| 215 | 二零 BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 215 | APRIL 2014 “Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan." — Matius 20:19 Saran-saran Praktis Bersaat Teduh PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible! PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab. Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut: Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit. Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda. Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan Tuhan. Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga paham benar, kemudian renungkanlah. Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu. Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan) PERSPEKTIF www.gkagloria.or.id Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272 Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282 Email: [email protected] Rekening Bank: BCA a/c 256 532 5777 a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria Penulis edisi 216: Alex Lim, Alfred Jobeanto, Andree Kho, Bambang Tedjokusumo Elok Chrisinar, Frengky Yohanes A., Ie David, Liem Sien Liong, Liona Margareth, Musa Akbar HIM., Otniol H. Seba, Rohani, Sahala Marpaung Penerjemah: Tertiusanto EDITORIAL Allah Berdiam M anusia seringkali lebih mudah mempertanyakan apa yang Tuhan kerjakan daripada mempertanyakan apa yang mereka lakukan dalam hidup mereka. Sebagai contoh, manusia sering mempertanyakan, “Mengapa Tuhan hanya berdiam diri dan tidak menyatakan kuasa-Nya ketika manusia mengalami musibah bencana alam dan sebagainya?” Apakah Allah tidak mengasihi mereka? Apakah Allah telah kehilangan kuasa-Nya untuk mengatasi hal-hal buruk yang menimpa manusia ciptaan-Nya? Ketika mendengar pertanyaan ini, atau kita sendiri mempertanyakannya, maka ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dan renungkan: (1) Tuhan adalah Tuhan. Sejumlah pertanyaan yang kita ajukan kepada Tuhan mengenai tindakan-Nya yang berdiam diri, ketika manusia mengalami bencana alam dan sebagainya, sesungguhnya mencerminkan bahwa kita tidak pernah mengakui Dia sebagai Tuhan. Sebaliknya, kita menempatkan Dia sebagai pelayan manusia, yang layak dijejali sejumlah pertanyaan ketika dia tidak berbuat apa-apa, atau tidak mengerjakan tugasnya dengan baik. Apakah Tuhan seperti itu? Jelas tidak! Tuhan adalah Tuhan. Ia memiliki hak untuk berdiam. Ia memiliki hak untuk mengerjakan kehendak-Nya. Ia memiliki hak dalam segala sesuatu. Dia adalah Tuhan yang berkuasa dan berdaulat dalam segala hal. Jika Dia adalah Tuhan dan kita adalah ciptaan-Nya, apakah ciptaan berhak mempertanyakan apa yang dikerjakan sang Pencipta? Karena itu, jangan pernah ragu dan bimbang terhadap sikap Tuhan yang berdiam diri dan nampak tidak berbuat apa-apa ketika peristiwa buruk menimpa hidup kita. Bukankah Dia adalah Tuhan yang dapat mereka-rekakan yang buruk menjadi kebaikan? (Kej. 50:20; Rm. 8:28). (2) Akibat Dosa. Selain Tuhan berdiam diri karena Ia mengerjakan apa yang dikehendaki-Nya, Ia juga berdiam diri karena dosa manusia. Ironisnya adalah, manusia seringkali mempertanyakan perbuatan Tuhan, tetapi tidak mempertanyakan perbuatannya sendiri. Banyak dosa yang telah manusia lakukan, sehingga kehidupan manusia menjadi sulit. Tuhan berdiam diri karena Ia tidak berkenan melihat dosa menusia; dan dosalah yang menjauhkan manusia dari Tuhan dan segala berkat-Nya (Yes. 59:1-8). (3) Serangan kuasa gelap. Peristiwa buruk yang menimpa manusia, tidak saja akibat dosa, tetapi juga serangan kuasa gelap. Jika kuasa gelap melakukan serangan, maka kondisi manusia menjadi buruk. Tujuannya adalah melalui penderitaan itu, kita meragukan dan menyangkali kasih Allah. Masih ingatkah Anda bagaimana Iblis mencobai Ayub agar menyangkal Allah dan kasih-Nya? (4) Ujian. Tidak semua peristiwa buruk yang menimpa kita adalah akibat kesalahan kita, tetapi ada maksud Tuhan di dalamnya, bagi pertumbuhan iman kita. Allah mencoba (menguji) Abraham, agar imannya semakin kuat dan hidup benar di hadapan-Nya. Allah membiarkan Ayub dicobai Iblis, agar semakin mengenal Allah dengan benar. Karena itu, jika kita sedang dalam keadaan yang buruk, ingatlah bahwa itu dapat melatih keteguhan iman kita. 01 SELASA APRIL 2014 “Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat…” (Lukas 6:45) Bacaan hari ini: Lukas 6:43-45 Bacaan setahun: Lukas 6:27-49 KESELARASAN HATI DAN PERBUATAN S ering kali kita mendengarkan orang berbicara demikian: “Kelakuan orang tersebut [orang Kristen tersebut] mirip dengan orang yang tidak beragama. Katanya Kristen, tapi kok seperti itu; sifat dan perilakunya tidak seperti keyakinannya!” Tentu pernyataan seperti ini lahir dari sebuah pengamatan yang terjadi di sekitar kehidupan orang tersebut. Kalimat ini menunjukkan adanya suatu perilaku yang tidak selaras antara apa yang diyakini dengan yang dilakukan. Ini adalah suatu kemunafikan. Orang yang munafik adalah orang yang berpura-pura memiliki keyakinan untuk setia kepada keyakinannya, namun perkataan dan perilakunya tidak menunjukkan hal yang demikian. Orang munafik dapat diartikan juga orang yang berkata-kata tentang sesuatu yang baik dan benar, namun hati dan pikirannya tidaklah demikian. Teks yang kita baca ini merupakan sub bagian dari konteks yang lebih luas dalam Lukas 6:39-49, yang secara khusus berbicara tentang karakter dari seorang murid, dalam hal ini adalah murid Kristus. Melalui bagian ini, Tuhan Yesus ingin mengingatkan para murid, bagaimanakah seharusnya mereka bersikap. Seorang murid Kristus harus bersikap benar, dalam arti, apa yang ada di hatinya akan terungkap melalui tutur kata dan perilakunya. Tuhan Yesus sedang memperingatkan tentang 2 argumen yang ada pada zaman itu, bahwa hati yang tidak baik dapat mengeluarkan tutur kata dan perilaku yang baik, ataupun sebaliknya, hati yang baik dapat mengeluarkan tutur kata dan perilaku yang tidak baik. Keselarasan antara apa yang ada di dalam hati dan yang keluar dari tutur kata dan perilaku, adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Itulah sebabnya Amsal mengingatkan, “Jagalah hati dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah akan terpancar kehidupan.” Pernyataan ini mengandung sebuah kebenaran yang hakiki bahwa apa yang ada dalam hati seseorang akan terungkap melalui perkataan dan perilaku seseorang. Karena itu, seorang murid Kristus harus benar-benar menunjukkan bahwa hati dan perbuatannya selaras. STUDI PRIBADI: Apakah hati yang baik dapat mengeluarkan perbendaharaan yang jahat? Mengapa demikian? Jelaskan! Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka hidup mengasihi Tuhan dengan segenap hati, sehingga mereka berjuang untuk menjadi berkat bagi orang lain melalui perkataan dan perilaku hidupnya. 02 RABU APRIL 2014 “Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: Jangan Menangis!…” (Lukas 7:13) Bacaan hari ini: Lukas 7:11-17 Bacaan setahun: Lukas 7:1-30 BELAS KASIHAN YESUS ATAS JANDA DI NAIN I njil Lukas 7 secara umum menujukkan tentang perjalanan Tuhan Yesus untuk melayani orang-orang lain di kota-kota yang berbeda. Dalam Lukas 7:11-17 merupakan mujizat yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, yang tidak dicatat di dalam kitab injil yang lain. Mujizat ini adalah Tuhan Yesus membangkitkan anak muda di Nain. Secara umum bahwa di dalam cerita mujizat ini tidak ditekankan soal “iman” seperti di dalam kisah Tuhan Yesus menyembuhkan hamba seorang perwira di Kapernaum (Luk. 7:110). Persoalannya, apakah iman tidak diperlukan dalam penyembuhan orang sakit atau membangkitkan orang mati, yang dilakukan oleh Tuhan Yesus? Iman pasti sangat diperlukan. Namun dalam bagian ini, khususnya Lukas 7:11-17, penulis Injil Lukas ingin menekankan tentang figur Yesus Kristus di dalam pelayanan-Nya. Itu sebabnya sangat ditekankan kepada “apa yang Tuhan Yesus lakukan”. Setidaknya, hal yang ditekankan berkaitan dengan cerita mujizat ini adalah tentang belas kasihan Tuhan Yesus atas seorang janda (ay. 13). Belas kasihan adalah sifat yang melekat di dalam diri Tuhan Yesus, tatkala melihat suatu kondisi yang “miris” dalam melayani-Nya. Sifat belas kasihan inilah yang kemudian mendorong Tuhan Yesus untuk melakukan sesuatu bagi orang lain, terlebih khusus untuk menghibur dan menolong janda ini, yakni dengan cara membangkitkan anaknya dari kematian. Memang tidak selamanya penulis kitab-kitab Injil memakai kata “belas kasihan” dalam seluruh pelayanan Tuhan Yesus. Namun kita dapat memahami bahwa belas kasihan itu akan muncul di saat-saat yang tepat, sebagaimana hal itu memang diperlukan dan bukan dibuat-buat atau didramatisir sebagaimana yang banyak terjadi pada masa kini. Pelajaran penting dalam bagian ini adalah: (1) Cerita mujizat haruslah dipahami sesuai dengan konteksnya. Dalam hal ini, “mujizat” terjadi karena belas kasihan dan otoritas Tuhan Yesus Kristus (ay. 13-15). (2) Hendaknya belas kasihan menjadi bagian di dalam pelayanan yang kita lakukan, sama seperti Kristus. STUDI PRIBADI: Bagaimanakah perasaan Tuhan Yesus ketika melihat janda di Nain yang ditinggal mati oleh anaknya? Apakah yang dapat kita pelajari dari kisah ini? Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar memiliki kepekaan hati terhadap mereka yang lemah dan juga percaya penuh pada kedaulatan Tuhan dalam kehidupan mereka. 