23 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

advertisement
23
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1
Kajian Pustaka
2.1.1
Bank
2.1.1.1 Pengertian Bank
Bank merupakan salah satu bentuk perusahaan yang bergerak di bidang
jasa keuangan. Istilah Bank itu sendiri berasal dari dari bahasa Italia, yaitu banca
berarti tempat penukaran uang (www.wikipedia.org).
Pengertian Bank berdasarkan Undang-Undang RI Pasal 1 Ayat (2) UU No.
10 Tahun 1998 Tentang Perubahan UU No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan,
menyatakan bahwa:
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit atau pinjaman dan bentuk-bentuk lain dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak
Di sisi lain, Lukman Dendawijaya (2009:14) menyatakan bahwa:
Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga
perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari
pihak yang berkelebihan dana (idle fund surplus unit) kepada pihak yang
membutuhkan dana atau kekurangan dana (deficit unit) pada waktu yang
ditentukan.
Dari beberapa pengertian bank yang telah disebutkan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa bank merupakan suatu badan usaha dalam bidang jasa
keuangan atau pembayaran yang memiliki peranan penting dalam lalu lintas
pembayaran untuk menunjang kegiatan-kegiatan, khususnya kegiatan dalam
bidang ekonomi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
24
2.1.1.2 Jenis-jenis Bank
Menurut Kasmir (2008:18-25), jenis-jenis bank dapat ditinjau dari beberapa
segi, antara lain:
1. Ditinjau dari segi fungsinya
a. Bank Umum
Pengertian Bank umum berdasarkan Pasal 1 Ayat (3) UU No. 10
Tahun 1998 menyatakan bahwa bank umum adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran.
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran.
2. Ditinjau dari segi kepemilikannya
Jenis bank ditinjau dari segi kepemilikannya adalah bahwa jenis-jenis
bank dapat dibedakan berdasarkan subyek yang memiliki bank tersebut; baik
dalam bentuk lembaga, individu, atau dalam bentuk lainnya. Adapun untuk
mengetahui status kepemilikan suatu bank tersebut dapat diketahui dengan
melihat akte pendirian yang berlandaskan hukum dan atau
penguasaan
saham yang dimiliki. Jenis bank berdasarkan kepemilikannya adalah sebagai
berikut:
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
25
a. Bank milik pemerintah
Bank pemerintah merupakan bank yang akte pendiriannya dimiliki
oleh pemerintah dan modal yang digunakan untuk kegiatan bank
tersebut dari pemerintah sehingga seluruh keuntungan bank ini
dimiliki oleh pemerintah.
b. Bank milik swasta nasional
Bank swasta nasional merupakan bank yang dimiliki oleh pihak
swasta dalam negeri yang dapat ditinjau dari kepemilikan saham,
baik seluruh maupun sebagian besar dari saham yang dimiliki
bank dan keuntungannya pun merupakan pendapatan dari swasta
pula.
c. Bank milik koperasi
Yaitu bank yang kepemilikan saham-sahamnya dimiliki oleh
perusahaan yang berbadan hukum koperasi.
d. Bank milik Asing
Bank jenis ini merupakan bagian dari bank asing yang mendirikan
cabang di suatu negara yang dimiliki oleh pihak swasta asing atau
pemerintah luar negeri.
e. Bank milik campuran
Merupakan Bank yang dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta
nasional dalam negeri yang secara mayoritas kepemilikan
sahamnya dimiliki oleh warga negara dalam negeri.
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
26
3. Ditinjau dari segi status
Jenis-jenis bank ditinjau dari segi status bank adalah sebagai berikut:
a. Bank devisa
Bank devisa adalah bank yang dapat melakukan transaksitransaksi pembayaran internasional dari dan atau ke luar negeri.
b. Bank non devisa
Bank
yang tidak atau belum memiliki perizinan untuk
memberikan pelayanan transaksi-transaksi sebagaimana yang ada
dalam bank devisa.
4. Ditinjau dari segi cara menentukan harga
a. Bank Konvensional
Yaitu bank yang dalam menentukan harga jualnya atau mencari
keuntungannya menggunakan sistem bunga.
b. Bank Syariah
Bank berdasarkan prinsip syariah adalah aturan perjanjian
berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk
menyimpan dan atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan
lainnya.
2.1.2 Bank Syariah
2.1.2.1 Pengertian Bank Syariah
Pengertian Bank Syariah menurut Dahlan Siamat (2004:183) adalah “bank
yang dalam menjalankan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip hukum atau
syariah Islam dengan mengacu pada kitab suci Al-Quran dan Al-Hadits”.
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
27
Sedangkan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2004:1) merumuskan bank
syariah sebagai berikut:
Bank syariah adalah bank yang berasaskan pada asas kemitraan, keadilan,
transparansi dan universal serta melakukan kegiatan perbankan syariah
dengan prinsip syariah. Kegiatan bank syariah merupakan implementasi
dari prinsip ekonomi islam dengan karakteristik antara lain sebagai berikut:
a) Pelarangan riba dalam berbagai bentuknya
b) Tidak mengenal konsep nilai waktu dari uang (time value of
money)
c) Konsep uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas
d) Tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang bersifat spekulatif
e) Tidak diperkenankan menggunakan dua harga dalam satu barang
f) Tidak diperkenankan dua transaksi dalam satu akad
Berdasarkan pengertian-pengertian bank syariah di atas maka dapat
disimpulkan bahwa bank syariah adalah suatu badan usaha perbankan yang
memiliki peranan penting dalam lalu lintas pembayaran untuk menunjang
kegiatan-kegiatan, khususnya dalam bidang ekonomi yang berlandaskan pada
prinsip syariah islam yang mengacu pada sumber hukum Al-Quran dan AlHadits.
2.1.2.2 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
Secara umum perbedaan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional
adalah seperti yang disajikan dalam Tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
Bank Syariah


Berlandaskan pada nilai-nilai
Bank Konvensional

Berdasarkan
ketentuan
dan
dan hukum Islam yaitu Al-
prinsip ekonomi dan bisnis
Quran dan Al-Hadits
pada umumnya serta legalitas
Berdasarkan prinsip bagi hasil,
peraturan undang-undang yang
jual beli atau sewa
telah disahkan sesuai dengan
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
28

Melakukan investasi yang halal
hukum dan kepentingan publik
saja
yang berlaku.

Profit dan falah oriented

Memakai perangkat bunga

Hubungan

Investasi yang halal dan haram
dalam bentuk kemitraan.

Profit oriented
Penghimpunan dan penyaluran

Hubungan



dengan
nasabah
dana harus sesuai dengan fatwa
dalam
Dewan Pengawas Syariah
kreditur
Badan
Penyelesai
sengketa

dengan
bentuk
nasabah
debitur
dan
Tidak terdapat dewan sejenis
dilakukan oleh Badan Arbitrase
dalam
Muamalah Indonesia (BAMUI)
penghimpunan dan penyaluran
Memiliki
dana
stuktur
pengawas
khusus, yaitu Dewan Pengawas
Syariah
(DPS)
dan

Badan
Dewan
penyelesai
sengketa
dilakukan oleh peradilan negeri

Syariah Nasional (DSN)
penerapan
Tidak
memiliki
khusus
dan
pengawas
hanya
sebatas
Dewan Komisaris
Sumber : Muhammad Syafi‟i Antonio (2001:29-34)
Di samping itu, perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional
ditinjau dari segi imbal jasa (return) kepada nasabah adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional Dalam Imbal
Jasa (return) Kepada Nasabah
Bagi Hasil (Syariah)


Bunga (Konvensional)
Penentuan bagi hasil dibuat pada  Penentuan
bunga
dibuat
pada
waktu akad dengan berpedoman
waktu akad tanpa pedoman untung
pada kemungkinan untung rugi.
rugi.
Besarnya keuntungan bagi hasil  Besarnya persentase tergantung
berdasarkan
pada
jumlah
pada
jumlah
uang
yang
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
29
keuntungan yang diperoleh.

Bagi
hasil
tergantung
pada  Pembayaran bunga tetap seperti
keuntungan
proyek
yang
yang
dijalankan,
sekiranya
tidak
pertimbangan apakah proyek yang
mendapat
keuntungan
maka
dijalankan oleh pihak nasabah
kerugian
akan
bersama

dipinjamkan.
ditanggung
tanpa
untung atau rugi.
dengan  Jumlah pembayaran bunga tidak
sesuai
peningkatan jumlah pendapatan.
meningkat
Jumlah
keuntungan berlipat atau keadaan
pembagian
meningkat
laba
sesuai
dengan
peningkatan jumlah pendapatan.

