BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1.1 Pengertian Bank Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting dalam perekonomian terutama dalam sistem pembayaran moneter. Secara umum bank didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya menghimpun dana dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Mengacu pada Kasmir (2007) pengertian bank secara sederhana dapat diartikan sebagai: “Lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.” Sedangkan pengertian lembaga keuangan adalah: “Setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan dimana kegiatannya baik hanya menghimpun dana, atau hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya menghimpun dan menyalurkan dana.” Pengertian bank menurut Undang - undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan pada pasal 1 sebagai berikut “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk - bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.” Menurut PSAK No. 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan memberikan definisi sebagai berikut “Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana serta lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran” Bank konvensional juga mempunyai definisi menurut Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah. “Bank Konvensional adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat”. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dijelaskan bahwa bank merupakan perusahaan yang 9 bergerak di bidang keuangan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan utama yaitu : a. Menghimpun dana (funding) b. Menyalurkan dana (lending) c. Memberikan jasa bank lainnya (services) 2.1.2 Fungsi Bank Menurut Susilo dkk (2000:6), secara umum fungsi bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik fungsi bank sebagai berikut : 1. Agent of Trust Kepercayaan merupakan suatu dasar utama kegiatan perbankan baik dalam hal menghimpun dana maupun penyetor dana. Dalam hal ini masyarakat akan menitipkan dananya di bank apabila dilandasi unsur kepercayaan. Pihak bank juga akan menempatkan dan menyalurkan dananya kepada debitur atau masyarakat, jika dilandasi dengan unsur kepercayaan. 2. Agent of Development Tugas bank sebagai penghimpun dan penyalur dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan ekonomi di sektor riil, kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi selalu berkaitan dengan penggunaan uang. Dimana kegiatan tersebut merupakan kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat. 3. Agent of Service Disamping kegiatan penghimpun dan penyaluran dana bank juga memberikan penawaran-penawaran atas jasa-jasa perbankan yang lain pada masyarakat. Jasa-jasa yang diberikan bank erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa-jasa bank diantaranya adalah jasa pengiriman 10 uang, jasa penitipan barang berharga, jasa pemberian jaminan bank, dan jasa penyelesaian penagihan. 2.1.3 Jenis-Jenis Bank Menurut Lukman 2003 : 26, jenis perbankan dibedakan menjadi 4 (empat), yaitu : 1. Dilihat dari segi fungsinya, dibagi menjadi a. Bank Umum Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. b. Bank Perkreditan Rakyat Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, tetapi tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 2. Dilihat dari segi kepemilikan, dibagi menjadi : a. Bank Milik Negara (BUMN) Bank yang akte pendirian maupun modal bank sepenuhnya dimiliki oleh Pemerintah Indonesia, sehingga seluruh keuntungan bank dimiliki oleh pemerintah. b. Bank Milik Pemerintah Daerah (BUMD) Bank yang akte pendirian maupun modal bank sepenuhnya dimiliki oleh Pemerintah Paerah, sehingga keuntungan bank dimiliki oleh Pemerintah Daerah. c. Bank Milik Koperasi Merupakan bank yang sahamnya dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi. d. Bank Milik Swasta Nasional Merupakan bank yang seluruh atau sebagaian besar sahamnya dimiliki oleh Swasta Nasional, akte pendiriannya didirikan oleh swasta dan pembagian penuh untuk keuntungan swasta pula. 11 e. Bank Milik Asing Merupakan cabang dari bank yang ada di Luar Negeri baik milik swasta asing atau pemerintah asing. f. Bank Milik Campuran Merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. 3. Dilihat dari segi status, dibagi menjadi a. Bank Devisa Bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar negeri atau yangberhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan. b. Bank Non Deevisa Bank yang belum mempunyai izin untuk melakukan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti bank devisa. 