muncul di saat-saat yang tepat, sebagaimana hal itu
memang diperlukan dan bukan dibuat-buat atau didramatisir sebagaimana
yang banyak terjadi pada masa kini.
Pelajaran penting dalam bagian ini adalah: (1) Cerita mujizat haruslah
dipahami sesuai dengan konteksnya. Dalam hal ini, “mujizat” terjadi karena
belas kasihan dan otoritas Tuhan Yesus Kristus (ay. 13-15). (2) Hendaknya
belas kasihan menjadi bagian di dalam pelayanan yang kita lakukan, sama
seperti Kristus.
STUDI PRIBADI: Bagaimanakah perasaan Tuhan Yesus ketika melihat janda di Nain yang
ditinggal mati oleh anaknya? Apakah yang dapat kita pelajari dari kisah ini?
Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar memiliki kepekaan hati terhadap
mereka yang lemah dan juga percaya penuh pada kedaulatan Tuhan dalam
kehidupan mereka.
03
KAMIS
APRIL 2014
“Kata Yesus: Dengan apakah akan Kuumpamakan
orang-orang dari angkatan ini
dan dengan apakah mereka itu sama?” (Lukas 7:31)
Bacaan hari ini: Lukas 7:31-35
Bacaan setahun: Lukas 7:31-50
GENERASI YANG TIDAK PERCAYA
A
pakah semua orang Kristen pasti percaya kepada Tuhan Yesus
Kristus, yang adalah kebenaran Allah? Apakah semua orang-orang
yang belajar Alkitab juga percaya bahwa Tuhan Yesus adalah jalan
kebenaran? Tentu tidak semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus
Kristus mengakui hal itu. Meskipun mereka termasuk orang-orang yang
belajar Alkitab, belum tentu percaya bahwa Yesus adalah jalan kebenaran.
Hal yang penting dan harus diingat bahwa “percaya kepada Yesus Kristus”
merupakan suatu anugerah dari Allah, bukan suatu usaha manusia (bnd.
Ef. 2:8-9). Itu sebabnya pengetahuan dan pengalaman manusia tidak akan
dapat menuntun kepada iman yang sejati. Sebaliknya, iman yang sejati
selalu akan mencari pengertian dalam konteks kebenaran—kebenaran
menurut kitab suci.
Bagian ini menunjukkan bagaimana orang-orang Farisi dan ahli-ahli
Taurat berusaha menolak apa yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis (ay.
30). Dengan menolak apa yang dilakukan Yohanes Pembaptis, mereka
menolak apa yang diberitakan oleh Yohanes Pembaptis tentang Yesus
Kristus. Bahkan penolakan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat terhadap
Yohanes Pembaptis berdampak kepada penolakan Tuhan Yesus secara
langsung (ay. 23, 34). Benar-benar sangat menyedihkan! Orang-orang
yang seharusnya belajar kitab suci, memiliki tradisi pemahaman Firman
Allah di dalam tradisi Yudaisme yang ketat, ternyata tidak melihat pribadi
Tuhan Yesus Kristus sebagai bagian dari penggenapan Allah yang nyata.
Sebaliknya, mereka menolak-Nya dan tidak percaya kepada-Nya.
Kisah ini mengajarkan kita, bahwa iman dan keyakinan kepada Tuhan
Yesus Kristus hanya dapat dimiliki jika seseorang menerima anugerah dan
kemurahan Allah. Sebab tanpanya, meski ada usaha untuk mempelajari
dengan berbagai pengetahuan disertai dengan pengalaman keagamaan,
hal itu tidak mungkin membawa seseorang kepada iman dan keyakinan
yang benar. Andrew Murray menulis, Kristus akan selalu diterima dengan
iman, dan Allah telah meletakkan itu di dalam hati kita.
STUDI PRIBADI: Dari manakah datangnya iman kepada Yesus Kritus yang menyelamatkan
manusia berdosa? Mengapa? Jelaskan!
Berdoalah bagi pemberitaan Injil Tuhan di seluruh pelosok Indonesia, agar
Tuhan berkenan menyatakan kemurahan anugerah-Nya dan kebangunan
rohani dalam hidup para pendengar Injil.
04
JUMAT
APRIL 2014
“Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang,
yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati
yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.”
(Lukas 8:15)
Bacaan hari ini: Lukas 8:4-15
Bacaan setahun: Lukas 8:1-25
MENDENGAR FIRMAN SAJA TIDAK CUKUP
O
rang banyak berbondong-bondong datang untuk menggabungkan
diri pada Yesus. Mereka datang dari kota ke kota untuk melihat apa
yang Yesus lakukan dan mendengarkan apa yang Yesus ajarkan
(ay. 4). Namun demikian, Yesus tidak terkesan dengan orang banyak yang
mengikuti-Nya. Mengapa demikian? Karena Tuhan Yesus tahu bagaimana
kondisi rohani hati mereka yang sesungguhnya.
Perumpamaan mengenai penabur yang Tuhan Yesus katakan kepada
mereka sesungguhnya menyatakan bagaimana respon Yesus terhadap
orang banyak yang datang bergabung dengan-Nya. Melalui perumpamaan
tentang penabur tersebut, Tuhan Yesus ingin agar mereka memperhatikan
dan menanggapi pengajaran-Nya secara benar dengan mempercayai dan
melakukannya; bukannya hanya mendengarkan dan mendengarkannya,
tanpa mempercayai dan melakukannya. Bagaimana dengan kita?
Melalui perumpamaan ini, Tuhan Yesus hendak mengoreksi hati kita,
apakah hati kita seperti tanah yang baik sehingga firman Tuhan yang kita
dengar, bertumbuh dan menghasilkan buah seratus kali lipat; ataukah hati
kita seperti tanah yang berbatu-batu, setelah mendengarkan firman Tuhan,
bertumbuh, namun kemudian karena himpitan dunia menjadi kering dan
tidak berbuah sama sekali (ay. 5-8).
Dalam ayat 8 dan 18, Tuhan Yesus sekali lagi menegaskan kepada kita
bahwa sesungguhnya mendengar firman Tuhan saja tidak cukup; Tuhan
Yesus ingin agar kita menjadi pelaku firman Tuhan (ay. 21), bahkan ketika
ujian datang menimpa kehidupan, kita tetap memiliki hati yang sungguhsungguh teguh percaya kepada firman Tuhan (ay. 22-25).
Demikianlah keinginan Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya. Tuhan
rindu kita semua mempunyai sikap hati yang benar terhadap firman-Nya. Ia
mau kita mendengarkan firman-Nya, mempercayai dan mentaati perintahNya dan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga kita boleh
menjadi murid Tuhan yang sehat secara rohani, bertumbuh dan berbuah
berlipat kali ganda. Dengan demikian kita menyukakan hati-Nya.
STUDI PRIBADI: Sebagai murid-murid Tuhan, mengapa mendengarkan firman Tuhan saja
tidak cukup? Sesungguhnya apakah yang Tuhan inginkan dari kita? Mengapa demikian?
Doakanlah agar Jemaat GKA Gloria mengalami pertumbuhan dalam firman
Tuhan dan menghasilkan buah rohani yang berlipat kali ganda sehingga kita
boleh menyukakan hati Tuhan.
05
SABTU
APRIL 2014
“Lalu seluruh penduduk daerah Gerasa meminta kepada Yesus,
supaya Ia meninggalkan mereka, sebab mereka
sangat ketakutan. Maka naiklah Ia ke dalam perahu,
lalu berlayar kembali.” (Lukas 8:37)
Bacaan hari ini: Lukas 8:26-39
Bacaan setahun: Lukas 8:26-56
ORANG BANYAK MENOLAK YESUS
Y
esus dan murid-murid-Nya berlayar ke seberang danau Galilea (ay.
22, 26). Saat mereka mendarat di tanah Gerasa, datanglah seorang
laki-laki dari kota itu untuk menemui Dia. Ternyata orang itu dirasuki
setan-setan dan sudah lama ia tidak berpakaian dan tinggal di pekuburan
(ay. 26-27). Sungguh menyedihkan sekali keberadaannya. Ia telah menjadi
tawanan setan-setan selama ini (ay. 29).
Ketika melihat keberadaan orang tersebut, Tuhan memerintahkan roh
jahat yang merasukinya itu untuk keluar dari tubuhnya (ay. 29; Mrk. 5:8.).
Namun untuk mengusir roh jahat itu (ay. 30) ada harga yang harus dibayar.
Setan-setan itu memohon dengan ketakutan kepada Yesus agar jangan
memerintahkan mereka untuk masuk ke dalam jurang maut (ay. 31). Setansetan itu meminta, agar Ia memperkenankan mereka memasuki sejumlah
besar babi yang sedang mencari makan di lereng gunung saat itu (ay. 32).
Yesus pun mengabulkan permintaan mereka lalu dengan segera keluarlah
setan-setan itu dari orang itu dan pindah mamasuki babi-babi itu. Kemudian
kawanan babi itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau, dan mati lemas di
sana (ay. 33). Menurut catatan Injil Markus, jumlah kawanan babi tersebut
kira-kira dua ribu ekor (Mrk. 5:13). Suatu jumlah yang sangat besar apabila
di-kurs-kan. Peristiwa tersebut membuat para penjaga babi lari dan pergi
menceritakan hal itu di kota dan di kampung-kampung sekitarnya (ay. 34),
sehingga membuat banyak orang datang kepada Tuhan Yesus untuk
melihat perubahan hidup dari orang yang dirasuk setan itu.
Penyembuhan orang Gerasa yang kerasukan setan itu (Mat. 8:28)
seharusnya membuat Yesus disayangi mereka, namun alangkah anehnya
respon yang mereka tunjukkan kepada Yesus. Mereka justru menjadi
sangat ketakutan kepada Yesus, bahkan mengusir dan meminta Yesus
meninggalkan mereka (ay. 37). Mereka nampaknya lebih peduli pada babi
dan uang, daripada Yesus! Bagaimana dengan Anda? Apa Anda merasa
bahwa kehadiran dan karya Yesus di dalam hidup Anda dan orang lain,
merupakan ancaman atau kerugian besar bagi Anda?
STUDI PRIBADI: Mengapa mereka meminta kepada Yesus agar Ia meninggalkan mereka?
Apakah Anda merasa rugi akan kehadiran dan karya Yesus di dalam hidup Anda?
Berdoa agar orang Kristen melihat jiwa-jiwa yang belum diselamatkan begitu
berharga daripada harta atau uang mereka, sehingga mereka tidak merasa
rugi untuk membantu pekerjaan Tuhan.
06
MINGGU
APRIL 2014
“Tetapi Ia berkata kepada mereka: Kamu harus memberi
mereka makan! Mereka menjawab: Yang ada pada kami
tidak lebih dari pada lima roti dan dua ikan,…”
(Lukas 9:13)
Bacaan hari ini: Lukas 9:10-17
Bacaan setahun: Lukas 9:1-17
KRISTUS MEMAMPUKAN KITA
P
ada waktu hari mulai malam datanglah murid Yesus kepada-Nya dan
berkata: “Suruhlah orang banyak itu pergi, supaya mereka pergi ke
desa-desa dan kampung-kampung sekitar ini untuk mencari tempat
penginapan dan makanan, karena di sini kita berada di tempat yang sunyi.”
Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Kamu harus memberi mereka makan!”
Murid-murid menjawab: “Yang ada pada kami tidak lebih dari pada lima roti
dan dua ikan, kecuali kalau kami pergi membeli makanan untuk semua
orang banyak ini” (ay. 12-13).
Bagi murid-murid, apa yang Tuhan Yesus perintahkan adalah hal yang
mustahil untuk dilakukan. Mana mungkin memberi mereka semua makan?
Jumlah mereka lima ribu orang laki-laki, itu pun belum terhitung wanita dan
anak-anak. Para murid menyadari ketidakmampuan serta keterbatasan
mereka. Mereka begitu pesimis dengan ketidakmampuan mereka. Yang
ada pada mereka hanya ada dua ikan dan lima roti saja; dan itu pun bukan
punya mereka, tapi punya seorang anak kecil.
Namun bagi Yesus tidak ada yang tidak mungkin. Yesus meminta para
murid-Nya untuk menyuruh orang banyak itu duduk (ay. 14-15). Setelah itu,
Ia mengambil lima roti dan dua ikan yang dianggap tidak ada apa-apanya
itu, Ia menengadah ke langit, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan
roti itu dan memberikannya kepada para murid-Nya supaya dibagi-bagikan
kepada orang banyak. Ternyata lima roti dan dua ikan itu dapat memberi
mereka semua makan sampai kenyang; bahkan ketika potongan-potongan
roti yang sisa itu dikumpulkan, jumlahnya dua belas bakul (ay. 16-17). Luar
biasa! Di tangan Yesus tidak ada yang tidak mungkin.
Di dalam melayani Tuhan, kadang kita pun seperti murid-murid Tuhan.
Kita merasa tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi apa yang
diperintahkan-Nya. Kita sering pesimis, kita merasa tidak berdaya dan tidak
dapat berbuat apa-apa. Janganlah kita pesimis! Marilah kita menyerahkan
keterbatasan dan ketidakmampuan kita kepada Tuhan, dan menjadi berkat
bagi banyak orang.
STUDI PRIBADI: Apakah yang membuat kita mampu untuk melayani Tuhan? Jelaskan
alasannya!
Berdoalah agar para pelayan Tuhan tidak merasa pesimis dalam melakukan
pelayanannya, tetapi mau belajar untuk menyerahkan semua keterbatasan
dan ketidakmampuan mereka kepada Tuhan.
07
SENIN
APRIL 2014
“Katanya kepada mereka semua: Setiap orang
yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya,
memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.”
(Lukas 9:23)
Bacaan hari ini: Lukas 9:22-27
Bacaan setahun: Lukas 9:18-36
MENGIKUT YESUS
S
ebagai murid Kristus, kita dipanggil untuk menyangkal diri, memikul
salib setiap hari dan mengikuti-Nya. Tentu saja hal ini tidak mudah,
karena itu berarti kita siap untuk mematikan keinginan daging kita,
mengubah kebiasaan buruk kita, meninggalkan dosa-dosa kita, dan
meneladani kehidupan Tuhan Yesus.
Tuhan Yesus sendiri telah memberikan teladan bagi kita dengan taat
pada kehendak Bapa-Nya. Dalam Filipi 2:8 dikatakan, bahwa Tuhan Yesus
telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di
kayu salib. Jika Yesus saja rela taat sampai mati demi memenuhi kehendak
Bapa-Nya, demikian pula lah seharusnya kita.
Sayangnya, banyak orang mau mengikut Tuhan Yesus hanya sekadar
untuk mendapatkan berkat, tetapi ketika ia diminta untuk menyangkal diri,
memikul salib setiap hari, maka dengan mudah sekali ia memutuskan untuk
tidak mau mengikut Tuhan lagi atau mengikut Tuhan dengan setengah hati.
Padahal, tidak ada yang namanya mengikut Tuhan setengah-setengah.
Firman Tuhan dalam Matius 6:24 mengatakan, kita tidak bisa mengabdikan
diri kita kepada dua tuan. Kita tidak dapat mengabdi kepada Allah dan juga
kepada Mamon. Ketika kita mengikut Tuhan setengah hati, itu berarti kita
memutuskan untuk tidak mengikut Tuhan sama sekali.
Bukankah kita sering mendengar, ketika orang Kristen ditegur karena
dosanya, maka ia mengatakan bahwa hal itu sudah mendarah daging, tidak
bisa diubah lagi. Atau ia akan berkata, “Dari dulu aku memang pemarah, itu
sudah turunan.” Ada juga yang berkata, “Hidupku jadi begini ya karena
keluargaku berantakan.” Kita seringkali menyalahkan masa lalu, keluarga,
bahkan situasi, hanya karena kita sebenarnya memang tidak mau berubah.
Panggilan untuk menyangkal diri dan memikul salib dalam mengikut
Tuhan Yesus merupakan syarat yang tidak bisa ditawar-tawar! Siapapun
kita, ketika kita memutuskan untuk mengikut Tuhan Yesus, maka itu berarti
bahwa kita siap dan mau mematikan keinginan daging kita, meninggalkan
kebiasaan hidup yang penuh dosa.
STUDI PRIBADI: Apa arti pernyataan Tuhan Yesus dalam Lukas 9:24? Bagaimana muridmurid Tuhan Yesus menunjukkan sikap menyangkal diri dan memikul salib?
Berdoalah agar orang Kristen mau meninggalkan kebiasaan dan sikap-sikap
yang buruk dalam hidupnya sehingga kehidupannya bisa menjadi kesaksian
bagi orang banyak dan memuliakan Tuhan.
08
SELASA
APRIL 2014
“Barangsiapa menyambut anak ini dalam namaKu,
ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku...”
(Lukas 9:48)
Bacaan hari ini: Lukas 9:46-48
Bacaan setahun: Lukas 9:37-62
BELAJAR DARI ANAK KECIL
M
enjadi yang terbesar dan terkemuka merupakan idaman semua
orang, tidak terkecuali murid-murid Tuhan Yesus. Setelah peristiwa
Tuhan Yesus menyembuhkan seorang anak yang kerasukan
setan, maka dikatakan bahwa semua orang terheran-heran dengan apa
yang dilakukan oleh Tuhan Yesus; dan selagi mereka terpesona, Tuhan
Yesus menyampaikan akan penderitaan yang harus Ia alami. Ini adalah
pemberitahuan yang kedua. Tetapi firman Tuhan mengatakan mereka tidak
mengerti perkataan itu. Mengapa?
Sebenarnya perkataan itu cukup jelas, tetapi mereka tidak mau
memahaminya secara harafiah, mungkin karena hal itu tidak sesuai
dengan pemikiran mereka. Dan di tengah situasi yang demikian, di mana
seharusnya mereka berempati dengan penderitaan yang akan dialami oleh
Tuhan Yesus, mereka justru memperebutkan siapa yang terbesar di antara
mereka. Keinginan berlebihan akan kehormatan dan kedudukan adalah
dosa yang seringkali menggerogoti manusia, termasuk anak-anak Tuhan.
Kita semua selalu ingin menjadi yang terutama, yang dihormati, yang
memimpin dan memerintah. Tidak ada orang yang bercita-cita menjadi
yang terkecil, yang tidak dipandang, bahkan yang harus melayani. Tetapi,
Tuhan Yesus memberikan prinsip yang berbeda.
Tuhan Yesus mempergunakan seorang anak kecil sebagai ilustrasi
ketulusan hati yang tidak berpura-pura, sikap yang selalu mau belajar
dengan kerendahan hati dari Bapanya dan sikap bergantung sepenuhnya
pada pertolongan Bapanya. Anak kecil itu tidak memiliki kedudukan penting
di dalam masyarakat, sehingga melambangkan yang terkecil (ay. 48).
Tuhan Yesus mengajar bahwa orang yang terbesar dalam kerajaan
surga adalah orang yang memiliki hati seperti anak kecil itu, yang tulus
dalam tindakan dan ucapan, tidak ada kepura-puraan atau kemunafikan,
yang memiliki sikap selalu mau belajar dan bergantung pada Bapanya dan
yang senantiasa melakukan kehendak Bapa serta menyelesaikan
pekerjaan dengan baik. Adakah sikap yang demikian dalam diri kita?
STUDI PRIBADI: Mengapa Tuhan Yesus menggunakan anak kecil sebagai ilustrasi untuk
mengajarkan kepada murid-muridNya tentang “Siapa yang terbesar?” Jelaskan!
Berdoa agar kita tidak menjadi orang Kristen yang sombong secara rohani,
sehingga kita tidak mampu melihat visi Allah dalam hidup kita dan hanya
menjadi batu sandungan orang lain.
09
RABU
APRIL 2014
“Namun demikian janganlah bersukacita karena
roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukcitalah karena
namamu ada terdaftar di sorga.”
(Lukas 10:20)
Bacaan hari ini: Lukas 10:17-20
Bacaan setahun: Lukas 10:1-24
NAMAMU TERDAFTAR DI SORGA
S
etelah 70 murid menyelesaikan pelayanan, mereka kembali kepadaNya dan berkata: “Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi
nama-Mu.” Apa respons Tuhan saat mendengar perkataan mereka?
Apakah Tuhan berkata: “Kamu hebat”? Apakah Dia setuju dengan
kegembiraan mereka? Tentu TIDAK. Namun Dia juga tidak secara
langsung menyatakannya. Jika demikian, apa yang dikatakan-Nya?
(1) Tuhan Yesus mengatakan tentang bagaimana Iblis jatuh dari langit.
(2) Tuhan Yesus mengatakan bahwa Dialah yang memberi kuasa kepada
mereka. (3) Tuhan Yesus melarang mereka untuk bersukacita karena rohroh itu takluk kepada mereka. Dia memberi perintah, bahwa mereka harus
bersukacita karena nama mereka ada terdaftar di sorga. Kita perhatikan
baik-baik perkataan Tuhan Yesus.
Sebelum Tuhan menyatakan SALAH terhadap dasar kegembiraan
mereka, Dia lebih dulu mengatakan tentang kejatuhan Iblis, kemudian Dia
melanjutkan dengan mengatakan bahwa Dialah yang memberikan kuasa
kepada mereka. Apakah hubungan kejatuhan Iblis dengan kuasa-kuasa
yang diberikan-Nya? Sebenarnya Tuhan Yesus sedang menyatakan siapa
diri-Nya di hadapan mereka; sekaligus juga mengajarkan kepada mereka
tentang “kerendahan hati” sebagai seorang hamba. Bagaimanakah sampai
nama mereka dapat terdaftar di sorga? Siapakah yang mendaftarkannya?
Semua itu hanya karena anugerah-Nya. Tidak ada satu manusia pun yang
karena usahanya, namanya dapat terdaftar di sorga. Tentu melalui iman!
