BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pajak
1. Pengertian Pajak
Definisi pajak menurut Rochmat Soemitro (2006:1)
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undangundang (yang dapat di paksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
yang dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.
Definisi Pajak menurut zain (2007:3)
Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan –peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat
prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya
adalah
untuk
membiayai
pengeluaran
–
pengeluaran
umum
berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Definisi tesebut dikembangkan menjadi:
Pajak adalah peralihan kekayaan dari sektor swasta ke sektor publik
berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dapat ditunjukan, yang
digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan yang digunakan
sebagai alat pendorong, penghambat atau pencegah untuk mencapai
tujuan yang ada di luar bidang keuangan negara.
6
2. Ketentuan Umum Perpajakan
Sesuai dengan pasal 1 Undang –undang No. 6 tahun 2000, terdapat
beberapa pengertian yang terkait dengan ketentuan umum pajak yang
diatur dalam KUP antara lain sebagai berikut :
a. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan
untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak
atau pemotong pajak.
b. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan
terbatas, perseroan komanditer,
perseroan lainnya, badan usaha
milik negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun,
persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan,
lembaga dana pensiun, bentuk usaha tetap, serta bentuk badan usaha
lainnya.
c. Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan satu
bulan takwin kecuali ditetapkan lain oleh mentri keuangan. Masa
pajak adalah jangka waktu satu tahun takwin atau tahun kalender
kecuali bila wajib pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama
dengan tahun takwin.
d. Pajak yang terhutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu
saat, dalam masa pajak , dalam tahun pajak, atau dalam bagian tahun
pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
7
B. Pendapatan dan Beban Menurut Standar Akuntansi Keuangan
1. Pendapatan Menurut Satandar Akuntansi Keuangan
Penghasilan didefinisikan dalam kerangka dasar penyusunan dan
penyajian Laporan Keuangan paragraf 74 (IAI,2007) sebagai berikut:
Penghasilan (Income) adalah kenaikan manfaat ekonomis selama suatu
periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau
penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak
berasal dari kontribusi penanaman modal.
Penghasilan (income) meliputi baik pendapatan ( revenue) maupun
keuntungan (Gains). Pendapatan timbul dalam aktivitas perusahaan seperti
penjualan, penghasilan jasa , bunga, deviden, royalti dan sewa.
Sedangkan pendapatan dapat didefinisikan menurut PSAK No.23
pendapatan adalah arus kas masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul
dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk ini
mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari penanaman modal.
Pendapatan dapat diakui sebagai penghasilan pada periode kapan
kegiatan utama yang perlu menciptakan dan menjual barang dan jasa itu
telah selesai, jadi pengakuan pendapatan mengacu pada periode selesainya
penyediaan barang atau jasa yang diserahkan. Pendapatan harus diukur
dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima.
2.
Beban Menurut Standar Akuntansi Keuangan
Biaya adalah semua pengurangan terhadap penghasilan. Sehubungan
dengan periode akuntansi pemanfaatan pengeluaran dipisahkan antara
8
pengeluaran kapital (Capital Expenditure) yaitu pengeluaran yang
memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan dicatat sebagai
aktiva, sedangkan pengeluaran penghasilan (Revenue Expenditure) yaitu
pengeluaran yang hanya memberi manfaat untuk satu periode akuntansi
yang bersangkutan yang dicatat sebagai beban.
Menurut kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan
paragraf 78 (IAI, 2007), Beban didefinisikan :
Beban (Expenses) adalah penurunan manfaat ekonomis selama satu
periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya aktiva
atau terjadinya kewajiban yang menyebabkan penurunan ekuitas yang tidak
menyangkut bagian kepada penanam modal.
Beban juga menyangkup kerugian yang belum di realisasi misalnya
kerugian yang timbul dari pengaruh selisih kurs mata uang asing. Beban
diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya
yang timbul dan penghasilan tertentu yang diperoleh.
Manfaat ekonomi yang timbul lebih dari satu periode akuntansi dan
hubungannya dengan penghasilan hanya dapat ditentukan secara luas atau
tidak langsung maka beban diakui berdasarkan alokasi yang rasional dan
sistematis. Misalnya, pengakuan beban yang berkaitan dengan penggunaan
aktiva tetap, goodwil , paten dan merek dagang. Beban ini dikenal dengan
istilah penyusutan (Amortisasi)
Beban usaha pada dasarnya dapat diperhitungkan dalam laporan
keuangan secara penuh hanya apabila manfaat ekonomis yang timbul dari
9
suatu pengeluaran baik kas maupun pengorbanan ekonomi lainnya tidak
melebihi satu periode akuntansi dan terdapat hubungan upaya mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan usaha dalam periode yang sama.