03 KAMIS APRIL 2014 “Kata Yesus: Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini dan dengan apakah mereka itu sama?” (Lukas 7:31) Bacaan hari ini: Lukas 7:31-35 Bacaan setahun: Lukas 7:31-50 GENERASI YANG TIDAK PERCAYA A pakah semua orang Kristen pasti percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, yang adalah kebenaran Allah? Apakah semua orang-orang yang belajar Alkitab juga percaya bahwa Tuhan Yesus adalah jalan kebenaran? Tentu tidak semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus mengakui hal itu. Meskipun mereka termasuk orang-orang yang belajar Alkitab, belum tentu percaya bahwa Yesus adalah jalan kebenaran. Hal yang penting dan harus diingat bahwa “percaya kepada Yesus Kristus” merupakan suatu anugerah dari Allah, bukan suatu usaha manusia (bnd. Ef. 2:8-9). Itu sebabnya pengetahuan dan pengalaman manusia tidak akan dapat menuntun kepada iman yang sejati. Sebaliknya, iman yang sejati selalu akan mencari pengertian dalam konteks kebenaran—kebenaran menurut kitab suci. Bagian ini menunjukkan bagaimana orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat berusaha menolak apa yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis (ay. 30). Dengan menolak apa yang dilakukan Yohanes Pembaptis, mereka menolak apa yang diberitakan oleh Yohanes Pembaptis tentang Yesus Kristus. Bahkan penolakan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat terhadap Yohanes Pembaptis berdampak kepada penolakan Tuhan Yesus secara langsung (ay. 23, 34). Benar-benar sangat menyedihkan! Orang-orang yang seharusnya belajar kitab suci, memiliki tradisi pemahaman Firman Allah di dalam tradisi Yudaisme yang ketat, ternyata tidak melihat pribadi Tuhan Yesus Kristus sebagai bagian dari penggenapan Allah yang nyata. Sebaliknya, mereka menolak-Nya dan tidak percaya kepada-Nya. Kisah ini mengajarkan kita, bahwa iman dan keyakinan kepada Tuhan Yesus Kristus hanya dapat dimiliki jika seseorang menerima anugerah dan kemurahan Allah. Sebab tanpanya, meski ada usaha untuk mempelajari dengan berbagai pengetahuan disertai dengan pengalaman keagamaan, hal itu tidak mungkin membawa seseorang kepada iman dan keyakinan yang benar. Andrew Murray menulis, Kristus akan selalu diterima dengan iman, dan Allah telah meletakkan itu di dalam hati kita. STUDI PRIBADI: Dari manakah datangnya iman kepada Yesus Kritus yang menyelamatkan manusia berdosa? Mengapa? Jelaskan! Berdoalah bagi pemberitaan Injil Tuhan di seluruh pelosok Indonesia, agar Tuhan berkenan menyatakan kemurahan anugerah-Nya dan kebangunan rohani dalam hidup para pendengar Injil. 04 JUMAT APRIL 2014 “Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.” (Lukas 8:15) Bacaan hari ini: Lukas 8:4-15 Bacaan setahun: Lukas 8:1-25 MENDENGAR FIRMAN SAJA TIDAK CUKUP O rang banyak berbondong-bondong datang untuk menggabungkan diri pada Yesus. Mereka datang dari kota ke kota untuk melihat apa yang Yesus lakukan dan mendengarkan apa yang Yesus ajarkan (ay. 4). Namun demikian, Yesus tidak terkesan dengan orang banyak yang mengikuti-Nya. Mengapa demikian? Karena Tuhan Yesus tahu bagaimana kondisi rohani hati mereka yang sesungguhnya. Perumpamaan mengenai penabur yang Tuhan Yesus katakan kepada mereka sesungguhnya menyatakan bagaimana respon Yesus terhadap orang banyak yang datang bergabung dengan-Nya. Melalui perumpamaan tentang penabur tersebut, Tuhan Yesus ingin agar mereka memperhatikan dan menanggapi pengajaran-Nya secara benar dengan mempercayai dan melakukannya; bukannya hanya mendengarkan dan mendengarkannya, tanpa mempercayai dan melakukannya. Bagaimana dengan kita? Melalui perumpamaan ini, Tuhan Yesus hendak mengoreksi hati kita, apakah hati kita seperti tanah yang baik sehingga firman Tuhan yang kita dengar, bertumbuh dan menghasilkan buah seratus kali lipat; ataukah hati kita seperti tanah yang berbatu-batu, setelah mendengarkan firman Tuhan, bertumbuh, namun kemudian karena himpitan dunia menjadi kering dan tidak berbuah sama sekali (ay. 5-8). Dalam ayat 8 dan 18, Tuhan Yesus sekali lagi menegaskan kepada kita bahwa sesungguhnya mendengar firman Tuhan saja tidak cukup; Tuhan Yesus ingin agar kita menjadi pelaku firman Tuhan (ay. 21), bahkan ketika ujian datang menimpa kehidupan, kita tetap memiliki hati yang sungguhsungguh teguh percaya kepada firman Tuhan (ay. 22-25). Demikianlah keinginan Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya. Tuhan rindu kita semua mempunyai sikap hati yang benar terhadap firman-Nya. Ia mau kita mendengarkan firman-Nya, mempercayai dan mentaati perintahNya dan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga kita boleh menjadi murid Tuhan yang sehat secara rohani, bertumbuh dan berbuah berlipat kali ganda. Dengan demikian kita menyukakan hati-Nya. STUDI PRIBADI: Sebagai murid-murid Tuhan, mengapa mendengarkan firman Tuhan saja tidak cukup? Sesungguhnya apakah yang Tuhan inginkan dari kita? Mengapa demikian? Doakanlah agar Jemaat GKA Gloria mengalami pertumbuhan dalam firman Tuhan dan menghasilkan buah rohani yang berlipat kali ganda sehingga kita boleh menyukakan hati Tuhan. 05 SABTU APRIL 2014 “Lalu seluruh penduduk daerah Gerasa meminta kepada Yesus, supaya Ia meninggalkan mereka, sebab mereka sangat ketakutan. Maka naiklah Ia ke dalam perahu, lalu berlayar kembali.” (Lukas 8:37) Bacaan hari ini: Lukas 8:26-39 Bacaan setahun: Lukas 8:26-56 ORANG BANYAK MENOLAK YESUS Y esus dan murid-murid-Nya berlayar ke seberang danau Galilea (ay. 22, 26). Saat mereka mendarat di tanah Gerasa, datanglah seorang laki-laki dari kota itu untuk menemui Dia. Ternyata orang itu dirasuki setan-setan dan sudah lama ia tidak berpakaian dan tinggal di pekuburan (ay. 26-27). Sungguh menyedihkan sekali keberadaannya. Ia telah menjadi tawanan setan-setan selama ini (ay. 29). Ketika melihat keberadaan orang tersebut, Tuhan memerintahkan roh jahat yang merasukinya itu untuk keluar dari tubuhnya (ay. 29; Mrk. 5:8.). Namun untuk mengusir roh jahat itu (ay. 30) ada harga yang harus dibayar. Setan-setan itu memohon dengan ketakutan kepada Yesus agar jangan memerintahkan mereka untuk masuk ke dalam jurang maut (ay. 31). Setansetan itu meminta, agar Ia memperkenankan mereka memasuki sejumlah besar babi yang sedang mencari makan di lereng gunung saat itu (ay. 32). Yesus pun mengabulkan permintaan mereka lalu dengan segera keluarlah setan-setan itu dari orang itu dan pindah mamasuki babi-babi itu. Kemudian kawanan babi itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau, dan mati lemas di sana (ay. 33). Menurut catatan Injil Markus, jumlah kawanan babi tersebut kira-kira dua ribu ekor (Mrk. 5:13). Suatu jumlah yang sangat besar apabila di-kurs-kan. Peristiwa tersebut membuat para penjaga babi lari dan pergi menceritakan hal itu di kota dan di kampung-kampung sekitarnya (ay. 34), sehingga membuat banyak orang datang kepada Tuhan Yesus untuk melihat perubahan hidup dari orang yang dirasuk setan itu. Penyembuhan orang Gerasa yang kerasukan setan itu (Mat. 8:28) seharusnya membuat Yesus disayangi mereka, namun alangkah anehnya respon yang mereka tunjukkan kepada Yesus. Mereka justru menjadi sangat ketakutan kepada Yesus, bahkan mengusir dan meminta Yesus meninggalkan mereka (ay. 37). Mereka nampaknya lebih peduli pada babi dan uang, daripada Yesus! Bagaimana dengan Anda? Apa Anda merasa bahwa kehadiran dan karya Yesus di dalam hidup Anda dan orang lain, merupakan ancaman atau kerugian besar bagi Anda? STUDI PRIBADI: Mengapa mereka meminta kepada Yesus agar Ia meninggalkan mereka? Apakah Anda merasa rugi akan kehadiran dan karya Yesus di dalam hidup Anda? Berdoa agar orang Kristen melihat jiwa-jiwa yang belum diselamatkan begitu berharga daripada harta atau uang mereka, sehingga mereka tidak merasa rugi untuk membantu pekerjaan Tuhan. 06 MINGGU APRIL 2014 “Tetapi Ia berkata kepada mereka: Kamu harus memberi mereka makan! Mereka menjawab: Yang ada pada kami tidak lebih dari pada lima roti dan dua ikan,…” (Lukas 9:13) Bacaan hari ini: Lukas 9:10-17 Bacaan setahun: Lukas 9:1-17 KRISTUS MEMAMPUKAN KITA P ada waktu hari mulai malam datanglah murid Yesus kepada-Nya dan berkata: “Suruhlah orang banyak itu pergi, supaya mereka pergi ke desa-desa dan kampung-kampung sekitar ini untuk mencari tempat penginapan dan makanan, karena di sini kita berada di tempat yang sunyi.” Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Kamu harus memberi mereka makan!” Murid-murid menjawab: “Yang ada pada kami tidak lebih dari pada lima roti dan dua ikan, kecuali kalau kami pergi membeli makanan untuk semua orang banyak ini” (ay. 12-13). Bagi murid-murid, apa yang Tuhan Yesus perintahkan adalah hal yang mustahil untuk dilakukan. Mana mungkin memberi mereka semua makan? Jumlah mereka lima ribu orang laki-laki, itu pun belum terhitung wanita dan anak-anak. Para murid menyadari ketidakmampuan serta keterbatasan mereka. Mereka begitu pesimis dengan ketidakmampuan mereka. Yang ada pada mereka hanya ada dua ikan dan lima roti saja; dan itu pun bukan punya mereka, tapi punya seorang anak kecil. Namun bagi Yesus tidak ada yang tidak mungkin. Yesus meminta para murid-Nya untuk menyuruh orang banyak itu duduk (ay. 14-15). Setelah itu, Ia mengambil lima roti dan dua ikan yang dianggap tidak ada apa-apanya itu, Ia menengadah ke langit, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada para murid-Nya supaya dibagi-bagikan kepada orang banyak. Ternyata lima roti dan dua ikan itu dapat memberi mereka semua makan sampai kenyang; bahkan ketika potongan-potongan roti yang sisa itu dikumpulkan, jumlahnya dua belas bakul (ay. 16-17). Luar biasa! Di tangan Yesus tidak ada yang tidak mungkin. Di dalam melayani Tuhan, kadang kita pun seperti murid-murid Tuhan. Kita merasa tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi apa yang diperintahkan-Nya. Kita sering pesimis, kita merasa tidak berdaya dan tidak dapat berbuat apa-apa. Janganlah kita pesimis! Marilah kita menyerahkan keterbatasan dan ketidakmampuan kita kepada Tuhan, dan menjadi berkat bagi banyak orang. STUDI PRIBADI: Apakah yang membuat kita mampu untuk melayani Tuhan? Jelaskan alasannya! Berdoalah agar para pelayan Tuhan tidak merasa pesimis dalam melakukan pelayanannya, tetapi mau belajar untuk menyerahkan semua keterbatasan dan ketidakmampuan mereka kepada Tuhan. 