Jika semua karena anugerah Tuhan, Dialah yang patut dimuliakan. Dengan
demikian, Tuhan Yesus mengajarkan satu pelajaran yang sangat penting,
bukan hanya untuk tujuh puluh murid, tetapi juga untuk kita, yaitu tentang
kerendahan hati. Bila kita bisa berhasil, bila kita dipakai Tuhan secara luar
biasa, ingatlah, janganlah sombong; janganlah berkata: “Semua itu karena
saya”, katakanlah: “Semua itu karena Engkau Tuhan”. Muliakanlah Dia dan
Kerajaan-Nya; Bersukacitalah karena nama kita ada tercatat oleh Tuhan
Yesus di dalam buku kehidupan-Nya di sorga.
STUDI PRIBADI: Apa yang sesungguhnya menjadi kebanggaan anak-anak Tuhan dalam
kehidupan mereka? Jelaskan alasannya!
Berdoa bagi Jemaat agar mereka hidup rendah hati di hadapan Tuhan dan
mengerjakan tanggung jawab mereka sebagai umat Tuhan dengan benar,
sehingga hidup mereka memuliakan nama Tuhan.
10
KAMIS
APRIL 2014
“Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan
perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani.”
(Lukas 10:39b)
Bacaan hari ini: Lukas 10:38-42
Bacaan setahun: Lukas 10:25-42
DUDUK MENDENGARKAN TUHAN BERBICARA
D
i Nusa Tenggara Timur, secara khusus di kota Kalabahi, kabupaten
Alor Tengah Utara, desa Mebung, apabila mengundang seseorang
untuk datang ke rumah, maka pengundang wajib menjamu sang
tamu. Minimal yang ia lakukan adalah menyediakan sirih pinang (makanan
khas daerah), juga teh atau kopi, dan beberapa potong kue atau roti. Atau
bahkan lebih dari itu, pengundang akan sibuk memasak makanan untuk
tamunya. Biasanya nasi dan daging ayam, atau bebek kampung.
Demikian juga yang terjadi dengan Marta. Marta mengundang Tuhan
Yesus ke rumahnya. Sebagai seorang wanita yang pernah mengecap
pertolongan Tuhan Yesus, ia rindu menyenangkan Sang Tamu. Ketika
Tuhan Yesus sudah berada di dalam rumahnya, Marta mulai dengan
kesibukannya. Ia sangat sibuk memikirkan bagaimana ia dapat bekerja dan
menyenangkan hati Tamunya, Tuhan Yesus.
Marta mulai sibuk bekerja, sedangkan kakaknya Maria, duduk di kaki
Tuhan Yesus, mendengarkan perkataan-Nya. Kemungkinan Marta berpikir
dalam hatinya: “Mengapa kakakku tidak datang dan membantu aku?
Mengapa dia membiarkan aku bekerja sendirian? Mengapa Tuhan tidak
menyuruh kakak untuk membantuku?” Apa yang dia ingin dan pikirkan,
tidak terjadi. Lalu, karena Marta tidak dapat lagi menahan emosinya, dia
langsung pergi mendekati Tuhan dan berkata: “Tuhan, tidakkah Engkau
peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri?
Suruhlah dia membantu aku” (Karena Marta berstatus adik, dia tidak dapat
berkata langsung kepada Maria kakaknya–lih. Yoh. 11:1). Kemudian Sang
Tamu menjawab: “Marta, Marta, engkau kuatir dan banyak menyusahkan
diri dengan banyak perkara.” Marta memang kuatir dan menyusahkan atau
merepotkan dirinya, tetapi Maria telah memilih yang terbaik, yaitu duduk
dekat kaki Tuhan dan mendengarkan pengajaran-Nya. Marta bukanlah
orang yang kurang mengasihi Tuhan. Dia juga kakaknya, Maria, mereka
sama-sama mengasihi Tuhan. Hanya Marta gagal melihat dan melakukan
cara yang tepat dalam menyenangkan hati Tuhan.
STUDI PRIBADI: Mengapa mendengarkan suara Tuhan lebih baik daripada melakukan
kesibukan yang nampaknya untuk Tuhan, tetapi sebenarnyauntuk pujian bagi diri sendiri?
Berdoalah untuk setiap pelayan Tuhan agar mereka tidak hanya sibuk dalam
aktivitas pelayanan mereka, tapi juga memiliki waktu teduh bersama Tuhan,
agar kerohanian mereka semakin dikuatkan.
11
JUMAT
APRIL 2014
“Tetapi Ia berkata: Yang berbahagia ialah mereka
yang mendengarkan firman Allah dan memeliharanya.”
(Lukas 11:28)
Bacaan hari ini: Lukas 11:27-28
Bacaan setahun: Lukas 11:1-28
BERBAHAGIALAH YANG MENDENGAR DAN TAAT
A
da seorang perempuan yang mengikuti Tuhan Yesus dan berkata
kepada-Nya: “Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau
dan susu yang telah menyusui Engkau.” Perempuan ini berkata
demikian karena dia melihat Tuhan Yesus melakukan banyak mujizat yang
membuat-Nya terkenal. Dia hanya melihat mujizat yang dilakukan Tuhan
Yesus, tetapi dia tidak tahu bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang
hidup, sehingga dia menyamakan Yesus dengan manusia pada umumnya.
Namun sesungguhnya, perempuan itu belum mengetahui kebahagiaan
yang sejati. Apakah itu? Mari kita perhatikan.
Tuhan Yesus mengatakan satu pernyataan sebagai tanggapan atas
perkataan perempuan itu: “Yang berbahagia ialah orang yang mendengar
firman Allah dan memeliharanya.” NIV: “Blessed rather are those who hear
the word of God and obey it” (Luk. 11:28). Dari jawaban Tuhan Yesus ini
dapat dimengerti bahwa, kebahagiaan yang sejati adalah mendengar dan
melakukan Firman Tuhan. Intinya ada pada firman Tuhan. Mendengar saja
tidaklah cukup; harus juga melakukan. Memelihara, NIV menerjemahkan:
“obey”, yang artinya taat. Jadi, mereka yang berbahagia adalah orang yang
melakukan firman Tuhan. Kita mungkin ingat tentang peristiwa Perjamuan
Paskah Tuhan Yesus bersama murid-murid-Nya (Yoh. 13:12-17). Waktu itu
Tuhan mengatakan: “Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah
kamu, jika kamu melakukannya.”
Alkitab banyak berisikan tentang perintah Tuhan. Salah satunya ialah
tentang kasih. Mendengar saja tidak cukup! Ketika kita taat berbuat kasih
kepada mereka yang benar-benar membutuhkan kasih dan pertolongan,
apa yang mereka rasakan? Tentunya, mereka akan sangat bahagia. Kita
mungkin sama seperti perempuan itu, yang hanya menyerukan tentang
kebahagiaan mengenai orang lain, tetapi diri kita sendiri belum mengalami
kebahagiaan yang sejati itu. Marilah kita menjadi orang yang mengalami
kebahagiaan yang sejati dari Tuhan, dengan mau mendengar dan taat
akan firman-Nya.
STUDI PRIBADI: Mengapa taat kepada Tuhan lebih baik daripada mengagumi segala
mujizat yang Tuhan Yesus lakukan? Jelaskan!
Berdoalah bagi Jemaat agar mereka hidup benar dan mentaati kehendak
Tuhan, dan bukan hanya sekadar mengagumi pekerjaan-pekerjaan mujizat
yang Tuhan telah lakukan.
12
SABTU
APRIL 2014
“…Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat
waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus…”
(Lukas 11:32)
Bacaan hari ini: Lukas 11:29-32
Bacaan setahun: Lukas 11:29-54
SERUAN PERTOBATAN
M
elalui firman Tuhan yang kita baca, ada beberapa hal yang dapat
kita pelajari: (1) Allah berinisiatif menyampaikan berita pertobatan
kepada mereka yang belum mengenal Diri-Nya. Hal tersebut dapat
kita lihat dari seruan untuk bertobat atau berbalik kepada Allah yang
diberikan pada bangsa Niniwe, melalui nabi Yunus. Demikian juga dengan
“kesempatan” yang didapatkan oleh Ratu Negeri Syeba untuk mendengar
dan menyaksikan kebesaran Allah melalui keberadaan Raja Salomo yang
penuh hikmat dan sangat dihormati (1Raj. 10:1-10). Dari sini kita belajar,
Allah dapat memakai segala cara untuk menyampaikan sebuah seruan
pertobatan yang mengajak setiap anak-Nya untuk berbalik kepada Allah.
Allah adalah Pribadi yang bukan hanya memberikan Anak Tunggal-Nya,
tetapi Pribadi yang memelihara kawanan domba-Nya.
(2) Cara Allah yang terbesar untuk memberitakan pertobatan adalah
Allah mengutus Anak Tunggal-Nya untuk membawa orang yang berdosa
datang kepada-Nya. Sebab itu, bagian ini menunjukkan bahwa kedatangan
Tuhan Yesus dalam dunia ini merupakan sebuah seruan pertobatan yang
terbesar, dibandingkan dengan Nabi Yunus dan Raja Salomo. Keberadaan
Tuhan Yesus sebagai Anak Tunggal Allah merupakan satu jaminan yang
memberikan kepastian dan keseriusan berita pertobatan, yang harus kita
dengar dan responi dengan baik dan benar.
(3) Adanya pertobatan dari Bangsa Niniwe dan pengakuan dari Ratu
Negeri Syeba akan kebesaran Allah, menjadi sebuah tanda yang harus
dimiliki bagi mereka yang meresponi berita pertobatan itu dalam kehidupan
kita. Bertobat berarti berbalik dari cara hidup yang lama dan mengakui akan
pimpinan Allah dalam kehidupannya yang baru.
Mari kita menguji kepekaan kita terhadap pimpinan dan arahan yang
Tuhan berikan dalam setiap segi kehidupan kita. Adakah kita mendengar
seruan pertobatan itu? Mari kita mengambil waktu sejenak untuk berdiam
diri di hadapan Tuhan, dan mulai menyerahkan “tongkat” kepemimpinan
kepada Dia yang memelihara hidup kita.
STUDI PRIBADI: Apa yang Anda dapat pelajari dari pernyataan Tuhan Yesus tentang seruan
untuk bertobat, dan bagaimana respons para pendengarnya?
Berdoa bagi jemaat yang belum mengalami pertobatan sungguh-sungguh di
dalam Kristus, sekalipun mereka bergereja setiap minggunya, agar mereka
sungguh-sungguh bertobat dan memperbarui hidup.
13
MINGGU
APRIL 2014
“Aku akan menunjukkan kepada kamu
siapakah yang harus kamu takuti…”
(Lukas 12:5)
Bacaan hari ini: Lukas 12:1-5
Bacaan setahun: Lukas 12:1-31
MENGENAL PENGAJARAN ALLAH
B
acaan Alkitab hari ini mengingatkan kita, ada beberapa pengajaran
yang hendak Tuhan Yesus sampaikan, yang menjadi sebuah prinsip
dalam kehidupan kita, sehingga kita menjadi semakin baik dan kita
dapat semakin mengenal Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi kita.
