BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan perekonomian dunia pada era sekarang ini semakin bebas dan terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal menjadi semakin mudah menembus batas-batas teritorial suatu negara maka saat ini hampir semua negara menaruh perhatian terhadap pasar modal karena memiliki peranan strategis bagi penguatan perekonomian suatu negara. Dalam konteks ini, integrasi perekonomian suatu negara ke dalam perekonomian global menjadi bukan menjadi pilihan, dimana mau atau tidak mau suatu negara memiliki keharusan untuk masuk dalam pasar bebas. Sebagai konsekuensinya, setiap negara akan memiliki ketergantungan satu dengan yang lainnya baik menyangkut aspek perdagangan barang dan jasa secara internasional dan integrasi pasar keuangan di berbagai negara (Bernanke, 2004 : 468). Sebagai salah satu negara yang mempunyai pasar keuangan yang cukup berkembang maka pasar modal merupakan suatu kebutuhan bagi Indonesia, karena kehadiran pasar modal sangat penting bagi perusahaan, termasuk dalam hal menjadi sumber alternatif pembiayaan dan operasional perusahaan melalui penjualan saham dan penerbitan obligasi. Dalam Indonesia merupakan perkembangannya, pasar modal pasar yang ada yang sedang berkembang dan sangat di rentan terhadap kondisi ekonomi secara umum. 9 Bursa Efek Indonesia (BEI) masih sering menghadapi guncangan krisis finansial global yang mempengaruhi indusri pasar modal domestik. Hal ini disebabkan keadaan perekonomian Indonesia yang masih lemah sehingga bursa efek indonesia masih terpengaruh dengan keaadan perekonomian di Amerika Serikat. Hal tersebut dapat dilihat dari bangkrutnya salah satu bank investasi terkemuka di AS tahun 2008, jatuhnya Indeks Down Jones dan meningkatnya harga minyak dunia yang kemudian berdampak pada tingginya inflasi. Pada akhirnya membuat perekonomian dunia mengalami perlambatan pertumbuhan. Pada sisi lain keadaan seperti ini juga akan membawa konsekuensi pada fundamental perekonomian masing - masing negara. Ketidakmampuan negara dalam menjaga fundamental perekonomian ini dapat berdampak pada kestabilan ekonomi makro. Salah satu indikator ekonomi makro yang sensitif terhadap gejolak perekonomian eksternal adalah nilai tukar mata uang ( kurs ). Dalam hal ini nilai tukar mata uang mencerminkan kekuatan perekonomian sebagai akibat dari penetrasi dan efek dari perekonomian global. Semakin stabil nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain, semakin menunjukkan kekuatan fundamental perekonomian negara tersebut. Dengan kata lain, pemerintah (Otoritas moneter) mampu melakukan kebijakan moneter dan dari nilai tukar mata uang yang dapat mendorong peningkatan daya saing perekonomian suatu negara terhadap negara lainnya. Naik turunnya nilai tukar mata uang di pasar uang menunjukkan besarnya volatilitas yang terjadi pada mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain (Chou,2000). Volatilitas yang semakin besar menunjukkan pergerakan kurs yang semakin besar (apresiasi 10 ataupun depresiasi mata uang). Hal ini memberikan gambaran terjadinya overvalued dan undervalued nilai tukar mata uang terhadap mata uang negara lainnya apabila nilai tukar mata uang mengalami volatilitas yang ekstrim, maka perekonomian akan mengalami ketidakstabilan ekonomi baik dari sisi makro dan mikro. Hal ini didasari oleh sebuah fakta bahwa pergerakan nilai tukar mata uang akan berpengaruh pada kegiatan perdagangan internasional, neraca pembayaran (balance payment) dan stabilitas perekonomian secara makro. Luehrman dalam jurnal berjudul ”Exchange Rate Changes and The Distribution of Industry”, menyatakan bahwa depresiasi mata uang suatu negara mempengaruhi perjanjian daya saing perusahaan yang bergerak dalam kompetisi internasional yang memimpin peningkatan permintaan barang ekspor. Selain itu, Dumas dalam jurnal berjudul “Exposure to Currency Risk: Definition and Measurement, menyatakan bahwa walaupun perusahaan yang beroperasi di dalam negeri masih mungkin akan dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar mata uang sebagai harga input dan output yang dipengaruhi oleh pergerakan mata uang. Suku bunga berperan sebagai pengawal nilai tukar mata uang (kurs), sebagai komponen yang dapat mendorong investasi dan sebagai alat yang dapat menekan laju tingkat inflasi. Akan tetapi resiko tingkat suku bunga dan nilai tukar mata uang merupakan dua faktor ekonomi signifikan mempengaruhi nilai dan keuangan yang