dijanjikan
Tidak
ada
keabsahan
yang
jumlah
ekonomi sedang booming.
 Eksistensi
meragukan
keuntungan
sekalipun
bagi
bunga
diragukan
(kalau tidak dikecam) oleh semua
agama termasuk Islam
hasil.
Sumber: Muhammad Syafi‟i Antonio (2001:61)
Selain perbedaan yang ditinjau dari segi imbal jasa (return) yang diberikan,
perbedaan bank syariah dan bank konvensional juga dapat dibedakan dari segi
ketentuan-ketentuan yang diterapkan dalam memberikan pembiayaan kepada
nasabahnya, perbedaan tersebut adalah seperti yang disajikan dalam Tabel 2.3
sebagai berikut:
Tabel 2.3 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional Dalam
Pemberian Pembiayaan Kepada Nasabah
Pokok Perbedaan
Dasar
perjanjian
penentuan imbalan
Bank Syariah
 Perjanjian
imbalan
Bank Konvensional
 Perjanjian pengenaan
berdasarkan
bunga
berdasarkan
keuntungan/kerugian
asumsi untung terus
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
30
Dasar
perhitungan
bunga/imbalan
 Besarnya nisbah bagi
hasil didasarkan atas
persentase dari total
jumlah
dana
keuntungan
yang
diperoleh
nasabah
Kewajiban pembayaran
bunga/imbalan
 Berdasarkan
yang
dipinjamkan
kepada
nasabah
 Pembayaran imbalan
dilakukan
bila
 Pembayaran
tetap harus dibayar,
nasabah memperoleh
meskipun
keuntungan dan bila
nasabah
rugi,
kerugian
maka
jumlah
oleh
kedua belah pihak
 Besarnya
berubah
usaha
mengalami
 Besarnya pembayaran
risiko/kerugian
ditanggung
bunga
bunga oleh nasabah
jumlahnya
tetap
imbalan
meskipun keuntungan
sesuai
nasabah lebih besar
dengan besar kecilnya
dari
keuntungan
diperkirakan
yang
jumlah
yang
didapatkan nasabah
Persyaratan jaminan
 Persyaratan
tidak
jaminan
 Memerlukan
mutlak
penyerahan
diperlukan
berupa
jaminan
barang/harta
nasabah
Objek pembiayaan
 Jenis
usaha
yang
 Jenis
usaha
yang
dibiayai harus sesuai
dibiayai
dengan
dibedakan sepanjang
ketentuan
syariah
tidak
memenuhi
persyaratan
Pandangan
prinsip
 Pembayaran imbalan
 Sistem
pengenaan
syariah terhadap sistem
berdasarkan bagi hasil
bunga
dianggap
pengenalan imbalan
sifatnya halal
haram
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
31
Dari uraian perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa sistem yang digunakan antara bank syariah dan
bank konvensional adalah berbeda.
2.1.2.3 Fungsi dan Peran Bank Syariah
Fungsi bank syariah secara garis besar tidak berbeda dengan bank
konvensional, yaitu sebagai lembaga intermediasi (intermediary institution) yang
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut
kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan.
Fungsi dan peranan bank syariah di antaranya tercantum dalam pembukaan
standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Acocounting and Auditing
Organization for Islamic Financial Institution) adalah sebagai berikut:
a. Manajer investasi, yaitu Bank Syariah dapat mengelola investasi dana
nasabah
b. Investor, Bank Syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya
maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya
c. Penyediaan jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran
d. Pelaksanaan kegiatan sosial, contohnya kewajiban mengeluarkan dan
mengelola (menghimpun, mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat
serta dana sosial lainnya.
Sedangkan menurut Muhammad (2005:15) dikemukakan peranan bank
syariah secara umum, diantaranya sebagai berikut:
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
32
1. Memurnikan operasional perbankan syariah sehingga dapat lebih
meningkatkan kepercayaan masyarakat.
2. Meningkatkan kesadaran syariah umat Islam sehingga dapat memperluas
segmen dan pangsa pasar perbankan syariah.
3. Menjalin kerjasama dengan para ulama karena bagaimanapun peran
ulama khususnya di Indonesia sangat dominan bagi kehidupan umat
Islam.
2.1.2.4 Tujuan Bank Syariah
Selain memiliki karakteristik tersendiri, bank syariah juga memiliki tujuan,
tujuan tersebut berlandaskan pada Al-Quran dan Hadits. Adapun tujuan bank
syariah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bank syariah mengarahkan kegiatan ekonomi, agar terhindar dari praktekpraktek riba atau jenis-jenis usaha gharar (tipuan) dan jenis usaha
tersebut selain dilarang dalam syariat Islam, juga telah menimbulkan
dampak negatif terhadap ekonomi rakyat.
2. Keberadaan bank syariah memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup umat dengan jalan membuka peluang berusaha yang lebih besar
terutama kelompok miskin yang diarahkan kepada kegiatan usaha
produktif menuju tercipatanya kemandirian usaha.
3. Bank syariah memiliki tujuan untuk menanggulangi masalah kemiskinan
yang pada umumnya merupakan program dari negara yang sedang
berkembang. Upaya bank syariah dalam mengentaskan kemiskinan ini
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
33
berupa pembinaan konsumen, program pengembangan modal kerja dan
program pengembangan usaha bersama.
4. Bank syariah seperti bank konvensional turut serta dalam menjaga
stabilitas ekonomi moneter. Dengan adanya aktivitas bank syariah akan
mampu menghindari persaingan yang tidak sehat antara lembaga
keuangan.
5. Bank syariah memiliki tujuan untuk mengurangi ketergantungan umat
Islam terhadap bank non syariah.
2.1.2.5 Karakteristik Dasar Bank Syariah
Kegiatan bank syariah merupakan implementasi dari prinsip ekonomi Islam
dengan karakteristik sebagaimana menurut Wiyono (2005:75) adalah sebagai
berikut:
a. Pelarangan riba dalam berbagai bentuknya
b. Tidak mengenal konsep nilai waktu dari uang (time value of money)
c. Konsep uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas
d. Tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang bersifat spekulatif
e. Tidak diperkenankan menggunakan dua harga untuk satu barang
f. Tidak diperkenankan dua transaksi dalam satu akad
Pada dasarnya sistem bagi hasil (profit loss sharing) yang digunakan oleh
bank syariah itu merupakan karakteristik umum yang dimiliki oleh bank syariah.
Sedangkan menurut Direktorat Perbankan Syariah BI menguraikan ada tujuh
karakteristik utama yang menjadi prinsip sistem perbankan syariah di Indonesia
dan menjadi landasan pertimbangan bagi calon nasabah serta landasan
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
34
kepercayaan bagi nasabah yang telah loyal. Tujuh karakteristik perbankan syariah
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Universal
Yaitu bahwa bank syariah berlaku untuk setiap orang tanpa memandang
perbedaan kemampuan ekonomi maupun perbedaan agama.
2. Adil
Yaitu memberikan sesuatu hanya kepada yang berhak serta melakukan
sesuatu sesuai dengan posisinya dan melarang adanya unsur maysir
(unsur spekulasi atau untung-untungan), gharar (ketidakjelasan), haram,
dan riba.
3. Transparan.
Artinya, dalam kegiatannya bank syariah sangat terbuka bagi seluruh
lapisan masyarakat.
4. Seimbang
Yaitu mengembangkan sektor keuangan melalui aktivitas perbankan
syariah yang mencangkup pengembangan sektor riil dan UMKM (Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah)
5. Kemaslahatan
Artinya, keberadaan bank syariah akan bermanfaat dan membawa
kebaikan bagi seluruh aspek kehidupan.
6. Variatif
Artinya, produk-produk bank syariah cukup bervariasi mulai dari
tabungan haji dan umrah, tabungan umum, giro, deposito, pembiayaan
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
35
yang berbasis bagi hasil, jual beli dan sewa, sampai kepada produk jasa
kustodian, jasa transfer, dan jasa pembayaran (debet card, syariah
charge)
7. Fasilitas
Penerimaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah, wakaf, dana kebajikan
(qard), memiliki fasilitas ATM, mobile banking, internet banking dan
interkoneksi antarbank syariah.
2.1.2.6 Prinsip Dasar Bank Syariah
Pengertian prinsip syariah berdasarkan UU No. 7 Tahun 1992 Tentang
Perbankan, dinyatakan bahwa “prinsip syariah adalah aturan yang berdasarkan
hukum Islam antara pihak lain dengan pihak bank untuk penyimpanan dana dan/
atau pembiayaan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan
syariah”.
Di sisi lain, berdasarkan Undang-Undang Perbankan Syariah Pasal 2 UU
No 21 Tahun 2008 dinyatakan bahwa “perbankan syariah dalam melakukan
kegiatan usahanya berasaskan pada prinsip syariah, demokrasi ekonomi dan
kehati-hatian”. Prinsip yang dimaksud adalah sesuai dengan penjelasan pasal 2
undang- undang ini, yaitu kegiatan usaha yang berasaskan prinsip syariah, antara
lain adalah kegiatan usaha yang tidak mengandung unsur:
a. Riba, yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah (batil) antara lain
dalam transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas,
kuantitas, dan waktu penyerahan (fadhl), atau dalam transaksi pinjammeminjam
yang
mempersyaratkan
nasabah
penerima
fasilitas
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
36
mengembalikan dana yang diterima melebihi pokok pinjaman karena
berjalannya waktu (nasi’ah).
b. Maisir, yaitu transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan yang
tidak bersifat untung-untungan atau spekulasi.
c. Gharar, yaitu transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak memiliki, tidak
diketahui keberadaanya, atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi
dilakukan kecuali diatur lain dalam syariah.
d. Haram, yaitu transaksi yang objeknya dilarang dalam syariah atau
e. Zalim, yaitu transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak
lainnya.
2.1.3
Pembiayaan
2.1.3.1 Pengertian Pembiayaan
Menurut Veithzal Rivai dan A.P Veithzal (2008:4) mengemukakan bahwa:
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu dan berdasarkan persetujuan dan kesepakatan pinjam-meminjam
antara lembaga keuangan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil.
Sedangkan menurut Karim dalam Antonio (2001:160) mengemukakan bahwa
“pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas
penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit
unit”. Di sisi lain, berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998 Pasal 1 Ayat (12)
menyatakan bahwa:
Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
37
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka
waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Dari beberapa definisi tentang pembiayaan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa pembiayaan adalah suatu tugas pokok bank, khususnya bank syariah;
yaitu menyediakan uang atau alat pembayaran lainnya dalam bentuk tagihan yang
diberikan kepada peminjam dan wajib melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan berdasarkan pada sistem bagi hasil.
2.1.3.2 Unsur-unsur Pembiayaan
Menurut Veithzal Rivai dan A.P Veithzal (2008:4-5) mengemukakan
bahwa unsur-unsur yang ada dalam pembiayaan adalah sebagai berikut:
1. Adanya dua pihak, yaitu pemberi pembiayaan (shahibul mal) dan penerima
pembiayaan (mudharib). Hubungan pembiayaan dan penerima pembiayaan
merupakan kerja sama yang saling menguntungkan atau saling tolong
menolong.
2. Adanya unsur kepercayaan shahibul mal kepada mudharib yang didasarkan
atas prestasi dan potensi mudharib.
3. Adanya persetujuan berupa kesepakatan antara pihak shahibul mal dengan
pihak lainnya yang berjanji membayar dari mudharib kepada shahibul mal.
Janji membayar tersebut janji lisan, tertulis (akad pembiayaan) atau berupa
instrumen (credit instrument)
4. Adanya penyerahan barang, jasa atau uang dari shahibul mal kepada
mudharib
5. Adanya unsur waktu (time element). Unsur waktu merupakan unsur esensial
pembiayaan. Pembiayaan terjadi karena unsur waktu, baik dilihat dari
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
38
shahibul mal maupun dilihat dari mudharib. Misalnya, pemilik uang
memberikan pembiayaan sekarang untuk konsumsi lebih besar di masa yang
akan datang sedangkan produsen memerlukan pembiayaan karena ada jarak
waktu antara produksi dan konsumsi.
6. Adanya unsur resiko (degree of risk) baik di pihak shahibul mal maupun
pihak mudharib. Resiko di pihak shahibul mal adalah resiko gagal bayar (risk
of default), baik karena kegagalan usaha (pinjaman komersial) atau
ketidakmampuan bayar (pinjaman konsumen) atau karena ketidaksediaan
membayar. Resiko di pihak mudharib adalah kecurangan dari pihak
pembiayaan, antara lain berupa shahibul mal yang bermaksud untuk
mencaplok perusahaan yang diberi pembiayaan atau tanah yang dijaminkan.
2.1.3.4 Jenis-jenis Pembiayaan
Pembiayaan merupakan salah satu bentuk penyaluran dana dalam
perbankan syariah.
Menurut Karim (2004:87), mengemukakan bahwa:
Secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam empat
kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaanya, yaitu
pembiayaan dengan prinsip jual beli, sewa, bagi hasil dan pembiayaan
dengan akad pelengkap.
Adapun jenis-jenis pembiayaan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Jual Beli
Prinsip jual-beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan
kepemilikan barang atau benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank
ditentukan di awal dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual.
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
39
Transaksi jual-beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk pembayaran dan
waktu penyerahan barangnya, yaitu sebagai berikut:
a. Pembiayaan Murabahah
Menurut Karim (2004:88), menyatakan bahwa “murabahah berasal dari
kata ribhu (keuntungan), yaitu transaksi jual-beli dan bank menyebut jumlah
keuntungannya”. Sedangkan menurut Antonio (2001:101), menyatakan bahwa
“Murabahah atau Ba‟i Al-Murabahah adalah jual-beli barang pada harga asal
dengan tambahan keuntungan yang disepakati”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa murabahah merupakan suatu
akad jual-beli antara bank sebagai pihak penjual dan nasabah sebagai pihak
pembeli dengan harga jualnya adalah harga yang berasal dari pemasok ditambah
keuntungan (margin) serta sistem pembayarannya sesuai dengan kesepakatan
antara pihak penjual dan pembeli.
Veithzal Rivai dan A.P Veithzal (2008:146) menyatakan bahwa hal-hal
yang harus ada (rukun) di dalam murabahah yaitu ada penjual (ba’i), pembeli
(musytari), objek atau barang (mabi’), harga (tsaman), dan pernyataan serah
terima (ijab qabul). Selain itu, murabahah memiliki ketentuan-ketentuan atau
syarat-syarat sebagai berikut:
1) Syarat yang berakad (ba‟iu dan musytari) cakap hukum dan tidak dalam
keadaan terpaksa.
2) Barang yang diperjualbelikan (mabi‟) tidak termasuk barang yang haram
dan jenis maupun jumlahnya jelas.
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
40
3) Harga barang (tsaman) harus dinyatakan secara transparan (harga pokok
dan komponen keuntungan) dan cara pembayarannya disebutkan dengan
jelas.
4) Pernyataan serah terima (ijab qabul) harus jelas dengan menyebutkan secara
spesifik pihak-pihak berakad.
Adapun skema dari akad Murabahah dapat dilihat pada ilustrasi gambar
2.1 seperti yang ada di bawah ini.
Gambar 2.1 Skema Akad Murabahah
(1) Negosiasi persyaratan
BANK
(2) akad jual beli
NASABAH
(6) bayar
(5) terima barang
& dokumen
(3) beli barang
SUPLIER
PENJUAL
(4) kirim
Sumber: Antonio, 2001: 107
b. Pembiayaan Salam
Menurut Karim (2004:89), mengemukakan bahwa “Salam adalah transaksi
jual beli akan tetapi barang yang diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu,
barang diserahkan secara penangguhan sedangkan pembayaran dilakukan secara
tunai”. Sedangkan menurut Antonio (2001:108) mengemukakan bahwa “Ba’i
as-salam (salam) berarti pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari,
sedangkan pembayaran dilakukan di muka”.
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
41
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa salam adalah suatu akad jual
beli yang menggunakan sistem pesanan (order) dan harga jual serta sistem
pembayaran berdasarkan kesepakatan antara penjual dan pembeli.
Menurut Antonio (2001:109), rukun dari akad salam adalah sebagai
berikut:
1) Pembeli (muslam)
2) Penjual (muslam ilaih)
3) Modal atau uang
4) Barang (muslam fiihi)
5) Ijab qabul (sighat)
Menurut Karim (2004:89), pembiayaan salam memiliki ketentuanketentuan yang harus dipenuhi. Ketentuan-ketentuan tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Pembelian hasil produksi harus diketahui spesifikasinya secara jelas
seperti jenis, macam, ukuran, mutu dan jumlahnya.
2) Apabila hasil produksi yang diterima cacat atau tidak sesuai dengan
akad, maka nasabah (produsen) harus bertanggung jawab dengan cara
antara lain mengembalikan dana yang telah diterimanya atau menggganti
barang yang sesuai dengan pesanan.
3) Mengingat bank tidak menjadikan barang yang dibeli atau dipesannya
sebagai persediaan (inventory), maka dimungkinkan oleh bank untuk
melakukan akad salam kepada pihak ketiga (pembeli kedua), seperti
bulog, pedagang pasar induk atau rekanan.
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
42
Antonio (2001:111) mengemukakan bahwa antara ba’i as-salam (salam)
dan sistem ijon adalah berbeda. Di dalam sistem ijon, barang yang dibeli tidak
bisa diukur atau ditimbang secara jelas dan spesifik. Demikian juga penetapan
harga beli sangat tergantung kepada keputusan sepihak, yaitu pihak pembeli
(tengkulak) yang seringkali dominan dan menekan petani sebagai pihak penjual.
Di dalam akad salam ada objek barang dan pengukuran serta spesifikasi barang
sudah jelas. Selain itu, dalam penentuan harga dilakukan secara sukarela antara
kedua belah pihak.
Adapun skema dari akad salam dapat dilihat pada ilustrasi gambar 2.2,
yaitu seperti yang ada di bawah ini.
Gambar 2.2 Skema Akad Salam
Kiriman pesanan
PRODUSEN
PENJUAL
NASABAH
3) Kirim dokumen
1) Pemesanan barang
nasabah & bayar
tunai
BANK
SYARIAH
4) Bayar
2) Negosiasi pesanan
dengan kriteria
Sumber: Antonio, 2001: 113
c.
Pembiayaan Istishna
Menurut Antonio (2001:113) mengemukakan bahwa:
Istishna merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang.
Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan dari pembeli.
Pembuat barang lalu berusaha melalui orang lain untuk membuat atau
membeli barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya
kepada pembeli akhir. Kedua belah pihak bersepakat atas harga serta sistem
pembayarannya. Baik sistem pembayaran tunai, cicilan, maupun tangguhan
sampai suatu waktu pada masa yang akan datang.
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
43
Sedangkan Karim (2004:90) mengemukakan bahwa ketentuan umum
pembiayaan istishna adalah spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti jenis,
ukuran, mutu dan jumlahnya. Harga jual yang telah disepakati dicantumkan
dalam akad istihna dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad. Jika terjadi
perubahan dari kriteria pesanan dan terjadi perubahan harga setelah akad
