BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1.1 Pengertian Bank
Bank
merupakan
lembaga
keuangan
yang
sangat
penting
dalam
perekonomian terutama dalam sistem pembayaran moneter. Secara umum bank
didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya menghimpun dana
dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.
Mengacu pada Kasmir (2007) pengertian bank secara sederhana dapat
diartikan sebagai: “Lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun
dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat
serta memberikan jasa bank lainnya.”
Sedangkan pengertian lembaga keuangan adalah: “Setiap perusahaan yang
bergerak di bidang keuangan dimana kegiatannya baik hanya menghimpun dana,
atau hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya menghimpun dan menyalurkan
dana.”
Pengertian bank menurut Undang - undang No. 7 Tahun 1992 tentang
perbankan pada pasal 1 sebagai berikut “Bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkan
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk - bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.”
Menurut PSAK No. 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan memberikan
definisi sebagai berikut “Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai
perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana serta lembaga
yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran”
Bank konvensional juga mempunyai definisi menurut Undang-undang No. 21
Tahun 2008 tentang perbankan syariah. “Bank Konvensional adalah bank yang
menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri
atas Bank Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat”. Berdasarkan
penjelasan di atas maka dapat dijelaskan bahwa bank merupakan perusahaan yang
9
bergerak di bidang keuangan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan
meliputi tiga kegiatan utama yaitu :
a.
Menghimpun dana (funding)
b.
Menyalurkan dana (lending)
c.
Memberikan jasa bank lainnya (services)
2.1.2 Fungsi Bank
Menurut Susilo dkk (2000:6), secara umum fungsi bank adalah menghimpun
dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat untuk berbagai
tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik fungsi bank sebagai
berikut :
1.
Agent of Trust
Kepercayaan merupakan suatu dasar utama kegiatan perbankan baik dalam hal
menghimpun dana maupun penyetor dana. Dalam hal ini masyarakat akan
menitipkan dananya di bank apabila dilandasi unsur kepercayaan. Pihak bank
juga akan menempatkan dan menyalurkan dananya kepada debitur atau
masyarakat, jika dilandasi dengan unsur kepercayaan.
2.
Agent of Development
Tugas bank sebagai penghimpun dan penyalur dana sangat diperlukan untuk
kelancaran kegiatan ekonomi di sektor riil, kegiatan bank tersebut
memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan juga
konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investasi, distribusi, dan
konsumsi selalu berkaitan dengan penggunaan uang. Dimana kegiatan tersebut
merupakan kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat.
3.
Agent of Service
Disamping kegiatan penghimpun dan penyaluran dana bank juga memberikan
penawaran-penawaran atas jasa-jasa perbankan yang lain pada masyarakat.
Jasa-jasa yang diberikan bank erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian
masyarakat secara umum. Jasa-jasa bank diantaranya adalah jasa pengiriman
10
uang, jasa penitipan barang berharga, jasa pemberian jaminan bank, dan jasa
penyelesaian penagihan.
2.1.3 Jenis-Jenis Bank
Menurut Lukman 2003 : 26, jenis perbankan dibedakan menjadi 4 (empat),
yaitu :
1.
Dilihat dari segi fungsinya, dibagi menjadi
a. Bank Umum
Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran.
b. Bank Perkreditan Rakyat
Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah, tetapi tidak memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran.
2.
Dilihat dari segi kepemilikan, dibagi menjadi :
a. Bank Milik Negara (BUMN)
Bank yang akte pendirian maupun modal bank sepenuhnya dimiliki oleh
Pemerintah Indonesia, sehingga seluruh keuntungan bank dimiliki oleh
pemerintah.
b. Bank Milik Pemerintah Daerah (BUMD)
Bank yang akte pendirian maupun modal bank sepenuhnya dimiliki oleh
Pemerintah Paerah, sehingga keuntungan bank dimiliki oleh Pemerintah
Daerah.
c. Bank Milik Koperasi
Merupakan bank yang sahamnya dimiliki oleh perusahaan yang berbadan
hukum koperasi.
d. Bank Milik Swasta Nasional
Merupakan bank yang seluruh atau sebagaian besar sahamnya dimiliki
oleh Swasta Nasional, akte pendiriannya didirikan oleh swasta dan
pembagian penuh untuk keuntungan swasta pula.
11
e. Bank Milik Asing
Merupakan cabang dari bank yang ada di Luar Negeri baik milik swasta
asing atau pemerintah asing.
f. Bank Milik Campuran
Merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing
dan pihak swasta nasional.
3.
Dilihat dari segi status, dibagi menjadi
a. Bank Devisa
Bank
yang
dapat
melaksanakan
transaksi
keluar
negeri
atau
yangberhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.
b. Bank Non Deevisa
Bank yang belum mempunyai izin untuk melakukan transaksi sebagai
bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti bank
devisa.
4.
