analisis konsumsi energi listrik pada fasilitas instalasi pengolahan

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK
ISSN 1410-6086
ANALISIS KONSUMSI ENERGI LISTRIK
PADA FASILITAS INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
Budiyono, Sumarbagiono, Sugianto*)
ABSTRAK
ANALISIS KONSUMSI ENERGI LISTRIK PADA FASILITAS INSTALASI
PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL. Telah
dilakukan analisis konsumsi energi listrik pada fasilitas Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif
Badan Tenaga Nuklir Nasional. Analisis bertujuan mengevaluasi kebutuhan dan penggunaan
energi listrik Pusat Teknologi Limbah Radioaktif. Penelitian menggunakan metode pengumpulan
data arus beban dan data kelistrikan lain untuk menghitung energi listrik terpakai. Hasil penelitian
diketahui bahwa 61% konsumsi energi listrik Pusat Teknologi Limbah Radioaktif digunakan untuk
operasional Media Energy Supply. Peralatan dengan konsumsi energi terbanyak adalah chiller
yaitu 36% dari total kebutuhan. Nilai pemakaian energi Pusat Teknologi Limbah Radioaktif
sebesar 87.553 kWh/bulan sampai dengan 165.088 kWh/bulan tergantung pada jenis kegiatan
operasi. Nilai batas pemakaian yang ditetapkan Badan Tenaga Nuklir Nasional dalam rangka
program hemat energi selama ini sebesar 69.872 kWh/bulan dinilai tidak mencukupi untuk operasi
peralatan pengolahan limbah dan sarana pendukung secara optimal.
Kata kunci: konsumsi energi listrik, pengolahan limbah radioaktif, optimal
ABSTRACT
ELECTRICAL ENERGY CONSUMPTION ANALYSIS FOR RADIOACTIVE
WASTE MANAGEMENT INSTALLATION FACILITY NATIONAL NUCLEAR ENERGY
AGENCY. An analysis has been done on electric energy consumption Radioactive Waste
Management Installation facility National Nuclear Energy Agency. The analysis aims to evaluate
demand and consumption of electric energy for installation of Radioactive Waste Technology
Center. The research conducted using electric current data methods and data load another
electricity to calculate the electric energy used. The research shows that 61% electrical energy
consumption of Radioactive Waste Technology Center for Media Energy Supply operations.
Equipment with the highest energy consumption is chiller that 36% of the total requirement. The
value of energy consumption of Radioactive Waste Technology Center of 87,553 kWh / month up to
165,088 kWh / month depending on the type of operations. Limit values set out the National
Nuclear Energy Agency in the framework of energy-saving programs during the registration
69,872 kWh / month is not considered sufficient for the operation of waste treatment equipment
and support facilities optimally.
Keywards: electrical energy consumtion, radwaste treatment, optimally
PENDAHULUAN
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif
(PTLR) adalah satuan kerja di bawah
BATAN yang mengemban tugas dan fungsi
melaksanakan pengelolaan limbah radioaktif
untuk mencegah timbulnya radiasi terhadap
manusia
dan
lingkungan,
serta
melaksanakan pengendalian keselamatan
lingkungan untuk mendukung operasi
pemanfaatan iptek nuklir.
Dalam
operasinya, PTLR mampu melayani
pengolahan limbah radioaktif padat dan cair
yang berasal dari pengusaha instalasi nuklir
*) Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
dan pengguna zat radioaktif baik di BATAN
maupun luar BATAN seperti industri, rumah
sakit, lembaga penelitian dan lain-lain.
Untuk kegiatan layanan ini, PTLR memiliki
Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif dan
fasilitas pendukung lainnya. Fasilitas
instalasi pengolahan terdiri dari; evaporator,
kompaktor, insenerator, unit sementasi,
dekontaminasi
dan
dekomisioning.
Sedangkan fasilitas sarana pendukung
adalah seluruh peralatan media energy
supply (MES).
