3 TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Kelapa Sawit Kelapa sawit dapat tumbuh pada daerah tropika basah disekitar 120 LU dan 120 LS, pada ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut (m dpl). Jumlah curah hujan yang baik adalah 2 000-2 500 mm/tahun, tidak memiliki defisit air, dan hujan agak merata sepanjang tahun. Tanaman kelapa sawit memerlukan suhu yang optimum sekitar 24-280C untuk tumbuh dengan baik. Meskipun demikian, tanaman masih bisa tumbuh pada suhu terendah 180C dan tertinggi 320C. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4.0-6.0 namun yang terbaik adalah pada pH 5.0-5.6, tanah yang mempunyai pH rendah dapat ditingkatkan dengan pengapuran namun membutuhkan biaya yang tinggi. Tanah dengan pH rendah ini biasanya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut (Lubis, 1992). Bentuk wilayah dan kondisi tanah sangat berpengaruh pada produktivitas kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah gembur, subur, berdrainase baik, permeabilitas sedang, dan mempunyai solum yang tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan padas. Tekstur tanah ringan dengan kandungan pasir 20-60 %, debu 10-40%, dan liat 20-50%. Tanah yang kurang cocok adalah tanah berpasir dan tanah gambut tebal. Topografi yang dianggap cukup baik untuk tanaman kelapa sawit adalah areal dengan kemiringan 0-150 (Fauzi et. al., 2008). Pemupukan Pahan (2010) menyebutkan bahwa pemupukan kelapa sawit dilakukan pada tiga tahap perkembangan tanaman, yaitu tahap pembibitan, TBM (Tanaman Belum Menghasilkan), dan TM (Tanaman Menghasilkan). Menurut Setyamidjaja (2006) pemupukan tanaman muda sangat penting agar tanaman tumbuh subur dan sehat, sehingga dapat mulai berproduksi pada umur yang normal, yaitu 2.5-3 tahun. Dengan dilakukan pemupukan, maka tanaman akan memperoleh berbagai unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya baik unsur hara makro, sekunder maupun mikro. Pemupukan perkebunan kelapa sawit harus mengacu 4 pada konsep keefektifan dan keefisienan yang maksimum, maka perlu diperhatikan segi teknis dan segi manajerial pemupukan. Teknis Pemupukan Kelapa Sawit Secara teknis, agar pemupukan efisien dan efektif perlu diperhatikan halhal berikut : jenis pupuk yang akan digunakan, waktu dan frekuensi pemupukan, cara penempatan pupuk, dan jumlah (dosis) pupuk. Jenis pupuk. Menurut PPKS (2003) jenis pupuk yang direkomendasikan oleh PPKS dalam setiap penyusunan rekomendasi pemupukan tanaman kelapa sawit adalah urea (pupuk N), RP atau SP 36 ( pupuk P), MOP (pupuk K), dan dolomit atau kiserit (pupuk Mg) serta kadang-kadang pupuk HGFB (pupuk B). Pupuk RP sebagai sumber hara P dan pupuk dolomit sebagai sumber Mg lebih diutamakan penggunaannya karena secara ekonomi lebih menguntungkan dan pengaruhnya terhadap tanaman tidak berbeda nyata dibanding pupuk SP 36 dan kiserit. Untuk lahan gambut jenis pupuk yang digunakan pada TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) untuk kelapa sawit adalah Urea, RP, MOP, Dolomit, HGFB, dan CuSO4 sedangkan untuk TM (Tanaman Menghasilkan) adalah Urea, SP 36, MOP, dan Kiserit. Waktu dan frekuensi pemupukan. Menurut Adiwiganda (2007) waktu dan frekuensi pemupukan ditentukan oleh keadaan iklim terutama curah hujan dan hari hujan, sifat fisik tanah dan kondisi relief, dan proses pengadaan pupuk. Setyamidjaja (2006) menambahkan bahwa waktu pemberian pupuk pada TBM didasarkan kepada umur tanaman. Jadi, pemupukan tidak dilaksanakan pada patokan pemupukan pada awal atau akhir musim hujan. Pahan (2010) menyatakan bahwa manfaat pemupukan secara maksimal didapat pada bulan-bulan dengan curah hujan berkisar 100-250 mm/bulan. Pada masa ini, kondisi tanah cukup basah (tetapi belum jenuh), sehingga memudahkan terserapnya unsur hara oleh tanaman. Menurut Pahan (2010) pada jenis pupuk yang cepat larut dan mudah menguap seperti urea dan pupuk yang peka terhadap pencucian (MOP), frekuensi pemupukan sebaiknya dua kali setahun. Sementara frekuensi pemupukan pupuk 5 yang lambat larut seperti RP, TSP, kiserit, dan dolomit cukup satu kali setahun (kecuali pada TBM). Cara penempatan pupuk. Menurut Sastrosayono (2003), cara menempatkan pupuk akan mempengaruhi jumlah pupuk yang diserap akar tanaman. Menurut PPKS (2003) penempatan pupuk juga berpengaruh terhadap hasil TBS. Cara pemupukan yang direkomendasikan oleh PPKS berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan adalah dengan cara menabur pupuk ( P, K, Mg) secara merata di piringan pada jarak 1.50 cm dari pangkal batang ke arah pinggir piringan, sedangkan pupuk N dianjurkan agar dibenam dalam tanah. Pada daerah perengan yang belum dilengkapi dengan tapak kuda, pemupukan dianjurkan dilakukan dengan cara dibenamkan (untuk seluruh jenis pupuk) pada beberapa lubang di sekitar pohon. Dosis pupuk. Menurut PPKS (2003) pertimbangan yang digunakan dalam penentuan dosis pupuk guna mengimbangi kekurangan hara dalam tanah meliputi 1) hasil analisis daun dan tanah, 2) realisasi produksi lima tahun sebelumnya, 3) realisasi pemupukan tahun sebelumnya, 4) data curah hujan selama minimal lima tahun sebelumnya, dan 5) hasil pengamatan lapangan yang meliputi gejala defisiensi hara, kultur teknis, dan panen.