C. Pendapatan dan Beban Menurut Undang-Undang Perpajakan
1. Pendapatan Menurut Undang-Undang Perpajakan
Menurut Undang – undang No. 36 tahun 2008 pasal 4 ayat (1)
menyebutkan yang dimaksud objek pajak adalah penghasilan. Penghasilan
yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh
wajib pajak, baik yang berasal dari indonesia maupun dari luar indonesia
yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak
yang bersangkutan, dengan nama dan bentuk apapun.
Yang termasuk dalam penghasilan adalah :
Berdasarkan Undang-undang Perpajakan No.36 tahun 2008 pasal 4 ayat
(1) penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomi yang
diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari indonesia
maupun luar indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan
dalam bentuk apapun, termasuk :
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang di
terima atau di peroleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,
komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk
lainya, kecuali di tentukan lain dalam undang-undang ini.
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan
10
c. Laba usaha
d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
1. Keuntungan karena pengalihan harta pada perseroan, persekutuan, dan
badan lainnya.
2. Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu
atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan
lainnya.
3. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan , pemekaran,
pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama
dan bentuk apapun.
4. Kuntungan kerena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam
garis keturunan satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan,
badan sosial.
5. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh
hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau
pemodalan dalam perusahaan pertambangan.
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah di bebankan sebagai
biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak.
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang.
11
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil
usaha koperasi
h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak.
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
k. Keuntungan kerena pembebasan hutang , kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing.
m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
n. Premi asuransi
o. Iuran yang diterima atau di peroleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum di
kenakan pajak.
q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah.
r. Imbalan bunga sebagai mana dimaksud dalam undang-undang yang
mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan
s. Surplus bank indonesia
Pasal 4 ayat (2) Undang-undang No. 36 tahun 2008 merupakan
penghasilan dibawah ini dapat dikenai pajak bersifat final:
12
a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga
obligasi dan surat utang negara, bunga simpanan yang dibayarkan oleh
koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi.
b. Penghasilan berupa hadiah undian.
c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi
derifatif yang diperdagangkan di bursa , dan transaksi penjualan saham
atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang
diterima oleh perusahaan modal ventura
d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah atau
bangunan, usaha jasa kontruksi, usaha real estate, dan pesewaaan tanah
dan / atau bangunan.
e. Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan
peraturan pemerintahan.
Menurut Pasal 4 ayat (3) UU Nomor 36 tahun 2008 yang dikecualikan dari
objek pajak adalah:
a. 1. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan
amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau di sahkan oleh
pemerintah dan yang di terima oleh penerima zakat yang berhak atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui diindonesia.
2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan , badan pendidikan,
badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang
13
menjalankan usaha mikro dan kecil yang ketentuannya diatur
berdasarkan peraturan mentri keuangan, sepanjang tidak ada
hubungan dengan usaha.
b. warisan
c. Harta termasuk setoran tunai yang di terima oleh badan sebagaimana di
maksud dalam pasal 2 ayat 1 huruf b sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal.
d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau di peroleh dalam bentuk natura atau kenikmatan dari
wajib pajak atau pemerintah, kecuali yang di berikan oleh bukan wajib
pajak.
e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi beasiswa.
f. Dividen atau bagian laba yang di terima atau di peroleh perseroan
terbatas sebagai wajib pajak dalam negri, koperasi, badan usaha milik
negara , atau badan usaha milik daerah dan penyertaan modal pada
badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di indonesia
dengan syarat:
1. Dividen berasal dari cadangan laba yang di tahan
2. Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha
milik
dividen.
negara dan badan usaha milik daerah yang menerima
14
g.
Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendirinya telah
disahkan mentri keuangan, baik yang di bayar oleh pemberi kerja
maupun pegawai.
h.
Penghasilan dari modal yang di tanamkan oleh dana pensiun sebagai
mana di maksud pada huruf g, dalam bidang tertentu yang ditetapkan
dengan keputusan mentri keuangan.
i.
Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham ,
persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang
unit penyertaan kontrak investasi kolektif
j.
k.
Dihapus
Penghasilan yang di terima atau diperoleh perusahaan modal ventura
berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang di dirikan dan
menjalankan usaha atau kegiatan di indonesia.
l.
Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan dengan atau berdasarkan peraturan mentri
keuangan
m. Sisah lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba
yang bergerak dalam bidang pendidikan , bidang penelitian, dan
pengembangan,
yang
telah
terdaftar
pada
instansi
yang
membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan
prasarana kegiatan pendidikan.
15
n. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh badan penyelenggaraan
jaminan sosial kepada wajib pajak tertentu yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan peraturan mentri keuangan.
2.
Beban Menurut Undang-Undang Perpajakan
a. Beban atau Biaya yang boleh dikurangkan (Deductible Expenses)
Biaya yang boleh di kurangkan dalam menghitung penghasilan kena pajak
berdasarkan Undang-undang No 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan
pasal 6 ayat (1) yaitu:
1. Besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negri dan
bentuk usaha tetap, di tentukan berdasarkan penghasilan bruto di kurangi
biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan,
termasuk:
a. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan
usaha. Antara lain :
1. Biaya pembelian bahan
2. Biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji,
honorarium, bonus, gratifisi, dan tunjangan yang di berikan dalam
bentuk uang.
3. Bunga, sewa, dan royalti
4. Biaya perjalanan
5. Biaya pengolahan limbah
6. Premi asuransi
16
7. Biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan
peraturan mentri keuangan
8. Biaya administrasi
9. Pajak kecuali pajak penghasilan
b. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan
amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain
yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun sebagaimana
dimaksud dalam pasal 11 dan pasal 11 A.
c. Iuran kepada dana pensiun yang pendirinya telah di sahkan oleh mentri
keuangan.
d. Kerugiaan karena penjualan dan pengalihan harta yang di miliki dan di
gunakan dalam perusahaan atau yang di miliki untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan.
e. Kerugian selisih kurs mata uang asing
f. Biaya penelitian dan
pengembangan perusahaan yang di lakukan di
indonesia
g. Biaya beasiswa, magang dan pelatihan
h. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:
1. Telah di bebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial
2. Wajib pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat di tagih
kepada deroktorat jendral pajak
3. Telah di serahkan perkara penagihannya kepada pengadilan negri atau
instansi pemerintah yang menangani piutang negara atau adanya
17
perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang
antara kreditur dan debitur yang bersangkutan atau telah di publikasikan
dalam penerbitan umum atau khusus atau adanya pengakuan dari
debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu.
4. Syarat
sebagaimana di maksud pada angka 3 tidak berlaku untuk
penghapusan
piutang
tak
tertagih
debitur
kecil
sebagaimana
dimaksudkan dalam pasal 4 ayat 1 hruf K yang pelaksanaan di atur
lebih lanjut dengan atau berddasrkan peraturan mentri keuangan:
i. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang
ketentuannya diatur dengan peraturan pemerinatah.
j. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang di lakukan
di indonesia yang ketentuannya di atur dengan peraturan pemerintah
k. Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan
peraturan pemerintahan
l. Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan
peraturan pemerintahan
m. Sumbangan dalam rangka pembinaan olah raga yang ketentuannya diatur
dengan peraturan pemerintah.
b. Beban atau Biaya yang tidak boleh dikurangkan (Non Deductible
Expenses)
1). Biaya yang tidak boleh dikurangkan dalam menghitung penghasilan
kena pajak berdasarkan Undang-undang no. 36 tahun 2008 tentang
pajak penghasilan pasal 9 ayat (1) dan (2) , yaitu:
18
1. Untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak
dalam negri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan.
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti deviden,
termasuk deviden yang di bayarkan oleh perusahaan asuransi kepada
pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi
b. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi
pemegang saham, sekutu, atau anggota.
c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali:
cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan sewa guna usaha
dengan hak opsi, cadangan usaha asuransi, dan cadangan biaya reklamasi
untuk usaha pembangunan, yang ketentuan dan syarat – syaratnya
ditetapkan dengan keputusan mentri keuangan.
d. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwi guna.
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan
makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau
imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan di daerah tertentu dan
berita dengan pelaksanaan pekerjaan yang di tetapkan dengan keputusan
mentri keuangan.
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang di bayarkan kepada pemegang
saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang di lakukan.
19
g. Harta yang dihibahkan , bantuan sumbangan, dan warisan sebagaimana
di maksud dalam pasal 4 ayat 3 huruf a dan huruf b, kecuali zakat atas
penghasilan yang nyata-nyata di bayarkan oleh wajib pajak orang pribadi
pemeluk agama islam dan wajib pajak dalam negri yang dimiliki oleh
agama islam kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang di
bentuk atau di sahkan oleh pemerintah.
h. Biaya yang dibebankan atau di keluarkan untuk kepentingan pribadi
wajib pajak atau orang yang menjadi tanggungannya.
i. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham.
j. Sanksi administrasi berupa, denda dan kenaikan serta sanksi pidana
berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan
di bidang perpajakan
2). Pengeluaran untuk mendapat, menagih dan memelihara penghasilan yang
memepunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun tidak dibolehkan untuk
dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau
amortisasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 atau pasal 11 A.
