11 BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA KONSEPTUAL DAN

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
A.
Kajian Pustaka
1. Pengertian pemasaran
Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk
menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan
dan
untuk
mengelola
hubungan
pelanggan
dengan
cara
yang
menguntungkan organisasi dan pemangku kepentinganya. Kotler dan Keler
(2009: 5)
Definisi sosial berbeda dengan definisi manajerial dari pemasaran.
Definisi sosial menunjukan peran yang dimainkan pemasaran di dalam
masyarakat; sebagai contoh, seorang pemasar berkata bahwa peran
pemasaran adalah untuk memberikan standar kehidupan yang lebih tinggi.
Definisi sosial manajemen pemasaran menurut Kotler dan Keller (2009; 5)
adalah sebuah proses kemasyarakan dimana individu dan kelompok
memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang
bernilai dengan orang lain.
Saat ini pemasaran harus dipahami, tidak hanya dalam pemahaman kuno
sebagai membuat penjualan “bercerita dan menjual” namun banyak orang
terkejut ketika mendengar bahwa menjual bukanlah bagian terpenting dari
pemasaran. menjual hanyalah ujung dari gunung es pemasaran. selalu akan
11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
ada kebutuhan akan penjualan. namun tujuan dari pemasaran adalah
membuat penjualan berlimpah, mengetahui, dan memahami pelanggan
dengan baik sehingga produk atau jasa bisa sesuai dengan kebutuhanya
sehingga terjual sendiri. Idealnya, pemasaran harus mengahsilkan seorang
pelanggan yang siap untuk membeli. Dengan demikian yang dibutuhkan
hanyalah memastikan produk dan jasa tersedia. Kotler dan Keler (2009: 6)
2. Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran adalah sebagai seni dan ilmu memilih pasar
sasaran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan
dengan
menciptakan,
mengantarkan, dan
mengkomunikasikan
nilai
pelanggan yang unggul. Kotler & Keler ( 2009: 5)
Jadi,
manajemen
pemasaran
dirumuskan
sebagai
suatu
proses
manajemen, yang meliputi penganalisaan, perencanaa, pelaksanaan, dan
pengawasan kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan. kegiatan
ini bertujuan menimbulkan pertukaran yang diinginkan, baik yang
menyangkut barang dan jasa, atau benda-benda lain yang dapat memenuhi
kebutuhan psikologis, sosial, dan kebudayaan. Proses pertukaran yang dapat
ditimbulkan baik oleh penjual, maupun pembeli yang menguntungkan kedua
belah pihak. Penentuan produk, harga, promosi dan tempat untuk mencapai
tanggapan yang efektif disesuaikan dengan sikap dan perilaku konsumen
dipengaruhi sedemikian rupa sehingga menjadi sesuai dengan produkproduk perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
3. Motivasi
a. Definisi Motivasi
Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu. beberapa
kebutuhan berisifat biogenis; kebutuhan tersebut muncul dari tekanan
biologis seperti lapar, haus, tidak nyaman. kebutuhan yang lain bersifat
psikogenis; kebutuhan itu muncul dari tekanan psokologis seperti
kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa keanggotaan
kelompok. Kebutuhan akan menjadi motif jika ia didorong hingga
mencapai level intensitas yang memadai.motif adalah kebutuhan yang
memadai untuk mendorong seseorang bertindak.
Menurut Kotler dan Keller (2009:178), motif adalah kebutuhan yang
cukup mampu mendorong seseorang untuk bertindak.
Menurut Hawkins dan Mothersbough (2013) motivasi adalah
kekuatan energi yang mengaktifkan perilaku dan memberikan tujuan
serta arah perilaku itu.
Menurut Schiffman dan kanuk (2008) “ motivation can be described
as the driving force within individuals that impels them to action”
artinya motivasi adalah kekuatan mendorong dalam diri seseorang yang
memaksanya untuk melakukan suatu tindakan.tenaga pendorong tersebut
dihasilkan oleh keadaan tertekan, yang timbul sebagai akibat kebutuhan
yang tidak terpenuhi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
b. Model Proses Motivasi
Dalam model proses motivasi digambarkan bahwa motivasi sebagai
keadaan tertekan karena dorongan kebutuhan yang membuat individu
melakukan perilaku yang menurut anggapannya akan memuaskan
kebutuhan dengan demikian akan mengurangi ketegangan. Tujuan
khusus yang ingin dicapai konsumen, dan rangkaian tindakan yang
mereka ambil untuk mencapainya dipilih atas dasar proses berfikir
(kesadaran) dan proses belajar sebelumnya (Schiffman & Kanuk, 2008).
Hal ini sebagaimana terdapat pada gambar 2.1 di bawah ini
Gambar 2.1 Model Proses Motivasi
Sumber : Schiffman & Kanuk, 2008
c. Macam-Macam Motivasi
Kebutuhan yang merupakan pemicu motivasi pada konsumen terbagi
menjadi dua, yaitu kebutuhan dasar yang bersifat fisiologis atau biogenis,
seperti makanan, air, udara dan pakaian. Kebutuhan ini pun disebut
sebagai kebutuhan primer atau motif primer. Kebutuhan lainnya adalah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
kebutuhan perolehan (acquired need), yaitu kebutuhan yang kita pelajari
sebagai jawaban terhadap kebudayaan atau lingkungan. Kebutuhan ini
bersifat
psikologis
atau
psikogenis,
misalnya
kebutuhan
untuk
memperoleh penghargaan diri, martabat dan kasih sayang. Dari
kebutuhan tersebut, konsumen akan menentukan sasaran. Sasaran adalah
hasil yang diinginkan dari perilaku yang didorong motivasi. Analisis
sasaran-hasil (means-end analysis) merupakan cara untuk meninjau
paradigma sasaran-kebutuhan (Schiffman & Kanuk, 2008).
Terdapat dua arah motivasi, yaitu motivasi positif dan motivasi
negatif, dimana motivasi menjadi tenaga pendorong ke arah atau
menjauhi/menghindari obyek atau keadaan tertentu. Beberapa psikolog
menyebut dorongan positif sebagai kebutuhan, keinginan, atau hasrat dan
menyebut dorongan negatif sebagai rasa takut atau keengganan. Tetapi
walaupun kekuatan motivasi positif dan negatif kelihatan sangat berbeda
dari sudut kegiatan fisik, keduanya pada dasarnya sama, yaitu keduanya
bermanfaat untuk memulai dan menunjang perilaku manusia. Karena hal
tersebut, kedua jenis dorongan itu disebut sebagai keinginan, kebutuhan,
dan hasrat. Pakar teori membedakan antara keinginan, kebutuhan dan
hasrat. Keinginan merupakan kebutuhan akan produk khusus, sedangkan
hasrat adalah emosi yang kuat dan nafsu (keinginan besar) yang kuat,
yang dinyatakan melalui pemakaian metafora (kiasan) yang positif dan
negatif. (Schiffman & Kanuk, 2008) . Di samping itu, sasaran juga dapat
berupa positif dan negatif. Sasaran positif adalah sasaran yang menjadi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
arah bagi perilaku, atau obyek yang didekati. Sasaran negatif adalah
sasaran yang dihindari oleh perilaku, atau disebut obyek yang dijauhi.
bagian motif dibagi menjadi dua yaitu motif rasional dan motif
emosional. Mereka menggunakan istilah rasionalitas, yang menganggap
bahwa para konsumen berperilaku rasional jika mereka secara teliti
mempertimbangkan semua alternatif dan memillih alternatif yang
memberikan kegunaan yang terbesar kepada mereka. Dalam kontek
pemasaran, istilah rasionalitas menyatakan bahwa para konsumen
memilih sasaran disasarkan pada kriteria yang benar-benar obyektif.
Sebaliknya, motif emosional mengandung arti bahwa pemilihan
sasarannya menurut kriteria pribadi atau subyektif. Asumsi yang
mendasari perbedaan ini adalah bahwa kriteria subyektif atau emosional
tidak memaksimumkan kegunaan atau kepuasaan (Schiffman & Kanuk,
2008).
d. Motivasi sebagai Konsep Dinamis
Schiffman dan
Kanuk (2008)
menjelaskan motivasi merupakan
konsep yang dinamis yang terus-menerus berubah sebagai reaksi terhadap
berbagai pengalaman hidup. Ketika individu mencapai sasarannya,
mereka akan mengembangkan berbagai sasaran baru. Jika mereka tidak
mencapai sasarannya, mereka terus memperjuangkan sasaran lama, atau
mereka menetapkan sasaran pengganti. Beberapa alasan mengapa
kegiatan manusia yang didorong kebutuhan tidak penah berhenti
dikarenakan:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
Banyak kebutuhan yang tidak pernah terpuaskan sepenuhnya,
kebutuhan tersebut terus mendorong tindakan yang dimaksudkan untuk
mencapai atau mempertahankan kepuasaan.
1)
Setelah kebutuhan terpuaskan, kebutuhan baru dan yang
urutannya lebih tinggi timbul yang menyebabkan tekanan dan
mendorong kegiatan.
2)
Orang-orang yang berhasil mencapai sasaran mereka menetapkan
sasaran baru dan lebih tinggi untuk diri mereka.