07 SENIN APRIL 2014 “Katanya kepada mereka semua: Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” (Lukas 9:23) Bacaan hari ini: Lukas 9:22-27 Bacaan setahun: Lukas 9:18-36 MENGIKUT YESUS S ebagai murid Kristus, kita dipanggil untuk menyangkal diri, memikul salib setiap hari dan mengikuti-Nya. Tentu saja hal ini tidak mudah, karena itu berarti kita siap untuk mematikan keinginan daging kita, mengubah kebiasaan buruk kita, meninggalkan dosa-dosa kita, dan meneladani kehidupan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus sendiri telah memberikan teladan bagi kita dengan taat pada kehendak Bapa-Nya. Dalam Filipi 2:8 dikatakan, bahwa Tuhan Yesus telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Jika Yesus saja rela taat sampai mati demi memenuhi kehendak Bapa-Nya, demikian pula lah seharusnya kita. Sayangnya, banyak orang mau mengikut Tuhan Yesus hanya sekadar untuk mendapatkan berkat, tetapi ketika ia diminta untuk menyangkal diri, memikul salib setiap hari, maka dengan mudah sekali ia memutuskan untuk tidak mau mengikut Tuhan lagi atau mengikut Tuhan dengan setengah hati. Padahal, tidak ada yang namanya mengikut Tuhan setengah-setengah. Firman Tuhan dalam Matius 6:24 mengatakan, kita tidak bisa mengabdikan diri kita kepada dua tuan. Kita tidak dapat mengabdi kepada Allah dan juga kepada Mamon. Ketika kita mengikut Tuhan setengah hati, itu berarti kita memutuskan untuk tidak mengikut Tuhan sama sekali. Bukankah kita sering mendengar, ketika orang Kristen ditegur karena dosanya, maka ia mengatakan bahwa hal itu sudah mendarah daging, tidak bisa diubah lagi. Atau ia akan berkata, “Dari dulu aku memang pemarah, itu sudah turunan.” Ada juga yang berkata, “Hidupku jadi begini ya karena keluargaku berantakan.” Kita seringkali menyalahkan masa lalu, keluarga, bahkan situasi, hanya karena kita sebenarnya memang tidak mau berubah. Panggilan untuk menyangkal diri dan memikul salib dalam mengikut Tuhan Yesus merupakan syarat yang tidak bisa ditawar-tawar! Siapapun kita, ketika kita memutuskan untuk mengikut Tuhan Yesus, maka itu berarti bahwa kita siap dan mau mematikan keinginan daging kita, meninggalkan kebiasaan hidup yang penuh dosa. STUDI PRIBADI: Apa arti pernyataan Tuhan Yesus dalam Lukas 9:24? Bagaimana muridmurid Tuhan Yesus menunjukkan sikap menyangkal diri dan memikul salib? Berdoalah agar orang Kristen mau meninggalkan kebiasaan dan sikap-sikap yang buruk dalam hidupnya sehingga kehidupannya bisa menjadi kesaksian bagi orang banyak dan memuliakan Tuhan. 08 SELASA APRIL 2014 “Barangsiapa menyambut anak ini dalam namaKu, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku...” (Lukas 9:48) Bacaan hari ini: Lukas 9:46-48 Bacaan setahun: Lukas 9:37-62 BELAJAR DARI ANAK KECIL M enjadi yang terbesar dan terkemuka merupakan idaman semua orang, tidak terkecuali murid-murid Tuhan Yesus. Setelah peristiwa Tuhan Yesus menyembuhkan seorang anak yang kerasukan setan, maka dikatakan bahwa semua orang terheran-heran dengan apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus; dan selagi mereka terpesona, Tuhan Yesus menyampaikan akan penderitaan yang harus Ia alami. Ini adalah pemberitahuan yang kedua. Tetapi firman Tuhan mengatakan mereka tidak mengerti perkataan itu. Mengapa? Sebenarnya perkataan itu cukup jelas, tetapi mereka tidak mau memahaminya secara harafiah, mungkin karena hal itu tidak sesuai dengan pemikiran mereka. Dan di tengah situasi yang demikian, di mana seharusnya mereka berempati dengan penderitaan yang akan dialami oleh Tuhan Yesus, mereka justru memperebutkan siapa yang terbesar di antara mereka. Keinginan berlebihan akan kehormatan dan kedudukan adalah dosa yang seringkali menggerogoti manusia, termasuk anak-anak Tuhan. Kita semua selalu ingin menjadi yang terutama, yang dihormati, yang memimpin dan memerintah. Tidak ada orang yang bercita-cita menjadi yang terkecil, yang tidak dipandang, bahkan yang harus melayani. Tetapi, Tuhan Yesus memberikan prinsip yang berbeda. Tuhan Yesus mempergunakan seorang anak kecil sebagai ilustrasi ketulusan hati yang tidak berpura-pura, sikap yang selalu mau belajar dengan kerendahan hati dari Bapanya dan sikap bergantung sepenuhnya pada pertolongan Bapanya. Anak kecil itu tidak memiliki kedudukan penting di dalam masyarakat, sehingga melambangkan yang terkecil (ay. 48). Tuhan Yesus mengajar bahwa orang yang terbesar dalam kerajaan surga adalah orang yang memiliki hati seperti anak kecil itu, yang tulus dalam tindakan dan ucapan, tidak ada kepura-puraan atau kemunafikan, yang memiliki sikap selalu mau belajar dan bergantung pada Bapanya dan yang senantiasa melakukan kehendak Bapa serta menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Adakah sikap yang demikian dalam diri kita? STUDI PRIBADI: Mengapa Tuhan Yesus menggunakan anak kecil sebagai ilustrasi untuk mengajarkan kepada murid-muridNya tentang “Siapa yang terbesar?” Jelaskan! Berdoa agar kita tidak menjadi orang Kristen yang sombong secara rohani, sehingga kita tidak mampu melihat visi Allah dalam hidup kita dan hanya menjadi batu sandungan orang lain. 09 RABU APRIL 2014 “Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukcitalah karena namamu ada terdaftar di sorga.” (Lukas 10:20) Bacaan hari ini: Lukas 10:17-20 Bacaan setahun: Lukas 10:1-24 NAMAMU TERDAFTAR DI SORGA S etelah 70 murid menyelesaikan pelayanan, mereka kembali kepadaNya dan berkata: “Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu.” Apa respons Tuhan saat mendengar perkataan mereka? Apakah Tuhan berkata: “Kamu hebat”? Apakah Dia setuju dengan kegembiraan mereka? Tentu TIDAK. Namun Dia juga tidak secara langsung menyatakannya. Jika demikian, apa yang dikatakan-Nya? (1) Tuhan Yesus mengatakan tentang bagaimana Iblis jatuh dari langit. (2) Tuhan Yesus mengatakan bahwa Dialah yang memberi kuasa kepada mereka. (3) Tuhan Yesus melarang mereka untuk bersukacita karena rohroh itu takluk kepada mereka. Dia memberi perintah, bahwa mereka harus bersukacita karena nama mereka ada terdaftar di sorga. Kita perhatikan baik-baik perkataan Tuhan Yesus. Sebelum Tuhan menyatakan SALAH terhadap dasar kegembiraan mereka, Dia lebih dulu mengatakan tentang kejatuhan Iblis, kemudian Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa Dialah yang memberikan kuasa kepada mereka. Apakah hubungan kejatuhan Iblis dengan kuasa-kuasa yang diberikan-Nya? Sebenarnya Tuhan Yesus sedang menyatakan siapa diri-Nya di hadapan mereka; sekaligus juga mengajarkan kepada mereka tentang “kerendahan hati” sebagai seorang hamba. Bagaimanakah sampai nama mereka dapat terdaftar di sorga? Siapakah yang mendaftarkannya? Semua itu hanya karena anugerah-Nya. Tidak ada satu manusia pun yang karena usahanya, namanya dapat terdaftar di sorga. Tentu melalui iman! Jika semua karena anugerah Tuhan, Dialah yang patut dimuliakan. Dengan demikian, Tuhan Yesus mengajarkan satu pelajaran yang sangat penting, bukan hanya untuk tujuh puluh murid, tetapi juga untuk kita, yaitu tentang kerendahan hati. Bila kita bisa berhasil, bila kita dipakai Tuhan secara luar biasa, ingatlah, janganlah sombong; janganlah berkata: “Semua itu karena saya”, katakanlah: “Semua itu karena Engkau Tuhan”. Muliakanlah Dia dan Kerajaan-Nya; Bersukacitalah karena nama kita ada tercatat oleh Tuhan Yesus di dalam buku kehidupan-Nya di sorga. STUDI PRIBADI: Apa yang sesungguhnya menjadi kebanggaan anak-anak Tuhan dalam kehidupan mereka? Jelaskan alasannya! Berdoa bagi Jemaat agar mereka hidup rendah hati di hadapan Tuhan dan mengerjakan tanggung jawab mereka sebagai umat Tuhan dengan benar, sehingga hidup mereka memuliakan nama Tuhan. 10 KAMIS APRIL 2014 “Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani.” (Lukas 10:39b) Bacaan hari ini: Lukas 10:38-42 Bacaan setahun: Lukas 10:25-42 DUDUK MENDENGARKAN TUHAN BERBICARA D i Nusa Tenggara Timur, secara khusus di kota Kalabahi, kabupaten Alor Tengah Utara, desa Mebung, apabila mengundang seseorang untuk datang ke rumah, maka pengundang wajib menjamu sang tamu. Minimal yang ia lakukan adalah menyediakan sirih pinang (makanan khas daerah), juga teh atau kopi, dan beberapa potong kue atau roti. Atau bahkan lebih dari itu, pengundang akan sibuk memasak makanan untuk tamunya. Biasanya nasi dan daging ayam, atau bebek kampung. Demikian juga yang terjadi dengan Marta. Marta mengundang Tuhan Yesus ke rumahnya. Sebagai seorang wanita yang pernah mengecap pertolongan Tuhan Yesus, ia rindu menyenangkan Sang Tamu. Ketika Tuhan Yesus sudah berada di dalam rumahnya, Marta mulai dengan kesibukannya. Ia sangat sibuk memikirkan bagaimana ia dapat bekerja dan menyenangkan hati Tamunya, Tuhan Yesus. Marta mulai sibuk bekerja, sedangkan kakaknya Maria, duduk di kaki Tuhan Yesus, mendengarkan perkataan-Nya. Kemungkinan Marta berpikir dalam hatinya: “Mengapa kakakku tidak datang dan membantu aku? Mengapa dia membiarkan aku bekerja sendirian? Mengapa Tuhan tidak menyuruh kakak untuk membantuku?” Apa yang dia ingin dan pikirkan, tidak terjadi. Lalu, karena Marta tidak dapat lagi menahan emosinya, dia langsung pergi mendekati Tuhan dan berkata: “Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku” (Karena Marta berstatus adik, dia tidak dapat berkata langsung kepada Maria kakaknya–lih. Yoh. 11:1). Kemudian Sang Tamu menjawab: “Marta, Marta, engkau kuatir dan banyak menyusahkan diri dengan banyak perkara.” Marta memang kuatir dan menyusahkan atau merepotkan dirinya, tetapi Maria telah memilih yang terbaik, yaitu duduk dekat kaki Tuhan dan mendengarkan pengajaran-Nya. Marta bukanlah orang yang kurang mengasihi Tuhan. Dia juga kakaknya, Maria, mereka sama-sama mengasihi Tuhan. Hanya Marta gagal melihat dan melakukan cara yang tepat dalam menyenangkan hati Tuhan. STUDI PRIBADI: Mengapa mendengarkan suara Tuhan lebih baik daripada melakukan kesibukan yang nampaknya untuk Tuhan, tetapi sebenarnyauntuk pujian bagi diri sendiri? Berdoalah untuk setiap pelayan Tuhan agar mereka tidak hanya sibuk dalam aktivitas pelayanan mereka, tapi juga memiliki waktu teduh bersama Tuhan, agar kerohanian mereka semakin dikuatkan. 