7 BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 2.1

advertisement
7
BAB II
Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Pengertian Pemasaran Industri
Pemasaran industri dikenal juga dengan pemasaran industrial, pemasaran
bisnis, pemasaran antar perusahaan, dan pemasaran organisasi. Pemasaran industri
berbeda dengan pemasaran produk konsumsi terutama dalam hal penggunaan
produk dan konsumen yang dituju, dimana pemasaran industri mengarahkan
produknya kepada perusahaan yang akan menjual kembali produk tersebut,
perusahaan yang membeli produk tersebut untuk membantu proses produksinya,
dan lembaga yang membeli produk tersebut atau organisasi yang membeli produk
tersebut untuk membantu kegiatan operasionalnya. Dari penjelasan ini terlihat
bahwa pemasaran industri tidak mengarahkan penjualan produknya kepada
konsumen atau pengguna akhir untuk langsung dikonsumsi.
Pemasaran industri adalah kegiatan yang memfasilitasi terjadinya
pertukaran produk dengan pelanggan dalam pasar indutri, mencakup semua
perusahaan yang membeli barang dan jasa industri, untuk digunakan dalam
memproduksi barang dan jasa yang akan dijual, disewakan, atau dipasok kepada
konsumen lain. Transaksi dalam pemasaran industri terjadi apabila suatu barang
atau jasa dijual untuk suatu kegunaan lain dan bukan secara langsung untuk
dikonsumsi secara personal (Bingham et al.,2010).
8
2.1.2 Karakteristik Permintaan Industri
Sifat atau karakteristik permintaan produk industri antara lain adalah
permintaan turunan (derived demand), permintaan gabungan (joint demand),
permintaan tidak elastis (inelastic demand), dan permintaan yang volumenya
berubah-ubah (fluctuating demand).
1. Permintaan turunan (derived demand) dapat didefinisikan sebagai permintaan
produk industri yang volumenya terkait pada permintaan produk akhirnya
(barang konsumsi). Dengan kata lain, permintaan produk berasal dari
permintaan produk konsumsi, sehingga pertambahan pada permintaan produk
industri. Misalnya mesin-mesin bubut tentunya akan ditawarkan kepada
konsumen tertentu, yang pekerjaan sehari-harinya banyak menggunakan
mesin-mesin tersebut. Jadi, produsen akan menambah volume produksi mesinmesin tersebut bila mengetahui ada tambahan permintaan atau ada yang
memerlukan mesin-mesin bubut tersebut. Permintaan
turunan tersebut
menyebabkan terjadinya pasar antar-industri, sehingga dapat dikatakan bahwa
permintaan industri berhubungan dan terjadi karena adanya permintaan produk
akhirnya, dengan kata lain semua permintaan barang industri terjadi karena
adanya permintaan barang dan jasa konsumsi.
2. Permintaan gabungan (joint demand) terjadi apabila suatu produk industri
berguna jika produk lain juga ada bersamanya, atau terjadi apabila dua atau
lebih produk digabungkan untuk menghasilkan suatu produk (Havaldar, 2005).
Misalnya produk kompor gas tidak akan berguna bila tabung berisi gasnya
tidak ada. Jadi permintaan gabungan merupakan jenis permintaan di mana
9
produk industri bukan merupakan permintaan untuk satu individu produk
tertentu, tetapi juga terkait dengan ketersediaan produk lain yang bila
digabungkan baru akan berguna sesuai dengan fungsinya.
3. Permintaan produk industri dapat dikatakan tidak elastis (inelastic demand)
karena sangat sedikit atau tidak dipengaruhi oleh perubahan harga. Permintaan
elastis atau tidak elastis merupakan permintaan yang terjadi karena kuantitas
yang diminta berubah sebagai akibat adanya perubahan harga (Havaldar,
2005). Permintaan industri termasuk permintaan tidak elastis, misalnya
permintaan bahan baku tidak akan banyak berubah karena turunnya harga
bahan baku tersebut, sebab produsen sebagai pembeli bahan baku tersebut akan
memiliki resiko jika membeli secara berlebihan, apalagi bila produsen tidak
mengubah kapasitas, metodem dan proses produksi mereka yang sangat
dipengaruhi oleh permintaan produk yang dibuat, yang bersifat permintaan
turunan (derived demand).
4. Permintaan industri cenderung lebih mudah berubah-ubah (fluctuating
demand) dibandingkan produk konsumsi. Pertambahan atau penurunan dalam
permintaan produk konsumsi dapat menimbulkan pertambahan atau penurunan
dengan presentase yang lebih besar pada permintaan produk industri yang
diperlukan untuk memproduksi produk konsumsi. Produk-produk industri
tersebut seperti: mesin tenun, mesin punch CNC, komputer, dll. Hal ini
mendorong produsen dan pemasar produk industri untuk mendiversifikasikan
lini produknya agar terdapat keseimbangan dalam siklus usahanya (Bingham et
al., 2010).