Dilihat dari segi penentuan harga, dibagi menjadi :
a. Bank Konvensional
Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada nasabahnya
menggunakan metode penetapan bunga, sebagai harga untuk produk
simpanan demikian juga dengan produk pinjamannya. Penentuan harga
seperti ini disebut spreaa based. Sedangkan untuk jasa bank lainnya
menerapkan biaya dengan nominal atau presentase tertentu. Sistem
pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based.
b. Bank Berdasarkan Prinsip Syariah
Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga berdasarkan prinsip
syariah adalah pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah),
prinsip penyertaan modal (musyarokah), prinsip jual beli barang dengan
memperoleh keuntungan (murabahah), pembiayaan barang modal
berdasrkan sewa murni tanpa pilihan(ijarah), atau dengan adanya pilihan
pemindahan kepemilikan atau barang yang disewa dari pihak bank kepada
pihak penyewa (ijarah wa igtina). Sedangkan penentuan harga biaya jasa
bank lainnya juga sesuai dengan prinsip syariah islam, sebagai dasar
hukumnya adalah Al-Qur’an dan sunnah Rosul.
12
2.1.4 Pengertian Bank Syariah
Secara umum definisi bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan
prinsip- prinsip syariah Islam, maksudnya adalah bank yang dalam operasinya
mengikuti ketentuan - ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara
bermuamalah secara islam.
Berdasarkan Undang - undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan
syariah mendefinisikan bahwa: “Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang
menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya”
Bank syariah mempunyai definisi menurut Undang - undang 21 Tahun 2008
tentang perbankan syariah pada pasal 1 ayat (7) yakni:“Bank syariah adalah bank
yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenis
terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah” Sedangkan
definisi bank syariah menurut Bank Indonesia menyatakan bahwa: “Bank Syariah
adalah bank yang menggunakan sistem dan operasi perbankan berdasarkan prinsip
syariah islam, yaitu mengikuti tata cara berusaha dan perjanjian berusaha yang
dituntun oleh Al-quran dan Al-hadist, dan mengikuti tata cara berusaha dan perjanjian
berusaha yang tidak dilarang oleh Al-quran dan Al-hadist”
Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan
berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam
penetapan fatwa di bidang syariah. Bank syariah dalam pelaksanaan kegiatan
penghimpunan dana dan penyaluran dana terhadap bank syariah di Indonesia tunduk
pada ketentuan peraturan perundang - undangan mengenai perbankan di Indonesia.
Hadist
Nabi
SAW.
Muhammad
Syafi’I
Antonio
dan
Purwaatmadja
membedakan menjadi dua pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi
dengan prinsip syariah Islam. Bank Islam adalah Bank yang beroperasi dengan
prinsip syariah Islam dan Bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada
ketentuan-ketentuan Al-Quran dan Hadist. Bank yang beroperasi sesuai dengan
prinsip syariah Islam adalah bank yang dalam beroperasinya mengikuti ketentuanketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara
Islam.
13
Pada dasarnya prinsip Bank Syariah menghendaki semua dana yang diperoleh
dalam sistem perbankan syariah dikelola dengan integritas tinggi dan sangat hati-hati.
a. Shiddiq, memastikan bahwa pengelolaan bank syariah dilakukan dengan
moralitas yang menjunjung tinggi nilai kejujuran. Dengan nilai ini
pengelolaan diperkenankan (halal) serta menjauhi cara-cara yang meragukan
(subhaat) terlebih lagi yang bersifat di larang (haram).
b. Tabligh,
secara berkesinambungan melakukan sosialisasi dan mengedukasi
masyarakat mengenai prinsip-prinsip, produk dan jasa perbankan syariah.
Dalam melakukan sosialisasi sebaiknya tidak hanya mengedepankan
pemenuhan prinsip syariah semata, tetapi juga harus mampu mengedukasi
masyarakat mengenai manfaat bagi pengguna jasa perbankan syariah.
c. Amanat, menjaga dengan ketat prinsip kehati-hatian dan kejujuran dalam
mengelola dana yang diperoleh dari pemilik dana (shahibul maal) sehingga
timbul rasa saling percaya antara pemilik dana dan pihak pengelola dana
investasi (mudharib).
d. Fathanah, memastikan bahwa pengelolaaan bank dilakukan secara profesional
dan kompetitif sehingga menghasilkan keuntungan maksimum dalam tingkat
resiko yang ditetapkan oleh bank. Termasuk di dalamnya adalah pelayanan
yang penuh dengan kecermatan dan kesantunan (ri’ayah) serta penuh rasa
tanggung jawab (mas’uliyah).
2.1.5 Fungsi Bank Syariah
Fungsi bank syariah dalam paradigma akuntansi Islam, secara garis besar
terdiri atas 4 fungsi utama, hal ini termuat dalam buku “bank syariah dari teori ke
praktik” karangan Muhamad Syafi’i Antonio, yaitu fungsi bank syariah sebagai
manajemen investasi, fungsi bank syariah sebagai investasi, fungsi bank syariah
sebagai jasa-jasa keuangan, dan fungsi bank syariah sebagai jasa sosial.