Penelitian menunjukkan bahwa sasaran dipengaruhi oleh kesuksesan
dan kegagalan. Individu yang sukses mencapai sasarannya biasanya
menetapkan sasaran yang baru dan lebih tinggi; yaitu mereka
meningkatkan tingkat aspirasi mereka. Hal ini dapat dapat disebabkan
oleh fakta bahwa kesuksesan mereka dalam mencapai sasaran yang lebih
rendah menyebabkan mereka lebih yakin terhadap kemampuan mereka
untuk mencapai sasaran yang lebih tinggi. Sebaliknya, mereka yang tidak
mencapai sasaran terkadang menurunkan tingkat aspirasi mereka. Jika
seseorang tidak dapat mencapai sasaran atau jenis sasaran khusus yang
diharapkannya dapat memenuhi kebutuhan tertentu, perilakunya mungkin
diarahkan ke sasaran pengganti. Walaupun sasaran pengganti mungkin
tidak memuaskan seperti sasaran primer, namun sasaran pengganti
tersebut mungkin cukup untuk menghilangkan tekanan yang tidak
menyenangkan (Schiffman & Kanuk, 2008) .
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
e. Pemicu Motivasi
Pemicu motivasi seringkali tidak disadari. Munculnya serangkaian
kebutuhan khusus pada waktu tertentu dapat disebabkan oleh rangsangan
yang terdapat di dalam kondisi psikologis individu, oleh proses emosi
atau kesadaran. Pemicu motivasi diantaranya adalah:
1.
Pemicu Fisiologis
Kebutuhan jasmani pada waktu tertentu didasarkan pada keadaan
fisiologis seseorang pda waktu tersebut. Kebanyakan isyarat
fisiologis ini tidak disadari, tetapi isyarat itu mendorong
kebutuhan yang berkaitan dan menyebabkan tekanan yang tidak
menyenangkan sampai kebutuhan itu terpenuhi. Misalnya,
turunnya tingkat gula darah atau kontraksi lambung akan
menimbulkan rasa lapar.
2.
Pemicu Emosional
Lamunan atau angan-agan dapat menjadi pemicu dan rangsangan
terhadap kebutuhan yang terpendam. Orang yang bosan atau
kecewa dalam usaha mencapai sasaran mereka sering terjerumus
ke dalam lamunan (pemikiran yang austistik), dimana mereka
membayangkan diri mereka dalam segala macam situasi yang
diinginkan. Hal tersebut cenderung merangsang kebutuhan yang
tidak disadari, yang dapat menimbulkan tekanan yang tidak
menyenangkan dan menggerakkan mereka pada perilaku yang
berorientasi pada sasaran.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
3.
Pemicu Kesadaran
Pemikiran yang tidak disengaja dapat menimbulkan kesadaran
pikiran akan kebutuhan. Iklan yang mengingatkan seseorang
akan rumahnya dapat memicu kerinduan seketika itu juga untuk
berbicara dengan orangtuanya. Ini menjadi dasar bagi kampanye
berbagai perusahaan telepon jarak jauh yang menekankan biaya
yang rendah dalam tarif jarak jauh internasional.
4.
Pemicu Lingkungan
Serangkaian kebutuhan yang dialami orang pada waktu tertentu
sering dihidupkan oleh berbagai isyarat khusus dilingkungannya.
Jika orang hidup dilingkungan yang kompleks dan sangat
bervariasi, mereka akan mengalami berbagai kemungkinan yang
memicu kebutuhan. Sebaliknya, jika lingkungan mereka miskin
atau serba kekurangan, maka lebih sedikit kebutuhan yang
timbul.
Berikut beberapa teori motivasi yang dikemukakan oleh Kotler (2009:
178) :
Motivasi : Teori Freud, Maslow, dan Herzberg
f. Teori Motivasi
Ada tiga teori terkenal tentang motivasi manusia adalah sebagai
berikut:
1)
Teori Freud mengasumsikan bahwa kekuatan psikologis yang
membentuk
perilaku
seseorang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
sebagian
besar
adalah
20
ketidaksadaran, dan bahwa seseorang tidak dapat memahami
secara penuh motivasinya sendiri. Ketika seseorang mengamati
merek tertentu, ia tidak hanya bereaksi terhadap kemampuan
yang dinyatakan produk tersebut, tetapi juga terhadap tanda lain
yang kurang disadari seperti bentuk, ukuran, berat, bahan, warna,
dan nama merek. satu teknik disebut teknik tangga (laddering)
memungkinkan kita melacak motivasi seseorang dari motivasi
instrumental yang dinyatakan sampai motivasi yang lebih
terminal. kemudian pemasar dapat memutuskan pada tingkat apa
mereka akan mengembangkan pesan dan daya tarik.
2)
Teori Maslow menejelaskan mengapa orang didorong oleh
kebutuhan tertentu pada waktu tertentu. Jawabannya adalah
bahwa kebutuhan manusia diatur dalam hierarki dari yang paling
menekan sampai yang paling tidak menekan.seperti kebutuhan
psikologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan
akan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri.
Gambar 2.2 Teori Maslow
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
1. Kebutuhan fisiologis, yaitu upah, gaji, balas jasa, ruang
istirahat, ruang kerja bersih, relaksasi, minum, makan, liburan
dan cuti
2. Kebutuhan rasa aman dan keamanan : senioritas, jaminan
sosial, tabungan, pesangon, keamanan kerja, penanganan
keluhan, dan asuransi
3. Kebutuhan sosial, yaitu kelompok kerja formal-informal,
kegiatan-kegiatan sponsorship, dan acara-acara khusus
peringatan
4. Kebutuhan harga diri, seperti penghargaan, pengakuan,
jabatan, status, simbol, promosi, hadiah dan bonus.
5. Kebutuhan
aktualisasi
diri,
yaitu
pemahaman
dan
pengembangan potensi diri dalam pekerjaan, kreativitas,
keahlian, dan keterampilan serta kemampuan menyelesaikan
masalah.
Hierraki ini juga memberikan kerangka kerja yang luas dan
berguna bagi para pemasar. Hierarki ini juga dapat disesuaikan
dengan dua cara :
1. Pertama : memungkinkan para pemasar memfokuskan daya
tarik iklan mereka pada tingkat kebutuhan yang mungkin
dapat diterima oleh segmen yang besar dan dapat diharapkan
2. Kedua : mempermudah melakukan pengaturan maupun
pengaturan kembali posisi produk.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
3) Teori Herzberg mengembangkan teori 2 faktor yang
membedakan ketidakpuasan/dissatisfier ( faktor- faktor yang
menyebabkan ketidakpuasan) dari kepuasan /satisfier ( factor
yang menyebakna kepuasan). Ketiadaan dissatisfier tidak
cukup untuk memotivasi pembelian, harus ada satisfier.
Teori Herzberg mempunyai dua implikasi. pertama, penjual
seharusnya melakukan yang terbaik untuk menghindari
ketidakpuasan (misalnya kebijakan layanan yang buruk.)
kedua, penjual harus mengidentifikasi setiap kepuasan atau
motivator utama pembelian dipasar dan kemudian memasok
mereka.
Implikasinya pada pemasaran:
a) para penjual harus berusaha sebaik-baiknya menghindari
dissatisfiers, dan para pabrikan harus mengidentifikasi
satisfiers atau motivator utama pembelian di pasar dan
kemudian menyediakan faktor satisfiers tersebut.
b) Menyesuaikan daya tarik produk dengan perhatian
seseorang yang mencari rileksasi sosial, status dan
kesenangan
c) Mengenali daya menyesuaikan produk dengan rencana,
sasaran dan kehidupan konsumen.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
g.
Tiga Kelompok Kebutuhan
Tiga kelompok kebutuhan dasar: kebutuhan akan kekuasaan, afiliasi,
dan pencapaian prestasi. Masing- masing kebutuhan ini dapat
digolongkan ke dalam hierarki kebutuhan Maslow, tetapi jika
dipertimbangkan satu demi satu, masing-masing mempunyai relevensi
yang unik dengan motivasi konsumen.
1. Kekuasaan
Kebutuhan kekuasaan berkaitan dengan keinginan individu untuk
mengendalikan
lingkungannya.
Termasuk
di
dalamnya
kebutuhan untuk mengendalikan orang lain dan berbagai objek.
Kebutuhan ini kelihatan berhubungan erat dengan kebutuhan
ego, di mana banyak individu mengalami peningkatan rasa harga
diri ketika mereka menggunakan kekuasaan terhadap berbagai
objek atau orang. Sejumlah produk, seperti kendaraan untuk
keperluan olah raga, memberi kemungkinan untuk menjanjikan
kekuasan atau keunggulan kepada para pemakainya.
2. Afiliasi
Afiliasi merupakan motif sosial yang terkenal dan sudah banyak
teliti yang mempunyai pengaruh luas terhadap perilaku
konsumen. Kebutuhan akan afiliasi menyatakan kesan bahwa
perilaku sangat dipengaruhi oleh keinginan untuk memperoleh
persahabatan, penerimaan, dan untuk menjadi bagian. Orang
yang mempunyai kebutuhan afiliasi yang tinggi cenderung
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
tergantung secara
social kepada orang lain. Mereka sering
memilih barang-barang yang mereka rasa akan disetujui temanteman. Orang yang pergi ke pekan raya kerajinan atau garage
sale, anak-anak belasan tahun yang jalan- jalan di mal-mal,
penggemar teknologi yang berkerumun di pameran komputer,
sering melakukan hal ini lebih banyak untuk kepuasan berada
bersama-
sama
dengan
orang lain daripada
melakukan
pembelian. Kebutuhan ini serupa sekali dengan kebutuhan sosial
Maslow.
3. Pencapaian Prestasi
Banyak riset telah difokuskan pada kebutuhan untuk berprestasi.
Individu yang mempunyai kebutuhan yang kuat untuk berprestasi
sering menganggap prestasi pribadi sebagai hasil itu sendiri.
