IV ANALISIS HASIL 4.1. Faktor Penyebab Kegagalan Sistem Proteksi Gardu AB 252 Kasus kegagalan kerja sistem proteksi di Gardu AB 252 dapat disebabkan karena faktor penyebab sebagai berikut: a. Kesalahan perencanaan, merupakan kegagalan sistem proteksi yang diakibatkan karena kesalahan pemilihan komponen sistem proteksi yang tidak mampu bekerja saat terjadi gangguan hubung singkat. b. Kesalahan konstruksi, merupakan kegagalan sistem proteksi yang disebabkan karena kesalahan pemasangan komponen sistem proteksi yang membuat komponen sistem proteksi tidak dapat bekerja sebagaimana fungsinya. c. Kesalahan peralatan, merupakan kegagalan sistem proteksi karena komponen sistem proteksi yang terpasang tidak dapat bekerja sesuai dengan desain dan fungsinya. 45 Untuk mengetahui penyebab kegagalan sistem proteksi yang terjadi di Gardu AB 252, perlu dilakukan langkah-langkah pemeriksaan, pengujian, dan perhitungan ulang terhadap komponen-komponen yang terpasang. Untuk menguji ketepatan desain, dilakukan perhitungan ulang mengenai arus gangguan hubung singkat dan kesesuaian komponen yang terpasang saat ini. Untuk menguji ketepatan konstruksi, dilakukan penmeriksaan secara visual terhadap pemasangan komponen sistem proteksi yang terpasang, termasuk ketepatan koneksi-koneksi terminal. Untuk menguji ketepatan peralatan, dilakukan pengujian individual komponen sistem proteksi dan pengujian fungsi sistem proteksi (trafo arus, relay, dan sistem mekanik pemutus tenaga). 4.2. Pengujian Kesalahan Perencanaan Pengujian kesalahan perencanaan dilakukan perhitungan ulang mengenai arus gangguan hubung singkat dan kesesuaian komponen yang terpasang saat ini. 4.2.1. Perhitungan Impedansi Sumber Untuk menghitung impedansi sumber, diperlukan data hubung singkat pada rel 150 kV trafo tenaga di GI Kemayoran. Besarnya arus hubung singkat di rel 150 kV GI kemayoran adalah sebesar 44,79587 kA (Tabel 3.2). Menggunakan persamaan (2.8), besarnya impedansi sumber adalah: 46 X = = , = 3,3485Ω Impedansi sumber ini adalah nilai impedansi pada sisi 150 kV. Untuk menghitung arus gangguan hubung singkat pada sisi 20 kV, maka impedansi sumber tersebut harus dikonversikan dahulu ke sisi 20 kV. Besarnya impedansi yang terletak pada sisi 20 kVdihitung menggunakan persamaan (2.9) sebagai berikut: X = = , = 0.0595Ω 4.2.2. Perhitungan Reaktansi Trafo 1 GI Kemayoran Besarnya reaktansi trafo tenaga di GI Kemayoran dihitung menggunakan persamaan (2.10) X (pada100%) = ( ) = = 6,67 Nilai reaktansi trafo tenaga: a. Reaktansi urutan positif dan negatif (Xt1 = Xt2) Xt = Xt % x Xt (pada 100%) = 12% x 6,67 Ω = 0,8 Ω b. Reaktansi urutan nol didapat dengan memperhitungkan kapasitas belitan delta yang ada dalam trafo. Xt0 = 3Xt1 = 3 x 0,8 Ω = 2,4 Ω 4.2.3. Perhitungan Impedansi Penyulang Nyaman Nilai impedansi penyulang Nyaman diperoleh dari total impedansi penghantar mulai dari outgoing penyulang sampai dengan titik proteksi berikutnya, dalam kasus ini ada di Gardu AB 252. 