1. Fungsi bank syariah sebagai Manajemen investasi
Bank-bank syariah dapat melaksanakan fungsi ini berdasarkan kontrak
mudharabah atau kontrak perwakilan.Menurut kontrak mudharabah, bank (dalam
kapasitasnya sebagai mudharib, yaitu pihak yang melaksanakan investasi dana dari
14
peihak lain) menerima presentase keuntungan hanya dalam kasus untung. Dalam ha
terjadi kerugian, sepenuhnya menjadi risiko dana (shahibu mal), sedangkan bank
tidak ikut menanggungnya.
2. Fungsi bank syariah sebagai Investasi
Bank-bank syariah menginvestasikan dana yang ditempatkan pada dunia usaha
(baik dana modal maupun dana rekening investasi) dengan menggunakan aat-alat
investasi yang konsisten denagan syariah. Di antara contohnya adalah kontrak
murabahah, musyarakah, bai’ as-salam, bai’ al-istisna’, ijarah, dan lain-lain.Rekening
investasi menjadi dua yakni rekening investasi tidak terbatas dan terbatas.
a. Rekening investasi tidak terbatas (general investment)
Pemegang rekening jenis ini memberi wewenang kepada bank syariah
unutk menginvestasika dananya dengan cara yang dianggap paling baik
dan feasible, tanpa menerapakan pembatasan jenis, waktu, dan bidang
usaha investasi.
b. Rekening investasi terbatas
Pemegang rekening jenis ini menerapkan pembatasan tertentu dalam hal
jenis, bidang usaha, dan waktu bank menginvestasikan dananya.
3. Fungsi bank syariah sebagai Jasa keuangan
Bank syariah dapat juga menawarkan berbagai jasa keuangan lainnya berdasakan
wupah (fee based) dalam sebuah kontrak perwakilan atau penyewaan.Contohnya,
garansi, transfer kawat, L/C, dan sebagainya.
4. Fungsi bank syariah sebagai Jasa social
Konsep perbankan islam/syariah mengharuskan bank islam melaksanakan jasa
sosial, bisa melalui dana qardh (pinjaman kebaikan), zakat, atau dana sosial yang
sesuai dengan ajaran Islam. Konsep perbankan syariah juga mengharuskan bank
syariah memainkan peran dalam pengembangan sumber daya insani dan
menyumbang dana bagi pemeliharaan serta pengembangan lingkungan hidup.
15
2.1.6 Tujuan Bank Syariah
Bank syariah mempunyai beberapa tujuan di antaranya sebagai berikut (Heri
Sudarsono, P:45) :
1. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk ber-muamalat secara Islam,
khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar dari
praktek-praktek riba atau jenis-jenis usaha/perdangan lain yang mengandung
unsur gharar (tipuan), dimana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang islam,
juga telah menimbulkan dampak negative terhadap kehidupan ekonomi rakyat.
2. Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan jalan meratakan
pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang
amat besar antara pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana.
3. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang
berusaha yang lebih besar terutama kelompok miskin, yang diarahkan kepada
kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya kemandirian usaha.
4. Upaya menanggulangi masalah kemiskinan, yang pada umumnya merupakan
program utama dari negara-negara yang sedang berkembang. Upaya bank
syariah di dalam mengentaskan kemiskinan ini berupa pembinaan nasabah
yang lebih menonjol sifat kebersamaan dari siklus usaha yang lengkap seperti
program pembinaan pengusaha produsen, pedagang perantara, pembinaan
konsumen.
5. Untuk menjaga stabiitas ekonomi dan moneter. Dengan aktivitas bank syariah
akan mampu menghindari pemanasan ekonomi yang diakibatkan adanya
inflasi, menghindari persaingan yang tidak sehat.
6. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank non-syariah.
2.1.7 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Bank berdasarkan prinsip syariah atau bank syariah, seperti halnya bank
konvensional yaitu mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali
dana - dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk fasilitas
pembiayaan. Bedanya hanyalah bahwa bank syariah melakukan kegiatan usahanya
tidak berdasarkan bunga atau bebas bunga tetapi berdasarkan prinsip bagi hasil.
16
Seperti juga bank konvensional, selain memberikan jasa - jasa lain atau fasilitas
pembiayaan, bank syariah juga memberikan jasa - jasa lain seperti kiriman uang,
jaminan bank, dan jasa - jasa lain yang biasa nya diberikan oleh bank konvensional.
Berikut ini perbedaan bank konvensional dan bank syariah dari Sudarsono
(2004), yang disajikan kedalam bentuk tabel:
Tabel 2.1.1
Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah
No
Perbedaan
1. Filsafah
Bank konvensional
Bank Syariah
Berdasarkan bunga
Tidak berdasarkan bunga,
spekulasi
,
dan
ketidakjelasan
2. Operasionalisasi
• Dana
masyarakat •
berupa simpan pinjam
masyarakat
yang
titipan
harus
bunganya
dibayar
pada
saat
yang
jatuh tempo
yang
halal
investasi
baru
akan
hasil
jika”diusahakan”
terlebih dahulu.
menguntungkan
aspek
dan
berupa
mendapatkan
• Penyaluran pada sector
3. Aspek Sosial
Dana
tidak •
Penyaluran
menjadi pertimbangan
pada usaha yang halal
utama.
dan menguntungkan
Tidak
diketahui
secara Dinyatakan secara eksplisit
tegas
dan tegas yang tertuang
dalam misi dan visi.