10
Produsen Produk Industri
Agen
Distributor
Industri
Perusahaan Pembeli Produk
Industri
Gambar 2.1 Saluran Disribusi Produk Industri (Sumber: Havaldar, 2010)
2.1.3 Pasar Industri
Pasar industri adalah pasar di mana konsumen membeli suatu produk
industri bukan untuk kepentingan individu, melainkan untuk kepentingan terdiri
atas badan usaha perorangan, perusahaan, lembaga, atau organisasi yang membeli
produk industri dengan tujuan untuk memproduksi produk lainnya, mendapatkan
keuntungan, mengurangi biaya-biaya, dan lain-lain.
Konsumen industri sebagai tempat pemasaran produk industri meliputi
perusahaan manufaktur, pemerintahan dan agen pemerintahan, perusahaan badan
usaha perorangan, lembaga pendidikan, rumah sakit, distributor, dan pengecer.
Konsumen industri ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu
perusahaan komersial, organisasi pemerintah, dan institusi (Haas, 2010).
11
1. Perusahaan komersial, meliputi: (a) perantara distribusi tidak langsung, yang
terdiri atas perusahaan yang menjual ulang barang industri pada pasar
komersial, pemerintahan, atau institusi (b) industri manufaktur, yang membeli
barang industri untuk memproduksi produk lain untuk dijual kembali ke pasar
industri atau pasar konsumsi, dan (c) konsumen akhir, biasanya membeli
produk industri untuk mendukung suatu fasilitas manufaktur, dan pembelian
tersebut tidak menjadi bagian dari produk akhir.
2. Organisasi pemerintahan mulai dari tingkat pusat sampai daerah, yang
menerapkan proses pembelian berdasarkan suatu penawaran yang memuat
spesifikasi produk, dan akan menerima harga penawaran terendah yang
memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.
3. Institusi sebagai pembeli industri meliputi institusi/lembaga non bisnis
maupun organisasi yang tidak berorientasi pada profit, seperti universitas,
museum, rumah sakit, serikat pekerja dan lembaga sosial lainnya.
2.1.4 Pengertian Produk
Produk sebagai alat pemenuhan kebutuhan dan keinginan dari konsumen
memiliki peranan penting di dalam usaha Pemasaran yang dilakukan oleh suatu
pihak, hal tersebut disebabkan karena produk dapat menciptakan pembelian yang
didasari oleh kebutuhan dan keinginan dari konsumen.
Menurut Fandy Tjiptono dalam bukunya yang berjudul Pemasaran Jasa
menyebutkan bahwa produk merupakan bentuk penawaran organisasi jasa yang
ditunjukan untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemuasan kebutuhan dan
12
keinginan pelanggan. Dalam konteks ini, produk dapat berupa baik yang berwujud
fisik maupun tidak berwujud fisik yang dapat ditawarkan kepada pelanggan
potensial untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tertentu.
Sedangkan menurut (Zein Achmad, 2011) produk adalah segala sesuatu
yang dapat ditawarkan untuk memuaskan suatu kebutuhan dan keinginan.
Produk merupakan titik sentral dari kegiatan marketing, produk ini dapat
berupa barang ataupun jasa, jika tidak ada produk maka tidak ada pemindahan hak
milik, maka tidak ada marketing. Bagaimana pun hebatnya usaha promosi,
penjualan dan harga. Jika tidak diikuti dengan produk yang bermutu, disenangi
oleh konsumen maka usaha marketing ini tidak akan berhasil. Oleh sebab itu,
perlu dikaji produk apa yang akan dipasarkan dan bagaimana selera konsumen
saat ini. Faktor-faktor yang ada dalam suatu produk adalah mutu atau kualitas,
penampilan (features), pilihan yang ada (option), gaya (styles), merk (brand
names), pengemasan (packing), ukuran (size), jenis (product lines), macam
(product item), jaminan (warranties), dan pelayanan (services).
2.1.5 Kualitas Produk
Dalam era perdagangan bebas pada saat ini, persaingan produk semakin
marak, kualitas produk menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Pembeli akan
membeli produk kalau merasa cocok, karena itu produk harus disesuaikan dengan
keinginan ataupun kebutuhan pembeli agar pemasaran produk berhasil. Dengan
kata lain, pembuatan produk lebih baik diorientasikan pada keinginan pasar atau
selera konsumen. Menurut (Kotler dan Amstrong, 2001) adalah ”Segala sesuatu
13
yang
dapat
ditawarkan
ke pasar
untuk mendapatkan perhatian, dibeli,
digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan”.
(Mc Charty dan Perreault, 2003) mengemukakan bahwa, “Produk
merupakan hasil dari produksi yang akan dilempar kepada konsumen untuk
didistribusikan dan dimanfaatkan konsumen untuk memenuhi kebutuhannya”.
Sedangkan menurut (Saladin, 2002), ”Produk adalah segala sesuatu yang dapat
ditawarkan ke suatu pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai atau dikonsumsi
sehingga dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan”.
Menurut (Kotler, 2005), “Kualitas produk adalah keseluruhan ciri serta dari
suatu produk atau pelayanan pada kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang
dinyatakan atau tersirat”.
Sedangkan menurut (Lupiyoadi, 2001) menyatakan
bahwa “Konsumen akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan
bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas“.