47 Panjang penyulang Nyaman sampai Gardu AB 252 adalah 3597,9 meter menggunakan penghantar NA2XSEKBY 240 mm2 dan panjang penghantar dari AB 252 sampai instalasi pelanggan sepanjang 90 meter menggunakan penghantar N2XSEBY 70 mm2 (Tabel 3.3). Impedansi penghantar NA2XSEKBY 240 mm2 adalah 0,125 Ω/km dan 0,31 mH/km, sedangkan impedansi penghantar N2XSEBY 70 mm2 adalah 0,268 Ω/km dan 0,467 mH/km a. Impedansi GI – AB 252 (NA2XSEKBY 240 mm2 3,6 km) Z1 = (0,450 + j 0,3504) Ω/km Z0 = (0,990 + j 1,0513) Ω/km b. Impedansi AB 252 – Instalasi Pelanggan (N2XSEBY 70 mm2 0,090 km) Z1 = (0,0113 + j 0,0088) Ω/km Z0 = (0,0248 + j 0,0263) Ω/km 4.2.4. Perhitungan Impedansi Ekivalen Jaringan Perhitungan impedansi ekivalen jaringan adalah perhitungan besarnya nilai impedansi positif (Z1 eq), negatif (Z2 eq), dan nol (Z0 eq) dari titik gangguan sampai ke sumber. 48 Perhitungan Z1 eq dan Z2 eq dihitung menggunakan persamaan (2.13). a. Z1 eq dan Z2 eq GI Kemayoran – AB 252 Z1 eq = Z2 eq = Zs1 + Zt1 + Z1 penyulang = (0+j0,0595) + (0+j0,8) + (0,45+j0,3504) = (0,45 + j 1,21) Ω b. Z1 eq dan Z2 eq AB 252 – Instalasi pelanggan Z1 eq = Z2 eq = ZGI-AB 252 + ZAB 252-Pelanggan = (0,45 + j 1,21) + (0,0113 + j 0,0088) = (0,4613 + j 1,2187) Ω Perhitungan Z0 eq (untuk trafo Yyd dengan belitan delta) dihitung menggunakan persamaan (2.14). a. Z0 eq GI Kemayoran – AB 252 Z0 eq = Zt0 + 3RN + Z0 penyulang = (0+j2,4) + (3 x 12) + (0,990+j1,0513) = (36,990 + j 3,4513) Ω b. Z0 eq AB 252 – Instalasi pelanggan Z0 eq = Z0 GI-AB 252 + Z0 AB 252-Pelanggan = (36,990 + j3,4513) + (0,0248 + j 0,0263) = (37,0148 + j 3,4776) Ω 49 4.2.5. Perhitungan Gangguan Hubung Singkat GI – AB 252 Berdasarkan hasil perhitungan pada poin 4.1.1. sampai dengan 4.1.4, dapat dilakukan perhitungan arus hubung singkat tiga fasa, dua fasa, dan satu fasa ke tanah yang berpotensi terjadi sepanjang penyulang Nyaman, yaitu mulai outgoing Penyulang Nyaman sampai dengan incoming Gardu AB 252. Perhitungan arus hubung singkat dilakukan menggunakan persamaan (2.15), (2.16), dan (2.17). a. Arus Gangguan Hubung Singkat 3 Fasa Arus gangguan hubung singkat 3 fasa yang berpotensi terjadi pada penghantar dari GI Kemayoran sampai dengan Gardu AB 252 pada titik 1% panjang jaringan dihitung menggunakan persamaan (2.15) sebagai berikut: I = I = I = I = 13.379,4A (% ) ................ (4.1) , , ( . ( , , )) , , b. Arus Gangguan Hubung Singkat 2 Fasa Arus gangguan hubung singkat 2 fasa yang berpotensi terjadi pada penghantar dari GI Kemayoran sampai dengan Gardu AB 50 252 pada titik 1% panjang jaringan dihitung menggunakan persamaan (2.16) sebagai berikut: I = I = I = I = I = 11.586,9A ( ; Z1 eq = Z2 eq (% )) ......... (4.2) ( , ( . , ( , , ))) ( , , ) c. Arus Gangguan Hubung Singkat 1 Fasa Arus gangguan hubung singkat 1 fasa yang berpotensi terjadi pada penghantar dari GI Kemayoran sampai dengan Gardu AB 252 pada titik 1% panjang