secara saham. Tingkat suku bunga secara tidak langsung mempengaruhi nilai dari harga saham, volatilitasnya secara langsung menciptakan pergeseran antara pasar uang dan instrumen pasar modal. Volatilitas suku bunga mempengaruhi penilaian dengan mempengaruhi inti 11 nilai perusahaan, misalnya bunga marjin laba bersih, penjualan dan lain-lain. Kenaikan suku peningkatkan bunga berpengaruh tingkat pengembalian tingkat suku bunga yang tinggi negatif terhadap (return) nilai aset dari yang diperlukan. Selain itu, menyebabkan investor ubah struktur / investasi dari pasar modal menuju pasar surat-surat berharga merupakan pedapatan berjangka tetap (fixed-term income), seperti obligasi pemerintah. Sebaliknya, penurunan tingkat suku bunga menyebabkan peningkatan pada saat sekarang dari dividen masa depan (Taylor, 1988). Sebagai komponen yang dapat mendorong investasi, suku bunga haruslah rendah. Rendahnya suku bunga mendorong investor untuk melakukan pinjaman pada lembaga perbankan. Dan dengan demikian investasi akan naik. Jika suku bunga tinggi, tentu hal tersebut tidak akan terjadi. Suku bunga tinggi akan memperbesar beban biaya sehingga investasi tidak menarik. Dari sinilah timbul pendapat bahwa kenaikan BI rate akan menekan laju investasi. Sebagai alat untuk menekan inflasi, kenaikan BI rate dimaksudkan untuk menarik jumlah uang yang beredar di masyarakat. Dengan naiknya suku bunga diharapkan masyarakat akan menabungkan uangnya di bank. Kegiatan menyimpan atau menabungkan uang dari masyarakat ini bisa dikatakan menarik uang dari peredaran sehingga berkurangnya jumlah uang yang beredar yang akan dapat menurunkan laju inflasi. Uang yang beredar terkendali penggunaannya, baik dalam pembelian barang maupun dalam pembelian mata uang asing. Motif spekulasi dapat dikurangi sehingga kecepatan uang yang beredar melemah. 12 Pembelian terhadap mata uang asing berkurang sehingga mengurangi permintaan atas uang asing tersebut. Orang tidak berminat untuk membeli mata uang asing karena daya tarik bunga tabungan lebih kuat. Dengan cara ini kepercayaan terhadap rupiah semakin kuat, sekaligus memperkuat nilai tukar rupiah. Untuk selanjutnya, nilai tukar ini akan distabilkan pada nilai tukar tertentu yaitu pada suatu nilai tukar yang dapat mendorong aktivias ekonomi. Nila tukar tersebut tidak pada peniliaian yang terlalu rendah (undervalued) atau pada penilaian yang terlalu tinggi (overvalued). Nilai tukar tersebut merupakan nilai tukar yang wajar secara ekonomi. Berdasarkan keadaan ini maka peneliti tertarik untuk mengkaji keadaan perekonomian di Indonesia yang selalu terpengaruh oleh keadaan perekonomian dunia melalui penelitian yang berjudul : ”Analisis Pengaruh Volatilitas Nilai Tukar Rupiah Terhadap Tingkat Suku Bunga di Indonesia”. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana variabel inflasi secara signifikan berpengaruh terhadap cadangan devisa. 2. Bagaimana variabel inflasi dan cadangan devisa secara signifikan berpengaruh terhadap investasi. 3. Bagaimana variabel inflasi, cadangan devisa dan investasi secara signifikan berpengaruh terhadap nilai tukar. 13 4. Bagaimana variabel inflasi, cadangan devisa, investasi dan nilai tukar secara signifikan berpengaruh terhadap tingkat suku bunga. 5. Bagaimana pengaruh direct effect antar variabel. 6. Bagaimana pengaruh indirect effect antar variabel. 7. Bagaimana pengaruh total effect antar variabel. 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap cadangan devisa. 2. Untuk mengetahui pengaruh inflasi dan cadangan devisa terhadap investasi. 3. Untuk mengetahui pengaruh inflasi, cadangan devisa, dan investasi terhadap nilai tukar. 4. Untuk mengetahui pengaruh inflasi, cadangan devisa, investasi dan nilai tukar terhadap suku bunga. 5. Untuk mengetahui pengaruh direct effect antar variabel. 6. Untuk mengetahui pengaruh indirect effect antar variabel. 7. Untuk mengetahui pengaruh total effect antar variabel. 1.4. Manfaat Penelitian Pada hakekatnya setiap penelitian memiliki manfaat yang baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian adalah: 1. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk melihat pengaruh inflasi, nilai tukar rupiah, investasi dan cadangan devisa terhadap tingkat suku bunga. 14 2. Sebagai bahan studi bagi mahasiswa/i yang akan melakukan penelitian selanjutnya. 3. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi peneliti lain pada masalah yang sama atau berkaitan dengan masalah yang sama. 15