4. Dilihat dari segi penentuan harga, dibagi menjadi : a. Bank Konvensional Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada nasabahnya menggunakan metode penetapan bunga, sebagai harga untuk produk simpanan demikian juga dengan produk pinjamannya. Penentuan harga seperti ini disebut spreaa based. Sedangkan untuk jasa bank lainnya menerapkan biaya dengan nominal atau presentase tertentu. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based. b. Bank Berdasarkan Prinsip Syariah Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga berdasarkan prinsip syariah adalah pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), prinsip penyertaan modal (musyarokah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), pembiayaan barang modal berdasrkan sewa murni tanpa pilihan(ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atau barang yang disewa dari pihak bank kepada pihak penyewa (ijarah wa igtina). Sedangkan penentuan harga biaya jasa bank lainnya juga sesuai dengan prinsip syariah islam, sebagai dasar hukumnya adalah Al-Qur’an dan sunnah Rosul. 12 2.1.4 Pengertian Bank Syariah Secara umum definisi bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip- prinsip syariah Islam, maksudnya adalah bank yang dalam operasinya mengikuti ketentuan - ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara islam. Berdasarkan Undang - undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah mendefinisikan bahwa: “Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya” Bank syariah mempunyai definisi menurut Undang - undang 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah pada pasal 1 ayat (7) yakni:“Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenis terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah” Sedangkan definisi bank syariah menurut Bank Indonesia menyatakan bahwa: “Bank Syariah adalah bank yang menggunakan sistem dan operasi perbankan berdasarkan prinsip syariah islam, yaitu mengikuti tata cara berusaha dan perjanjian berusaha yang dituntun oleh Al-quran dan Al-hadist, dan mengikuti tata cara berusaha dan perjanjian berusaha yang tidak dilarang oleh Al-quran dan Al-hadist” Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah. Bank syariah dalam pelaksanaan kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana terhadap bank syariah di Indonesia tunduk pada ketentuan peraturan perundang - undangan mengenai perbankan di Indonesia. Hadist Nabi SAW. Muhammad Syafi’I Antonio dan Purwaatmadja membedakan menjadi dua pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam. Bank Islam adalah Bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam dan Bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Quran dan Hadist. Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah Islam adalah bank yang dalam beroperasinya mengikuti ketentuanketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam. 13 Pada dasarnya prinsip Bank Syariah menghendaki semua dana yang diperoleh dalam sistem perbankan syariah dikelola dengan integritas tinggi dan sangat hati-hati. a. Shiddiq, memastikan bahwa pengelolaan bank syariah dilakukan dengan moralitas yang menjunjung tinggi nilai kejujuran. Dengan nilai ini pengelolaan diperkenankan (halal) serta menjauhi cara-cara yang meragukan (subhaat) terlebih lagi yang bersifat di larang (haram). b. Tabligh, secara berkesinambungan melakukan sosialisasi dan mengedukasi masyarakat mengenai prinsip-prinsip, produk dan jasa perbankan syariah. Dalam melakukan sosialisasi sebaiknya tidak hanya mengedepankan pemenuhan prinsip syariah semata, tetapi juga harus mampu mengedukasi masyarakat mengenai manfaat bagi pengguna jasa perbankan syariah. c. Amanat, menjaga dengan ketat prinsip kehati-hatian dan kejujuran dalam mengelola dana yang diperoleh dari pemilik dana (shahibul maal) sehingga timbul rasa saling percaya antara pemilik dana dan pihak pengelola dana investasi (mudharib). d. Fathanah, memastikan bahwa pengelolaaan bank dilakukan secara profesional dan kompetitif sehingga menghasilkan keuntungan maksimum dalam tingkat resiko yang ditetapkan oleh bank. Termasuk di dalamnya adalah pelayanan yang penuh dengan kecermatan dan kesantunan (ri’ayah) serta penuh rasa tanggung jawab (mas’uliyah). 2.1.5 Fungsi Bank Syariah Fungsi bank syariah dalam paradigma akuntansi Islam, secara garis besar terdiri atas 4 fungsi utama, hal ini termuat dalam buku “bank syariah dari teori ke praktik” karangan Muhamad Syafi’i Antonio, yaitu fungsi bank syariah sebagai manajemen investasi, fungsi bank syariah sebagai investasi, fungsi bank syariah sebagai jasa-jasa keuangan, dan fungsi bank syariah sebagai jasa sosial. 