jaringan dihitung menggunakan persamaan (2.17) sebagai berikut: I = I = I (% ) % ) = , I ( , = . ( , , ( , , 51 ) ( , , , ) ) ( , ( , , ) (4.3) I = 955,5A Perhitungan arus hubung singkat dilakukan pada titik-titik jaringan, dengan kelipatan 5% panjang jaringan. Arus hubung singkat pada titik 1% adalah arus hubung singkat yang terjadi tepat di outgoing Penyulang Nyaman, sedangkan arus hubung singkat pada titik 100% adalah arus hubung singkat tepat pada incoming Gardu AB 252. Nilai arus hubung singkat sepanjang penghantar GI Kemayoran sampai Gardu AB 252 dapat dihitung menggunakan persamaan (4.1), (4.2), dan (4.3), dengan mengubah nilai % panjang penghantar. Nilai arus hubung singkat sepanjang penghantar GI Kemayoran – Gardu AB 252 ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 4.1. Arus Hubung Singkat GI Kemayoran – AB 252 Lok.gangg %pnj jar 1% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45% 50% 55% 60% 65% I hub singkat Peny di GI (A) 3 Fasa 2 Fasa 1 Fasa 13379.4 13161.4 12891.6 12625.4 12363.5 12106.4 11854.5 11608.2 11367.7 11133.1 10904.5 10682.0 10465.6 10255.2 11586.9 11398.1 11164.4 10933.9 10707.1 10484.5 10266.3 10053.0 9844.7 9641.5 9443.6 9250.9 9063.5 8881.3 955.5 953.3 950.6 947.8 945.1 942.5 939.8 937.1 934.5 931.8 929.2 926.6 924.0 921.4 52 70% 75% 80% 85% 90% 95% 100% 10050.9 9852.4 9659.8 9472.9 9291.5 9115.5 8944.8 8704.3 8532.5 8365.6 8203.7 8046.6 7894.2 7746.4 918.8 916.2 913.6 911.1 908.5 906.0 903.5 4.2.6. Perhitungan Gangguan Hubung Singkat AB 252 – Instalasi Pelanggan Berdasarkan hasil perhitungan pada poin 4.1.1. sampai dengan 4.1.4, dapat dilakukan perhitungan arus hubung singkat tiga fasa, dua fasa, dan satu fasa ke tanah yang berpotensi terjadi sepanjang penghantar outgoing Gardu AB 252 sampai dengan incoming instalasi pelanggan. Perhitungan arus hubung singkat dilakukan menggunakan persamaan (2.15), (2.16), dan (2.17). a. Arus Gangguan Hubung Singkat 3 Fasa Arus gangguan hubung singkat 3 fasa yang berpotensi terjadi pada penghantar dari AB 252 sampai dengan instalasi pelanggan pada titik 5% panjang jaringan dihitung menggunakan persamaan (2.15) sebagai berikut: I = I = I = I = 8940,6A (% ) , , ( , , , 53 , ) ( , ( , , )) ....... (4.4) b. Arus Gangguan Hubung Singkat 2 Fasa Arus gangguan hubung singkat 2 fasa yang berpotensi terjadi pada penghantar dari AB 252 sampai dengan instalasi pelanggan pada titik 5% panjang jaringan dihitung menggunakan persamaan (2.16) sebagai berikut: I = I = I = I = I = 7742,7A ( ; Z1 eq = Z2 eq ( , (% ( , , , ) ( . ( , )) , . (4.5) ))) ( , , ) c. Arus Gangguan Hubung Singkat 1 Fasa Arus gangguan hubung singkat 1 fasa yang berpotensi terjadi pada penghantar dari AB 252 sampai dengan instalasi pelanggan pada titik 5% panjang jaringan dihitung menggunakan persamaan (2.17) sebagai berikut: I = I = (% ) ( % .............................................................................................. (4.6) 