11 JUMAT APRIL 2014 “Tetapi Ia berkata: Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan memeliharanya.” (Lukas 11:28) Bacaan hari ini: Lukas 11:27-28 Bacaan setahun: Lukas 11:1-28 BERBAHAGIALAH YANG MENDENGAR DAN TAAT A da seorang perempuan yang mengikuti Tuhan Yesus dan berkata kepada-Nya: “Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau.” Perempuan ini berkata demikian karena dia melihat Tuhan Yesus melakukan banyak mujizat yang membuat-Nya terkenal. Dia hanya melihat mujizat yang dilakukan Tuhan Yesus, tetapi dia tidak tahu bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup, sehingga dia menyamakan Yesus dengan manusia pada umumnya. Namun sesungguhnya, perempuan itu belum mengetahui kebahagiaan yang sejati. Apakah itu? Mari kita perhatikan. Tuhan Yesus mengatakan satu pernyataan sebagai tanggapan atas perkataan perempuan itu: “Yang berbahagia ialah orang yang mendengar firman Allah dan memeliharanya.” NIV: “Blessed rather are those who hear the word of God and obey it” (Luk. 11:28). Dari jawaban Tuhan Yesus ini dapat dimengerti bahwa, kebahagiaan yang sejati adalah mendengar dan melakukan Firman Tuhan. Intinya ada pada firman Tuhan. Mendengar saja tidaklah cukup; harus juga melakukan. Memelihara, NIV menerjemahkan: “obey”, yang artinya taat. Jadi, mereka yang berbahagia adalah orang yang melakukan firman Tuhan. Kita mungkin ingat tentang peristiwa Perjamuan Paskah Tuhan Yesus bersama murid-murid-Nya (Yoh. 13:12-17). Waktu itu Tuhan mengatakan: “Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.” Alkitab banyak berisikan tentang perintah Tuhan. Salah satunya ialah tentang kasih. Mendengar saja tidak cukup! Ketika kita taat berbuat kasih kepada mereka yang benar-benar membutuhkan kasih dan pertolongan, apa yang mereka rasakan? Tentunya, mereka akan sangat bahagia. Kita mungkin sama seperti perempuan itu, yang hanya menyerukan tentang kebahagiaan mengenai orang lain, tetapi diri kita sendiri belum mengalami kebahagiaan yang sejati itu. Marilah kita menjadi orang yang mengalami kebahagiaan yang sejati dari Tuhan, dengan mau mendengar dan taat akan firman-Nya. STUDI PRIBADI: Mengapa taat kepada Tuhan lebih baik daripada mengagumi segala mujizat yang Tuhan Yesus lakukan? Jelaskan! Berdoalah bagi Jemaat agar mereka hidup benar dan mentaati kehendak Tuhan, dan bukan hanya sekadar mengagumi pekerjaan-pekerjaan mujizat yang Tuhan telah lakukan. 12 SABTU APRIL 2014 “…Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus…” (Lukas 11:32) Bacaan hari ini: Lukas 11:29-32 Bacaan setahun: Lukas 11:29-54 SERUAN PERTOBATAN M elalui firman Tuhan yang kita baca, ada beberapa hal yang dapat kita pelajari: (1) Allah berinisiatif menyampaikan berita pertobatan kepada mereka yang belum mengenal Diri-Nya. Hal tersebut dapat kita lihat dari seruan untuk bertobat atau berbalik kepada Allah yang diberikan pada bangsa Niniwe, melalui nabi Yunus. Demikian juga dengan “kesempatan” yang didapatkan oleh Ratu Negeri Syeba untuk mendengar dan menyaksikan kebesaran Allah melalui keberadaan Raja Salomo yang penuh hikmat dan sangat dihormati (1Raj. 10:1-10). Dari sini kita belajar, Allah dapat memakai segala cara untuk menyampaikan sebuah seruan pertobatan yang mengajak setiap anak-Nya untuk berbalik kepada Allah. Allah adalah Pribadi yang bukan hanya memberikan Anak Tunggal-Nya, tetapi Pribadi yang memelihara kawanan domba-Nya. (2) Cara Allah yang terbesar untuk memberitakan pertobatan adalah Allah mengutus Anak Tunggal-Nya untuk membawa orang yang berdosa datang kepada-Nya. Sebab itu, bagian ini menunjukkan bahwa kedatangan Tuhan Yesus dalam dunia ini merupakan sebuah seruan pertobatan yang terbesar, dibandingkan dengan Nabi Yunus dan Raja Salomo. Keberadaan Tuhan Yesus sebagai Anak Tunggal Allah merupakan satu jaminan yang memberikan kepastian dan keseriusan berita pertobatan, yang harus kita dengar dan responi dengan baik dan benar. (3) Adanya pertobatan dari Bangsa Niniwe dan pengakuan dari Ratu Negeri Syeba akan kebesaran Allah, menjadi sebuah tanda yang harus dimiliki bagi mereka yang meresponi berita pertobatan itu dalam kehidupan kita. Bertobat berarti berbalik dari cara hidup yang lama dan mengakui akan pimpinan Allah dalam kehidupannya yang baru. Mari kita menguji kepekaan kita terhadap pimpinan dan arahan yang Tuhan berikan dalam setiap segi kehidupan kita. Adakah kita mendengar seruan pertobatan itu? Mari kita mengambil waktu sejenak untuk berdiam diri di hadapan Tuhan, dan mulai menyerahkan “tongkat” kepemimpinan kepada Dia yang memelihara hidup kita. STUDI PRIBADI: Apa yang Anda dapat pelajari dari pernyataan Tuhan Yesus tentang seruan untuk bertobat, dan bagaimana respons para pendengarnya? Berdoa bagi jemaat yang belum mengalami pertobatan sungguh-sungguh di dalam Kristus, sekalipun mereka bergereja setiap minggunya, agar mereka sungguh-sungguh bertobat dan memperbarui hidup. 13 MINGGU APRIL 2014 “Aku akan menunjukkan kepada kamu siapakah yang harus kamu takuti…” (Lukas 12:5) Bacaan hari ini: Lukas 12:1-5 Bacaan setahun: Lukas 12:1-31 MENGENAL PENGAJARAN ALLAH B acaan Alkitab hari ini mengingatkan kita, ada beberapa pengajaran yang hendak Tuhan Yesus sampaikan, yang menjadi sebuah prinsip dalam kehidupan kita, sehingga kita menjadi semakin baik dan kita dapat semakin mengenal Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi kita. Pertama, penulis Injil Lukas mencatat bahwa keberadaan orang-orang Farisi dan juga ahli-ahli Taurat selalu ingin memancing dan mencari-cari kesalahan Tuhan Yesus, untuk dijadikan alasan dan bukti penangkapanNya (Luk. 11:53,54). Namun, di dalam pasal 12, justru dengan jelas dan tegas, Tuhan Yesus memberikan beberapa prisnip dan pengajaran kepada para murid-Nya dan orang banyak yang mengikuti-Nya. Orang yang benar tidak perlu takut diselidiki dan dicermati. Hidup selalu dalam kebenaran merupakan sebuah rahasia yang harus kita sadari, agar kita memperoleh kehidupan yang berkemenangan. Kedua, waspadalah terhadap “ragi” (kemunafikkan) orang-orang Farisi dan para ahli Taurat. Kemunafikan adalah sebuah pola hidup yang hanya mementingkan hal-hal yang lahiriah (yang dilihat orang/lahiriah), tanpa hati yang sungguh-sungguh melakukannya dengan tulus dan benar di hadapan Allah. Kehidupan anak Tuhan yang benar adalah seperti sebuah surat yang terbuka dan dapat dibaca serta memberikan berkat bagi mereka yang ada di sekitar kita. Ketiga, hiduplah takut kepada Allah bukan takut dengan yang lain. Hal ini diulang dua kali, yakni untuk menegaskan pentingnya pengajaran ini di dalam kehidupan kita. Hidup takut kepada Allah adalah menyadari akan keberadaan-Nya yang selalu ada bersama dengan kita dan Dia berkuasa untuk bertindak dalam dan melalui kehidupan kita, bahkan kehidupan kita pada masa yang akan datang. Karena itu, setiap murid Tuhan perlu dan harus mendasari segala aspek kehidupannya dengan sebuah pola hidup takut akan Tuhan. Pola hidup takut akan Allah adalah menyadari kehadiranNya, menghargai keberadaan-Nya dan memuliakan Allah sesuai dengan kebenaran firman-Nya. STUDI PRIBADI: Apa yang Tuhan Yesus ajaran dalam bacaan Alkitab hari ini? Berikanlah aplikasi praktisnya! Berdoalah bagi Jemaat agar mereka tidak mengikuti pola hidup mereka yang tidak mengenal Allah, melainkan hidup takut akan Allah sehingga menjadi kesaksian bagi orang banyak. 14 SENIN APRIL 2014 “Hendaklah kamu juga siap sedia karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan.” (Lukas 12:40) Bacaan hari ini: Lukas 12:35-48 Bacaan setahun: Lukas 12:32-59 BERKARYALAH, TIDAK SEKADAR MENANTI B anyak orang Kristen merindukan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali. Namun, tidak sedikit pula yang salah mengerti dalam menyikapi kedatangan-Nya. Mereka mencoba melakukan prediksi kedatangan-Nya, kemudian berkumpul di suatu tempat, mengasingkan diri dari kehidupan sehari-hari, menjual semua yang dimiliki, untuk mempersiapkan diri menyongsong Tuhan Yesus. Apakah sikap ini yang Tuhan kehendaki, ketika menyongsong kedatangan-Nya? Apabila kita meneliti bacaan Alkitab hari ini, maka kita akan mengerti bahwa sikap orang Kristen seperti yang disebutkan di atas, tidaklah benar! Pada umumnya, mereka yang bersikap seperti itu adalah kelompok orang yang salah dalam memahami Alkitab, bahkan dapat dikatakan “sesat!” Dalam Lukas 12:35-48, Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita bahwa: (1) Kedatangan-Nya yang kedua kali tidaklah bisa diprediksi, bagaikan seorang tuan yang pulang rumah, tidak diketahui waktunya oleh para pelayanannya. (2) Hal penting yang perlu kita lakukan, bukanlah berkumpul di suatu tempat, jauh dari keramaian, dan hanya menanti-nanti kedatangan Tuhan, tanpa mengerjakan tugas-tugas kehidupan di tengah masyarakat, bukan itu! Melainkan mempersiapkan diri dengan tetap mengerjakan yang terbaik, melakukan kehendak Bapa, hidup dalam kebenaran, dan berkarya untuk menghasilkan buah bagi kemuliaan Tuhan. Istilah “persiapan” pada ayat 47 ini, tidak berarti bahwa kita boleh bermalas-malasan, duduk diam, atau mengasingkan diri di suatu tempat, melainkan siap memberikan pertanggungan jawab atas segala sesuatu, seperti yang telah diperintahkan Sang Tuan kepada kita. Karena itu, janganlah kita disesatkan tentang prediksi kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali, melainkan tetap mengerjakan tugas-tugas kita dan siap mempertanggungjawabkan tugas tersebut di hadapan-Nya. Tuhan Yesus berkata: “Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang” (ay. 43). Kiranya, kita menjadi hamba-Nya yang setia, yang terus berkarya bagi Tuhan sampai kedatangan-Nya. STUDI PRIBADI: Bagaimana seharusnya kita mempersiapkan diri dalam menantikan kedatangan Tuhan Yesus? Bermalas-malasan atau semakin giat dalam melayani Tuhan? Berdoalah bagi jemaat agar mereka hidup bertanggung jawab dan semakin memuliakan Tuhan, serta tidak dibimbingkan oleh ajaran-ajaran yang salah tentang kedatangan Tuhan. 