1. Fungsi bank syariah sebagai Manajemen investasi Bank-bank syariah dapat melaksanakan fungsi ini berdasarkan kontrak mudharabah atau kontrak perwakilan.Menurut kontrak mudharabah, bank (dalam kapasitasnya sebagai mudharib, yaitu pihak yang melaksanakan investasi dana dari 14 peihak lain) menerima presentase keuntungan hanya dalam kasus untung. Dalam ha terjadi kerugian, sepenuhnya menjadi risiko dana (shahibu mal), sedangkan bank tidak ikut menanggungnya. 2. Fungsi bank syariah sebagai Investasi Bank-bank syariah menginvestasikan dana yang ditempatkan pada dunia usaha (baik dana modal maupun dana rekening investasi) dengan menggunakan aat-alat investasi yang konsisten denagan syariah. Di antara contohnya adalah kontrak murabahah, musyarakah, bai’ as-salam, bai’ al-istisna’, ijarah, dan lain-lain.Rekening investasi menjadi dua yakni rekening investasi tidak terbatas dan terbatas. a. Rekening investasi tidak terbatas (general investment) Pemegang rekening jenis ini memberi wewenang kepada bank syariah unutk menginvestasika dananya dengan cara yang dianggap paling baik dan feasible, tanpa menerapakan pembatasan jenis, waktu, dan bidang usaha investasi. b. Rekening investasi terbatas Pemegang rekening jenis ini menerapkan pembatasan tertentu dalam hal jenis, bidang usaha, dan waktu bank menginvestasikan dananya. 3. Fungsi bank syariah sebagai Jasa keuangan Bank syariah dapat juga menawarkan berbagai jasa keuangan lainnya berdasakan wupah (fee based) dalam sebuah kontrak perwakilan atau penyewaan.Contohnya, garansi, transfer kawat, L/C, dan sebagainya. 4. Fungsi bank syariah sebagai Jasa social Konsep perbankan islam/syariah mengharuskan bank islam melaksanakan jasa sosial, bisa melalui dana qardh (pinjaman kebaikan), zakat, atau dana sosial yang sesuai dengan ajaran Islam. Konsep perbankan syariah juga mengharuskan bank syariah memainkan peran dalam pengembangan sumber daya insani dan menyumbang dana bagi pemeliharaan serta pengembangan lingkungan hidup. 15 2.1.6 Tujuan Bank Syariah Bank syariah mempunyai beberapa tujuan di antaranya sebagai berikut (Heri Sudarsono, P:45) : 1. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk ber-muamalat secara Islam, khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis usaha/perdangan lain yang mengandung unsur gharar (tipuan), dimana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang islam, juga telah menimbulkan dampak negative terhadap kehidupan ekonomi rakyat. 2. Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan jalan meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana. 3. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang berusaha yang lebih besar terutama kelompok miskin, yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya kemandirian usaha. 4. Upaya menanggulangi masalah kemiskinan, yang pada umumnya merupakan program utama dari negara-negara yang sedang berkembang. Upaya bank syariah di dalam mengentaskan kemiskinan ini berupa pembinaan nasabah yang lebih menonjol sifat kebersamaan dari siklus usaha yang lengkap seperti program pembinaan pengusaha produsen, pedagang perantara, pembinaan konsumen. 5. Untuk menjaga stabiitas ekonomi dan moneter. Dengan aktivitas bank syariah akan mampu menghindari pemanasan ekonomi yang diakibatkan adanya inflasi, menghindari persaingan yang tidak sehat. 6. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank non-syariah. 2.1.7 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional Bank berdasarkan prinsip syariah atau bank syariah, seperti halnya bank konvensional yaitu mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana - dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Bedanya hanyalah bahwa bank syariah melakukan kegiatan usahanya tidak berdasarkan bunga atau bebas bunga tetapi berdasarkan prinsip bagi hasil. 