54 ) I = , I = I , ( , , ) . ( , ( , , , ) ( , ( , , ) , ( , ) ( , , ) = 903,46A Perhitungan arus hubung singkat dilakukan pada titik-titik jaringan, dengan kelipatan 5% panjang jaringan. Arus hubung singkat pada titik 0% adalah arus hubung singkat yang terjadi tepat di outgoing Gardu AB 252, sedangkan arus hubung singkat pada titik 100% adalah arus hubung singkat tepat pada incoming instalasi pelanggan. Nilai arus hubung singkat sepanjang penghantar Gardu AB 252 sampai dengan instalasi pelanggan dapat dihitung menggunakan persamaan (4.4), (4.5), dan (4.6), dengan mengubah nilai % panjang penghantar. Nilai arus hubung singkat sepanjang penghantar Gardu AB 252 sampai dengan instalasi pelanggan ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 4.2. Arus Hubung Singkat AB 252 – Instalasi Pelanggan Lok.gangg %pnj jar 5% 10% 15% 20% 25% 30% I hub singkat Peny di AB 252 (A) 3 Fasa 2 Fasa 1 Fasa 8940.6 7742.7 903.4 8936.4 7739.1 903.3 8932.2 7735.5 903.3 8928.0 7731.8 903.2 8923.8 7728.2 903.2 8919.6 7724.6 903.1 55 , ) 35% 40% 45% 50% 55% 60% 65% 70% 75% 80% 85% 90% 95% 100% d. 8915.4 8911.2 8907.1 8902.9 8898.7 8894.5 8890.4 8886.2 8882.1 8877.9 8873.8 8869.6 8865.5 8861.3 7721.0 7717.4 7713.7 7710.1 7706.5 7702.9 7699.3 7695.7 7692.1 7688.5 7684.9 7681.3 7677.7 7674.1 903.0 903.0 902.9 902.8 902.8 902.7 902.7 902.6 902.5 902.5 902.4 902.3 902.3 902.2 Perhitungan Kejenuhan CT Terpasang di Gardu AB 252 Berdasarkan tabel 4.2, arus hubung singkat 3 fasa maksimal yang berpotensi terjadi tepat di outgoing Gardu AB 252 ke arah instalasi pelanggan adalah sebesar 8940,6 A. Dengan data perhitungan arus hubung singkat tersebut, maka diperlukan komponen sistem proteksi yang masih mampu bekerja secara normal saat terjadi gangguan dengan arus hubung singkat maksimum. Gambar 3.7. menunjukkan nameplate CT yang terpasang pada Gardu AB 252. Data CT terpasang di Gardu AB 252 adalah sebagai berikut: Tipe : TCI-24-2D Nomor Seri : 11CI 29227 Tegangan Nominal : 24 kV rms Frekuensi Nominal : 50 Hz Arus Hubung Singkat Maks : 16 kA selama 1 detik 56 Rasio Arus : 75 / 5 A atau 150 / 5 A Kelas Pengukuran : 0.2S Kelas Proteksi : 5P10 Kumparan proteksi CT yang terpasang memiliki kelas proteksi 5P10. Sesuai IEC nomor 60044-1 (2003): Instrument Transformers, Part 1: Current Transformers [ETD 34: Instrument Transformers] dan SPLN nomor 76 tahun 1987 mengenai Transformator Arus, kelas proteksi 5P10 berarti CT memiliki kesalahan komposit sebesar 5 % pada saat dialiri arus sebesar 10 kali arus nominalnya. Kelas pengukuran ini menunjukkan titik jenuh dari CT proteksi. Agar lebih akurat, titik jenuh dari CT dapat dihitung menggunakan persamaan berikut1. n=n x dimana; Sn ............................................. (4.7) : Burden pengenal (VA) S : Burden sesungguhnya (VA) Isn : Arus pengenal sekunder (A) Rct : Tahanan dalam CT pada 75 oC (ohm) nALF : Accuracy limit factor Menggunakan persamaan (4.7), titik jenuh CT terpasang di Gardu AB 252 dapat dihitung. 