141
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK
Evaporator PTLR mampu mengolah
limbah cair anorganik aktivitas rendah dan
sedang dengan cara penguapan pada
temperatur 100 °C. Kapasitas tampung
limbah radioaktif cair anorganik pra olah
sebanyak 200 m³ dan mampu mengevaporasi
limbah sebanyak 0,75 m³⁄jam. Hasil olahan
berupa konsentrat limbah radioaktif yang
selanjutnya diimobilisasi dengan matriks
semen dan destilat yang dapat dibuang ke
lingkungan.
Kompaktor mampu mengkompaksi
limbah padat dapat mampat aktivitas rendah
dan sedang dengan gaya 600 kN dan
kemudian mengkapsulasi hasil kompaksi di
dalam matriks semen. Kapasitas proses unit
kompaksi optimum adalah 14 drum 100 liter
terkompaksi di dalam 2 drum 200 liter
perminggu.
Insenerator
mampu
membakar
sempurna limbah organik cair dan limbah
padat terbakar dengan temperatur hingga
1100 oC dengan kapasitas pembakaran 50
kg/jam. Abu hasil pembakaran diimoblisasi
dengan matriks semen di dalam wadah
drum 100 liter.
Fasilitas dekontaminasi memberikan
layanan dekontaminasi pakaian kerja, shoes
cover, peralatan-peralatan keselamatan kerja
kecil maupun paralatan-peralatan di instalasi
nuklir yang relatif besar, misalnya pompa,
valve, motor, casing filter, ducting, blower
dan lain-lain. Unit-Unit dekontaminasi yang
tersedia di PTLR adalah laundry, bak
perendaman, ultrasonic, sand blasting dan
water jetting.
Fasilitas MES berfungsi memberikan
layanan media dan energi yang dibutuhkan
dalam proses pengolahan limbah. Unit-unit
yang tersedia adalah steam system, service
and domestic water system, demineralized
water system, compressed air system,
cooling water system, generator set,
ventilation air conditioning and off-gas
system.
Untuk
mengoperasikan
seluruh
fasilitas pengolahan limbah dan sarana
dukung yang telah diuraikan diatas,
dibutuhkan sumber energi listrik yang besar.
Dalam usaha memenuhi kebutuhan listrik,
PTLR memanfaatkan dua sumber energi
listrik yaitu dari Perusahaan Listik Negara
(PLN) dan Generator set. Kapasitas listrik
PLN terpasang sebesar 1455 kVA (kilo volt
ampere). Sedangkan kapasitas generator set
142
ISSN 1410-6086
untuk menyediakan sumber listrik sebesar
625 kVA. Energi listrik didistribusikan
melalui dua buah trafo dengan identitas
Trafo 1 dan Trafo 2. Trafo 1 khusus untuk
mensuplai jaringan dengan beban 4 buah
chiller, sedangkan Trafo 2 untuk mensuplai
beban peralatan lainnya [1].
Dalam menindaklanjuti surat edaran
Ka. BATAN tentang penghematan energi
listrik, PTLR telah melakukan langkahlangkah penghematan. Tindakan yang
diambil diantaranya telah dua kali
menurunkan daya listrik terpasang dari 2000
kVA ke 1800 kVA tahun 2002 dan dari 1800
kVA ke 1455 kVA tahun 2007. Disamping
itu juga dikeluarkan kebijakan untuk
meniadakan kegiatan proses shift malam,
merubah jam operasi peralatan, pemasangan
capacitor bank serta mengatur dan
mengurangi lampu penerangan. Namun
langkah -langkah penghematan yang telah
dilakukan diatas masih belum efisien jika
diukur dengan nilai batas penggunaan energi
listrik yang diberikan ke PTLR saat ini
sebesar 69.872 kWh per bulan. Oleh karena
itu, tulisan ini bertujuan untuk menguraikan
dan mengevaluasi kembali konsumsi energi
listrik secara riil pada fasilitas Instalasi
Pengolahan Limbah Radioaktif PTLR.