4. Organisasi
Tidak
memiliki
dewan Harus
pengawas syariah
memiliki
dewan
syariah
Sumber: Sudarsono Heri (2004)
2.1.8 Produk dan Jasa Perbankan Syariah
Menurut Karim, pada dasarnya produk yang ditawarkan oleh perbankan
syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu:
17
1. Produk penyaluran Dana (financing)
Bank syariah menyalurkan dananya kepada nasabah secara garis besar
dengan produk pembiayaan syariah, dimana ketentuan ini tentunya
berbeda dengan pembiayaan atau biasa disebut pemberian kredit pada
bank konvensional. Hal yang membedakan disini adalah sistem bunga
pada bank konvensional dan sistem bagi hasil pada bank syariah.
2. Produk Penghimpunan Dana (Funding)
Penghimpunan dana pada bank syariah dapat berupa giro, tabungan, dan
deposito.
Prinsip
operasional
syariah
yang
diterapkan
dalam
penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip Wadi’ah (diterapkan pada
produk giro) dan Mudharabah (diaplikasikan pada penyimpanan atau
deposan yang bertindak sebagai pemilik modal dan bank sebagai
pengelola)
3. Produk jasa (service)
Bank syariah dapat melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada
nasabah dengan mendapatkan imbalan berupa sewa atau keuntungan. Jasa
perbankan tersebut antara lain adalah Sharf (jual beli valuta asing) dan
Ijarah (sewa) seperti penyewaan barang, mesin-mesin, barang yang telah
dimiliki oleh bank maupun barang yang diperoleh dengan menyewa dari
pihak lain.
2.1.9 Pembiayaan Syariah
Di dalam perbankan syariah, istilah kredit tidak dikenal karena bank syariah
memiliki skema yang berbeda dengan bank konvensional dalam menyalurkan
dananya kepada pihak yang membutuhkan. Bank syariah menyalurkan dananya
kepada nasabah dalam bentuk pembiayaan.
Dalam
melaksanakan
kegiatannya
untuk
menyalurkan
dana
kepada
nasabahnya, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi menjadi 4(empat)
kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, (Heri Sudarsono. P:70)
yaitu:
1.
Pembiayaan dengan prinsip jual-beli
18
Ditujukan untuk memiliki barang serta tingkat keuntungan bank telah
ditentukan diawal dan menjadi bagian harga atas barang atau jasa yang dijual. Produk
yang termsauk kedalam katagori ini adalah produk yang menggunakan prinsip jual
beli seperti:
a. Al-Murabahah
Murabahah adalah jual-beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan nasabah. Dalam
transaksi murabahah ini bank bertindak sebagai penjual sementara
nasabah bertindak sebagai pembeli dimana pada awal transaksi bank telah
menyebutkan jumlah keuntungannya. Harga jual ygditawarkan oleh bank
adalah harga beli dari pemasok ditambah keuntungan (margin).
-
landasan hukum :
Al-Quran : Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba
(Qs. Al-baqarah (2):275)
b. As-Salam
Definisi salam ialah akad pesanan barang yang disebutkan sifat-sifatnya,
yang dalam majelis itu pemesan barang menyerahkan uang seharga barang
pesanan, yang barang pesanan memjadi tanggungan penerima pesanan.
Transaksi jual beli di mana barang yang diperjual belikan belum ada. Oleh
karena itu barang diserahkan secara tangguh sedangkan pembayaran dilakukan
secara tunai. Dalam transaksi ini bank bertindak sebagai pembeli dan nasabah
sebagai penjual serta segala ketentuan yang berhubungan dengan transaksi ini
harus telah ditentukan secara pasti.
-
landasan hukum :
Al-Quran : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya (QS. Al-baqarah (2):283).
c. Al-Istishna
Transaksi jual beli ini menyerupai produk Salam namun dalam transaksi
Istishna pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali
19
pembayaran, umumnya skim ini diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur
dan konstruksi.
2.
Pembiayaan dengan prinsip sewa (Ijarah)
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa, melalui
pembayaran
upah
sewa,
tanpa
diikuti
dengan
pemindahan
kepemilikan
(ownership/milkiyyah) atas barang itu sendiri. Ijarah berarti lease contract dan juga
hire contract. Dalam konteks perbankan syariah, ijarah adalah lease contract dimana
suatu bank atau lembaga keuangan menyewakan peralatan (equipment) kepada salah
satu nasabahnya berdasarkan pembebanan biaya yang sudah ditentukan secara pasti
sebelumnya.
-
landasan hukum :
Al-Quran : Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak
dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
Bertawaklah kamu kepada Allah dan ketahuilah Allah Maha melihat apa
yang kamu kerjakan (QS. Al-Baqarah (2):233).