1 Wahyudin Sarimun Nindyobudoyo, Pengaruh Instrument Pengukuran Pada Meter Transaksi Tenaga Listrik, 2009 57 n =n n = 10x n = 10x n = 14,255 x , , , , Dengan kelas proteksi 5P10 dan burden CT 10 VA, CT terpasang pada Gardu AB 252 akan jenuh pada arus 14,255 kali arus pengenalnya, atau sama dengan 14,255 x 5 A = 71,275 Ampere pada sisi sekunder. Pada sisi primer, CT terpasang pada Gardu AB 252 akan jenuh pada arus 14,255 x 75 A = 1069,125 Ampere. Tabel 4.2. menunjukkan bahwa arus gangguan hubung singkat maksimal yang dapat terjadi adalah sebesar 8940,6 Ampere. Dengan hasil perhitungan titik jenuh, CT yang terpasang pada Gardu AB 252 akan jenuh pada saat terjadi gangguan tiga fasa dan dua fasa, sehingga mengakibatkan relay proteksi tidak menerima arus dari terminal sekunder CT. Karena relay proteksi tidak mendapat arus dari terminal sekunder CT, maka relay proteksi di Gardu AB 252 tidak bekerja meskipun terjadi gangguan pada daerah kerjanya. Kegagalan kerja sistem proteksi di Gardu AB 252 menyebabkan sistem proteksi pada daerah kerja di atasnya bekerja memutuskan arus gangguan, dalam kasus ini adalah relay di outgoing penyulang Nyaman. 58 Gambar 4.1. Kurva Arus Gangguan dan Titik Jenuh CT Hasil perhitungan arus gangguan hubung singkat pada tabel 4.2. menunjukkan bahwa arus hubung singkat maksimal adalah arus gangguan hubung singkat 3 fasa sebesar 8940,6 A dan arus hubung singkat minimal adalah arus hubung singkat 1 fasa sebesar 902,2 A. Persamaan (4.1) menunjukkan titik jenuh CT yang terpasang di Gardu AB 252 saat ini memiliki titik jenuh pada saat dialiri arus sebesar 1069,125 A. Dengan kondisi saat ini, CT terpasang akan mengalami kejenuhan pada saat terjadi gangguan hubung singkat dua fasa dan tiga fasa. Hal ini menunjukkan terjadi kesalahan desain, sehingga CT yang terpasang tidak dapat mengatasi arus gangguan maksimal yang berpotensi terjadi. 59 4.3. Pengujian Kesalahan Konstruksi Pengujian konstruksi pemasangan komponen sistem proteksi dilakukan untuk memastikan bahwa koneksi terminal antara CT, relay, power supply, dan sistem mekanik pemutus tenaga sudah benar dan tidak ada kesalahan yang mengakibatkan kegagalan kerja sistem proteksi. Komponen sistem proteksi yang terpasang di Gardu AB 252 meliputi trafo arus, trago tegangan, relay proteksi, dan mekanik pemutus tenaga. Skema diagram koneksi komponen sistem proteksi Gardu AB 252 adalah sebagai berikut. Gambar 4.2. Diagram Koneksi Sistem Proteksi Gardu AB 252 60 Terminal Arus (input CT) Kontak Trip Relay Power Supply (Input VT) Gambar 4.3. Terminal Relay Gardu AB 252 Seperti tergambar pada Gambar 4.2, komponen sistem proteksi pada Gardu AB 252 sudah tersambung dengan tepat pada terminal-terminalnya sesuai dengan fungsi masing-masing komponen. Dapat diambil kesimpulan bahwa kegagalan kerja sistem proteksi Gardu AB 252 bukan disebabkan karena kesalahan konstruksi. 