ditandatangani, maka seluruh biaya tambahan tetap ditanggung nasabah.
Adapun skema dari akad Istishna dapat dilihat pada ilustrasi gambar 2.3,
yaitu seperti yang ada di bawah ini.
Gambar 2.3 Skema Akad Istishna
NASABAH
KONSUMEN
PRODUSEN
PEMBUAT
1) Pesan
3) Jual
2) Beli
BANK
PENJUAL
Sumber: Antonio, 2001: 115
2. Prinsip Sewa (ijarah)
Menurut Antonio (2001:117), menyatakan bahwa “Al-ijarah adalah akad
pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa tanpa
diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyah) atas barang itu
sendiri”.
Karim (2004:127) mengemukakan bahwa:
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat (hak guna) bukan
perpindahan kepemilikan (hak milik). Jadi, pada dasarnya prinsip ijarah
sama dengan prinsip jual-beli. Akan tetapi, perbedaannya terletak pada
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
44
objek transaksinya. Pada akad jual-beli transaksinya berupa barang,
sedangkan pada ijarah objek transaksinya berupa barang maupun jasa.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa ijarah merupakan suatu
akad pemindahan manfaat (hak guna) bukan perpindahan kepemilikan dari satu
pihak ke pihak lain berupa barang maupun jasa dalam waktu tertentu dengan
membayar suatu imbalan atau upah dan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang
telah disepakati oleh kedua belah pihak.
Selanjutnya, Karim (2004:130) mengemukakan bahwa:
Karena ijarah adalah akad yang mengatur pemanfaatan hak guna tanpa
terjadi pemindahan kepemilikan, maka banyak orang yang menyamakan
ijarah ini dengan leasing. Hal ini terjadi karena kedua istilah tersebut samasama mengacu pada hal sewa-menyewa. Menyamakan ijarah dengan
leasing tidak sepenuhnya salah dan tidak sepenuhnya benar. Karena pada
dasarnya, walaupun terdapat kesamaan antara ijarah dan leasing, akan
tetapi ada beberapa karakteristik yang membedakannya.
Adapun skema dari akad Ijarah dapat dilihat pada ilustrasi gambar 2.4,
yaitu seperti yang ada di bawah ini.
Gambar 2.4 Skema Akad Ijarah
B. Milik
OBJEK
SEWA
PENJUAL
SUPLIER
A.Milk
NASABAH
3) Sewa
beli
2) Beli objek sewa
BANK
SYARIAH
1) Pesan
objek sewa
Sumber: Antonio, 2001: 119
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
45
3. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing)
Menurut Antonio (2001:90), mengemukakan bahwa secara umum, prinsip
bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan dalam empat akad utama,
yaitu al-musyaraqah, al-mudharabah, al-muzara’ah, dan al-musaqah.
a. Al-musyaraqah
Menurut Antonio (2001:90) menyatakan bahwa:
Al-musyaraqah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu dan masing-masing pihak memberikan kontribusi dana
(amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan
ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Selanjutnya, Antonio (2001:91) mengemukakan bahwa ada dua jenis yang
ada dalam Al-Musyaraqah yaitu Al-Musyaraqah yang tercipta karena adanya
kepemilikan yang berhubungan dengan pembagian waris, wasiat, atau kondisi
lainnya yang mengakibatkan kepemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih dan
yang kedua adalah Al-Musyaraqah dalam bentuk sistem kontrak, yaitu akad yang
tercipta dengan cara kesepakatan antara dua orang atau lebih untuk membuat
suatu kesepakatan bersama dalam memberikan modal dan membagi keuntungan
atau kerugian secara bersama-sama.
Adapun Al-Musyaraqah sistem kontrak usaha memiliki beberapa jenis,
yaitu sebagai berikut (Antonio:2001) :
a) Syirkah Al-„Inan
Yaitu akad Al-Musyaraqah yang setiap pihak memberikan porsi dari
keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Akan tetapi, porsi
masing-masing pihak, baik dalam dana maupun kerja atau bagi hasil,
tidak harus sama dan identik sesuai dengan kesepakatan mereka.
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
46
b) Syirkah Mufawadhah
Yaitu akad Al-Musyaraqah yang setiap pihak memberikan porsi dari
keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Setiap pihak membagi
keuntungan dan kerugian secara sama. Dengan demikian, syarat utama
dari jenis al-musyaraqah ini adalah kesamaan dana yang diberikan,
kesamaan untuk bekerja dan tanggung jawab serta beban hutang dibagi
oleh masing-masing pihak.
c) Syirkah A‟maal
Al-Musyaraqah ini adalah kontrak kerja sama dua orang seprofesi untuk
menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari
pekerjaan itu.
d) Syirkah Wujuh
Yaitu kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi dan
prestise yang baik serta ahli dalam bisnis. Mereka membeli barang secara
kredit dari suatu perusahaan dan menjual barang tersebut secara tunai.
Mereka berbagi dalam keuntungan dan kerugian berdasarkan jaminan
kepada penyuplai yang disediakan oleh setiap mitra.
e) Syirkah Al-Mudharabah
Yaitu bentuk kerja sama usaha antara pemilik modal dan pengusaha.
Bebarapa ulama menganggap Al-Mudharabah ini termasuk kategori almusyaraqah karena memenuhi rukun dan syarat dari sebuah akad
musyaraqah.
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
47
Menurut Karim (2004:92), mengemukakan bahwa secara spesifik bentuk
kontribusi dari pihak yang bekerja sama dalam pembiayaan musyarakah dapat
berupa
dana,
barang
perdagangan
(trading
asset),
kewiraswastaan
(entrepreunership), kepandaian (skiil), kepemilikan (property), peralatan
(equipment), atau intangible asset (seperti hak paten atau goodwill),
kepercayaan/reputasi (credit worthiness) dan barang-barang lainnya yang dapat
dinilai dengan uang.
Dari penjelasan tentang Al-Musyaraqah di atas, aplikasi dari AlMusyaraqah dalam perbankan syariah ini bisa diterapakan dalam bentuk
pembiayaan proyek atau dalam bentuk kerjasama modal ventura.
Adapun skema dari akad Musyarakah dapat dilihat pada ilustrasi gambar
2.5, yaitu sebagai berikut:
Gambar 2.5 Skema Akad Musyarakah
Nasabah parsial:
asseet vlue
Bank syariah
parsial
pembiayaan
PROYEK
USAHA
KEUNTUNGAN
Bagi keuntungan sesuai porsi
kontribusi modal (nisbah)
Sumber: Antonio, 2001: 94
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
48
b. Al-Mudharabah
Menuru Antonio (2001:95) mengemukakan bahwa “Secara teknis AlMudharabah merupakan akad kerjasama usaha antara dua pihak dan pihak
pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal sedangkan pihak
lainnya menjadi pengelola”.
Sedangkan menurut Karim (2004:192) menyatakan bahwa:
Al-Mudharabah adalah suatu bentuk kerja sama antara dua pihak, satu
pihak berperan sebagai pemilik modal dan mempercayakan jumlah
modalnya untuk dikelola oleh pihak ke dua (pelaksana usaha) dengan
tujuan untuk mendapatkan keuntungan.
Menurut Antonio (2001:97), pada umumnya Al-Mudharabah terbagi
menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut:
a) Mudharabah Muthlaqah
Mudharabah Muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal
(pemilik dana) dan mudharib (pengelola dana) yang cakupannya sangat
luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah
bisnis.
b) Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah
Muqayyadah
disebut
juga
dengan
istilah
restricted
mudharabah/specified mudharabah, yaitu kebalikan dari mudharabah
muthlaqah. Ketentuan dalam penerapan mudharabah muqayyadah,
pengelola dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha.
Menurut Karim (2004:200), mudharabah muqayyadah terbagi lagi menjadi
dua kategori yaitu kategori mudharabah muqayyadah on balance-sheet, yaitu
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
49
aliran dana yang terjadi dari satu nasabah investor ke sekelompok pelaksana
usaha dalam beberapa sektor terbatas dan yang kedua adalah kategori
mudharabah muqayyadah of balance-sheet, yaitu aliran dana berasal dari satu
nasabah investor kepada satu nasabah pembiayaan.
Menurut Karim (2004:193), menyatakan bahwa faktor-faktor yang harus
ada (rukun) dalam akad mudharabah adalah sebagai berikut:
a. Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha)
b. Objek mudharabah (modal dan kerja)
c. Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul)
d. Nisbah keuntungan
Bentuk aplikasi dari Al-Mudharabah dalam perbankan syariah antara lain
seperti: tabungan berjangka, deposito spesial (special investment), pembiayaan
modal kerja, dan investasi khusus.
Adapun skema dari akad Mudharabah dapat dilihat pada ilustrasi gambar
2.6.
Gambar 2.6 Skema Akad Mudharabah
PERJANJIAN BAGI HASIL
KEAHLIAN/
KETERAMPILAN
Nasabah
(mudharib)
Nisbah X %
MODAL
100%
PROYEK/USAHA
PEMBAGIAN
KEUNTUNGAN
Bank
(shahibul
Maal)
Nisbah Y %
MODAL
Sumber: Antonio, 2001: 98
Pengambilan
modal pokok
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
50
c. Al-Muzara’ah
Menurut Antonio (2004:99), mengemukakan bahwa:
Al-Muzara‟ah adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan
dan penggarap. Dalam kerja sama ini, pemiliki lahan memberikan lahan
pertanian kepada penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan
bagian tertentu (persentase) dari hasil panen.
Al-Muzara‟ah seringkali identik dengan mukhabarah. Di antara keduanya
terdapat sedikit perbedaan. Kerja sama pengolahan lahan secara muzara‟ah
penyediaan benih disediakan oleh pemilik lahan. Sedangkan kerja sama
pengolahan lahan secara mukhabarah penyediaan benih disediakan dari
penggarap tanah itu sendiri.
Adapun skema dari akad Muzara‟ah dapat dilihat pada ilustrasi gambar 2.7.
Gambar 2.7 Skema Akad Al-Muzara’ah
PERJANJIAN BAGI HASIL
Pemilik
lahan
penggarap
Lahan pertania