3.
Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil
Ditujukan untuk penggunaan usaha kerja sama yang digunakan
guna
mendapatkan barang dan jasa sekaligus. Pada prinsip ini keuntungan ataupun
kerugian yang didapat harus ditanggung secara bersama-sama baik dari pihak bank
maupun nasabah. Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil,
yaitu:
1. Al-Musyarakah
Transaksi ini dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk
meningkatkan nilai asset yag mereka miliki secara bersama-sama. Ketentuan
umum musyarakah adalah semua modal disatukan untuk dijadikan sebuah
proyek dan dikelola secara bersama-sama. Musyarakah ada dua jenis, yaitu
musyarakah pemilikan dan musyarakah akad (kontrak). Musyarakah
pemilikan tercipta karena warisan wasiat atau kondisi lainnya yang berakibat
pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih. Sedangkan musyarakah akad
tercipta dengan kesepakatan di mana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap
20
orang dari mereka memberikan modal musyarakah dan berbagi keuntungan
dan kerugian.
-
landasan hukum :
Al-Quran : Maka mereka berserikat pada sepertiga (QS. An-Nisaa (4);12)
2. Al-Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata adhdharbu fil ardhi, yaitu bepergian untuk
urusan dagang. Transaksi ini merupakan bentuk kerjasama antara dua atau
lebih pihak di mana pemilik modal mempercayakan sejumlah modal kepada
pengelola dengan suatu perjanjian keuntungan.Hal ini didasari tingkat
kepercayaan yang tinggi kepada pihak pengelola. Keuntungan usaha secara
mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak,
sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pomilik modal selama kerugian itu
bukan akibat kelalaian sipengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan
karena kecurangan atau kelalaian sipengelola, sipengelola harus bertanggung
jawab atas kerugian tersebut.
-
landasan hukum :
Al-Quran : Dan jika dari orang-orang yang berjalan di muka bumi
mencari sebagian karunia Allah SWT (QS. Al-Muzzamil (73):20).
4.
Akad pelengkap
Ditujukan untuk memperlancar pembiayaan menggunakan tiga prinsip diatas.
Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan namun untuk
mempermudah pelaksanaan pembiayaan. Terdapat 5 (lima) macam akad pelengkap,
yaitu al-Hiwalah (alih hutang-piutang), Rahn (gadai), Qardh (pinjaman uang),
Wakalah (perwakilan), Kafalah (Garansi bank).
Di dalam melaksanakan pembiayaan syariah, terdapat lima segi religious yaitu
aturan dan norma-norma Islam yang berkedudukan kuat dalam literaturdan harus
diterapkan dalam perilaku investasi. Algoud dan Lewis (2007) menyebutkan lima segi
tersebut, yaitu:
1. Tidak ada transaksi keuangan berbasis bunga (riba).
2. Pengenalan pajak religious atau pemberian sedekah (zakat).
3. Pelanggaran produksi barang dan jasa yang bertentangan dengan sistem nilai islam
(haram).
21
4. Penghindaran aktivitas ekonomi yang melibatkan masyir (judi) dan gharar
(ketidakpastian).
5. Penyediaan takaful (Asuransi Islam).
2.1.10 Pengertian Murabahah
Kata murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan). Sehingga murabahah
berarti saling menguntungkan. Secara sederhanan murabahah berarti jual beli barang
ditambah keuntungan yang disepakati. Jual beli secara murabahah adalah pembiayaan
yang saling menguntungkan yang dilakukan dengan pihak yang membutuhkan
melalui transaksi jual beli dengan penjelasan bahwa harga pengadaan barang dan
harga jual terdapat nilai lebih yang merupakan keuntungan atau laba dan
pengembaliannya dilakukan secara tunai atau angsur.
Jual beli murabahah adalah pembelian oleh satu pihak untuk kemudian dijual
kepada pihak lain yang telah mengajukan permohonan pembelian terhadap suatu
barang dengan keuntungan atau tambahan harga yang transparan. Atau singkatnya
jual beli murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan
dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Akad ini
merupakan salah satu bentuk natural certainty contracts, karena dalam murabahah
ditentukan berapa required rate profit-nya (keuntungan yang ingin diperoleh)
(mardani:p.136).
2.1.11 Rukun Pembiayaan Murabahah
Rukun dari akad murabahah yang harus dipenuhi dalam setiap transaksi ada
beberapa yaitu:
•
Penjual (ba’i) adalah pihak yang memiliki barang untuk dijual,.
•
Pembeli (musytari) adalah pihak yang memerlukan dan akan membeli barang.