Pertama, penulis Injil Lukas mencatat bahwa keberadaan orang-orang
Farisi dan juga ahli-ahli Taurat selalu ingin memancing dan mencari-cari
kesalahan Tuhan Yesus, untuk dijadikan alasan dan bukti penangkapanNya (Luk. 11:53,54). Namun, di dalam pasal 12, justru dengan jelas dan
tegas, Tuhan Yesus memberikan beberapa prisnip dan pengajaran kepada
para murid-Nya dan orang banyak yang mengikuti-Nya. Orang yang benar
tidak perlu takut diselidiki dan dicermati. Hidup selalu dalam kebenaran
merupakan sebuah rahasia yang harus kita sadari, agar kita memperoleh
kehidupan yang berkemenangan.
Kedua, waspadalah terhadap “ragi” (kemunafikkan) orang-orang
Farisi dan para ahli Taurat. Kemunafikan adalah sebuah pola hidup yang
hanya mementingkan hal-hal yang lahiriah (yang dilihat orang/lahiriah),
tanpa hati yang sungguh-sungguh melakukannya dengan tulus dan benar
di hadapan Allah. Kehidupan anak Tuhan yang benar adalah seperti
sebuah surat yang terbuka dan dapat dibaca serta memberikan berkat bagi
mereka yang ada di sekitar kita.
Ketiga, hiduplah takut kepada Allah bukan takut dengan yang lain. Hal
ini diulang dua kali, yakni untuk menegaskan pentingnya pengajaran ini di
dalam kehidupan kita. Hidup takut kepada Allah adalah menyadari akan
keberadaan-Nya yang selalu ada bersama dengan kita dan Dia berkuasa
untuk bertindak dalam dan melalui kehidupan kita, bahkan kehidupan kita
pada masa yang akan datang. Karena itu, setiap murid Tuhan perlu dan
harus mendasari segala aspek kehidupannya dengan sebuah pola hidup
takut akan Tuhan. Pola hidup takut akan Allah adalah menyadari kehadiranNya, menghargai keberadaan-Nya dan memuliakan Allah sesuai dengan
kebenaran firman-Nya.
STUDI PRIBADI: Apa yang Tuhan Yesus ajaran dalam bacaan Alkitab hari ini? Berikanlah
aplikasi praktisnya!
Berdoalah bagi Jemaat agar mereka tidak mengikuti pola hidup mereka yang
tidak mengenal Allah, melainkan hidup takut akan Allah sehingga menjadi
kesaksian bagi orang banyak.
14
SENIN
APRIL 2014
“Hendaklah kamu juga siap sedia karena Anak Manusia
datang pada saat yang tidak kamu sangkakan.”
(Lukas 12:40)
Bacaan hari ini: Lukas 12:35-48
Bacaan setahun: Lukas 12:32-59
BERKARYALAH, TIDAK SEKADAR MENANTI
B
anyak orang Kristen merindukan kedatangan Tuhan Yesus yang
kedua kali. Namun, tidak sedikit pula yang salah mengerti dalam
menyikapi kedatangan-Nya. Mereka mencoba melakukan prediksi
kedatangan-Nya, kemudian berkumpul di suatu tempat, mengasingkan diri
dari kehidupan sehari-hari, menjual semua yang dimiliki, untuk
mempersiapkan diri menyongsong Tuhan Yesus. Apakah sikap ini yang
Tuhan kehendaki, ketika menyongsong kedatangan-Nya?
Apabila kita meneliti bacaan Alkitab hari ini, maka kita akan mengerti
bahwa sikap orang Kristen seperti yang disebutkan di atas, tidaklah benar!
Pada umumnya, mereka yang bersikap seperti itu adalah kelompok orang
yang salah dalam memahami Alkitab, bahkan dapat dikatakan “sesat!”
Dalam Lukas 12:35-48, Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita bahwa:
(1) Kedatangan-Nya yang kedua kali tidaklah bisa diprediksi, bagaikan
seorang tuan yang pulang rumah, tidak diketahui waktunya oleh para
pelayanannya. (2) Hal penting yang perlu kita lakukan, bukanlah berkumpul
di suatu tempat, jauh dari keramaian, dan hanya menanti-nanti kedatangan
Tuhan, tanpa mengerjakan tugas-tugas kehidupan di tengah masyarakat,
bukan itu! Melainkan mempersiapkan diri dengan tetap mengerjakan yang
terbaik, melakukan kehendak Bapa, hidup dalam kebenaran, dan berkarya
untuk menghasilkan buah bagi kemuliaan Tuhan. Istilah “persiapan” pada
ayat 47 ini, tidak berarti bahwa kita boleh bermalas-malasan, duduk diam,
atau mengasingkan diri di suatu tempat, melainkan siap memberikan
pertanggungan jawab atas segala sesuatu, seperti yang telah
diperintahkan Sang Tuan kepada kita. Karena itu, janganlah kita disesatkan
tentang prediksi kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali, melainkan tetap
mengerjakan tugas-tugas kita dan siap mempertanggungjawabkan tugas
tersebut di hadapan-Nya. Tuhan Yesus berkata: “Berbahagialah hamba,
yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang”
(ay. 43). Kiranya, kita menjadi hamba-Nya yang setia, yang terus berkarya
bagi Tuhan sampai kedatangan-Nya.
STUDI PRIBADI: Bagaimana seharusnya kita mempersiapkan diri dalam menantikan
kedatangan Tuhan Yesus? Bermalas-malasan atau semakin giat dalam melayani Tuhan?
Berdoalah bagi jemaat agar mereka hidup bertanggung jawab dan semakin
memuliakan Tuhan, serta tidak dibimbingkan oleh ajaran-ajaran yang salah
tentang kedatangan Tuhan.
15
SELASA
APRIL 2014
“Seumpama apakah hal Kerajaan Allah
dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya?”
(Lukas 13:18)
Bacaan hari ini: Lukas 13:10-21
Bacaan setahun: Lukas 13:1-22
KERAJAAN ALLAH
K
ehadiran dan pelayanan Tuhan Yesus selalu diidentikkan dengan
“kehadiran Kerajaan Allah,” sehingga di manapun Ia berada, kuasa
dan pengaruh Kerajaan Allah dapat dirasakan dan dialami oleh
orang-orang di sekitar-Nya.
Ketika Tuhan Yesus berada di sebuah tempat ibadat orang Yahudi, Ia
menjumpai seorang perempuan yang sudah 18 tahun dirasuki oleh setan,
sehingga ia sakit sampai bungkuk (ay. 11). Melihat perempuan tersebut,
Tuhan Yesus memanggilnya dan menyembuhkannya. Namun karena hari
itu adalah hari sabat, maka kepala rumah ibadat menjadi gusar melihat apa
yang Tuhan Yesus lakukan, dan berkata kepada orang banyak, “Ada enam
hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk
disembuhkan dan jangan pada hari sabat” (ay. 14).
Mendengar perkataan itu, Yesus menjawabnya dan menegur mereka,
“Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan
lembunya atau keledainya pada hari sabat dari kandangnya dan
membawanya ke tempat minuman? Bukankah perempuan ini, yang sudah
delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya,
karena ia adalah keturunan Abraham?” (ay. 15-17). Maka orang banyak
bersukacita dan para lawan Tuhan Yesus menjadi malu (ay. 18).
Kemudian Tuhan menjelaskan tentang hal Kerajaan Allah, dengan apa
Kerajaan Allah itu dapat diperumpamakan? Tuhan menyebutkan dua hal,
yaitu biji sesawi dan ragi. Keduanya sama-sama nampak kecil, tetapi
memiliki pengaruh yang besar dan kuat. Dengan kata lain, ketika Kerajaan
Allah diberitakan dan kehadirannya dinyatakan, sekalipun nampak tidak
berarti dan banyak orang tidak memperhatikannya, seperti kepala rumah
ibadat, Kerajaan Allah itu tetap akan mendatangkan pengaruh.
Karena itu, janganlah kita berhenti memberitakan Injil Yesus Kristus
atau Kerajaan Allah, sebab Injil yang kita beritakan tidak akan pernah siasia, pengaruhnya akan dirasakan banyak orang, ketika Allah bekerja dan
memberikan pertumbuhan.
STUDI PRIBADI: Diumpamakan dengan apakah hal Kerajaan Allah? Bagaimana pengaruh
dari benda-benda yang diumpamakan Kerajaan Allah tersebut?
Berdoalah bagi mereka yang memberitakan Injil Tuhan agar mereka tidak
putus asa ketika menghadapi kesulitan, sebab Injil yang mereka beritakan
akan menbawa pengaruh yang besar.
16
RABU
APRIL 2014
“Tetapi Aku berkata kepadamu:
Kamu tidak akan melihat Aku lagi hingga pada saat kamu
berkata: Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!”
(Lukas 13:35)
Bacaan hari ini: Lukas 13:31-35
Bacaan setahun: Lukas 13:23-35
KESEMPATAN YANG DIABAIKAN
S
uatu kali, sejumlah orang Farisi datang kepada Yesus dan berkata
kepada-Nya, “Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes
hendak membunuh Engkau” (ay. 31). Mendengarnya perkataan itu,
Yesus tidaklah gentar. Sebaliknya, Ia memberikan jawaban kepada orang
Farisi, “Pergilah dan katakanlah kepada si serigala itu: Aku mengusir setan
dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang
ketiga Aku akan selesai. Tetapi hari ini dan besok dan lusa Aku harus
meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi
dibunuh kalau tidak di Yerusalem. Yerusalem, Yerusalem, engkau yang
membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus
kepadamu!” (ay. 32-34).
Apa yang dikatakan Tuhan Yesus tentang sikap bangsa Israel saat itu
sangat menyedihkan hati-Nya. Allah sangat menyayangi mereka karena
mengingat perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak, dan Yakub, yaitu nenek
moyang mereka. Allah telah mengutus para nabi, agar mereka berbalik dari
jalan mereka yang jahat, dan kembali melakukan firman Tuhan, sehingga di
manapun mereka berada, diberkati oleh Allah. Namun kenyataannya tidak
demikian; mereka justru membunuh dan menganiaya utusan Tuhan!
Bahkan ketika Tuhan Yesus sendiri datang untuk menyatakan rahmat dan
kemurahan Tuhan, mereka tidak menyadarinya. Mereka dibutakan oleh keegoan dan sikap yang arogan, dengan merasa diri paling benar, sehingga
tidak memerlukan pengampunan dan pertolongan Tuhan.
Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata: “Berkali-kali Aku rindu
mengumpulkan anak-anakmu,... tetapi kamu tidak mau. Sesungguhnya
rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi... kamu tidak akan
melihat Aku lagi hingga pada saat kamu berkata: Diberkatilah Dia yang
datang dalam nama Tuhan!” (ay. 34-35). Yesus akan datang kembali, tetapi
tidak lagi sama seperti waktu Dia dihina; melainkan datang sebagai Tuhan
atas semesta alam, dan mereka akan tertunduk malu. Kesempatan yang
indah telah diberikan kepada mereka, tetapi telah diabaikan.