16 Seperti juga bank konvensional, selain memberikan jasa - jasa lain atau fasilitas pembiayaan, bank syariah juga memberikan jasa - jasa lain seperti kiriman uang, jaminan bank, dan jasa - jasa lain yang biasa nya diberikan oleh bank konvensional. Berikut ini perbedaan bank konvensional dan bank syariah dari Sudarsono (2004), yang disajikan kedalam bentuk tabel: Tabel 2.1.1 Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah No Perbedaan 1. Filsafah Bank konvensional Bank Syariah Berdasarkan bunga Tidak berdasarkan bunga, spekulasi , dan ketidakjelasan 2. Operasionalisasi • Dana masyarakat • berupa simpan pinjam masyarakat yang titipan harus bunganya dibayar pada saat yang jatuh tempo yang halal investasi baru akan hasil jika”diusahakan” terlebih dahulu. menguntungkan aspek dan berupa mendapatkan • Penyaluran pada sector 3. Aspek Sosial Dana tidak • Penyaluran menjadi pertimbangan pada usaha yang halal utama. dan menguntungkan Tidak diketahui secara Dinyatakan secara eksplisit tegas dan tegas yang tertuang dalam misi dan visi. 4. Organisasi Tidak memiliki dewan Harus pengawas syariah memiliki dewan syariah Sumber: Sudarsono Heri (2004) 2.1.8 Produk dan Jasa Perbankan Syariah Menurut Karim, pada dasarnya produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu: 17 1. Produk penyaluran Dana (financing) Bank syariah menyalurkan dananya kepada nasabah secara garis besar dengan produk pembiayaan syariah, dimana ketentuan ini tentunya berbeda dengan pembiayaan atau biasa disebut pemberian kredit pada bank konvensional. Hal yang membedakan disini adalah sistem bunga pada bank konvensional dan sistem bagi hasil pada bank syariah. 2. Produk Penghimpunan Dana (Funding) Penghimpunan dana pada bank syariah dapat berupa giro, tabungan, dan deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip Wadi’ah (diterapkan pada produk giro) dan Mudharabah (diaplikasikan pada penyimpanan atau deposan yang bertindak sebagai pemilik modal dan bank sebagai pengelola) 3. Produk jasa (service) Bank syariah dapat melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada nasabah dengan mendapatkan imbalan berupa sewa atau keuntungan. Jasa perbankan tersebut antara lain adalah Sharf (jual beli valuta asing) dan Ijarah (sewa) seperti penyewaan barang, mesin-mesin, barang yang telah dimiliki oleh bank maupun barang yang diperoleh dengan menyewa dari pihak lain. 2.1.9 Pembiayaan Syariah Di dalam perbankan syariah, istilah kredit tidak dikenal karena bank syariah memiliki skema yang berbeda dengan bank konvensional dalam menyalurkan dananya kepada pihak yang membutuhkan. Bank syariah menyalurkan dananya kepada nasabah dalam bentuk pembiayaan. Dalam melaksanakan kegiatannya untuk menyalurkan dana kepada nasabahnya, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi menjadi 4(empat) kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, (Heri Sudarsono. P:70) yaitu: 1. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli 18 Ditujukan untuk memiliki barang serta tingkat keuntungan bank telah ditentukan diawal dan menjadi bagian harga atas barang atau jasa yang dijual. Produk yang termsauk kedalam katagori ini adalah produk yang menggunakan prinsip jual beli seperti: a. Al-Murabahah Murabahah adalah jual-beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan nasabah. Dalam transaksi murabahah ini bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah bertindak sebagai pembeli dimana pada awal transaksi bank telah menyebutkan jumlah keuntungannya. Harga jual ygditawarkan oleh bank adalah harga beli dari pemasok ditambah keuntungan (margin). - landasan hukum : Al-Quran : Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba (Qs. Al-baqarah (2):275) b. As-Salam Definisi salam ialah akad pesanan barang yang disebutkan sifat-sifatnya, yang dalam majelis itu pemesan barang menyerahkan uang seharga barang pesanan, yang barang pesanan memjadi tanggungan penerima pesanan. Transaksi jual beli di mana barang yang diperjual belikan belum ada. Oleh karena itu barang diserahkan secara tangguh sedangkan pembayaran dilakukan secara tunai. Dalam transaksi ini bank bertindak sebagai pembeli dan nasabah sebagai penjual serta segala ketentuan yang berhubungan dengan transaksi ini harus telah ditentukan secara pasti. - landasan hukum : Al-Quran : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya (QS. Al-baqarah (2):283). c. Al-Istishna Transaksi jual beli ini menyerupai produk Salam namun dalam transaksi Istishna pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali 19 pembayaran, umumnya skim ini diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi. 2. Pembiayaan dengan prinsip sewa (Ijarah) Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyyah) atas barang itu sendiri. Ijarah berarti lease contract dan juga hire contract. Dalam konteks perbankan syariah, ijarah adalah lease contract dimana suatu bank atau lembaga keuangan menyewakan peralatan (equipment) kepada salah satu nasabahnya berdasarkan pembebanan biaya yang sudah ditentukan secara pasti sebelumnya. - landasan hukum : Al-Quran : Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertawaklah kamu kepada Allah dan ketahuilah Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Baqarah (2):233). 3. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil Ditujukan untuk penggunaan usaha kerja sama yang digunakan guna mendapatkan barang dan jasa sekaligus. Pada prinsip ini keuntungan ataupun kerugian yang didapat harus ditanggung secara bersama-sama baik dari pihak bank maupun nasabah. Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil, yaitu: 1. Al-Musyarakah Transaksi ini dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai asset yag mereka miliki secara bersama-sama. Ketentuan umum musyarakah adalah semua modal disatukan untuk dijadikan sebuah proyek dan dikelola secara bersama-sama. Musyarakah ada dua jenis, yaitu musyarakah pemilikan dan musyarakah akad (kontrak). Musyarakah pemilikan tercipta karena warisan wasiat atau kondisi lainnya yang berakibat pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih. Sedangkan musyarakah akad tercipta dengan kesepakatan di mana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap 20 orang dari mereka memberikan modal musyarakah dan berbagi keuntungan dan kerugian. - landasan hukum : Al-Quran : Maka mereka berserikat pada sepertiga (QS. An-Nisaa (4);12) 2. Al-Mudharabah Mudharabah berasal dari kata adhdharbu fil ardhi, yaitu bepergian untuk urusan dagang. Transaksi ini merupakan bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola dengan suatu perjanjian keuntungan.Hal ini didasari tingkat kepercayaan yang tinggi kepada pihak pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pomilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian sipengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian sipengelola, sipengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. - landasan hukum : Al-Quran : Dan jika dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT (QS. Al-Muzzamil (73):20). 4. Akad pelengkap Ditujukan untuk memperlancar pembiayaan menggunakan tiga prinsip diatas. Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan namun untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan. Terdapat 5 (lima) macam akad pelengkap, yaitu al-Hiwalah (alih hutang-piutang), Rahn (gadai), Qardh (pinjaman uang), Wakalah (perwakilan), Kafalah (Garansi bank). Di dalam melaksanakan pembiayaan syariah, terdapat lima segi religious yaitu aturan dan norma-norma Islam yang berkedudukan kuat dalam literaturdan harus diterapkan dalam perilaku investasi. Algoud dan Lewis (2007) menyebutkan lima segi tersebut, yaitu: 1. Tidak ada transaksi keuangan berbasis bunga (riba). 2. Pengenalan pajak religious atau pemberian sedekah (zakat). 3. Pelanggaran produksi barang dan jasa yang bertentangan dengan sistem nilai islam (haram). 21 4. Penghindaran aktivitas ekonomi yang melibatkan masyir (judi) dan gharar (ketidakpastian). 5. Penyediaan takaful (Asuransi Islam). 2.1.10 Pengertian Murabahah Kata murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan). Sehingga murabahah berarti saling menguntungkan. Secara sederhanan murabahah berarti jual beli barang ditambah keuntungan yang disepakati. Jual beli secara murabahah adalah pembiayaan yang saling menguntungkan yang dilakukan dengan pihak yang membutuhkan melalui transaksi jual beli dengan penjelasan bahwa harga pengadaan barang dan harga jual terdapat nilai lebih yang merupakan keuntungan atau laba dan pengembaliannya dilakukan secara tunai atau angsur. Jual beli murabahah adalah pembelian oleh satu pihak untuk kemudian dijual kepada pihak lain yang telah mengajukan permohonan pembelian terhadap suatu barang dengan keuntungan atau tambahan harga yang transparan. Atau singkatnya jual beli murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty contracts, karena dalam murabahah ditentukan berapa required rate profit-nya (keuntungan yang ingin diperoleh) (mardani:p.136). 