Kebutuhan untuk berprestasi erat kaitannya dengan kebutuhan
egoistis maupun kebutuhan aktualisasi diri. Orang yang
mempunyai kebutuhan yang tinggi untuk berprestasi cenderung
lebih percaya diri, senang mengambil risiko yang diperhitungkan,
secara aktif mengamati lingkungan mereka, dan menghargai
umpan balik. Imbalan uang merupakan jenis umpan balik yang
penting terhadap apa yang mereka lakukan. Orang yang
mempunyai kebutuhan untuk berprestasi yang lebih tinggi lebih
menyukai
keadaan
yang
memungkinkan
mereka
dapat
mengambil tanggung jawab pribadi untuk menemukan berbagai
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
pemecahan. Mereka
mencari kegiatan yang memberikan
kesempatan untuk melakukan evaluasi diri. Mereka menanggapi
dengan baik semua umpan balik mengenai kemampuan mereka.
Orang yang berprestasi tinggi sering mempunyai prospek yang
baik untuk sukses menangani berbagai produk inovatif yang
disajikan dengan cerdik, berbagai proyek yang dikerjakan
sendiri, untuk mengurus rumah-rumah yang lebih tua, dan
bahkan untuk pengeluaran saham-saham spekulatif.
h.
Tujuan Motivasi
Menurut Setiadi (2010), tujuan motivasi konsumen diantaranya:
1. meningkatkan kepuasan
2. mempertahankan loyalitas
3. efisiensi
4. efektivitas
5. menciptakan suatu hubungan yang harmonis antara produsen
atau penjual dengan pembeli atau konsumen.
i. Riset Motivasi
Istilah riset motivasi, secara logis harus mencakup semua jenis riset
terhadap berbagai motif manusia. Riset ini umumnya riset kualitatif yang
dirancang untuk menemukan berbagai motivasi konsumen yang ada di
bawah sadar atau yang yang tersembunyi. Hal ini dilandaskan bahwa
konsumen tidak selalu menyadari sebab-sebab tindakan mereka. Riset
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
motivasi ini berusaha menemukan berbagai perasaan, sikap dan emosi
yang mendasari pemakaian produk, jasa, atau merek.
Teori psikoanalitis Sigmund Freud mengenai kepribadian menjadi
dasar bagi perkembangan riset motivasi. Teori ini dibangun atas dasar
pemikiran bahwa kebutuhan atau dorongan yang tidak disadari terutama dorongan biologis dan seksual – berada si pusat motivasi dan
kepribadian manusia. Freud membangun teorinya dari ingatan para
pasiennya mengenai pengalaman masa kanak-kanak mereka, analisis
dari mimpi-mimpi mereka, dan sifat berbagai masalah penyesuaian
mental dan fisik mereka.
Walaupun banyaknya berbagai kritik terhadap riset motivasi, namun
riset motivasi dianggap sebagai alat yang penting oleh para pemasar
yang ingin memperoleh pandangan yang lebih dalam mengenai sebabmesabab perilaku konsumen daripada yang dapat dihasilkan oleh teknik
riset
pasar
yang
konvensional.
Karena
riset
motivasi
sering
mengungkapkan motivasi konsumen yang tidak terduga mengenai
pemakaian produk atau merek, pemakaiannya yang utama sekarang ini
adalah dalam pengembangan berbagai gagasan baru untuk kampanye
promosi, gagasan yang dapat menembus kesadaran konsumen dengan
membangkitkan berbagai kebutuhan yang belum dikenali.
Riset motivasi juga memberi orientasi dasar kepada para pemasar
mengenai berbagai kategori produk baru, dan memungkinkan mereka
menyelidiki reaksi konsumen terhadap gagasan dan naskah iklan pada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
tahap awal untuk menghindari kesalahan yang mahal harganya.
Selanjutnya, sebagaimana dengan semua teknik riset kualitatif, temuantemuan riset motivasi memberikan pandangan dasar kepada para peneliti
konsumen yang memungkinkan mereka merancang berbagai studi studi
pasar kualitatif yang lebih tersusun untuk dilaksanakan pada sampel
konsumen yang lebih luas dan lebih representatif.
Ada tiga metode umum yang digunakan untuk mengenali
dan
“mengukur” motif manusia: observasi dan dugaan, laporan subjektif, dan
riset kualitatif. Tidak ada di antara semua metode ini yang benar-benar
dapat diandalkan secara sendiri-sendiri. Karena itu, para peneliti sering
menggunakan gabungan dua atau tiga teknik untuk menilai adanya atau
kekuatan berbagai motif konsumen. Riset motivasi merupakan riset
kualitatif yang direncanakan untuk mengadakan riset di bawah tingkat
kesadaran konsumen. Walaupun ada beberapa kelemahan, riset motivasi
terbukti sangat berharga bagi para pemasar berkaitan dengan usaha
untuk mengembangkan berbagai gagasan baru dan daya tarik naskah
iklan yang baru.
4. Pembelajaran
a. Definisi pembelajaran
Dari perspektif pemasaran, pembelajaran konsuemen dapat dianggap
sebagai proses bagi para individu untuk memperoleh pengetahuan dan
pengalaman pembelian dan pemakaian yang mereka tetapkan pada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
perilaku yang akan dating.beberapa hal dalam definisi ini patut
mendapat perhatian.
Menurut Schiffman dan Kanuk (2008), pembelajaran (learning)
adalah proses, artinya terus menerus berkembang dan berubah karena
adanya pengetahuan yang baru diperoleh yang mungkin didapat dari
memebaca,dari diskusi, dari pengamatan, dan dari proses diperoleh
maupun pengalaman pribadi berlaku sebagai umpan balik bagi individu
dan memberikan dasar bagi perilaku yang akan dating dalam situasi
yang sama. definisi tersebut menjelaskan bahwa pembelajaran
merupakan hasil pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh.
Menurut Kotler & Keller (2009:181), pembelajaran (learning) adalah
mendorong perubahan dalam perilaku yang timbul dari pengalaman.
sebagian besar perilaku manusia dipelajari, meskipun sebagian besar
pembelajaran itu tidak disengaja.
Menurut Supranto dan Nanda Limakrisna (2011), Pembelajaran
(learning)
adalah merupakan
istilah
yang
dipergunakan
untuk
menguraikan proses dengan mana memori dan perilaku diubah sebagai
suatu hasil dari proses informasi secara sadar tak sadar.
Istilah
pembelajaran
(
learning)
meliputi
semua
bentuk
pembelajaran, dari respon yang sederhana dan hamper tidak disengaja
sampai kepembelajaran berbagai konsep yang abstrak dan pemecahan
masalah yang rumit. kebanyakan pakar teori pembelajaran mengakui
adanya berbagai macam pembelajaran dan menjelaskan semua
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
perbedaannya melalui penggunaan model pembelajaran yang khusus.
walaupun terdapat ada beberapa pandangan,
para pakar teori
mempelajari pada umumnya sepakat bahwa agar pembelajaran terjadi,
beberapa unsur yang pokok harus ada unsur- unsur yang tercakup dalam
kebanyakan teori pembelajaran adalah mtivasi, isyarat, tanggapan, dan
penguatan.
Motivasi
Motivasi didasarkan pada kebutuhan dan sasaran. motivasi berlaku
sebagai pemacu pembelajaran. tingkat keterkaitan atau keterlibatan,
menentukan tingkat motivasi konsumen untuk mencari pengetahuan atau
informasi mengenai suatu produk atau jasa. Menentukan motif
konsumen merupakan salah satu tugas utama para pemasar, yang
kemudian berusaha mengajar segmen konsumen yang termotivasi
mengapa dan bagaimana produk mereka dapat memenuhi kebutuhan
para konsumen.
Isyarat
Jika motif membantu mendorong pemebelajaran, isyarat merupakan
stimuli yang memberikan arah berbagai motif ini. Sebuah iklan untuk
camp tenis dapat menjadi isyarat bagi para penggemar tenis. Iklan itu
merupakan isyrat, atau stimuli yang menganjurkan suatu cara khusus
untuk memuaskan motif yang menonjol. Dipasar, semua hal seperti
harga, gaya, kemasan, iklan dan penataan untuk menjadi isyarat dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
membantu para pemasar harus berhati-hati memberikan isyarat yang
tidak merusak harapan-harapan tersebut.
Tanggapan (respon)
Cara bereaksi para individu terhadap dorongan atau isyarat
bagaimana mereka berperilaku akan membentuk respon mereka.
Pembelajaran dapat terjadi bahkan ketika tanggapan tidak jelas.
Kebutuhan atau motif dapat menimbulkan berbagai macam tanggapan.
isyarat memberikan beberapa petunjuk, tetapi banyak terdapat isyarat
yang bersaing menarik perhatian konsumen. Respon mana yang
dilakukan oleh konsumen sangat tergantung pada pembelajaran
sebelumnya yang pada giliranya tergantung pada bagaimana respon yang
berkaitan itu diperkuat sebelumnya.
Penguatan
Penguatan (reinforcement) meningkatkan kemungkinan bahwa
repon khusus akan terjadi diamasa yang akan datang karena adanya
berbagai isyarat atau stimuli khusus.
b. Teori Pembelajaran
Menurut
Sumaryawan
(2011),
Teori
pembelajaran
perilaku
terkadang disebut teori stimulus-tanggapan karena didasarkan pada
pemikiran bahwa tanggapan yang nyata terhadap stimuli eksternal
tertentu memberi pertanda bahwa pembelajaran telah terjadi. Jika
seseorang bertindak (memberikan tanggapan) dengan cara yang dapat
diramalkan terhadap stimulus yang dikenal, ia dikatakan telah “belajar”.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
1) Pengkonsidian Klasik
Pengkondisian klasik menganggap semua organisme relatif pasif
dan dapat diajar berbagai perilaku tertentu melalui pengulangan
atau pengkondisian. Ivan Pavlov, psikologi Rusia adalah yang
pertama menggambarkan pengkondisian dan mengemukakannya
sebagai model umum mengenai cara terjadinya pembelajaran.