Menurut pasal 4 PP No. 138 tahun 2000 pengeluaran dan biaya yang tidak
boleh dikurangkan dalam menghitung besarnya penghasilan kena pajak wajib
pajak dalam negri dan bentuk usaha tetap termasuk:
a. Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memlihara penghasilan yang
bukan merupakan objek pajak.
20
b. Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memlihara penghasilan yang
pengenaan pajaknya bersifat final.
c. Biya untuk mendapatkan, menagih dan memlihara penghasilan yang
dikenakan
pajak
berdasarkan
norma
penghitungan
penghasilan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 dan norma penghitungan khusus
sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 15 undang-undang pajak
penghasilan.
d. Pajak penghasilan yang di tanggung oleh pemberi penghasilan, kecuali
pajak atau penghasilan yang dimaksud dalam pasal 26 ayat 1 undangundang pajak penghasilan tetapi tidak termasuk dividen sepanjang
pajak penghasilan tersebut ditambahkan dalam perhitungan dasar untuk
pemotongan pajak, dan
e. Kerugian dari harta atau utang yang tidak dimiliki dan tidak
dipergunakan dalam usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih
dan memlihara penghasilan yang merupakan objek pajak.
D. Rekonsiliasi Fiskal (Koreksi Fiskal )
Laporan Keuangan Fiskal adalah :” laporan keuangan yang disusun
khusus untuk kepentingan perpajakan dengan menghindahkan semua
peraturan perpajakan (Sphar Lumbantoruan ;2006:66)
Koreksi fiskal merupakan hal dari suatu mekanisme penyesuaian
pelaporan penghasilan Wajib pajak secara komersial menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang akhirnya di hasilkan laba
/ rugi fiskal.
21
Rekonsiliasi (Koreksi) Fiskal adalah Proses penysuaian atas laba
komersial yang berbeda dengan ketentuan fiskal untuk menghasilkan
penghasilan neto/laba yang sesuai dengan ketentuan pajak. Perbedaanperbedaan antara akuntansi dengan fiskal tersebut dapat di kelompokkan
menjadi beda tetap/permanen (Permanen Diference) dan Beda Waktu
(Timming Diference)
Adanya perbedaan pengakuan pengakuan penghasilan dan biaya
antara akuntansi komersial dan fiskal menimbulkan perbedaan penghasilan
kena pajak sehingga perlu rekonsiliasi fiskal.
1. Jenis Koreksi Fiskal
Jenis koreksi fiskal ini merupakan jenis-jenis perbedaan antara
akuntansi komersial dengan ketentuan fiskal, yaitu terdiri dari :
a. Perbedaan Tetap ( Permanen Diference)
“Perbedaan tetap adalah perbedaan pengakauan suatu
penghasilan
atau
biaya
berdasarkan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan perpajakan dengan prinsip akuntansi yang
bersifat permanen “( Sophar, 2005:74)
Perbedaan tetap timbul karena peraturan perpajakan mengharuskan
hal-hal berikut dikeluarkan dari perhitungan Penghasilan Kena
Pajak :
1. Penghasilan yang telah dikenakan PPh Final (Pasal 4 ayat (2)
UU PPh)
2. Penghasilan yang bukan objek pajak (Pasal 4 ayat (3) UU PPh)
22
3. Pengeluaran yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan
usaha,
yaitu
penghasilan
mendapatkan,
serta pengeluaran
menagih
dan
memelihara
yang sifatnya pemakaian
penghasilan atau jumlahnya melebihi kewajaran (Pasal 9 ayat
(1) UU PPh).
Perbedaan permanen dapat positif karena ada laba akuntasi yang
tidak diakui oleh ketentuan perpajakan dan relief pajak, sedangkan
perbedaan permanen negatif disebabkan adanya pengeluaran
sebagai beban laba akuntansi yang tidak diakui oleh ketentuan
fiskal. Perbedaan tetap contohnya seperti, pemberian kenikmatan
atau natura, biaya jamuan tamu, dan sumbangan, hibah dan
warisan, bungan dan dividen.