TEORI
Konsumsi energi listrik di fasilitas
pengolahan limbah radioaktif lebih banyak
digunakan sebagai suplai daya motor dengan
sirkuit tiga fase. Sirkuit tiga fase umum
digunakan pada mayoritas sistem transmisi,
distribusi dan konversi energi yang tingkat
daya atau volt-amperenya (VA) berada
diatas 10 kilowatt (kW) atau kilovolt-ampere
(kVA). Alasan mendasar menggunakan
sirkuit tiga fase berhubungan dengan daya
jenis (power density), yaitu perbandingan
daya ke massa suatu peralatan listrik
ataupun daya ke volumenya. Peralatan listrik
dengan berat tertentu dapat mengirimkan
lebih banyak daya dalam bentuk tiga fase
dari pada satu fase [2].
Dalam sistem tiga fase, ada dua
macam hubungan yang dapat dibuat, yaitu
hubungan bintang dan hubungan delta.
Secara umum, tegangan pada kedua
hubungan tersebut sama-sama terbagi
menjadi dua jenis, yaitu tegangan fase dan
tegangan saluran. Untuk menghitung besar
daya yang dipakai, hubungan bintang dan
delta mempunyai persamaan yang sama,
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK
tegangan [3].
yaitu;
P =
ISSN 1410-6086
3 .V . I .Cos φ
(1)
P = daya terpakai (watt)
V = Tegangan tiga fase (volt)
I = Arus beban yang mengalir pada
setiap fase (ampere)
Cos Φ = power factor
Cos Φ atau sering dikenal dengan
istilah power factor adalah selisih sudut
antara fase gelombang tegangan terhadap
fase arus, yang menunjukkan kualitas daya
yang dikonsumsi oleh peralatan listrik.
Power factor (PF) memiliki satuan tanpa
dimensi antara nol dan satu. Besarnya power
factor ditentukan dari jenis beban yang
terhubung ke sistem suplai listrik. Jika beban
merupakan resistif murni, maka power
factor berada pada nilai satu karena
gelombang arus dan tegangan berada pada
fase yang sama. Apabila bebannya induktif
seperti transformer, motor, dan semua jenis
peralatan listrik dengan lilitan koil, maka
akan menghasilkan daya reaktif dengan fase
gelombang arus berjalan terlambat terhadap
fase gelombang tegangan. Sebaliknya jika
bebannya kapasitif seperti kapasitor bank
maka menghasilkan daya reaktif dengan fase
gelombang arus mendahului fase gelombang
Power
factor
merupakan
penghubung antara daya yang diperlukan
untuk melakukan kerja (kW), daya reaktif
(kVAr), dan daya yang sebenarnya
dikeluarkan (kVA). Hubungan ketiganya
terlihat jelas pada Gambar 1. Daya reaktif
(kvar) ditimbulkan oleh beban induktif dan
kapasitif, yang mana keduanya mempunyai
jarak sudut 180o satu sama lain.