Menurut teori ini, pembelajaran yang dikondisikan terjadi jika
stimulus tertentu yang dipasangkan dengan stimulus lain yang
mendatangkan tanggapan yang dikenal menimbulkan tanggapan
yang sama jika digunakan sendiri saja. Studi Pavlov adalah
dengan menggunakan anjing, anjing- anjing itu lapar dan ingin
sekali makan. Dalam eksperimennya, Pavlov membunyikan bel
dan kemudian segera memberikan pasta daging ke lidah anjinganjing itu, yang menyebabkan keluarnya air liur. Setelah ulangan
bunyi bel cukup sering, yang selalu diikuti dengan makanan,
maka bunyi bel itu sendiri akan menyebabkan anjing-anjing itu
mengeluarkan
liur.
Anjing-anjing
tersebut
akhirnya
menghubungkan bunyi bel itu dengan pasta daging.
Pembelajaran Asosiasi Kognitif
Teori pengkondisian yang terakhir memandang pengkondisian
klasik sebagai pembelajaran asosiasi diantara berbagai peristiwa
yang memungkinkan organisme untuk mengantisipasi dan
mewakili lingkungannya. Hubungan atau kontak antara stimulus
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
yang dikondisikan dengan stimulus yang tidak dikondisikan (bel
dan pasta daging) mempengaruhi harapan sang anjing, yang
akhirnya akan mempengaruhi perilakunya (mengeluarkan air
liur). Daripada merupakan tindakan refleksif, pengkondisian
klasik dipandang sebagai pembelajaran asosiasi kognitif.
Pengkondisian optimal, yaitu penciptaan asosiasi yang kuat
antara stimulus yang dikondisikan (SK) dan stimulus yang tidak
dikondisikan (ST), membutuhkan:
1)
Pengkondisian ke depan diman SK mendahului ST
2)
Memasangkan SK dan ST secara berulang kali
3)
SK dan ST secara logis saling berkaitan
4)
SK yang baru dan belum dikenal
5)
ST yang secara biologis atau simbolis menonjol
Aplikasi Strategis Pengkondisian Klasik
Tiga konsep pokok yang berasal dari pengkondisian klasik yaitu:
1)
Pengulangan
Pengulangan
meningkatkan
kekuatan asosiasi
antara
stimulus yang dikondisikan dan stimulus yang tidak
dikondisikan dan memperlambat proses melupakannya.
Namun, ada riset yang menunjukkan bahwa ada batas
jumlah pengulangan, hal ini karena ada satu titik dimana
orang dapat merasa jemu dengan banyaknya paparan dan
perhatian maupun ingatan pun akan menurun, hal ini
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
disebut kebosanan terhadap iklan. Beberapa pemasar
menghindari kebosanan dengan memakai strategi variasi
kosmetik, yaitu dengan menggunakan latar belakang yang
berbeda, tipe cetak yang berbeda, juru bicara iklan yang
berbeda, sambil mengulang tema iklan yang sama.
Sedangkan variasi subtantif adalah perubahan isi iklan yang
meliputi berbagai versi iklan, dengan tidak mengubah ciriciri kosmetiknya.
Beberapa sarjana pemasaran mempertahankan bahwa hanya
diperlukan tiga kali penampilan sebuah iklan, yaitu:
a. Yang pertama, agar konsumen mengetahui tentang
produk
b. Yang kedua, untuk menunjukkan kepada para konsumen
mengenai perlunya produk
c. Yang
ketiga,
untuk
meningkatkan
mereka
pada
manfaatnya.
Semakin tinggi tingkat persaingan iklan, semakin besar
kemungkinan
terjadinya
gangguan,
yang
akan
menyebabkan para konsumen melupakan pembelajaran
sebelumnya yang dihasilkan oleh pengulangan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
2)
Generalisasi Stimulus
Menurut pakar pengkondisian klasik, pembelajaran tidak
hanya tergantung pada pengulangan, tetapi juga pada
kemampuan para individu mengeneralisasikan. Misalnya
Pavlov menemukan bahwa anjing dapat mengeluarkan air
liur tidak hanya karena bunyi bel, tetapi juga karena bunyi
kunci yang bergemericing dan hambir sama dengan bunyi
bel. Jika tidak sanggup melakukan generalisasi stimulus,
yaitu melakukan reaksi yang sama terhadap stimuli yang
agak berbeda, maka tidak banyak pembelajaran yang akan
terjadi. Contohnya adalah para pabrikan yang mempunyai
merek sendiri berusaha membuat kemasan mereka serupa
dengan betul dengan merek yang memimpin secara
nasional.
3)
Diskriminasi stimulus
Diskriminasi
stimulus
ini
merupakan
lawan
dari
generalisasi stimulus dan menghasilkan pilihan stimulus
yang khusus diantara stimuli yang serupa. Kemampuan
konsumen untuk melakukan pembedaan diantara stimuli
yang serupa merupakan dasar bagi strategi pengaturan
posisi, yang berusaha membangun citra yang khas produk
tertentu ke dalam pikiran konsumen. Kunci diskriminasi
stimulus adalah pengaturan prosisi (positioning) yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
efektif, keunggulan bersaing yang utama. Citra atau posisi
suatu produk atau jasa yang tertanam dalam pikiran
konsumen merupakan hal yang sangat penting bagi
kesuksesannya.
Pengkondisian Instrumental
Pada pengkondisian instrumental, stimulus yang menghasilkan
tanggapan yang paling memuaskan adalah stimulus yang
dipelajari. Para pakar teori ini percaya bahwa pembelajaran
terjadi melalui proses mencoba (trial dan error), di mana
kebiasaan dibentuk sebagai hasil ganjaran yang diterima untuk
tanggapan dan perilaku tertentu. Pakar teori ini, yaitu psikolog
Amerika – B.F. Skinner, menurutnya kebanyakan pembelajaran
individu “memperoleh ganjaran” jika berhasil memilih perilaku
yang tepat. Misalnya para konsumen belajar dengan memakai
proses mencoba, di mana beberapa perilaku pembelian
memberikan hasil (ganjaran) yang lebih menguntungkan
daripada perilaku pembelian lainnya. Pada pengembangan
teorinya, Skinner mengembangkan model pembelajarannya pada
tikus dan burung merpati. Mereka dimasukkan ke dalam kotak
“skinner”, di mana jika mereka melakukan gerakan yang tepat
(misalnya dengan menekan pengungkit atau mematuk kunci),
maka mereka akan menerima makanan (penguatan yang positif).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
1. Penguatan Perilaku
Skinner membedakan dua tipe penguatan (atau ganjaran)
yang mempengaruhi kemungkinan bahwa tanggapan tertentu
akan berulang, yaitu:
a) Tipe yang pertama, penguatan positif. Terdiri dari
berbagai peristiwa yang memperkuat kemungkinan
timbulnya tanggapan yang khusus.
b) Penguatan
negatif,
merupakan
hasil
yang
tidak
menyenangkan atau negatif yang juga membantu
mendorong timbulnya perilaku khusus. Misalnya iklan
yang
menggunakan
kulit
berkeriput
mendorong
konsumen untuk membeli krim anti aging
Penguatan positif maupun negatif dapat digunakan untuk
menimbulkan tanggapan yang diingini. Tetapi penguatan
yang negatif tidak boleh dikacaukan dengan hukuman, yang
dirancang untuk menghilangkan minat untuk berperilaku.
Contohnya karcis parkir bukanlah penguatan negatif, namun
sebuah hukuman yang dirancang untuk menghilangkan minat
para penngendara untuk memarkir mobil secara ilegal.
2. Melupakan dan Menghapus Ingatan
Jika tanggapan yang dipelajari tidak lagi diperkuat, maka
akan makin menghilang sampai tingkat penghapusan; yaitu
sampai tingkat dimana hubungan antara stimulus dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
ganjaran yang diharapkan hilang. Misalnya, jika konsumen
tidak lagi puas dengan pelayanan yang diberikan suatu toko
ritel, hubungan antara stimulus (toko) dan tanggapan
(kepuasan yang diharapkan) tidak lagi diperkuat, maka kecil
kemungkinan konsumen tersebut akan kembali.
Aplikasi Strategis Pengkondisian Instrumental
1. Kepuasan (penguatan) pelanggan
Tujuan
semua
usaha
pemasaran
haruslah
untuk
memaksimumkan kepuasan pelanggan. Para pemasar harus
pasti memberikan produk yang sebaik mungkin untuk uang
yang dibayarkan dan menghindari memperbesar harapan
konsumen terhadap kinerja produk yang melebihi apa yang
dapat diberikan produk tersebut. Selain dari pengalaman
menggunakan produk itu sendiri, para konsumen dapat
menerima penguatan dari unsur-unsur lain dalam situasi
pembelian, seperti lingkungan di mana transaksi atau
pelayanan terjadi, perhatian dan pelayanan yang diberikan
pada karyawan, dan sikap ramah yang diberikan.