Perbedaan tetap yaitu perbedaan yang disebabkan oleh
perbedaan pandangan antara undang-undang perpajakan dengan
akuntansi akuntansi keuangan tentang suatu kejadian akuntansi
yang
tidak
dapat
disamakan
karena
ketentuan
perundangan.misalnya, penerimaan deviden yang diterima wajib
pajak badan dalam negri dari penyertaan modal pada perusahaan
yang bertempat kedudukan di indonesia bukan merupakan
penghasilan menurut UU PPh, sedangkan menurut akuntansi
merupakan penghasilan. Sebaliknya seluruh pengeluaran yang
menurut akuntansi merupakan beban, oleh UU PPh tidak
23
seluruhnya sebagai beban seperti yang ditemukan pada pasal 9 UU
Nomor 36 tahun 2008.
b. Perbedaan Waktu (Timming Differences)
“Perbedaan waktu adalah perbedaan yang bersifat sementara
karena adanya perbedaan waktu pengakuan atau pembebanan
penghasilan atau biaya untuk menghitung pajak dan akuntansi”
(Sophar,2005:72)
Perbedaan waktu dapat dibagi menjadi perbedaan waktu
posistif dan perbedaan waktu negatif. Perbedaan waktu positif
terjadi apabila pengakuan beban untuk akuntansi lebih lambat dari
pengakuan beban untuk pajak atau pengakuan penghasilan untuk
tujuan akuntansi. Perbedaan waktu dari pengakuan penghasilan
menurut ketentuan pajak. Perbedaan waktu yang terjadi dalam satu
periode dapat mengakibatkan laba menurut pajak yang lebih besar
atau lebih kecil dari laba akuntansi.
Perbedaan waktu yaitu perbedaan yang terjadi karena apa
penghasilan atau beban yang sudah diakui menurut akuntasi tetapi
menurut UU PPh diakui pada periode berikutnya dan sebaliknya.
Misalnya metode penyusutan, metode penilaian persediaan,
penyisihan piutang tak tertagih.
Ada empat macam jenis transaksi yang dapat menimbulkan
perbedaan waktu, transaksi-transaksi tersebut adalah:
24
a. Pendapatan diakui lebih dahulu akuntansi daripada menurut
pajak.
Contohnya : laba bruto penjualan cicilan
b. Biaya atau beban diakui lebih dahulu menurut pajak daripada
menurut akuntansi.
Contoh : penyusutan aktiva tetap menggunakan taksiran umur
yang lebih pendek daripada taksiran ekonomis yang digunakan
untuk tujuan akuntansi
c. Pendapatan diakui lebih menurut pajak daripada menurut
akuntansi
Contohnya : sewa yang diterima dimuka
d. Biaya atau beban diakui lebih dahulu menurut akuntansi
daripada menurut pajak.
Contoh : Biaya asuransi atau penjualan produk dengan sistem
garansi.
2. Koreksi Positif dan Negatif dari Rekonsiliasi Fiskal
Rekonsiliaisi
fiskal
dilakukan
oleh
wajib
pajak
yang
pembukuannya menggunakan pendekatan akuntansi komersial, yang
bertujuan mempermudah mengisi SPT tahunan PPh dan Menyusun
laporan keuangan fiskal yang harus dilampirkan pada saat penyampaian
SPT Tahunan .
Koreksi fiskal dapat berupa koreksi positif dan koreksi negatif
25
Koreksi positif terjadi apabila pendapatan menurut fiskal bertambah
sebagai akibat adanya:
1. Beban yang tidak diakui oleh pajak (Non deductible expense)
2. Penyusutan komersial lebih besar dari penyusutan fiskal
3. Amortisasi komersial lebih besar dari amortisasi fiskal
4. Penyesuaian positif lainnya.
Koreksi negatif terjadi apabila pendapatan fiskal berkurang sebbagai
akibat adanya:
1. Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak
2. Penghasilan yang digunakan PPH Pinal
3. Penyusutan komersial lebih kecil daripada dari pada penyusutan
fiskal
4. Amortisasi komersial lebih kecil dari pada amortisasi fiskal
5. Penghasilan yang ditangguhkan pengakuannya.
6. Penyesuaian fiskal negatf lainnya.
E. Contoh Rekonsiliasi Fiskal
Berikut adalah contoh laporan laba rugi fiskal menurut Mansyur,
Muhammad dan Teguh Hadi Wardoyo (2005 : 209)
PT. INTI LOGING dengan NPWP 01.937.654.2.031.00 Jl. S. Parman Kav.
26 Jakarta Barat, berrgerak di bidang usaha perkayuan. WP memiliki
kerugian fiskal yang masih dapat dikompensasikan sebesar Rp.