2.1.5.1 Dimensi Kualitas Produk
Menurut (Tjiptono, 2008) dimensi yang sering digunakan dalam
mengevaluasi suatu produk adalah:
1). Performance (kinerja) yaitu karakteristik pokok dari suatu produk dan
merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan konsumen dalam
membeli produk.
2). Durability (daya tahan), yang berarti berapa lama atau umur produk yang
bersangkutan bertahan sebelum produk tersebut harus diganti. Dimensi ini
mencakup umur teknis dan umur ekonomis produk.
14
3). Conformance to specifications (kesesuaian dengan spesifikasi), yaitu sejauh
mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar yang ditetapkan
sebelumnya berdasarkan keinginan konsumen.
4). Features
(fitur),
berkaitan
dengan
pilihan-pilihan
produk
dan
pengembangannya, yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap.
5). Reliabilty (Keandalan), yaitu kecilnya kemungkinan suatu barang atau jasa
rusak dan gagal fungsi dalam periode waktu tertentu dan kondisi tertentu.
6). Aesthetics (estetika), yaitu daya tarik produk menurut penginderaan konsumen,
misalnya model atau desain dan warna.
7). Perceived quality (kualitas yang dipersepsikan), yaitu citra dan reputasi produk
serta tanggung jawab perusahaan terhadap barang atau jasanya.
8).Service ability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah
direparasi, serta penanganan keluhan yang memuaskan. Pelayanan yang
diberikan tidak terbatas hanya sebelum penjualan, tetapi juga selama proses
penjualan hingga purna jual yang juga mencakup pelayanan reparasi dan
ketersediaan komponen yang dibutuhkan.
2.1.6 Bauran Promosi
Menurut Fandy Tjiptono bauran promosi tradisional meliputi, berbagai
metode untuk mengkomunikasikan manfaat jasa kepada pelanggan potensial dan
aktual. Metode-metode tersebut terdiri atas periklanan, promosi penjualan, direct
marketing, personal selling, dan public relations.
15
Sedangkan menurut Zein Achmad promosi terdiri dari penjualan
perseorangan, periklanan, promosi penjualan dan humas. Peran promosi dalam
bauran pemasaran adalah menghasilkan pertukaran yang paling memuaskan
dengan pasar yang dituju melalui penyampaian, informasi mendidik, membujuk
dan mengingatkan akan manfaat suatu organisasi atau suatu produk.
Gambar 2.2 Bauran Komunikasi dan Tujuan Promosi (Bingham, 2005)
2.1.7 Penjualan Pribadi ( Personal Selling )
Penjualan pribadi adalah promosi yang diadakan oleh produsen untuk
mempromosikan dan menjual produknya dengan menggunakan tenaga penjualan,
yang secara langsung berbicara dan bertatap muka dengan calon pembeli.
Penjualan pribadi dalam pemasaran industri sangat bergantung pada faktor-faktor
seperti sifat dan komposisi pasar, sifat produk, serta tujuan maupun kemampuan
finansial perusahaan.
16
Penjualan pribadi dalam strategi promosi pemasaran industri sangat penting
dan dominan, karena jumlah pelanggan potensial yang relatif kecil dengan jumlah
pembelian yang relatif besar dibandingkan pada pemasaran konsumen. Peranan
penjualan pribadi berbeda-beda di berbagai perusahaan industri. Tenaga penjualan
pribadi mungkin
berperan sebagai pengambil pesanan atau sebaliknya
menentukan tanggung jawab utama sebagai konsultan bagi para pembeli.
Orang-orang yang melakukan penjualan pribadi sering memakai berbagai
nama antara lain adalah wiraniaga, tenaga penjualan, karyawan penjualan, tenaga
lapangan, agen, tenaga bidang jasa, dan tenaga pemasaran (Kotler, 2006). Dalam
pemasaran industri, orang-orang yang melakukan penjualan pribadi lebih sering
disebut wiraniaga atau tenaga penjualan, yaitu orang yang berorientasi pada halhal teknis yang mempunyai tanggung jawab utama untuk menjual barang dan jasa
industri kepada pembeli dan orang yang dapat mempengaruhi pembeli. Wiraniaga
atau tenaga penjualan biasanya digambarkan sebagai orang yang mempunyai
hubungan langsung dengan pasar dan pelanggan tertentu.
Untuk dapat melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien serta untuk
memenuhi harapan pelanggan, tenaga penjualan (wiraniaga) perlu memiliki
pengetahuan yang luas mengenai produk yang dijualnya, produk pesaing,
mempunyai kemampuan berbicara secara intelek, mengetahui kebutuhan
pelanggan, serta mampu bernegosiasi dalam hal spesifikasi produk, pengiriman,
harga, dan pelayanan teknis lainnya.
17
2.1.7.1 Tujuan Personal Selling
Tujuan
personal
selling
sangat
beragam,
mulai
dari
sekedar
membangkitkan kesadaran mengenai tersedianya suatu produk, menggairahkan
minat pembeli, sampai dengan membandingkan harga dan syarat-syarat jual beli
serta penyelesaian transaksi. (Shimp, 2000) menyebutkan tujuan utama personal
selling adalah mendidik para pelanggan, menyediakan produk yang berguna dan
bantuan pemasaran, serta memberikan pelayanan purna jual dan dukungan kepada
para pembeli. Sedangkan menurut (Boyd Walker, 2000) tujuan personal selling
adalah:
1)
Memenangkan penerimaan produk baru oleh pelanggan yang ada.