Pemasaran
relasional
(relationship
marketing)-
yang
mengembangkan hubungan pribadi yang erat dengan para
pelanggan- merupakan bentuk penguatan non-produk. Hal ini
akan memperkuat kesetiaan yang mungkin diberikan
konsumen kepada sebuah toko/ retail.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
2. Urutan Pelanggan
Para pemasar telah mengenali tiga tipe urutan penguatan,
yaitu penguatan total (atau berkesinambungan), penguatan
sistematis (rasio tetap), dan penguatan acak (rasio variabel).
Contohnya: urutan penguatan total (berkesinambungan)
misalnya minuman gratis sesudah makan malam yang
dihidangkan tempat makan tertentu. Sedangkan untuk urutan
rasio tetap akan memberikan penguatan setiap “x” kali
produk atau jasa dibeli. Misalnya pengguna jasa salon akan
mendapatkan treatment gratis saat kedatangan pengunjung ke
10. Untuk penguatan rasio variabel
adalah memberikan
ganjaran kepada para konsumen secara acak atau atas dasar
kekerapan rata-rata. Kasino judi beroperasi atas dasar rasio
variabel. Rasio variabel cenderung cepat menimbulkan
perilaku yang diingini dan tidak mudah dihapuskan,
barangkali karena kebanyakan konsumen mengharapkan
kemujuran terus menerus (springs eternal). Contoh lainnya
misalkan lotre, undian, dan door prize.
3. Pembentukan Perilaku
Penguatan perilaku yang harus dilakukan para konsumen
sebelum perilaku yang diinginkan dapat dilakukan disebut
pembentukan perilaku. Pembentukan perilaku meningkatkan
kemungkinan terjadinya perilaku konsumen tertentu yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
diharapkan. Contohnya adalah retail yang menawarkan
promo diskon
saat launching toko pertama kali sebagai
penguatan pembentukan perilaku agar membuat konsumen
mau berkunjung ke toko/ retail tersebut.
4. Pembelajaran Terkumpul versus Pembelajaran terdistribusi
Pengaturan waktu mempunyai pengaruh yang penting
terhadap
pembelajaran
pembelajaran
tersebar
konsumen.
selama
Haruskah
jangka
waktu
jadwal
tertentu
(pembelajaran terdistribusi), atau haruskah ditempatkan pada
waktu berdekatan secara sekaligus (pembelajaran terkumpul).
Hal ini penting bagi para pemasang iklan yang merencanakan
suatu jadwal media, karena iklan yang terkumpul penting
menghasilkan pembelajaran lebih awal, sedangkan jadwal
yang terdistribusi biasanya menghasilkan pembelajaran yang
berlangsung
lebih
menginginkan
lama.
pengaruh
Jika
para
yang
pemasang
iklan
(misal
untuk
cepat
memperkenalkan produk baru atau menghadapi serangan
kilat pesaing), mereka biasanya menggunakan jadwal
terkumpul untuk mempercepat pembelajaran konsumen.
Namun, jika sasarannya adalah pembelian yang berulang
dalam jangka panjang secara teratur, jadwal yang terdistribusi
lebih baik. Jadwal yang terdistribusi dengan iklan yang
diulang
secara
teratur
biasanya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
akan
menghasilkan
40
pembelajaran dengan jangka lebih panjang dan relatif kebal
terhadap penghapusan.
Pembelajaran Melalui Peragaan atau Pengamatan
Para pakar teori pembelajaran memperhatikan bahwa sebagian
besar pembelajaran terjadi dalam keadaan tidak adanya
penguatan langsung, baik positif maupun negatif, melalui proses
yang disebut para psikolog pembelajaran melalui peragaan atau
pengamatan (juga disebut pembelajaran melalui orang lain atau
vicarious learning). Mereka mengamati bagaimana orang lain
berperilaku dalam menjawab berbagai situasi (stimuli) tertentu
dan hasil-hasil (penguatan) berikutnya yang terjadi, dan mereka
meniru (model) perilaku yang diperkuat secara positif ketika
menghadapi situasi yang sama.
Jadi peragaan adalah proses yang digunakan individu untuk
mempelajari perilaku dengan mengamati perilaku orang lain dan
akibat-akibat perilaku tersebut. Model peran yang mereka pakai
biasanya orang yang mereka kagumi karena sifat-sifat tertentu
seperti penampilan, prestasi, keterampilan, bahkan kelas sosial.
Contohnya adalah konsumen yang menonton sebuah iklan yang
menunjukkan seorang atlit muda yang berotot sedang memakan
wheaties “sarapan untuk juara” maka ia akan menginginkannya
pula dan membeli produk tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
Teori Pembelajaran Kognitif
Pembelajaran yang didasarkan pada kegiatan mental disebut
pembelajaran kognitif. Teori pembelajaran kognitif menganggap
bahwa pembelajaran yang menjadi ciri khas manusia adalah
pemecahan masalah, yang memungkinkan para individu dapat
mengendalikan lingkungan mereka.
Berbeda dengan teori
pembelajaran perilaku, teori kognitif menganggap bahwa
pembelajaran menyangkut pengolahan mental yang kompleks
terhadap
informasi.
Daripada
menekankan
pentingnya
pengulangan atau hubungan antara ganjaran dengan tanggapan
tertentu, para pakar teori kognitif menekankan peran motivasi
dan proses mental dalam menghasilkan tanggapan yang
diinginkan.
Pengolahan Informasi
Pikiran manusia akan mengolah informasi yang diterimanya
sebagai masukan. Pengolahan informasi berkaitan dengan
kemampuan kognitif konsumen maupun kompleksitas informasi
yang akan diolah. Para konsumen mengolah informasi tentang
produk berdasarkan sifat-sifat, merk, perbandingan antara merk,
atau kombinasi dari faktor-faktor ini. Individu juga berbeda dari
sudut citra mental, yaitu kemampuan mereka untuk membentuk
berbagai citra ke dalam pikiran mereka dan perbedaan ini
mempengaruhi
kemampuan
mereka
http://digilib.mercubuana.ac.id/
mengingat
informasi.
42
Semakin banyak pengalaman konsumen mengenai golongan
produk tertentu, semakin besar kemampuannya memanfaatkan
informasi produk. Keakraban yang lebih besar dengan golongan
produk itu juga meningkatkan kemampuan dan pembelajaran
kognitif pada waktu pengambilan keputusan pembelian baru,
terutama yang berhubungan dengan informasi teknis. Beberapa
konsumen belajar melalui analogi; yaitu , mereka memindahkan
pengetahuan mengenai produk yang telah mereka kenal baik ke
produk baru atau
produk yang belum mereka kenal guna
meningkatkan pengertian mereka.
Karakteristik Umum Pembelajaran
1. Kekuatan pembelajaran
a) Importance merujuk pada nilai yang ditempatkan
konsumen pada informasi yang akan dipelajari. Semakin
penting bagi individu untuk mempelajari suatu perilaku
khusus atau bagian kecil informasi, semakin efektif atau
efesien
bagi
individu
ersebut
didalam
proses
pemebelajaran.
b) Message involvement apabila seseorang konsumen tidak
termotivasi untuk mempelajari bahan, pendalaman proses
dapat ditingkatkan dengan jalan membuat orang tersebut
menjadi terlibat dengan pesan itu sendiri.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
c) Mood agar mendapatkan kebahagiaan, belajar lebih
banyak. hal ini benar mood yang psitif selama
penyampaian
informasi
seperti
nama
merek,
meningkatkan pembelajaran.
d) Penguatan
merupakan
atau
Reinforcement
konsekwensi
yang
penguatan
menyenagkan
positif
dan
diinginkan, penguatan negativ mancakup pemindahan
atau penghindaran suatu konsekwensi
yang tidak
menyenagkan, dan hukuman merupakan lawan/kebalikan
dari
penguatan,
merupakan
konsekwensi
yang
menurunkan kemungkinan suatu respon akan diulangi
diwaktu yang akan datang.
Ada tiga alasan penting bagi pemasar untuk menentukan
secara tepat kekuatan apa yang membuat konsumen melakukan
pembelian:
1) Agar konsumen membeli berkali-kali, produk harus
memuaskan tujuan yang akan dicapai konsumen.
2) Membujuk (to induce) konsumen untuk membuat
pembelian awal, pesan promosional harus menjanjikan
jenis penguatan yang tepa, yaitu kepuasan tujuan
konsumeen.
3) Repetisi (repetition) repetisi meningkatkan kekuatan dan
kecepatan pembelajaran ssecara sederhana, semakin
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
sering orang diekspose informasi atau mempraktekkan
suatu perilaku semakin besar kemungkinanya bagi orang
tersebut untuk belajar. Pengaruh repetisi/pengulangan
tentu saja terkait secara langsung pentingnya informasi
dan penguatan yang diberikan.
2. Pemadaman
Laju dimana pemadaman terjadi berbanding terbalik dengan
kekuatan pemebelajaran asli.artinya semakin diulang –ulang
semakin
semakin
besar
pembelajaran.produsen
kecitraan,
menghendaki
semakin
hidup
konsumen
untuk
melupakan publisitas yang merugikan atau citra produk yang
sudah kadaluarsa.
3. Response environment
Konsumen umunya belajar informasi lebih banyak dari pada
yang dia bisa dapatkan kembali.artinya, mereka sering
mempunyai informasi yang relevan yang disimpan dalam
ingatan yang mereka tidak bisa mengakses (mendaptkan
kembali) sewaktu membutuhkanya.
Faktor yang mempengaruhi kemmapuan untuk mendaptkan
kembali informasi yang sudah disimpan adalah:
1)
Kekuatan pembelajaran asli. (etrenght of the original
learning) semakin kuat pembelajaran asli, semakin besar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
kemungkinan informasi yang relevan dapat diakses
sewaktu dibutuhkan.