159.000.000,Data-data pembukuan tahun 2004 adalah sbb :
26
Penjualan Bersih
Rp. 23.200.000.000
Harga Pokok Penjualan
Rp. 17.900.000.000
Biaya Operasi:
Gaji dan Upah
Rp. 1.256.400.000
PPH 21 dibayar perusahaan
Rp.
Biaya Penyusutan
Rp. 1.285.000.000
Biaya Rekreasi / Piknik Pegawai
Rp.
22.600.000
Biaya HP
Rp.
24.000.000
Biaya Astek/ jamsostek
Rp.
60.600.000
Biaya Penyisihan Piutang ragu-ragu
Rp.
98.600.000
Biaya Perjalanan Dinas
Rp.
301.000.000
Biaya Bunga Bank
Rp.
180.000.000
Biaya Bunga Leasing
Rp.
20.000.000
Biaya Royalty
Rp.
125.000.000
Biaya Pemeliharaan Inventaris
Rp.
230.400.000
Biaya PPN
Rp.
132.500.000
Biaya Makan Minum dan seragam
Rp.
400.000.000
Biaya Alat Tulis Kantor
Rp.
163.800.000
Biaya listrik , telp, dan air
Rp.
36.000.000
Biaya Perwatan Forklip & dump.- Truck
Rp.
10.000.000
Biaya Fiskal LN
Rp.
21.000.000
Biaya Profesional Fee
Rp.
59.700.000
Biaya Lain – lain
Rp.
25.800.000
56.000.000
27
Penghasilan / Beban Lain:
Bunga Deposito
Rp.
10.000.000
Laba Penjualan Gudang
Rp.
100.000.000
Pendapatan Sewa Forklip & Dump Truck
Rp.
150.000.000
Laba Selisih Kurs
Rp.
99.200.000
Rugi Penjualan Wisma
Rp.
(80.000.000)
Laba Anak Perusahaan
Rp.
200.000.000
Keterangan lain:
a. PT. Inti Loging memiliki kebijakan untuk menanggung PPH 21
semua karyawan berapapun jumlahnya dalam bentuk PPH 21 di
tanggung perusahaan, bukan berbentuk tunjangan PPH
b. Biaya penyusutan untuk fiskal dan komersial dihitung dengan cara
yang sama oleh WP yaitu sebesar Rp. 1.285.000.000 (Metode Garis
Lurus). Demikian juga dengan penentuan biaya penyusutan HP dinas
sebesar Rp. 4.000.000,- pertahun dan biaya penyusutan mobil sedan
sebesar Rp. 50.000.000,- pertahun dengan KEP – 220/ PJ/2002.
c. Dalam biaya penyusutan termasuk juga biaya penyusutan atas aktiva
finance lease sebesar Rp. 150.000.000,- dan biaya penyusutan wisma
tersebut dijual sebesar Rp. 10.000.000,d. Biaya HP adalah pengeluaran untuk pembayaran pulsa para direksi.
e. Biaya Astek / Jamsostek adalah biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk pembayaran premi asuransi kecelakaan kerja
karyawan.
28
f. Dalam perjalanan dinas, para direksi sesekali membawa keluarga
mereka, ternyata setelah diperinci terdapat sejumlah Rp. 55.000.000
yang merupakan pengeluaran tiket pesawat terbang untuk para
pejabat sejumlah Rp.64.000.000
g. Biaya bunga bank sebesar Rp. 180.000.000,- terjadi karena hutang
PT. Inti Loging kepada Bank Buana Indonesia sebesar rata-rata
setahun Rp. 1.000.000.000,- dengan tingkat bunga pinjaman ratarata 18 %
h. Perusahaan menyewa alat- alat berat dan united Tractor secara
Finance Lease dengan pembayaran SGU tiap bulan januari dan juli
sebesar Rp. 100.000.000,- dengan perincian bunga tetap Rp.
10.000.000,- dan cicilan pokok leasing Rp. 90.000.000,- selama
tahun 2004 perusahaan telah membayar cicilan leasing 2 kali yang
terdiri dari pembayaran bunga Rp. 20.000.000 dan pembayaran
pokok Rp. 180.000.000,i. Perusahaan membayar biaya royalty teknologi pemprotetan ke Blitz
Germany sebesar Rp. 125.000.000,- jumlah tersebut termasuk Rp.
25.000.000 yang merupakn PPH pasal 26 yang ditanggung oleh PT.