4.4. Pengujian Kesalahan Peralatan Kegagalan kerja sistem proteksi juga dapat disebabkan karena kesalahan individu peralatan sistem proteksi. Contoh kesalahan peralatan antara lain adalah kesalahan rasio CT, kesalahan rasio VT, relay tidak memberikan perintah trip meskipun sudah merasakan arus gangguan, dan tripping coil yang tidak bekerja pada saat diberi perintah trip oleh relay. Kemampuan peralatan harus diuji untuk membuktikan apakah peralatan masih dapat bekerja sesuai fungsinya atau tidak. 4.4.1. Tes Rasio CT Tes rasio CT dilakukan untuk mengetahui kemampuan CT untuk mentransformasikan arus dari sisi primer ke sisi sekunder. Pengujian rasio CT dilakukan menggunakan alat single phase relay test set merk SMC tipe PTE-100-C. Cara pengujian rasio CT adalah mengalirkan arus di sisi primer CT dan mengukur arus sekunder menggunakan ampere meter. Arus primer dan arus sekunder kemudian dibandingkan untuk mengetahui persentase kesalahan CT. Gambar 4.4. Single Phase Relay Test Set SMC PTE-100-C 62 Gambar 4.5. Pengujian Rasio CT Hasil pengujian rasio CT yang terpasang di Gardu AB 252 adalah sebagai berikut: Tabel 4.3.a. Hasil Pengujian Rasio CT Fasa R No. 1 2 3 4 5 Rasio CT Primer (A) 15.2 30.0 45.2 59.8 75.0 75 / 5 A Sekunder (A) 1.02 2.01 3.00 3.99 5.01 63 Ip / Is 14.90 14.93 15.07 14.99 14.97 Keakuratan CT 99.35% 99.50% 99.56% 99.92% 99.80% Tabel 4.3.b. Hasil Pengujian Rasio CT Fasa S No. 1 2 3 4 5 Rasio CT Primer (A) 15.0 30.0 45.1 60.1 75.1 75 / 5 A Sekunder (A) 1.01 2.01 3.00 4.02 5.01 Ip / Is 14.85 14.93 15.03 14.95 14.99 Keakuratan CT 99.01% 99.50% 99.78% 99.67% 99.93% Tabel 4.3.c. Hasil Pengujian Rasio CT Fasa T No. 1 2 3 4 5 Rasio CT Primer (A) 15.0 30.2 45.0 59.9 75.0 75 / 5 A Sekunder (A) 1.01 2.02 3.01 4.00 5.01 Ip / Is 14.85 14.95 14.95 14.98 14.97 Keakuratan CT 99.01% 99.67% 99.67% 99.83% 99.80% Hasil pengujian rasio CT menunjukkan bahwa CT masih dalam kondisi baik dan CT memiliki akurasi di atas 99 persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa CT tidak mengalami error pada saat dialiri arus sesuai arus nominalnya. 4.4.2. Tes Rasio VT VT yang dipasang di Gardu AB 252 digunakan sebagai power supply untuk relay proteksi dan tripping coil. Tes rasio VT dilakukan untuk mengetahui keakuratan VT, karena apabila tegangan di sisi sekundernya tidak sesuai, maka relay dan tripping coil tidak dapat bekerja. 64 Hasil pengujian rasio VT di Gardu AB 252 adalah sebagai berikut. Tabel 4.4. Hasil Pengujian Rasio VT Gardu AB 252 Rasio VT No. 1 2 3 20000 √3 / 100 √3 Teg. Primer Fasa (Ph-N) R 11,650 S 11,667 T 11,659 Teg. Sekunder (Ph-N) 58.7 58.8 58.7 Vp / Vs 198.4668 198.4184 198.6201 Keakuratan VT 99.23% 99.21% 99.31% Hasil pengujian rasio VT menunjukkan bahwa VT yang dipasang pada Gardu AB 252 memiliki akurasi di atas 99 persen, sehingga VT dapat memberikan tegangan yang cukup untuk menyuplai relay dan tripping coil. 4.4.3. Tes Fungsi Sistem Proteksi Tes fungsi