(Dalam hal ini pihak harus memenuhi kriteria bahwa pihak tersebut cakap
hukum, sukarela dalam pengertian tidak dalam keadaan dipaksa/terpaksa/di
bawah tekanan) Objek akad, yaitu mabi’ (barang dagangan) dan tsaman
(harga). Harga dalam hal ini pun sudah harus jelas berapa jumlahnya. Harga
inilah yang akan ditambahkan margin oleh Bank Syariah yang akan disepakati
22
oleh
pihak nasabah. Bank Syariah berperan sebagai pembeli dari
pihak penjual. Objek tersebut berkriteria:
-
tidak
termasuk
yang
diharamkan
atau
dilarang,
bermanfaat penyerahannya dari penjual ke pembeli dapat dilakukan
merupakan hak milik penuh pihak yang berakad sesuai spesifikasinya
antara yang diserahkan penjual dengan yang diterima pembeli.
Shighah, yaitu Ijab (serah) dan Qabul (terima). Akad harus jelas dan
disebutkan secara spesifik dengan siapa berakad, antara ijab dan qabul harus selaras
baik spesifikasi barang maupun harga dari objek tersebut, tidak menggantungkan pada
klausul yang baru akan terjadi pada hal/kejadian yang akan datang.
2.1.12 Ketentuan Umum Murabahah dalam Bank Syari'ah
1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
2. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah Islam.
3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah
disepakati kualifikasinya.
4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan
pembelian ini harus sah dan bebas riba.
5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian,
misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.
6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan
harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus
memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah beserta biaya
tambahan yang diperlukan, misal ongkos angkut barang.
7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka
waktu tertentu.
8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut,
pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.
9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang.
2.1.13 Pengertian Kredit dan Fungsi Kredit
Kata kredit berasal dari bahasa Romawi “credere” yang artinya percaya.
Sedangkan kredit menurut UUP 1967 pasal 1c adalah penyediaan uang atau
23
tagihantagihan berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antara bank dengan pihak
lain dalam hal mana pihak meminjam berkewajiban melunasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan.
Kredit memiliki dua unsur pihak, yaitu kreditur (Bank) dan debitur (Nasabah)
yang melakukan hubungan kerja sama yang saling menguntungkan. Di dalam
perkreditan terdapat unsur-unsur yang harus ada, yaitu: kepercayaan, persetujuan,
penyerahan barang, jasa atau uang, jangka waktu, unsur resiko, dan unsur keuntungan
(bunga). Pemberian kredit tanpa analisis terlebih dahulu akan menyebabkan kerugian
pada pihak bank.
Kredit mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian. Secara
garis besar, fungsi kredit didalam perekonomian, perdagangan,dan keuangan dapat
dikemukakan sebagai berikut :
1. Kredit dapat meningkatkan utility(daya guna) dari modal/uang
2. Kredit meningkatkan utility (daya guna) suatu barang
3. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
4. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat
5. Kredit sebagai alat stabilitas ekonomi
6. Kredit sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional
7. Kredit sebagai alat hubungan ekonomi internasional
Menurut Kasmir, kredit memiliki fungsi yang sangat luas. Fungsi kredit
adalah sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan daya guna uang
2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
3. Untuk meningkatkan daya guna barang
4. Meningkatkanperedaran barang
5. Sebagaialatstabilitasekonomi
6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha
7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan
8. Untuk meningkatkan hubungan internasional
2.1.14 Pengertian KPR
24
KPR atau Kredit Kepemilikan Rumah merupakan salah satu jenis pelayanan
kredit yang diberikan oleh bank kepada para nasabah yang menginginkan pinjaman
khusus untuk memenuhi kebutuhan dalam pembangunan rumah atau renovasi
rumah.KPR sendiri muncul karena adanya kebutuhan memiliki rumah yang semakin
lama semakin tinggi tanpa diimbangi daya beli yang memadai oleh masyarakat.
Seperti layaknya produk perbankan yang memiliki keanekaragaman jenis, KPR secara
umum dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1) KPR Subsidi adalah suatu kredit yang diperuntukkan kepada masyarakat
yang memiliki kemampuan ekonomi menengah ke bawah. Adapun bentuk
dari subsidi ini telah diatur oleh pemerintah, sehingga tidak semua
masyarakat dapat mengajukan kredit jenis ini. Secara umum batasan yang
ditetapkan oleh pemerintah dalam memberikan subsidi adalah penghasilan
pemohon dan maksimum kredit yang diberikan.
2) KPR non Subsidi adalah suatu KPR yang diperuntukkan bagi seluruh
masyarakat tanpa adanya campur tangan pemerintah.
Ketentuan KPR ditetapkan oleh bank itu sendiri sehingga penentuan besarnya
suku bunga pada bank konvensional maupun margin pada bank syariah dilakukan
sesuai dengan kebijakan bank yang bersangkutan.
2.1.15 Pengertian Suku Bunga
Pengertian suku bunga menurut Sawaldjo Puspopranoto(2004:69-70), adalah:
“Suku bunga merupakan salah satu variabel dalam perekonomian yangsenantiasa
diamati secara cermat karena dampaknya yang luas. Iamempengaruhi keputusan
seseorang atau rumah tangga dalam halmengkonsumsi,membeli rumah, membeli
obligasi atau menaruhnya dalamrekening tabungan. Suku bunga juga mempengaruhi
keputusan ekonomis bagi pengusaha atau pimpinan perusahaan apakah akan
melakukan investasi padaproyek baru atau perluasan kapasitas.”