15 SELASA APRIL 2014 “Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya?” (Lukas 13:18) Bacaan hari ini: Lukas 13:10-21 Bacaan setahun: Lukas 13:1-22 KERAJAAN ALLAH K ehadiran dan pelayanan Tuhan Yesus selalu diidentikkan dengan “kehadiran Kerajaan Allah,” sehingga di manapun Ia berada, kuasa dan pengaruh Kerajaan Allah dapat dirasakan dan dialami oleh orang-orang di sekitar-Nya. Ketika Tuhan Yesus berada di sebuah tempat ibadat orang Yahudi, Ia menjumpai seorang perempuan yang sudah 18 tahun dirasuki oleh setan, sehingga ia sakit sampai bungkuk (ay. 11). Melihat perempuan tersebut, Tuhan Yesus memanggilnya dan menyembuhkannya. Namun karena hari itu adalah hari sabat, maka kepala rumah ibadat menjadi gusar melihat apa yang Tuhan Yesus lakukan, dan berkata kepada orang banyak, “Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari sabat” (ay. 14). Mendengar perkataan itu, Yesus menjawabnya dan menegur mereka, “Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman? Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya, karena ia adalah keturunan Abraham?” (ay. 15-17). Maka orang banyak bersukacita dan para lawan Tuhan Yesus menjadi malu (ay. 18). Kemudian Tuhan menjelaskan tentang hal Kerajaan Allah, dengan apa Kerajaan Allah itu dapat diperumpamakan? Tuhan menyebutkan dua hal, yaitu biji sesawi dan ragi. Keduanya sama-sama nampak kecil, tetapi memiliki pengaruh yang besar dan kuat. Dengan kata lain, ketika Kerajaan Allah diberitakan dan kehadirannya dinyatakan, sekalipun nampak tidak berarti dan banyak orang tidak memperhatikannya, seperti kepala rumah ibadat, Kerajaan Allah itu tetap akan mendatangkan pengaruh. Karena itu, janganlah kita berhenti memberitakan Injil Yesus Kristus atau Kerajaan Allah, sebab Injil yang kita beritakan tidak akan pernah siasia, pengaruhnya akan dirasakan banyak orang, ketika Allah bekerja dan memberikan pertumbuhan. STUDI PRIBADI: Diumpamakan dengan apakah hal Kerajaan Allah? Bagaimana pengaruh dari benda-benda yang diumpamakan Kerajaan Allah tersebut? Berdoalah bagi mereka yang memberitakan Injil Tuhan agar mereka tidak putus asa ketika menghadapi kesulitan, sebab Injil yang mereka beritakan akan menbawa pengaruh yang besar. 16 RABU APRIL 2014 “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kamu tidak akan melihat Aku lagi hingga pada saat kamu berkata: Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!” (Lukas 13:35) Bacaan hari ini: Lukas 13:31-35 Bacaan setahun: Lukas 13:23-35 KESEMPATAN YANG DIABAIKAN S uatu kali, sejumlah orang Farisi datang kepada Yesus dan berkata kepada-Nya, “Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes hendak membunuh Engkau” (ay. 31). Mendengarnya perkataan itu, Yesus tidaklah gentar. Sebaliknya, Ia memberikan jawaban kepada orang Farisi, “Pergilah dan katakanlah kepada si serigala itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai. Tetapi hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem. Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu!” (ay. 32-34). Apa yang dikatakan Tuhan Yesus tentang sikap bangsa Israel saat itu sangat menyedihkan hati-Nya. Allah sangat menyayangi mereka karena mengingat perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak, dan Yakub, yaitu nenek moyang mereka. Allah telah mengutus para nabi, agar mereka berbalik dari jalan mereka yang jahat, dan kembali melakukan firman Tuhan, sehingga di manapun mereka berada, diberkati oleh Allah. Namun kenyataannya tidak demikian; mereka justru membunuh dan menganiaya utusan Tuhan! Bahkan ketika Tuhan Yesus sendiri datang untuk menyatakan rahmat dan kemurahan Tuhan, mereka tidak menyadarinya. Mereka dibutakan oleh keegoan dan sikap yang arogan, dengan merasa diri paling benar, sehingga tidak memerlukan pengampunan dan pertolongan Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata: “Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu,... tetapi kamu tidak mau. Sesungguhnya rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi... kamu tidak akan melihat Aku lagi hingga pada saat kamu berkata: Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!” (ay. 34-35). Yesus akan datang kembali, tetapi tidak lagi sama seperti waktu Dia dihina; melainkan datang sebagai Tuhan atas semesta alam, dan mereka akan tertunduk malu. Kesempatan yang indah telah diberikan kepada mereka, tetapi telah diabaikan. STUDI PRIBADI: Mengapa Tuhan Yesus sedih melihat sikap bangsa Israel yang berusaha membunuh-Nya? Jelaskan! Berdoalah bagi anggota keluarga kita yang belum mengenal Tuhan Yesus agar diberikan kesempatan dan anugerah untuk mendengarkan sekaligus menerima kabar baik, yaitu Injil Tuhan yang menyelamatkan. 17 KAMIS APRIL 2014 “Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” (Lukas 14:11) Bacaan hari ini: Lukas 14:7-11 Bacaan setahun: Lukas 14:1-24 HARUS RENDAH HATI A da beberapa macam sikap orang. Pertama, orang yang sombong. Orang ini menganggap diri lebih tinggi dari orang lain dan menghina mereka yang dirasa tidak sama seperti dirinya. Kedua, orang yang minder (rendah diri). Orang seperti ini merasa dirinya selalu lebih rendah dan lebih tidak berharga daripada orang lain. Orang seperti ini mudah untuk mengasihani diri atau mempersalahkan orang lain. Lalu, bagaimanakah seharusnya kita bersikap? Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita akan sikap rendah hati. Apa itu rendah hati? Rendah hati berbeda dengan rendah diri/minder. Seorang yang rendah hati akan menunjukkan beberapa hal berikut ini: (a) Tahu diri, yaitu seorang yang memandang dirinya dan orang lain dengan tepat, yaitu sebagai sama-sama manusia ciptaan Tuhan. Karena dia memandang dirinya dengan tepat, dia tidak mencari-cari hormat ketika hadir di keramaian, sekaligus berpikir bahwa ada orang yang mungkin lebih pantas dihormati dari dirinya. Orang seperti ini berbeda sekali dengan para tamu yang hadir di pesta waktu itu, yang berebut tempat terhormat. Bagi orang yang tahu diri, masalah mendapat kehormatan bukanlah segalanya, karena nilai seorang manusia tidak diletakkan pada hal seperti itu. (b) Tidak membanding-bandingkan dirinya dengan orang lainnya, sehingga mudah jatuh dalam kesombongan atau minder. Membandingbandingkan diri dengan orang lain adalah kecenderungan sifat manusia. Namun, seseorang yang rendah hati akan menyadari bahwa dirinya tidak berbeda dari orang lainnya; karena semua orang percaya telah disatukan di dalam Tuhan Yesus, tidak ada lagi perbedaan kaya-miskin, tua-muda, lakiperempuan, dan sebagainya. Bersikap rendah hati tidak mudah, karena setiap manusia mempunyai kecenderungan untuk sombong. Ketika kita berkata, kita bukan orang yang sombong, jangan-jangan kita sedang menyombongkan kerendahan hati kita. Karena itu, hendaknya kita mawas diri, selalu hidup dalam tuntunan Firman Tuhan, terutama dalam menilai dan berelasi dengan orang lain. STUDI PRIBADI: Pada umumnya orang memiliki sikap seperti apa? Jelaskan! Mengapa mempunyai sikap rendah hati itu tidak mudah? Berdoa bagi setiap hamba Tuhan, majelis, pengurus komisi, dan aktivis agar dijauhkan dari kesombongan rohani. Berdoa pula agar para pelayan Tuhan belajar untuk selalu rendah hati. 18 JUMAT “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, APRIL 2014 ia tidak dapat menjadi murid-Ku.” (Lukas 14:26) Bacaan hari ini: Lukas 14:25-35 Bacaan setahun: Lukas 14:25-35 TUHAN YESUS ADALAH YANG UTAMA P erkataan Tuhan Yesus ini bisa disalah-mengerti oleh banyak orang, termasuk orang Kristen sendiri. Satu yang pasti adalah ayat ini tidak dapat diartikan bahwa ketika kita mengikut Kristus maka kita boleh membenci (dalam arti sesungguhnya) keluarga dan diri kita sendiri, apalagi kalau keluarga kita itu berbeda iman dengan kita. Ada beberapa makna di balik perkataan Tuhan Yesus ini: Pertama, ketika kita menjadi murid (pengikut) Tuhan Yesus, itu berarti kita harus siap untuk menjadikan Tuhan Yesus sebagai segalanya (yang utama) dalam kehidupan kita. Ini bukan berarti bahwa kita bisa seenaknya meninggalkan keluarga atau tidak lagi memikirkan pekerjaan dan diri kita. Tapi maksudnya adalah: Tuhan Yesus lah yang menjadi dasar dalam kehidupan kita, di tengah-tengah keluarga dan diri kita sendiri. Kita tidak bisa lagi berbuat semau kita sendiri. Kita dituntut hidup seturut kehendak Tuhan, baik dalam keluarga dan kehidupan kita pribadi. Bagaimana kita menghormati, mengasihi, atau bersikap terhadap keluarga kita, haruslah berdasarkan Firman Tuhan. Kedua, ketika kita menjadi murid (pengikut) Tuhan Yesus, itu berarti kita harus siap untuk ditolak oleh keluarga, ataupun orang di sekitar kita, yang belum percaya. Untuk itu, kita tetap harus memilih Tuhan Yesus dengan segala konsekuensinya. Tetapi di dalam kondisi seperti itu bukan berarti kita boleh membenci mereka, sebaliknya tetap memohonkan kasih karunia dari Tuhan bagi mereka, supaya merekapun dapat mengalami keselamatan dari Tuhan, seperti yang sudah kita alami. Ketiga, ketika kita menjadi murid (pengikut) Tuhan Yesus, itu berarti bahwa hidup kita bukan lagi milik kita sendiri, termasuk nyawa kita. Yang menjadi sukacita adalah, nyawa kita ada di dalam Tuhan yang memberikan kehidupan kekal. Oleh karena itu, kita melihat dan membaca kisah-kisah para martir, orang-orang percaya yang rela mati demi imannya kepada Tuhan Yesus. Mereka tidak menyayangkan nyawa mereka sendiri demi mempertahankan imannya kepada Tuhan Yesus. STUDI PRIBADI: Apakah artinya, menjadikan Tuhan Yesus sebagai yang utama dalam kehidupan kita? Berikan beberapa contohnya! Berdoalah bagi Jemaat yang anggota keluarganya ada yang belum percaya, agar diberikan kasih dan kesabaran dari Tuhan untuk menjadi saksi-Nya di tengah-tengah mereka. 