φ = tan −1
dayareaktif (kVAr )
dayaaktif (kWh )
(2)
Berdasarkan hubungan segitiga diatas dapat
ditentukan nilai power factor:
PF = Cosφ
(3)
Untuk menghitung jumlah energi terpakai
digunakan persamaan:
W = P.t
W
P
t
(4)
= energi listrik yang terpakai (watt jam)
= daya terpakai (watt)
= waktu pemakaian (jam)
kVAr (induktif)
kVA
Ø
kVAr (total)
kVAr (kapasitif)
kW
Gambar 1. Hubungan antara daya aktif, daya reaktif dan daya nyata
143
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK
TATA KERJA
Dalam
melakukan
analisis,
penulis
terlebih
dahulu
melakukan
pengamatan dan pengumpulan data sebelum
melakukan perhitungan. Adapun tahapan
yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Pengumpulan Data Kelistrikan
Instalasi
Pengolahan
Limbah
Radioaktif PTLR memanfaatkan sumber
energi listrik utama dari PLN. Dari gambar
sistem jaringan, suplai listrik PLN 20 kV
terhubung ke trafo milik PTLR melalui
saklar utama. Trafo yang digunakan ada dua
yaitu satu trafo dihubungkan ke Low Voltage
Main Distribution Board (LV MDB) I
melalui motorized Magnetic Circuit Breaker
(MCB) dan trafo lainnya dihubungkan ke
LV MDB II juga dengan motorized
Magnetic Circuit Breaker (MCB). LV MDB
I khusus mensuplai listrik ke jaringan beban
chiller sedangkan LV MDB II mensuplai
listrik ke jaringan beban lainnya. Pada LV
MDB II, jaringan dicabang ke jalur normal
dan jalur emergency. Kedua jalur dipisah
menggunakan MCB model motorized
coupler. Pola kerja penyambungan masing-
masing MCB dapat dilakukan secara
otomatis/manual. Gambar online diagram
tentang
sistem
kelistrikan
PTLR
diperlihatkan pada Gambar 1.
2. Data Tagihan Listrik
Data penggunaan energi listrik
PTLR selama periode tahun 2006 sampai
dengan tahun 2009 diperlihatkan pada
Tabel-1.
3. Perhitungan Konsumsi Listrik
Perhitungan
energi
listrik
menggunakan dua sumber data yaitu hasil
pengukuran arus beban dan data kelistrikan
setiap peralatan. Pengukuran arus beban
dilakukan pada peralatan yang beroperasi
rutin. Sedangkan data kelistrikan diambil
dari dokumen gambar dan name plate
peralatan. Perhitungan daya terpakai
menggunakan persamaan 1 - 4. Hasil
perhitungan kebutuhan listrik wajib untuk
peralatan MES diperlihatkan pada Tabel-2.
Kebutuhan listrik PTLR selain peralatan
MES dapat dilihat pada Tabel-3.Kebutuhan
listrik untuk MES terkait jenis pengolahan
limbah diperlihatkan pada Tabel-4.
Tabel-1. Penggunaan Listrik PTLR Tahun 2006 – 2009
144
ISSN 1410-6086
Prosiding
Seminar
Nasional
Teknologi
Pengelolaan
Limbah
Prosiding
Seminar
Nasional
Teknologi
Pengelolaan
Limbah
VIII VIII
Pusat Teknologi
Limbah
Radioaktif-BATAN
Pusat Teknologi
Limbah
Radioaktif-BATAN
Pusat Penelitian
Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi-Ristek
Pusat Penelitian
Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi-RISTEK
ISSN 1410-6086
ISSN 1410-6086
Gambar-2. Online diagram sistem kelistrikan Pusat Teknologi Limbah Radioaktif
145
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK
Tabel-2. Kebutuhan Listrik Wajib untuk Peralatan Media Energy Supply (MES)
Tabel-3. Kebutuhan Listrik PTLR selain Peralatan MES
NO
NAMA SISTEM
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
EVAPORASI
SEMENTASI
KOMPAKSI
INSENERASI
DEKONTAMINASI
BENGKEL
FIRE PROTECTION
PENERANGAN
AC SPLIT
PERALATAN LAB.