2.1.11 Rukun Pembiayaan Murabahah Rukun dari akad murabahah yang harus dipenuhi dalam setiap transaksi ada beberapa yaitu: • Penjual (ba’i) adalah pihak yang memiliki barang untuk dijual,. • Pembeli (musytari) adalah pihak yang memerlukan dan akan membeli barang. (Dalam hal ini pihak harus memenuhi kriteria bahwa pihak tersebut cakap hukum, sukarela dalam pengertian tidak dalam keadaan dipaksa/terpaksa/di bawah tekanan) Objek akad, yaitu mabi’ (barang dagangan) dan tsaman (harga). Harga dalam hal ini pun sudah harus jelas berapa jumlahnya. Harga inilah yang akan ditambahkan margin oleh Bank Syariah yang akan disepakati 22 oleh pihak nasabah. Bank Syariah berperan sebagai pembeli dari pihak penjual. Objek tersebut berkriteria: - tidak termasuk yang diharamkan atau dilarang, bermanfaat penyerahannya dari penjual ke pembeli dapat dilakukan merupakan hak milik penuh pihak yang berakad sesuai spesifikasinya antara yang diserahkan penjual dengan yang diterima pembeli. Shighah, yaitu Ijab (serah) dan Qabul (terima). Akad harus jelas dan disebutkan secara spesifik dengan siapa berakad, antara ijab dan qabul harus selaras baik spesifikasi barang maupun harga dari objek tersebut, tidak menggantungkan pada klausul yang baru akan terjadi pada hal/kejadian yang akan datang. 2.1.12 Ketentuan Umum Murabahah dalam Bank Syari'ah 1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba. 2. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah Islam. 3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya. 4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba. 5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang. 6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah beserta biaya tambahan yang diperlukan, misal ongkos angkut barang. 7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu. 8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah. 9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang. 2.1.13 Pengertian Kredit dan Fungsi Kredit Kata kredit berasal dari bahasa Romawi “credere” yang artinya percaya. Sedangkan kredit menurut UUP 1967 pasal 1c adalah penyediaan uang atau 23 tagihantagihan berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain dalam hal mana pihak meminjam berkewajiban melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan. Kredit memiliki dua unsur pihak, yaitu kreditur (Bank) dan debitur (Nasabah) yang melakukan hubungan kerja sama yang saling menguntungkan. Di dalam perkreditan terdapat unsur-unsur yang harus ada, yaitu: kepercayaan, persetujuan, penyerahan barang, jasa atau uang, jangka waktu, unsur resiko, dan unsur keuntungan (bunga). Pemberian kredit tanpa analisis terlebih dahulu akan menyebabkan kerugian pada pihak bank. Kredit mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian. Secara garis besar, fungsi kredit didalam perekonomian, perdagangan,dan keuangan dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Kredit dapat meningkatkan utility(daya guna) dari modal/uang 2. Kredit meningkatkan utility (daya guna) suatu barang 3. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang 4. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat 5. Kredit sebagai alat stabilitas ekonomi 6. Kredit sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional 7. Kredit sebagai alat hubungan ekonomi internasional Menurut Kasmir, kredit memiliki fungsi yang sangat luas. Fungsi kredit adalah sebagai berikut : 1. Untuk meningkatkan daya guna uang 2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang 3. Untuk meningkatkan daya guna barang 4. Meningkatkanperedaran barang 5. Sebagaialatstabilitasekonomi 6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha 7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan 8. Untuk meningkatkan hubungan internasional 2.1.14 Pengertian KPR 24 KPR atau Kredit Kepemilikan Rumah merupakan salah satu jenis pelayanan kredit yang diberikan oleh bank kepada para nasabah yang menginginkan pinjaman khusus untuk memenuhi kebutuhan dalam pembangunan rumah atau renovasi rumah.KPR sendiri muncul karena adanya kebutuhan memiliki rumah yang semakin lama semakin tinggi tanpa diimbangi daya beli yang memadai oleh masyarakat. Seperti layaknya produk perbankan yang memiliki keanekaragaman jenis, KPR secara umum dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: 1) KPR Subsidi adalah suatu kredit yang diperuntukkan kepada masyarakat yang memiliki kemampuan ekonomi menengah ke bawah. Adapun bentuk dari subsidi ini telah diatur oleh pemerintah, sehingga tidak semua masyarakat dapat mengajukan kredit jenis ini. Secara umum batasan yang ditetapkan oleh pemerintah dalam memberikan subsidi adalah penghasilan pemohon dan maksimum kredit yang diberikan. 2) KPR non Subsidi adalah suatu KPR yang diperuntukkan bagi seluruh masyarakat tanpa adanya campur tangan pemerintah. Ketentuan KPR ditetapkan oleh bank itu sendiri sehingga penentuan besarnya suku bunga pada bank konvensional maupun margin pada bank syariah dilakukan sesuai dengan kebijakan bank yang bersangkutan. 