2)
Memenangkan pelanggan baru untuk produk yang ada.
3)
Mempertahankan loyalitas pelanggan sekarang dengan memberi pelayanan
yang baik.
4)
Melengkapi fasilitas penjualan masa depan dengan memberi pelayanan teknis
kepada calon pelanggan.
5)
Melengkapi penjualan masa depan dengan mengkomunikasikan informasi
produk.
6)
Mendapatkan informasi pasar.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan personal selling
selain untuk meningkatkan penjualan juga mempertahankan loyalitas pelanggan,
memberikan pelayanan teknis dan mengkomunikasikan informasi produk
sepenuhnya berhubungan dengan sasaran pemasaran yang lebih luas yaitu
mempertahankan dan meningkatkan penjualan terhadap pelanggan sekarang.
18
2.1.7.2 Kriteria Personal Selling
Penjual yang ditugaskan untuk melakukan personal selling harus
memenuhi kriteria sebagai berikut, (Tjiptono, 2000) :
1) Salesmanship
Pelaku personal selling harus mempunyai pengetahuan mengenai produk dan
seni menjual, antara lain cara bagaimana mendekati pelanggan, mengatasi
klaim pelanggan, melakukan presentasi, maupun cara meningkatkan penjualan.
2) Negotiating
Pelaku personal selling diharapkan mempunyai kemampuan dalam melakukan
negosiasi dengan disertai syarat-syaratnya.
3) Relationship Marketing
Pelaku personal selling harus tahu cara membina dan memelihara hubungan
baik dengan para pelanggan. Dalam personal selling, calon pelanggan atau
pembeli diberikan suatu edukasi terhadap produk yang ditawarkan atau
ditunjukkan bagaimana perusahaannya dapat membantu pelanggan untuk
mendapatkan keuntungan dari produk yang ditawarkan maupun keuntungan
secara finansial dengan menjadi bagian didalamnya (menjadikan pelanggan
sebagai
mitra,
sebagai
simbiosis
yang
saling
menguntungkan).
2.1.7.3 Faktor-faktor Personal Selling
Ada berbagai pendapat yang berbeda mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan personal selling. Menurut (Tjiptono, 2010), faktorfaktor personal selling adalah:
19
1)
Faktor Produk
a. Apabila produk itu adalah produk industri yang bersifat sangat teknis,
karena penjualan harus memberikan penjelasan-penjelasan teknis dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan pelanggan.
b. Apabila pelanggan memandang resiko pembelian suatu produk tinggi.
c. Apabila produk itu tahan lama (durable goods), karena jarang dibeli dari
pada produk-produk yang tidak tahan lama (nondurable goods) dan
memerlukan komitmen tinggi terhadap sumber-sumber.
2)
Faktor Pelanggan
a. Apabila sasaran yang dituju adalah pelanggan industri karena tenaga
penjual dapat memberikan penjelasan-penjelasan dan jasa-jasa tertentu
yang berkaitan dengan produk.
b. Apabila sasaran promosi adalah perantara karena berguna bagi perusahaan
untuk memberi informasi dan bantuan agar dapat menjual produk
perusahaan yang baik.
c. Apabila geografis pasar yang kecil dan penduduknya padat.
3) Faktor Anggaran
Jika dana yang tersedia terbatas, maka perusahaan sebaiknya memilih
personal selling.
2.1.7.4 Keuntungan dan Kelemahan Personal Selling
Pengunaan personal selling sebagai alat promosi, tidak hanya bertujuan
untuk berkomunikasi saja sehingga menghasilkan tingkat awareness dari
20
konsumen, tetapi yang paling penting personal selling adalah untuk menciptakan
penjualan. Personal selling sendiri penting dilakuakan jika produk memiliki nilai
tinggi, produk dibuat secara khusus, pelanggannya sedikit, produk secara teknik
rumit dan konsumennya terpusat. Hal ini berbeda dengan periklanan atau promosi
penjualan lainnya yang cocok dilakukan jika produk memiliki nilai rendah,
produk standar, ada banyak pelanggan, produk mudah dipahami dan pelanggan
tersebar secara geografis, (Mc Daniel, 2001) Adapun keuntungan promosi secara
personal selling sebagai berikut:
1. Lebih mudah disesuaikan dalam cara menjualnya dengan keinginan konsumen
yang diketahui dari reaksi konsumen terhadap barang yang dipromosikan.
2. Berbeda dengan cara promosi yang lain, dalam melakukan penjualan, personal
selling mengadakan penjualan pada saat terjadi kontak dengan calon pembeli.
3. Dapat mendemonstrasikan kegunaan barang secara langsung kepada pembeli
dan sekaligus menonjolkan kelebihan-kelebihan produk tersebut.
4. Dapat memberikan jawaban atas pertanyaan calon pembeli dan memberikan
penjelasan atas keberatan-keberatan serta dengan keahliannya dapat membuat
calon pembeli yang semula tidak tertarik akan membeli barang tersebut.