Menurut Miller, RL dan Vanhoose, DD yang dikutip SawaldjoPuspopranoto
(2004:69) menyatakan bahwa“Bunga adalah sejumlah dana, dinilai dalam uang, yang
diterima si pemberi pinjaman (kreditor), sedangkan suku bunga adalah rasio dari
bunga terhadap jumlah pinjaman.”
Kasmir juga memberikan pendapatnya tentang pengertian bunga, Menurut
Kasmir (2010:131) bunga adalah “ Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa
25
yang diberikan oleh bankyang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang
membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang
harus dibayar oleh nasabah(yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh
nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).”
Dari definisi-definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa suku bunga adalah
harga yang dibayarkan atas peminjaman yang dilakukan sebagai biaya peminjaman
tersebut. Bagi orang yang meminjam uang, bunga merupakan denda yang dibayar
untuk mengkonsumsi penghasilan sebelum diterima. Bagi orang yang memberikan
pinjaman, bunga merupakan imbalan karena menunda konsumsi sekarang hingga
jatuh waktu dari piutang selama jangka waktu kredit.
2.1.16 Jenis-Jenis Bunga
Dalam ekonomi, dikenal juga bunga perbankan.Pada suatu kasus ekonomi,
kita sering mengalami kesulitan dalam mendapatkan modal. Salah satu alternatif yang
tersedia adalah pinjaman ( hutang ). Dalam mencari pinjaman juga terdapat alternatif
pilihan tersendiri. Hal ini umumnya didasarkan pada bunga yang ditawarkan. Berikut
ini adalah jenis-jenis bunga dalam ekonomi :
1. Bunga Tetap (Fixed Interest)
Dalam sistem ini, tingkat suku bunga akan berubah selama periode tertentu
sesuai kesepakatan. Jika tingkat suku bunga pasar (market interest rate) berubah (naik
atau turun), bank akan tetap konsisten pada suku bunga yang telah ditetapkan.
Lembaga pembiayaan yang menerapkan sistem bunga tetap menetapkan jangka waktu
kredit antara 1-5 tahun.
Keuntungan bagi anda adalah jika suku bunga pasar naik, anda tidak akan terbebani
bunga tambahan. Sebaliknya jika suku bunga pasar turun dan selisihnya lumayan
besar, maka ada baiknya anda mempertimbangkan untuk melakukan refinancing.anda
mesti menyelesaikan kredit lebih cepat dan mengganti dengan kontrak baru yang
berbunga rendah (Pinjaman Tunai).
2. Bunga Mengambang (Floating Interest)
Dalam sistem ini, tingkat suku bunga akan mengikuti naik-turunnya suku
bunga pasar. Jika suku bunga pasar naik, maka bunga kredit anda juga akan ikut naik,
demikian pula sebaliknya. Sistem bunga ini diterapkan untuk kredit jangka panjang,
seperti kredit kepemilikan rumah, modal kerja, usaha dan investasi.
26
3. Bunga Flat (Flat Interest)
Pada sistem bunga flat, jumlah pembayaran pokok dan bunga kredit besarnya
sama setiap bulan. Bunga flat biasanya diperuntukkan untuk kredit jangka pendek.
contoh, kredit mobil, kredit motor dan kredit tanpa agunan. Lihat Pinjaman Cepat dan
Usaha Pinjaman.
4. Bunga Efektif (Effective Interest)
Pada sistem ini, perhitungan beban bunga dihitung setiap akhir periode
pembayaran angsuran berdasarkan saldo pokok. Beban bunga akan semakin menurun
setiap bulan karena pokok utang juga berkurang seiring dengan cicilan.
Jangan membandingkan sistem bunga flat dengan efektif hanya dari angkanya saja.
Bunga flat 6% tidak sama dengan bunga efektif 6%. Besar bunga efektif biasanya 1,82 kali bunga flat.jadi, bunga flat 6% sama dengan bunga efektif 10,8%-12%.
5. Bunga Anuitas (Anuity Interest)
Bunga anuitas boleh disetarakan dengan bunga efektif. Bedanya, ada rumus
anuitas yang bisa menetapkan besarnya cicilan sama secara terus-menerus sepanjang
waktu kredit. jika tingkat bunga berubah, angsuran akan menyesuaikan.
2.1.17 Perbedaan Jual Beli Murabahah dengan Bunga
Tabel 2.1.2 Perbedaan Jual Beli Murabahah dengan Bunga
No
1
Jual Beli Murabahah
Barang
sebagai
objek,
Bunga
nasabah Uang sebagai objek, nasabah berutang
berutang barang, bukan berutang uang
uang.
2
Sektor moneter terkait dengan sector Sektor moneter dan riil terpisah, tidak
riil, sehingga menyentuh langsung ada keharusan mengaitkan sektor
sector riil.