STUDI PRIBADI: Mengapa Tuhan Yesus sedih melihat sikap bangsa Israel yang berusaha
membunuh-Nya? Jelaskan!
Berdoalah bagi anggota keluarga kita yang belum mengenal Tuhan Yesus
agar diberikan kesempatan dan anugerah untuk mendengarkan sekaligus
menerima kabar baik, yaitu Injil Tuhan yang menyelamatkan.
17
KAMIS
APRIL 2014
“Sebab barangsiapa meninggikan diri,
ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri,
ia akan ditinggikan.” (Lukas 14:11)
Bacaan hari ini: Lukas 14:7-11
Bacaan setahun: Lukas 14:1-24
HARUS RENDAH HATI
A
da beberapa macam sikap orang. Pertama, orang yang sombong.
Orang ini menganggap diri lebih tinggi dari orang lain dan menghina
mereka yang dirasa tidak sama seperti dirinya. Kedua, orang yang
minder (rendah diri). Orang seperti ini merasa dirinya selalu lebih rendah
dan lebih tidak berharga daripada orang lain. Orang seperti ini mudah untuk
mengasihani diri atau mempersalahkan orang lain. Lalu, bagaimanakah
seharusnya kita bersikap?
Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita akan sikap rendah hati. Apa
itu rendah hati? Rendah hati berbeda dengan rendah diri/minder. Seorang
yang rendah hati akan menunjukkan beberapa hal berikut ini:
(a) Tahu diri, yaitu seorang yang memandang dirinya dan orang lain
dengan tepat, yaitu sebagai sama-sama manusia ciptaan Tuhan. Karena
dia memandang dirinya dengan tepat, dia tidak mencari-cari hormat ketika
hadir di keramaian, sekaligus berpikir bahwa ada orang yang mungkin lebih
pantas dihormati dari dirinya. Orang seperti ini berbeda sekali dengan para
tamu yang hadir di pesta waktu itu, yang berebut tempat terhormat. Bagi
orang yang tahu diri, masalah mendapat kehormatan bukanlah segalanya,
karena nilai seorang manusia tidak diletakkan pada hal seperti itu.
(b) Tidak membanding-bandingkan dirinya dengan orang lainnya,
sehingga mudah jatuh dalam kesombongan atau minder. Membandingbandingkan diri dengan orang lain adalah kecenderungan sifat manusia.
Namun, seseorang yang rendah hati akan menyadari bahwa dirinya tidak
berbeda dari orang lainnya; karena semua orang percaya telah disatukan di
dalam Tuhan Yesus, tidak ada lagi perbedaan kaya-miskin, tua-muda, lakiperempuan, dan sebagainya.
Bersikap rendah hati tidak mudah, karena setiap manusia mempunyai
kecenderungan untuk sombong. Ketika kita berkata, kita bukan orang yang
sombong, jangan-jangan kita sedang menyombongkan kerendahan hati
kita. Karena itu, hendaknya kita mawas diri, selalu hidup dalam tuntunan
Firman Tuhan, terutama dalam menilai dan berelasi dengan orang lain.
STUDI PRIBADI: Pada umumnya orang memiliki sikap seperti apa? Jelaskan! Mengapa
mempunyai sikap rendah hati itu tidak mudah?
Berdoa bagi setiap hamba Tuhan, majelis, pengurus komisi, dan aktivis agar
dijauhkan dari kesombongan rohani. Berdoa pula agar para pelayan Tuhan
belajar untuk selalu rendah hati.
18
JUMAT
“Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci
bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya
laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri,
APRIL 2014
ia tidak dapat menjadi murid-Ku.” (Lukas 14:26)
Bacaan hari ini: Lukas 14:25-35
Bacaan setahun: Lukas 14:25-35
TUHAN YESUS ADALAH YANG UTAMA
P
erkataan Tuhan Yesus ini bisa disalah-mengerti oleh banyak orang,
termasuk orang Kristen sendiri. Satu yang pasti adalah ayat ini tidak
dapat diartikan bahwa ketika kita mengikut Kristus maka kita boleh
membenci (dalam arti sesungguhnya) keluarga dan diri kita sendiri, apalagi
kalau keluarga kita itu berbeda iman dengan kita.
Ada beberapa makna di balik perkataan Tuhan Yesus ini:
Pertama, ketika kita menjadi murid (pengikut) Tuhan Yesus, itu berarti
kita harus siap untuk menjadikan Tuhan Yesus sebagai segalanya (yang
utama) dalam kehidupan kita. Ini bukan berarti bahwa kita bisa seenaknya
meninggalkan keluarga atau tidak lagi memikirkan pekerjaan dan diri kita.
Tapi maksudnya adalah: Tuhan Yesus lah yang menjadi dasar dalam
kehidupan kita, di tengah-tengah keluarga dan diri kita sendiri. Kita tidak
bisa lagi berbuat semau kita sendiri. Kita dituntut hidup seturut kehendak
Tuhan, baik dalam keluarga dan kehidupan kita pribadi. Bagaimana kita
menghormati, mengasihi, atau bersikap terhadap keluarga kita, haruslah
berdasarkan Firman Tuhan.
Kedua, ketika kita menjadi murid (pengikut) Tuhan Yesus, itu berarti
kita harus siap untuk ditolak oleh keluarga, ataupun orang di sekitar kita,
yang belum percaya. Untuk itu, kita tetap harus memilih Tuhan Yesus
dengan segala konsekuensinya. Tetapi di dalam kondisi seperti itu bukan
berarti kita boleh membenci mereka, sebaliknya tetap memohonkan kasih
karunia dari Tuhan bagi mereka, supaya merekapun dapat mengalami
keselamatan dari Tuhan, seperti yang sudah kita alami.
Ketiga, ketika kita menjadi murid (pengikut) Tuhan Yesus, itu berarti
bahwa hidup kita bukan lagi milik kita sendiri, termasuk nyawa kita. Yang
menjadi sukacita adalah, nyawa kita ada di dalam Tuhan yang memberikan
kehidupan kekal. Oleh karena itu, kita melihat dan membaca kisah-kisah
para martir, orang-orang percaya yang rela mati demi imannya kepada
Tuhan Yesus. Mereka tidak menyayangkan nyawa mereka sendiri demi
mempertahankan imannya kepada Tuhan Yesus.
STUDI PRIBADI: Apakah artinya, menjadikan Tuhan Yesus sebagai yang utama dalam
kehidupan kita? Berikan beberapa contohnya!
Berdoalah bagi Jemaat yang anggota keluarganya ada yang belum percaya,
agar diberikan kasih dan kesabaran dari Tuhan untuk menjadi saksi-Nya di
tengah-tengah mereka.
19
SABTU
APRIL 2014
“Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada
sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena
satu orang berdosa yang bertobat.”
(Lukas 15:10)
Bacaan hari ini: Lukas 15:1-10
Bacaan setahun: Lukas 15:1-10
ALLAH MENGASIHI MANUSIA BERDOSA
D
alam bacaan hari ini, Tuhan Yesus mengajarkan dua perumpamaan
yang boleh mengingatkan para orang Farisi dan ahli Taurat akan
kasih Tuhan kepada manusia berdosa.
Perumpamaan ini menyatakan bahwa manusia yang berdosa adalah
manusia yang terhilang dari hadapan Tuhan. Namun Tuhan tidak menolak
manusia berdosa, bahkan mencari manusia yang berdosa. Hal ini
dilambangkan dengan sang gembala yang mencari domba yang hilang
atau perempuan yang mencari dirham yang hilang. Bahkan perumpamaan
ini menggambarkan satu jiwa manusia berdosa adalah begitu berharga,
sampai-sampai malaikat di surga akan bersukacita ketika ada satu
manusia berdosa bertobat dan kembali kepada Tuhan.
Perumpamaan ini juga menyatakan sikap yang tepat bagi manusia
berdosa yang mendapatkan kasih dari Tuhan; sikap itu adalah pertobatan.
Kasih Tuhan atas manusia berdosa begitu besar; yang dinyatakan melalui
kedatangan Tuhan Yesus ke dalam dunia ini, untuk mencari dan
menyelamatkan manusia berdosa (Luk. 19:10). Tuhan Yesus memberikan
nyawa-Nya untuk mati di atas kayu salib, menebus dosa manusia. Tetapi itu
bukan berarti bahwa manusia berdosa dengan enak menerima penebusan
dosa tersebut. Pertobatan adalah yang diperlukan. Apakah itu pertobatan?
Pertobatan adalah perubahan hidup; dulu ketika berdosa manusia hidup
bagi dirinya dan semau dirinya, tetapi ketika dia percaya dan menerima
pengampunan Tuhan, maka manusia harus hidup bagi Tuhan dan seturut
kehendak Tuhan. Oleh karena itu, kita mengenal istilah “Kristen KTP”
(Kristen Tanpa Pertobatan), yaitu orang yang mengaku Kristen, percaya
Tuhan Yesus, tetapi dalam hidupnya tidak nampak pertobatan yang sejati.
Bagaimana dengan kehidupan Kristen kita? Apa kita sudah percaya
kepada Tuhan Yesus dan menerima pengampunan dosa di dalam Dia? Jika
sudah, maka mari kita menghidupi keselamatan kita dengan benar. Kasih
Allah jangan kita sia-siakan. Marilah kita mengarahkan hidup kita kepada
Tuhan dan hidup seturut kehendak-Nya.
STUDI PRIBADI: Bagaimana agar orang percaya tidak menyia-nyiakan keselamatan yang
dianugerahkan Tuhan kepadanya?
Berdoa agar jemaat Tuhan mempunyai kehidupan yang makin bertumbuh di
dalam Tuhan dan meninggalkan kehidupan lamanya yang berdosa,
sehingga beroleh kekuatan untuk menjadi terang bagi orang lain.
20
MINGGU
APRIL 2014
“Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku,
dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu.
Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu…
telah hilang dan didapat kembali.” (Lukas 15:31-32)
Bacaan hari ini: Lukas 15:11-32
Bacaan setahun: Lukas 15:11-32
ANAK SULUNG ATAU ANAK BUNGSU
S
alah satu cara Yesus mengajar adalah dengan perumpamaan, yang
membuat para pendengar saat itu mengerti apa maksud-Nya. Pada
bagian ini Yesus menggambarkan 3 tokoh, yaitu: Anak Bungsu, Anak
Sulung, Bapa.