5. Personal selling dapat mengunjungi pelanggan secara teratur, menanyakan
pesan-pesan selanjutnya, sehingga barang dilangganan tidak kehabisan dan
perusahaan dapat meningkatkan penjualan.
6. Dapat membantu calon pembeli dalam memberikan petunjuk atau nasehat
mengenai barang yang akan dibeli.
21
Sedangkan kelemahan promosi secara personal selling adalah sebagai berikut:
1. Biaya perkontak relatif tinggi, karena pesan yang disampaikan perusahaan
tidak secara masal, tapi bersifat pribadi hanya kepada calon pembeli yang
dikunjungi.
2. Sulit mencari tenaga penjual yan benar-benar ahli dalam bidang ini.
3. Dalam pelaksanaan aktifitasnya, personal selling membutuhkan waktu yang
cukup lama mulai dari mengadakan kontak awal sampai terjadinya transaksi.
4. Personal selling mempunyai keterbatasan dalam menjangkau serta menemui
calon pelanggan.
2.1.7.5 Dimensi Personal Selling
Adapun dimensi yang terdapat dalam proses personal selling menurut
(Kotler dan Amstrong, 2006) adalah:
1) Pendekatan (Approach)
Yaitu proses personal selling dimana wiraniaga bertemu dan menyapa pembeli
untuk mendapatkan hubungan atau untuk memulai suatu awal yang baik. Langkah
ini melibatkan penampilan wiraniaga, kata-kata pembukaan, dan penjelasan lanjut.
(Boone dan Kurtz, 2002) mengatakan bahwa tenaga penjual yang sukses adalah
mereka yang membuat persiapan secara seksama, menganalisis semua data yang
tersedia tentang lini-lini produk yang dibutuhkan konsumen dan informasiinformasi lain yang berhubungan sebelum melakukan kontak awal. Oleh karena
itu, sebelum tenaga penjual mengunjungi calon konsumen, ia harus bisa memilih
waktu yang tepat sehingga tidak mengganggu aktifitas calon konsumen.
22
2) Presentasi (Presentation)
Yaitu proses personal selling dimana wiraniaga menceritakan riwayat produk
kepada pembeli, menunjukkan bagaimana produk akan menghasilkan atau
menghemat uang bagi pembeli. Wiraniaga menguraikan fitur-fitur produk bagi
pelanggan. Menggunakan pendekatan kepuasan kebutuhan, wiraniaga mulai
dengan pencarian kebutuhan pelanggan banyak berbicara. Untuk itu wiraniaga
harus mempunyai kemampuan mendengarkan dan memecahkan masalah dengan
baik.
(Bonne dan Kurtz, 2002) mengatakan bahwa pada fase presentasi atau
demonstrasi, tenaga penjualan mengkonsumsikan pesan-pesan promosi. Biasanya
mereka menjelaskan fitur-fitur penting dari produknya, menonjolkan kelebihankelebihannya dan menyebutkan contoh-contoh kepuasan konsumen. Oleh karna
itu pada saat presentasi, tenaga penjual harus dipersiapkan secara baik, dilatih
kembali apa yang mereka katakan, menggunakan kontak mata langsung, bertanya
dengan pertanyaan terbuka dan bersikap tenang, ( Mc Daniel, 2001).
3) Mengatasi keberatan (Handling Objection)
Yaitu proses personal selling dimana wiraniaga menyelidiki, mengklarifikasi
dan mengatasi keberatan pelanggan untuk membeli. Selama presentasi, pelanggan
hampir selalu mempunyai keberatan. Demikian juga sewaktu mereka diminta
untuk menuliskan pesanan. Masalahnya bisa logis, bisa juga psikologis, dan
keberatan saling tidak diungkapkan keluar. Dalam mengatasi keberatan, wiraniaga
harus menggunakan pendekatan positif, menggali keberatan yang tersembunyi,
meminta pembeli untuk menjelaskan keberatan, menggunakan keberatan sebagai
23
peluang untuk memberikan informasi lebih banyak, dan mengubah keberatan
menjadi alasan membeli. Setiap wiraniaga membutuhkan pelatihan dalam hal-hal
ketrampilan mengatasi keberatan.
(Boone dan Kurtz, 2002) mengatakan bahwa penanganan keberatan (handling
objection) secara tepat memungkinkan tenaga penjualan menghilangkan hambatan
dan mewujudkan penjualan. Langkah ini bisa berubah menjadi tahap positif dari
proses penjualan karena menyediakan peluang kepada tenaga penjualan untuk
menyediakan informasi-informasi tambahan dan menawarkan solusi yang unik
sebagai salah satu cara untuk mengklarifikasi keberatan-keberatan yang muncul.
4) Menutup penjualan (Closing)
Yaitu proses personal selling dimana wiraniaga menanyakan apa yang hendak
dipesan oleh pelanggan. Setelah mengatasi keberatan prospek, sekarang wiraniaga
dapat mencoba menutup penjualan. Wiraniaga harus mengetahui tanda-tanda
penutupan dari pembeli termasuk gerakan fisik, komentar dan pertanyaan. Sebagai
contoh, pelanggan mungkin duduk condong ke depan dan mengangguk
menyetujui atau menanyakan harga dan syarat pembayaran kredit.