3
moneter dan riil
Mendorong percepatan arus barang, Tidak mendorong percepatan arus
mendorong
produktivitas
dan barang, karena tidak mewajibkan
entrepreneurship,
yang
pada adanya
gilirannya
meningkatkan produktivitas
employment.
barang,
tidak
yang
mendorong
pada
menciptakan unemployement.
27
ahirnya
4
Pertukaran barang dengan uang.
Pertukaran uang dengan uang.
5
Margin tidak berubah.
Bunga berubah sesuai tingkat bunga.
6
Akad jual beli memenuhi rukun jual Tidak ada akad jual beli, tetapi
beli.
7
Bila
langsung sebagai komoditas.
macet,
tidak
ada
bunga Terjadi compound interest.
berbunga.
8
Jika
nasabah
tidak
mampu Denda/bunga.
membayar tidak ada denda(QS albaqarah/2:283).
9
Jika nasabah dinilai mampu, tetapi Denda/bunga
berbunga
cenderung
tidak membayar, dikenakan denda menzalimi eksploitasi, tidak mendidik
untuk mendidik. Dananya untuk dan denga bunga menjadi pendapatan
social, bukan pendapatan bank.
10
Terjadi
pemindahan
bank.
kepemilikan, Tidak ada pemindahan kepemilikan.
barang sekaligus menjadi jaminan.
11
Tidak membuka jalan spekulasi.
Bunga
membuka
peluang/menjadi
lahan spekulasi.
12
Sah, halal dan penuh berkah.
Tidak sah, haram, dan jauh dari
berkah serta mendapat laknat.
2.2 Metodologi Penelitian
Dalam memperoleh data-data yang relevan penulis melakukan penelitian
1. Studi Pustaka
Dimana mencari bahan-bahan yang digunakan sebagai referensi antara lain
buku-buku, internet, dan sumber lainnya.
2. Studi Lapangan
28
Dimana mengumpulkan langsung data-data dari Bank Syariah dan Bank
Konvensional. Pengumpulan data-data terdiri dari:
a. Observasi
Dengan mendatangi langsung dan mencari informasi ke pihak yang
terkait di Bank BTN Syariah dan Bank BTN.
b.
Dokumentasi
Dilakukan dengan cara mengumpulkan data serta seluruh
dokumen yang berkaitan dengan topik, dalam hal ini data-data yang
diperlukan yaitu data jumlah debitur, data suku bunga, data margin
dan jumlah pencairan bank konvensional dan bank syariah tahun
2011 – 2013, atau dokumen lain yang berkaitan.
c.
Wawancara
Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara
menanyakan langsung kepada pihak-pihak yang berwenang terkait
dengan topik skripsi penulis.
2.3 Pengembangan Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji dan dibuktikan dalam penelitian ini berkaitan
dengan ada tidaknya pengaruh dari variabel-variabel independen terhadap variabel
dependen.
Pengujian hipotesis yang dilakukan adalah pengujian hipotesis null (Ho) yang
menyatakan bahwa koefisien korelasi tidak berarti atau tidak signifikan sedangkan
hipotesis alternatif (Ha) menyatakan bahwa koefisien korelasinya berarti atau
signifikan. Adapun perumusan Ho dan Ha adalah sebagai berikut :
Secara parsial :
1. Analisis tingkat suku bunga kredit terhadap jumlah debitur
Ho1 : Tingkat suku bunga kredit tidak berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap jumlah debitur pembiayaan KPR
29
Ha1 : Tingkat suku bunga kredit berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
jumlah debitur pembiayaan KPR
2. Analisis tingkat suku bunga kredit terhadap jumlah pencairan
Ho2 : Tingkat suku bunga kredit tidak berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap jumlah pencairan pembiayaan KPR
Ha2 : Tingkat suku bunga kredit berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
jumlah pencairan pembiayaan KPR
Secara keseluruhan :
3. Analisis pengaruh tingkat suku bunga kredit terhadap jumlah debitur dan
jumlah pencairan
Ho3 : Tingkat suku bunga kredit tidak berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap jumlah debitur dan jumlah pencairan pembiayaan KPR
Ha3: Tingkat suku bunga kredit berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
jumlah debitur dan jumlah pencairan pembiayaan KPR
Tabel 2.2 Rangkuman Hipotesis Penelitian
HIPOTESIS
Ho1
Tingkat suku bunga kredit tidak berpengaruh secara positif
dan signifikan terhadap jumlah debitur pembiayaan KPR
Ha1
Tingkat suku bunga kredit berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap jumlah debitur pembiayaan KPR
Ho2
Tingkat suku bunga kredit tidak berpengaruh secara positif
dan signifikan terhadap jumlah pencairan pembiayaan KPR
Ha2
Tingkat suku bunga kredit berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap jumlah pencairan pembiayaan KPR
30
Ho3
Tingkat suku bunga kredit tidak berpengaruh secara positif
dan signifikan terhadap jumlah debitur dan jumlah pencairan
pembiayaan KPR
Ha3
Tingkat suku bunga kredit berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap jumlah debitur dan jumlah pencairan
pembiayaan KPR
31
Download