KOMPUTER
146
DAYA (TERPASANG)
kW
kVA
46.40
58.00
72.13
90.16
22.10
27.63
123.12
153.90
84.16
105.20
10.00
12.50
39.20
49.00
82.87
103.59
40.00
50.00
5.00
6.25
10.50
13.13
ISSN 1410-6086
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK
ISSN 1410-6086
Tabel-4. Kebutuhan Listrik untuk MES terkait Jenis Pengolahan Limbah
147
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK
PEMBAHASAN
Perhitungan konsumsi energi listrik
pada
masing-masing
unit
fasilitas
pengolahan limbah radioaktif dan fasilitas
pendukung telah dilakukan. Perhitungan
berdasarkan pada besarnya daya terpakai
dan waktu operasi peralatan. Grafik hasil
perhitungan
konsumsi
energi
listrik
diperlihatkan pada Gambar 3. Gambar
menunjukkan bahwa fasilitas dukung/ MES
membutuhkan energi listrik terbesar atau
61% dari total kebutuhan listrik PTLR.
Sebagai penyedia media dan energi
pendukung proses pengolahan limbah, MES
mengoperasikan peralatan listrik berdaya
besar dalam waktu lama sehingga kebutuhan
energi listrik juga besar. Sebagai gambaran:
satu sistem chiller mempunyai daya 120 kW,
kompresor udara 30 kW, pompa servis 30
kW dan exhaust fan 48 kW. Sistem tersebut
rata-rata beroperasi selama 8 jam per hari
kerja. Prosentase terkecil kebutuhan energi
listrik PTLR terdapat pada unit fire
protection yaitu 0,5 %. Meskipun kapasitas
dayanya 39,20 kW namun waktu operasinya
kecil. Sistem hanya dioperasikan saat
kegiatan perawatan.
Prosentase 61% kebutuhan listrik
PTLR yang digunakan MES, jika diuraikan
dalam bentuk grafik kebutuhan per unit
peralatan dapat dilihat pada Gambar 4.
Grafik menunjukkan bahwa prosentase
terbesar energi digunakan untuk operasional
chiller. Hal ini disebabkan untuk memenuhi
kebutuhan
sistem
Ventilation
Air
Conditioning
(VAC),
MES
harus
mengoperasikan 3 sistem chiller secara
bersamaan yang berarti 3 x 120 kW = 360
kW. Sistem chiller beroperasi setiap hari
kerja selama 8 jam. Prosentase kebutuhan
energi listrik pada sistem MES yang lain
lebih kecil karena masing-masing hanya
beroperasi satu dari dua sistem. Konsumsi
energi terkecil terdapat pada fuel system
yaitu 0,1 %, karena sistem hanya
berkapasitas 0,75 kW dan operasionalnya
pun tidak kontinyu karena bersamaan
dengan operasi generator set atau steam
system.
Jika dihitung secara keseluruhan
berdasarkan Gambar 3 dan Gambar 4,
kebutuhan energi listrik unit chiller tetap
menempati porsi paling tinggi yaitu 36%
dari total kebutuhan energi PTLR. Oleh
karena itu operasi sistem ini sangat
menentukan
besar
kecilnya
jumlah
pemakaian energi listrik setiap bulan.
Gambar 3. Prosentase konsumsi energi listrik PTLR
148
ISSN 1410-6086
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK
ISSN 1410-6086
Gambar 4. Prosentase konsumsi energi listrik per unit peralatan MES
Hasil perhitungan konsumsi energi
listrik setiap bulan berdasarkan jenis
kegiatan dapat dilihat pada Gambar 5.
Perhitungan menggunakan asumsi bahwa
operasi rutin adalah operasi MES dan unit
pendukung lain tanpa proses pengolahan
limbah. Waktu operasi menggunakan 8 jam
per hari dan 20 hari per bulan. Untuk
sebagian kecil penerangan menggunakan
waktu operasi 24 jam selama 30 hari per
bulan. Asumsi waktu proses dalam
perhitungan konsumsi energi listrik saat
pengolahan limbah adalah 8 jam per hari dan
10 hari per bulan.
Grafik
pada
Gambar
5
menunjukkan bahwa kebutuhan energi listrik
setiap bulan untuk jenis kegiatan operasi
rutin adalah 87.553 kWh. Nilai ini
merupakan batas minimal harus disediakan
dalam mengoptimalkan operasional MES.