19 SABTU APRIL 2014 “Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat.” (Lukas 15:10) Bacaan hari ini: Lukas 15:1-10 Bacaan setahun: Lukas 15:1-10 ALLAH MENGASIHI MANUSIA BERDOSA D alam bacaan hari ini, Tuhan Yesus mengajarkan dua perumpamaan yang boleh mengingatkan para orang Farisi dan ahli Taurat akan kasih Tuhan kepada manusia berdosa. Perumpamaan ini menyatakan bahwa manusia yang berdosa adalah manusia yang terhilang dari hadapan Tuhan. Namun Tuhan tidak menolak manusia berdosa, bahkan mencari manusia yang berdosa. Hal ini dilambangkan dengan sang gembala yang mencari domba yang hilang atau perempuan yang mencari dirham yang hilang. Bahkan perumpamaan ini menggambarkan satu jiwa manusia berdosa adalah begitu berharga, sampai-sampai malaikat di surga akan bersukacita ketika ada satu manusia berdosa bertobat dan kembali kepada Tuhan. Perumpamaan ini juga menyatakan sikap yang tepat bagi manusia berdosa yang mendapatkan kasih dari Tuhan; sikap itu adalah pertobatan. Kasih Tuhan atas manusia berdosa begitu besar; yang dinyatakan melalui kedatangan Tuhan Yesus ke dalam dunia ini, untuk mencari dan menyelamatkan manusia berdosa (Luk. 19:10). Tuhan Yesus memberikan nyawa-Nya untuk mati di atas kayu salib, menebus dosa manusia. Tetapi itu bukan berarti bahwa manusia berdosa dengan enak menerima penebusan dosa tersebut. Pertobatan adalah yang diperlukan. Apakah itu pertobatan? Pertobatan adalah perubahan hidup; dulu ketika berdosa manusia hidup bagi dirinya dan semau dirinya, tetapi ketika dia percaya dan menerima pengampunan Tuhan, maka manusia harus hidup bagi Tuhan dan seturut kehendak Tuhan. Oleh karena itu, kita mengenal istilah “Kristen KTP” (Kristen Tanpa Pertobatan), yaitu orang yang mengaku Kristen, percaya Tuhan Yesus, tetapi dalam hidupnya tidak nampak pertobatan yang sejati. Bagaimana dengan kehidupan Kristen kita? Apa kita sudah percaya kepada Tuhan Yesus dan menerima pengampunan dosa di dalam Dia? Jika sudah, maka mari kita menghidupi keselamatan kita dengan benar. Kasih Allah jangan kita sia-siakan. Marilah kita mengarahkan hidup kita kepada Tuhan dan hidup seturut kehendak-Nya. STUDI PRIBADI: Bagaimana agar orang percaya tidak menyia-nyiakan keselamatan yang dianugerahkan Tuhan kepadanya? Berdoa agar jemaat Tuhan mempunyai kehidupan yang makin bertumbuh di dalam Tuhan dan meninggalkan kehidupan lamanya yang berdosa, sehingga beroleh kekuatan untuk menjadi terang bagi orang lain. 20 MINGGU APRIL 2014 “Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu… telah hilang dan didapat kembali.” (Lukas 15:31-32) Bacaan hari ini: Lukas 15:11-32 Bacaan setahun: Lukas 15:11-32 ANAK SULUNG ATAU ANAK BUNGSU S alah satu cara Yesus mengajar adalah dengan perumpamaan, yang membuat para pendengar saat itu mengerti apa maksud-Nya. Pada bagian ini Yesus menggambarkan 3 tokoh, yaitu: Anak Bungsu, Anak Sulung, Bapa. Anak bungsu, adalah gambaran orang berdosa yang terbuang secara moral dan sosial. Yang disebut anak bungsu ialah para pelacur, pemungut cukai, yang secara moral mereka melakukan pekerjaan yang mendukakan hati Tuhan dan secara sosial mereka adalah orang yang dipandang rendah karena dosanya. Anak sulung, adalah gambaran ahli Taurat dan Farisi yang setia dan taat melakukan Taurat, menganggap diri benar, tapi mereka tidak senang jika ada orang yang bertobat dan mendapat kasih Tuhan. Mereka menganggap orang yang bertobat itu tidak layak mendapat pengampunan dan kasih Tuhan. Mereka juga tidak mau menerima teguran Tuhan. Bapa, adalah gambaran Allah yang mengasihi semua umat manusia, apakah itu golongan “anak bungsu” ataupun “anak sulung.” Kepada si bungsu yang kembali, sang bapa menyambut dengan sukacita. Kepada si sulung, sang bapa juga menyambutnya ketika ia pulang dan tidak mau masuk ke dalam rumah. Sang bapa berbicara kepada si sulung, agar ia dapat menyadari kesalahannya dan bertobat. Inilah gambaran Allah yang penuh kasih, yang senantiasa rindu agar umat manusia bertobat. Pada akhir perumpamaan, memang Tuhan tidak menceritakan apa tanggapan si sulung selanjutnya. Dengan membiarkan cerita ini tidak selesai, Tuhan menunjukkan bahwa pintunya dibiarkan terbuka lebar, menantikan si sulung masuk ke dalam rumah dan bersukacita bersama. Bagaimana dengan kita? Apakah kita adalah si bungsu yang hanya memuaskan keinginan dan kesenangan diri, tapi mendukakan hati Allah? Atau, adalah si sulung, yang telah begitu lama beribadah, melayani Tuhan, merasa diri baik, tapi kita belum benar-benar mengalami kasih Yesus yang mengubah hidup? Masih ada kesempatan, Tuhan masih membuka pintu agar kita kembali bertobat dan mengalami kasih-Nya yang begitu besar. STUDI PRIBADI: Mengapa Yesus memberikan perumpamaan ini? Apakah Allah hanya pasif saja menunggu manusia bertobat? Coba jelaskan! Berdoalah dan instrospeksi diri masing-masing; sudahkah kita menjadi anak yang telah kembali kepada Bapa? Berdoalah agar kita dapat hidup sebagai anak yang sudah diselamatkan. 21 SENIN APRIL 2014 “Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi.” (Lukas 16:9) Bacaan hari ini: Lukas 16:16:1-9 Bacaan setahun: Lukas 16 PENGGUNAAN UANG T uhan Yesus menceritakan suatu perumpamaan tentang bendahara yang korupsi dan diketahui tuannya. Sehingga sang tuan meminta pertanggungan jawabnya, sebelum ia dipecat. Namun bendahara ini melakukan tindakan yang cerdik, yaitu dengan memberi diskon dari hutang yang harus dibayar oleh orang yang berhutang kepada tuannya dan mengubah surat hutang mereka tanpa ijin tuannya. Tujuannya adalah agar orang yang berhutang itu merasa berhutang budi pada bendahara itu, dan apabila ia dipecat, mereka mau menampung atau mempekerjakan dirinya. Tentu saja, apa yang dilakukan bendahara ini tidak bisa dibenarkan, namun tuannya memuji kecerdikan bendahara itu, karena ia menyelamatkan masa depannya dengan menggunakan kekuasaan yang masih ia miliki, meskipun dengan cara yang tidak benar. Jadi yang dipuji oleh majikannya adalah kecerdikannya, bukan ketidakjujurannya! Tuhan Yesus juga menyejajarkan bendahara yang tidak jujur itu dengan “anak-anak dunia” atau mereka yang belum bertobat (ay. 8). Tuhan Yesus menutup perumpamaan dengan mengajarkan: “Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi.” Apa maksudnya? Yesus mengajarkan bahwa sementara kita hidup dalam waktu yang terbatas di dunia ini, kita harus cerdik mengambil tindakan yang berguna bagi masa depan kita (kekekalan), salah satunya dengan menggunakan sesuatu yang kita miliki (uang). Ketika di dunia, kita membutuhkan dan menggunakan uang, tapi pertanyaannya: dipakai untuk apa? Apakah untuk memuaskan keinginan kita? Atau kita mati-matian kerja untuk kepuasan diri sendiri? Itu bukan orang yang cerdik, karena dia hanya mementingkan hal-hal di dunia, tapi mengabaikan kehidupan kekal! Maka jadikan uang sebagai alat untuk memuliakan Tuhan, menyenangkan hati Tuhan. Uang memang kita perlukan untuk kebutuhan hidup kita, tapi juga untuk mendukung pekerjaan Tuhan, kegiatan pinginjillan, dan membantu mereka yang membutuhkan (diakonia). STUDI PRIBADI: Mengapa banyak orang yang dikuasai uang, bukannya yang menguasai uang? Apa yang seharusnya kita lakukan terhadap uang yang kita miliki? Berdoa agar setiap anak Tuhan mempunyai pengertian yang benar tentang uang/harta mereka, sehingga mereka dapat mempergunakan uang/harta mereka sesuai dengan kehendak Tuhan. 22 SELASA APRIL 2014 “Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: tidak mungkin tidak ada penyesatan, tetapi celakalah orang yang mengadakannya.” (Lukas 17:1) Bacaan hari ini: Lukas 17:1-6 Bacaan setahun: Lukas 17:1-19 WASPADAI PENYESATAN B anyak ajaran sesat muncul di akhir zaman ini, yang menyimpang dari ajaran Alkitab. Pertanyaannya, “Bagaimanakah ciri-ciri atau unsur yang pada umumnya terdapat dalam ajaran sesat tersebut? Apakah kita dapat mengenalinya? Berbicara mengenai unsur atau ciri khas dari beberapa aliran sesat yang ada saat ini, Harvie M. Conn memberikan ciri khas dari aliran-aliran sesat tersebut, yaitu: (1) Penekanan mistikisme pada wahyu khusus yang terpisah dari ajaran Alkitab, padahal Alkitab adalah firman Allah tertulis, satu-satunya kaidah yang mengarahkan kita, pada bagaimana kita dapat memuliakan Allah dan menikmati Dia.” (2) Serangan mistikisme terhadap gereja dan kecenderungannnya untuk menggantikan gereja dengan satu orang pemimpin merupakan gambaran yang menyimpang dari gambaran Alkitab mengenai gereja dan pelayan-pelayannya. (3) Menekankan karunia-karunia Roh Kudus yang menakjubkan, sering kali menyebabkan dilalaikannya nilai tetap dari karunia yang umum. Lalu apa tujuan dari aliran-aliran tersebut? Kata “penyesatan” ini (Luk. 17:1) berasal kata Yunani, yang artinya “menyebabkan tersandung/ tumbang,” “mengajak untuk berdosa” teristimewa kepada kepercayaan palsu atau kemurtadan. Dari istilah kata ini, terlihat jelas bahwa tujuan dari ajaran sesat digunakan untuk membawa seseorang kepada kepercayaankepercayaan palsu atau kemurtadan, yang pada akhirnya mendatangkan murka Allah, baik kepada seorang yang mengajarkannya dan juga pada seorang yang telah menerima pengajaran palsu tersebut (Ef. 5:6). Ketika kita menyadari bahwa ajaran-ajaran sesat membawa penyesatan di dalam kehidupan iman seseorang, maka yang tidak boleh kita lupakan adalah senantiasa bersandar pada kebenaran firman Tuhan (Alkitab). Dengan bersandarkan kepada firman Tuhan yang benar, kita akan memiliki dasar yang teguh dan tidak mudah untuk digoyahkan oleh angin-angin pengajaran palsu. Firman Tuhan lah yang akan menuntun atau memberikan kepada kita pengetahuan tentang kebenaran yang hakiki. STUDI PRIBADI: Bagaimanakah ciri-ciri ajaran yang menyesatkan iman Kristen? Apa yang harus dilakukan jemaat Tuhan agar tidak mudah terjebak oleh ajaran sesat? Berdoalah bagi jemaat agar mereka memiliki keseriusan untuk mempelajari pengajaran iman Kristen yang benar dan sesuai kebenaran firman Tuhan yang tertulis, yaitu Alkitab sendiri. 