 Keahlian
 Tanaga
 waktu.
Lahan
Benih
Pupuk
Dsb.
HASIL PENEN
Sumber: Antonio, 2001: 100
d. Al-Musaqah
Antonio (2004:100) mengemukakan bahwa:
Al-Musaqah adalah bentuk yang lebih sederhana dari muzara‟ah. Di dalam
Musaqah, penggarap hanya berkewajiban untuk melakukan penyiraman
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
51
dan pemeliharaan dari lahan yang digarap. Sedangkan benih dan biayabiaya pemeliharaan dan lain-lain ditanggung oleh pemilik lahan. Akan
tetapi, penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.
4. Pembiayaan Akad Pelengkap
Menurut Karim (2004:94), mengemukakan bahwa “akad pelengkap
merupakan akad untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan tanpa ditujukan
untuk mencari keuntungan. Akan tetapi, diperbolehkan untuk meminta pengganti
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini”. Menurut Antonio
(2001:120), akad pelengkap ini tergolong sebagai produk jasa perbankan syariah
atau di sebut juga sebagai fee-based service.
Menurut Antonio (2001:120-134) dan Karim (2004:94-97) , bentuk-bentuk
daripada akad pelengkap ini atau akad jasa ini adalah sebagai berikut:
a. Hiwalah (Alih Hutang-Piutang)
Menurut Antonio (2001:126) mengemukakan bahwa:
Hiwalah atau disebut juga hawalah adalah pengalihan utang dari orang
yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Dalam
istilah para ulama, hal ini merupakan pemindahan beban utangnya dari
orang yang berutang (muhil) menjadi tanggungan orang yang berkewajiban
membayar utang (muhal „alaih).
Menurut Karim (2004:95), mengemukakan bahwa tujuan fasilitas hiwalah
adalah untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat
melanjutkan produksinya. Bank bisa menagih biaya yang dikeluarkan atas jasa
pemindahan piutang tersebut.
Adapun skema dari akad Hiwalah dapat dilihat pada ilustrasi gambar 2.8,
yaitu sebagai berikut:
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
52
Gambar 2.8 Skema Akad Hiwalah
Muhal „alaih
(faktor/bank)
2) Invoice
3) Bayar
Muhil
(penyuplai)
5) Bayar
4) Tagih
1) Suplai barang
Muhal
(pembeli)
Sumber: Antonio, 2001: 128
b. Rahn
Menurut Antonio (2001:128), menyatakan bahwa “Rahn adalah menahan
salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang
diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis”. Dengan
demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil
kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan
bahwa rahn dapat diartikan sebagai sebuah jaminan utang atau gadai.
Barang yang digadaikan atau yang dijadikan sebagai jaminan piutang wajib
memenuhi kriteria sebagai berikut (Karim, 2004:96):
1) Milik nasabah sendiri
2) Jelas ukuran, sifat, dan nilainya ditentukan berdasarkan nilai riil pasar.
3) Dapat dikuasai namun tidak boleh dimanfaatkan oleh bank.
Perbedaan antara Rahn dengan pegadaian konvensional adalah jika dalam
sistem akad rahn tidak dikenakan bunga. Akan tetapi, yang ditagih adalah biaya
penitipan, pemeliharaan, penjagaan, serta penaksiran. Perbedaan utama antara
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
53
rahn dan bunga pegadaian adalah dari sifat bunga yang bisa berakumulasi dan
berlipat ganda, sedangkan biaya rahn hanya sekali dan ditetapkan di muka.
Adapun skema dari akad Rahn dapat dilihat pada ilustrasi gambar 2.9
berikut ini:
Gambar 2.9 Skema Akad Rahn
Murhub Bih
Pembiayaan
2) permohonan Pembiayaan
3) akad pembiayaan
Murtahin
Bank
Rahin
Nasabah
Utang + Mark Up
Marhun
Jaminan
1) Titipan/Gadai Pembiayaan
Sumber: Antonio, 2001: 131
c. Qard
Pengertian Qard menurut Antonio (2001:131), bahwa “Qard adalah
pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau
dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan”.
Menurut Karim (2004:96), aplikasi Qard dalam perbankan biasanya dalam
empat hal, yaitu:
1) Sebagai pinjaman talangan haji atau dana talangan haji
2) Sebagai pinjaman tunai, yaitu penggunaan kartu kredit syariah untuk
melakukan pembayaran atau payment lewat ATM
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
54
3) Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil ketika alternatif lain tidak
mampu untuk dipilih.
4) Sebagai pinjaman kepada pengurus bank.
Adapun skema dari akad Qard dapat dilihat pada ilustrasi gambar 2.10.
Gambar 2.10 Skema Akad Qard
PERJANJIAN
QARD
Tenaga kerja
Modal
100%
NASABAH
BANK
PROYEK USAHA
100%
100%
KEUNTUNGAN
Sumber: Antonio, 2001: 134
d. Wakalah (perwakilan)
Menurut Antonio (2001:120) mengemukakan bahwa “wakalah adalah
penyerahan, pendelegasian, atau pemberian mandat”. Sedangkan menurut Karim
(2004:97) mengemukakan bahwa “wakalah merupakan aplikasi perbankan yang
terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya
melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan L/C, inkaso dan transfer
uang”
.
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
55
e. Kafalah (garansi bank)
Antonio (2001:123) mengemukakan bahwa:
Al-Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil)
kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang
ditanggung. Dalam pengertian lain, kafalah juga berarti mengalihkan
tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung
jawab orang lain sebagai penjamin.
Jenis-jenis kafalah sendiri terbagi menjadi lima jenis, yaitu kafalah binnafs, kafalah bil-maal, kafalah bit-taslim, kafalah al-munjazah dan kafalah almuallaqah.
Adapun skema dari akad Kafalah dapat dilihat pada ilustrasi gambar 2.11
Gambar 2.11 Skema Akad Kafalah
PENANGGUNG
(LEMBAGA
KEUANGAN)
TERTANGGUNG
(jasa/objek)
DITANGGU
NG
(NASABAH)
Sumber: Antonio, 2001: 125
2.1.4
Dana Pihak Ketiga (DPK)
2.1.4.1 Pengertian Dana Pihak Ketiga (DPK)
Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan salah satu sumber penghimpunan
dana dari masyarakat yang akan digunakan oleh bank sebagai modal dalam
melakukan pendanaan atau pembiayaan. Kegiatan menghimpun dana dari
masyarakat oleh bank sering disebut dengan kegiatan funding. Kegiatan funding
ini berlaku juga pada perbankan syariah.
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
56
Kasmir (2008:64) mengemukakan bahwa “Dana yang berasal dari
masyarakat merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan
merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari
sumber dana tersebut”. Selanjutnya, Masyhud Ali (2004:265) mengemukakan
bahwa:
Dana-dana yang bersumber dari masyarakat ini merupakan dana yang
berasal dari surplus unit yang menyerahkan kelebihan dana-dananya dan
sebagai unsur pendanaan bagi bank. Kemudian dana-dana tersebut akan
dikembalikan dalam bentuk pemberian pinjaman kepada defisit unit.
2.1.4.2 Prinsip Dasar Penghimpunan DPK
Menurut Karim (2004:97), mengemukakan bahwa “prinsip yang diterapkan
oleh perbankan syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat
adalah berlandaskan pada prinsip Wadi’ah dan Mudharabah”.
Lebih jauh Antonio (2001:83-89), menjelaskan tentang prinsip-prinsip yang
diterapkan dalam penghimpunan DPK adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Titipan atau Simpanan (Depository/Al-Wadiah)
Dalam tradisi fiqih Islam, prinsip titipan atau simpanan dikenal dengan
prinsip al-wadi’ah. Al-wadi‟ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu
pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja sesuai kehendak penitip.
Adapun prinsip Al-wadiah dalam perbankan syariah terbagi menjadi dua,
yaitu: al-wadiah yad al-amanah dan al-wadiah yad adh-dhamanah. Penerapan
al-wadiah
yad
al-amanah,
penerima
titipan
(mustawda’)
tidak
boleh
menggunakan dan memanfaatkan barang titipan, baik dalam bentuk barang atau
uang tetapi harus benar-benar menjaganya sesuai dengan kelaziman. Selain itu,
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
57
penerima titipan dalam bentuk al-wadiah yad al-amanah tidak bertanggung jawab
atas kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada aset titipan selama hal itu bukan
akibat dari kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam memelihara
barang titipan.
Hal ini kemungkinan terjadi karena faktor-faktor di luar batas kemampuan
penerima titipan. Oleh karena pihak penerima titipan al-wadiah yad al-amanah
harus benar-benar menjaga barang yang dititipkan baik barang ataupun uang,
maka pihak penerima titipan dapat membebankan biaya kepada penitip sebagai
biaya penitipan. Gambaran skema al-wadiah yad al-amanah dapat dilihat pada
ilustrasi gambar 2.12
Gambar 2.12 Skema Akad Al-Wadiah Yad Al-Amanah
1) Titipan barang
Bank
mustawda‟
(penyimpan)
Nasabah
Muwaddi‟
(penitip)
2) bebankan biaya penitipan
Sumber: Antonio, 2001: 87
Dalam aktivitas perekonomian modern, pihak penerima titipan
tidak
mungkin akan membiarkan barang titipan tersebut menganggur dan kurang
produktif atau membiarkannya menjadi sebuah idle dari aset titipan tersebut.
Oleh karena itu, pihak penerima titipan boleh mempergunakan barang titipan
tersebut untuk suatu kegiatan yang lebih produktif dengan terlebih dahulu
meminta izin kepada si pemberi titipan (Muwaddi’) dan harus menjamin barang
titipan tersebut akan dikembalikan secara utuh. Jenis titipan seperti ini disebut al-
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
58
wadiah yad adh-dhamanah, yaitu suatu prinsip penitipan (al-wadiah) di mana si
penerima titipan dapat memanfaatkan barang titipan tersebut dengan seizin
pemiliknya dan menjamin untuk mengembalikan titipan tersebut secara utuh
setiap saat ketika pemilik titipan menghendakinya.
Bank sebagai penerima simpanan dapat memanfaatkan al-wadi‟ah dalam
bentuk current account (giro) ataupun saving account (tabungan berjangka).
Sebagai konsekuensi dari yad dh-dhamanah, semua keuntungan yang dihasilkan
dari dana titipan tersebut menjadi milik bank. Oleh karena itu, penerima titipan
yang menggunakan titipan tersebut memiliki tanggung jawab untuk menanggung
seluruh kemungkinan kerugian, kerusakan dan mengembalikannya secara utuh.
Sebagai imbalan atau balas jasa, pihak pemberi titipan (Muwaddi’) mendapat
jaminan keamanan terhadap hartanya dan fasilitas-fasilitas perbankan yang telah
ditetapkan.
Selain itu, pihak penerima titipan yang menggunakan titipan dana tersebut
boleh memberikan insentif berupa bonus dengan catatan tidak disyaratkan
sebelumnya dan jumlahnya tidak ditetapkan dalam nominal atau persentase
secara advance, tetapi betul-betul merupakan kebijaksanaan dari manajemen
bank.
Adapun Gambaran skema al-wadiah yad adh-dhamanah dapat dilihat pada
ilustrasi gambar 2.13, yaitu sebagai berikut:
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
59
Gambar 2.13 Skema Akad Al-Wadiah adh-dhamanah
2) Titipan dana
Bank
mustawda‟
(penyimpan)
Nasabah
Muwaddi‟
(penitip)
2) beri bonus
2) pemanfaatan
dana
3) Bagi hasil
User of fund
(dunia usaha)
Sumber: Antonio, 2001: 88
2. Prinsip Mudharabah
Menurut Antonio (2001:95), menyatakan bahwa “secara teknis AlMudharabah merupakan akad kerjasama usaha antara dua pihak dan pihak
pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal sedangkan pihak
lainnya menjadi pengelola”. Sedangkan menurut Karim (2004:192), menyatakan
bahwa:
Al-Mudharabah adalah suatu bentuk kerja sama antara dua pihak, satu
pihak berperan sebagai pemilik modal dan mempercayakan jumlah
modalnya untuk dikelola oleh pihak ke dua (pelaksana usaha) dengan
tujuan untuk mendapatkan keuntungan.
Menurut Antonio (2001:97), pada umumnya Al-Mudharabah terbagi
menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut:
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
60
a) Mudharabah Muthlaqah
Mudharabah Muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal
(pemilik dana) dan mudharib (pengelola dana) yang cakupannya sangat
luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah
bisnis.
b) Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah Muqayyadah disebut juga dengan istilah restricted
mudharabah/specified mudharabah, yaitu kebalikan dari mudharabah
muthlaqah. Ketentuan dalam penerapan mudharabah muqayyadah,
pengelola dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha
Adapun Gambaran skema Mudharabah dapat dilihat pada ilustrasi gambar
2.14.
Gambar 2.14 Skema Akad Mudharabah
PERJANJIAN BAGI HASIL
KEAHLIAN/
KETERAMPILAN
MODAL
100%
Bank
(shahibul
Maal)
Nasabah
(mudharib)
PROYEK/USAHA
Nisbah X %
PEMBAGIAN
KEUNTUNGAN
Nisbah Y %
Pengambilan
modal pokok
MODAL
Sumber: Antonio, 2001: 98
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
61
2.1.4.3 Unsur-unsur Dana Pihak Ketiga (DPK)
Karim (2004:265) mengemukakan bahwa “produk-produk perbankan
syariah yang termasuk ke dalam produk penghimpunan dana (funding) yaitu
adalah giro, tabungan, dan deposito”.
Dengan demikian, seperti pada bank-bank umum lainya, unsur-unsur yang
ada di dalam dana pihak ketiga bank syariah adalah berbentuk Giro, Tabungan,
dan Deposito. Namun, perbedaanya adalah pada perbankan syariah sistem yang
digunakan adalah sistem bagi hasil dan berlandaskan pada prinsip wadiah dan
mudharabah, sedangkan pada perbankan umum menggunakan sistem bunga dan
berlandaskan pada prinsip debitur bukan kemitraan.
1. Giro Syariah
Menurut Karim (2004:265), mengemukakan bahwa:
Pengertian giro secara umum adalah simpanan yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah
bayar lainnya, atau dengan pemindahbukuan. Sedangkan pengertian giro
syariah adalah giro yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah.
Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 01/DSN-MUI/IV/2000
Tentang Giro, menyatakan bahwa “Giro yang dibenarkan secara syariah adalah
giro yang dijalankan berdasarkan prinsip wadiah dan mudharabah”.
Penjelasan dari beberapa giro tersebut adalah sebagai berikut:
a. Giro Wadiah
Menurut Karim (2004:265) menyatakan bahwa “yang dimaksud dengan
giro wadiah adalah giro yang dijalankan berdasarkan akad wadiah, yaitu titipan
murni yang setiap saat dapat diambil jika pemiliknya menghendaki”.
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
62
Dalam penerapannya, giro wadiah memiliki beberapa ketentuan-ketentuan
umum. Ketentuan tersebut adalah sebagai berikut (Karim, 2004:266):
1) Dana wadiah dapat digunakan oleh bank untuk kegiatan komersial
dengan syarat bank harus menjamin pembayaran kembali nominal
dana wadiah tersebut
2) Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik
atau ditanggung bank. Sedangkan pemilik dana tidak dijanjikan
imbalan
dan
tidak
menanggung
kerugian.
Akan
tetapi,
dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik dana sebagai
suatu insentif untuk menarik dana masyarakat dan tidak boleh
diperjanjikan di muka.
3) Pemilik dana wadiah dapat menarik kembali dananya sewaktuwaktu (on call), baik sebagian maupun seluruhnya.
b. Giro Mudharabah
Menurut Karim (2004:268), menyatakan bahwa “giro mudharabah adalah
giro yang dijalankan berdasarkan akad mudharabah”
Selanjutnya, Karim (2004:268) mengemukakan bahwa:
Bank syariah dalam kapasitasnya sebagai mudharib memiliki sifat sebagai
seorang wali amanah (trustee), yakni harus berhati-hati atau bijksana serta
beritikad baik dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi
akibat kesalahan atau kelalaiannya. Di samping itu, bank syariah juga
bertindak sebagai kuasa dari usaha bisnis pemilik dana yang diharapkan
dapat memperoleh keuntungan seoptimal mungkin tanpa melanggar
berbagai aturan syariah.
Ada beberapa ketentuan dalam penerapan giro mudharabah, yaitu sebagai
berikut (Karim, 2004:269):
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
63
1) Dalam transaksi giro mudharabah, nasabah bertindak sebagai shahibul
maal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau
pengelola dana.
2) Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai
macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan
mengembangkannya termasuk di dalamnya mudharabah dengan pihak
lain.
3) Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya dalam bentuk tunai dan bukan
piutang.
4) Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan
dituangkan dalam bentuk akad pembukaan rekening.
5) Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional giro dengan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
6) Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa
persetujuan yang bersangkutan.
2. Tabungan Syariah
Berdasarkan UU No. 21 Tahun 2008 Pasal 1, ayat (21) tentang Perbankan
Syariah menyatakan bahwa:
Tabungan Syariah adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau
investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi
tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional No. 02/DSN-MUI/IV/2000,
tentang tabungan syariah menyatakan bahwa tabungan yang tidak dibenarkan
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
64
secara syari'ah, yaitu tabungan yang berdasarkan perhitungan bunga dan
tabungan yang dibenarkan, yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip Mudharabah
dan Wadi'ah.
a. Tabungan wadiah
Menurut Karim (2004:271) menyatakan bahwa “Tabungan wadiah
merupakan tabungan yang dijalankan berdasarkan akad wadiah, yaitu titipan
murni yag harus dijaga dan dikembalikan setiap saat sesuai dengan kehendak
pemiliknya”.
Hasan Abdullah dalam Antonio (2001:156) mengemukakan bahwa “bank
syariah menerapkan akad wadiah mengikuti prinsip-prinsip wadiah yad adhdhamanah”. Selanjutnya Antonio (2001:156) mengemukakan bahwa:
Tabungan yang menerapkan akad wadiah mengikuti prinsip-prinsip wadiah
yad adh-dhamanah tidak mendapatkan keuntungan karena ia titipan dan
dapat diambil sewaktu-waktu dengan menggunakan buku tabungan atau
media lain seperti kartu ATM. Tabungan yang berdasarkan akad wadiah ini
tidak mendapatkan keuntungan dari bank karena sifatnya titipan. Akan
tetapi, bank tidak dilarang jika ingin memberikan semacam bonus/hadiah.
Beberapa ketentuan umum yang ada dalam penerapan tabungan wadiah
adalah sebagai berikut (Karim, 2004:272):
1) Tabungan wadiah merupakan tabungan yang bersifat titipan murni yang
harus dijaga dan dikembalikan setiap saat (on call) sesuai dengan
kehendak pemilik harta.
2) Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana atau pemanfaatan barang
menjadi milik atau tanggungan bank. Sedangkan nasabah tidak dijanjikan
imbalan dan tidak menanggung kerugian.
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
65
3) Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik harta sebagai
sebuah insentif selama tidak diperjanjikan dalam akad pembukaan
rekening.
b. Tabungan mudharabah
Menurut Karim (2004:273) menyatakan bahwa “tabungan mudharabah
adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan akad mudharabah”.
Seperti yang telah jelaskan sebelumnya bahwa akad mudharabah itu sendiri
memiliki dua jenis, yaitu mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah.
Perbedaan utama di antara keduanya terletak pada ada atau tidaknya persyaratan
yang diberikan pemilik dana kepada bank dalam mengelola hartanya.
3. Deposito Syariah
Pengertian deposito secara umum menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang
perubahan atas UU No.7 tahun 1992 tentang perbankan, dijelaskan bahwa
deposito yang bisa juga disebut deposito berjangka adalah simpanan yang
penarikannya dilakukan pada waktu-waktu tertentu menurut perjanjian antara
penyimpan dengan bank yang bersangkutan.
Sedangkan pengertian deposito syariah berdasarkan UU No. 21 tahun 2008,
tentang perbankan syariah dinyatakan bahwa:
Deposito adalah Investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad
lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya
hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara
nasabah penyimpan dan bank syariah dan/atau UUS.
Sedangkan berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional No. 03/DSNMUI/IV/2000, menyatakan bahwa Deposito yang dibenarkan adalah deposito
yang berdasarkan prinsip mudharabah.
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
66
Dengan demikian, di dalam deposito syariah hanya memiliki satu jenis
deposito, yaitu deposito mudharabah. Adapun ketentuan-ketentuan yang harus
diterapkan dalam aplikasi deposito mudharabah ini adalah sama dengan
ketentuan-ketentuan yang ada dalam akad mudharabah.
2.1.5 Perkembangan atau Pertumbuhan Pembiayaan dan Dana Pihak
Ketiga (DPK)
Perkembangan pembiayaan dan dana pihak ketiga pada perbankan dapat
dilihat dengan pertumbuhannya. Pertumbuhan tersebut bisa dicari dengan
menghitung selisih antara jumlah/nilai dari pambiayaan atau dana pihak ketiga
tahun sekarang dengan jumlah/nilai dari pambiayaan atau dana pihak ketiga
tahun sebelumnya dalam satuan persentase.
Banoon dan Malik (2007) menyebutkan bahwa perkembangan perbankan
syariah dapat dilihat dari nilai pertumbuhan indikator-indikatornya. Beberapa
indikator perbankan syariah, yaitu asset, dana pihak ketiga (DPK), dan
kredit/pembiayaan. Perhitungan pertumbuhan indikator-indikator tersebut dapat
diformulasikan sebagai berikut :
g i = (g it – g it-1)/ g it-1 x 100
%
Keterangan :
g : growth ( % );
i : asset, DPK, dan kredit/pembiayaan
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
67
2.1.6
Likuiditas
2.1.6.1 Pengertian Likuiditas
Pengertian likuiditas menurut Oliver G. Wood, Jr (dalam Dahlan Siamat,
2004:153) adalah “kemampuan bank untuk memenuhi semua penarikan dana
oleh nasabah deposan, kewajiban jatuh tempo, dan memenuhi permintaan kredit
tanpa ada penundaan”. Sedangkan menurut Van Greuning dari World Bank
dalam Ali Norman (2005:17) menyatakan bahwa:
Likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi atau komintmenya
saat jatuh tempo pada waktu yang sama bank mentransformasi sisi
liabilitias mereka untuk mendapatkan berbagai macam maturities pada sisi
aset.
Dari beberapa pengertian likuiditas di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