sistem proteksi dilakukan untuk menguji sistem proteksi secara keseluruhan. Pengujian fungsi sistem proteksi dilakukan menggunakan alat single phase relay test set merk SMC tipe PTE-100-C. Cara pengujian fungsi sistem proteksi adalah menyambungkan CT, relay, dan sistem mekanik pemutus tenaga, kemudian mengalirkan arus beberapa kali lipat arus setting relay pada sisi sekunder CT, dan mencatat waktu yang diperlukan pemutus tenaga untuk trip. Besarnya arus, kurva, dan waktu tunda pada relay di Gardu AB 252 adalah sebagai berikut. 65 Over Current (51) : 125 A / SIT / 0.05 tms Over Current Hi-Set (51) : 625 A / DEF / 0.00 ms Ground Fault (51N) : 32 A / SIT / 0.05 tms Ground Fault Hi-Set (51N) : 160 A / DEF / 0.00 ms Gambar 4.6. Pengujian Fungsi Sistem Proteksi Hasil pengujian fungsi sistem proteksi di Gardu AB 252 adalah sebagai berikut. Tabel 4.5. Hasil Pengujian Fungsi Sistem Proteksi In No. 1 2 3 4 75 A / 5 A Relay OC OC (Hi) GF GF (Hi) I set primer 125.00 625.00 32.00 160.00 I set / In 1.67 8.33 0.43 2.13 66 I test (x In) 3.33 16.67 0.85 4.27 I test (A) 16.67 83.33 4.27 21.33 Waktu (s) 0.459 0.102 0.532 0.117 Hasil pengujian fungsi sistem proteksi di Gardu AB 252 menunjukkan bahwa relay dan tripping coil dapat bekerja dengan baik pada saat arus gangguan mengalir pada terminal arus relay. Hasil pengujian peralatan (CT, VT, relay, mekanik pemutus tenaga) menunjukkan bahwa semua komponen sistem proteksi yang terpasang masih dapat bekerja pada kondisi normalnya. Dapat disimpulkan bahwa kegagalan kerja sistem proteksi di Gardu AB 252 bukan disebabkan karena kesalahan individual peralatan. Yang perlu menjadi perhatian adalah hasil perhitungan ulang arus gangguan hubung singkat pada poin 4.2. Perhitungan arus gangguan hubung singkat pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa arus hubung singkat maksimal adalah arus gangguan hubung singkat 3 fasa sebesar 8940,6 A dan arus hubung singkat minimal adalah arus hubung singkat 1 fasa sebesar 902,2 A. Persamaan (4.1) menunjukkan titik jenuh CT yang terpasang di Gardu AB 252 saat ini memiliki titik jenuh pada saat dialiri arus sebesar 1069,125 A. Dengan kondisi saat ini, CT terpasang akan mengalami kejenuhan pada saat terjadi gangguan hubung singkat dua fasa dan tiga fasa. Dapat disimpulkan bahwa kegagalan sistem proteksi di Gardu AB 252 adalah pada kesalahan desain sistem proteksi di Gardu AB 252, dimana CT yang dipasang mengalami kejenuhan pada saat terjadi arus gangguan hubung singkat, sehingga CT tidak dapat mengalirkan arus gangguan di sisi sekunder CT, yang mengakibatkan relay tidak merasakan arus gangguan dan tidak memberikan perintah trip ke pemutus tenaga. Karena pemutus 67 tenaga di Gardu AB 252 tidak bekerja memutus arus gangguan, maka sistem proteksi setingkat di atasnya, pada kasus ini adalah sistem proteksi di Penyulang Nyaman, yang bekerja memutus arus gangguan, yang mengakibatkan penyulang Nyaman trip. 68