Anak bungsu, adalah gambaran orang berdosa yang terbuang secara
moral dan sosial. Yang disebut anak bungsu ialah para pelacur, pemungut
cukai, yang secara moral mereka melakukan pekerjaan yang mendukakan
hati Tuhan dan secara sosial mereka adalah orang yang dipandang rendah
karena dosanya. Anak sulung, adalah gambaran ahli Taurat dan Farisi yang
setia dan taat melakukan Taurat, menganggap diri benar, tapi mereka tidak
senang jika ada orang yang bertobat dan mendapat kasih Tuhan. Mereka
menganggap orang yang bertobat itu tidak layak mendapat pengampunan
dan kasih Tuhan. Mereka juga tidak mau menerima teguran Tuhan. Bapa,
adalah gambaran Allah yang mengasihi semua umat manusia, apakah itu
golongan “anak bungsu” ataupun “anak sulung.” Kepada si bungsu yang
kembali, sang bapa menyambut dengan sukacita. Kepada si sulung, sang
bapa juga menyambutnya ketika ia pulang dan tidak mau masuk ke dalam
rumah. Sang bapa berbicara kepada si sulung, agar ia dapat menyadari
kesalahannya dan bertobat. Inilah gambaran Allah yang penuh kasih, yang
senantiasa rindu agar umat manusia bertobat. Pada akhir perumpamaan,
memang Tuhan tidak menceritakan apa tanggapan si sulung selanjutnya.
Dengan membiarkan cerita ini tidak selesai, Tuhan menunjukkan bahwa
pintunya dibiarkan terbuka lebar, menantikan si sulung masuk ke dalam
rumah dan bersukacita bersama.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita adalah si bungsu yang hanya
memuaskan keinginan dan kesenangan diri, tapi mendukakan hati Allah?
Atau, adalah si sulung, yang telah begitu lama beribadah, melayani Tuhan,
merasa diri baik, tapi kita belum benar-benar mengalami kasih Yesus yang
mengubah hidup? Masih ada kesempatan, Tuhan masih membuka pintu
agar kita kembali bertobat dan mengalami kasih-Nya yang begitu besar.
STUDI PRIBADI: Mengapa Yesus memberikan perumpamaan ini? Apakah Allah hanya pasif
saja menunggu manusia bertobat? Coba jelaskan!
Berdoalah dan instrospeksi diri masing-masing; sudahkah kita menjadi anak
yang telah kembali kepada Bapa? Berdoalah agar kita dapat hidup sebagai
anak yang sudah diselamatkan.
21
SENIN
APRIL 2014
“Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang
tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi,
kamu diterima di dalam kemah abadi.” (Lukas 16:9)
Bacaan hari ini: Lukas 16:16:1-9
Bacaan setahun: Lukas 16
PENGGUNAAN UANG
T
uhan Yesus menceritakan suatu perumpamaan tentang bendahara
yang korupsi dan diketahui tuannya. Sehingga sang tuan meminta
pertanggungan jawabnya, sebelum ia dipecat. Namun bendahara ini
melakukan tindakan yang cerdik, yaitu dengan memberi diskon dari hutang
yang harus dibayar oleh orang yang berhutang kepada tuannya dan
mengubah surat hutang mereka tanpa ijin tuannya. Tujuannya adalah agar
orang yang berhutang itu merasa berhutang budi pada bendahara itu, dan
apabila ia dipecat, mereka mau menampung atau mempekerjakan dirinya.
Tentu saja, apa yang dilakukan bendahara ini tidak bisa dibenarkan, namun
tuannya memuji kecerdikan bendahara itu, karena ia menyelamatkan masa
depannya dengan menggunakan kekuasaan yang masih ia miliki,
meskipun dengan cara yang tidak benar. Jadi yang dipuji oleh majikannya
adalah kecerdikannya, bukan ketidakjujurannya! Tuhan Yesus juga
menyejajarkan bendahara yang tidak jujur itu dengan “anak-anak dunia”
atau mereka yang belum bertobat (ay. 8).
Tuhan Yesus menutup perumpamaan dengan mengajarkan: “Ikatlah
persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya
jika Mamon tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah
abadi.” Apa maksudnya? Yesus mengajarkan bahwa sementara kita hidup
dalam waktu yang terbatas di dunia ini, kita harus cerdik mengambil
tindakan yang berguna bagi masa depan kita (kekekalan), salah satunya
dengan menggunakan sesuatu yang kita miliki (uang). Ketika di dunia, kita
membutuhkan dan menggunakan uang, tapi pertanyaannya: dipakai untuk
apa? Apakah untuk memuaskan keinginan kita? Atau kita mati-matian kerja
untuk kepuasan diri sendiri? Itu bukan orang yang cerdik, karena dia hanya
mementingkan hal-hal di dunia, tapi mengabaikan kehidupan kekal! Maka
jadikan uang sebagai alat untuk memuliakan Tuhan, menyenangkan hati
Tuhan. Uang memang kita perlukan untuk kebutuhan hidup kita, tapi juga
untuk mendukung pekerjaan Tuhan, kegiatan pinginjillan, dan membantu
mereka yang membutuhkan (diakonia).
STUDI PRIBADI: Mengapa banyak orang yang dikuasai uang, bukannya yang menguasai
uang? Apa yang seharusnya kita lakukan terhadap uang yang kita miliki?
Berdoa agar setiap anak Tuhan mempunyai pengertian yang benar tentang
uang/harta mereka, sehingga mereka dapat mempergunakan uang/harta
mereka sesuai dengan kehendak Tuhan.
22
SELASA
APRIL 2014
“Yesus berkata kepada murid-murid-Nya:
tidak mungkin tidak ada penyesatan,
tetapi celakalah orang yang mengadakannya.” (Lukas 17:1)
Bacaan hari ini: Lukas 17:1-6
Bacaan setahun: Lukas 17:1-19
WASPADAI PENYESATAN
B
anyak ajaran sesat muncul di akhir zaman ini, yang menyimpang dari
ajaran Alkitab. Pertanyaannya, “Bagaimanakah ciri-ciri atau unsur
yang pada umumnya terdapat dalam ajaran sesat tersebut? Apakah
kita dapat mengenalinya?
Berbicara mengenai unsur atau ciri khas dari beberapa aliran sesat
yang ada saat ini, Harvie M. Conn memberikan ciri khas dari aliran-aliran
sesat tersebut, yaitu: (1) Penekanan mistikisme pada wahyu khusus yang
terpisah dari ajaran Alkitab, padahal Alkitab adalah firman Allah tertulis,
satu-satunya kaidah yang mengarahkan kita, pada bagaimana kita dapat
memuliakan Allah dan menikmati Dia.” (2) Serangan mistikisme terhadap
gereja dan kecenderungannnya untuk menggantikan gereja dengan satu
orang pemimpin merupakan gambaran yang menyimpang dari gambaran
Alkitab mengenai gereja dan pelayan-pelayannya. (3) Menekankan
karunia-karunia Roh Kudus yang menakjubkan, sering kali menyebabkan
dilalaikannya nilai tetap dari karunia yang umum.
Lalu apa tujuan dari aliran-aliran tersebut? Kata “penyesatan” ini (Luk.
17:1) berasal kata Yunani, yang artinya “menyebabkan tersandung/
tumbang,” “mengajak untuk berdosa” teristimewa kepada kepercayaan
palsu atau kemurtadan. Dari istilah kata ini, terlihat jelas bahwa tujuan dari
ajaran sesat digunakan untuk membawa seseorang kepada kepercayaankepercayaan palsu atau kemurtadan, yang pada akhirnya mendatangkan
murka Allah, baik kepada seorang yang mengajarkannya dan juga pada
seorang yang telah menerima pengajaran palsu tersebut (Ef. 5:6).
Ketika kita menyadari bahwa ajaran-ajaran sesat membawa
penyesatan di dalam kehidupan iman seseorang, maka yang tidak boleh
kita lupakan adalah senantiasa bersandar pada kebenaran firman Tuhan
(Alkitab). Dengan bersandarkan kepada firman Tuhan yang benar, kita
akan memiliki dasar yang teguh dan tidak mudah untuk digoyahkan oleh
angin-angin pengajaran palsu. Firman Tuhan lah yang akan menuntun atau
memberikan kepada kita pengetahuan tentang kebenaran yang hakiki.
STUDI PRIBADI: Bagaimanakah ciri-ciri ajaran yang menyesatkan iman Kristen? Apa yang
harus dilakukan jemaat Tuhan agar tidak mudah terjebak oleh ajaran sesat?
Berdoalah bagi jemaat agar mereka memiliki keseriusan untuk mempelajari
pengajaran iman Kristen yang benar dan sesuai kebenaran firman Tuhan
yang tertulis, yaitu Alkitab sendiri.
23
RABU
APRIL 2014
“Kerajaaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah.”
(Lukas 17:20)
Bacaan hari ini: Lukas 17:20-37
Bacaan setahun: Lukas 17:20-37
KAPANKAH KERAJAAN ALLAH DATANG?
B
anyak ajaran sesat saat ini berusaha untuk menafsirkan kedatangan
Tuhan di muka bumi dengan memprediksi tanggal, hari, bulan atau
tahun, sehingga dalam hal ini, kedatangan Tuhan dapat diramalkan.
Terlihat seperti nubuatan, namun sebenarnya hanyalah bersifat ramalan.
Apa perbedaan nubuatan dengan ramalan? Nubuatan berasal dari kata
Ibrani, yang berarti “komunikasi (tertulis atau lisan) kepada seorang nabi
dari Tuhan dengan sebuah fokus pada isi pesan.” Sedangkan meramalkan
dapat berarti “melihat atau menduga keadaan yang akan terjadi dan hal ini
belum tentu tepat.”
Pengajar-pengajar sesat sering kali menggunakan ramalan atau
kedatangan wahyu khusus sebagai dasar pengajaran mereka, tanpa mau
mempedulikan kebenaran firman Tuhan (Alkitab) yang seharusnya menjadi
sebuah dasar bagi pengajaran iman Kristen. Oleh sebab itu, Tuhan Yesus
menegaskan, agar kita tidak mudah percaya kepada ajaran-ajaran dunia
yang seolah-olah dapat memprediksi kedatangan Tuhan atau bahkan
mengatas-namakan ajarannya sebagai ajaran Mesias (Luk. 17:23; Mat.
24:23; Mrk. 13:21).
Yesus menegaskan bahwa “Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda
lahiriah” (ay. 20). Di dalam versi KJV dituliskan: The Kingdom of God cornet
not with observation (pengamatan). Manusia dengan segala kemajuannya
dapat mengamati fenomena-fenomena alam berupa musim tahunan
ataupun bencana alam dan dapat memprediksi kapan semuanya itu akan
terjadi, namun kedatangan Kerajaan Allah tidak dapat diprediksi dengan
pengamatan manusia, dan juga tidak memiliki ciri-ciri khas tertentu,
sehingga manusia dapat memprediksinya.
Lalu kapan Kerajaan Allah datang? Jawabannya adalah kita tidak tahu
kapan Kerajaan Allah datang, namun satu hal yang pasti, apabila Kerajaan
Allah datang, maka kita yang masih hidup di dalam dunia akan bersamasama menyongsong Tuhan di angkasa dan akan menikmati sukacita
bersama dengan Tuhan selama-lamanya (1Tes. 4:17).
STUDI PRIBADI: Apakah perbedaan antara ramalan dengan nubuatan? Apakah Alkitab
memberikan rumusan, agar kita mengetahui kedatangan Tuhan Yesus atau kerajaan-Nya?
Berdoa bagi Jemaat agar mereka meyediakan hati dan waktu untuk belajar
kebenaran firman Tuhan, sehingga tidak mudah diombang-ambingkan oleh
isu-isu tentang kedatangan Tuhan Yesus kedua kalinya.