Apabila instalasi pengolahan limbah
radioaktif beroperasi secara penuh maka
konsumsi energi listrik per bulan adalah
165.088 kWh.
Terdapat tiga jenis data nilai batas
pemakaian energi listrik per bulan yaitu dari
Badan Tenaga Nuklir Nasional sebesar
69.872 kWh, rata-rata pemakaian tahun
2006 sampai dengan tahun 2009 sebesar
78.150 kWh, dan hasil perhitungan sebesar
87.553 kWh - 165.088 kWh tergantung jenis
kegiatan operasi. Data nilai batas pertama
jelas terlalu kecil jika melihat besarnya
fasilitas instalasi pengolahan limbah PTLR.
Dengan data tersebut tidak mungkin
diperoleh predikat efisien dalam rangka
penghematan energi. Data nilai batas kedua
merupakan hasil rata-rata pemakaian tahun
2006 - 2009. Pada periode tersebut sebagian
peralatan instalasi pengolahan limbah dan
sarana pendukung dalam kondisi rusak
sehingga sistem tidak beroperasi secara
optimal. Data nilai batas ketiga merupakan
kondisi riil saat ini. Revitalisasi peralatan
yang telah dan sedang dilaksanakan akan
mengembalikan
fungsi
masing-masing
peralatan sehingga sistem bekerja optimal.
Dengan optimalnya kinerja sistem maka
konsumsi energi juga bertambah melebihi
nilai batas data pertama maupun kedua.
149
ISSN 1410-6086
180.000
165.088
128.393
121.665
127.814
129.746
134.163
132.235
Sem en tasi & Ko
130.467
140.000
Se m en tasi & Ev
ap orasi
160.000
135.517
120.000
100.000
87.553
80.000
60.000
40.000
20.000
Opera si Pe nu h
enerasi
Se mentasi & Ins
mp aksi
Insen erasi
Deko nta m inasi
Kom paksi
Evap orasi
Se m en tasi
0
Ru tin
Konsumsi Energi listrik (KWH/bulan)
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK
Jenis Kegiatan
Gambar 5. Grafik kebutuhan energi listrik per bulan pada masing-masing jenis kegiatan
KESIMPULAN
Dari bahasan diatas dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut;
1. Konsumsi energi listrik PTLR terbanyak
digunakan untuk operasional fasilitas
media energy supply (MES) yaitu 61%
dari total pemakaian.
2. Konsumsi energi listrik fasilitas MES
terbanyak digunakan untuk operasional
chiller yaitu 61% dari total kebutuhan
MES dan 36% dari total pemakaian
PTLR.
3. Batas pemakaian energi listrik PTLR
untuk operasi optimal adalah 87.150
sampai dengan 165.088 kWh per bulan
tergantung
dari
jenis
kegiatan
operasinya.
4. Nilai batas pemakaian 69.872 kWh per
bulan yang diberikan selama ini tidak
mencukupi guna mengoperasikan secara
optimal fasilitas pengolahan limbah dan
sarana dukung PTLR.
150
DAFTAR PUSTAKA
1. JONNER SITOMPUL, ”Pengoperasian
Sistem Catu Daya Pusat Teknologi
Limbah Radioaktif” Prosiding Hasil
Penelitian
dan
Kegiatan
PTLR,
Tangerang, 2008.
2. WAHYUDI JONATHAN, ”Audit Energi
Listrik pada Empat Mesin Injection
Moulding Utama di PT. M”, Surabaya,
2007.
http://dewey.petra.ac.id/jiunkpe_dg_511
7.html
3. Wikipedia, The free Encyclopedia, 17
March
2010
at
22:48.
Http://en.wikipedia.org/
wiki/Power_Factor
4. ZUHAL, ”Dasar Tenaga Listrik dan
Elektonika Daya”, Gramedia, Jakarta
1995.
Download