2)
Kemiripan dari retrieval environment pada lingkunagn
pembelajaran asli dan jenis pembelajaran.
Pengetahuan tentag teori pembelajaran dapat dipergunakan
untuk membuat struktur komunitas yang akan membantu
konsumen di dalam mempelajari fakta relevan, perilaku, dan
perasaan tentang produk.
5. Sikap
a. Definisi sikap
Menutur Kotler dan Keler (2009:186) menegemukakan bahwa sikap
(attitude), adalah evaluasi dalam waktu lama tentang yang disukai atau
tidak disukai seseorang, perasaan emosional, dan kecendrungan tindakan
terhadap beberapa objek atau ide.
Menurut
Schiffman
dan
Kanuk
(2008:222),
sikap
adalah
kecenderungan yang dipelajari. ini berarti bahwa sikap yang berkaitan
dengan perilaku membeli dibentuk sebagai hasil dari pengalaman
langsung, mengenai produk informasi secara lisan yang diperoleh dari
orang lain, atau iklan di media masaa, internet, dan berbagai bentuk
pemasaran langsung.
Menurut Peter dan Olson (2014:130), sikap adalah sebagai evaluasi
secara menyeluruh yang dilakukan seorang atas suatu konsep.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
b. Fungsi Sikap
Menurut Bilson simamora (2004:158) Sikap memiliki empat fungsi
untuk seseorang yaitu:
a) Fungsi penyesuaian
Fungsi
Penyesuaian
mengarahkan
kepada
objek
yang
menyenagkan atau mendatangkan manfaat serta menjauhkan
orang-orang dari objek yang tidak menarik atau yang tidak
diinginkan. dalam konteks ini berlaku konsep memaksimalkan
peruntungan dan meminimalkan kerugian.
b) Fungsi pertahanan ego
Sikap yang terbentuk untuk melindungi ego merupakan wujud
dari fungsi pertahanan ego.pada kenyataanya, banyak ekspresi
sikap yang mencerminkan kebalikan dari apa persepsikan orangorang semata-mata untuk mempertahankan ego.
c) Fungsi ekspresi nilai
Dengan sikap, seseorang dimungkinkan untuk mengekspresikan
nilai-nilai yang diyakininya.artinya, setiap orang akan berusaha
untuk menerjemahkan nilai-nilai yang diyakininya kedalam
konteks sikap yang lebih nyata. sehubungan dengan nilai-nilai
ini, maka para pemasar perlu memahami nilai-nilai apa yang
ingin diekspresikan oleh konsumen ataupun pasar sasaranya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
d) Fungsi pengetahuan
Manusia memiliki kecenderungan untuk memandang dunianya
dari sudut pandang keteraturan. kecenderungan ini memaksa
manusia untuk berpegang pada konsistensi, definisi, stabilitas,
dan pengertian tentang dunianya.kecenderungan itu pula yang
menentukan apa yang perlu dipelajari dan apa yang ingin
diketahui.
c. Pembentukan Sikap
1. Classical Conditioning
a) Pemberian merek keluarga terhadap produk baru bertujuan
untuk mengalihakan sikap konsumen yang positif akan merek
keluarga tersebut terhadap produk baru.
b) Pengasosiasian produk dengan selebriti tertentu juga bertujuan
untuk mengalihkan sikap positif dari selebriti tersebut pada
produk.
2. Instrumental Condicioning
Bayangkan jika anda membeli suatu merek tanpa memiliki sikap
tentang merek tersebut kondisi demikian sering erjadi kalau
merek favorit tidak ada, tidak ada pilihan atau ingin mencobacoba.jika terjadi produknya memuaska, maka dengans endirinya
konsumen akan membentuk sikap positif terhadap merek
tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
3. Cognitive Learning Theory
Pada umumnya, semakin banyak informasi yang diperoleh,
semakin besar kemungkinan seseorang membentuk sikap.
namun, konsumen tidak selalu mencari semua informasi yang
berhubungan
dengan
produk.konsumen
biasanya
hanya
memperhatikan informasi yang disukai atau dipahaminya.
konsekuensinya, para pemasar tidak perlu menjelaskan semua
informasi yang terkait dengan produk, cukup memilih beberapa
informasi kunci yang membedakan produknya dari produk
pesaing.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap
a) Pengalaman pribadi
Pembentukan sikap terutama dipengaruhi oleh pengalaman
konsumen terhadap produk.persoalan yang dihadapi oleh banyak
produk
adalah
bagaimana
agar
konsumen
mau
mencobanya.sebagus apapun produk, kalau tidak pernah dicoba,
konsumen sulit untuk membentuk sikap terhadap produk
tersebut.
b) Pengaruh keluarga dan kawan
Keluarga, kawan, orang yang dihormati, mempengaruhi sikap
kita terhadap suatu produ, melalui perkataan, perbuatan, atau
teladan. sikap positif ataupun negatif bisa dibentuk berdasarkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
informasi, anjuran, atau larangan yang disampaikan melalui katakata.
c) Direct marketing
Pemasaran
langsung
mengkombinasikan
adalah
semua
metode
metode
promosi
promosi
yang
yang
mengkombinasikan semua metode promosi dan diarahkan
langsung kepada pelanggannya. para pemasar menyesuaikan
produk dengan kebutuhan pelanggan secara spesifik.karena
kedekatan spesifikasi produk dengan kebutuhan pelanggan yang
unik, maka pelanggan membentuk sikap favorable terhadap
produk.
d) Media massa
Media massa merupakan sumber informasi utamapada saat ini.
setiap hari media massa memaparkan ide, produk, opini dan
iklan. banyak orang membentuk sikap hanya berdasarkan
informasi yang diperoleh melalui media massa saat ini.
e) Karakteristik individu
Karakteristik seseorang mempengaruhi pembentukan sikap
karena memiliki
cara dan kemampuan yang berbeda dan
membentuk persepsi.
e. Model Sikap Multiatribut
Menurut Peter dan Olson (2014: 143) bahwa model multiatribut
adalah panduan berguna untuk mengubah sikap konsumen.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
Banyak riset pemasaran berfokus pada pembentukan model untuk
memprediksi sikap yang dihasilkan oleh proses integrasi. Karena
mereka berfokus pada kepercayaan konsumen terhadap banyak
atribut produk atau merek.model sikap multiatribut menjelaskan
proses integrasi dengan pengetahuan produk (evaluasi dan kekuatan
kepercayaan
menonjol)
dikombinaskan
untuk
membentuk
keseluruhan evaluasi terhadap sikap. meskipun begitu, tidak
mengklaim bahwa konsumen sebenarnya menambah produk dari
kekuatan kepercayaan dan evaluasi saat membentuk sikap terhadap
objek. bahkan, model dan hal serupa berusaha untuk memprediksi
sikap yang dihasilkan oleh proses integrasi; mereka tidak
dimaksudkan untuk mendeskripsikan operasi kognis actual ketika
pengetahuan terintegrasi.
Aplikasi model-model multiatribut adalah:
a) Memahami konsep
Model multiatribut berguna untuk mengidentifikasi hal yang
paling penting (atau paling menonjol) kepada konsumen.
b) Diagnosis strategi pemasaran
Meskipun model multiatribut dikembangkan untuk memprediksi
keseluruhan sikap, pemasar sering menggunakanya untuk
mendiagnosis
strategi
pemasaran.
dengan
memeriksa
kepercayaan menonjol yang mendasari sikap terhadap berbagai
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
merek, pemasar dapat belajar mengenai strategi yang diterapkan
dan membuat penyesuaian untuk meningkatkan efektivitas.
c) Memahami pengaruh situasional
Pemasar
dapat
memeriksa
kepercayaan
menggunakan
pengaruh
relatif
model
situasional.
mengenai
multiatribut
penonjol
produk
(arti
tertentu
untuk
penting)
mungkin
dipengaruhi oleh situasi ketika produk tersebut digunakan. situasi
bervariasi dalam banyak hal bergantung pada waktu, suasana hati
konsumen, pengaturan lingkungan, cuaca, dan ratusan variable
lain.
karakteristik
situasional
tersebut
mempengaruhi
kepercayaan yang diaktifkan dari memori, dan mempengaruhi
sikap terhadap merek yang akan dibeli untuk digunakan pada
situasi tersebut.
f. Strategi perubahan sikap
Pemasar memiliki empat kemungkinan strategi untuk mengubah
sikap (attitude- change strategis) diantaranya dalah:
a) Menambah kepercayaan menonjol mengenai objek secara ide
yang memiliki positif
b) Meningkatkan kekuatan dari kepercayaan positif yang telah ada
c) Meningkatkan evaluasi atas kepercayaan yang kuat yang telah
dimiliki dan
d) Membuat kepercayaan yang telah ada lebih menonjol
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
g. Model Tiga Komponen Sikap
1. Komponen kognitif
Komponen kognitif berkenan dengan hal- hal yang diketahui
individu atau pengalaman individu baik yang sifatnya langsung
atau tidak langsung dengan objek sikap. Jadi komponen kognitif
dipengaruhi oleh pengalaman individu, pengamatanya serta
informasi yang diperolehnya mengenai objek sikap
2. Komponen afektif
Komponen efektif berkenan dengan perasaan dan emosi
konsumen mengenai objek sikap. Komponen efektif ini dapat
beragam ekspresinya mulai dari rasa sangat tidak suka atau
sangat tidak senang hingga sangat suka atau sangat senang.