likuiditas merupakan gambaran mobilitas keuangan yang terjadi di perbankan
dan sebagai gambaran kemampuan peran bank sebagai lembaga intermediasi
keuangan.
2.1.6.2 Pentingnya Likuiditas
Likuiditas merupakan suatu hal yang sangat penting, khususnya dunia
perbankan. Hai ini dikarenakan bahwa bank setiap saat dihadapkan dengan
kegiatan mobilitas dana yang masuk maupun dana yang keluar. Likuiditas bank
membutuhkan pengelolaan secara efektif dan sefesien mungkin untuk
kelancaran proses operasional keungan bank.
Ketika rasio likuiditas sebagai indikator kinerja likuiditas terlalu rendah
maka bank akan meningkatkan resiko idle. Terjadinya idle ini akan menambah
biaya operasional bank. Selain itu, ketika rasio likuiditas yang merupakan
gambaran kinerja keuangan terlalu rendah maka akan menurunkan kesempatan
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
68
bagi bank untuk mendapatkan pendapatan bagi bank itu sendiri. Sebaliknya,
ketika rasio likuiditas bank terlalu tinggi maka bank terancam resiko terjadinya
rush, yaitu penarikan dana besar-besaran oleh para nasabah dan akan
mengakibatkan kelangkaan likuiditas. Jika hal ini terjadi maka bank terancam
terjadinya tanda-tanda kebangkrutan atau financial distress dan akibatnya bank
teracam dilikuidasi atau bangkrut.
Masyhud Ali (227:2004) menyatakan bahwa:
Ketika bank kurang agresif dalam menghimpun pendanaan yang
sebanding dengan besaran permodalannya, maka kapasitas bank dalam
mecapai pertumbuhan aset serta kemampuannya mencapai besaran
lending dan margin keuntungan yang sebanding, menjadi idle. Bank
menjadi kurang berhasil mengejar besaran Loan to Deposit Ratio (LDR)
yang mencerminkan peranannya sebagai lembaga penghimpun dana dan
penyalur dana (intermediasi) dan tidak memiliki kemampuan yang
sebanding dalam membentuk earning asset atau aktiva produktifnya
secara efektif.
Berdasarkan pengertian likuiditas, yaitu kemampuan bank untuk memenuhi
semua penarikan dana oleh nasabah deposan, kewajiban jatuh tempo, dan
memenuhi permintaan pembiayaan tanpa ada penundaan, maka dapat dikatakan
bahwa likuiditas juga merupakan gambaran bagaimana pengelolaan pasiva dan
aktiva pada bank tersebut dikelola dengan baik. Artinya, bagaimana bank
memanfaatkan pasiva dan aktiva bank dengan efektif dan efesien untuk
memenuhi kewajiban kepada nasabah dari setiap simpanan mereka dan untuk
memenuhi permintaan nasabah untuk melakukan pembiayaan. Kedua hal tersebut
merupakan suatu hal yang penting untuk menjaga kepercayaan dari nasabah dan
kegiatan operasional utama pada perbankan.
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
69
Hal ini yang mungkin menjadi alasan penilaian likuiditas perbankan
menjadi salah satu alat ukur untuk mengetahui kesehatan bank dan sangat penting
untuk menjaga customer relationship dengan nasabah dalam membangun
kepercayaan antara nasabah dan bank. Selain itu, pentingnya likuiditas adalah
untuk mengetahui serta menilai sampai seberapa jauh bank memiliki kondisi
yang sehat dalam menjalankan operasi atau kegiatan usahanya.
Dengan demikian, likuiditas bank membutuhkan
pengelolaan secara
efektif dan sefesien mungkin untuk kelancaran proses operasional keungan bank
dan diharapkan rasio likuiditas berada pada level keadaan yang paling optimal
dalam pencapaian tujuan perusahaan bank itu sendiri.
2.1.6.3 Likuiditas Bank Syariah
Masalah likuiditas merupakan masalah yang penting dalam hal operasional
perbankan
sehari-hari.
mengorbankan
Kelebihan
profitabilitasnya.
likuiditas
Sementara
akan
mengakibatkan
kekurangan
likuiditas
bank
akan
mengakibatkan kerugian bagi bank karena tidak dapat memenuhi kewajiban yang
harus segera dipenuhinya sehingga akan menyulitkan bank itu sendiri.
Menurut
Dewatripont
(199:110)
(dalam
Ali
Norman,
2005:19)
mengemukakan bahwa:
Bank akan menghadapi masalah bank runs phenemenon ketika tidak
mampu memenuhi permintaan penarikan dana dari depositornya, pada
jangka pendek dan tidak menggunakan fungsi informasi asetnya yang
berakibat inefesiensi atau akan mengahadapi bank runs
ketika
menginvestasikan dalam aset jangka panjang yang likuid. Dampak yang
lebih jauh adalah bank akan kehilangan kerpecayaan dari masyarakat dan
pemerintah dalam hal ini adalah Bank Sentral.
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
70
Menurut Ali Norman (2005:20) mengemukakan bahwa:
Mempertahankan likuiditas yang tinggi akan memperlancar customer
relationship
tetapi profitabilitas/imbal hasil akan menurun karena
banyaknya dana yang menganggur. Di lain pihak, likuiditas yang rendah
menggambarkan kurang baiknya posisi likuiditas suatu bank.
Salah satu ukuran untuk menghitung likuiditas bank adalah dengan
menggunakan loan to deposit ratio (LDR). LDR merupakan gambaran tentang
seberapa besar dana yang berhasil dihimpun oleh bank disalurkan sebagai
perkreditan atau pembiayaan. Ketentuan Bank Indonesia tentang LDR,
berdasarkan ketetapan Bank Indonesia No.6/23/DPNP, 31 Mei 2004 menyatakan
bahwa suatu perbankan dikatakan keadaan likuiditasnya baik atau sehat adalah
berada pada rasio 85% - 110%. Pemeliharaan kesehatan bank antara lain dengan
tetap menjaga likuiditasnya sehingga bank dapat memenuhi kewajiban kepada
semua pihak yang menarik atau mencairkan uangnya.
Menurut Masyhud Ali (2004:344), mengemukakan bahwa Loan to Deposit
Ratio (LDR) merupakan gambaran perbandingan antara besarnya jumlah
pinjaman yang diberikan dengan jumlah dana masyarakat yang dihimpun. Oleh
karena itu, likuiditas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
LDR =
𝐿𝑜𝑎𝑛 yang disalurkan
x 100%
Total Dana Pihak Ketiga
Ali Norman (2005:21) mengemukakan bahwa:
Seperti halnya perbankan konvensional, BI menggunakan FDR sebagai
salah satu alat ukur tingkat kesehatan bank syariah. FDR dipakai untuk
melihat kemampuan bank syariah untuk memenuhi kewajiban yang harus
dipenuhi dari dana yang telah dihimpunanya. Dalam dunia perbankan
syariah tidak dikenal kredit (loan) dalam penyaluran dana yang
dihimpunnya. Oleh karena itu, aktivitas penyaluran dana yang dilakukan
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
71
bank syariah lebih mengarah kepada pembiayaan (financing). Hutang
merupakan sesuatu yang harus dihindari dalam perbankan syariah. Rumus
perhitungan likuiditas dikonversi karena masih dalam terminolgi yang sama
yaitu fungsi intermediasi perbankan, terutama aspek penyaluran dana yang
telah dihimpunnya untuk mendapat gain profit. Rumus LDR kedalam dunia
syariah menjadi Financing Deposit to Ratio (FDR). Sehingga FDR dapat
dirumuskan dengan:
FDR =
𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 yang Disalurkan
x 100%
Total Dana Pihak Ketiga
2.1.6.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Likuiditas
Menurut Arifin (2003:145), likuiditas bank syariah dipengaruhi oleh
beberapa hal, yaitu volatilitas (volatility) dari simpanan (deposit) nasabah,
ketersediaan aset yang siap dikonversikan menjadi kas, akses kepada pasar antar
bank dan sumber dana lainnya, ternasuk fasilitas lender of the last resort (LLR)
dari Bank Sentral serta faktor komitmen bank kepada nasabah atau pihak lain
untuk memberikan fasilitas pembiayaan atau melakukan investasi.
Adapun faktor-faktor tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Dana Simpanan (deposit nasabah)
Dana simpanan nasabah adalah dana yang dihimpun bank dalam
melakukan fungsi intermediasinya. Dana simpanan nasabah yang dihimpun bank
syariah adalah:
a. Tabungan wadiah
b. Giro wadiah
c. Tabungan mudharabah
d. Deposito mudharabah
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
72
2. Ketersediaan aset yang siap dikonversikan menjadi kas
Aset bank terdiri dari aset yang bersifat likuid atau mudah/dirubah
menjadi uang dan aset yang bersifat tidak likuid (aset yang tidak mudah
dicairkan). Aset yang bersifat likuid biasanya merupakan cadangan di samping
primary reserve yang ditetapkan bank sentral. Aset-aset yang siap dikonversi
menjadi kas terdiri dari:
a. Kas
b. Giro pada Bank Indonesia
c. Giro pada bank lain
d. Surat berharga dan lain-lain
3. Akses kepada pasar antar bank dan sumber dana lainnya, termasuk fasilitas
lender of the resort dari bank sentral.
Dalam aktivitasnya, bank sering membutuhkan dana untuk memenuhi
kewajibannya, yaitu mengembalikan dana yang diminta nasabah maupun ketika
membutuhkan dana untuk keperluan investasi dan pembiayaan. Kebutuhan akan
dana yang cepat didapatkan ini diperoleh melalui akses pasar antar bank maupun
fasilitas Bank Indonesia sebagagi lender of the last resort.
4. Komitmen bank dalam pembiayaan atau melakukan investasi
Komitmen bank kepada nasabah atau pihak lain dalam memberikan
fasilitas pembiayaan atau melakukan investasi menimbulkan konsekuensi
kewajiban bagi bank untuk merealisasikannya. Kewajiban komitmen ini oleh
bank dicatat dalam rekening administratif. Ketidakmampuan bank untuk
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
73
merealisasikan komitmen tersebut tidak saja berdampak pada reputasi dan
bonafiditas bank, tetapi juga berpotensi untuk menghadapi ganti rugi.
Teori lain yang mempunyai pendapat sejenis sebagaimana yang dikutip
oleh Siamat adalah commercial loan theory. Teori ini lahir pada abad ke-18.
Teori ini mengatakan bahwa kredit (pembiayaan) yang dilakukan bank, terutama
pembiayaan jangka pendek (dalam kondisi normal) pada saat pembayaran cicilan
oleh nasabah bank dapat menambah likuiditas bank yang bersangkutan. Berarti
pembiayaan yang diberikan dapat mempengaruhi jumlah lukiditas.
2.1.7 Pengaruh Pembiayaan dan Dana Pihak Ketiga (DPK) Terhadap
Likuiditas
Bank syariah merupakan bank yang mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat. Bank syariah setiap saat akan selalu
dihadapkan dengan mobilitas dana, baik dana yang masuk maupun dana yang
keluar. Hal ini terjadi karena peran bank sebagai lembaga intermediasi yaitu
memiliki tugas untuk menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya
kembali
kepada
masyarakat,
khususnya
untuk
menunjang
kegiatan
perekonomian.
Perbankan syariah membutuhkan modal untuk menjalankan operasional
keuangan. Oleh karena itu, perbankan syariah melakukan kegiatan penghimpunan
dana dari masyarakat (surplus unit) dalam bentuk dana pihak ketiga dan
kemudian dana yang berhasil dihimpun akan disalurkan kembali kepada
masyarakat (defisit unit) dalam bentuk pembiayaan. Hal inilah yang membuat
bank syariah selalu dihadapkan dengan arus lalu lintas keuangan atau mobilitas
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
74
keuangan yang sangat tinggi. Mobilitas keuangan merupakan gambaran likuiditas
yang terjadi pada perbankan tersebut dan ini merupakan perihal yang sangat
rentan menimbulkan resiko di perbankan.
Perbankan perlu melakukan pembiayaan atau penghimpunan pendanaan
secara konsisten dan berkesinambungan sebanding dengan modal atau dana pihak