23 RABU APRIL 2014 “Kerajaaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah.” (Lukas 17:20) Bacaan hari ini: Lukas 17:20-37 Bacaan setahun: Lukas 17:20-37 KAPANKAH KERAJAAN ALLAH DATANG? B anyak ajaran sesat saat ini berusaha untuk menafsirkan kedatangan Tuhan di muka bumi dengan memprediksi tanggal, hari, bulan atau tahun, sehingga dalam hal ini, kedatangan Tuhan dapat diramalkan. Terlihat seperti nubuatan, namun sebenarnya hanyalah bersifat ramalan. Apa perbedaan nubuatan dengan ramalan? Nubuatan berasal dari kata Ibrani, yang berarti “komunikasi (tertulis atau lisan) kepada seorang nabi dari Tuhan dengan sebuah fokus pada isi pesan.” Sedangkan meramalkan dapat berarti “melihat atau menduga keadaan yang akan terjadi dan hal ini belum tentu tepat.” Pengajar-pengajar sesat sering kali menggunakan ramalan atau kedatangan wahyu khusus sebagai dasar pengajaran mereka, tanpa mau mempedulikan kebenaran firman Tuhan (Alkitab) yang seharusnya menjadi sebuah dasar bagi pengajaran iman Kristen. Oleh sebab itu, Tuhan Yesus menegaskan, agar kita tidak mudah percaya kepada ajaran-ajaran dunia yang seolah-olah dapat memprediksi kedatangan Tuhan atau bahkan mengatas-namakan ajarannya sebagai ajaran Mesias (Luk. 17:23; Mat. 24:23; Mrk. 13:21). Yesus menegaskan bahwa “Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah” (ay. 20). Di dalam versi KJV dituliskan: The Kingdom of God cornet not with observation (pengamatan). Manusia dengan segala kemajuannya dapat mengamati fenomena-fenomena alam berupa musim tahunan ataupun bencana alam dan dapat memprediksi kapan semuanya itu akan terjadi, namun kedatangan Kerajaan Allah tidak dapat diprediksi dengan pengamatan manusia, dan juga tidak memiliki ciri-ciri khas tertentu, sehingga manusia dapat memprediksinya. Lalu kapan Kerajaan Allah datang? Jawabannya adalah kita tidak tahu kapan Kerajaan Allah datang, namun satu hal yang pasti, apabila Kerajaan Allah datang, maka kita yang masih hidup di dalam dunia akan bersamasama menyongsong Tuhan di angkasa dan akan menikmati sukacita bersama dengan Tuhan selama-lamanya (1Tes. 4:17). STUDI PRIBADI: Apakah perbedaan antara ramalan dengan nubuatan? Apakah Alkitab memberikan rumusan, agar kita mengetahui kedatangan Tuhan Yesus atau kerajaan-Nya? Berdoa bagi Jemaat agar mereka meyediakan hati dan waktu untuk belajar kebenaran firman Tuhan, sehingga tidak mudah diombang-ambingkan oleh isu-isu tentang kedatangan Tuhan Yesus kedua kalinya. 24 KAMIS APRIL 2014 “Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” (Lukas 18:14) Bacaan hari ini: Lukas 18:1-8 Bacaan setahun: Lukas 18:1-23 KERENDAHAN HATI K erendahan hati adalah suatu bentuk penundukan diri kita kepada Tuhan, bentuk ketergantungan hidup kita kepada Tuhan dan bentuk penyerahan diri kita kepada Tuhan. Sebab tanpa kerendahan hati, tidak akan ada pembenaran orang-orang pilihan-Nya. Dalam Hakim-Hakim 10:16 ditulis: “Dan mereka menjauhkan para allah asing dari tengah-tengah mereka lalu mereka beribadah kepada TUHAN. Maka TUHAN “tidak dapat lagi menahan hati-NYA melihat kesukaran mereka.” Pembenaran orangorang pilihan-Nya dapat diwujudkan dengan kerendahan hati, bukan dengan kosombongan atau kelaliman diri. Dalam perumpamaan tentang hakim yang tidak benar ini, dijelaskan bahwa: “Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Adakah Allah mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?” (Luk. 18:7). Perumpamaan tentang orang farisi dengan pemungut cukai, kembali menegaskan “...sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan” (Luk. 18:14). Ketika memberkati anak-anak, Tuhan Yesus berkata: “...sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya” (Luk. 18:17). Bagaimana dengan perumpamaan orang kaya yang sukar masuk Kerajaan Allah, “Ketika orang kaya itu mendengar perkataan Yesus, ia menjadi amat sedih, sebab ia sangat kaya” (Luk. 18:23). Sikap “meninggikan diri sendiri, menganggap diri benar, memandang rendah orang lain”, inilah yang menjadi penyebab utama perselisihan dan perpecahan gereja, menjadi “racun” atau “bom waktu” yang siap meledak dan merusak kerukunan berjemaat. Belajar untuk rendah hati memang tidak mudah; kita masih merasa sakit hati kepada orang menyakiti diri kita. Kita masih belum rendah hati. Kerendahan hati terwujud, ketika kita dapat untuk, “Mintalah berkat bagi orang yg mengutuk kamu, berdoalah bagi orang yang mencaci kamu” (Luk. 6:28), “Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu” (Luk. 6:27). STUDI PRIBADI: Sikap manakah yang dibenarkan di hadapan Allah, meninggikan diri atau merendahkan hati di hadapan-Nya? Jelaskan alasannya! Berdoalah bagi Jemaat agar mereka mampu hidup dalam kerendahan hati di hadapan Tuhan dan juga sesama, sehingga kehidupan mereka memuliakan Tuhan dan menjadi berkat bagi sesama. 25 JUMAT APRIL 2014 “…setiap orang yang karena Kerajaan Allah meninggalkan rumahnya, …akan menerima kembali lipat ganda…” (Lukas 18:29-30) Bacaan hari ini: Lukas 18:18-30 Bacaan setahun: Lukas 18:24-43 HARTA DI SORGA D alam dunia bisnis banyak cara dan strategi yang dilakukan oleh para pengusaha untuk mendapat keuntungan/laba. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk menggunakan apa yang mereka punyai untuk meraih keuntungan, dengan alasan: mumpung masih produktif/masih ada kesempatan. Hal ini tentu “normal-normal” saja, tetapi hal ini akan menjadi tidak normal, apabila mereka mengabaikan satu hal, yaitu: “harta sorgawi yang Kristus sediakan bagi orang-orang milik kepunyaan-Nya. Harta yang kekal bukan yang fana atau sementara. Mengapa? Sejujurnya, sehebat atau sekaya apapun seseorang, ia tidak akan merasa “puas” akan keberadaan hidupnya, rasanya ada ruang kosong yang sangat begitu membutuhkan “kedamaian atau kesukacitaan” dalam hidupnya. Hal ini tidak akan didapat bila kita tidak datang kepada Kristus yang adalah Sumber Damai Sejahtera, yang mampu memberikan lebih dari apa yang kita lihat, apa yang kita dengar dan apa yang kita pikirkan. Yang terutama adalah, “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu” (Mat. 6:33). Bagaimanakah caranya? Dalam cerita tentang “orang kaya” (Luk. 18:18-27), Tuhan Yesus ingin mengajarkan bahwa manusia perlu datang kepada-Nya, dan siap menjadi murid-Nya. Artinya, Tuhan Yesus adalah sumber kekayaan yang tahu akan kebutuhan anak-anak-Nya. Masakan Tuhan Yesus tidak memberi upah bagi mereka yang mengikut Dia? Janji Yesus kepada pengikut-Nya yang setia, bukan hanya upah secara jasmani (pada saat sekarang), tetapi lebih daripada itu, pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal. Kristus telah memberikan kunci Kerajaan-Nya kepada pengikut-Nya untuk memperoleh harta sorgawi, yaitu “datang dengan kerendahan hati,” percaya, dan mengikuti-Nya. Janganlah kita seperti orang yang kaya yang lebih mencintai hartanya daripada Tuhan Yesus. Suatu saat kelak, harta duniawi kita tinggalkan, tetapi di dalam Tuhan Yesus, kita telah menerima harta sorgawi yang bersifat kekal. STUDI PRIBADI: Siapakah sumber berkat sejati dalam kehidupan manusia, yang dapat mengantarnya sampai pada kehidupan kekal dan harta sorgawi yang tidak binasa? Berdoalah bagi mereka yang belum percaya pada karya keselamatan Tuhan Yesus, agar melalui anugerah Tuhan dan berita Injil, mereka dicelikkan dan dapat mengerti jalan kehidupan kekal. 26 SABTU “Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.” (Lukas 19:8) APRIL 2014 Bacaan hari ini: Lukas 19:1-10 Bacaan setahun: Lukas 19:1-27 PERJUMPAAN YANG MENGUBAHKAN S ebuah perjumpaan bisa menjadi tidak terlupakan, misalnya ketika kita bertemu dengan seorang tokoh penting ataupun bintang film. Bahkan tak jarang pula peristiwa seperti itu kemudian diabadikan dan bahkan disimpan hingga bertahun-tahun sebagai kenangan. Namun perjumpaan seperti itu jarang membawa perubahan, apalagi berdampak pada kekekalan. Hal yang berbeda terjadi dalam kehidupan Zakheus. Zakheus adalah seseorang yang kesepian di tengah kehidupan materi yang berkecukupan. Dia dikucilkan orang karena status dan jabatannya sebagai “kepala pemungut cukai”. Ia memeras sesama sebangsa untuk keuntungan penjajah. Dia adalah pengkhianat bangsa. Dia dimusuhi orang banyak karena profesinya. Di tengah-tengah kelimpahan, Zakheus hidup kesepian, kehilangan nilai hidup. Dia menemukan kembali nilai hidupnya ketika Tuhan mengatakan bahwa Dia akan datang ke rumahnya. Zakheus adalah orang yang ditolak oleh kaum kebanyakan namun diterima oleh Tuhan Yesus. Nilai ini lebih tinggi dari apapun, termasuk hartanya. Kehadiran Tuhan Yesus di rumahnya adalah suatu kehormatan karena Zakheus menyadari bahwa dirinya sebenarnya tidak layak untuk menerima kebaikan hati yang demikian. Zakheus menunjukkan suatu sikap hati yang penuh penghormatan dan ucapan syukur, yakni dengan mengembalikan harta yang pernah ia rampas. Perubahan kehidupan Zakheus mendatangkan kebaikan bagi orang-orang lain di sekitarnya, khususnya yang pernah ia rugikan. Bagaimanakah dengan kehidupan kita? Adakah perjumpaan dengan Tuhan Yesus melalui ibadah setiap minggu, bahkan persekutuan dengan Tuhan Yesus yang kita lakukan setiap hari, membawa perubahan dalam kehidupan kita? Apakah hari ini Tuhan telah mengingatkan kita mengenai seseorang yang pernah kita lukai atau kita rugikan? Mari kita meneladani kehidupan Zakheus yang bersedia untuk berubah, karena dia sadar bahwa kehadiran Kristus jauh lebih berharga dari semua yang dia miliki atau pertahankan. STUDI PRIBADI: Apa yang terjadi setelah Zakheus berjumpa dengan Tuhan Yesus, yang kemudian hadir dalam kehidupannya? Apa hubungannya dengan kita pada masa kini? Berdoalah bagi Jemaat agar mereka memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan sehingga mengalami pembaharuan hidup yang semakin hari semakin serupa dengan Tuhan Yesus sendiri. 