3. Komponen konatif
Komponen
konatif
berkenan
dengan
predisposisi
atau
kecenderungan individu (konsumen) untuk melakukan suatu
tindakan berkenan dengan objek sikap. jadi komponen ini bukan
perilaku nyata, namun masih berupa keinginan untuk melakukan
suatu tindakan. dalam penelitian pemasaran biasanya komponen
konatif ini diukur dari intens untuk membeli atau intensi untuk
memilih merek atau intens yang berkenan dengan perilaku
pemebelian lainya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
6. Keputusan Pembelian
a. Definisi keputusan pembelian
Menurut Kotler dan Keler (2009:188), mengemukakan bahwa
keputusan pembelian adalah keputusan konsumen mengenai preferensi
atas merek- merek yang ada didalam kumpulan pilihan.
Menurut Schiffman dan Kanuk (2008: 485), keputusan adalah seleksi
terhadap dua pilihan alternatif atau lebih. dengan perkataan lain, pilihan
alternatif harus tersedia bagi seseorang ketika mengalami keputusan.
Menurut Kotler dan Amstrong (2008) keputusan pemeblian tentang
merek mana yang dibeli.
Proses keputusan pembelian merupakan proses psikologis dasar
memainkan peranan penting dalam memahami bagaimana konsumen
bener- benar membuat keputusan pembelian mereka. Beberapa periset
pemasaran telah mengembangkan model tingkat proses keputusan dalam
pembelian konsumen melalui lima tahap yaitu:
1. Pengenalan masalah
Proses pembelian dimulai ketika pembeli menyadari suatu
masalah atau kebutuhan yang dipicu oleh rangsangan internal atau
eksternal. Dengan rangsangan internal salah satu dari kebutuhan
normal seseorang. misal rasa lapar, haus, sex, naik ke tingkat
maksimum dan menjadi dorongan atau kebutuhan bisa timbul
akibat rangsangan eksternal. Pemasar juga harus mengidentifikasi
keadaan yang memicu kebutuhan tertentu dengan mengumpulkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
informasi dari sejumlah konsumen. Terutama untuk pembelian
fleksibel seperti barang-barang mewah, paket liburan, dan pilihan
hiburan,
konsumen
pemasar
mungkin
sehingga
harus
pembelian
meningkatkan
potensial
motivasi
mendapatkan
pertimbangan serius.
2. Pencarian Informasi
Ternyata konsumen sering mencari jumlah informasi terbatas,
survey meperlihatkan bahwa barang tahan lama, setengah dari
semua konsumen hanya melihat satu toko, dan hanya 30% yang
melihat lebih dari satu merek peralatan. Kita dapat membedakan
antara perhatian tajam, pada tingkat ini seseorang pencarian pada
tingkat rendah, informasi aktif yaitu tahap seseorang memasuki
tingkat pencarian baik mencari informasi dari pribadi, komersial,
publik, dan eksperimental. Jumlah dan pengaruh relatif dari
sumber-sumber ini bervariasi dengan kategori produk dan
kareteristik pembeli.
3. Evaluasi Alternatif
Evaluasi Alternatif yaitu bagaimana konsumen memproses
informasi merek kompetitif dan melakukan penilaian nilai akhir,
tidak ada proses tunggal yang dilakukan semua konsumen atau
oleh seorang konsumen dalam semua situasi pembelian. Ada
beberapa proses membentuk sebagaian penilaian secara sadar dan
rasional.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
4. Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian yaitu dalam tahap evaluasi konsumen
membentuk preferensi antar merek dalam kumpulan pilihan.
Konsumen mungkin juga membentuk maksud untuk membeli
merek paling disukai. Dalam melaksanakan maksud pembelian
konsumen dapat membentuk keputusan.
5. Perilaku Pasca pembelian
Perilaku pasca pembelian yaitu setelah pembelian konsumen
mungkin
mengalami
konflik
dikarenakan
melihat
fitur
mengkwatirkan tertentu atau mendengar hal yang menyenangkan
tentang merek lain dan waspada terhadap informasi yang
mendukung keputusannya. Komunikasi pemasaran seharusnya
memasok keyakinan dan evaluasi memperkuat pilihan konsumen
dan membantunya merasa nyaman dengan merek tersebut. dan
perilaku paska pembelian, jelas proses pembelian (Kotler dan
Keller 2009:214)
b. Pengambilan keputusan sebagai pemecahan masalah
Menurut Abdullah dan Tantri (2012:123) Dalam memperlakukan
pengambilan keputusan konsumen sebagai suatu pemecahan masalah
kita mengasumsikan bahwa konsumen memiliki sasaran (konsekuensi
yang diinginkan atau nilai dalam rantai arti- akhir) yang ingin dicapai
atau dipuaskan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
c. Proses Keputusan Pembelian
Para pemasar harus mendalami berbagai pengaruh tehadap pembeli
dan mengembangkan pemahaman mengenai bagaimana sebeneranya
para konsumen membuat keputusan pembelian mereka. Para pemasar
harus mengidentifikasi siapa yang membuat keputusan pembelian, jenis
keputuasan pembelian, dan langkah-langkah dalam proses pembelian.
1. Peran dalam pembelian
Bagi banyak produk tidaklah sukar mengidentifikasi pembelinya.
Kaum pria biasanya memilih sendiri peralatan cukur mereka, dan
kaum wanita memilih pakaian dalam mereka. Produk- produk lainya
melibatkan unit pengambilan keputusan yang meliputi lebih dari satu
orang. Jadi kita dapat membedakan lima peran yang dimainkan
orang dalam keputusan pembelian:
a) Pencetus ide: orang yang pertama kali mengusulkan untuk
membeli produk atau jasa tertentu.
b) Pemberi pengaruh: orang yang pandangan atau pendapatnya
mempengaruhi keputusan pembelian.
c) Pengambil keputusan: orang yang memutuskan setiap
komponen dalam keputusan pembelian: apakah membeli, apa
yang dibeli, bagaimana membeli, atau dimana membeli.
d) Pembeli : orang yang melakukan pembelian aktual
e) Pemakai: orang yang mengonsumsi atau menggunakan produk
atau jasa yang di beli.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
57
Perusahaan perlu mengidentifikasi peran-peran ini, Karena
berimplikasi pada perancangan produk, penentuan pesan-pesanan,
alokasi anggaran promosi.
2. Jenis-jenis perilaku pembelian
Pengambilan keputusan konsumen bervariasi sesuai dengan jenis
keputusan pembelian. Terdapat perbedaan yang besar antara
membeli pastagigi, raket tenis, komputer personal, dan mobil baru.
Pembelian yang kompleks dan mahal mungkin melibatkan lebih
banyak pertimbangan pembeli dan lebih banyak partisipan. Asset
membedakan empat jenis perilaku pembelian konsumen berdasarkan
tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan antara berbagai
merek.
a) Perilaku pembelian kompleks
Konsumen mempunyai perilaku pembelian kompleksjika
mereka sangat terlibat dalam suatu pembelian dan menyadari
adanya perbadaan signifikan antara berbagai merek.
b) Perilaku pembelian mengurangi ketidaksesuaian(disonansi)
Kadang- kadang konsumen sangat terlibat dalam suatu
pembelian tetapi tidak melihat banyak perbedaan dalam
merek. Keterlibatan yang tinggi ini sekali lagi berdasarkan
kenyataan bahwa pembelian tersebut bersifat mahal, jarang
dilakukan dan beresiko.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
c) Perilaku pembelian menurut kebiasaan
Banyak produk yang di beli dengan keterlibatan konsumen
yang rendah dan tidak ada perbedaan yang signifikan.
d) Perilaku pembelian mencari variasi
Beberapa situasi pembelian ditandari dengan terlibatan
konsumen
yang
rendah,
tetapi
perbedaan
mereknya
signifikan. dalam hal ini konsumen kerapkali melakukan
peralihan merek.
e) Meneliti proses keputusan pembelian
Perusahaan yang bijak akan meneliti proses keputusan
pembelian yang melibatkan kategori produk mereka. Mereka
akan menanyakan konsumen, kapan mereka pertama kali
mengenal kategori produk dan merek mereka, apa keyakinan
merek mereka, seberapa besar keterlibatan mereka dengan
produknya, bagaimana mereka membuat pilihan merek, dan
seberapa puas mereka setelah pembelian.
3. Tahap-tahap dalam proses keputusan pembelian
Gambar dibawah ini memperlihatkan suatu “model tahapan “dari
proses pembelian konsumen melalui lima tahap.
Gambar 2.3 Model Proses Keputusan Pembelian Lima Tahap
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
Model ini menyiratkan bahwa konsumen melalui semua dari
kelima tahap dalam membeli suatu produk. Namun, hal ini tidak
terjadi pada semua kasus, terutama dalam pembelian dengan
keterlibatan
rendah.
Konsumen
mungkin
melewatkan
atau
mengulangi tahap- tahap tertentu. (Abdullah dan Tantri 2012:123)
d. Struktur Keputusan membeli
Menurut Dharmmesta dan Handoko (2008:102) Keputusan untuk
membeli yang diambil oleh pembeli itu sebenarnya merupakan
kumpulan dari sejumlah keputusan. Setiap keputusan membeli
mempunyai suatu struktur sebanyak tujuh komponen. Diantaranya:
1. Keputusan tentang jenis produk
Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah
radio atau menggunakan uangnya untuk tujuan lain. Dalam hal
ini perusahaan harus memusatkan perhatiannya kepada orangorang yang berminat membeli radio serta alternatif lain yang
mereka pertimbangkan.