2.1.15 Pengertian Suku Bunga Pengertian suku bunga menurut Sawaldjo Puspopranoto(2004:69-70), adalah: “Suku bunga merupakan salah satu variabel dalam perekonomian yangsenantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang luas. Iamempengaruhi keputusan seseorang atau rumah tangga dalam halmengkonsumsi,membeli rumah, membeli obligasi atau menaruhnya dalamrekening tabungan. Suku bunga juga mempengaruhi keputusan ekonomis bagi pengusaha atau pimpinan perusahaan apakah akan melakukan investasi padaproyek baru atau perluasan kapasitas.” Menurut Miller, RL dan Vanhoose, DD yang dikutip SawaldjoPuspopranoto (2004:69) menyatakan bahwa“Bunga adalah sejumlah dana, dinilai dalam uang, yang diterima si pemberi pinjaman (kreditor), sedangkan suku bunga adalah rasio dari bunga terhadap jumlah pinjaman.” Kasmir juga memberikan pendapatnya tentang pengertian bunga, Menurut Kasmir (2010:131) bunga adalah “ Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa 25 yang diberikan oleh bankyang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar oleh nasabah(yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).” Dari definisi-definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa suku bunga adalah harga yang dibayarkan atas peminjaman yang dilakukan sebagai biaya peminjaman tersebut. Bagi orang yang meminjam uang, bunga merupakan denda yang dibayar untuk mengkonsumsi penghasilan sebelum diterima. Bagi orang yang memberikan pinjaman, bunga merupakan imbalan karena menunda konsumsi sekarang hingga jatuh waktu dari piutang selama jangka waktu kredit. 2.1.16 Jenis-Jenis Bunga Dalam ekonomi, dikenal juga bunga perbankan.Pada suatu kasus ekonomi, kita sering mengalami kesulitan dalam mendapatkan modal. Salah satu alternatif yang tersedia adalah pinjaman ( hutang ). Dalam mencari pinjaman juga terdapat alternatif pilihan tersendiri. Hal ini umumnya didasarkan pada bunga yang ditawarkan. Berikut ini adalah jenis-jenis bunga dalam ekonomi : 1. Bunga Tetap (Fixed Interest) Dalam sistem ini, tingkat suku bunga akan berubah selama periode tertentu sesuai kesepakatan. Jika tingkat suku bunga pasar (market interest rate) berubah (naik atau turun), bank akan tetap konsisten pada suku bunga yang telah ditetapkan. Lembaga pembiayaan yang menerapkan sistem bunga tetap menetapkan jangka waktu kredit antara 1-5 tahun. Keuntungan bagi anda adalah jika suku bunga pasar naik, anda tidak akan terbebani bunga tambahan. Sebaliknya jika suku bunga pasar turun dan selisihnya lumayan besar, maka ada baiknya anda mempertimbangkan untuk melakukan refinancing.anda mesti menyelesaikan kredit lebih cepat dan mengganti dengan kontrak baru yang berbunga rendah (Pinjaman Tunai). 2. Bunga Mengambang (Floating Interest) Dalam sistem ini, tingkat suku bunga akan mengikuti naik-turunnya suku bunga pasar. Jika suku bunga pasar naik, maka bunga kredit anda juga akan ikut naik, demikian pula sebaliknya. Sistem bunga ini diterapkan untuk kredit jangka panjang, seperti kredit kepemilikan rumah, modal kerja, usaha dan investasi. 26 3. Bunga Flat (Flat Interest) Pada sistem bunga flat, jumlah pembayaran pokok dan bunga kredit besarnya sama setiap bulan. Bunga flat biasanya diperuntukkan untuk kredit jangka pendek. contoh, kredit mobil, kredit motor dan kredit tanpa agunan. Lihat Pinjaman Cepat dan Usaha Pinjaman. 4. Bunga Efektif (Effective Interest) Pada sistem ini, perhitungan beban bunga dihitung setiap akhir periode pembayaran angsuran berdasarkan saldo pokok. Beban bunga akan semakin menurun setiap bulan karena pokok utang juga berkurang seiring dengan cicilan. Jangan membandingkan sistem bunga flat dengan efektif hanya dari angkanya saja. Bunga flat 6% tidak sama dengan bunga efektif 6%. Besar bunga efektif biasanya 1,82 kali bunga flat.jadi, bunga flat 6% sama dengan bunga efektif 10,8%-12%. 5. Bunga Anuitas (Anuity Interest) Bunga anuitas boleh disetarakan dengan bunga efektif. Bedanya, ada rumus anuitas yang bisa menetapkan besarnya cicilan sama secara terus-menerus sepanjang waktu kredit. jika tingkat bunga berubah, angsuran akan menyesuaikan. 2.1.17 Perbedaan Jual Beli Murabahah dengan Bunga Tabel 2.1.2 Perbedaan Jual Beli Murabahah dengan Bunga No 1 Jual Beli Murabahah Barang sebagai objek, Bunga nasabah Uang sebagai objek, nasabah berutang berutang barang, bukan berutang uang uang. 2 Sektor moneter terkait dengan sector Sektor moneter dan riil terpisah, tidak riil, sehingga menyentuh langsung ada keharusan mengaitkan sektor sector riil. 3 moneter dan riil Mendorong percepatan arus barang, Tidak mendorong percepatan arus mendorong produktivitas dan barang, karena tidak mewajibkan entrepreneurship, yang pada adanya gilirannya meningkatkan produktivitas employment. barang, tidak yang mendorong pada menciptakan unemployement. 