(Boone dan Kurtz, 2002) mengatakan bahwa titik penting dalam hubungan
penjualan waktu saat tenaga penjualan meminta prospek untuk membeli secara
aktual adalah penutupan (closing) atau terjadinya transaksi. Jika presentasi
berhasil mencocokkan fitur-fitur dari produk dengan kebutuhan-kebutuhan
konsumen, penutupan adalah hasil akhir yang wajar.
24
2.1.8 Perilaku Pembelian Industri
Perilaku pembelian adalah situasi/kondisi serta kebiasaan-kebiasaan pada
konsumen untuk melakukan pembelian yang meliputi antara lain:
a) Kapan biasanya konsumen melakukan pembelian
b) Bagaimana cara dan keinginan konsumen untuk melakukan pembelian
c) Apa saja produk-produk yang paling sering dan paling diminati konsumen
d) Dimana biasanya konsumen melakukan pembelian
e) Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian.
Seperti halnya untuk pemasaran produk konsumsi, maka supaya pemasaran
atau penjualan produk industri dapat berhasil dengan efektif, pemasar industri
harus mengetahui perilaku pembeli industri dan kebiasaan-kebiasaan yang
mendorong terjadinya pembelian.
Buyer
Deciders
Influence
User
Gatekeep
Initiator
Sales
Gambar 2.3 Perilaku Pembelian Industri
2.1.9 Keputusan Pembelian
Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai suatu proses penilaian dan
pemilihan dari berbagai alternatif sesuai dengan kepentingan-kepentingan tertentu
dengan menetapkan suatu pilihan yang dianggap paling menguntungkan. Kalau
25
ada dua atau lebih pilihan alternatif, dan dari dua pilihan tersebut konsumen harus
memilih salah satu dari alternatif yang ada tersebut tidak lain adalah proses
pengambilan keputusan (decision making process). Dalam bukunya (Amirulloh,
2002), J. Paul Peter dan Jerry C. Olson mengungkapkan bahwa yang dimaksud
pengambilan keputusan konsumen adalah suatu proses pengintegrasian yang
mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku
alternatif dan memilih salah satu diantaranya.
Dalam konteks perilaku konsumen, maka pengambilan keputusan konsumen
(consumer decision marketing) dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana
konsumen melakukan penilaian terhadap berbagai alternative pilihan dan memilih
salah satu atau lebih alternatif yang diperlukan berdasarkan pertimbanganpertimbangan tertentu. Definisi ini ingin menegaskan bahwa suatu keputusan
tidak harus memilih satu dari sejumlah alternative, akan tetapi keputusan harus
didasarkan pada relevansi antara masalah dan tujuannya.
2.1.9.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Industri
Kesuksesan pemasaran bergantung pada pengembangan bauran pemasaran
yang sesuai dan kemampuan beradaptasi terhadap kecenderungan yang ada dalam
pasar, seperti pengaruh variabel penilaian konsumen, karakteristik, dan
lingkungan. Pembeli industri mengembangkan preferensi berdasarkan kebutuhan,
sikap, dan persepsi mereka, serta mempunyai karakteristik tertentu yang dapat
berpengaruh terhadap penentuan produk yang akan dibeli, serta supplier yang
akan dipilih.
26
Karena dalam pembelian industri suatu perusahaan yang paling berperan
dan merupakan instrumen utama untuk pengambilan keputusan bersama adalah
komite pembelian (buying centre), maka pemasar industri harus memfokuskan
diri pada faktor-faktor yang memengaruhi keputusan-keputusan yang dilakukan
oleh komite pembelian tersebut.
Komite pembelian dipengaruhi oleh berbagai faktor ketika membuat
keputusan pembelian. Faktor-faktor utama dapat memengaruhi mereka dalam
memutuskan pembelian produk industri adalah (Havaldar, 2005) :
a) Faktor lingkungan
Seperti fisik, teknologi, ekonomi, politik, hukum, serikat buruh, sosial/budaya,
permintaan pelanggan, persaingan dan informasi supplier. Faktor-faktor
lingkungan ini akan berpengaruh dalam pembuatan keputusan pembelian
perusahaan, misalnya faktor lingkungan ekonomi pada saat resesi perusahaan
akan mengurangi kuantitas pembelian.
b) Faktor organisasi
Seperti tujuan perusahaan, struktur organsasi, kebijakan dan prosedur
pembelian, tingkat sentralisasi dalam pembelian, dan sistem evaluasi dan lain-lain.