27 MINGGU APRIL 2014 “Kata-Nya kepada mereka: Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.” (Lukas 19:46) Bacaan hari ini: Lukas 19:45-48 Bacaan setahun: Lukas 19:28-48 BERADA DI RUMAH TUHAN P ersekutuan dengan Allah adalah kekuatan setiap orang percaya. Andrew Murray mengatakan bahwa doa adalah denyut kehidupan. Tanpa doa, tidak mungkin ada kebangunan rohani karena doa adalah komunikasi kita dengan Allah. Doa adalah komunikasi pribadi kita dengan Allah yang dapat kita lakukan, di manapun dan kapanpun. Namun, secara khusus bacaan kita hari ini mengaitkannya dengan rumah Tuhan. Rumah Tuhan adalah rumah doa. Dalam artian tertentu, memang rumah Tuhan dapat disamakan dengan Gereja, sehingga Gereja harusnya menjadi tempat seseorang dapat melakukan komunikasi khusus dengan Allah dan menggumulkan tentang kehendak Allah dalam kehidupannya. Tuhan Yesus marah ketika orang banyak menjadikan rumah Tuhan sebagai ajang untuk mendapatkan keuntungan pribadi ataupun menghalangi setiap orang untuk dapat menikmati persekutuan dengan Tuhan. Jika menyadari fungsi penting dari rumah Tuhan tersebut, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan: (1) Setiap pengurus gereja memperhatikan setiap program, diarahkan pada bagaimana seseorang yang hadir dalam gereja memiliki kesempatan untuk berdoa dan menikmati persekutuan dengan Allah secara pribadi. Setiap program harus dievaluasi agar tidak melulu menampilkan sesuatu yang menghibur dan megah, tanpa mengingat bahwa rumah Tuhan adalah tempat yang memang dikondisikan agar seseorang dapat berelasi secara pribadi dengan Allah. (2) Setiap Jemaat mempersiapan diri dan persiapan hati, termasuk di dalamnya adalah motivasi saat kita melangkahkan kaki menuju ke gereja. (3) Setiap orang di dalam rumah Tuhan bertanggung jawab untuk menjadikan rumah Tuhan sebagai tempat yang nyaman, sehingga setiap orang yang hadir dapat melakukan persekutuan pribadi dengan Tuhan. Kiranya Tuhan Yesus menolong kita sehingga kita dapat menjaga rumah Tuhan menjadi tempat untuk berdoa dan saling menguatkan, untuk terus memiliki persekutuan dengan Tuhan. STUDI PRIBADI: Apa pentingnya Rumah Tuhan bagi orang percaya? Apa saja yang harus kia lakukan jika Tuhan memberikan tempat ibadah tersebut bagi kita, umat-Nya? Berdoalah bagi Jemaat agar mereka memiliki hati yang tulus dan kerinduan untuk senantiasa berada dekat dengan Tuhan dan beribadah kepada-Nya, dalam rumah Tuhan bersama saudara seiman lainnya. 28 SENIN APRIL 2014 “Katakanlah kepada kami dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu, dan siapa yang memberikan kuasa itu kepada-Mu!” (Lukas 20:2) Bacaan hari ini: Lukas 20:1-8 Bacaan setahun: Lukas 20:1-26 KUASA OTENTIK P ertanyaan para imam kepala dan ahli Taurat mengenai asal usul kuasa Yesus, menandakan bahwa kehadiran-Nya telah berdampak secara signifikan, baik bagi orang yang menerima maupun yang menolak-Nya. Ada beberapa kemungkinan yang bisa kita pelajari di balik pertanyaan mereka tentang kuasa Tuhan Yesus. Pertama, para pemimpin Yahudi menunjukkan gelagat tidak percaya, mereka meragukan jati diri Tuhan Yesus, siapa dan dari manakah kuasa itu diperoleh, sebab selama ini tidak seorang pun dapat melakukan hal-hal besar seperti yang telah dilakukan Tuhan. Maka timbul pertanyaan yang menjerat, namun Yesus menjawab bahwa kuasa-Nya berasal dari diri-Nya sendiri, bukan dari Beelzebul, juga bukan dari siapa-siapa. Merekapun tetap tidak percaya. Kedua, mereka terusik dengan kuasa yang belum pernah disaksikan selama ini. Pamor mereka merosot tajam, integritas mereka diragukan dan kehilangan rasa hormat bila dibandingkan dengan pamor Tuhan Yesus. Untuk menjatuhkan jati diri Tuhan, mereka mencoba mencari kelemahan dan kesalahan dengan pertanyaan konyol, namun dengan hikmat Tuhan Yesus menanyakan kembali tentang baptisan Yohanes, tetapi mereka tidak berani menjawab apa yang mereka tahu karena kuatir dipermalukan Yesus di depan umum. Sebenarnya, Yesus mengetahui kelicikan pemimpinpemimpin Yahudi yang ingin mencari kelemahan-Nya. Ketiga, mereka sebenarnya kagum dengan kuasa Tuhan Yesus, tapi tidak mau mengakui kehebatan-Nya di hadapan umum. Padahal mereka melihat dengan mata kepala sendiri apa yang Yesus lakukan di Bait Allah, baik waktu Ia mengajar, memberitakan Injil maupun melakukan mujizat. Tanda-tanda tersebut membuktikan bahwa Yesus, Anak Allah. Mesias yang dinantikan mereka sesungguhnya telah ada di depan mata mereka, namun mereka masih tidak mau mengakui-Nya. Inilah sikap munafik para pemuka agama Yahudi yang tidak tulus dalam menerima keberadaan Tuhan Yesus. Bagaimanakah dengan sikap Anda? STUDI PRIBADI: Mengapa para imam dan ahli Taurat tidak dapat menerima perbuatan ajaib yang Tuhan Yesus lakukan? Apa yang kemudian mereka lakukan? Berdoalah bagi Jemaat agar mereka tidak meragukan pertolongan serta pemeliharaan Tuhan Yesus atas hidup mereka, sebaliknya mereka semakin berserah pada tuntunan tangan-Nya. 29 SELASA APRIL 2014 “Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru?” (Lukas 20:17) Bacaan hari ini: Lukas 20:9-19 Bacaan setahun: Lukas 20:27-47 BATU PENJURU YANG DITOLAK C ara Yesus menyadarkan orang Yahudi sangat sederhana sekali, yaitu melalui perumpamaan. Mereka mengerti siapa yang dimaksud pemilik kebun anggur dan para penggarapnya. Perumpamaan ini telah membuka mata mereka bahwa penggarap kebun anggur melakukan kecurangan atau mengkhianati pemilik kebun anggur dan merampas hak ahli waris dengan keji. Selama ini mereka tidak sadar, dan tidak ada yang berani menegur, setelah Yesus menegur mereka dengan perumpamaan ini, mereka tahu apa yang dimaksud, sehingga mereka marah dan mencari kesempatan untuk menangkap Yesus. Apa masalahnya? 1. Sebagai pemuka agama mereka tidak menyadari kelemahan dirinya sendiri. Selama mereka menjadi pemimpin rohani hanya bisa mengkritik dan mencela keberadaan orang lain, sedangkan dirinya banyak cacat cela seperti seorang penggarap anggur yang jahat dan licik, telah melakukan kecurangan di luar batas kewenangannya, bisa merampas hak orang lain dan tidak mau mengembalikan apa yang menjadi bagian milik orang lain. 2. Mereka yang menganiaya nabi-nabi utusan Allah. Ciri khas mereka sudah dikenal yaitu menjadi pemimpin bermuka dua, mereka seolah-olah mengindahkan nabi-nabi Tuhan, namun di sisi lain mereka tidak percaya nubuatannya. Seperti para pemilik kebun anggur yang mengutus hambahambanya, namun ditolak dan dipukulinya tanpa menaruh belas kasihan. Apa yang diperbuat oleh penggarap kebun anggur terhadap hamba-hamba itu sebenarnya mencerminkan sikap mereka terhadap nabi-nabi Tuhan. 3. Mereka membunuh ahli waris pemilik kebun anggur. Tidak ada cara lain, selain ahli waris menghadap penggarap kebun anggur agar mereka rela menyerahkan bagiannya. Tetapi mereka lebih bertindak brutal, yaitu membunuhnya. Tindakan sadis penggarap kebun anggur mencerminkan bahwa para pemuka agama tidak percaya nubuat Allah seutuhnya, mereka hanya mencari kepentingan diri sendiri dan menolak Tuhan Yesus. Melalui perumpamaan ini, mereka telah ditelanjangi Tuhan Yesus secara terangterangan, agar mereka bertobat. STUDI PRIBADI: Sebutkan arti perumpamaan tentang kebun anggur yang ada dalam Lukas 20:9-19? Pelajaran apa yang dapat kita ambil dari kisah tersebut? Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka memiliki kerendahan hati tatkala firman Tuhan menegur mereka, agar kehidupan dan motivasi mereka dimurnikan kembali oleh Tuhan. 30 RABU APRIL 2014 “… akan datang harinya di mana tidak ada satupun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain, semuanya akan diruntuhkan.” (Lukas 21:6) Bacaan hari ini: Lukas 21:5-6 Bacaan setahun: Lukas 21:1-19 BAIT ALLAH AKAN DIBUANG B ait Allah yang pertama dibangun oleh Salomo (2Taw. 5:1). Bait Allah ini kemudian dihancurkan Nebuzaradan/Kerajaan Babel (2Raj. 25:8-10). Setelah pembuangan, Bait Allah dibangun kembali oleh Zerubabel dan Yesua; selesai pada zaman pemerintahan Darius (Ezr. 6:15). Di zaman pemerintahan Romawi, Bait Allah ini dipugar oleh Herodes, menghabiskan waktu 46 tahun (Yoh. 2:20), dan menjadikannya bangunan yang amat indah dan megah, lebih dari sebelumnya. Suatu saat, setelah Tuhan dan para murid-Nya keluar dari Bait Allah, para murid menolah ke belakang dan mengaguminya. Salah seorang murid bahkan memujinya di hadapan Tuhan (Mrk. 13:1). Berkaitan dengan kekaguman mereka, Tuhan menyatakan bahwa bangunan tersebut akan diruntuhkan sampai rata dengan tanah. Ini terjadi ketika Jendral Titus menghancurkannya pada tahun 70. Bait Allah adalah kebanggaan orang Yahudi, symbol penyertaan Allah, tetapi Allah membiarkannya diruntuhkan sebanyak dua kali. Jika kita simak, alasan bangunan itu dibiarkan runtuh adalah karena “sudah kehilangan fungsinya yang semula.” Bait Allah merupakan symbol penyertaan Allah Yahweh di tengah umat-Nya. Bait Allah juga adalah rumah doa bagi segala bangsa, supaya TUHAN dikenal oleh segala bangsa di bumi (2Taw. 6:32-33). Di zaman PL, fungsi tersebut hilang oleh penyelewengan serta pemberontakan umat terhadap Allah. Di zaman PB, Tuhan marah melihat kenyataan bahwa rumah TUHAN sudah berubah menjadi tempat para pemimpin berpolitik dan mencari keuntungan pribadi; mereka menjadikan rumah doa bagi segala bangsa ini bak sarang penyamun (Mat. 21:12-13). Jika Allah membuangnya, adalah karena bangunan itu sudah tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya; demikian juga Allah sudah membuang banyak gedung gereja yang tidak lagi menjadi tempat di mana Dia dimuliakan. Kiranya hal ini menjadi peringatan bagi Gereja-Nya di setiap zaman dan segala tempat, untuk setia mengerjakan misinya; menjadi berkat bagi segala bangsa, dan bukan hanya membanggakan bangunan fisik saja. STUDI PRIBADI: Apa yang membuat Allah membiarkan Bait Allah dihancurkan? Pelajaran apa yang penting bagi gereja Tuhan masa kini? Berdoalah bagi gereja Tuhan di segala tempat agar mereka menjalankan fungsinya dalam misi Allah di tengah-tengah dunia ini, sehingga segala suku bangsa dapat mengenal dan memuliakan Tuhan. Catatan... “Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri,ia akan ditinggikan.” (Lukas 18:14)