Inti Loging.
j. Dalam biaya perbaikan / reparasi terdapat biaya perbaikan mobil
sedan perusahaan yang digunakan oleh Direkatur Utama PT. Inti
Loging sejumlah Rp. 180.000.000 dan biaya perawatan wisma
perusahaan di puncak sebesar Rp. 10.000.000,-
29
k. Biaya jamuan untuk relasi yang lengkap dengan perincian ( Daftar
normatif ) dan bukti-bukti ada hanya sejumlah Rp. 101.000.000,l. Biaya PPN adalah PPN pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan
karena faktur pajak yang diterima dan penjual cacat.
m. Perusahaan menanggung makan minum dan seragam seluruh
pegawainya dengan menyediakan kantin di kantor dan dilokasikan
HPH serta membelikan seragam. Total biaya makan minum Rp.
360.000.000 sedangkan biaya seragam sebesar Rp. 40.000.000.
n. Biaya perawatan forklif dan dump tuck adalah biaya perawatan
forklip dan dump truck yang disewakan.
o. Biaya fiskal LN adalah pembayaran fiskal LN atas nama perusahaan
untuk kepergian para direktur ke amerika dan singapura dalam
rangka dinas.
p. Biaya profesional fee adalah biaya jasa audit dan apraisal. Dari total
biaya tersebut sebesar Rp.19.700.000,- adalah biaya audit anak
perusahaan yaitu PT. Nusantara Plywood.
q. Perincian biaya lain-lain sebesar :
1) Bantuan bea siswa dalam rangka GN – OTA sebesar Rp.
12.500.000
2) Sumbangan Amal Bhakti Muslim Pancasila Rp. 3.300.000
3) Iuran keanggotaan Asosisi Pengusaha Hutan Indonesia ( APHI
) Rp. 10.000.000.
30
r. Penghasilan bunga deposito adalah bunga deposito Bank Mandiri
sebesar Rp. 10.000.000 dan telah dipotong pajaka 2 % yaitu Rp.
2000.000,- rata-rata besarnya deposito PT. Intiloging di bank
tersebtut selama setahun adalah Rp. 10.000.000,s. Perusahaan menjuala gudang dengan nilai sisa buku sebesar Rp.
900.000.000 seharga Rp. 1.000.000.000,- atas penjualan gudang ini
perusahaan telah membayar PPH atas pengaliahan tanah sebesar 5 %
yaitu Rp. 50.000.000,t. Perusahaan juga menyewakan forklif serta dump trucknya kepada
perusahaan sesama pemegang HP yaitu PT. Hutrindo di lokasi
usaha. Atas jasa sewa ini perusahaan telah dipotong pajak sebesar 6
% yaitu Rp.9.000.000,u. Pada akhir tahun 2004 perusahaan
menjual wisma perusahaan
dipuncak dengan harga Rp. 400.000.000,- karena kesulitan
likuiditas. Nilai buku Wisma tersebut pada saat di jual adalah Rp.
480.000.000. perusahaan telah membayaran PPH atas pengalihan
tanah sebesar 5 % yaitu Rp. 20.000.000 sebelum dijual wisma
tersebut beberapa kali disewakan dengan penghasilan sewa setahun
Rp. 50.000.000,v. PT. Inti loging memiliki anak perusahaan yang bergerak di bidang
kayu lapis yaitu PT. Nusantara Plywood ( Kepemilikan 40 %).
Selama tahun 2004 PT. Nusantara Plywood mengumumkan laba
setelah pajak sebesar Rp. 5.000.000.000 tapi tidak membagi dividen.
31
PT. Inti logging mengakuinya dengan mencatat kenaikan nilai
investasi dan laba dari anak perusahaan sebesar Rp. 200.000.000,w. Perusahaan mengimpor alat-alat berat ( Truk, traktor , dll ) dan telah
dipotong pajak PPH 22 oleh ditjen Bea Cukai sebesar Rp.
46.000.000,x. Selama tahun 2004 peruahaan telah membayar PPH Pasal 25 sebesar
Rp. 209.000.000,Diminta :
1.
Buatlah rekonsiliasi fiskal yang diperlukan guna menghitung
penghasilan kena pajak dan pajak penghasilan terutang tahun 2004
dan PT. Inti Loging ?
2.
Mengitung angsuran PPH 25 tahun 2005?