Dari faktor organisasi ini, pemasar industri harus mengetahui berapa orang yang
akan terlibat dalam proses pengambilan keputusan pembelian, siapa saja mereka,
kriteria apa yang digunakan, dan lain-lain.
c) Faktor antar-pribadi
Karena komite pembelian biasanya terdiri atas beberapa orang dengan
kedudukan, wewenang, empati dan sikap meyakinkan yang berbeda-beda, maka
27
setiap informasi yang bisa diperoleh mengenai kepribadian dan faktor antarpribadi dari anggota komite pembelian akan berguna bagi pemasar/penjual produk
industri.
d) Faktor perorangan
Meliputi persepsi, motivasi dan pilihan pribadi masing-masing terlibat dalam
proses keputusan pembelian. Faktor perorangan ini banyak dipengaruhi oleh usia,
tingkat pendapatan, pendidikan, profesionalisme, kepribadian, dan sikap masingmasing dalam menghadapi resiko. Faktor lingkungan pemasaran merupakan
kekuatan yang tidak dapat dikendalikan oleh pemasar industri. Faktor tersebut
mempunyai pengaruh besar dalam proses pengambilan keputusan suatu
perusahaan.
Pemasar industri harus mampu mengawasi perubahan dalam kecenderungan
faktor lingkungan dan harus dijadikan sebagai acuan perencanaan dan penerapan
strategi pemasaran dan penentuan bauran pemasaran perusahaan. Beberapa faktor
lingkungan tersebut antara lain meliputi (Bingham et at., 2005) :
1. Lingkungan Ekonomi
Lingkungan ekonomi menyangkut faktor-faktor yang ada di domestik maupun
luar negeri, dengan variabel-variabel yang menentukan pendapatan dan
kemampuan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Karena
permintaan produk industri yang secara alami diturunkan dari permintaan produk
konsumsi, maka hanya sedikit penjual dan pembeli yang kebal terhadap pengaruh
lingkungan ini.
28
2. Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik bukan menyangkut karakteristik geografis atau daerah suatu
negara tempat perusahaan beroperasi, tetapi juga menyakut kestabilan politik
negara tersebut dalam lingkungan internasional, serta lokasi dan infrastruktur
transportasi yang dimiliki negara tersebut.
3. Lingkungan Persaingan
Pada lingkungan persaingan, setiap penjual berkompetisi untuk mendapatkan
pembeli industri yang sama. Banyak perusahaan manufaktur yang menyadari
bahwa
perusahaannya
berkompetisi
secara
intensif,
karena
itu
perlu
dikembangkan strategi pemasaran sebagai respons atas tekanan persaingan untuk
menjaga dan meningkatkan posisi mereka di pasar.
4. Lingkungan Teknologi
Lingkungan
teknoligi
terdiri
atas
aplikasi
ilmu
pengetahuan
untuk
mengembangkan berbagai cara baru dalam melaksanakan berbagai pekerjaan.
Perkembangan teknologi dapat berpotensi menguntungkan atau merugikan
perusahaan apabila tidak dicermati dan dimanfaatkan dengan berbagai strategi
yang diperlukan.
5. Lingkungan Hukum dan Politik
Lingkungan hukum dan politik meliputi segala peraturan dan regulasi yang
dimiliki oleh masyarakat dan mempengaruhi perusahaan, serta keinginan
kelompok politik tertentu yang mempengaruhi lingkungan. Biasanya, lingkungan
ini mencakup pembatasan perdagangan internasional,
perilaku pemerintah
29
terhadap bisnis dan kegiatan sosial, serta pendanaan pemerintah untuk beberapa
program terpilih.
6. Lingkungan Etika
Lingkungan etika meliputi norma, atau perilaku moral yang dimiliki
masyarakat dan mempengaruhi bisnis dan pasar. Etika berperan sebagai bagian
sistem untuk pengendalian sosial, sebuah sistem yang penting untuk pembeli dan
penjual, serta untuk menjaga hubungan antara organisasi perusahaan dengan
pelanggan mereka.
2.1.9.2 Proses Keputusan Pembelian
Gambar 2.4 Proses Keputusan Pembelian
1. Pengenalan Masalah
Proses pembelian dimulai dengan pengenalan masalah atau kebutuhan. Jika
kebutuhan diketahui maka konsumen akan serta memahami kebutuhan yang
belum perlu segera dipenuhi atau masalah dapat ditunda pemenuhannya, serta
kebutuhan yang sama-sama harus segera dipenuhi. Jadi pada tahap inilah proses
pembelian itu mulai dilakukan.
30
2. Pencarian Informasi
Seorang konsumen yang telah mengetahui kebutuhannya dapat atau tidak dapat
mencari informasi lebih lanjut jika dorongan kebutuhan itu kuat, jika tidak kuat
maka kebutuhan konsumen itu hanya akan menjadi ingatan belaka. Konsumen
mungkin melakukan pencarian lebih banyak atau segera aktif mencari informasi
yang mendasari kebutuhan ini.
3. Penilaian Alternatif
Setelah melakukan pencarian informasi sebanyak mungkin, konsumen
menggunakan informasi untuk mengevaluasi beberapa merek alternatif dalam satu
susunan pilihan.
4. Keputusan Pembelian
Jika keputusan yang diambil adalah membeli, maka pembeli akan menjumpai
serangkaian keputusan yang menyangkut jenis pembelian, waktu pembelian, dan
cara pembelian. Pada tahap ini konsumen benar-benar membeli produk.