27 ahirnya 4 Pertukaran barang dengan uang. Pertukaran uang dengan uang. 5 Margin tidak berubah. Bunga berubah sesuai tingkat bunga. 6 Akad jual beli memenuhi rukun jual Tidak ada akad jual beli, tetapi beli. 7 Bila langsung sebagai komoditas. macet, tidak ada bunga Terjadi compound interest. berbunga. 8 Jika nasabah tidak mampu Denda/bunga. membayar tidak ada denda(QS albaqarah/2:283). 9 Jika nasabah dinilai mampu, tetapi Denda/bunga berbunga cenderung tidak membayar, dikenakan denda menzalimi eksploitasi, tidak mendidik untuk mendidik. Dananya untuk dan denga bunga menjadi pendapatan social, bukan pendapatan bank. 10 Terjadi pemindahan bank. kepemilikan, Tidak ada pemindahan kepemilikan. barang sekaligus menjadi jaminan. 11 Tidak membuka jalan spekulasi. Bunga membuka peluang/menjadi lahan spekulasi. 12 Sah, halal dan penuh berkah. Tidak sah, haram, dan jauh dari berkah serta mendapat laknat. 2.2 Metodologi Penelitian Dalam memperoleh data-data yang relevan penulis melakukan penelitian 1. Studi Pustaka Dimana mencari bahan-bahan yang digunakan sebagai referensi antara lain buku-buku, internet, dan sumber lainnya. 2. Studi Lapangan 28 Dimana mengumpulkan langsung data-data dari Bank Syariah dan Bank Konvensional. Pengumpulan data-data terdiri dari: a. Observasi Dengan mendatangi langsung dan mencari informasi ke pihak yang terkait di Bank BTN Syariah dan Bank BTN. b. Dokumentasi Dilakukan dengan cara mengumpulkan data serta seluruh dokumen yang berkaitan dengan topik, dalam hal ini data-data yang diperlukan yaitu data jumlah debitur, data suku bunga, data margin dan jumlah pencairan bank konvensional dan bank syariah tahun 2011 – 2013, atau dokumen lain yang berkaitan. c. Wawancara Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara menanyakan langsung kepada pihak-pihak yang berwenang terkait dengan topik skripsi penulis. 2.3 Pengembangan Hipotesis Hipotesis yang akan diuji dan dibuktikan dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh dari variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis yang dilakukan adalah pengujian hipotesis null (Ho) yang menyatakan bahwa koefisien korelasi tidak berarti atau tidak signifikan sedangkan hipotesis alternatif (Ha) menyatakan bahwa koefisien korelasinya berarti atau signifikan. Adapun perumusan Ho dan Ha adalah sebagai berikut : Secara parsial : 1. Analisis tingkat suku bunga kredit terhadap jumlah debitur Ho1 : Tingkat suku bunga kredit tidak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap jumlah debitur pembiayaan KPR 29 Ha1 : Tingkat suku bunga kredit berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap jumlah debitur pembiayaan KPR 2. Analisis tingkat suku bunga kredit terhadap jumlah pencairan Ho2 : Tingkat suku bunga kredit tidak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap jumlah pencairan pembiayaan KPR Ha2 : Tingkat suku bunga kredit berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap jumlah pencairan pembiayaan KPR Secara keseluruhan : 3. Analisis pengaruh tingkat suku bunga kredit terhadap jumlah debitur dan jumlah pencairan Ho3 : Tingkat suku bunga kredit tidak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap jumlah debitur dan jumlah pencairan pembiayaan KPR Ha3: Tingkat suku bunga kredit berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap jumlah debitur dan jumlah pencairan pembiayaan KPR Tabel 2.2 Rangkuman Hipotesis Penelitian HIPOTESIS Ho1 Tingkat suku bunga kredit tidak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap jumlah debitur pembiayaan KPR Ha1 Tingkat suku bunga kredit berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap jumlah debitur pembiayaan KPR Ho2 Tingkat suku bunga kredit tidak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap jumlah pencairan pembiayaan KPR Ha2 Tingkat suku bunga kredit berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap jumlah pencairan pembiayaan KPR 30 Ho3 Tingkat suku bunga kredit tidak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap jumlah debitur dan jumlah pencairan pembiayaan KPR Ha3 Tingkat suku bunga kredit berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap jumlah debitur dan jumlah pencairan pembiayaan KPR 31