ketiga yang terhimpun untuk mengejar besaran likuiditas dan mengurangi
opportunity cost dari terjadinya idle dan resiko lainnya.
Seperti pernyataan Masyhud Ali (2004:227) menyatakan bahwa:
Ketika bank kurang agresif dalam menghimpun pendanaan yang sebanding
dengan besaran permodalannya, maka kapasitas bank dalam mencapai
pertumbuhan aset serta kemampuannya mencapai besaran lending dan
margin keuntungan yang sebanding, menjadi idle. Bank menjadi kurang
berhasil mengejar besaran Loan to Deposit Ratio (LDR) yang
mencerminkan peranannya sebagai lembaga penghimpun dana dan
penyalur dana (intermediasi) dan tidak memiliki kemampuan yang
sebanding dalam membentuk earning asset atau aktiva produktifnya secara
efektif.
Dari pernyataan Masyhud Ali di atas, maka dapat dikatakan bahwa dana
yang terhimpun oleh bank (dana pihak ketiga bank) harus diseimbangkan dengan
kegiatan pendanaan atau pembiayaan untuk menciptakan tingkat likuiditas secara
optimal dalam rangka menciptakan earning asset secara efektif. Ketika bank
kurang dalam melakukan pembiayaan atau pendanaan, dan tidak sesuai dengan
besarnya dana yang terhimpun dalam bentuk dana pihak ketiga, maka dana akan
lebih banyak menganggur (idle) dan mengakibatkan besaran rasio likuiditas
mengecil atau terjadi over liquid dan juga sebaliknya.
Likuiditas pada perbankan syariah yang diukur berdasarkan FDR
merupakan gambaran bagaimana arus lalu lintas keuangan perbankan syariah
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
75
terjadi. Likuiditas yang terlalu berlebihan (over liquid) atau pun terlalu sedikit
(tidak likuid) akan menimbulkan resiko dan perlu ditangani serius dan jika tidak
dikelola dengan baik maka bank akan mengalami masalah yang serius. Oleh
karena itu, suatu hal yang sangat penting bagi perbankan syariah khususnya,
untuk mengelola secara efektif dan efesien pada mobilitas keuangan yang terjadi
di bank tersebut; yaitu dana yang masuk dalam bentuk dana pihak ketiga dan
dana yang keluar dalam bentuk pembiayaan untuk menciptakan tingkat likuiditas
yang optimal.
Tariqullah Khan dan Habib Ahmed (2008:27) mengemukakan bahwa:
Adanya mismatch antara permintaan dan penawaran aset-aset likuid.
Sementara bank tidak mampu mengontrol sumber-sumber dana (DPK), ia
dapat mengontrol penggunaan dari dana-dana tersebut. Misalnya posisi
likuiditas bank memberikan prioritas pada pengalokasian dana. Dengan
asumsi bahwa opportunity cost dari dana-dana likuid adalah tetap, maka
setelah memiliki likuiditas yang cukup, bank harus melakukan investasi
yang dapat mendatangkan keuntungan.
Dengan demikian, dana pihak ketiga dan penyaluran dana melalui
pembiayaan pada akhirnya akan menciptakan bagaimana likuiditas pada bank
syariah itu terjadi. Oleh karena itu, pihak bank perlu mengelola aset-aset likuid
untuk menunjang likuiditas yang optimal dan sehat.
2.2 Penelitian Terdahulu
Berikut ini merupakan penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan
dengan pengaruh pembiayaan dan dana pihak ketiga terhadap Likuiditas
perbankan dan disajikan dalam bentuk tabel.
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
76
Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu
Nama
Ali Norman
Judul
Faktor –faktor yang
mempengaruhi likuiditas
bank syariah FDR
Hasil Penelitian
DPK signifikan negatif
Pembiayaan signifikan
positif
(BMI 2001-2004)
Nurul Primadiati
Pengaruh Perolehan
Dana Pihak Ketiga
Terhadap Tingkat
Likuiditas PT Bank
Yudha Bhakti
DPK berpengaruh negatif
Seandy Nandadipa
Analisis Pengaruh CAR, DPK berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
NPL, Inflasi,
Pertumbuhan DPK, Dan LDR
Exchange Rate Terhadap
LDR (Studi Kasus Pada
Bank Umum di Indonesia
periode 2004 – 2008
Agung Permana
Pengaruh tingkat risiko
pembiayaan terhadap
likuiditas bank syariah
pada PT. BPRS Ishlahul
ummah.
Pembiayaan berpengaruh
terhadap Tingkat
Likuiditas
Gatev
Pembiayaan dan deposito
(DPK) terhadap
Likuiditas di perbankan
Amerika
Pembiayaan dan dopsito
(DPK) berpengaruh
terhadap likuiditas
Gatev
Pembiayaan dan deposito
(DPK) terhadap
Likuiditas di perbankan
Rusia
Pembiayaan dan dopsito
(DPK) berpengaruh
terhadap likuiditas
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
77
Dalam penelitian ini terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian
yang terdahulu seperti yang terdapat pada tabel 2.1. Persamaannya adalah
variabel yang diteliti, seperti pembiayaan dan dana pihak ketiga serta
pengaruhnya terhadap likuiditas bank.
2.3
Kerangka Pemikiran
Pada dunia perbankan, baik bank konvensional maupun bank syariah akan
selalu dihadapkan dengan mobilitas keuangan setiap saat. Hal ini terkait dengan
peran bank sebagai media perantara dalam mempertemukan orang yang
membutuhkan dana dan orang yang kelebihan dana. Untuk itu, bank memilik
tugas dan peran dalam melakukan kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan
menyalurkan kembali ke masyarakat untuk menunjang kegiatan ekonomi dan lain
sebagainya.
Pada perbankan syariah kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana
dilandaskan dengan sistem bagi hasil. Di tengah perkembangan dan pertumbuhan
yang sangat tinggi, bank syariah tentunya selalu dihadapkan aktivitas mobilitas
keuangan yang tinggi. Mobilitas keuangan yang terjadi pada bank syariah
merupakan gambaran likuiditas bank syariah. Seperti halnya di perbankan
konvensional, likuiditas juga merupakan hal yang penting untuk diperhatikan di
perbankan syariah. Kegiatan operasional keuangan perbankan syariah yang
lancar merupakan gambaran bahwa likuiditas di bank syariah tersebut mampu
menunjang mobilitas keuangan yang terjadi.
Likuiditas yang optimal adalah kondisi yang diharapakan oleh bank,
khususnya bank syariah. Dengan kondisi likuiditas yang optimal, diharapkan
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
78
bank syariah mampu mengimbangi kegiatan penarikan dana maupun penyaluran
dana yang berhasil dihimpun serta tingkat keuntungan yang diperoleh secara
efektif dan efesien. Dengan kondisi tingkat likuiditas yang optimal pula, bank
syariah diharapkan mampu menekan segala resiko-resiko yang terjadi akibat
tingkat likuiditasnya yang kurang dikelola secara efektif dan efesien. Resikoresiko tersebut adalah seperti resiko dana menganggur (idle) yang akan
meningkatkan biaya tinggi dan menurunkan pendapatan bank, kemudian
kemungkinan
resiko
yang
terjadi
akibat
dari
penyalahgunaan
dana
(moralhadzard), resiko terjadinya aksi penarikan dana secara besar-besaran
(rush) dan resiko kepercayaan dari para nasabah (trust).
Likuiditas bank syariah yang diukur berdasarkan FDR merupakan
gambaran perbandingan antara besarnya dana yang disalurkan dan jumlah dana
pihak ketiga yang terhimpun. Oleh karena itu, kegiatan penghimpunan pendanaan
sebagai modal bank syariah untuk melakukan pembiayaan akan mempengarui
tingkat likuiditas yang terjadi. Hal ini disebabkan karena jumlah dana pihak
ketiga yang berhasil dihimpun merupakan sebagai modal untuk melakukan
pembiayaan dan cadangan dana yang akan ditarik oleh nasabah.
Dana pihak ketiga yang masuk sebagai modal bank syariah sifatnya tidak
bisa dikendalikan. Sedangkan pembiayaan sebagai dana yang keluar untuk
melakukan pendanaan bisa dikontrol oleh bank. Oleh karena itu, ketika dana
yang berhasil dihimpun adalah terlalu besar atau kegiatan pembiayaan tidak
mengimbangi dengan besarnya dana yang masuk, maka akan terjadi kelebihan
likuiditas yang menyebabkan resiko idle dan resiko lainnya. Sedangkan ketika
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
79
bank syariah terlalu agresif melakukan pembiayaan dengan tidak mengimbangi
dari jumlah dana yang berhasil dihimpun, maka bank syariah akan terancam tidak
likuid atau kelangkaan likuiditas. Kelangkaan likuiditas ini pada akhirnya akan
menyebabkan kredit macet yang akan mempengaruhi reputasi bank syariah
(trust).
Persoalan likuiditas pada dasarnya suatu hal yang cukup rumit dan paling
penting untuk diprioritaskan di dunia perbankan, khususnya di bank syariah. Hal
ini dikarenakan likuiditas merupakan gambaran kelancaran proses kegiatan
operasional keuangan bank syariah. Oleh sebab itu, likuiditas bank syariah perlu
dikelola secara efektif dan efesien agar tercipta kondisi likuiditas yang seoptimal
mungkin.
Berdasarkan uraian di atas maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini
dapat digambarkan sebagai berikut:
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
80
Gambar 2.15 Kerangka Pemikiran
Pengaruh Pembiayaan dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas Pada
Perusahaan PT. Bank Syariah Mandiri
Bank Syariah
Kegiatan/Produk Bank Syariah
Kinerja Keungan
Profitabilitas
Penghimpunan
Dana
DPK
Penyaluran Dana
Capital
Pembiayaan
Asset
Likuiditas
FDR
Keterangan:
Diteliti
Tidak diteliti
Sumber: Zaenul Arifin (2002)
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
81
2.4
Paradigma Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh pembiayaan dan dana pihak ketiga terhadap
likuiditas, maka diperlukan suatu paradigma penelitian. Paradigma penelitian
dalam hal ini diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan hubungan antar
variabel yang akan diteliti. Dengan paradigma penelitian ini, maka akan dapat
digunakan sebagai panduan dalam merumuskan masalah penelitian, merumuskan
hipotesis dan menentukan teknik statistik yang digunakan untuk menguji
hipotesis yang telah dirumuskan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
dirumuskan paradigma penelitian sebagai berikut:
Gambar 2.16 Paradigma Penelitian
Pembiayaan
FDR
DPK
Pembiayaan
2.5
Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari sebuah rumusan masalah
yang diajukan dalam suatu penelitian. Jawaban sementara dari sebuah hipotesis
ini masih belum diuji kebenarannya. Hal ini dikarenakan jawaban sementara dari
hipotesis tersebut hanya sebatas berdasarkan teori-teori yang relevan dan perlu
diuji kebenarannya lagi berdasarkan fakta-fakta empirik yang sesuai dengan data
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
82
yang diperoleh. Hal ini sesuai dengan pengertian hipotesis yang dikemukakan
oleh Ulber Silalahi (2010:160), bahwa:
Hipotesis adalah pernyataan atau jawaban tentatif atas masalah dan
kemudian hipotesis dapat diverifikasi hanya setelah hipotesis diuji secara
empiris. Tujuan pengujian hipotesis adalah untuk mengetahui kebenaran
atau ketidakbenaran atau untuk menerima atau menolak jawaban tentatif.
Berdasarkan rumusan masalah pada bab sebelumnya dan berdasarkan
kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Hipotesis 1 : Terdapat pengaruh pembiayaan dan dana pihak ketiga terhadap
likuiditas bank syariah
Sukron Ali, 2012
Pengaruh Pembayaran Dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Likuiditas PT.Bank Syariah Mandiri Tbk
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Download