5. Perilaku setelah Membeli
Setelah membeli suatu produk, konsumen akan mengalami beberapa tingkatan
kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan, ada kemungkinan bahwa pembeli
memiliki ketidakpuasan setelah melakukan pembelian karena tidak sesuai dengan
keinginan atau gambaran sebelumnya, dan lain sebagainya.
31
2.1.9.3 Dimensi Keputusan Pembelian
Adapun dimensi yang digunakan untuk mengukur keputusan pembelian
industri antara lain (Havaldar, 2005):
1. Delivery Availability
Menjamin bahwa produk (Barang dan jasa) yang dibeli tersedia dan
dikirimkan atau diserahkan pada jumlah, saat dan tempat yang tepat. Apabila
produk tersebut tidak tersedia atau diserahkan secara tepat, maka
pekerjaan/operasi perusahaan akan terhenti. Hal ini menunjukkan bahwa
kinerja fungsi pembelian tidak baik. Oleh karena itu, pada saat mengevaluasi
supplier harus sesuai dengan kriteria yang harus diperhatikan, kriteria tersebut
adalah keandalan supplier tersebut dalam pengiriman/penyerahan dan
penyediaan barang dan jasa.
2. Quality Product
Yang akan dibeli harus sesuai (konsisten) dengan spesifikasi dan penggunaan
produk. Bisa saja terjadi bahwa suatu produk memenuhi spesifikasi, namun
tidak dapat dipasang atau digunakan pada suatu mesin. Oleh karena itu,
adalah penting untuk menjamin konsistensi kualitas produk untuk
,mengurangi biaya-biaya seperti biaya inspeksi, biaya penundaan proses
produksi operasi karena produk rusak, serta biaya penggantian karena
material jadi rusak.
3. Lowest Price
32
Harga yang murah tidak akan berarti apabila produk tidak tersedia pada saat
dibutuhkan dan kualitas produk tidak dapat diterima sesuai dengan spesifikasi
yang dipersyaratkan.
4. Services
Merupakan salah satu hal yang sangat dibutuhkan pembeli industri pada saat
membeli produk barang industri. Jasa-jasa yang diperlukan pembeli industri
antara lain informasi yang cepat dan akurat dari supplier, bantuan teknis dan
bantuan
cara
penggunaan,
ketersediaan
suku
cadang,
kemampuan
pemeliharaan dan perbaikan, dan pelatihan bila diperlukan.
5. Supplier Relationship
Perlu dikembangkan untuk jangka panjang dan untuk pengembangan sumbersumber supplier yang baru (Havaldar, 2005).
2.1.10 Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Masalah Penelitian
Alat Penelitian
Ika Putri Iswayanti (2010)
Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan, Harga dan Tempat Terhadap Keoputusan Pembelian
(Studi Kasus pada Rumah Makan “Soto Angkring Mas Boed” di Semarang)
“Bagaimana cara meningkatkan keputusan pembelian pada Soto Angkring Mas Boed ?”
Regresi Linear Berganda
Kualitas Produk
(X1)
Kualitas
Pelayanan
(X2)
1.
Keputusan
Pembelian
(Y)
Kerangka Penelitian
Promosi
(X3)
Lokasi
(X4)
Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan, Harga dan Tempat berpengaruh positif pada Keputusan Pembelian
Hasil Penelitian
Hubungan dengan Penitian Penelitian ini sama-sama mengeksplorasi mengenai pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian
33
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Masalah Penelitian
Alat Penelitian
Wirahman Dwibahri (2011)
Analisis Pengaruh Personal Selling dan Advertising Terhadap Pendapatan Sewa Kamar
Pada Hotel Montana I Malang
“Bagaimana cara meningkatkan pendapatan sewa kamar pada Hotel Montana I Malang ?”
Regresi Linear Berganda
2.
Kerangka Penelitian
Personal
Selling
(X1)
Advertising
(X2)
Pendapatan
Sewa
(Y)
Personal Selling dan Advertising berpengaruh positif pada Pendapatan Sewa Kamar
Hasil Penelitian
Hubungan dengan Penitian Penelitian ini sama-sama mengeksplorasi mengenai pengaruh Personal Selling
2.2 Kerangka Pemikiran
Atas dasar telaah pustaka dan hipotesis yang telah dikembangkan diatas,
maka dapat disajikan kerangka pemikiran untuk menggambarkan hubungan dari
variabel independen, dalam hal ini adalah Kualitas Produk (X1), dan Personal
Selling (X2), terhadap variabel dependen yaitu Keputusan Pembelian (Y) , yaitu
sebagai berikut :
34
Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran
Kualitas Produk
(X1)
Personal Selling
(X2)
H1
H2
Keputusan
Pembelian
(Y)
H3
Sumber: Konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini (2014)
2.3 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut diatas :
H1 : Diduga Kualitas Produk secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
keputusan konsumen dalam melakukan pembelian di PT. Torishima
Guna Indonesia.
H2 : Diduga Personal Selling secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
keputusan konsumen dalam melakukan pembelian di PT. Torishima
Guna Indonesia.
H3 : Diduga Kualitas dan Personal Selling secara simultan berpengaruh
siginifikan terhadap keputusan konsumen dalam melakukan pembelian
di PT. Torishima Guna Indonesia.
Download