2. Keputusan tentang bentuk produk
Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli bentuk
radio tertentu. Keputusan tersebut menyangkut pula ukuran, mutu
suara, corak dan sebagainya. Dalam hal ini perusahaan harus
melakukan
riset
pemasaran
untuk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
mengetahui
kesukaan
60
konsumen
tentang
produk
bersangkutan
agar
dapat
memaksimumkan daya tarik mereknya.
3. Keputusan tentang merek
Konsumen harus mengambil keputusan tentang merek mana
yang akan dibeli. Setiap merek memiliki perbedaan-perbedaan
tersendiri. Dalam
hal
ini
perusahaan harus mengetahui
bagaimana konsumen memilih sebuah merek.
4. Keputusan tentang penjualnya
Konsumen harus mengambil keputusan di mana radio tersebut
akan dibeli, apakah pada toko serba ada, toko alat-alat listrik,
toko khusus radio, atau toko lain. Dalam hal ini,
produsen,
pedagang besar, dan pengecer harus mengetahui bagaimana
konsumen memilih pejual tertentu.
5. Keputusan tentang jumlah produk
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak
produk yang akan dibelinya pada suatu saat. Pembelian yang
dilakukan mungkin lebih dari satu unit. Dalam hal ini perusahaan
harus
mempersiapkan
banyaknya
produk
sesuai
dengan
keinginan yang berbeda- beda dari pada pembeli.
6. Keputusan tentang waktu pembeliaan
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang kapan ia harus
melakukan pembelian. Masalah ini akan menyangkut tersedianya
uang untuk membeli radio. Oleh karena itu perusahaan harus
http://digilib.mercubuana.ac.id/
61
mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi keputusan
konsumen dalam penentuan waktu pembelian. Dengan demikian
perusahaan dapat mengatur waktu produksi dan kegiatan
pemasarannya.
7. Keputusan tentang cara pembayaran
Konsumen harus mengambil keputusan tentang metode atau cara
pembayaran produk yang dibeli, apakah secara tunai atau dengan
cicilan. Keputusan tersebut akan mempengaruhi keputusan
tentang penjual dan jumlah pembeliannya. Dalam hal ini
perusahaan
harus
mengetahui
keinginan
pembayarannya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
terhadap
cara
62
B.
Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Peneliti Sebelumnya dari jurnal
No
1
Peneliti
Retor Truly Sisilya,
(2014)
2
Wibisono
Soediono, (2016)
3
Ugik Oktavianto,
(2011)
4
Dewi Urip
Wahyuni,
(2008)
Judul Penelitian
Analisis
motivasi,
persepsi, pembelajaran,
keyakinan dan sikap
terhadap
keputusan
pembelian
pada
PT.Conbloc Indonesia
surya manado.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan
Motivasi, Persepsi, Pembelajaran, Keyakinan
dan
Sikap bepengaruh terhadap
Keputusan Pembelian Paving
Block pada PT. Conbloc Indonesia Surya
Cabang Manado.Variabel yang dominan
berpengaruh adalah Sikap konsumen
terhadap keputusan pembelian
Pengaruh
motivasi Motivasi, persepsi dan sikap berpengaruh
konsumen dan sikap terhadap keputusan pembelian kembali.
konsumen
terhadap
keputusan pembelian
kembali smartphone
Pengaruh
motivasi, motivasi,
pembelajaran,
dan
sikap
pembelajaran,
dan berpengaruh signifikan terhadap keputusan
sikap
terhadap pembelian. Variabel motivasi, pembelajaran,
keputusan pembelian dan
sikap
secara
simultan mampu
sepeda motor Honda menjelaskan variabel keputusan pembelian
(studi pada konsumen sebesar 68,7%, selebihnya sebesar 31,3%
sepeda motor Honda di jelaskan oleh variabel lain yang tidak
dikalangan mahasiswa dibahas dalam penelitian ini. Namun
psokologis universitas ketika secara bersama-sama, variabel
negri malang)
motivasi yang lebih berpengaruh terhadap
keputusan pembelian dari pada pembelajaran
dan sikap
Influence
of Dari hasil penelitian diketahui bahwa motivasi,
motivation, perception persepsi, sikap konsumen berpengaruh secara
and consumer asttitude positif dan signifikan terhadap keputusan
of decision puchase of pembelian sepeda motor merek Honda.
motorcycle
brand Manfaat penelitian ini dapat dipakai sebagai
honda in west surabaya informasi dalam usaha untuk meningkatkan
volume penjualan melalui perilaku konsumen.
zone.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
63
No
5
6
Peneliti
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
Hee Yeon Kim and Consumer
purchase Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Jae-Eun Chung,
intention for organic kesadaran lingkungan dan kesadaran
(2011)
personal care products. penampilan secara positif mempengaruhi
sikap terhadap pembelian produk perawatan
pribadi organik. Penambahan pengalaman
masa lalu sebagai prediktor niat beli dan
kontrol perilaku yang dirasakan sebagai
moderator
hubungan
niat
beli-niat
menghasilkan perbaikan pada model TPB.
Implikasi Praktis - Studi ini menunjukkan
bahwa pengecer dapat mengembangkan
strategi pemasaran yang efektif yang
menekankan pada kecantikan ekologis,
keamanan produk, dan harga terjangkau
untuk meningkatkan niat konsumen untuk
membeli produk perawatan pribadi organik.
Bahri,
shandir Perception
and Studi tersebut menunjukkan pengaruh
sharma, & aymen motivation to purchase persepsi dan motivasi terhadap perilaku
dekhli,
organic products in pembelian konsumen yang berniat membeli
(2015)
Mediterranean
produk organik. Penulis menggunakan
countries: An empirical pemodelan persamaan struktural untuk
study in
Tunisian mengkonfirmasi hubungan yang berbeda.
context
Keinginan beli, implikasi dan motivasi
(masalah kesehatan dan lingkungan)
memiliki efek langsung dan positif yang kuat
terhadap perilaku pembelian produk organik.
Namun, hubungan antara motivasi dan sikap,
terhadap perilaku pembelian tidak signifikan.
Perusahaan dapat mengadopsi strategi hijau
yang efisien yang memungkinkannya
memastikan segmentasi yang baik dan posisi
terbaik dibandingkan produk konvensional.
Pemasar Tunisia harus fokus pada faktorfaktor
yang
mempengaruhi
perilaku
konsumen Tunisia.
Sumber : diolah dari berbagai referensi (dalam junal)
C.
Hubungan antar Variabel
1. Hubungan Variabel motivasi dengan Keputusan pembelian
Motivasi yang ada pada seseorang (konsumen) akan mewujudkan suatu
tingkah laku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan. Jadi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
64
motivasi bukanlah sesuatu yang dapat diamati, tetapi adalah hal yang dapat
disimpulkan.tiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang itu didorong oleh
sesuatu kekuatan dalam dalam diri orang tersebeut, kekuatan pendorong
inilah yang disebut motivasi. (dalam jurnal Nugroho 2013:22-23)
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
HI= motivasi konsumen berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
2. Hubungan variabel pembelajaran dengan keputusan pembelian
Pembelajaran merupakan proses, artinya terus menerus berkembang dan
berubah karena adanya pengetahuan yang baru diperoleh (yang mungkin
didapat dari membaca, dari diskusi, dari pengalaman, dan dari proses
berpikir) atau dari pengalaman yang dialami sendiri. Baik pengetahuan yang
baru diperoleh maupun pengalaman pribadi berlaku sebagai umpan balik
bagi individu dan memberikan dasar bagi perilaku yang akan dating dalam
situasi yang sama (Schiffman dan Kanuk, 2008:179)
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
H2= pembelajaran konsumen secara persial berpengaruh terhadap
keputusan pembelian nasabah Asuransi Kerugian terutama Asuransi
Kendaraan Bermotor di PT asuransi Central Asia Cabang Puri Indah
Jakarta Barat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
65
3. Hubungan variabel sikap dengan keputusan pembelian
Dalam jurnal Sujoko (2007) yang menganalisis faktor- faktor yang
mempengaruhi keputusan pemakaian jasa warnet di Kota Jember.
Berdasarkan metode analisis yang dipakai, didapat hasil akhir penelitian ini
yang menyimpulkan bahwa sikap konsumen merupakan salah satu faktor
yang berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian.Berdasarkan uraian
yang telah dipaparkan maka dapatdisimpulkan suatu hipotesis sebagai
berikut:
H3: Sikap konsumen berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
D.
Rerangka Konseptual
MOTIVASI
(XI)
H1
PEMBELAJARAN
H2
(X2)
H3
SIKAP
(X3)
Gambar 2.4 Rerangka konseptual
http://digilib.mercubuana.ac.id/
KEPUTUSAN
PEMBELIAN
(Y)
66
E.
Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara (probabilistic) dari perumusan
masalah yang harus diuji kebenarannya.
Berdasarkan tinjauan pustaka dan perumusan masalah yang telah dikemukan
diawal, maka peneliti mencoba untuk merumuskan hipotesis yang merupakan
kesimpulan sementara dari penelitian sebagai berikut:
H1 : motivasi memiliki pengaruh terhadap keputusna pembelian Nasabah
Asuransi Kerugian terutama Polis Asuransi Kendaraan Bermotor di PT
Asuransi Central Asia
H2 : pembelajaran memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian Nasabah
membeli Polis Asuransi Kerugian Terutama Asuransi Kendaraan Bermotor
di PT Asuransi Central Asia.
H3 : sikap memiliki pengaruh Pada keputusan pembelian untuk membeli Polis
Asuransi Kerugian terutama Asuransi Kendaraan Bermotor di PT Asuransi
Central Asia.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download