Jawab :
Tabel 2.1
PT. INTI LOGGING
Rekonsilisi Fiskal
( Dalam Ribuan)
Keterangan
Pejualan Bersih
Harga Pokok Penjualan
Laba bruto
Biaya Operasi:
Gaji dan upah
PPH 21 dibayar perusahaan
Biaya Penyusutan
Biaya rekreasi / piknik pegwai
Biaya HP
Biaya Astek / Jamsostek
Biaya Penyisihan piutang raguragu
Biaya Perjalanan Dinas
Biaya Bunga Bank
Komersial
Koreksi Fiskal
Positif
Negatif
23.200.000
17.900.000
5.300.000
Fiskal
23.200.000
17.900.000
5.300.000
1.256.400
56.000
1.285.000
22.600
24000
60.600
56.000
187.000
22.600
12.000
1.256.400
1.098.000
12.000
60.600
98.600
98.600
-
301.000
180.000
119.000
18.000
182.100
162.000
32
Keterangan
Biaya Bunga leasing
Biaya Angsuran Leasing
Biaya Royalti
Biaya Pemelihran inventaris
Biaya Represntasi
Biaya PPN
Biaya makan minum dan seragam
Biaya alat tulis kantor
Biaya Listrik , Telp, Air
Biaya PerawatanForklip & Dump
- Truck
Biaya Fiskal LN
By. Frofesional Fee
Biaya Lain-Lain
Jumlah Biaya Operasional
Laba Oprasional
Penghasilan / Beban Lain :
Bunga Deposito
Laba Penjualan Gudang
Pendapatan Sewa Forklip dan
dump Truk
Laba Selih Kurs
Rugi Penjualan Wisma
Pendapatan Sewa Wisma
Laba Anak Perusahaan
Jumlah Penghasilan / Beban
Laba Bersih
Kompensasi Kerugian
Penghasilan Kena Pajak
PPH Tertutang
Kredit Pajak Dipotong Pihak
Lain :
PPH Pasal 22
PPH Pasal 23
PPH dibayar Sendiri
Kredit Pajak yang di bayar
Sendiri:
Pasal 25
Fiskal LN
PPHTB
PPH kurang Bayar
Komersial
20.000
125.000
230.400
132.500
9.500
400.000
163.800
36.000
Koreksi Fiskal
Positif
Negatif
180.000
25.000
19.000
31.500
10.000
21.000
59.700
25.800
4.518.600
781.400
20.000
180.000
100.000
211.400
101.000
9.500
400.000
163.800
36.000
10.000
21.000
19.700
3.300
633.300
10.000
100.000
180.000
10.000
150.000
99.200
(80.000)
50.000
200.000
529.200
1.310.600
159.000
1.151.600
Fiskal
40.000
22.500
4,065.300
1.234.700
100.000
150.000
(80.000)
50.000
200.000
713.300
99.200
349.200
1.583.900
159.000
1.424.900
409.970
46.000
9.000
34.970
209.000
21.000
70.000
54.970
Sumber : Mansyur,Muhammd dan Teguh Hadi W.2005 Pajak Terapan Brevet A & B
33
Perhitungan PPh Pasal 25 :
Penghasilan neto
Rp. 1.583.900.000
Penghasilan tidak teratur :
-
Laba penjualan gudang
Rp.
100.000.000
-
Laba kurs
Rp.
99.200.000
Penghasilan teratur
Rp. 1.384.700.000
PPh terutang
Kredit pajak dipotong pihak lain
PPh pasal 22
Rp.
46.000.000
PPh Pasal 23
Rp.
9.000.000
Total Kredit Pajak
Rp.
55.000.000
PPh yang harus dibayar sendiri
Rp.
349.910.000
Angsuran pe rbulan
Rp.
28.576.000
Penyusutan HP
Rp.
2.000.000
Penyusutan Sedan Dinas
Rp.
25.000.000
Penyusutan Aktiva Finance lease
Rp.
150.000.000
Penyusutan Wisma
Rp.
10.000.000
Jumlah
Rp.
187.000.000
Biaya Perbaikan Mobil Sedan Dinas
Rp.
9.000.000
Biaya Perawatan Wisma
Rp.
10.000.000
Perhitungan Koreksi Fiskal:
Biaya Penyusutan:
Biaya pemeliharaan inventaris :
34
Jumlah
Rp.
19.000.000
Perhitungan bunga pinjaman : ( SE – 46 / PJ. 4 / 1995)
Rata-rata saldo bunga pinjaman
= Rp.1.000.000.000,-
Tingkat bunga
= 18%
Biaya bunga Pinjaman
= Rp. 180.000.000
Rata-rata Saldo Deposito
= Rp. 100.000.000
Bunga pinjaman yang menjadi biaya + ( Rp. 1.000.000.000 – Rp. 1.00.000.000 )
x18 % = Rp. 162.000.000.
Download