24
KAMIS
APRIL 2014
“Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan
dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”
(Lukas 18:14)
Bacaan hari ini: Lukas 18:1-8
Bacaan setahun: Lukas 18:1-23
KERENDAHAN HATI
K
erendahan hati adalah suatu bentuk penundukan diri kita kepada
Tuhan, bentuk ketergantungan hidup kita kepada Tuhan dan bentuk
penyerahan diri kita kepada Tuhan. Sebab tanpa kerendahan hati,
tidak akan ada pembenaran orang-orang pilihan-Nya. Dalam Hakim-Hakim
10:16 ditulis: “Dan mereka menjauhkan para allah asing dari tengah-tengah
mereka lalu mereka beribadah kepada TUHAN. Maka TUHAN “tidak dapat
lagi menahan hati-NYA melihat kesukaran mereka.” Pembenaran orangorang pilihan-Nya dapat diwujudkan dengan kerendahan hati, bukan
dengan kosombongan atau kelaliman diri.
Dalam perumpamaan tentang hakim yang tidak benar ini, dijelaskan
bahwa: “Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang
siang malam berseru kepada-Nya? Adakah Allah mengulur-ulur waktu
sebelum menolong mereka?” (Luk. 18:7). Perumpamaan tentang orang
farisi dengan pemungut cukai, kembali menegaskan “...sebab barangsiapa
meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri,
ia akan ditinggikan” (Luk. 18:14). Ketika memberkati anak-anak, Tuhan
Yesus berkata: “...sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan
Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya” (Luk.
18:17). Bagaimana dengan perumpamaan orang kaya yang sukar masuk
Kerajaan Allah, “Ketika orang kaya itu mendengar perkataan Yesus, ia
menjadi amat sedih, sebab ia sangat kaya” (Luk. 18:23).
Sikap “meninggikan diri sendiri, menganggap diri benar, memandang
rendah orang lain”, inilah yang menjadi penyebab utama perselisihan dan
perpecahan gereja, menjadi “racun” atau “bom waktu” yang siap meledak
dan merusak kerukunan berjemaat. Belajar untuk rendah hati memang
tidak mudah; kita masih merasa sakit hati kepada orang menyakiti diri kita.
Kita masih belum rendah hati. Kerendahan hati terwujud, ketika kita dapat
untuk, “Mintalah berkat bagi orang yg mengutuk kamu, berdoalah bagi
orang yang mencaci kamu” (Luk. 6:28), “Kasihilah musuhmu, berbuatlah
baik kepada orang yang membenci kamu” (Luk. 6:27).
STUDI PRIBADI: Sikap manakah yang dibenarkan di hadapan Allah, meninggikan diri atau
merendahkan hati di hadapan-Nya? Jelaskan alasannya!
Berdoalah bagi Jemaat agar mereka mampu hidup dalam kerendahan hati di
hadapan Tuhan dan juga sesama, sehingga kehidupan mereka memuliakan
Tuhan dan menjadi berkat bagi sesama.
25
JUMAT
APRIL 2014
“…setiap orang yang karena Kerajaan Allah meninggalkan
rumahnya, …akan menerima kembali lipat ganda…”
(Lukas 18:29-30)
Bacaan hari ini: Lukas 18:18-30
Bacaan setahun: Lukas 18:24-43
HARTA DI SORGA
D
alam dunia bisnis banyak cara dan strategi yang dilakukan oleh para
pengusaha untuk mendapat keuntungan/laba. Mereka berusaha
sekuat tenaga untuk menggunakan apa yang mereka punyai untuk
meraih keuntungan, dengan alasan: mumpung masih produktif/masih ada
kesempatan. Hal ini tentu “normal-normal” saja, tetapi hal ini akan menjadi
tidak normal, apabila mereka mengabaikan satu hal, yaitu: “harta sorgawi
yang Kristus sediakan bagi orang-orang milik kepunyaan-Nya. Harta yang
kekal bukan yang fana atau sementara. Mengapa?
Sejujurnya, sehebat atau sekaya apapun seseorang, ia tidak akan
merasa “puas” akan keberadaan hidupnya, rasanya ada ruang kosong
yang sangat begitu membutuhkan “kedamaian atau kesukacitaan” dalam
hidupnya. Hal ini tidak akan didapat bila kita tidak datang kepada Kristus
yang adalah Sumber Damai Sejahtera, yang mampu memberikan lebih dari
apa yang kita lihat, apa yang kita dengar dan apa yang kita pikirkan. Yang
terutama adalah, “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka
semuanya akan ditambahkan kepadamu” (Mat. 6:33). Bagaimanakah
caranya?
Dalam cerita tentang “orang kaya” (Luk. 18:18-27), Tuhan Yesus ingin
mengajarkan bahwa manusia perlu datang kepada-Nya, dan siap menjadi
murid-Nya. Artinya, Tuhan Yesus adalah sumber kekayaan yang tahu akan
kebutuhan anak-anak-Nya. Masakan Tuhan Yesus tidak memberi upah
bagi mereka yang mengikut Dia? Janji Yesus kepada pengikut-Nya yang
setia, bukan hanya upah secara jasmani (pada saat sekarang), tetapi lebih
daripada itu, pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang
kekal. Kristus telah memberikan kunci Kerajaan-Nya kepada pengikut-Nya
untuk memperoleh harta sorgawi, yaitu “datang dengan kerendahan hati,”
percaya, dan mengikuti-Nya. Janganlah kita seperti orang yang kaya yang
lebih mencintai hartanya daripada Tuhan Yesus. Suatu saat kelak, harta
duniawi kita tinggalkan, tetapi di dalam Tuhan Yesus, kita telah menerima
harta sorgawi yang bersifat kekal.
STUDI PRIBADI: Siapakah sumber berkat sejati dalam kehidupan manusia, yang dapat
mengantarnya sampai pada kehidupan kekal dan harta sorgawi yang tidak binasa?
Berdoalah bagi mereka yang belum percaya pada karya keselamatan Tuhan
Yesus, agar melalui anugerah Tuhan dan berita Injil, mereka dicelikkan dan
dapat mengerti jalan kehidupan kekal.
26
SABTU
“Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan:
Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin
dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang
akan kukembalikan empat kali lipat.” (Lukas 19:8)
APRIL 2014
Bacaan hari ini: Lukas 19:1-10
Bacaan setahun: Lukas 19:1-27
PERJUMPAAN YANG MENGUBAHKAN
S
ebuah perjumpaan bisa menjadi tidak terlupakan, misalnya ketika
kita bertemu dengan seorang tokoh penting ataupun bintang film.
Bahkan tak jarang pula peristiwa seperti itu kemudian diabadikan
dan bahkan disimpan hingga bertahun-tahun sebagai kenangan. Namun
perjumpaan seperti itu jarang membawa perubahan, apalagi berdampak
pada kekekalan. Hal yang berbeda terjadi dalam kehidupan Zakheus.
Zakheus adalah seseorang yang kesepian di tengah kehidupan materi
yang berkecukupan. Dia dikucilkan orang karena status dan jabatannya
sebagai “kepala pemungut cukai”. Ia memeras sesama sebangsa untuk
keuntungan penjajah. Dia adalah pengkhianat bangsa. Dia dimusuhi orang
banyak karena profesinya. Di tengah-tengah kelimpahan, Zakheus hidup
kesepian, kehilangan nilai hidup. Dia menemukan kembali nilai hidupnya
ketika Tuhan mengatakan bahwa Dia akan datang ke rumahnya.
Zakheus adalah orang yang ditolak oleh kaum kebanyakan namun
diterima oleh Tuhan Yesus. Nilai ini lebih tinggi dari apapun, termasuk
hartanya. Kehadiran Tuhan Yesus di rumahnya adalah suatu kehormatan
karena Zakheus menyadari bahwa dirinya sebenarnya tidak layak untuk
menerima kebaikan hati yang demikian. Zakheus menunjukkan suatu sikap
hati yang penuh penghormatan dan ucapan syukur, yakni dengan
mengembalikan harta yang pernah ia rampas. Perubahan kehidupan
Zakheus mendatangkan kebaikan bagi orang-orang lain di sekitarnya,
khususnya yang pernah ia rugikan.
Bagaimanakah dengan kehidupan kita? Adakah perjumpaan dengan
Tuhan Yesus melalui ibadah setiap minggu, bahkan persekutuan dengan
Tuhan Yesus yang kita lakukan setiap hari, membawa perubahan dalam
kehidupan kita? Apakah hari ini Tuhan telah mengingatkan kita mengenai
seseorang yang pernah kita lukai atau kita rugikan? Mari kita meneladani
kehidupan Zakheus yang bersedia untuk berubah, karena dia sadar bahwa
kehadiran Kristus jauh lebih berharga dari semua yang dia miliki atau
pertahankan.
STUDI PRIBADI: Apa yang terjadi setelah Zakheus berjumpa dengan Tuhan Yesus, yang
kemudian hadir dalam kehidupannya? Apa hubungannya dengan kita pada masa kini?
Berdoalah bagi Jemaat agar mereka memiliki hubungan yang baik dengan
Tuhan sehingga mengalami pembaharuan hidup yang semakin hari semakin
serupa dengan Tuhan Yesus sendiri.
27
MINGGU
APRIL 2014
“Kata-Nya kepada mereka: Ada tertulis:
Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu
menjadikannya sarang penyamun.”
(Lukas 19:46)
Bacaan hari ini: Lukas 19:45-48
Bacaan setahun: Lukas 19:28-48
BERADA DI RUMAH TUHAN
P
ersekutuan dengan Allah adalah kekuatan setiap orang percaya.
Andrew Murray mengatakan bahwa doa adalah denyut kehidupan.
Tanpa doa, tidak mungkin ada kebangunan rohani karena doa
adalah komunikasi kita dengan Allah. Doa adalah komunikasi pribadi kita
dengan Allah yang dapat kita lakukan, di manapun dan kapanpun. Namun,
secara khusus bacaan kita hari ini mengaitkannya dengan rumah Tuhan.
Rumah Tuhan adalah rumah doa. Dalam artian tertentu, memang
rumah Tuhan dapat disamakan dengan Gereja, sehingga Gereja harusnya
menjadi tempat seseorang dapat melakukan komunikasi khusus dengan
Allah dan menggumulkan tentang kehendak Allah dalam kehidupannya.
Tuhan Yesus marah ketika orang banyak menjadikan rumah Tuhan sebagai
ajang untuk mendapatkan keuntungan pribadi ataupun menghalangi setiap
orang untuk dapat menikmati persekutuan dengan Tuhan.
Jika menyadari fungsi penting dari rumah Tuhan tersebut, maka ada
beberapa hal yang harus diperhatikan:
(1) Setiap pengurus gereja memperhatikan setiap program, diarahkan
pada bagaimana seseorang yang hadir dalam gereja memiliki kesempatan
untuk berdoa dan menikmati persekutuan dengan Allah secara pribadi.
Setiap program harus dievaluasi agar tidak melulu menampilkan sesuatu
yang menghibur dan megah, tanpa mengingat bahwa rumah Tuhan adalah
tempat yang memang dikondisikan agar seseorang dapat berelasi secara
pribadi dengan Allah.
(2) Setiap Jemaat mempersiapan diri dan persiapan hati, termasuk di
dalamnya adalah motivasi saat kita melangkahkan kaki menuju ke gereja.
(3) Setiap orang di dalam rumah Tuhan bertanggung jawab untuk
menjadikan rumah Tuhan sebagai tempat yang nyaman, sehingga setiap
orang yang hadir dapat melakukan persekutuan pribadi dengan Tuhan.
Kiranya Tuhan Yesus menolong kita sehingga kita dapat menjaga rumah
Tuhan menjadi tempat untuk berdoa dan saling menguatkan, untuk terus
memiliki persekutuan dengan Tuhan.
STUDI PRIBADI: Apa pentingnya Rumah Tuhan bagi orang percaya? Apa saja yang harus kia
lakukan jika Tuhan memberikan tempat ibadah tersebut bagi kita, umat-Nya?
Berdoalah bagi Jemaat agar mereka memiliki hati yang tulus dan kerinduan
untuk senantiasa berada dekat dengan Tuhan dan beribadah kepada-Nya,
dalam rumah Tuhan bersama saudara seiman lainnya.
28
SENIN
APRIL 2014
“Katakanlah kepada kami dengan kuasa manakah
Engkau melakukan hal-hal itu, dan siapa yang
memberikan kuasa itu kepada-Mu!”
(Lukas 20:2)
Bacaan hari ini: Lukas 20:1-8
Bacaan setahun: Lukas 20:1-26
KUASA OTENTIK
P
ertanyaan para imam kepala dan ahli Taurat mengenai asal usul
kuasa Yesus, menandakan bahwa kehadiran-Nya telah berdampak
secara signifikan, baik bagi orang yang menerima maupun yang
menolak-Nya. Ada beberapa kemungkinan yang bisa kita pelajari di balik
pertanyaan mereka tentang kuasa Tuhan Yesus.
Pertama, para pemimpin Yahudi menunjukkan gelagat tidak percaya,
mereka meragukan jati diri Tuhan Yesus, siapa dan dari manakah kuasa itu
diperoleh, sebab selama ini tidak seorang pun dapat melakukan hal-hal
besar seperti yang telah dilakukan Tuhan. Maka timbul pertanyaan yang
menjerat, namun Yesus menjawab bahwa kuasa-Nya berasal dari diri-Nya
sendiri, bukan dari Beelzebul, juga bukan dari siapa-siapa. Merekapun
tetap tidak percaya.
Kedua, mereka terusik dengan kuasa yang belum pernah disaksikan
selama ini. Pamor mereka merosot tajam, integritas mereka diragukan dan
kehilangan rasa hormat bila dibandingkan dengan pamor Tuhan Yesus.
Untuk menjatuhkan jati diri Tuhan, mereka mencoba mencari kelemahan
dan kesalahan dengan pertanyaan konyol, namun dengan hikmat Tuhan
Yesus menanyakan kembali tentang baptisan Yohanes, tetapi mereka tidak
berani menjawab apa yang mereka tahu karena kuatir dipermalukan Yesus
di depan umum. Sebenarnya, Yesus mengetahui kelicikan pemimpinpemimpin Yahudi yang ingin mencari kelemahan-Nya.
Ketiga, mereka sebenarnya kagum dengan kuasa Tuhan Yesus, tapi
tidak mau mengakui kehebatan-Nya di hadapan umum. Padahal mereka
melihat dengan mata kepala sendiri apa yang Yesus lakukan di Bait Allah,
baik waktu Ia mengajar, memberitakan Injil maupun melakukan mujizat.
Tanda-tanda tersebut membuktikan bahwa Yesus, Anak Allah. Mesias yang
dinantikan mereka sesungguhnya telah ada di depan mata mereka, namun
mereka masih tidak mau mengakui-Nya. Inilah sikap munafik para pemuka
agama Yahudi yang tidak tulus dalam menerima keberadaan Tuhan Yesus.
Bagaimanakah dengan sikap Anda?
STUDI PRIBADI: Mengapa para imam dan ahli Taurat tidak dapat menerima perbuatan
ajaib yang Tuhan Yesus lakukan? Apa yang kemudian mereka lakukan?
Berdoalah bagi Jemaat agar mereka tidak meragukan pertolongan serta
pemeliharaan Tuhan Yesus atas hidup mereka, sebaliknya mereka semakin
berserah pada tuntunan tangan-Nya.
29
SELASA
APRIL 2014
“Batu yang dibuang oleh tukang-tukang
bangunan telah menjadi batu penjuru?”
(Lukas 20:17)
Bacaan hari ini: Lukas 20:9-19
Bacaan setahun: Lukas 20:27-47
BATU PENJURU YANG DITOLAK
C
ara Yesus menyadarkan orang Yahudi sangat sederhana sekali,
yaitu melalui perumpamaan. Mereka mengerti siapa yang dimaksud
pemilik kebun anggur dan para penggarapnya. Perumpamaan ini
telah membuka mata mereka bahwa penggarap kebun anggur melakukan
kecurangan atau mengkhianati pemilik kebun anggur dan merampas hak
ahli waris dengan keji. Selama ini mereka tidak sadar, dan tidak ada yang
berani menegur, setelah Yesus menegur mereka dengan perumpamaan
ini, mereka tahu apa yang dimaksud, sehingga mereka marah dan mencari
kesempatan untuk menangkap Yesus. Apa masalahnya?
1. Sebagai pemuka agama mereka tidak menyadari kelemahan dirinya
sendiri. Selama mereka menjadi pemimpin rohani hanya bisa mengkritik
dan mencela keberadaan orang lain, sedangkan dirinya banyak cacat cela
seperti seorang penggarap anggur yang jahat dan licik, telah melakukan
kecurangan di luar batas kewenangannya, bisa merampas hak orang lain
dan tidak mau mengembalikan apa yang menjadi bagian milik orang lain.
2. Mereka yang menganiaya nabi-nabi utusan Allah. Ciri khas mereka
sudah dikenal yaitu menjadi pemimpin bermuka dua, mereka seolah-olah
mengindahkan nabi-nabi Tuhan, namun di sisi lain mereka tidak percaya
nubuatannya. Seperti para pemilik kebun anggur yang mengutus hambahambanya, namun ditolak dan dipukulinya tanpa menaruh belas kasihan.
Apa yang diperbuat oleh penggarap kebun anggur terhadap hamba-hamba
itu sebenarnya mencerminkan sikap mereka terhadap nabi-nabi Tuhan.
3. Mereka membunuh ahli waris pemilik kebun anggur. Tidak ada cara
lain, selain ahli waris menghadap penggarap kebun anggur agar mereka
rela menyerahkan bagiannya. Tetapi mereka lebih bertindak brutal, yaitu
membunuhnya. Tindakan sadis penggarap kebun anggur mencerminkan
bahwa para pemuka agama tidak percaya nubuat Allah seutuhnya, mereka
hanya mencari kepentingan diri sendiri dan menolak Tuhan Yesus. Melalui
perumpamaan ini, mereka telah ditelanjangi Tuhan Yesus secara terangterangan, agar mereka bertobat.
STUDI PRIBADI: Sebutkan arti perumpamaan tentang kebun anggur yang ada dalam Lukas
20:9-19? Pelajaran apa yang dapat kita ambil dari kisah tersebut?
Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka memiliki kerendahan hati
tatkala firman Tuhan menegur mereka, agar kehidupan dan motivasi mereka
dimurnikan kembali oleh Tuhan.
30
RABU
APRIL 2014
“… akan datang harinya di mana tidak ada satupun
akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain,
semuanya akan diruntuhkan.” (Lukas 21:6)
Bacaan hari ini: Lukas 21:5-6
Bacaan setahun: Lukas 21:1-19
BAIT ALLAH AKAN DIBUANG
B
ait Allah yang pertama dibangun oleh Salomo (2Taw. 5:1). Bait Allah
ini kemudian dihancurkan Nebuzaradan/Kerajaan Babel (2Raj.
25:8-10). Setelah pembuangan, Bait Allah dibangun kembali oleh
Zerubabel dan Yesua; selesai pada zaman pemerintahan Darius (Ezr.
6:15). Di zaman pemerintahan Romawi, Bait Allah ini dipugar oleh Herodes,
menghabiskan waktu 46 tahun (Yoh. 2:20), dan menjadikannya bangunan
yang amat indah dan megah, lebih dari sebelumnya.
Suatu saat, setelah Tuhan dan para murid-Nya keluar dari Bait Allah,
para murid menolah ke belakang dan mengaguminya. Salah seorang murid
bahkan memujinya di hadapan Tuhan (Mrk. 13:1). Berkaitan dengan
kekaguman mereka, Tuhan menyatakan bahwa bangunan tersebut akan
diruntuhkan sampai rata dengan tanah. Ini terjadi ketika Jendral Titus
menghancurkannya pada tahun 70. Bait Allah adalah kebanggaan orang
Yahudi, symbol penyertaan Allah, tetapi Allah membiarkannya diruntuhkan
sebanyak dua kali. Jika kita simak, alasan bangunan itu dibiarkan runtuh
adalah karena “sudah kehilangan fungsinya yang semula.”
Bait Allah merupakan symbol penyertaan Allah Yahweh di tengah
umat-Nya. Bait Allah juga adalah rumah doa bagi segala bangsa, supaya
TUHAN dikenal oleh segala bangsa di bumi (2Taw. 6:32-33). Di zaman PL,
fungsi tersebut hilang oleh penyelewengan serta pemberontakan umat
terhadap Allah. Di zaman PB, Tuhan marah melihat kenyataan bahwa
rumah TUHAN sudah berubah menjadi tempat para pemimpin berpolitik
dan mencari keuntungan pribadi; mereka menjadikan rumah doa bagi
segala bangsa ini bak sarang penyamun (Mat. 21:12-13). Jika Allah
membuangnya, adalah karena bangunan itu sudah tidak lagi berfungsi
sebagaimana mestinya; demikian juga Allah sudah membuang banyak
gedung gereja yang tidak lagi menjadi tempat di mana Dia dimuliakan.
Kiranya hal ini menjadi peringatan bagi Gereja-Nya di setiap zaman
dan segala tempat, untuk setia mengerjakan misinya; menjadi berkat bagi
segala bangsa, dan bukan hanya membanggakan bangunan fisik saja.
STUDI PRIBADI: Apa yang membuat Allah membiarkan Bait Allah dihancurkan? Pelajaran
apa yang penting bagi gereja Tuhan masa kini?
Berdoalah bagi gereja Tuhan di segala tempat agar mereka menjalankan
fungsinya dalam misi Allah di tengah-tengah dunia ini, sehingga segala suku
bangsa dapat mengenal dan memuliakan Tuhan.
Catatan...
“Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan
barangsiapa merendahkan diri,ia akan ditinggikan.” (Lukas 18:14)
Download